You are herePandita Ramabai
Pandita Ramabai
!doctype>
Pandita Ramabai
Karya Pandita Ramabai, pendiri Mukti Mission di Kedgaon,wilayah Poona,India,dan penerjemah Alkitab ke dalam bahasa Marathi, menjadi momen penting dalam sejarah spiritual India. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai salah satu wanita hebat di India pada abad ke- 19, tetapi hidupnya terus berlanjut dengan baik hingga abad ke-20, dan pengaruh dari hidupnya itu terus berlangsung. Pada kenyataannya, misi interdenominasinya yang tetap buka siang dan malam bagi para wanita dan anak-anak yang memerlukan bantuan, disebut sebagai salah satu contoh terbaik tindakan kekristenan. Sejak Pandita mendirikannya, Mukti Mission telah menjadi lampu penunjuk jalan kepada Tuhan. Nama Mukti berarti "Pembebasan dan Keselamatan", dan arti itu terus hidup di dalamnya -- membebaskan para janda, yatim piatu, dan para gadis dari kasta rendah dari kejahatan pernikahan di bawah umur, prostitusi, penelantaran, dan tekanan agama.
Pandita tahu benar tekanan yang dialami para wanita di India. Ayahnya adalah seorang pendeta Brahmana, intelektual, dan reformator, seorang duda berusia 44 tahun saat menikahi ibu Pandita (anak perempuan seorang peziarah Brahmana), dan membawa istrinya yang masih berusia 9 tahun itu ke rumahnya di Mangalore, 900 mil jauhnya. Istrinya tumbuh menjadi seorang wanita yang cakap, terpelajar, dan pengurus ashram (retreat keagamaan) mereka. Orangtua Pandita sejak awal sudah mengetahui betapa cerdasnya putri mereka. Dan, saat Pandita berusia 12 tahun, ia berkomitmen untuk menghafalkan 18 ribu ayat Sansekerta dengan seluruh kekayaan pengetahuan dan kebijaksanaannya. Dia juga belajar bahasa Marathi, yang kemudian dia gunakan untuk menerjemahkan Alkitab dan mendapatkan pelajaran delapan bahasa lainnya.
Namun, kemiskinan menyelimuti keluarganya,dan mereka menjadi kaum peziarah, mengunjungi kuil, candi, dan sungai-sungai yang dianggap suci. Jika mereka memiliki uang, sesedikit apa pun jumlahnya, para pendeta di tempat-tempat ini menyambut mereka, tetapi bila mereka tidak memunyai uang, mereka diusir. Selama masa ini, Pandita menyaksikan penderitaan yang dialami para janda anak-anak dan wanita dan dia merasakan panggilan pertamanya untuk melayani. Dia melihat ayahnya semakin tua, lemah, dan buta, dan akhirnya meninggal karena kelaparan, kemudian ibunya dan akhirnya kakak perempuannya. Yang tertinggal hanya dia dan saudara laki-lakinya. Bersama-sama, mereka mengembara sejauh lebih dari 4 ribu mil ke seluruh tempat ziarah di India. Mereka sangat menderita, baik karena lapar atau pun dinginnya malam, tetapi dalam pengembaraan itu iman Pandita terhadap berhala yang disembah ayahnya diruntuhkan. Ayahnya telah melalui berbagai jalan berdebu di India untuk mencari kedamaian rohani. Demikian pula dengan dirinya, sekarang dia mencari jalan hidup yang akan memuaskan jiwanya.
Tahun 1878, dia dan saudara laki-lakinya tiba di Calcutta, di mana mereka mengajar dan berhasil mengambil hati kaum Brahmana Bengali. Pengajarannya begitu mengesankan mereka sehingga setelah diuji oleh sekelompok orang terpelajar (para pandita), dia diberi gelar Pandita, yang berarti "terpelajar". Nama ini menjadikannya sebagai seseorang yang menunjukkan kemampuan wanita India dalam mengajar dan memimpin.
Dalam pertemuan para pemuda di Calcutta, dia diperkenalkan kepada Kristus. Dia belajar bahwa Kristus tidak mengenal kasta, bahwa Dia tidak membedakan pria dan wanita, bahwa Dia mengasihi semua orang -- baik orang Yahudi maupun bukan. Pada saat itu, wanita di India posisinya sama seperti babi, tetapi di dalam Kristus semua sama.
Pandita memutuskan untuk menyerahkan hidupnya guna meningkatkan standar wanita. Dia telah melihat bagaimana wanita dikeluarkan dari rumah mereka dan sering kali dikorbankan dalam upacara pembakaran bersama dengan mayat suami mereka. Dia melihat bahwa kekristenan memberikan jawaban atas keadaan mereka yang menyedihkan dan dia dipanggil untuk menolong mereka. Saudara laki-lakinya bekerja dengan setia bersamanya pada awal perjuangannya, tetapi dia terlalu lemah selama bertahun-tahun karena kemiskinan hingga akhirnya dia meninggal di Calcutta pada usia 21 tahun. "Tuhan akan memelihara aku," kata Pandita kepadanya, untuk menenangkan saudara laki-lakinya itu menjelang saat terakhirnya. "Baiklah, semuanya akan baik-baik saja," katanya dengan tenang dan kemudian meninggal.
Setelah kematian saudara laki-lakinya, 6 bulan kemudian dia menikahi temannya, Bepin Bihari Medhavi, seorang lulusan Universitas Calcutta dan pengacara. Hanya setelah 19 bulan pernikahannya, dia meninggal karena kolera. Penghiburannya yang paling berharga adalah anak perempuannya, Manoramabai, "kesukacitaan hati". Dalam riwayat hidupnya, dia menuliskan, "Tariklah aku untuk lebih dekat kepada Tuhan." Pengalaman hidup kekristenannya semakin besar saat ada kunjungan dari misionaris baptis yang mengajarnya tentang Alkitab. "Aku sudah kehilangan seluruh imanku atas agama pertamaku, dan hatiku lapar akan sesuatu yang lebih baik," tulisnya. Para misionaris dari Church of England (Gereja Inggris) kemudian membantu dia saat mempelajari Perjanjian Baru bersama mereka. Dia belajar bahasa Inggris dan kemudian ingin melanjutkan belajar ke Inggris.
"Dengan menyerahkan diri ke dalam perlindungan Tuhan, aku pergi seperti Abraham, tak tahu ke mana aku pergi," dan dia tiba di Inggris tahun 1883. The Church of England Sisterhood di Wantage menerima dia, dan dengan bantuan mereka, dia bekerja pada seorang ibu yang tidak menikah, dia melihat perbedaan antara kekristenan dan Hindu. Setelah pendidikan lanjutan di Inggris dan Amerika Serikat serta penerbitan bukunya yang terkenal, "The High Caste Hindu Woman", yang untuk kali pertamanya mengungkapkan sisi terbuka dan mereka membantunya membentuk dan mendirikan Ramabai Association. Pengurus yang dipercaya terdiri dari Episcopalian, Unitarian, Congregationalis, Baptis, dan Methodis. Di antara para pengurus itu terdapat orang Amerika terkenal seperti Phillips Brooks, Edward Everett Hale, dan Lyman Abbott. Mereka berjanji untuk mendukung usahanya ini dan mendanai sekolah di Poona untuk para janda yang masih berusia anak-anak. Setelah 10 tahun, mereka akan memindahkan kepemilikannya kepada Pandita.
Pada Mei 1888 di Bombay, dia berkata, "Aku berlutut, berjanji pada diri sendiri untuk menjaga kasih Bapa, dan 6 bulan kemudian membuka rumah bagi para janda di Bombay, yang diberi nama Abode of Wisdom." Itu barulah langkah awal. Di tahun-tahun keberhasilan berikutnya, pelayanannya melebar luas dan beribu-ribu janda, tua dan muda, diselamatkan dari "jerat para pendeta". Dia menjelaskan bahwa "dosa, kesengsaraan, dan kekejaman pria pada wanita (yang dia lihat) di setiap sisi adalah di luar batas kewajaran." Dia menguatkan dirinya sendiri dengan kata-kata Yosua, "Tetapi aku dan seisi rumahku akan beribadah kepada Tuhan." (Yosua 24:15), dan hidup dengan janji itu hingga akhir hidupnya.
Dia membeli tanah untuk Mukti Mission, menanaminya dengan pohon buah-buahan, sayur-sayuran, dan gandum, dan menggali mata air. Dia membaca biografi orang-orang Kristen yang telah dipakai Allah dan sangat diberkati, dan ia belajar bahwa "Allah adalah sumber kita yang tak pernah habis." Berulangkali dia dihadapkan pada tugas-tugas yang hampir tak dapat diatasi berkaitan dengan tempat tinggal dan kebutuhan makanan atas ribuan wanita dan gadis yang datang untuk dia rawat. Tetapi Pandita selalu mengingatkan dirinya sendiri pada Yeremia 32:27, "Sesungguhnya, Akulah Tuhan, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk-Ku?" Maka dia akan kembali bersemangat dan berbesar hati.
Di tahun 1896, bencana kelaparan mulai terjadi, di mana 114 juta orang di provinsi-provinsi utama di India tewas. Saat kesulitan makanan meningkat, Pandita melakukan perjalanan ke daerah yang paling parah keadaannya. Dia mengumpulkan para janda muda dan anak-anak dan membawa mereka kembali ke Mukti, memberi mereka tempat tinggal di gubuk-gubuk sementara. Sumurnya menyediakan air yang berlimpah. Pohon-pohon buah, sayuran, dan gandumnya menyediakan begitu banyak makanan. Periode kebangkitan besar mulai terjadi selama masa-masa kelaparan, setelah secara formal dia mengabdikan misinya pada pelayanan Tuhan dan menamainya Mukti, yang berarti "Pembebasan dan Keselamatan".
Pelayanannya terus berkembang. Dia terlahir dari kalangan atas, juga terpelajar, penginjil, dan reformator, jadi dia mengusahakan kebutuhan-kebutuhannya dalam berbagai cara. Dulu, saat lebih dari 17 ribu anak-anak terlantar yang kelaparan membutuhkan pakaian baru, persediaan pakaian yang melimpah datang sebagai respon atas doanya. Dia menumpuknya di tengah-tengah gereja, dan ketika anak-anak mengerumuni kiriman yang besar itu, dia mengucapkan Mazmur 34:10, "Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatu pun yang baik."
Saat teman-teman Brahmana berusaha menghancurkan gedung dan pelayanannya, Tuhan memberi Pandita janji, "Setiap senjata yang ditempa terhadap engkau tidak akan berhasil," (Yesaya 54:17). Apakah itu kelaparan, api, badai, atau kekerasan, Tuhan menjawab doanya dan pelayanan itu tidak pernah berakhir.
Pada 15 tahun terakhirnya, dia memulai tugas besar menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Marathi. Pertama, dia harus menguasai bahasa Yunani dan Ibrani; kemudian dia harus menyesuaikan tugas ini ditengah-tegah tugas-tugasnya yang lain. Dia juga menjadi tuli. Pada saat yang sama, dia melihat Mukti berkembang semakin besar. Dua tahun sebelum kematiannya, anak perempuannya meninggal. Kesedihan atas kehilangan yang begitu besar tidak menyebabkan dia membuatnya meninggalkan pelayanannya atau pun mengaburkan visinya. Pada saat dia berusia 60-an tahun, dengan memakai jubah putih, dia menjadi figur ketenangan dan kekuatan. Dia telah hampir menyelesaikan "proofreading" dari Alkitab Marathi saat dia sakit dan tahu bahwa hidupnya akan segera berakhir. Dia berdoa kepada Tuhan selama lebih dari 10 hari untuk menyelesaikan "proofreading". Sepuluh hari kemudian, pada 5 April 1922, saat proof yang terakhir selesai dibaca, dia tertidur untuk kemudian dibangunkan di hadapan Pribadi yang dia kasihi dan layani dengan sangat baik. (t/Ratri)
Diterjemahkan dari: | ||
Judul asli artikel | : | Pandita Ramabai (1858 - 1922) |
Judul buku | : | 100 Christian Women Who Changed the Twentienth Century |
Penerbit | : | Fleming H. Revell, Grand Rapids 2000 |
Halaman | : | 257 -- 261 |
Sumber: Bio-Kristi 33
Dipublikasikan di: https://biokristi.sabda.org/pandita_ramabai
- Login to post comments
- 3176 reads