You are hereArtikel Misi / Pemetaan Negara Doa (2)
Pemetaan Negara Doa (2)
SOMALIA: Pada tahun 1969, diktator Siad Barre berkuasa di Somalia. Ia bergantung pada politik Perang Dingin untuk mendapatkan bantuan dan persenjataan dari luar negeri. Barre juga memanfaatkan perang antarklan di Somalia untuk mempertahankan kekuasaannya. Saat pemerintahan Barre tumbang pada tahun 1991, yang ada di Somalia hanyalah perang antaretnis dan perang antarklan. Tanpa adanya pusat pemerintahan, pelaksanaan hukum agama mayoritas berbeda antara satu tempat dengan tempat lain. Bagi orang Kristen yang berjumlah 0,04% dari populasi, mengadakan persekutuan dengan saudara seiman lainnya merupakan hal yang berbahaya sejak kekuasaan agama mayoritas semakin kuat di sejumlah bagian negara tersebut. Banyak orang Kristen melarikan diri ke negara tetangga. Namun, orang-orang percaya tetap percaya bahwa Kristus akan menyediakan penghiburan dan persekutuan yang mereka perlukan.
NIGERIA: Sejak ditinggalkan Kerajaan Inggris pada tahun 1960, Nigeria hanya mengalami 1 dekade pemerintahan terpilih sampai saat Presiden Olusegun Obasanjo terpilih pada tahun 1999. Obasanjo mengatakan bahwa ia menemukan Tuhan pada waktu ia dipenjarakan oleh diktator militer sebelumnya. Pada masa lalu, warga beragama mayoritas diberi perlakuan istimewa dibandingkan warga Kristen. Penduduk beragama tersebut banyak mendominasi Nigeria Utara dan kadang melakukan teror atas orang-orang Kristen, menghancurkan gereja, dan membunuh orang-orang percaya. Pemerintah bersikap tidak tahu-menahu atas ketidakadilan ini. Zamfara, negara bagian di utara, menjadi negara bagian pertama yang mengadopsi hukum agama tertentu. Para pemimpin Kristen berharap pemerintahan Obasanjo mengambil tindakan tegas terhadap hal tersebut. Gereja di Nigeria cukup kuat, 53% dari total penduduk beragama Kristen. Namun, sangat diprihatinkan adanya peningkatan aliran pemujaan dari luar negeri dan pencampuradukan kekristenan dengan kepercayaan berhala tradisional negara tersebut. Banyak pemeluk agama lain yang mulai terbuka dengan pengabaran Injil. Ribuan orang telah datang kepada Kristus tetapi banyak di antara mereka yang menghadapi ancaman kematian dan diskriminasi. Sekarang sudah ada sekitar 5.000 orang Kristen di antara penduduk suku Fulani yang berasal dari agama lain.
KEPULAUAN KOMORO: Negara Kepulauan Komoro memperoleh kemerdekaannya dari Perancis pada tahun 1975. Sejak saat itu mereka mengalami 17 kali perebutan kekuasaan, termasuk penyerangan dari Perancis. Pada bulan Oktober 1997, sebuah konstitusi baru yang disetujui oleh 85% suara, meningkatkan pengaruh agama mayoritas begitu besar. Orang-orang Kristen yang berjumlah 0,6 persen dari total populasi, dilarang bersaksi dalam masyarakat atau mengadakan pertemuan secara terbuka. Pada bulan Oktober 1999, 2 orang Kristen dipenjarakan hanya karena memiliki kopi film Yesus dalam bahasa setempat.
GUINEA KHATULISTIWA: Setelah 190 tahun berada di bawah pemerintahan Spanyol, Guinea Khatulistiwa muncul pada tahun 1969 sebagai negara diktator di bawah pemerintahan Marcias Nguema. Dekade berikutnya terdapat penindasan hebat yang dialami penduduknya. Dengan bantuan dari Uni Soviet, Nguema membunuh puluhan ribu rakyat. Perebutan kekuasaan militer pada tahun 1979 menciptakan sebuah pemerintahan di bawah pimpinan presiden dari satu partai. Sebelum kemerdekaan diperoleh dari Spanyol, Guinea Khatulistiwa merupakan salah satu negara paling makmur di Afrika. Namun, sekarang negara itu menjadi salah satu negara termiskin. Para pemimpin gereja dipaksa untuk bergabung dengan pemerintah yang tidak adil atau mereka akan mengalami penderitaan. Yang menyedihkan, banyak yang tidak tahan mengalami tekanan ini dan melemahkan firman Tuhan yang mereka sampaikan. Hari ini, orang Kristen dilarang untuk bersaksi secara terbuka dan tidak ada denominasi baru yang disetujui. Hanya ada sedikit utusan Injil di negara yang 83% penduduknya beragama Islam. Jumlah umat kristiani di negara ini hanya 5%.
AZERBAIJAN: Azerbaijan telah didominasi oleh tetangga-tetangganya selama berabad-abad. Selama abad ke-20, Azerbaijan tunduk kepada Rusia. Namun, pada tahun 1991 negara ini keluar dari blok Soviet. Populasi Kristen hampir seluruhnya orang Armenia dan Rusia; banyak yang melarikan diri karena adanya pembantaian pada tahun 1989. Sementara pemerintah Azerbaijan secara resmi menjamin kebebasan beragama, kelompok nasionalis menjadi semakin berkarakteristik agama tertentu dan anti Kristen. Orang Kristen berjumlah 5% dari penduduk Azerbaijan. Gereja-gereja Armenia telah ditutup dan hanya sedikit orang yang pernah tinggal di Azerbaijan akan merasa cukup aman mengikuti kebaktian jika gereja-gereja tersebut dibuka kembali. Salah satu gereja terbesar di negara ini diserang pada bulan September 1999, dan para pemimpin gereja dan jemaat yang hadir diinterograsi oleh polisi. Literatur Kristen dapat dicetak jika mendapatkan izin pemerintah, yang tidak pernah dipenuhi. Sekarang hanya ada sekitar sepuluh literatur Kristen yang dapat diperoleh dalam bahasa Azeri.
TAJIKISTAN: Pemerintahan komunis yang sudah berkuasa selama 70 tahun meninggalkan negara ini dalam kondisi ekonomi yang hancur. Sejak memperoleh kemerdekaannya dari Kerajaan Soviet pada tahun 1992, Tajikistan mengalami masalah korupsi, perang saudara, dan kemiskinan. Banyak orang berjuang untuk mendapatkan makanan yang cukup setiap hari. Hidup di negara yang mayoritas penduduknya beragama tertentu cukup keras dan pengaruh agama tersebut semakin meningkat hebat. Orang Kristen yang berjumlah 1% dari total populasi harus berhati-hati menjaga segala bukti iman mereka. Mereka yang memiliki bahan-bahan rohani menyadari diri mereka beruntung. Akhir-akhir ini beberapa literatur telah dicetak, termasuk sebuah Alkitab anak-anak dan kursus korespondensi. Namun, masih terdapat kurang dari sepuluh literatur Kristen yang dapat diperoleh dalam bahasa Tajik.
TURKMENISTAN: Meskipun pemerintahan komunis Uni Soviet jatuh pada tahun 1990 dan pada tahun 1991 Turkmenistan mendapat kebebasan, banyak orang masih menganut sistem lama. Segera setelah Turkmenistan memperoleh kebebasannya, Presiden Saparmurad Niyazov menamakan dirinya "Turkmenbashi", yang berarti pemimpin orang Turkmen, dan membangun pengaruh bagi dirinya sendiri. Siapa pun yang berusaha melawannya dalam pemilihan demokratis akan mengalami tekanan. Perlahan-lahan, Turkmenistan menjadi negara agama. Akibatnya, kekristenan di Turkmenistan sangat menderita. Komite Keamanan Nasional atau KNB dan pihak kepolisian memonitor gereja yang tak terdaftar di ibukota, Ashgabad, pada tanggal 13 November 1999. Segera setelah itu, peralatan berat penghancur didatangkan ke tempat tersebut dan meratakan gereja yang dibangun pada tahun 1992 itu. Para pelajar Kristen yang kuliah di beberapa universitas di sana mendapat ancaman pengusiran. Meskipun jumlah orang Kristen di Turkmenistan sedikit, mereka masih memiliki pengaruh besar dalam masyarakat. Melalui film dan video Yesus, yang diterima dengan baik, banyak orang telah menerima anugerah keselamatan dari Yesus Kristus.
UZBEKISTAN: Selama Perang Dingin, orang-orang Kristen di Uzbekistan menderita di bawah rezim totaliter komunis. Sebuah periode yang relatif bebas terjadi, menyusul jatuhnya Kerajaan Soviet. Sekitar 4,7% dari penduduk negara ini beragama Kristen dan mereka mengalami kesulitan. Setiap gereja harus memiliki surat-surat pendaftaran pemerintah resmi supaya dapat mengadakan ibadah. Sering kali, secara tak terduga polisi mendatangi gereja-gereja untuk menginspeksi surat-surat pendaftaran mereka. Gereja yang tidak dapat dengan segera menunjukkan surat pendaftarannya ditutup dan pintunya disegel oleh polisi. Para pendeta ditangkap dan ditahan, dan para anggotanya diancam. Banyak orang Kristen di Uzbekistan tetap menyembah Tuhan dan menjangkau orang lain meskipun mendapat ancaman pemerintah.
NEPAL: Nepal merupakan satu-satunya negara Hindu di dunia. Sebanyak 89% penduduknya beragama Hindu. Orang Kristen hanya 0,58% dari populasi yang ada. Kekacauan masyarakat pada tahun 1990 mengakibatkan perluasan liberalisasi kendali pemerintah, termasuk kebebasan mengakui dan melakukan praktik agama, namun tidak termasuk mengajak orang lain masuk dalam agama tertentu. Dalam praktiknya, penganiayaan lokal terhadap orang-orang Kristen biasa terjadi, khususnya mereka yang bersaksi kepada orang Hindu. Pada bulan Maret 1999, polisi menyerang sekelompok orang Kristen yang sedang menyiapkan kebaktian Paskah. Mereka memukuli orang-orang Kristen tersebut dan melukai lebih dari 200 orang. Pada tahun 1998, Pendeta Gopal Kham Magar dan Pendeta Kham Magar dibunuh oleh polisi. Pemerintah menyatakan bahwa mereka disalahkan karena menjadi aktivis komunis. Pendeta yang lain juga dibunuh dengan tuduhan yang sama.
BHUTAN: Negara yang kurang berkembang ini keluar dari feodalisme dan menjadi monarki konstitusional. Bhutan terisolasi dari negara luar sampai tahun 1949 saat Komunis mengambil alih China dan memaksa Bhutan menghentikan kegiatan bisnis eksklusifnya dengan Tibet. Kesaksian Kristen sangat dilarang sampai tahun 1965. Kemudian negara ini terbuka selama lebih dari dua dekade. Akhirnya, terlihat kemajuan kekristenan dan sejak saat itu larangan baru dikeluarkan. Kegiatan misi hanya diizinkan beroperasi dalam proyek kemanusiaan, dengan kondisi mereka tidak dapat melakukan penginjilan. Dengan adanya masalah terbesar Bhutan -- penyakit kusta -- yang hampir memusnahkan negara tersebut, para utusan Injil beroleh kesempatan untuk tetap tinggal. Orang Kristen di negara ini berjumlah hanya 0,33% dari populasi keseluruhan. Beberapa orang Bhutan datang kepada Kristus karena kesaksian orang-orang percaya dari India yang mengunjungi Bhutan. Semua kegiatan ibadah yang dilakukan oleh kelompok di luar agama mayoritas, dinyatakan ilegal. Salah satu kebutuhan terbesar Bhutan adalah Alkitab dalam bahasa Dzongkha.
SRI LANKA: Negara ini merupakan surga potensial, daratannya subur dan pantai-pantainya ditumbuhi banyak pohon kelapa dan buah-buahan tropis yang eksotik. Namun, sejak awal tahun 1980-an kekerasan menguasai Sri Lanka. Perang saudara pecah pada tahun 1983 antara dua fraksi politik berkuasa. Sejak saat itu, Sri Lanka terus-menerus berada dalam kondisi negara darurat. Dua abad yang lalu, kekristenan memiliki pengaruh besar di negara ini. Namun saat ini, orang Kristen yang berjumlah sekitar 7,6% dari populasi yang ada, mengalami penganiayaan oleh kelompok agama mayoritas. Banyak orang Sri Lanka memiliki persepsi buruk terhadap orang-orang percaya. Mereka menganggap kekristenan merupakan agama asing dan paksaan penjajah. Kebebasan untuk menyatakan kepercayaan dan akses dalam dunia pendidikan merupakan hal terlarang bagi para pengikut Kristus.
MYANMAR: Sejak diduduki Jepang pada tahun 1942, negara ini cukup mengenal dunia peperangan. Negara ini terdiri dari tujuh distrik dan tujuh negara bagian etnis minoritas yang menjadi tempat peperangan antaretnis. Diktator militer memerintah negara ini dan menolak usaha warga negaranya yang mengusahakan demokratisasi negara ini. Rezim militer ini berusaha mengendalikan setiap aktivitas keagamaan. Hampir seluruh misi Kristen diusir pada tahun 1966. Namun syukurlah benih-benih penginjilan telah berakar dan orang. orang Kristen, 6,5% dari seluruh penduduk, tetap berpegang teguh dalam kesengsaraan.
SIPRUS: Siprus diperintah oleh Inggris sampai tahun 1960, dan terpecah menjadi dua kelompok masyarakat, Yunani dan Turki. Situasi politik yang telah berlangsung lama di negara ini sangat membutuhkan adanya resolusi. Banyak penganut Mormon dan saksi Yehova yang tinggal di pulau ini dibandingkan orang-orang yang hidup benar-benar menuruti firman Tuhan, meskipun 78% dari penduduk pulau ini menyatakan dirinya sebagai orang Kristen. Siprus hanya memiliki sedikit misionaris dan mereka menghadapi perlawanan. Di sebelah utara daerah Turki di mana penduduknya beragama lain tidak ada kesaksian aktif yang diperbolehkan dan gereja terbatas bagi kelompok kecil orang-orang percaya.
KUBA: Pulau yang berjarak hanya 135 kilometer dari selat Florida ini merupakan salah satu negara komunis yang terakhir. Pada tahun 1959, Fidel Castro berkuasa dan mengancam orang-orang Kuba dengan sosialisme atau mati. Pada tahun 1960-an, Castro memberi label orang-orang Katolik dan Kristen dengan istilah "sampah masyarakat". Ia memaksa kalangan orang awan maupun pendeta masuk dalam kamp kerja paksa di bawah kondisi yang tidak manusiawi. Banyak perubahan terjadi dalam tahun 1999. Gerakan penginjilan terbuka dilakukan untuk pertama kalinya sejak berkuasanya Castro. Kelihatannya ada keterbukaan bagi Injil, dan 44,1% penduduknya menyatakan dirinya sebagai orang Kristen. Namun, sempat dilaporkan pula bahwa dalam tahun 1999 pihak berwenang Kuba membakar ribuan Alkitab di dekat daerah yang bernama Arroyo Naranjo.
INDIA: Keanekaragaman bahasa, ras, etnis, dan agama di India berjalan terhuyung-huyung. Dalam tahun-tahun terakhir beberapa negara bagian India dicemaskan oleh kekerasan agama, saat kelompok radikal Hindu mengadakan konflik terbuka secara meningkat terhadap orang-orang Kristen. Pada bulan Januari 1999, utusan Injil dari Australia, Graham Staines dan dua anak laki-lakinya dibakar sampai mati oleh kelompok radikal Hindu di sebelah timur laut negara bagian Orissa. Orang Hindu yang bertobat menjadi Kristen sering kali diusir dari keluarga mereka. Mereka mengalami kemiskinan dan pengasingan. Dalam tahun terakhir dilaporkan terdapat beberapa pendeta dan pastor dipukuli, biarawati diserang, bahkan diperkosa, dan kekerasan lainnya yang ditujukan kepada orang-orang Kristen di Orissa dan Gujarat. Umat Kristen berjumlah 2% dari 1,13 milyar penduduk India dan ribuan umat kristiani mengalami penganiayaan.
CHECHNYA (RUSIA): Saat pemberontak Chechen berjuang bagi kemerdekaan dari Rusia, orang-orang Kristen menjadi sasaran mereka. Kekerasan ini semakin meningkat dalam tahun 1999. Pemimpin Gereja Baptis Grozny, Aleksander Kulakov, berumur 65 tahun, dilaporkan telah dipenggal kepalanya tahun 1999. Kepala tersebut dipajang di sebuah pasar setempat. Meningkatnya orang-orang Kristen yang menjadi sasaran penculikan dan pembunuhan brutal terus-menerus di Chechnya menyebabkan hampir seluruh penginjil Kristen di Grozny melarikan diri ke Rusia sebelah selatan untuk mendirikan pemukiman baru. Jemaat Grozny yang terisolasi terdiri dari sekitar 100 wanita lanjut usia dan para yatim piatu.
KOLOMBIA: Orang-orang Kristen di Kolombia telah menjadi sasaran Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia -- para pemberontak petani pengikut paham Marxist-Leninist yang didirikan oleh pemimpin gerilyawan terkenal Tito Fijo pada tahun 1964. Angkatan bersenjata ini beroperasi secara nasional dan mengendalikan ribuan hektar ladang obat bius. Presiden Andres Pastrana menyerahkan FARC secara efektif kendali atas daerah selebar lebih dari 24.000 km di selatan Kolombia bagian tengah. Para misionaris menyatakan keprihatinan mereka terhadap keamanan para pendeta dan orang-orang percaya yang berada di zona ini. Dalam bulan Oktober 1999, para gerilyawan mengeluarkan perintah pemberhentian bagi semua gereja dan pendeta penginjil, yang dapat berarti bahwa kehidupan mereka berada dalam bahaya jika mereka tetap melanjutkan kegiatan mereka. Beberapa gereja telah ditutup di daerah ini. Gereja yang diizinkan mengadakan kebaktian diberlakukan jam malam mulai pukul 6 sore. Aktivitas keagamaan publik juga telah dilarang.
INDONESIA: Negara ini adalah negara dengan pulau terbanyak di dunia dengan sekitar 13.500 pulaunya dan ragam etniknya yang besar pula dari 220 juta jiwa penduduknya. Di beberapa pulau, termasuk pulau utama Jawa, banyak gereja-gereja yang dihancurkan atau dibakar. Tak sedikit dari gereja-gereja itu masih kesulitan mendapatkan izin pembangunan kembali atau renovasi gedung. Dari data yang berhasil dikumpulkan, dilaporkan sudah ratusan gereja diserang orang-orang beragama lain dari kelompok fundamental dan sejumlah orang Kristen mati terbunuh atau teraniaya, juga hamba Tuhan atau aktivis ang dipenjara. KeKristenan dianggap hal yang asing dan membahayakan ajaran umat beragama lain. Anggapan tersebut banyak mendasari sejumlah pengrusakan tempat badah dan penganiayaan. Kekacauan besar sepanjang sejarah di negeri ini terjadi ketika tindakan brutal kelompok fundamental menyebabkan jutaan orang Kristen menjadi pengungsi dan terbunuh dalam jumlah yang sangat besar. Upaya mendirikan negara berdasarkan hukum agama mayoritas oleh kelompok fundamental sering kali disertai kekerasan meskipun ditentang oleh kelompok agama mayoritas nasionalis dan kaum nasionalis. Kelompok agama mayoritas dalam negara ini mendapat perlakuan khusus dari pemerintah, sedangkan kegiatan orang Kristen cukup terbatas, seperti kesulitan alam mendapatkan izin membangun gereja dan melakukan aktivitas kerohanian di sejumlah tempat. Di pulau Bali dengan agama mayoritas lainnya, pengakuan iman Kristiani juga menghadapi tantangan iman. Di Bali, puluhan orang Kristen yang diusir dari desanya karena berpindah iman dari agama mayoritas, dan pada bulan Februari 2002 sebanyak 11 rumah orang Kristen dibakar. Orang Kristen di negara ini berjumlah sekitar 12,5 persen dari total penduduk.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku | : | Batu-Batu Tersembunyi |
Judul asli buku | : | The Hidden Stones in Our Foundations |
Judul artikel | : | Pemetaan Negara Doa |
Penulis | : | Tim Voice of the Martyrs |
Penerjemah | : | Ivan Haryanto |
Penerbit | : | Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya 2005 |
Halaman | : | 153 -- 160 dan 163 -- 171 |
- Printer-friendly version
- Login to post comments
- 6316 reads