You are hereKesaksian Misi / Sudan: Anak Laki-Laki

Sudan: Anak Laki-Laki


"Katakan kalimat ini," para prajurit itu berteriak, sambil menendangi dan memukuli wajah dan perut anak-anak laki-laki itu. "Tiada Tuhan selain Allah dan 'dia' adalah Rasul Allah. Katakan!"

Empat anak laki-laki Sudan itu menangis dan berteriak mencari ibu mereka, namun mereka tetap menolak mengulangi kalimat itu, yang walaupun bisa menyelamatkan nyawa mereka, tetapi berarti mengingkari kekristenan mereka. Darah merah mulai mengalir di kulit mereka yang hitam, namun mereka tidak mau mengingkari iman mereka dalam Kristus.

Remaja-remaja yang lebih tua memandang dengan penuh ketakutan. Mereka telah melihat keluarga orang-orang Sudan Selatan dibunuh oleh pejuang-pejuang radikal dengan pedang. Sekarang mereka sedang menyaksikan keempat teman dan saudara mereka yang termuda yang baru berumur lima tahun dipukuli hingga hampir mati.

Sebelumnya, para prajurit itu telah memaksa setiap anak laki-laki yang lebih tua untuk berbaring di atas batu bara yang panas dan memerintahkan mereka untuk mengulangi kalimat pernyataan iman para prajurit tersebut.

Mereka adalah empat belas anak laki-laki dan tiga belas anak perempuan yang diculik dalam sebuah serangan pada hari itu. Anak-anak perempuan itu tidak pernah ditemukan, dan kemungkinan dijual sebagai budak-budak atau gundik-gundik di Sudan bagian utara. Semua anak laki-laki dianiaya namun tidak seorang pun menyangkal imannya.

Malam berikutnya anak laki-laki yang lebih tua melarikan diri, sambil menanggung luka-luka malam sebelumnya. Tidak seorang pun mengingkari imannya.

Rasa sakit sering kali memainkan tujuan yang penting dalam rencana Tuhan. Sayangnya, tidak ada pengalaman lain yang menyamai kemampuannya untuk menangkap dan memfokuskan perhatian kita. Sakit fisik karena penyakit yang telah lama atau luka yang tiba-tiba mendapat perhatian penuh dari tubuh manusia. Otak mengirimkan sinyal ke seluruh sistem syaraf kita untuk memfokuskan cadangan-cadangan tubuh pada sumber masalah. Dengan cara yang sama, sakit secara emosi sulit juga untuk dihindari. Kedukaan karena kehilangan seseorang yang kita kasihi karena kejadian buruk, seperti kanker atau penyakit lain, penganiayaan maupun ketidakadilan, bisa menghancurkan. Situasi apa pun yang mengenalkan kita pada rasa sakit, hanya ada dua pilihan yang kita miliki untuk menghadapinya. Kita bisa menyerah, atau kita dapat bertumbuh. Mereka yang mengalami rasa sakit bisa menjadi pelayan-pelayan Tuhan yang unik. Seperti seorang atlet yang sedang berlatih, yang otot-ototnya harus dipaksa mengalami ketegangan dan latihan, supaya menjadi lebih kuat. Rasa sakit merupakan jalan menuju pertumbuhan baru.

Diambil dan disunting dari:

Judul buku : Devosi Total
Judul buku asli : Extreme Devotion
Penulis : The Voice of the Martyrs
Penerjemah : Fintawati Raharjo, Irwan Haryanto
Penerbit : Yayasan Kasih Dalam Perbuatan (KDP), Surabaya 2005
Halaman : 17

Dipublikasikan di: http://kesaksian.sabda.org/sudan_anak_lakilaki