You are hereArtikel / Bukan Hanya Sekadar Lambaian Tangan

Bukan Hanya Sekadar Lambaian Tangan


By admin - Posted on 25 February 2021

Pintu garasi terbuka, mobil berhenti, pintu tertutup kembali. Tetangga tetap tidak diperhatikan dan dikenal. Mencuci, Membilas, dan diulangi.

Menandai Pandemi di Seluruh Dunia.

lingkungan tempat tinggal

Lockdown membuat kita harus pulang -- seolah-olah di dalam zona senja -- dan kita tiba-tiba muncul dalam jumlah yang sangat besar untuk berjalan-jalan di lingkungan sekitar. Kami melangkah keluar apartemen dan rumah kita, melihat ke kiri dan ke kanan, beberapa dari kita melihat tetangga kita untuk pertama kalinya.

Kita merasa ada perubahan dalam keterbukaan terhadap interaksi dengan tetangga yang dulu kita tolak karena mereka terlalu menakutkan dan aneh. Hubungan erat yang semula tidak penting dan dianggap membuang waktu menjadi terasa penting sekarang. Kita memulai dari sangat permulaan, dengan lambaian atau senyuman.

Mulai dengan Langkah Terkecil

Perumpamaan tentang biji sesawi memiliki suatu pengajaran untuk tetangga yang pemalu dan enggan untuk memberi salam melalui lambaian tangan:

"Dengan apakah kita dapat membandingkan Kerajaan Allah? Atau, perumpamaan apa yang dapat kita gunakan untuk membandingkannya? Kerajaan Allah itu seperti biji sesawi yang ketika ditabur di tanah, ia adalah biji yang terkecil di antara semua biji yang ada di tanah, tetapi ketika ditabur, biji itu akan tumbuh dan menjadi lebih besar daripada semua tanaman kebun, dan mengeluarkan cabang-cabang besar sehingga burung-burung di udara dapat bersarang di bawah naungannya." (Markus 4:30-32, AYT)

Benih yang seperti apa? Benih yang terkecil. Benih telah mengingatkan kita sebagai miniatur dan tidak memiliki konsekuensi, tetapi Yesus mengingatkan kita bahwa Hal besar bermula dari hal kecil.

Demikian pula, interaksi sekecil apa pun yang kita miliki dengan tetangga kita membuat sebuah perbedaan. Bagaimana jika selama masa keanehan dalam sejarah ini, kita mulai dengan menyapa tetangga kita, melambaikan tangan, dan tersenyum? Bagaimana kalau kita mengambil waktu untuk mengenali nama-nama mereka? Dan, bagaimana jika Allah menggunakan gerakan terkecil sekali pun untuk mengubah jalannya kehidupan rohani tetangga?

Bersabarlah

Kata Yesus, "ketika ditaburkan, ia akan bertumbuh," menekankan bahwa pertumbuhan membutuhkan waktu. Tidak seorang pun melihat pada pohon, tanaman, atau semak belukar -- atau seorang anak, dalam hal ini -- dan melihat pertumbuhan terjadi dalam waktu sekejap; itu terlalu lambat. Hanya ketika kita melihat kembali dalam sebuah gambar, atau garis grafik pertumbuhan yang dibuat oleh tangan di dinding, kita melihat perubahannya.

Hal ini sama dengan lingkungan kita. Bagi keluarga kita, lebih sedikit yang terjadi di tahun pertama kita sebagai tetangga dari yang kita harapkan, tetapi lebih banyak hal yang terjadi dalam lima tahun dari apa yang pernah kita impikan.

Beberapa dari benih-benih hubungan kecil yang kita tanam ketika merencanakan dan melayani pada kegiatan lingkungan, menghadiri diskusi buku, bergabung dengan pesta makan malam sederhana, berjalan-jalan di lingkungan sekitar, dan berlama-lama dalam obrolan di jalan masuk sampai larut malam mulai bertumbuh menjadi tunas yang akhirnya berhasil menembus tanah.

Kita menemukan kebutuhan kita akan tetangga kita, membangun hubungan yang dekat dengan mereka, mencari kebaikan bersama, dan melihat tatanan sosial di lingkungan kita yang diperkuat. Beberapa tetangga yang sebelumnya tidak tertarik dengan gereja atau hal-hal rohani mulai mempertimbangkan Yesus kembali.

Namun, itu tidak terjadi dalam semalam.

Bayangkan Bagaimana Allah Dapat Bekerja

interaksi sekecil apa pun yang kita miliki dengan tetangga kita membuat sebuah perbedaan.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Dalam perumpamaan ini, Yesus menangkap imajinasi kita dengan mengingatkan kita bahwa tindakan kita yang kecil dan penuh dengan iman dapat bertumbuh menjadi sesuatu yang penting yang dapat menjadi naungan, ketenangan, dan perlindungan bagi kita dan sesama kita. Dia berkata "menjadi lebih besar daripada semua tanaman kebun, dan mengeluarkan cabang-cabang besar sehingga burung-burung di udara dapat bersarang di bawah naungannya."

Ketika kita mendengar firman ini, doa kita bagi lingkungan kita dipenuhi dengan pengharapan untuk apa yang Allah bisa kerjakan bagi kehidupan kita dan kehidupan tetangga kita. Ingat, benih ini dapat bertumbuh menjadi sebuah pohon. Jangan lupa, lambaian tangan pada pagi hari dapat bertumbuh menjadi sebuah hubungan yang baik.

Musim semi yang lalu, ketika menanggung kesepian yang tak dapat dihindari dan isolasi yang disertai dengan pandemi di seluruh dunia, berbagai ketentuan di sekitar mengingatkan kita bahwa kita tidak benar-benar sendirian. Tetangga kita juga mengalami hal yang sama. Apa yang telah kita alami selama perumpamaan tentang biji sesawi entah bagaimana telah menjadi pohon sesawi -- dan kita berada di tempat teduh dan naungannya.

Apa perbedaan yang dapat terjadi dengan mengunjungi tetangga yang kesepian? Untuk berlama-lama di kotak surat atau memungut sampah di lingkungan Anda? Untuk membantu mencari anjing yang hilang atau mendorong perkenalan kembali yang canggung dengan pria di sebelah? Kemungkinan apa yang dapat berubah jika Anda berdoa untuk orang yang telah Anda lewati begitu sering atau pada akhirnya berbagi dengan seorang tetangga tentang pergumulan saat ini dan bagaimana iman Anda kepada Kristus membuat perbedaan dalam hidup Anda?

Yesus mengingatkan kita melalui perumpamaan ini bahwa benih kecil dari interaksi itulah yang Allah gunakan untuk menghasilkan pertumbuhan yang menghasilkan buah, membuat naungan, dan menyediakan perlindungan bagi lingkungan kita, yang muncul bertahun-tahun setelah mereka ditabur. (t/Han)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : The Gospel Coalition
URL : https://www.thegospelcoalition.org/article/never-just-wave/
Judul asli artikel : It’s Never Just a Wave
Penulis artikel : Elizabeth McKinney dan Chris McKinney