You are hereKesaksian Misi / Kata-Kata Termulia

Kata-Kata Termulia


"Jenis orang seperti apakah mereka?" pikir Nikolai Khamara. "Mereka menunjukkan sukacita pada saat dianiaya. Mereka bernyanyi pada saat jam-jam yang gelap pekat. Ketika mereka memperoleh sepotong roti, mereka membagikannya kepada seseorang yang tidak memiliki sepotong pun. Baik siang maupun petang, mereka melipat tangan mereka dan berbicara kepada seseorang yang tidak kasat mata bagi siapa pun. Seraya melakukannya, wajah mereka tampak berbinar-binar."

Selama berbulan-bulan Nikolai Khamara memperhatikan para orang Kristen yang berbagi sel bersama dengannya di penjara komunis. Nikolai Khamara berada di sana karena kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya. Ia ditangkap karena melakukan perampokan, dan ia menggambarkan dirinya "seorang pria tanpa kesadaran diri". Sebaliknya, para orang percaya itu berada di penjara karena mereka menolak untuk menyangkal iman mereka di dalam Yesus.

Pada suatu hari, 2 orang Kristen duduk bersama-sama dengan Nikolai Khamara. Lalu Nikolai Khamara menceritakan kisah sedih kehidupannya kepada mereka dan menutupnya dengan kata-kata, "Aku seorang pria yang terhilang."

Salah seorang Kristen itu bertanya kepada Nikolai Khamara, "Andaikan seseorang kehilangan sebentuk cincin emas. Sebesar apakah nilai cincin emas itu pada saat ia hilang?"

"Pertanyaan itu sungguh bodoh!" jawab Nikolai Khamara. "Satu cincin emas tetaplah cincin emas. Anda kehilangan cincin itu, tetapi seseorang lainnya akan memilikinya."

"Lalu sebesar apakah nilai seorang pria yang terhilang?" tanya si orang Kristen. Ia menjawab sendiri pertanyaan itu dengan melanjutkan, "Seorang pria yang terhilang, bahkan seorang pencuri, penyeleweng, dan pembunuh, tetap bernilai penuh sebagai seorang manusia. Ia demikian berharga sehingga Anak Allah meninggalkan surga untuk mati baginya di atas kayu salib, demi untuk menyelamatkannya."

Nikolai Khamara mengerti.

Orang Kristen itu berkata kepada si perampok, "Allah mengasihimu. Engkau berharga baginya."

"Ketika Yesus bertemu dengan para pemabuk, perampok, pelacur, atau orang-orang lain, yang telah melakukan dosa-dosa besar, Ia tidak pernah menanyakan dosa-dosa yang telah mereka perbuat. Sebaliknya, Ia mengatakan kepada mereka, 'Bersukacitalah. Dosamu telah diampuni.' Aku juga mengatakan kepadamu Nikolai Khamara, bahwa dosa-dosamu sudah diampuni karena Yesus telah mati bagimu. Engkau hanya perlu percaya."

Nikolai Khamara menjadi orang Kristen.

Ketika ia menyelesaikan masa hukumannya di penjara dan dibebaskan, ia bergabung dengan gereja bawah tanah walaupun gereja itu senantiasa berada di bawah ancaman polisi rahasia. Ia menjadi anggota yang setia pada jemaat setempat.

Beberapa waktu kemudian, pendeta gereja Nikolai Khamara ditangkap. Pihak berwajib memukuli dan menyiksa dia, serta berharap bahwa ia akan menyebutkan nama-nama anggota gereja itu. Mereka berharap ia akan memberikan informasi yang dapat membantu mereka menghentikan pencetakan traktat-traktat Injil, yang telah beredar di seluruh provinsi mereka. Ia disiksa, tetapi ia tidak membocorkan apa pun kepada mereka. Jika ia mengatakan sesuatu, segera ribuan sesama orang percaya akan ditahan.

Setelah berulang kali memukuli pendeta itu tanpa hasil, seorang kapten yang melakukan pemeriksaan itu kemudian berkata, "Kami tidak akan menyiksamu lebih lanjut. Kami memunyai metode lain."

Mereka menangkap Nikolai Khamara. Mereka menghadapkannya kepada sang pendeta dan berkata, "Jika Anda tidak mengatakan semua rahasia gereja Anda, kami akan menyiksa orang ini di hadapan Anda."

Sang pendeta tidak menghendaki seseorang menanggung penderitaan demi dirinya. Ia bertanya kepada Nikolai Khamara, "Apakah yang harus kulakukan?"

Nikolai Khamara mengatakan kepadanya, "Setialah kepada Yesus dan janganlah mengkhianati Dia. Aku bersukacita karena menderita demi nama Kristus."

Si kapten berkata, "Kami akan mencungkil bola mata Nikolai Khamara." Para penyiksa mengambil sebilah pisau dan bergerak ke arah Nikolai Khamara. Sang pendeta tidak dapat menahannya. Ia berseru kepada Nikolai Khamara, "Bagaimana aku tahan melihat kejadian ini? Engkau akan menjadi buta!"

Nikolai Khamara menjawab, "Ketika bola mataku direngut dari diriku, aku akan melihat banyak keindahan, melebihi yang aku lihat dengan kedua bola mataku ini. Aku akan melihat Juru selamat. Engkau tetaplah setia kepada Kristus hingga pada akhirnya."

Ketika melihat bahwa sang pendeta belum juga memberikan informasi yang mereka inginkan, kapten itu kembali menoleh ke arah pendeta dan berkata, "Jika Anda tetap tidak mau memberikan informasi, kami akan memotong lidah orang ini."

Dalam keputusasaannya, sang pendeta berteriak, "Apakah yang harus kulakukan?"

Kata-kata terakhir Nikolai Khamara adalah, "Terpujilah Tuhan Yesus Kristus. Aku telah mengucapkan kata-kata termulia yang dapat dikatakan. Kini, jika engkau inginkan, engkau boleh memotong lidahku."

Nikolai Khamara meninggal sebagai seorang martir.

Diambil dan disesuaikan dari:

Judul buku : Jesus Freaks
Penyusun : Toby McKeehan dan Mark Heimermann
Penerbit : Cipta Olah Pustaka, 1995
Halaman : 81 -- 83

Dipublikasikan di: http://kesaksian.sabda.org/kata_kata_termulia