You are hereArtikel Misi / Kepemimpinan (Sebuah Tinjauan dari Sudut Alkitabiah)

Kepemimpinan (Sebuah Tinjauan dari Sudut Alkitabiah)


Definisi Kepemimpinan

James L. Gibson (Professor of Business Administration University of Kentucky), Jhon M. Wancevich (Professor of Organizational Behaviour and Management University of Houston), James H. Donnely Jr (Professor Business Administration University of Kentucky) menyebutkan kepemimpinan adalah:

"Upaya memengaruhi kegiatan pengikut melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu."

"Suatu upaya penggunaan jenis pengaruh bukan paksaan (concoersive) untuk memotivasi orang-orang mencapai tujuan tertentu."

"Seorang pemimpin adalah orang yang memunyai kemampuan untuk membuat orang lain melakukan sesuatu yang tadinya mereka tidak suka melakukannya."

Definisi-definisi tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan melibatkan penggunaan pengaruh, dan karenanya semua hubungan dapat merupakan upaya kepemimpinan. Selain itu, proses komunikasi merupakan sesuatu yang penting dalam sebuah kepemimpinan. Kejelasan dan ketetapan komunikasi memengaruhi perilaku dan prestasi pengikut.

J. Oswald Sanders dalam bukunya "Kepemimpinan Rohani" menyebutkan kepemimpinan ialah "PENGARUH".

Lord Montgomery mendefinisikan kepemimpinan adalah "Kemampuan dan kehendak untuk mengerahkan orang...."

Dr. John R. Molt, mendefinisikan seorang pemimpin adalah "yang mengenal jalan dapat menarik orang lain mengikuti dia".

AS Truman mendefinisikan "Seorang pemimpin adalah orang yang memunyai kemampuan untuk membuat orang lain melakukan sesuatu yang tadinya mereka tidak suka melakukannya."

Li Hung Chang, salah seorang pemimpin Tiongkok mengatakan, "Hanya ada tiga macam orang di dunia ini, yaitu mereka yang dapat digerakkan, mereka yang tidak dapat digerakkan, dan mereka yang menggerakkan orang-orang lain".

Good T.L. menyatakan "Kepemimpinan adalah: (1) Kemampuan dan kesiapan untuk memberi inspirasi, membimbing, mengarahkan, atau mengatur orang lain, (2) Berperan sebagai penerjemah dari kepentingan dan tujuan sebuah kelompok, dan kelompok itu mengakui serta menerimanya sebagai juru bicara mereka."

Lawson, Griffin, dan Donat, mengatakan bahwa kepemimpinan adalah "Proses memengaruhi orang lain dalam membuat keputusan, menetapkan tujuan sembari membuat orang-orang itu tetap bersatu dengan sukarela."

Gambaran Kepemimpinan

Gambaran kepemimpinan dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:

  1. Kepemimpinan Alamiah
    1. Percaya pada diri sendiri -- tak mengindahkan Tuhan.
    2. Mengenal orang.
    3. Mengambil keputusan sendiri.
    4. Ambisius (menonjolkan diri).
    5. Menciptakan cara-caranya sendiri.
    6. Suka menyuruh orang lain.
    7. Didorong oleh pertimbangan-pertimbangan pribadi.
    8. Berdiri sendiri-sendiri.
  2. Kepemimpinan Rohani
    1. Percaya pada Allah.
    2. Mengenal Allah.
    3. Berusaha mencari kehendak Allah.
    4. Tidak menonjolkan diri sendiri.
    5. Mengikut cara Allah.
    6. Suka menaati Allah.
    7. Didorong oleh kasih kepada Allah dan manusia.
    8. Bergantung secara total kepada Allah.

Dr. AW Tozer mengatakan: "Seorang pemimpin yang benar dan dapat dipercaya mungkin sekali adalah orang yang tidak ingin memimpin, tetapi dipaksa memegang pimpinan oleh dorongan Roh Kudus dari dalam dan tekanan keadaan dari luar.". Contoh orang seperti itu adalah Musa, Daud, dan para nabi di dalam Perjanjian Lama. Seorang pemimpin sejati adalah seorang yang tidak memunyai keinginan untuk berkuasa atas milik Allah, melainkan ia rendah hati, lembut, penuh pengorbanan, dan bersedia memimpin walaupun ia tahu ada orang yang lebih bijaksana dan berbakat daripada dirinya sendiri.

Mengenal Pemimpin "Baru"

Agar dapat memahami rancangan kepemimpinan baru ini, kita harus mengamati dari dekat hal yang dilakukan Yesus Kristus sebagai seorang pemimpin. Sepintas lalu, tampaknya Ia melakukan yang dilakukan oleh sebagian besar pimpinan lainnya -- menuntun para pengikutnya di sepanjang jalan yang harus ditempuh mereka, tetapi itu bukanlah tujuan utama Yesus Kristus sebagai pemimpin. Yesus memunyai tugas lain yang sama pentingnya. Ia datang untuk melatih para pemimpin, menyampaikan Kabar Baik sampai ke ujung bumi.

Tujuan utama-Nya sebagai seorang pemimpin bukanlah untuk menuntun para pengikutnya ke kayu salib, atau sekadar menunjukkan kepada mereka teladan menjalani hidup saleh, walaupun kedua hal ini memang dilakukannya. Tujuan pokok-Nya ialah membina para pemimpin yang berasal dari pengikutnya.

Azas-azas kepemimpinan yang diajarkan dan diterapkan oleh-Nya adalah "TELADAN" -- Merekrut orang-orang untuk mengikuti teladan-Nya, dan menuntun mereka di sepanjang jalan, sambil melatih mereka untuk melakukan hal-hal yang dilakukan-Nya (Lukas 9:1-6; Yohanes 14:12; 1 Korintus 11:1).

Mengapa kita tidak mau memberikan teladan?

  1. Kita tidak mengerti arti sebenarnya dari kerendahan hati.
  2. Kita takut kemungkinan yang akan dipikirkan atau diucapkan orang lain (1 Tesalonika 2:4).
  3. Kita merasa tidak memenuhi syarat (Keluaran 3:11; 1 Korintus 1:26).

Lord Montgomery menyatakan dengan jelas tujuh unsur yang perlu bagi seorang pemimpin:

  1. Ia harus dapat menarik diri dan tidak menceburkan diri dalam persoalan-persoalan kecil.
  2. Ia tidak berpikir picik.
  3. Ia tidak boleh sombong.
  4. Ia harus pandai memilih orang.
  5. Ia harus menaruh kepercayaan kepada orang-orang yang dipimpinnya dan membiarkan mereka melakukan tugasnya tanpa dicampuri.
  6. Ia harus mampu mengambil keputusan dengan tegas.
  7. Ia harus memperoleh kepercayaan orang.

Langkah-langkah membina pengikut menjadi seorang pemimpin?

  1. Pengikut melaksanakan petunjuk dari pemimpin.
  2. Pengikut melaksanakan petunjuk dari pemimpin, tetapi pemimpin meminta masukan dari pengikut.
  3. Pemimpin menugaskan pengikut untuk merancang dan melaksanakan sebuah proyek dengan masukan dari pemimpin. Pemimpin menugaskan orang lain untuk dipimpin oleh pengikut.
  4. Pengikut merancang dan melaksanakan sebuah proyek tanpa masukan dari pemimpin. Pengikut menyarankan kepada pemimpin, dan pemimpin memeriksa hasilnya bersama pengikut.
  5. Pengikut menyiapkan regunya sendiri dan bekerja bebas dari pemimpin, kecuali memberikan masukan bila diperlukan dan pemeriksaan berkala. Dalam hal tertentu, pengikut bebas sama sekali dari pemimpin, dan memulai proses ini dengan pengikutnya sendiri.

Diambil dan disunting dari:

Judul majalah : Pukat, Tahun XVII, Edisi Juli - Agustus 1999
Penulis : Pdt. Ignas. S. Bataona N.A
Penerbit : GBI Mawar Sharon Jakarta
Halaman : 16 -- 18

e-JEMMi 18/2012