You are heree-JEMMi No.35 Vol.15/2012 / Seorang Anak Irak Membayangkan Yesus Seperti Sebuah Jubah Spesial
Seorang Anak Irak Membayangkan Yesus Seperti Sebuah Jubah Spesial
"Tuhan selalu bersama kami tidak ada yang perlu dikhawatirkan," itulah pesan ayah padaku.
Aku selalu berkhayal memiliki sebuah jubah spesial, seperti yang dimiliki oleh Superman, dan kupakai sambil berlari keluar masuk kamar adikku. Jubah itu berwarna emas dengan paduan warna merah, persis seperti gorden di ruang makan kami. Aku berimajinasi seolah-olah aku adalah pelindung kerajaan, dan adikku sebagai putri yang harus dilindungi -- ya, saat dia sedang tidak membuatku kesal.
Biasanya aku bermain di luar rumah, tetapi ketika sedang ada perang, kami terpaksa harus bermain di dalam rumah sepanjang hari. Kalau kami mau bepergian, kami menggunakan mobil, tetapi pertama-tama aku membantu ayahku dahulu untuk memeriksa bagian bawah mobil, kalau-kalau terpasang bom. Kemudian, kami memeriksa sekeliling rumah. Semua orang selalu khawatir saat mau bepergian, meski hanya untuk jarak dekat di dalam kota. Kami mempunyai beberapa tas yang berisikan barang-barang penting, untuk jaga-jaga apabila sewaktu-waktu kami harus pergi melarikan diri di tengah malam. Belum terpikirkan, apakah mainan-mainanku masih akan muat di dalam tas-tas itu.
Dahulu kami selalu pergi ke gereja, tetapi sekarang tidak lagi setelah apa yang terjadi (ketika Gereja Katolik Suriah di Baghdad dibom pada tanggal 31 Oktober 2010). Sungguh, itu adalah hal yang sangat menyedihkan yang terjadi di gereja kami, dan aku kehilangan banyak teman. Mereka terbunuh. Aku tidak melihatnya secara langsung, tapi aku banyak mendengar cerita tentang itu. Aku rasa semuanya tidak akan sama lagi seperti sebelumnya, dan aku pikir aku perlu mengemban peran sebagai pelindung dan penjaga.
Apa artinya ini bagi kami? Apakah kami akan aman ataukah kami pun akan ikut terbunuh? Bagaimana kalau suatu hari ayah tidak pulang ke rumah? Siapa yang akan menjaga ibu dan adikku? Akulah yang bertanggung jawab menjaga mereka. Kalau aku punya jubah spesial itu, aku akan mampu melindungi mereka.
Suatu malam, sebelum adikku pergi tidur, orangtuaku berdoa bersamanya. Sebenarnya, dia punya banyak hal yang ingin dikatakan kepada Tuhan. Aku tidak selalu punya banyak hal untuk dikatakan dalam doa; aku hanya memikirkannya dan kadang-kadang berdoa pada Tuhan di dalam pikiranku. Saat ini aku dapat mendengar adikku berdoa. Dia berdoa, "Tuhan, tolonglah supaya mereka tidak mengebom gereja-gereja yang lain dan supaya tidak ada bom-bom mobil; hentikanlah pembunuhan." Dia menjadi sangat ketakutan sejak terjadinya pemboman di gereja. Ibuku sering berdoa untuknya di malam hari karena adikku sering mengalami mimpi buruk sejak itu. Aku pun berdoa untuknya.
Kemudian, ayah akan datang padaku dan berdoa untukku. Dia selalu berpesan bahwa Yesus akan menjaga keluarga kami, dan aku tak perlu merasa khawatir. Ayah berkata bahwa Tuhan bahkan mengasihi orang-orang yang menyakiti kami. "Karena Yesus adalah kasih -- dan itulah jubah spesialmu," katanya.
Diambil dari: | ||
Judul buletin | : | Frontline Faith, Edisi Maret-April 2011 |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Halaman | : | 6 |
Sumber | : | e-JEMMi 35/2012 |
- Printer-friendly version
- Login to post comments
- 5505 reads