You are hereLampiran A -Apakah Injil itu?

Lampiran A -Apakah Injil itu?


Karangan di bawah sangat jelas tentang Injil. Penjelasan ini diterbitkan sebagai traktat oleh Kalam Al Hayat Kota Pos 312, Bandung; dan dapat diberikan kepada mereka yang ingin selamat tetapi masih ragu-ragu tentang arti Injil. Setelah orang yang dilayani memikirkan traktat ini, adalah perlu untuk saudara bertemu kembali dengan dia untuk pelayanan berikutnya.

Alkitab mulai dengan suatu upacara yang sangat sederhana: "Pada mula pertama dijadikan Allah akan langit dan bumi." Maksud Firman Tuhan bukan untuk memaksa manusia percaya kepada Tuhan Allah secara logika, dengan jalan menyajikan sekian banyak fakta yang mengagumkan, melainkan untuk memperkenalkan Tuhan kepada mereka yang telah salah jalan dalam dunia yang serba kompleks ini.

Sifat utama Tuhan Allah yang ditekankan dalam Alkitab ialah kasihNya. Dengan sungguh-sungguh Tuhan mengasihi kita. Hal ini berarti juga bahwa Ia selalu mengerti akan kita dan selalu menyatakan kehendakNya kepada kita. Kasih semacam ini bukan sesuatu yang pasif melainkan kasih yang hidup, dengan memperlihatkan DiriNya secara praktis. Justru ayat Alkitab yang terkenal menyatakan kebenaran itu kepada kita: "Karena demikianlah Allah mengasihi isi dunia ini, sehingga dikaruniakanNya AnakNya yang tunggal itu ...." (1). Kasih adalah sifat mutlak dari Tuhan. Tuhan bukan hanya seorang polisi tingkat kosmos - sebagaimana anggapan sebahagian orang - yang selalu mencari jalan untuk melenyapkan segala penghiburan manusia. Sama sekali tidak benar, melainkan sebaliknya: Tuhan mengasihi kita.

Juga Tuhan Allah suci dan adil. Banyak orang menyangka bahwa suci harus diartikan "aneh" atau "ganjil." Mereka membayangkan seorang biarawan. Tetapi arti yang sebenarnya dari suci itu adalah "tidak bercela" dan "tanpa kejahatan." Tuhanlah menjadi inti dari kata "suci" itu dan pribadiNyalah mengukur kebenaran. Sepuluh Perintah Allah telah menjadi suatu ucapan mengenai tabiatNya. Dapat ditegaskan bahwa Allah sendiri adalah Hakim tertinggi. TabiatNya yang murni merupakan ukuran mutlak yang akan menguji segala kelakuan manusia. Dan Tuhanlah yang nanti akan menghakimi segala sesuatu yang kurang dari ukuran yang sempurna itu.

Pada permulaan sejarah Tuhan Allah sendiri memutuskan untuk menciptakan manusia. Di dalam kita Ia telah menanamkan banyak sifat dari tabiatNya sendiri, misalnya: kecakapan berfikir, mengetahui sesuatu, memutuskan sesuatu dan untuk bertindak secara pribadi. Ia memberikan kepada kita kesanggupan untuk menaruh kasih.

Dan di dalam segala hal diberiNya kepada manusia semacam kehidupan yang tidak dialami oleh makhluk-makhluk lain. Kita dapat hidup bersekutu dengan Allah. Suatu gambar dari persekutuan ini adalah Taman Firdaus (2) di mana Adam dan Hawa telah mengalami suatu persekutuan erat dengan Tuhan. Damai adalah istilah yang paling tepat untuk melukiskan suasana di Taman Firdaus itu. Justru di dalam perhubungan itu, yaitu persekutuan rohani dengan Tuhan, kita mendapat arti bagi hidup kita dan dapat mengalami puncak kepribadian kita masing-masing kehidupan yang berkelimpahan dalam persekutuan rohani dengan Tuhan Allah sendiri.

Akan tetapi fakta yang mengecewakan dalam sejarah manusia maupun riwayat hidup setiap pribadi adalah bahwa kita telah menjadi manusia durhaka. Kita telah menjauhkan diri kita dari Tuhan. Fakta ini telah diucapkan oleh seorang nabi demikian: "Sesatlah kita sekalian seperti domba, masing-masing kita balik (dari Tuhan) kepada jalannya sendiri." (3) Meskipun berkesempatan untuk hidup dalam persekutuan pribadi dengan Allah kita telah mengambil sikap sebagai pemberontak-pemberontak rohani. Penyakit itu telah menjadi hal yang biasa bagi manusia. Kita tidak menghargai persekutuan dengan Tuhan melainkan lebih menyukai mengepal tangannya melawan Tuhan dengan menegaskan: "Janganlah mengganggu saya!" "Keluarlah dari hidupku!" "Biarlah saya hidup seenak-enaknya!" Sebahagian lain hanya sibuk dengan hidup menurut keinginannya sendiri, dengan tidak memperdulikan/tidak mengindahkan Tuhan; lalu Tuhan tidak dianggap penting lagi dalam dunia modern ini.

Kemasabodohan ini pernah diungkapkan demikian: "Kita telah menyangkal Tuhan yang benar dan suci supaya memegang jabatan Ketuhanan bagi diri kita sendiri. Sekarang kita senang menentukan jalan kita sendiri, kita memilih apa yang kita kehendaki, kita memutuskan sendiri apa yang benar/salah secara waras." Justru inilah, saudara-saudara, yang dimaksudkan dengan istilah DOSA di dalam Firman Tuhan (Alkitab). Dosa berarti kita tidak lagi mengijinkan Allah memangku FungsiNya di dalam hidup pribadi kita. Perbuatan-perbuatan yang biasanya disebut dosa (berdusta, mencuri, berjinah, dan sebagainya) hanya merupakan tanda-tanda yang menyatakan bahwa memang benar kita telah menjauhkan diri kita dari Tuhan Allah.

Kesalahan ini menimbulkan dua akibat: "Segala kejahatan kita sudah menceraikan kita dari pada Allah" (4). Kita telah terpisah dari Allah, satu-satunya sumber dari hidup dan tujuan hidup ini. Kita sekarang telah menjadi seperti sebuah kapal terbang pada waktu malam yang sedang mengelilingi lapangan menunggu untuk mendarat, tetapi perhubungan dengan pusat telah putus karena pesawat radio kita rusak, mati. Pemisahan dan Tuhan ini menimbulkan bermacam-macam gejala dalam manusia. Penyakitnya sama, tetapi gejala-gejalanya berlainan. Ada yang merasa bersalah terhadap Tuhan, ada yang merasa kekosongan jiwa, yang lain mencari arti dan tujuan hidup dengan sia-sia, yang lain tidak sanggup menahan sesuatu, dan yang lain bercenderung memikirkan hal-hal yang tidak susila.

Alkitab yang kedua adalah suatu hukuman: mati untuk selama-lamanya. Tuhan telah menegaskan bahwa "upah dosa itulah maut" (5). Tuhan telah menerapkan DiriNya menjadi Hakim atas dunia ini, dan Ia yang Maha Adil, tidak akan membebaskan orang-orang berdosa dengan begitu saja. Masyarakatpun tidak mau mempertahankan seorang hakim yang cukup membebaskan pembunuh-pembunuh dan pencuri-pencuri. Seorang hakim harus menjatuhkan suatu hukuman yang setimpal dengan kesalahan/pelanggaran. Hukuman Tuhan atas perlawanan kita telah ditetapkan: kita harus diasingkan dari Tuhan, sumber kasih itu, untuk selama-lamanya.

Meskipun kita telah menjadi orang-orang berdosa. Tuhan Allah masih tetap mengasihi kita. Inilah suatu sifat Tuhan yang sangat mengherankan kita. KasihNya begitu dalam sehingga Ia sendiri telah rela bertindak menciptakan kembali jalan persekutuan rohani yang telah dirusakkan manusia. Untuk melakukan hal ini Ia telah menghampakan diriNya, menjelma menjadi manusia dalam Yesus Kristus ... (6). Allah sendiri mengunjungi bumi ini pada Hari Natal Pertama itu. Pada saat Yesus lahir di palungan. Ia datang untuk membuka kembali kesempatan bagi manusia untuk bersekutu dengan Tuhan dalam keadaan rohani.

Yesus telah hidup secara sempurna sebagai manusia. Setiap Kitab Injil menyatakan kemurnian hidupNya, belas-kasihanNya terhadap orang-orang lain, KuasaNya menyembuhkan orang-orang sakit dan kuasaNya mengalahkan si Jahat. Ia menyatakan DiriNya Allah yang telah menjelma menjadi manusia. Ia melihat dalam DiriNya jawaban atas segala kebutuhan rohani manusia; makanan untuk orang yang lapar (7), terang untuk orang yang hidup dalam kegelapan (8), jalan kembali kepada Tuhan Allah (9). Sumber pengampunan dosa dan Sumber Hidup yang kekal.

Setelah memberitakan kerajaan sorga selama tiga tahun Ia ditangkap oleh petugas-petugas pemerintah agama dan disalibkan. Yesus sendiri tidak heran diperlakukan demikian, karena Ia telah menyatakan tujuan penjelmaanNya yaitu untuk menyerahkan NyawaNya menggantikan orang-orang lain. Jauh sebelum Ia harus menghadapi salib itu, Ia telah memberitahukan kepada murid-muridNya, bahwa Ia harus memberikan NyawaNya menjadi tebusan bagi orang banyak (10). Dengan kematianNya pada kayu salib itu telah dilunaskannya 100% hutang dosa kita. Ia telah mati menggantikan kita, "Orang benar karena orang-orang yang tiada benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah" (11). Atas alasan itu Ia dapat mengampuni kita masing-masing. Tiga hari setelah Ia dikuburkan Ia bangkit kembali menjadi Pemenang atas kuasa maut. Sekarang Ia hidup dan menawarkan hidup kekal kepada setiap orang yang ingin mendekatiNya, suatu hidup baru penuh persekutuan dengan Tuhan. Perkataan-perkataanNya adalah: "Aku ini datang supaya domba itu memperoleh kehidupan dengan berkelimpahan" (12).

Mungkin sekarang saudara ingin bertanya: "Bagaimanakah caranya untuk memiliki perjanjian itu untuk diri saya?" Pertama saudara harus insyaf akan kebutuhan pribadi saudara dan rela berpaling dari dosa-dosa saudara serta datang kepada Yesus yang suci itu. Saudara tak dapat sendiri membersihkan lebih dahulu hidup saudara untuk menjadi layak menghadap Yesus. Pembaharuan hidup saudara tidak didasarkan atas usaha-usaha saudara. Untuk memperbaiki perhubungan rohani yang telah rusak, adalah suatu hal yang sama sekali di luar kesanggupan/kemampuan saudara. Saudara hanya dapat mengaku dosa-dosa Saudara dan mengaku bahwa saudara telah menjauhkan diri dari Tuhan Allah. Dan saudara harus dengan tegas berhenti memberontak melawan Tuhan. Inilah arti pertobatan.

Yang kedua, saudara harus percaya dengan sungguh-sungguh bahwa Yesus telah mati menggantikan hukuman saudara pribadi atas hal dosa dan bahwa pada saat ini juga Yesus menawarkan pengampunan kepada saudara: pengampunan itu akan mulai berlaku pada saat Yesus diterima dalam hidup/hati saudara.

Yang ketiga, saudara harus bertindak secara tegas menerima Yesus menjadi Juruselamat dan Tuhan di dalam hidup saudara dengan memberi suatu undangan pribadi kepadaNya, serta memohon sudilah Ia masuk ke dalam hidup saudara. Di dalam Alkitab Yesus telah mengumpamakan hidup saudara sebagai sebuah rumah. Dalam gambaran ini Yesus telah berdiri di muka pintu dari rumah itu sambil mengetuk, dengan menunggu putusan dan undangan saudara (13). Ia tidak akan memaksa atau mendobrak pintu itu. Ia selalu menunggu suatu undangan pribadi dari pemilik rumah itu yaitu saudara sendiri. Kalau pada saat ini saudara menyampaikan undangan itu kepadaNya, pasti Ia akan masuk untuk menyucikan hidup saudara dan memberi hidup yang baru kepada saudara. "Jikalau barang seorang hidup di dalam Kristus, maka ialah kejadian yang baharu" (14). Perjanjian itu diucapkan demikian dalam Injil Yohanes: "Seberapa banyak orang yang menerima Dia (Yesus Kristus) kepada mereka itulah diberiNya hak menjadi anak-anak Allah" (15).

Doa ini dapatlah menjadi doa saudara sendiri: "Tuhan Allah, saya telah menjauhkan Tuhan dari hidup saya. Sekarang saya minta supaya Engkau kembali menjadi Tuhan dalam hati saya. Saya percaya, bahwa Yesus Kristus telah mati menggantikan hukuman pribadi saya, dan bahwa Yesus ingin mengampuni dosa saya. Pada saat ini saya membuka pintu hati saya. Masuklah Tuhan Yesus, jadilah Tuhan dan Juruselamat saya. Amin."

(1) Yohanes 3:16 (9) Yohanes 14:6
(2) Kejadian 2:3 (10) Markus 10:45
(3) Yesaya 53:6a (11) I Petrus 3:18
(4) Yesaya 59:2 (12) Yohanes 10:10b
(5) Roma 6:23 (13) Wahyu 3:20
(6) Filipi 2:5-8 (14) II Kor 5:17
(7) Yohanes 6:35 (15) Yohanes 1:12
(8) Yohanes 8:12


Diterjemahkan dari

Majalah HIS

Pebruari 1966