You are herepenjangkauan / Berkat Memberi
Berkat Memberi
"Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."
Kisah Para Rasul 20:35
Dalam banyak budaya, sering kali seseorang yang memberi itu dianggap (baca: harus) orang kaya. Orang miskin tentulah tidak bisa memberi. Sebenarnya, pola pikir semacam ini menutupi kekikiran yang halus. Alkitab mengajarkan bahwa kasih bersifat memberi. Terang sifatnya memberi. Garam sifatnya memberi. Kasih memberi dan berkorban. Allah Bapa sendiri menyatakan kasih-Nya yang teramat besar bagi dunia ini dengan memberikan Yesus Kristus Putra-Nya yang Tunggal untuk mati ganti kita, manusia berdosa, agar kita boleh diselamatkan. Orang yang sungguh telah mengalami betapa besarnya berkat pemberian Allah, yaitu Yesus Kristus, dalam hidupnya, tahu apa artinya memberi bagi pekerjaan Tuhan. Memberi adalah berkat. Alkitab mengatakan bahwa lebih berbahagia memberi daripada menerima (Kisah Para Rasul 20:35).
Perspektif Alkitab untuk Memberi
Alkitab menyaksikan bahwa ketika Yesus memberi makan lima ribu orang laki-laki dan banyak lagi wanita dan anak-anak, yang memberikan kepada-Nya lima ketul roti dan dua ekor ikan adalah seorang anak kecil. Pemberiannya mungkin remeh dan tidak berarti dalam pandangan banyak orang, tetapi di dalam tangan Tuhan, pemberiannya menjadi berkat bagi ribuan orang. Pemberian yang kecil, tetapi diberikan dengan tulus dan jujur. Lima ketul roti dan dua ekor ikan. Bukan masalah besar dan kecilnya pemberian kita, tetapi bagaimana sikap hati kita memberikannya kepada Tuhan. Jika kita mempunyai "lima ketul roti dan dua ekor ikan", janganlah kita memberikan hanya "tiga ketul roti dan seekor ikan". Demikian juga, ketika kita memunyai "sepuluh ketul roti dan lima ekor ikan", berikanlah semuanya untuk Tuhan agar di tangan-Nya semuanya itu bisa menjadi berkat bagi orang lain.
Janda miskin yang diceritakan dalam Lukas 21:41-44 dipuji Tuhan Yesus bukan karena jumlah persembahannya yang besar, tetapi karena ia memberi dari kekurangannya. Dalam pandangan Tuhan Yesus, janda itu memberikan jauh lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. "Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya" (Lukas 21:4). Ada orang Kristen yang takut miskin dan kekurangan jikalau ia memberi. Orang itu sangat mungkin belum menghayati kasih Allah yang bersifat memberi, karenanya sampai kapan pun, orang tersebut tidak akan mengalami berkat memberi dan hidup yang berkelimpahan.
"Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan" (Amsal 11:24). Memberi untuk pekerjaan Tuhan tidak harus menunggu sampai kaya atau berkecukupan. Memberi, jika dimulai dari hati yang mengasihi Tuhan, pastilah tidak "main hitung-hitungan" dengan Tuhan, tidak kikir. "Orang yang kikir tergesa-gesa mengejar harta, dan tidak mengetahui bahwa ia akan mengalami kekurangan" (Amsal 28:22). Orang yang kikir adalah orang yang mencintai uang. Orang-orang yang tidak kaya pun bisa mencintai uang dan menjadi kikir. Orang yang hati dan pikirannya telah diubah oleh Injil akan menjadi seorang pemurah untuk pekerjaan Kerajaan Allah. Paulus bersaksi kepada jemaat di Korintus tentang bagaimana indahnya jemaat-jemaat di Makedonia yang memberi untuk pekerjaan Tuhan.
"Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberi menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka" (2 Korintus 8:3-4). "Adapun kumpulan orang percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun berkata, bahwa kepunyaannya adalah miliknya sendiri" (Kisah Para Rasul 4:42). Sebetulnya kita tidak memiliki apa-apa di dunia sekalipun kita mempunyai sesuatu. Kita hanya menjadi penatalayan dari kasih karunia Allah. Nyawa, talenta, dan harta dititipkan oleh Allah kepada kita untuk diolah dan dipakai bagi kemuliaan-Nya. Kita hanyalah bendahara-bendahara Kerajaan Surga yang dipercayakan menata pemakaian harta milik Tuhan untuk kemuliaan-Nya.
"Demikian hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai" (1 Korintus 4:1-2). Jika kita tidak memberi, Allah tidak akan menjadi miskin karenanya. Sebaliknya, Allah pun juga tidak akan bertambah kaya jika kita memberi. Allah Pencipta segala sesuatu di alam semesta ini dan Dialah Pemilik seluruh ciptaan tangan-Nya. Allah Pemilik hidup kita dan segala sesuatu yang kita "miliki". Dapat dipercayai berarti kita dapat mempertanggungjawabkan apa yang dipercayakan-Nya kepada kita, memakainya untuk hormat dan kemuliaan Allah Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Dalam Perjanjian Lama, ada kisah Hana yang mempersembahkan Samuel. Ia bukan memberikan Samuel kepada Tuhan, tetapi mengembalikan apa yang Tuhan telah berikan kepadanya. Tuhan memberikan Samuel sebagai jawaban doa Hana. Hana sangat mensyukurinya dan mengembalikannya untuk pelayanan Tuhan. Jadi, Hana bukan memberikan yang dipunyainya, tetapi mengembalikan apa yang memang berasal dari Tuhan. "Untuk mendapatkan anak inilah aku berdoa, dan Tuhan telah memberikan kepadaku apa yang kuminta daripada-Nya. Maka akupun menyerahkannya kepada Tuhan; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada Tuhan." (1 Samuel 1:27-28)
Dalam Alkitab, banyak tokoh yang kaya, seperti Abraham, Daud, Salomo, dan Ayub. Tidak salah jika orang percaya menjadi kaya. Itu juga salah satu berkat materi yang Tuhan janjikan dan berikan. Akan tetapi, patut diingat apa yang dikatakan firman Tuhan dalam 1 Yohanes 3:17, "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" Perhatikan juga nasihat dari pengamsal, "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu." (Amsal 3:9)
Diambil dan disunting seperlunya dari: | ||
Judul buku | : | Hati Misi |
Penulis | : | Bagus Surjantoro |
Penerbit | : | Penerbit ANDI, Yogyakarta 2005 |
Halaman | : | 58 -- 62 |
- Printer-friendly version
- Login to post comments
- 10224 reads