You are heree-JEMMi No. 01 Vol.19/2016 / Gembala yang Agung
Gembala yang Agung
Hidup adalah waktu yang dipinjamkan oleh Tuhan dan sewaktu-waktu bisa habis masanya, dan kita harus mempertanggungjawabkannya, siap maupun tidak siap.
Namun, syukur kepada Tuhan melalui firman-Nya yang senantiasa mengingatkan kita: "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku" (Mazmur 23:4). Rasa takut adalah perasaan alamiah manusia, takut masa depan, takut kematian, ketinggian, kegelapan, kesakitan, penderitaan, dan lain-lain. Pada dasarnya, rasa takut hampir setiap saat bisa merasuki perasaan kita. Seorang pemberani bukanlah orang yang tidak mempunyai rasa takut, tetapi seseorang yang bisa mengalahkan rasa takutnya. Kita merasa takut karena sering kali merasa tidak yakin bisa menghadapi masalah itu. Di sinilah, peran iman dan pengenalan akan Tuhan diuji. Lembah kekelaman akan membuktikan kepada siapa kita meletakkan harapan.
Tuhan bukan hanya memberikan jaminan kehidupan kekal kepada kita, tetapi Dia juga menjadi Gembala yang baik. Dia tidak pernah berjanji bahwa kita lepas dari lembah kekelaman, tetapi Dia berjanji tetap beserta kita, menjadi Gembala atas seluruh perjalanan hidup kita jika kita mengizinkannya. Tuhan Yesus sudah membuktikan lembah kekelaman yang terburuk dalam kehidupan manusia, yaitu kematian, telah dikalahkan-Nya. Lembah kekelaman apa lagi yang menakutkan kita jika Tuhan beserta kita? Jangan melihat pekatnya kegelapan dan besarnya masalah, tetapi percayailah siapa pribadi yang ada di depan kita. Jika tahu kekuatan kita terbatas, letakkan di tangan Gembala Agung, Pencipta langit, bumi, dan alam semesta.
Tuhan tidak pernah menjanjikan kita lepas dari semua masalah. Dalam 2 Timotius 3:1 tertulis, "Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar." Semakin dekat kedatangan-Nya, semakin besar tentangan yang harus kita hadapi. Jika tidak berakar secara benar, kita mungkin akan kecewa dan meninggalkan iman. Saat ini, beberapa kelompok ekstrem keagamaan makin kuat dan menunjukkan secara terbuka kebenciannya kepada kekristenan, kelompok IS di Irak dan Suriah, Boko Haram di Nigeria, Al Shabaab di Somalia dan Kenya, pengikut ideologi Hidutva di India, dan lain-lain. Mereka menculik, menganiaya, memerkosa, merampok, mengusir, bahkan membunuh orang-orang Kristen. Di dalam negeri sendiri, ada beberapa orang di Sulawesi Tengah yang diculik, disandera, dan dibunuh teroris. Walaupun pemerintah Indonesia sudah secara konsisten menangkapnya, tetapi di akar bawah ideologi ekstrem masih ada pengikutnya.
Jika kita memiliki pandangan mata pada kekekalan, berkat atau penderitaan hanyalah bagian dari proses supaya hidup kita menjadi alat kemuliaan-Nya yang makin indah, sehingga nama-Nya dipermuliakan melalui hidup kita. Karena itu, kuatkan hatimu dan tetaplah percaya; semuanya itu mampu kita jalani jika Tuhan senantiasa menjadi Gembala Agung kita. Tuhan memberkati.
Diambil dari:
Judul buletin | : | Buletin Kasih Dalam Perbuatan (Januari-Februari 2015) |
Penulis artikel | : | Pdt. Natanael Tjien, S.Th. |
Halaman | : | 2 |
- Login to post comments
- 3103 reads