You are hereArtikel Misi / Pengutusan (2)
Pengutusan (2)
INJIL AKAN MEMISAHKAN
Sesungguhnya, peringatan Yesus tentang Injil yang bersifat menentukan itu sangatlah penting. Tidak ada kompromi dengan dosa; jika seseorang masih senang dengan perbuatannya yang keji, ia pasti terganggu oleh pemberitaan tersebut. Mereka bukanlah utusan-utusan yang membiarkan kepuasan diri yang demikian. Bahkan Yesus berkata, "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak layak bagi-Ku" (Mat. 10:34-38). Apabila pada mulanya para murid menyangka bahwa tugas mereka mudah, sekarang pikiran semacam itu pasti lenyap. Mereka akan memberitakan suatu Injil revolusioner yang apabila ditaati, akan mengakibatkan suatu perubahan yang revolusioner pula dalam masyarakat.
SATU DENGAN KRISTUS
Dalam segala perintah-Nya, Yesus seolah-olah menjelaskan bahwa dalam segala prinsip atau pun metode, tugas murid-murid-Nya tidak berbeda dengan tugas-Nya. Ia mulai dengan memberi hak dan kuasa kepada mereka untuk mengerjakan tugas itu (Mat. 10:1; Mrk. 6:7; Luk. 9:1), dan Ia mengakhirinya dengan meyakinkan bahwa apa yang mereka kerjakan itu adalah mewakili pekerjaan-Nya. "Barangsiapa menyambut kamu, Ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku (Mat. 10:40; bandingkan dengan Yoh. 13:20). Camkanlah persamaan ini! Murid-murid dipersiapkan untuk menjadi wakil Kristus yang sesungguhnya dalam menjalankan tugas mereka. Persekutuan ini begitu jelas sehingga barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia pengikut Yesus, sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upah daripadanya (Mat. 10:42).
BERDUA-DUA
Itulah perintah-perintah Yesus kepada para murid-Nya. Tetapi, sebelum mereka pergi, Ia terlebih dahulu mengutus mereka berdua-dua (Mrk. 6:7). Tidak dapat disangkal bahwa rencana ini dimaksudkan untuk mempererat hubungan persaudaraan antar murid-murid-Nya, sesuatu yang dibutuhkan dalam tugas ini karena mereka akan harus saling membantu. Dalam menghadapi kesukaran yang tidak selalu dapat dihindarkan, mereka masih dapat saling menghibur. Ini menunjukkan perhatian Tuhan Yesus secara khusus terhadap persekutuan.
"Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat" (Luk. 9:6; bandingkan dengan Mrk. 6:12). Dari kelompok kecil inilah, murid-murid akhirnya memulai pelayanan mereka sendiri.
Bagi Yesus tentu saja hal itu tidak menjadi alasan untuk tidak bekerja lagi. Ia tidak pernah menyuruh seseorang untuk mengerjakan sesuatu yang Ia sendiri tidak ingin mengerjakan-Nya. Demikianlah, setelah murid-murid-Nya pergi, Sang Guru pun "pergi dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka" (Mat. 11:1).
Kegiatan pergi berpasangan kelihatannya menjadi cara yang sering dicatat di dalam Kitab-Kitab Injil. Misalnya, dua orang murid disuruh mencari keledai muda yang akan dipakai oleh Tuhan Yesus untuk memasuki Yerusalem (Luk. 19:29). Petrus dan Yohanes bersama- sama disuruh mempersiapkan perjamuan Paskah (Luk. 22:8). Mungkin Yakobus dan Yohanes bersama-sama mengadakan perjalanan sebelum Tuhan Yesus memasuki Samaria karena mereka berdualah yang amat marah dengan penyambutan terhadap kedatangan mereka itu (Luk. 9:52,54). James I. Vancer di dalam buku kecilnya, "The College of Apostles", New York, Fleming H. Revell, 1896, bahkan mencoba menggambarkan semua rasul menjadi enam kelompok yang masing-masing terdiri dari dua orang. Yesus bermaksud untuk memperkecil kesalahan-kesalahan mereka sekaligus agar mereka dapat saling melengkapi. Pengelompokan ini mempersatukan Petrus yang radikal dengan Andreas yang kuno; Yakobus yang lebih tua dengan Yohanes yang masih muda; Filipus yang bijaksana dengan Bartolomeus yang cerdik; Tomas yang selalu bimbang dengan Matius yang berkeyakinan teguh; Yakobus anak Alfeus yang selalu cemerlang dalam melakukan tugasnya dengan Tadeus yang cemerlang dalam memegang asas; dan Simon orang Zelot dengan Yudas si pengkhianat. Dugaan ini didukung oleh daftar para rasul yang tertulis dalam Matius 10:2-4 (Latham, Pastor Pastorum, Cambridge, Deighton Bell and Co., 1910, hal. 192). Bagaimanapun juga, secara terus terus terang, saya kira kita harus menyadari bahwa pengelompokan ini kebanyakan bertolak dari sebuah hipotesa (dugaan). Walaupun demikian, dengan jelas Kisah Para Rasul menyebut kepergian para rasul dan para penginjil dari gereja itu dilakukan dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih.
PENGUTUSAN TERHADAP KETUJUH PULUH MURID
Beberapa bulan kemudian, tujuh puluh murid yang lain juga diutus secara berdua-dua untuk bersaksi bagi Tuhan (Luk. 10:1). Tidak dijelaskan siapa murid-murid yang lain ini, tetapi ada tanda-tanda yang menyatakan bahwa di antara mereka juga termasuk kedua belas murid yang pertama. Jumlah rombongan ini juga menunjukkan hasil dari pekerjaan kedua belas murid dalam bersaksi bagi Kristus.
Tugas-tugas rombongan yang lebih besar ini banyak yang serupa dengan apa yang sebelumnya sudah diberikan kepada kedua belas murid (Luk. 10:2-16). Hanya saja, ada suatu tambahan dalam menjalankan tugas baru ini, yaitu agar mereka pergi mendahului Yesus "ke setiap kota dan tempat, yang hendak dikunjungi-Nya" (Luk. 10:1). Artinya, murid- murid ini menjadi utusan-utusan bagi Tuhan untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi pelayanan-Nya. Pesan khusus ini dijelaskan kepada mereka beberapa minggu sebelumnya, sementara mereka menuju ke Samaria (Luk. 9:52). Jadi, sebenarnya tugas itu bukanlah sesuatu yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Hal ini semata-mata hendak menunjukkan kembali bahwa mereka semua harus mempraktikkan strategi penginjilan yang telah mereka pelajari dari Tuhannya.
AMANAT-AMANAT SETELAH KEBANGKITAN
Yesus telah mengulangi prinsip penginjilan kepada murid-murid-Nya sebelum Ia naik ke surga. Sedikitnya dalam empat pertemuan dengan murid-murid-Nya, Ia menyuruh supaya mereka ke luar dan melakukan pekerjaan-Nya. Pertama kali hal itu diucapkan Yesus kepada murid- murid-Nya, kecuali Tomas, pada malam pertama ketika mereka berkumpul di ruang atas. Setelah Yesus menunjukkan luka pada tangan dan kaki- Nya, murid-murid-Nya terkejut (Luk. 24:38-40), dan Ia makan bersama- sama dengan mereka (Luk. 24:41-43). Lalu Ia berkata, "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu" (Yoh. 20:21). Kemudian Yesus kembali mengingatkan mereka akan janji-Nya bahwa Roh Kudus akan menyertai mereka dalam pelayanan mereka.
Kemudian, setelah Yesus makan pagi dengan murid-murid-Nya di pantai Danau Tiberias, tiga kali Ia menyuruh Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya (Yoh. 21:15-17). Teguran ini diberikan kepada nelayan besar itu sebagai bukti kasihnya kepada Tuhan Yesus.
Di atas sebuah bukit di Galilea Yesus kembali menyampaikan amanat agung-Nya, bukan hanya kepada kesebelas murid-Nya (Mat. 28:16), tetapi juga kepada seluruh jemaat yang pada waktu itu berjumlah lima ratus orang (1Kor. 15:6). Itulah suatu proklamasi yang jelas mengenai strategi-Nya untuk memenangkan dunia. "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat. 28:18-20; Mrk. 16:15-18).
Akhirnya, sebelum Ia naik ke surga, Yesus kembali mengulangi segala sesuatu yang harus dilakukan murid-murid-Nya. Ia menjelaskan kepada mereka segala sesuatu yang harus digenapi ketika Ia masih bersama- sama dengan mereka (Luk. 24:44-45). Dengan demikian, penderitaan- Nya, kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati pada hari yang ketiga itu sesuai dengan apa yang telah direncanakan (Luk. 24:46). Selanjutnya, Yesus menegaskan kepada murid-murid-Nya bahwa "dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem" (Luk. 24:47). Untuk melaksanakan tujuan ilahi ini, murid-murid harus melakukan hal yang sama seperti yang telah dilakukan Guru mereka. Mereka harus bertindak sebagai alat untuk memberitakan Injil, dan Roh Kudus akan memberi mereka kuasa untuk melaksanakan tugas mereka. "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria sampai ke ujung bumi" (Kisah. 1:8; bandingkan dengan Luk. 24:48-49).
PRINSIP-NYA TELAH JELAS
Amatlah jelas bahwa Yesus tidak membiarkan pemberitaan Injil ini dijalankan menurut gagasan dan perasaan manusia. Bagi murid-murid- Nya, panggilan itu pada mulanya hanya merupakan kesan. Namun, pengertian mereka menjadi lebih terang sewaktu mereka mengikuti Tuhan Yesus sampai akhirnya perintah itu disampaikan dalam bentuk amanat yang tegas sehingga mereka tidak mungkin salah mengerti lagi. Tidak seorang pun dari pengikut Yesus dapat melepaskan diri dari amanat-Nya itu. Hal ini berlaku pada waktu itu, dan tetap berlaku sampai pada hari ini juga.
Murid-murid Kristen adalah utusan-utusan untuk memberitakan Injil kepada dunia ini. Pengutusan ini sama seperti pengutusan terhadap diri Tuhan Yesus ke dalam dunia untuk menyerahkan nyawa-Nya. Penginjilan bukan semata-mata suatu tugas tambahan yang baik dalam kehidupan kita, tetapi sesuatu yang harus dijiwai dalam seluruh hidup dan pekerjaan kita. Hanya amanat yang telah diberikan kepada gereja inilah yang dapat memberi arti kepada segala sesuatu yang dilaksanakan atas nama Kristus. Dengan memusatkan pemberitaan Injil itu kepada suatu sasaran yang jelas, maka semua yang dikerjakan dan dikatakan itu akan memenuhi tujuan penebusan Allah. Lembaga-lembaga pendidikan, acara-acara sosial, rumah-rumah sakit, pertemuan- pertemuan gereja dalam segala bentuk -- segala sesuatu yang dikerjakan atas nama Kristus -- itu hanya akan dapat dibenarkan bila merupakan pelaksanaan Amanat Agung ini.
PENERAPAN PRINSIP-NYA DEWASA INI
Tidaklah cukup menjadikan prinsip ini hanya sebagai cita-cita saja, tapi ini harus dilaksanakan oleh mereka yang sedang mengikuti sang Juruselamat itu. Jalan terbaik untuk memastikan dilaksanakannya hal itu ialah dengan melatih dan menyuruh orang-orang mengerjakannya. Dengan demikian, mereka akan mulai bekerja, dan kalau mereka telah melihat pekerjaan itu juga dikerjakan dalam kehidupan gurunya, tidak ada alasan bagi mereka untuk menunda tugas yang diserahkan kepada mereka. Apabila gereja sungguh-sungguh memerhatikan pelajaran ini dan mulai menginjili, tentu mereka yang duduk-duduk di bangku gereja juga akan mulai bergerak keluar bagi Tuhan.
Namun demikian, seseorang yang sudah mulai mengerjakan tugas ini belum tentu akan meneruskannya. Sekalipun sudah dimulai, mereka masih perlu didorong terus ke arah yang benar. Tentu saja ketika Yesus mulai memberikan tugas-tugas kepada murid-murid-Nya, bukan berarti mereka telah tamat dari sekolah latihan-Nya. Banyak hal yang masih harus mereka pelajari sebelum dapat dianggap siap untuk menyelesaikan pelajaran mereka. Sebelum saat itu tiba, Ia tidak ingin melepaskan mereka dari pengawasan-Nya secara pribadi. Perhatian-Nya dalam hal ini begitu jelas dan metode-Nya berkenaan dengan hal ini begitu nyata sehingga pengawasan dapat dianggap sebagai suatu langkah lain dalam rencana Yesus.
Bahan diambil dan diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Rencana Agung Penginjilan |
Judul Artikel | : | Pengutusan |
Penulis | : | Robert E. Coleman |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1993 |
Halaman | : | 62 - 67 |
Buku online:
==> e-JEMMi 15/2006
- Printer-friendly version
- 9240 reads