You are hereArtikel Misi / Semua Kekristenan adalah Kekristenan Amanat Agung
Semua Kekristenan adalah Kekristenan Amanat Agung
Saya lulus dari Southern Baptist seminary yang memiliki moto tidak resmi, -Setiap ruang kelas adalah ruang kelas Amanat Agung.- Ini adalah sekolah di mana para lulusannya secara teratur memposting foto diri mereka dengan memegang papan berwarna putih dan biru yang bertuliskan, -Saya akan pergi ke ____.-
Kadang-kadang bagian yang kosong diisi dengan nama-nama kota, negara, atau bangsa di mana para alumni berharap untuk mendirikan gereja. Pada lain waktu, bagian yang kosong diisi dengan jawaban yang mencakup berbagai macam panggilan: berkhotbah, memperlengkapi para pemimpin awam, menulis, melayani para lansia, merawat para korban perdagangan manusia, serta bekerja sebagai pengacara, konselor, administrator, dan guru sekolah.
Mereka tampak berbeda di permukaan, tetapi setiap tanda #saya akan pergi terhubung oleh perhatian utama: memenuhi Amanat Agung. Memang sudah seharusnya demikian. Jika dipahami dengan benar, Amanat Agung menyentuh setiap aspek dari iman kita.
Mempertanyakan Keagungan.
Amanat Agung — nama yang kita berikan kepada perkataan Yesus dalam Matius 28:16-20 — tidak asing lagi dengan kontroversi. Tetapi, baru-baru ini seorang penulis menyatakan bahwa berfokus pada Amanat Agung akan menghasilkan -- Injil yang terpotong-potong, revivalistik, dan individualistik.- Kesalahan yang terjadi selanjutnya adalah apa yang ia sebut sebagai -- Kekristenan Amanat Agung,- yang menurut penulis -- tidak sesat -- tetapi masih memiliki -- kekurangan -- yang berbahaya.
Ini bukan pertama kalinya seseorang mengutarakan kekhawatirannya untuk menjadikan Amanat Agung sebagai pusat dari iman Kristen. Pertama-tama, frasa -- Amanat Agung -- tidak ada di dalam Alkitab. Bukan tidak adil untuk memperingatkan akan potensi bahaya dari menjadikan frasa yang tidak ada dalam Alkitab sebagai dasar dari misi gereja. Di sisi lain, frasa seperti -- Tritunggal -- dan -- keadilan sosial -- juga tidak ada di dalam Alkitab, tetapi hal itu tidak membuat kedua istilah tersebut secara otomatis menjadi tidak benar atau tidak perlu.
Yang lainnya menyalahkan -- Kekristenan Amanat Agung -- karena penafsiran yang tidak akurat. Karena kata -- pergilah -- dalam Matius 28:19 adalah bentuk partisipatif, ada yang mengatakan bahwa perkataan Yesus berarti -- saat kamu pergi -- dan bukan -- pergilah -- dalam arti -- kamu harus pergi-. Sayangnya, klaim yang agak umum ini salah memahami hubungan antara kata keterangan partisip dan kata kerja terbatas. Seperti yang dikatakan oleh pakar Yunani terkenal, Bill Mounce dan Dan Wallace, secara eksegetis tidak tepat untuk menerjemahkan kata -- pergilah -- dalam Amanat Agung sebagai sesuatu yang lain selain perintah. Yesus benar-benar menginginkan kita untuk pergi dan memuridkan.
Segala Sesuatu yang Diperintahkan Kristus.
Di atas segalanya, bagaimanapun juga, sulit untuk melihat bagaimana berfokus pada Amanat Agung sebagai misi utama gereja akan mengabaikan berbagai macam aktivitas yang Allah kehendaki bagi umat-Nya. Memang, hal ini tampak mustahil ketika memenuhi Amanat Agung berarti -- Ajarkanlah mereka untuk menaati semua yang Aku perintahkan kepadamu- (Matius 28:20, AYT).
Ini berarti bahwa Amanat Agung bukan hanya tentang perintisan jemaat dan upaya penginjilan yang terkait. Namun, hal ini juga mencakup pengajaran kepada para murid untuk membiarkan terang mereka bersinar sehingga orang lain dapat melihat perbuatan baik mereka (Matius 5:16), untuk mendamaikan hubungan yang rusak (Matius 5:23-25), untuk memberikan pipi yang satunya dan melakukan hal yang lebih baik lagi (Matius 5:38-42), untuk melakukan jenis-jenis keadilan, kebaikan, belas kasih, pengampunan, kebenaran, dan kasih karunia kepada orang lain seperti yang mereka inginkan untuk diri mereka sendiri (Matius 7:12), untuk menggunakan kekuasaan untuk melayani dan tidak menindas (Matius 20:26-28), mengundang orang miskin untuk makan malam (Lukas 14:12-14), dan mengasihi sesama seperti diri mereka sendiri (Matius 22:39-40).
Dengan kata lain, memuridkan untuk menggenapi Amanat Agung berarti mengajar mereka untuk hidup sesuai dengan kerajaan Allah (Matius 6:33) sampai kehendak-Nya terjadi -- di bumi seperti di surga- (Matius 6:10, AYT).
Injil yang Lebih Besar, Amanat yang Lebih Besar.
Oleh karena itu, masalah yang sebenarnya bukanlah bahwa berfokus pada Amanat Agung akan menghasilkan -- Injil yang terpotong-potong, revivalistik, dan individualistik.- Sebaliknya, masalahnya adalah bahwa mengkhotbahkan Injil yang terpotong-potong, revivalistik, dan individualistik menyebabkan kita kehilangan fokus yang lebih besar tentang Amanat Agung. Dengan kata lain, masalahnya bukanlah terlalu banyak Amanat Agung. Masalahnya adalah terlalu sedikitnya Injil yang mampu menunjukkan keagungan Amanat Agung.
Inilah yang terjadi ketika kita mereduksi Injil menjadi sebuah pesan tentang bagaimana cara masuk surga. Meskipun demikian, Injil adalah berita yang lebih baik lagi, yaitu bahwa Yesus mendamaikan dan memperbaharui segala sesuatu, -baik yang ada di bumi maupun yang ada di surga- (Kolose 1:20; bandingkan dengan Kisah Para Rasul 3:21; Efesus 1:10; Why. 21:5). Jika Injil hanya merupakan kabar baik tentang surga dan pengampunan, kita akan selalu gagal untuk melihat perlunya segala sesuatu dipulihkan.
Tetapi sekali lagi, ini bukanlah masalah Amanat Agung — ini adalah masalah Injil. Ini adalah masalah memiliki Injil yang terlalu kecil untuk memberikan ruang bagi keindahan dan kebaikan di samping kebenaran. Ini adalah masalah memiliki pandangan penebusan yang terlalu sempit untuk melihat kebutuhan akan segala sesuatu yang diperintahkan Yesus (lih. Mat. 28:20). Dan ini adalah masalah yang membuat umat Tuhan puas dengan membuat orang bertobat daripada membuat murid-murid yang mencari kerajaan di setiap jam setiap hari dan setiap inci persegi ciptaan.
Maka, jalan ke depan bukanlah kritik terhadap -- Kekristenan Amanat Agung,- apalagi Amanat Agung itu sendiri. Jalan ke depan adalah Injil yang lebih besar yang dapat memahami seluruh amanat yang Yesus berikan kepada gereja.
Lebih Banyak — Tetapi Tidak Pernah Kurang — dari Kemanusiaan.
Di sisi lain, beberapa orang khawatir bahwa fokus kosmik mungkin akan melupakan kebutuhan akan penginjilan dan pertobatan.
Saya memahami kekhawatiran ini, tetapi seperti halnya kritik terhadap -- Kekristenan Amanat Agung-, kritik terhadap penebusan kosmik juga tidak tepat sasaran.
Membuat penebusan menjadi lebih dari sekadar kemanusiaan tidak mengurangi pentingnya keselamatan pribadi. Seperti yang dijelaskan oleh Tim Keller dalam sebuah wawancara dengan Trevin Wax,
Dalam Roma 8, Paulus berbicara tentang pembaharuan ciptaan — pembebasannya dari kebusukan — sesuatu yang menunjukkan bahwa pada akhirnya keselamatan dari Allah berarti pembaharuan seluruh dunia, bukan hanya keselamatan jiwa-jiwa secara pribadi. Namun dalam ayat 21 Paulus mengatakan bahwa ciptaan akan dibawa ke dalam kemerdekaan dan kemuliaan kita sebagai anak-anak Allah-kemuliaan yang telah kita terima melalui iman kepada Yesus Kristus.
Jadi, daripada mengatakan — seperti yang dilakukan banyak orang — bahwa poin utama dari injil adalah keselamatan kosmik, dan keselamatan kita secara pribadi hanyalah bagian dari itu, mungkin lebih tepat jika dikatakan sebaliknya. Mungkin saja pembaruan kosmik adalah buah dari keselamatan pribadi kita.
Karena saya membaca Roma 8 dengan cara yang saya lakukan—saya melihat penebusan dan pembenaran sebagai sesuatu yang tidak datang bersamaan dengan kisah yang lebih besar, tetapi sebagai ujung tombak dari Kisah Besar.
Dengan kata lain, penebusan kosmik adalah tujuan Kristus (Wahyu 21:5), tetapi penebusan umat manusia adalah pusatnya (Wahyu 21:2-3).
Ketika Janji Allah Memenuhi Tujuan Kita.
Hebatnya, Alkitab mengatakan bahwa melalui umat manusia yang telah ditebus — murid-murid yang dibaptis dan diajar untuk menaati segala sesuatu yang diperintahkan Yesus (Matius 28:20) — Allah bekerja untuk mengantisipasi penebusan akhir dunia.
Berkat Roh Kudus, kita dimampukan untuk bekerja sama dengan Allah (2 Korintus 5:14-6:1; Filipi 2:12-13), sebagai tanda dan sarana (tidak sepenuhnya, tetapi sungguh-sungguh!) pembebasan dunia dari perbudakan dosa (Roma 8:19-24).
Dan kita melakukan semua ini sebagai orang-orang yang telah ditebus dari pekerjaan kegelapan yang sama dengan yang Yesus datang untuk menyingkapkan dan menghancurkannya (Titus 2:11-3:8; bdk. Roma 16:19-20; 1 Korintus 15:58; Efesus 2:1-10; 1 Yohanes 3:8-10). Dengan kata lain, kita hidup seperti orang-orang yang percaya bahwa Yesus -- datang untuk membuat berkat-Nya mengalir sampai ke tempat yang jauh dari kutuk,- seperti yang diajarkan oleh Isaac Watts dalam lagu yang dinyanyikannya.
Injil yang besar mencakup setiap pengorbanan kasih, setiap tindakan kebaikan, setiap karya seni, setiap khotbah yang dikhotbahkan, setiap ketidakadilan yang diluruskan, setiap doa yang dipanjatkan, setiap gereja yang didirikan, dan setiap murid yang dimuridkan. Karena ketika kasih Kristus menjadi kekuatan pendorong di balik semua itu, semua itu tidak akan gagal menghasilkan kemuliaan Allah dan kebaikan bagi dunia.
Ini adalah berita yang sangat luar biasa. Itu juga merupakan amanat yang agung. (t/Yosefin)
Diambil dari: | ||
Nama situs | : | IMB |
Alamat artikel | : | https://www.imb.org/2019/04/04/great-commission-christianity/ |
Judul asli artikel | : | All Christianity Is Great Commission Christianity |
Penulis artikel | : | James Ford |
- Login to post comments
- 38 reads