You are heree-JEMMi No. 06 Vol.19/2016 / Henk Venema, Cinta untuk Papua
Henk Venema, Cinta untuk Papua
Henk Venema adalah seorang misionaris Belanda yang memberi hidupnya selama belasan tahun untuk melayani dan mencintai masyarakat Papua. Hamba Tuhan, kelahiran Drachten Smallingerland Belanda, 21 Agustus 1952, ini tidak akan pernah diam ketika mendengar komentar picik tentang masyarakat Papua. Dengan sangat santun dan hormat, Paheng, begitu dia sering disapa akan menjelaskan, "Mereka orang-orang tulus, polos, dan baik. Mereka dicintai Tuhan."
Apa yang menyebabkan Paheng mau memberi dirinya untuk melayani dan mencintai orang Papua? Rahasia apakah yang melatari cinta dan semangatnya ini? Tidak ada yang dapat menduga kalau setiap impian dapat berubah, dari apa yang dipikirkan semula. Sejak usia 5 -- 7 tahun, Paheng bergereja di gereja misi untuk Kalimantan Barat (Kalbar). Setiap kali mendengar kesaksian para misionaris tentang pelayanan di Kalbar, baginya itu sangat menarik. Namun, suami dari Atsje Larooij ini ketika itu belum pernah berpikir untuk menjadi misionaris, apalagi ke Papua. Paheng akhirnya melanjutkan pendidikan ke "Theologische Hogeschool" di Kampen (Broederweg), dengan harapan akan menjadi pendeta, untuk melayani masyarakat Belanda. "Akan tetapi, kemudian saya didekati oleh teman di LITINDO (Literatur Teologi dalam Bahasa Indonesia) untuk dipanggil sebagai pendeta misioner untuk Papua. Kalau itu kehendak Tuhan, kenapa harus menolak?" kisah Penulis "Injil untuk Semua Orang" ini mengamini panggilan tersebut.
Perjalanan Paheng ke Indonesia tertunda selama 2 tahun karena kesulitan mendapat visa. Inilah kesempatan yang dipakai Paheng untuk mengumpulkan data-data tentang Papua; kebudayaan dan agama sukunya, serta belajar memperdalam bahasa Indonesia pada tahun 1979/1980 melalui general course yang diselenggarakan oleh Summer Institute of Linguistics di Horsleys Green, Inggris.
Akhirnya, pada Maret 1981, Paheng diutus Zending Gerefomeerde Kerken dan diperbantukan di Gereja Reformasi, Papua. Pada tahun 1986, Paheng bertugas sebagai pembina jemaat di tengah-tengah suku Kombai dan Korowai (Kouh dan Yaniruma). Sejak 1986 sampai pertengahan 1992, Paheng menjadi dosen, kemudian rektor Sekolah Teologi Menengah GGRI "Pelita" di desa Bomakia, kecamatan Kouh.
Menyatu dengan kehidupan Papua, menjadikan Paheng menikmati panggilan Tuhan dengan mendalam. Hidup dengan masyarakat Papua yang berbeda latar belakang agama dan budaya, bahkan warna kulit, tidak membuat Paheng tertolak atau meninggalkan Papua. Sebaliknya, keterikatan pria berdarah Belanda ini seakan terlahir di Papua, untuk mencintai dan membangun kehidupan masyarakat Papua supaya dapat mengenal dan hidup sesuai INJIL.
Sikap Melayani
"Pendeta itu pelayan firman Tuhan, yang memberitakan Injil, dan melakukan banyak hal. Bersikap pelayan bukan tuan." Hal ini dinyatakan Paheng, menyikapi banyak pandangan keliru terhadap para pendeta. Dirinya pun hadir untuk dapat membuktikannya dalam setiap karya dan pelayanan. Sebagai seorang misionaris, Paheng mengakui bahwa untuk mempertobatkan orang, tidak bisa direncanakan. Itu tergantung dari Roh Kudus. Sebagai hamba Tuhan, Paheng berusaha melakukan sepenuhnya apa yang harus dilakukan. Menyampaikan Injil dalam konteks kebudayaan setempat. Mempelajari budaya setempat dan tahu bagaimana dengan tepat Injil disampaikan. Kebudayaan kembali kepada Injil, sebagaimana dituliskan dalam bukunya "Hidup Baru".
Proses waktu membuat orang Papua yang tadinya memandang pria Belanda ini sebagai orang asing dan aneh, kini menjadi orangtua dan keluarga untuk mereka. Paheng, hadir melayani dan membangun kehidupan Papua. Tidak hanya memperdengarkan Injil, tetapi benar-benar hidup menolong masyarakat Papua menjadi orang-orang bernilai. Misionari, dosen, penulis, pendeta, semua dilakoni Paheng memberi arti untuk masyarakat Papua.
Menembus pedalaman, tinggal dan hidup bersama orang Papua, membimbing, dan mengajarkan banyak hal, dikerjakan ayah dari Wemke dan Jos ini dengan bahagia. Bagi dia, nilai budaya masyarakat yang dilayani adalah ilmu yang sangat berharga, dan itu diabadikan dalam buku-buku yang menjadi karyanya. "Kitab Suci - Untuk Kita! Membaca dan menafsirkan firman Tuhan secara utuh, setia, dan kontekstual" adalah buku berikutnya yang dihasilkan Paheng sebagai refleksi pengalaman pelayanan sekian tahun, dalam kebudayaan yang beragam. Injil diberitakan, budaya diterangi, manusia kudus dalam konteks budayanya. Itulah yang dikerjakan Tuhan melalui Paheng.
Diambil dan disunting dari: | ||
Nama situs | : | Reformata |
Alamat URL | : | http://reformata.com/news/view/5945/henk-venema-cinta-untuk-papua |
Judul artikel | : | Henk Venema, Cinta untuk Papua |
Penulis artikel | : | Lidya Wattimena |
Tanggal akses | : | 16 Maret 2016 |
- Printer-friendly version
- Login to post comments
- 5192 reads