You are hereArtikel Misi / Apakah Gereja Rumah Itu?

Apakah Gereja Rumah Itu?


Gereja Rumah adalah suatu cara hidup orang Kristen secara bersama-sama di sebuah rumah biasa dalam kuasa adikodrati. Begitulah cara orang-orang yang hidupnya telah ditebus. Dengan cara yang sama pula para murid Yesus bersama-sama meneladani kehidupan Kristus dalam hidup sehari-hari. Karena orang-orang yang telah ditebus tidak lagi menjadi milik diri mereka sendiri, mereka lalu mengadopsi gaya hidup yang tidak lagi mengagungkan hak-hak pribadi serta pementingan diri sendiri (individualistik). Gereja Rumah hanya akan mulai berkembang bila para petobat sejati berhenti hidup untuk diri sendiri dan tujuan-tujuannya sendiri, lalu mulai hidup bersama yang sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah serta mulai membagi hidup dan sumber-sumber hayati mereka dengan sesama orang Kristen maupun yang belum Kristen di sekitar mereka.

Gaya hidup ini timbul dari keyakinan bahwa kita tidak hanya mengalami Yesus Kristus dan Roh-Nya di dalam ruang-ruang kudus yang memang khusus disediakan untuk maksud tersebut, tetapi justru dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengertian seperti itu, dinamika kehidupan (organisme) Gereja Rumah adalah ranjang kematian bagi egoisme sehingga merupakan tempat lahir gereja. Kehidupan komunal sejati dimulai saat individualisme mati. Art Katz, seorang Yahudi Mesianik yang sebagian besar hidupnya dihabiskan dalam kehidupan berkelompok, berkata:

"Hidup secara komunal akan melumatkan ego lama Anda dalam kuasa Roh Kudus, dan menolong Anda keluar dari hidup perseorangan yang runyam, kehidupan di mana kita, setelah saling mengasihi selama satu jam pada kebaktian seminggu sekali, buru-buru pulang untuk menyiram bunga kita masing-masing, duduk di beranda kita masing-masing, makan hidangan kita masing-masing dan mencuci mobil kita masing-masing. Masing-masing! Sudah seharusnya kita mulai berfungsi sebagai salah satu bagian dari persekutuan orang-orang tebusan. Sebagai orang-orang yang telah ditebus, kita sudah tidak lagi 'pulang ke rumah' seusai kebaktian, karena kita 'telah berada di rumah' sewaktu bersama-sama saudara seiman."

Kekristenan "gaya" Gereja Rumah adalah tubuh Kristus yang berada di rumah biasa, sebuah masyarakat yang terdiri dari kaum "tiga pertobatan" yaitu mereka yang bertobat secara vertikal kepada Allah, mereka yang secara horizontal bertobat kepada satu sama lain yang menyebabkan mereka sanggup bertobat untuk melayani dunia dalam kasih, belas kasihan dan kuasa.

Gereja Rumah dalam banyak hal mirip dengan sebuah kerukunan keluarga besar rohani, saling terkait, spontan dan memiliki dinamika kehidupan di dalamnya. Sama seperti sebuah keluarga besar, dalam menjalani hidup sehari-hari mereka sebagai sebuah keluarga, tidak diperlukan suatu pengorganisasian, birokrasi tinggi beserta upacara-upacaranya. Sesungguhnya, Gereja Rumah adalah cerminan bagaimana orang-orang yang memiliki ikatan kekeluargaan bertingkah laku terhadap yang lain. Karena Gereja Rumah adalah ciptaan adikodrati yang ditemukan dan dikaruniakan oleh Allah, maka ia, bukan semata-mata sebuah marga keluarga yang rukun, yang memiliki beberapa kemampuan khusus. Salah satu kemampuan khusus itu adalah membentuk sendiri struktur penunjangnya dari dalam, yaitu pelayanan lima jawatan yang berfungsi seperti struktur penunjang yang dibangun oleh tubuh manusia, sistem kelenjar dan saraf, jaringan pembuluh darah dan kerangka. Orang bersedia melakukan apa saja untuk mendapatkan kasih, rasa hormat dan penghargaan dari orang lain di sekitarnya. Gereja Rumah menyediakan cara yang sehat dan tanpa persaingan untuk mendapatkan hal-hal tersebut. Gereja Rumah pada dasarnya adalah cara untuk saling mengasihi, mengampuni dan hidup bersama.

Bagaimana Gereja Rumah Itu?

Gereja Rumah mencerminkan kualitas dan karakter Allah. Gaya hidup berkelompok ini dibentuk dalam semangat kasih, kebenaran, pengampunan, iman dan kasih karunia, mengampuni, berduka bersama mereka yang berduka, tertawa bersama mereka yang tertawa, menunjukkan dan menerima kasih karunia, serta secara terus-menerus berada dalam kebenaran dan pengampunan Allah. Inilah tempat di mana segala macam topeng ditanggalkan dan kita bisa terbuka satu sama lain dan di saat yang sama tetap saling mengasihi.

Apa yang Dilakukan di dalam Gereja Rumah?

Kita berada dalam bahaya jika begitu saja mengambil cetak biru dan meniru mentah-mentah "bagian aksi"-nya. Jadi, sekali lagi saya ingin mengingatkan bahwa saya tidak menyarankan kepada siapa pun untuk membuat jiplakan dari gereja Perjanjian Baru. Saran saya adalah kita pelajari dengan serius prinsip-prinsip dan nilai-nilai (values) gereja Perjanjian Baru, mengambilnya sebagai asas-asas yang ditetapkan oleh Allah, dan dengan asas-asas itu kita menciptakan sebuah pergerakan Gereja Rumah di jaman kita, di kampung halaman, tempat di mana ada budaya-budaya khusus -- bahkan di tengah suku kita. Hal ini lebih cenderung merupakan proses inkarnasi daripada sebuah usaha kontekstualisasi. Sebuah proses di mana Allah menjadi manusia lagi di dalam konteks kita, dan bukan sekadar membuat fotokopi murahan dari berbagai model yang sudah ada di tempat lain. Orang-orang yang Allah bangkitkan untuk menyingkap dan menginkarnasikan gereja ke dalam sebuah situasi tertentu, dalam tindakan maupun dalam pemahaman alkitabiah, adalah orang-orang Kristen yang memiliki karunia kerasulan dan kenabian.

Dari telaah terhadap Perjanjian Baru serta gereja mula-mula dan juga gereja-Gereja Rumah kontemporer, ada empat hal yang menonjol. Keempat hal ini kelihatannya merupakan landasan bagi Gereja Rumah sepanjang zaman.

  1. Meating

    ... Perjanjian Baru mencatat hal ini mengenai orang Kristen mula-mula: "Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati" (Kisah Para Rasul 2:46). Agaknya hal ini merupakan pengalaman sehari-hari. Makan adalah tujuan utama dari pertemuan mereka. Paulus berkata, "Karena itu, saudara-saudaraku, jika kamu berkumpul untuk makan, nantikanlah olehmu seorang akan yang lain" (1 Korintus 11:33). Makan merupakan hal yang penting dalam perluasan Kerajaan Allah. Waktu Yesus mengutus murid-murid-Nya berdua-dua (Lukas 10:1-8), Yesus menasihati mereka untuk mencari orang yang cinta damai, serta "makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu". Pada saat murid-murid itu mengakui kebutuhan dasar mereka ialah makan semeja dengan tuan rumah mereka, mereka membagi hidup dengan cara yang paling intim dan mendasar, dan secara profetis mengakui bahwa mereka semua, sadar atau tidak, bergantung kepada Allah yang memberi makanan setiap hari pada seluruh umat manusia. Sehingga, sebagai gantinya, mereka menghidangkan roti hidup kepada sang tuan rumah ....

  2. Saling mengajar untuk taat

    Inti dari pengajaran adalah "firman", kisah tentang Allah, Alkitab, apa yang telah Allah tentukan untuk dinyatakan kepada kita tentang diri-Nya, tentang kita, tentang perjalanan sejarah bumi, dan cara hidup (1 Tesalonika 4:1), sehingga kita dapat menyesuaikan kisah kita ke dalam kisah-Nya yang adalah itu sendiri (His-story).... Inilah pengajaran sistematis terbaik, yang bukan sebuah paket pembelajaran yang bertujuan menyampaikan dari A sampai Z-nya seperangkat doktrin kekristenan versi sendiri kepada para murid. "Sistem" pengajaran yang asli sifatnya relasional atau berdasarkan hubungan, yang dirancang sedemikian rupa untuk menghasilkan seorang murid yang dewasa di dalam Kristus melalui roh yang cepat taat serta suatu pelayanan yang membangun yang berorientasi pada karunia ....

    Gaya pengajaran ini dirancang untuk menolong seseorang menjadi "pelaku Firman", mengajar mereka untuk menaati segala sesuaatu yang telah diajarkan Yesus kepada kita (Matius 28:20). Para ilmuwan mengakan bahwa kita dapat mengingat 10% dari yang kita baca, 20% dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita dengar dan lihat 70% dari apa yang kita katakan sendiri dan 90% dari apa yang kita kerjakan sendiri. Hal ini merupakan latihan ilmiah sederhana yang baik, sama baiknya dengan penatalayanan yang memiliki waktu dan tenaga pelaksana, untuk menolong dan membangun orang lain mengekpresikan diri mereka, menjadikan mereka terlibat, mengajar mereka untuk mengajar orang lain bagaimana secara praktis menaati Kristus dalam kehidupan nyata, kehidupan sehari-sehari.

  3. Membagi berkat materi dan rohani

    ... Orang Kristen Perjanjian Baru membagikan kedua hal ini dalam Gereja Rumah-Gereja Rumah mereka: berkat-berkat materi dan berkat rohani: "dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan emreka bersama .... Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya" (Kisah Para Rasul 4:32-35)....

    Orang Kristen sadar bahwa mereka bukan lagi milik mereka sendiri, melainkan milik Kristus, termasuk segala kepunyaan mereka. Waktu orang Kristen berkumpul, mereka saling membagikan apa pun yang mereka punyai, baik materi maupun rohani. Dalam prakteknya, masing-masing Gereja Rumah memiliki dana umum, di mana setiap orang dari mereka mendepositokan uang, pakaian dan barang-barang berharga. Setiap orang punya sesuatu untuk dibagikan dan oleh karena itu setiap orang dapat melayani orang lain. Hal ini membuat setiap orang sanggup menghargai dan menghormati saudara seiman yang lain ....

  4. Berdoa bersama

    "Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa" (Kisah Para Rasul 2:42). Doa merupakan detak jantung hubungan antara anak-anak Allah dengan Bapa di sorga. Itu sebabnya, setiap kali orang Kristen berkumpul, mereka akan saling mendoakan, mendoakan pemerintahan, berdoa bagi perdamaian, datang ke hadapan Allah dengan permohonan dan ucapan syukur, berdoa bagi orang-orang yang membenci mereka, melakukan pengusiran setan dan berdoa untuk kesembuhan.

    Dalam doa yang diajarkan Yesus kepada kita, Ia mendorong kita untuk berdoa: "Ampunilah kami akan dosa kami" (Lukas 11:4). Dalam sebuah keluarga yang saling membagi kehidupan, tidak ada kesalahan yang disembunyikan dalam waktu lama. Sebuah keluarga memiliki fasilitas untuk memantau dan mempertanggungjawabkan kehidupan masing-masing secara sehat. Seperti itu pula, Gereja Rumah sebagai sebuah keluarga rohani merupakan tempat ideal untuk saling mempertanggungjawabkan tingkah laku, termasuk di dalamnya saling mengaku dosa. Dalam Yakobus 5:16 ditulis: "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh." Pada saat orang saling mengaku dosa di hadapan orang lain dan saling mengampuni (Kolose 3:13), dalam budaya mana pun, mereka berhenti menjadi orang munafik, mematahkan kuasa dosa yang tersembunyi dalam hidup mereka. Mereka mengakui kebutuhan mereka akan kasih karunia dan pengampunan .... Mereka bertobat, bukan karena ingin menghindar dari konsekuensi dosa, melainkan karena merasa malu atas apa yang telah diperbuatnya. Hal ini juga akan menegakkan kembali sebuah disiplin gereja (jemaat) yang sehat dan alamiah, seperti yang dikenal oleh gereja pada masa Perjanjian Baru.

Diringkas dari sumber:

Judul Buku : Gereja Rumah yang Mengubah Dunia
Judul Artikel: Karakter Gereja Rumah
Penulis : Wolfgang Simson
Penerbit : Metanoia, Jakarta, 2003
Halaman : 93 - 107

e-JEMMi 33/2003