You are hereArtikel Misi / Supremasi Allah dalam Misi Melalui Doa 2
Supremasi Allah dalam Misi Melalui Doa 2
Doa-Doa dan Penderitaan John Eliot
John Eliot adalah salah seorang kaum Puritan yang dengan penuh pengharapan menyeberangi Samudra Atlantik pada tahun 1631 ketika ia berusia 27 tahun. Setahun kemudian, ia menjadi pendeta sebuah gereja yang baru di Roxbury, Massachusetts, hampir 1 mil dari Boston. Namun, sesuatu terjadi dan itu membuatnya menjadi lebih dari seorang pendeta.
Menurut Cotton Mather, terdapat 20 suku Indian yang tinggal di daerah sekitar mereka. John Eliot tidak dapat mengabaikan penerapan nyata dari teologinya: Jika Alkitab yang sempurna menjanjikan bahwa suatu hari semua bangsa akan berlutut di hadapan Kristus, dan jika Kristus berdaulat untuk menundukkan segala kuasa yang melawan kedaulatan-Nya dengan Roh-Nya, maka ada sebuah harapan bagi seseorang yang pergi sebagai duta Kristus kepada salah satu bangsa ini, untuk menjadi alat Tuhan yang mencelikkan mata yang buta dan membangun garda terdepan bagi kerajaan Kristus.
Ketika Eliot berusia lebih dari 40 tahun, ia memelajari bahasa suku Indian Algonquin. Dengan susah payah ia memelajari kosakata, tata bahasa, sintaksis, dan pada akhirnya menerjemahkan seluruh Alkitab dan buku-buku yang dia anggap baik seperti karya Richard Baxter, Call to the Unconverted. Saat Eliot berusia 84 tahun, sejumlah gereja bagi orang-orang Indian pun berdiri, beberapa di antaranya bahkan sudah memiliki pendeta sendiri. Inilah sebuah kisah menakjubkan tentang seseorang yang pernah berkata, "Doa dan penderitaan dalam iman kepada Yesus Kristus akan mengatasi segala hal!"
Alasan mengapa saya menceritakan kisah ini adalah bahwa saya ingin menekankan bahwa pengharapan yang Alkitabiah adalah sesuatu yang sangat penting untuk menjadi dasar doa misi bagi dunia. Tuhan telah berjanji dan Ia berdaulat: "Segala bangsa yang Kaujadikan akan datang sujud menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan, dan akan memuliakan nama-Mu." (Mazmur 86:9) Pemahaman inilah yang tertanam dalam-dalam di benak kaum Puritan yang akhirnya melahirkan pergerakan misionaris modern pada tahun 1793. William Carey memelihara tradisi ini, demikian juga dengan David Brainer, Adoniram Judson, Alexander Duff, David Livingston, John Paton, dan para misionaris lainnya yang memberikan hidup mereka untuk menjangkau suku-suku yang belum terjangkau. Gerakan misionaris modern tidak muncul dari teologia yang kosong. Pergerakan itu tumbuh dari sebuah tradisi reformasi yang besar, yang menempatkan kedaulatan Tuhan sebagai titik pusat kehidupan manusia.
Misi Adalah Karya Tuhan
Perjanjian Baru menjelaskan bahwa Tuhan tidak meninggalkan Amanat Agung-Nya dalam ketidakpastian kehendak bebas manusia. Dari semula Tuhan berkata, "Aku akan mendirikan jemaat-Ku." (Matius 16:18a). Karya misi adalah karya dari Tuhan Yesus yang bangkit itu.
Aku Memunyai Domba-Domba Lain ... Aku Harus Membawanya Juga
Dalam Yohanes 10:16a Yesus berkata, "Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku." Hal itu berarti bahwa Kristus masih memiliki orang-orang lain, selain mereka yang telah bertobat. "Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini" merupakan sebuah referensi untuk doktrin pemilihan. Tuhan memilih siapa yang akan menjadi domba-domba-Nya, dan mereka telah menjadi milik-Nya bahkan sebelum Yesus memanggil mereka. "Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang" (Yohanes 6:37,44-45; Yohanes 8:47; Yohanes 10:26-27; Yohanes 17:6; Yohanes 18:37). Kehendak Tuhan Yesus yang berdaulat ini menjadi jaminan atas keterlibatan-Nya yang tidak kasatmata dalam pelayanan misi bagi dunia.
Akan selalu ada orang-orang yang berpendapat bahwa doktrin pemilihan membuat pelayanan misi menjadi tidak diperlukan. Mereka salah. Hal itu tidak membuat pelayanan misi menjadi tidak diperlukan; tetapi justru memberi harapan bagi pelayanan misi. John Alexander, seorang mantan presiden InterVarsity Christian Fellowship berkata dalam sebuah pesan di Urbana '67, "Pada awal pelayanan saya sebagai seorang misionaris, saya pernah mengatakan bahwa jika doktrin predestinasi itu benar adanya, maka saya tidak akan menjadi seorang misionaris. Sekarang, setelah 20 tahun bergumul dengan kekerasan hati manusia, saya dapat berkata bahwa saya tidak akan pernah menjadi seorang misionaris kecuali saya percaya pada doktrin predestinasi." Hal itu memberikan harapan bahwa Kristus pasti memiliki "domba lain" di tengah bangsa-bangsa.
Ketika Yesus berkata, "domba-domba itu harus Kutuntun juga," hal itu tidak berarti bahwa Dia akan melakukannya tanpa pelayanan para misionaris. Dengan demikian jelaslah bahwa keselamatan datang melalui iman (Yohanes 1:12; 3:16; 6:35), dan iman datang melalui perkataan murid-murid-Nya (Yohanes 17:20). Yesus membawa domba-domba-Nya ke dalam kandang melalui khotbah orang-orang utusan-Nya, sama seperti Bapa yang menarik orang-orang kepada-Nya dengan mengutus Yesus (Yohanes 20:21; Yohanes 10:27). Jadi, yang terjadi saat ini adalah hal yang benar-benar sama dengan yang terjadi pada zaman Yesus, "Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku." (Yohanes 10:27) Dalam Injil, Kristuslah yang memanggil orang-orang percaya. Dalam misi dunia, Kristus pula yang mengumpulkan domba-domba-Nya. Inilah mengapa ada jaminan yang teguh bahwa mereka akan datang.
Dilengkapi dengan Kuasa untuk Melakukan Pelayanan Misi
Ketika Yesus terangkat ke Surga, Dia berkata pada para murid-Nya, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi...Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:18,20) Inilah otoritas yang digunakan-Nya untuk memanggil domba-domba-Nya.
Untuk menjelaskan kepada para murid-Nya bahwa otoritas dan kehadiran-Nyalah yang menjamin keberhasilan pelayanan misi mereka, Dia menyuruh murid-murid-Nya itu menunggu di Yerusalem sampai mereka diperlengkapi dengan kuasa-Nya dari tempat tinggi (Lukas 24:49). Dia berkata bahwa turunnya kuasa ke atas mereka melalui Roh Kudus, akan memampukan mereka untuk menjadi saksi-saksi-Nya "di Yerusalem dan di seluruh daerah Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8) Ketika Roh Kudus turun ke atas para murid, pada saat itulah Tuhan mulai menggenapi janji-Nya untuk mendirikan jemaat-Nya. Berkaitan dengan hal itu, Kisah Para Rasul 2:47a mencatat, "Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan." Tuhan benar-benar melakukannya. Dia terus melakukannya dengan membangkitkan para misionaris terbesar sepanjang sejarah (Kisah Para Rasul 26:16-18), memandu perjalanan mereka (Kisah Para Rasul 8:26,29; Kisah Para Rasul 16:7,10), dan menaruh dalam mulut mereka kata-kata yang harus mereka ucapkan (Markus 13:11; Kisah Para Rasul 6:10).
Bukan Aku, Melainkan Anugerah Tuhan yang Ada Bersamaku
Paulus sangat menyadari bahwa keberhasilan misinya merupakan karya Tuhan, bukan karyanya sendiri (Roma 15:18-19). Ia pernah berkata, "Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan, oleh kuasa tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat dan oleh kuasa Roh." (Roma 15:18-19) Satu-satunya keinginan Paulus adalah agar supremasi Kristus menjadi pusat dalam misi gereja. Tuhan sendirilah yang membangun jemaat-Nya.
Bagaimana Paulus berbicara tentang pelayanannya? Dia berkata, "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku." (1 Korintus 15:10) Paulus bekerja. Paulus bertarung dan mengikuti pertandingan. Namun dia melakukan hal itu dengan cara seperti yang ia katakan dalam Filipi 2:13, "karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya." Memakai analogi pertanian, Paulus mengumpamakannya seperti ini: "Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan." (1 Korintus 3:6-7) Paulus benar-benar rindu untuk menekankan supremasi Tuhan dalam misi gereja.
Kerinduan untuk memuliakan Tuhan dalam pelayanan misi gereja menggerakkan para rasul untuk melayani Tuhan dengan cara-cara yang selalu memuliakan Dia, bukannya untuk mengagungkan diri mereka sendiri. Sebagai contoh, Petrus mengajarkan hal ini kepada gereja mula-mula: "jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus." (1 Petrus 4:11) Pribadi yang memberi kekuatan untuk menjalankan pelayanan itulah yang mendapat segala kemuliaan. Dengan berkata demikian, Petrus menyatakan pentingnya melayani dengan mengandalkan kekuatan dari Allah bukan dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Jika bukan Tuhan yang membangun jemaat-Nya, maka bukan Dia yang mendapat kemuliaan, dan semua karya pelayanan yang telah dilakukan itu akan menjadi sesuatu sia-sia, tak peduli bagaimana "berhasilnya" pelayanan tersebut terlihat oleh dunia.
Keyakinan Perjanjian Baru dalam Kedaulatan Tuhan
Para rasul tahu bahwa yang sedang terjadi dalam pelayanan misi mereka adalah penggenapan atas janji-janji yang dinyatakan dalam Perjanjian Baru. "Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan." (2 Korintus 3:6a). Dalam perjanjian yang baru itu juga dinyatakan bahwa Tuhan akan menaklukan kekerasan hati manusia dan memerbarui batin mereka (Yehezkiel 36:26-27).
Ketika Lukas menjabarkan tentang penyebaran kekristenan, dia berulang kali mencatat inisiatif Tuhan yang berdaulat dalam pertumbuhan gereja. Ketika Kornelius dan keluarganya bertobat, hal itu digambarkan sebagai pekerjaan Tuhan (Kisah Para Rasul 11:18; 15:14). Dalam segala cara, keagungan Tuhan tampak dalam misi gereja. Tuhan tidak meletakkan Injil dan umat-Nya dalam dunia, lalu meninggalkan mereka untuk berjuang sendirian. Dialah sang pejuang, dan pertempuran itu harus dihadapi dengan cara yang memuliakan-Nya.
Doa Membuktikan Supremasi Allah dalam Pelayanan Misi
Inilah alasan mengapa Tuhan menyatakan bahwa doa memiliki posisi penting dalam misi gereja. Tujuan doa adalah untuk menjelaskan kepada semua orang yang turut serta dalam perang ini bahwa kemenangan menjadi milik Tuhan. Doa merupakan cara Tuhan untuk memberi anugerah untuk kita dan kemuliaan bagi-Nya (Mazmur 50:15). Tuhan berkata, "Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku."
Doa menempatkan Tuhan di posisi sebagai Tuan yang Maha Pemberi dan memosisikan kita sebagai hamba yang miskin. Jadi, ketika misi gereja bergerak maju dengan doa, maka supremasi Allah dinyatakan dan kebutuhan semua laskar Kristen dapat terpenuhi.
Doa Adalah untuk Kemuliaan Bapa
Yesus telah mengajarkan hal ini kepada para murid-Nya sebelum Dia pergi. Dia berkata kepada mereka, "Dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak." (Yohanes 14:13) Dengan kata lain, tujuan terbesar doa adalah untuk memuliakan Bapa. Sisi lain, dalam Yohanes 16:24. Yesus berkata, "Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu." Tujuan doa adalah agar sukacita kita menjadi penuh. Penyatuan kedua tujuan ini -- kemuliaan Tuhan dan sukacita umat-Nya -- terdapat dalam tindakan berdoa.
Semangat para rasul untuk meninggikan keagungan Tuhan, yang memengaruhi semua karya misi mereka, telah dibangun dalam diri mereka oleh Yesus. Dalam Yohanes 15:5 Yesus berkata, "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." Jadi, kita sama sekali tidak bisa menjadi misionaris dengan kekuatan kita sendiri. Di luar Kristus, kita mungkin bisa banyak memiliki strategi, rencana, dan upaya manusia namun kita tidak bisa menunjukkan efek rohani untuk kemuliaan Kristus. Menurut Yohanes 15:5, Tuhan ingin agar kita "menghasilkan banyak buah." Dia berjanji melakukannya untuk kita dan melalui kita; yaitu semua hal yang tidak dapat kita lakukan dengan kekuatan kita sendiri.
Bagaimana Tuhan dapat dipermuliakan melalui doa? Yesus memberikan jawabannya dalam Yohanes 15:7, "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." Kita berdoa. Melalui Kristus, kita meminta Tuhan memenuhi apa yang tidak bisa kita lakukan dengan kekuatan kita sendiri -- yaitu berbuah. Lalu, ayat 8 memberikan hasilnya: "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." Doa adalah sebuah pengakuan terbuka, bahwa tanpa Kristus kita tidak bisa berbuat apa-apa. Doa adalah peralihan dari diri kita kepada Tuhan, dalam keyakinan bahwa Dia akan menyediakan pertolongan yang kita perlukan. Doa adalah tindakan untuk merendahkan diri kita yang miskin dan meninggikan Tuhan yang mencukupi segala sesuatu.
Itulah sebabnya, usaha pelayanan misi akan mengalami kemajuan dengan dukungan doa. Tujuan akhirnya adalah untuk memuliakan Tuhan. Tuhan akan melakukan hal ini dalam kedaulatan kemenangan-Nya atas tujuan misionaris-Nya bahwa bangsa-bangsa akan menyembah Dia. Dia memastikan kemenangan ini dengan memasuki peperangan dan menjadi pejuang utamanya. Dia akan membuat keterlibatan-Nya terlihat jelas bagi semua orang yang berpartisipasi melalui doa, karena doa menunjukkan bahwa kekuatan tersebut berasal dari Tuhan. Berbagai keterlibatan Allah dalam kancah pelayanan misi menjadi bukti dari hal-hal yang didoakan oleh gereja dalam usaha pelayanan misinya. Ingatlah jangkauan doa yang menakjubkan dalam kehidupan misionaris yang penuh semangat pada masa gereja mula-mula. Betapa Tuhan telah sangat dimuliakan dalam luasnya penyertaan-Nya! (t/Rento)
Diterjemahkan dari: | ||
Judul buku | : | Let the Nations be Glad |
Judul bab | : | The Supremacy of God in Mission Through Prayer |
Penulis | : | John Piper |
Penerbit | : | Baker Books, Grand Rapids 1993 |
Halaman | : | 50 -- 57 |
Sumber | : | e-JEMMi 42/2012 |
- Login to post comments
- 3524 reads