You are hereArtikel Misi / Kelebihan Gereja Rumah Dibandingkan dengan Gereja Tradisional
Kelebihan Gereja Rumah Dibandingkan dengan Gereja Tradisional
Saya menemukan paling tidak ada dua belas kelebihan pergerakan gereja rumah dengan dasar sel bila dibanding dengan gereja tradisional kongregasional.
Multiplikasi dan Pemuridan
Gereja rumah adalah suatu acuan yang mengutamakan multiplikasi dan pemuridan dengan potensi pertumbuhan yang besar, karena "sel" sendiri merupakan bagian yang dapat memultiplikasikan dirinya sendiri. Pembinaan, multiplikasi, dan pemuridan adalah inti dari konsep ini. Sidang jemaat sama sekali bukanlah sebuah acuan atau model pemuridan, dan secara struktural cenderung mencegah terjadinya pembinaan dan pemuridan. Pemuridan tidak pernah hanya berarti satu-sama-satu: sesungguhnya pemuridan merupakan tugas komunitas. Selain karena Roh Kudus, pengaruh dari teman sebaya merupakan guru yang paling handal di muka bumi, dan hal ini tidak dapat dipungkiri oleh orangtua yang memiliki anak remaja. Gereja rumah juga menerapkan cara ini. Orang-orang yang telah ditebus saling bertanggung jawab satu sama lain, dengan cara yang sehat dan penuh kasih, saling menimba pelajaran tentang nilai-nilai kerajaan baru, menjadi teman dan keluarga bagi teman yang lain, dan saling menolong dalam kehidupan baru mereka. Tidak ada seorang pun yang dibiarkan bergumul sendirian dan menyembunyikan masalah-masalahnya, dan karena hal itulah, setiap orang cepat menjadi dewasa.
Struktur yang Tahan Aniaya
Melalui cara hidup mereka yang sederhana dan fleksibel, juga roh tahan aniaya yang mereka miliki, gereja-gereja rumah dapat berkembang sampai pada tahap menjadi struktur yang tahan terhadap aniaya, atau setidaknya melawan aniaya sebagai sebagai kebalikan dari jenis tradisional yang sangat mudah terlihat dan tidak bisa dipindah-pindahkan dari "gereja dengan salib di puncak menara".
Bebas dari Penghalang-penghalang Pertumbuhan Gereja
Begitu ada perhatian penuh untuk mencegah beralihnya gereja rumah dari suatu organisme menjadi organisasi, gereja rumah dapat bermultiplikasi secara mitosis, suatu proses reproduksi sel, dan pertumbuhan pergerakan benar-benar akan terbebas dari penghalang-penghalang pertumbuhan gereja.
Semakin Banyak yang Terlibat, semakin Efisien
Gereja kongregasional seringkali bertumpu pada suatu program. Sebagian besar program itu diatur oleh anggota jemaat. Hal ini telah terbukti bahwa hal tersebut tidak efisien dan sumber daya manusianya seringkali tidak cukup, biasanya hanya melibatkan 20 persen dari jumlah anggota jemaat ada, yang sudah kelelahan mengerjakan pekerjaan pelayanan bagi anggota lain yang lebih pasif, yaitu sekitar 80 persen jemaat yang tersisa. Dalam gereja rumah, hampir setiap orang dengan mudah dan secara alami akan terlibat, ranting yang mati dipangkas. Karena mereka yang terlibat merasa dipuaskan, jadilah mereka orang- orang yang bahagia, sehingga kualitas dan efisiensi gereja secara keseluruhan terus bertumbuh.
Menghancurkan Dilema Pelayanan Pastoral
Model gereja rumah akan menghancurkan dilema pelayanan pastoral, suatu masalah yang umum dan menggerogoti gereja kongregasional; seiring dengan pertambahan jumlah anggota, kualitas pelayanan pastoral biasanya menurun. Hal tersebut disebabkan karena gembala sidang tidak sanggup lagi memelihara domba-dombanya dengan baik.
Menyediakan Wadah untuk Transformasi dan Tanggung Jawab Kehidupan
Gereja rumah merupakan landasan ideal untuk mengubah nilai atau pandangan hidup, memindahkan kehidupan yang pada akhirnya akan mengubah gaya hidup. Analisis terhadap gereja-gereja di negara barat menunjukkan bahwa gereja kongregasional hampir pasti tidak efektif di dalam hal mengubah nilai-nilai dasar dan gaya hidup anggota jemaat. Banyak orang Kristen yang mengikuti gaya hidup orang-orang di sekitarnya, sehingga mereka tidak bisa lagi dibedakan dalam masyarakat dan kehilangan ketajaman profetisnya. Gereja rumah memberi tempat bagi transformasi nilai yang radikal, serta penataan ulang kehidupan. Selain itu, juga menawarkan kehidupan yang bertanggung jawab, yang sifatnya saling menguntungkan dan hidup, di mana terdapat pengaruh teman sebaya yang telah ditebus, yang memang ditolong untuk melakukan hal-hal yang baik, bukan yang buruk.
Rumah adalah Tempat Paling Efektif bagi Orang Kristen Baru
Banyak hal mengenai mentalitas yang berfokus pada diri sendiri dalam gereja kongregasional yang telah ditulis, di mana gereja dan programnya menjadi pusat, dan hal-hal lain senantiasa berputar di sekelilingnya. Struktur ini tidak menyukai orang-orang baru yang datang "memporakporandakan aturan dan situasi". Dengan kata lain, gereja kongregasional adalah zona yang kurang ramah bagi orang-orang Kristen baru, berdasarkan laporan tentang besarnya jumlah, hampir mencapai 99 persen mereka yang meninggalkan apa yang dinamakan "program follow-up kegiatan penginjilan". Sebaliknya, gereja sel atau gereja rumah adalah zona paling efektif, alami, dan ramah bagi orang-orang baru untuk datang dan membina hubungan dalam komunitas Kristen. Gereja rumah menyediakan orangtua (ayah dan ibu) rohani, bukan guru-guru dan kertas. Gereja rumah juga membalikkan arah pandang orang-orang Kristen, dan tidak membawa orang ke dalam gereja, melainkan membawa gereja kepada masyarakat.
Menjadi Jalan keluar bagi Krisis Kepemimpinan
Gereja rumah dipimpin oleh para penatua, dan bukan sekadar itu saja, lebih tua daripada sebagian besar orang di dalam komunitas, tanpa harus berlagak "dituakan". Para penatua itu tidak harus menjadi pembawa acara yang trampil dan guru yang pandai: ayah dan ibu rohani sejati dan rendah hati dengan anak-anak yang taat merupakan modal awal yang baik. Orang-orang seperti itu telah bertahun-tahun menjalani kehidupan yang mendewasakan dan teruji oleh waktu, bukannya seorang lulusan sekolah Alkitab yang mampu menjalankan beberapa fungsi rohani. Kepemimpinan seperti ini dapat dengan mudah ditemukan dan dikembangkan di mana saja tanpa harus menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk sekolah teologi. Dia bergantung pada masukan dan dukungan kerasulan serta profetik, yang pertama kali dan terus-menerus dia terima, pelayanan yang ada di dalam diri mereka dapat berkembang dan akan berpadu serasi serta bertumbuh secara eksponensial (bilangan berpangkat) bersamaan dengan pergerakan gereja rumah yang bermultiplikasi. Apa yang kita kenal sebagai Sekolah Minggu, Sekolah Alkitab, dan seminari kebanyakan bersifat statis, suatu sistem pengembangan kepemimpinan yang pada dasarnya bersifat tambahan, yang bila bertumbuh, paling-paling secara linier dan tidak secara eksponensial. Lembaga-lembaga di atas merupakan sistem yang bersifat informasional, bukan sistem yang transformasional, seperti yang dengan tepat ditunjukkan oleh Beckham. Oleh karena itu, mereka tidak dapat menandingi multiplikasi pergerakan gereja rumah dengan kebutuhan akan para penatua yang juga bertumbuh secara eksponensial.
Mengatasi Perbedaan antara Hamba Tuhan dan Orang Awam
"Di dalam Perjanjian Baru, kita tidak akan menemukan ayat-ayat petunjuk tentang seorang gembala sidang memimpin sebuah sidang jemaat," kata Barney Coombes. Gereja rumah sama sekali tidak memerlukan seorang gembala sidang seperti yang kita pahami selama ini, sebab para penatua berfungsi, bersama-sama dalam karunia- karunia gereja rumah yang saling menyokong, untuk memelihara dan memultiplikasikan kehidupan gereja. Kenyataan ini mematahkan kutuk perbedaan hamba Tuhan dengan kaum awam, yang justru ditekankan oleh gereja kongregasional.
Gereja Rumah lebih Alkitabiah
Kita tidak bisa mengabaikan pewahyuan alkitabiah lebih lama lagi sambil berharap bisa berlalu begitu saja. Tradisi memang merupakan guru yang tangguh, tetapi Firman Allah lebih dapat dipercaya dan jauh lebih baik. Bahkan, pada era pasca modernisme dan relativitas, Alkitab tetap mengajarkan hal-hal yang absolut, tidak terbantah. Alkitab sama sekali tidak mengajarkan bahwa sebuah kumpulan kudus yang berkumpul pada hari dan jam kudus di tempat yang kudus untuk berpartisipasi dalam sebuah upacara kudus yang dipimpin oleh orang- orang kudus berpakaian kudus demi gaji yang kudus adalah gambaran dari sebuah gereja Perjanjian Baru. Pekerjaan Allah yang dilakukan dengan cara Allah, sampai kini tetap mendatangkan berkat Allah. Bahkan di zaman Musa, Allah menyuruhnya membangun "seperti contoh yang telah Kutunjukkan". Kita tidak akan rugi jika kita bergumul dengan tradisi yang kita yakini demi mendapatkan kebenaran alkitabiah, sebab bukan tradisi yang akan membebaskan kita, melainkan Firman Allah.
Tidak bisa Disangkal, lebih Murah
Gereja kongregasional dapat didefinisikan sebagai "rencana ditambah gedung ditambah pendeta ditambah gaji ditambah program". Definisi dari gereja rumah adalah "orang ditambah rumah biasa ditambah iman ditambah membagikan kehidupan", yang jelas-jelas lebih murah. Jika gereja-gereja kongregasional membutuhkan dana yang luar biasa untuk berdiri, dan lebih banyak uang lagi untuk memelihara serta menyebarluaskannya, maka sel dan gereja rumah sebenarnya justru menghasilkan uang, karena mereka memproduksi lebih banyak daripada yang dikonsumsi. Pada zaman yang banyak memperdengarkan jeritan yang tidak pernah berhenti meminta lebih banyak uang bagi "pelayanan gereja", kita tidak boleh menganggap remeh pilihan-pilihan yang ada, tetapi kita seharusnya menjadi hamba yang setia dari talenta keuangan yang telah Allah berikan kepada kita.
Gereja Rumah Membangkitkan Gereja Kota
Saya menemukan bahwa gereja sekarang mengatur diri mereka dalam empat tingkatan:
Di rumah (dimana sebuah persekutuan yang hidup dapat berlangsung, terlepas dari nama yang kita berikan);
Gereja kongregasional (gereja denominasi yang berorientasi pada pertemuan ibadah atau kebaktian tradisional);
- Kota atau wilayah;
Denominasi (jaringan kerja, konferensi, atau organisasi dari gereja-gereja denominasi dalam suatu daerah).
Jika gereja tradisional, terutama berfokus pada tingkatan b dan d, maka gereja sel berfokus pada tingkatan a dan b. Di sisi lain, gereja rumah membuat kita terfokus pada tingkatan a dan c. Gereja dalam Perjanjian Baru dinamakan sesuai dengan lokasi geografisnya, bukan atas denominasi. Bersama gelombang pergerakan baru gereja rumah ini, terbuka pula sebuah jalan pulang menuju bentuk "gereja kota", yang artinya gereja dari sebuah kota semua orang Kristen dari kota atau wilayah itu, bertemu secara rutin atau pun tidak dalam pertemuan raya sekota. Dalam pertemuan tersebut, orang-orang Kristen yang paling berkarunia di kota itu dan para hamba Anak Domba yang rendah hati melupakan semua gelar dan aliran politik, lalu, dalam kedewasaan rohani yang baru, mempersembahkan nama, denominasi, reputasi, dan kesuksesan pribadi demi kemajuan Kerajaan dengan satu orang Raja, sang Anak Domba.
Bayangkanlah kegemparan yang terjadi saat orang banyak ini berkumpul, mereka datang dari seluruh penjuru kota, lalu pemimpinnya secara tetap memberikan visi-visi profetik, mengajarkan dasar-dasar kerasulan, berdiri dalam satu kesatuan, saling memberkati, dan berbicara kepada dunia dengan satu suara. Apa yang telah iblis upayakan dengan segala cara agar tidak terjadi akan kembali menjadi kenyataan: "jemaat Roma", "jemaat Efesus", "jemaat Korintus", "jemaat Yerusalem", Wina, Singapura, Baghdad, Kartoum, atau Montevideo akan terjalin kembali satu dengan yang lain, akan saling berkait, membentuk sebuah identitas rohani dan pergerakan bersama dalam satu Tuhan dan Tuan, dan juga berbicara dengan satu suara yang penuh kuasa kepada bangsa dan kotanya.
Apa yang terjadi pada tingkatan gereja rumah yang kecil akan tertumpah pada pertemuan yang lebih besar pada skala kota, dimana gereja akan "unggul dalam hal kecil yang kemudian unggul di dalam hal yang besar". Kegembiraan dan sukacita orang-orang Kristen pada tingkat rumah akan berkembang dan menggambarkan kegembiraan seluruh kota. Sehingga tidak seorang pun yang tidak menyadarinya, dan orang akan mengulangi pernyataan yang pertama kali diucapkan di Yerusalem: "Kamu telah memenuhi kota ini dengan pengajaranmu!" Jadi, ini bukan kegairahan yang digerakkan dari atas oleh para motivator dan pembicara impor lewat konferensi-konferensi tiruan yang diselenggarakan berdasarkan nama-nama besar dan tema-tema, sehingga bila Allah memutuskan untuk mengulang lagi contoh-contoh yang terjadi pada hari Pentakosta, yaitu ketika 120 orang Kristen di Loteng Yerusalem tiba-tiba diperhadapkan dengan tantangan untuk mengakomodasi 3.000 orang petobat baru dalam satu hari, mereka akan siap, sebab struktur multiplikasi gereja rumah yang fleksibel akan segera tersedia dan berjalan.
Pada banyak tempat di dunia, persekutuan-persekutuan pelayanan rohani (pastoral) dan jaringan doa, baik lokal maupun regional mulai bermunculan. Saya yakin, hal ini dapat menjadi awal bagi suatu proses regional, suatu perhimpunan besar yang dipimpin oleh Roh, yang terjadi secara intuitif dan perlahan dari orang-orang yang memiliki roh yang sama, yang pertama-tama menciptakan hubungan- hubungan yang sehat, lalu bergerak ke arah pembentukan identitas rohani bersama (kolektif), sebuah bejana persatuan, yang di dalamnya, pada suatu titik kairos tertentu dalam sejarah, dapat ditempatkan suatu tantangan yang lebih besar: sebagai suatu kesatuan untuk menerima tantangan untuk memuridkan kota atau wilayah kita -- bersama-sama!
Diedit dari sumber:
Judul buku | : | Gereja Rumah yang Mengubah Dunia |
Judul artikel | : | Kelebihan Gereja Rumah Dibandingkan dengan Gereja Tradisional |
Penulis | : | Wolfgang Simson |
Penerbit | : | Metanoia Publishing, 2003 |
Halaman | : | 38 -- 45 |
- Printer-friendly version
- Login to post comments
- 9913 reads