You are heree-JEMMI No.10 Vol.07/2004 / Suku Cholanaikkan dari India
Suku Cholanaikkan dari India
Penelitian mengenai kelompok-kelompok bangsa yang belum terjangkau sudah berlangsung selama lebih dari 10 tahun sampai sekarang ini, dan untunglah, beberapa kelompok yang mula-mula digolongkan sebagai belum terjangkau kini sudah dijangkau. Salah satu studi kasus yang mengasyikkan datang dari kawan baik saya, George Samuel dari Kerala, India. George Samuel adalah seorang peserta pada Kongres Lausanne tahun 1974. Ketika membuka-buka Unreached People Directory, ia melihat sekelompok yang berjumlah sekitar 100 orang banyaknya, dinamakan suku Cholanaikkan. Mereka tinggal di daerah perbukitan Mangeri di bagian India dimana ia tinggal.
Kemudian ia menemukan keterangan yang asli dari sekelompok penebang kayu. Pada tahun 1972, para penebang kayu itu telah menemukan orang- orang telanjang berkulit kuning langsat yang tinggal di gua-gua. Beberapa wartawan yang mendengar tentang kelompok ini, melalui para penebang kayu itu, menyelidiki dan menulis ceritanya di surat kabar. Informasi ini merembes melalui jaringan World Vision, mencapai Edward Dayton dan dimuat di dalam buku petunjuk. George Samuel belum pernah mendengar tentang orang Cholanaikkan, tetapi ketika ia melihat nama mereka, Allah membuat dia merasa terbeban bagi mereka.
Ketika kembali ke India, Samuel mengumpulkan beberapa orang Kristen untuk mendoakan orang-orang Cholanaikkan. Mereka memutuskan untuk mengorganisasi suatu perwakilan misi baru yang dinamakan Tribal Mission, lalu mereka mengutus sekelompok orang untuk mengadakan hubungan. Setelah menumpang kendaraan untuk mencapai sejauh mungkin dengan kendaraan, mereka lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melintasi hutan rimba menuju Perbukitan Mangeri. Mereka dikerumuni dan diserang oleh nyamuk-nyamuk yang ganas dan rakus sehingga mereka tidak meneruskan perjalanan.
Pada usaha yang kedua beberapa kali mereka harus melawan gerombolan gajah liar, namun mereka berhasil mencapai tujuan. Orang-orang Cholanaikkan itu takut kepada orang-orang aneh yang berpakaian ini dan mereka berpencar-pencar ke bagian-bagian yang dalam dari gua-gua mereka. Setelah mereka tidak mau keluar meskipun dibujuk terus- menerus, rombongan misionaris India ini mencoba cara lain. Mereka menanggalkan kemeja dan celana, menyisakan sedikit pakaian melilit pinggul mereka dan mendekati gua-gua itu lagi. Dengan demikian beberapa orang Cholanaikkan yang berani mulai keluar dan mereka mengadakan hubungan yang bersahabat.
Mereka menemukan bahwa orang-orang Cholanaikkan tinggal di dalam gua-gua sebab takut kepada gajah liar. Makanan mereka adalah buah- buahan, sayur-mayur mentah dan madu hutan. Mereka tidak tahu bagaimana memasak makanan. Mereka tidak pernah menyikat gigi, mencukur, mandi atau memangkas rambut mereka. Bila cuaca dingin mereka menutup tubuhnya dengan potongan-potongan kulit kayu. Bahasa mereka adalah campuran bahasa Malayalam, Tamil, dan Kannada. Mereka sangat lemah karena penyakit dan borok-borok pada tubuh mereka.
Sepasang misionaris India yang mampu berbahasa Malayalam dan Tamil menetap di tengah-tengah mereka. Sepasang suami istri ini mengobati borok-borok mereka, mengajarkan mereka cara memasak dan berbagai kebiasaan ilmu kesehatan, memberi obat bila mereka sakit dan menunjukkan kepada mereka bagaimana memakai pakaian. Sepasang misionaris ini juga mulai menyampaikan berita Injil dan beberapa orang Cholanaikkan menyerahkan hidup mereka kepada Yesus Kristus.
Pada tahun yang ketiga mereka telah membangun sebuah gereja kecil dan menurut laporan yang terakhir ada 50 orang yang hadir secara teratur. Beberapa orang Cholanaikkan diundang ke kota untuk memberi kesaksian pada konferensi tahunan Tribal Mission. Sekarang ada empat orang yang mengikuti pendidikan di sebuah Sekolah Alkitab jangka pendek. Hampir tidak ada orang Cholanaikkan lagi yang tinggal di dalam gua. Seluruh standar kehidupan kelompok itu telah berubah.
Tetapi itu baru permulaannya. Menemukan orang-orang Cholanaikkan ini telah memacu Tribal Mission untuk meneruskan penelitian tentang kelompok-kelompok yang belum terjangkau di kawasan mereka. Sewaktu menulis buku ini, mereka mempunyai 44 misionaris India yang bekerja di antara 14 suku di wilayah itu. Misalnya, Suku Paniyan adalah buruh pertanian yang mirip dengan orang Afrika yang berkulit hitam; Suku Kurichiya menganggap dirinya lebih tinggi dari kasta Brahmana dan menolak untuk makan bersama-sama mereka; Suku Aramadan, yang kotor dan tidak beragama, menjalankan poligami dan poliandri.
Tribal Mission adalah satu contoh dari sejumlah pewakilan misi antar budaya yang berkembang dengan pesat. Perwakilan-perwakilan itu dibentuk di dua pertiga bagian dunia. Hal ini mengingatkan kita bahwa pekerjaan misionaris tak perlu semata-mata dihubungkan dengan orang Eropa dan Amerika. Banyak suku yang belum terjangkau akan diinjili oleh orang Amerika dan orang Eropa. Akan tetapi, yang lain akan dijangkau oleh orang Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Misalnya, di Nigeria, Evangelical Missionary Society of the Evangelical Churches of West Africa (yang berkembang dari Sudan Interior Mission) kini mengutus dan menyokong lebih dari 600 orang Nigeria yang melayani sebagai misionaris antar budaya.
Diedit dari sumber:
Judul Buku: Strategi Perkembangan Gereja |
Penulis : C. Peter Wagner |
Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 1996 |
Halaman : 161 - 164 |
- Printer-friendly version
- Login to post comments
- 5670 reads