You are hereArtikel Misi / Artikel Misi

Artikel Misi

warning: Creating default object from empty value in /home/sabdaorg/public_sabda/misi/modules/taxonomy/taxonomy.pages.inc on line 33.

Hindu

Hindu mulai berpengaruh pada sekitar 2000 SM ketika bangsa Arya yang sangat maju saat itu, menaklukkan bangsa yang tinggal di Lembah Indus. Bangsa Arya membawa serta agamanya ke daerah yang ditaklukkan. Agama tersebut merupakan agama nyanyian pujian, doa, dan kidung yang ditulis pada apa yang saat ini disebut kitab Weda. Kitab Weda dianggap sebagai "pewahyuan" dan disakralkan oleh orang Hindu, sesakral Alkitab bagi orang Kristen.

Ghulam Masih Naaman (Kasih Karunia-Ku Cukup Bagimu)

Diringkas oleh: Novita Yuniarti

Ghulam Masih Naaman dilahirkan di Jammu, Kashmir. Ia adalah anak ke-5 dari enam bersaudara. Ayahnya adalah seorang tuan tanah yang sangat berhasil. Semasa kecilnya, Ghulam hidup berkecukupan. Setelah kelahiran kakak-kakaknya, ibunya rindu memiliki anak lagi. Namun, selalu gagal karena semua anak yang lahir meninggal ketika masih bayi. Oleh sebab kelahiran Ghulam dianggap sebagai mukjizat, setelah Ghulam lahir, ibunya membawanya ke sebuah kuil yang terletak di pegunungan Kashmir untuk dipersembahkan kepada dewi-dewi (ibunya adalah seorang Kedar yang taat, namun masih percaya kepada dewi-dewi -- agama warisan dari orang tuanya). Oleh sebab itulah Ghulam masih membawa tanda lahir di tubuhnya, yaitu kuping yang berlubang, tanda bahwa ia adalah milik dewi-dewi.

Watchman Nee

"Pahlawan Iman yang Tegar di Tegah Badai"

Pada awal abad ke-16, banyak misionaris yang berasal dari Amerika dan Eropa diutus ke negeri Cina. Pada Tahun 1987, terjadi bentrokan antara Perkumpulan Pedang Besar dengan umat Kristen sehingga jatuh dua korban jiwa berkebangsaan Jerman, dan berakibat didudukinya kota pelabuhan Kiao Chou oleh Jerman. Kemudian pemimpin dari Perkumpulan Pedang Besar mengganti nama perkumpulannya menjadi Tinju Keadilan dan Keserasian, dengan slogannya yang berbunyi "Lindungi Qing, bantai orang asing".

Gadis Pejuang Iman

(Riwayat Hidup Sumi San dari Negeri Jepang)
Diringkas oleh: Novita Yuniarti

Sumi San dilahirkan dalam keluarga yang sederhana, ayahnya seorang pedagang pipa air, sedang ibunya adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Semasa remaja, ia harus hidup berkekurangan karena ayahnya mengalami kerugian besar dalam berdagang. Dampaknya, orang tua Sumi harus menanggung utang yang tidak sedikit jumlahnya. Demi membantu meringankan beban orang tuanya, Sumi meninggalkan kampung halamannya dan bekerja di sebuah perusahaan tekstil di Kobe. Tidak ada waktu baginya untuk memikirkan hal-hal lain di luar rutinitasnya. Waktunya ia habiskan untuk bekerja dan belajar. Semangat dan kemauan yang begitu kuat menyebabkan ia tidak memedulikan kondisi kesehatannya. Tanpa disadari, ia menderita penyakit bronkitis dan beri-beri yang menyebabkan ia harus dirawat di sebuah rumah sakit selama tiga bulan. Setelah sembuh dari sakitnya, ia dikeluarkan dari pekerjaannya. Hal ini membuatnya sangat sedih karena pekerjaan tersebut sangat ia butuhkan dan merupakan satu-satunya cara agar ia dapat membantu meringankan beban orang tuanya.

Pengharapan Bangsa-Bangsa

Salah satu cara terbaik untuk melihat dengan jelas lingkup Amanat Agung yang telah diutarakan Yesus dan para rasul adalah dengan menenggelamkan diri kita dalam atmosfir pengharapan yang mereka rasakan dengan membaca Alkitab mereka, Perjanjian Lama. Satu aspek yang sangat besar dari pengharapan itu adalah harapan yang terkandung di dalamnya bahwa kebenaran Allah akan menjangkau semua kelompok masyarakat di bumi dan kelompok tersebut akan datang dan menyembah Allah yang benar. Pengharapan itu terus-menerus diekspresikan dalam istilah kelompok masyarakat (rakyat, bangsa, suku, keluarga, dan sebagainya). Demikianlah pengharapan dari kitab Mazmur dan Yesaya yang menunjukkan gambaran mengenai Amanat Agung Yesus. Ayat-ayat dalam kitab tersebut dikategorikan dalam empat kategori, yaitu nasihat, janji, doa, dan rencana.

Absolutisme dan Relativisme

Relativisme budaya berbeda dengan relativisme etis, dan keduanya itu harus dibedakan dengan saksama. Relativisme etis berbicara tentang pengabaian prinsip dan tidak adanya rasa tangggung jawab dalam pengalaman hidup seseorang. Sebaliknya, relativisme budaya berbicara mengenai pegangan yang teguh pada prinsip, pengembangan prinsip tersebut, dan tanggung jawab penuh dalam kehidupan dan pengalaman seseorang.

Banyak Tantangan untuk Para Pekerja Lintas Budaya

Di Indonesia, banyak suku-suku terabaikan membutuhkan para pengerja Injil yang dapat memberkati mereka dengan Kabar Baik tentang Tuhan Yesus, Juru Selamat dunia. Sayangnya, tidak banyak orang yang bersedia mengabarkan Injil dan mendirikan jemaat lintas budaya. Mereka yang bersedia pun menghadapi bermacam-macam tantangan. Boleh dikatakan, mereka yang melayani suku-suku terabaikan umumnya kurang disokong oleh gereja-gereja atau organisasi Kristen yang mengutus mereka. Mereka membutuhkan dukungan doa, dana, dan persekutuan yang menguatkan jiwa, perasaan, dan kerohanian mereka.

Kerja Sama .... Rintangan Budaya

Penghalang terbesar adanya kerja sama dalam dunia misi di antara orang-orang Kristen adalah ketidakmampuan untuk melampaui rintangan budaya. Kerja sama berarti mengatasi rintangan budaya. Faktor yang menghalangi orang-orang Kristen untuk bekerja sama seharusnya dihilangkan agar tercipta sebuah kerja sama yang berhasil.

Misi Lintas Budaya

"Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, ... tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi." (Yesaya 49:6)

Yayasan Sumber Sejahtera

Proyek Filipus, Cara Baru Penginjilan

Yayasan Sumber Sejahtera adalah sebuah yayasan Kristen interdenominasi yang didirikan dengan tujuan utama memberitakan Injil Yesus Kristus kepada siapa saja dari segala tingkat usia. Tujuan ini dilaksanakan dan didukung melalui program kerja Proyek Filipus yang menunjang misi gereja lokal. Nama Proyek Filipus dikutip dari Kisah Para Rasul 8:30-31, percakapan Filipus dengan seorang sida-sida Etiopia. Filipus berkata, "Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?" Jawab sida-sida itu, "Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang mengajarku?"