You are hereArtikel Misi / Misional dan Multietnis: Apakah Anda Siap untuk Masa Depan Gereja?
Misional dan Multietnis: Apakah Anda Siap untuk Masa Depan Gereja?
Istri saya, Vicki, adalah salah satu pendiri Transformation Church, dan saya diundang ke Norwegia oleh Baptist Union of Norway. Di sana, saya berkhotbah dan memberi kuliah di Sekolah Teologi dan Kepemimpinan Norwegia di Oslo & Stavanger, Norwegia, di hadapan para akademisi, perwakilan para pendeta, dan para pemimpin denominasi. Saya mengkhotbahkan 13 pesan dalam empat hari, sambil bergelut dengan jet lag!
Roh Kudus menguatkan saya; doa-doa dari Transformation Church, dan teriakan "Amin" dari istri saya dari barisan depan, mendorong saya. Tugas saya adalah untuk memberikan pemahaman yang komprehensif dan sesuai dengan Injil tentang gereja-gereja multietnis yang misional dan praktik-praktik terbaik untuk membangun dan mengembangkan gereja-gereja multietnis yang misional. Sveinung Vaagen, seorang pemimpin di Baptist Union menulis:
Derwin menjadi pembicara utama dalam dua acara yang berbeda di dua kota yang berbeda, dan menurut saya pengajarannya menjadi percikan api di antara para pemimpin di negara kami yang menyalakan api bagi jemaat multietnis berdasarkan firman Allah. Ini adalah pertama kalinya di Norwegia ada orang yang melakukan pengajaran yang sistematis dan menyeluruh secara teologis berdasarkan pesan Alkitab tentang umat Allah yang multietnis. Saya ingin melihat sebuah gerakan besar dari jemaat-jemaat multietnis yang bersaksi tentang Yesus dan mengubah seluruh masyarakat di Norwegia dan Skandinavia. Derwin memberi kami harapan bahwa hal ini mungkin terjadi.
Mengapa saya diundang ke Norwegia?
Norwegia adalah negara sekuler yang kaya akan minyak. Kami berada di Norwegia selama seminggu, dan kami hanya melihat satu orang tunawisma. Seperti yang terjadi di sebagian besar dunia Barat, jumlah pengikut Yesus yang telah dilahirkan kembali menurun dengan cepat. Namun, dalam kedaulatan Allah, para migran dari Iran, Afrika, dan Asia datang ke Norwegia dengan iman Injili yang hidup dan indah.
Para pemimpin gereja Norwegia seperti teman-teman saya di Baptist Union, Sveinung Vaagen dan Bente Sandtorp, dan Gabriel Stephens, seorang sarjana Perjanjian Baru dari Nigeria dan seorang pendeta, mengakui bahwa masa depan gereja di Norwegia adalah sebuah gereja yang penuh warna dan memiliki misi multietnis. Seperti halnya di seluruh Eropa, "Anda tidak dapat berbicara tentang pekerjaan Injil yang dinamis di Eropa dan tidak memikirkan orang-orang Kristen migran dan diaspora sebagai elemen kunci dari apa yang Anda pikirkan dan lakukan ... Mereka menjadi pusat teologi Eropa yang bergumul dengan isu-isu seputar etika sosial Kristen, isu-isu migrasi, dan misi gereja pada umumnya."[1]
Sebagaimana para pemimpin gereja Norwegia menyadari bahwa masa depan gereja Norwegia adalah migrasi dan multietnis, inilah saatnya bagi para pemimpin gereja di Amerika untuk menyadari realitas yang sama. Ini bukanlah waktu untuk takut, tetapi waktu untuk merangkul bagaimana Yesus membangun gereja-Nya yang transkultural.
Yesus mengundang umat-Nya ke dalam kisah penebusan-Nya ketika Ia memerintahkan para pengikut-Nya untuk pergi dan menjadikan semua suku bangsa menjadi murid-Nya (Matius 28:18-20; Kisah Para Rasul 1:8). Dalam kedaulatan Allah, setiap bangsa, suku dan bahasa akan datang ke Barat, termasuk ke Amerika. Para pembawa citra Allah ini datang ke Amerika dengan etos kerja, mimpi, talenta, kasih, dan iman Injili yang berani, yang dapat memberikan kehidupan bagi Gereja di Amerika.
Masa Depan Adalah Masa Lalu
Dunia Romawi abad pertama yang dihidupi oleh Rasul Paulus memiliki banyak kesamaan dengan Amerika di masa kini: Memiliki kekayaan yang besar, kekuatan militer yang besar, dan memerintah sebuah negara besar yang memiliki keragaman etnis dan pluralisme agama. Dalam konteks yang bergejolak dan beragam secara budaya dan agama inilah rasul Paulus menuliskan kata-kata berikut ini kepada jemaat-jemaat multietnis di Efesus (Turki modern):
"Sebab, Ia sendiri adalah damai sejahtera kita yang telah membuat kedua belah pihak menjadi satu dan yang telah menghancurkan tembok permusuhan yang memisahkan, dengan menghapus permusuhan dalam daging-Nya, yaitu Hukum Taurat yang berisi perintah-perintah dan ketetapan-ketetapan sehingga di dalam diri-Nya Ia membuat keduanya menjadi satu manusia baru, sehingga terjadi perdamaian, dan mendamaikan keduanya dengan Allah dalam satu tubuh melalui salib, sehingga mematikan permusuhan." (Efesus 2:14-16, AYT)
Yesus Kristus telah membeli dengan darah-Nya yang berharga dan memberi hidup serta mengampuni dosa, sebuah umat dari setiap bangsa, suku dan bahasa yang sekarang ada sebagai bait suci yang hidup, sebuah mosaik anugerah, dan yang menggambarkan kemuliaan-Nya di bumi. Masa depan Gereja di Amerika adalah sebuah gereja misional dan multietnis yang memiliki kekurangan, tetapi menyenangkan. Apakah Anda siap? Masa depan adalah sekarang!
[1]Ken Chitwood, ?Migrants to Europe Are Changing Churches,? https://www.christianitytoday.com/ct/2022/october/migrant-refugee-asylum-europe-church-growth.html, dikutip pada 29 Maret 2023.
(t/Jing-jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Church Leaders |
Alamat situs | : | https://churchleaders.com/outreach-missions/outreach-missions-articles/447999-missional-multiethnic-church-ready-future.html |
Judul asli artikel | : | Missional and Multiethnic: Are You Ready for the Future of the Church? |
Penulis artikel | : | Derwin Gray |
- Login to post comments
- 916 reads