You are heree-JEMMi No.03 Vol.14/2011 / D. L. Moody -- Utusan Injil Terbesar Abad XIX
D. L. Moody -- Utusan Injil Terbesar Abad XIX
D. L. Moody lahir tanggal 5 Februari 1837 di Northfield, Massachusetts. Ayahnya, Edwin Moody adalah seorang tukang batu, sedangkan ibunya, Betsey Holtom berasal dari kaum alim Purilastan. Pada 28 Mei 1841, ayahnya meninggal dunia sehingga ibunya terpaksa bekerja keras mengasuh tujuh orang anaknya. Tiap pagi, Betsey Holtom selalu membacakan Alkitab untuk anak-anaknya, dan pada hari Minggu mengajak mereka pergi ke gereja Unitaris. D. L. Moody tidak suka pergi ke gereja karena ia tidak dapat memahami apa yang dikhotbahkan. Ia lebih suka bepergian dan bersuka ria. Setelah dibaptis, ibunya mendesak agar ia belajar berdoa. Ia mencoba, tetapi merasa sia-sia saja. Setelah dewasa, D. L. Moody bertekad belajar sebanyak-banyaknya sambil bekerja. Mula-mula ia bekerja di toko buku dan alat-alat tulis, tetapi ia tidak puas dan pergi menemui pamannya di Boston. Pamannya setuju menerimanya dengan syarat ia harus ke gereja Mount Vernon, tidak minum minuman keras, dan tidak berjudi. Karena kecerdasan dan keramahannya, disertai rasa humor, ia segera menjadi penjual yang sukses.
Saat ke gereja, ia lebih suka duduk di sudut gereja yang gelap dan sering kali ia tertidur karena penat bekerja. Suatu hari, Edward Kimball, gurunya, menyampaikan pelajaran mengenai Musa. D. L. Moody mendengarkan dengan terpesona. Beberapa minggu kemudian, Edward Kimball memberinya Alkitab sambil memberitahu pelajaran yang diambil dari kitab Yohanes. D. L. Moody mengambil Alkitab itu dan mencarinya dengan membuka kitab Kejadian. Guru itu melihat bahwa murid-murid yang lain tersenyum-senyum dan saling menyikut satu sama lain. Ia segera menyerahkan Alkitabnya kepada D. L. Moody dalam posisi terbuka dengan ayat yang tepat. Ia merasa malu, dan hari Minggu depannya ia tidak hadir. Gurunya segera mencari dan memintanya untuk datang kembali. Tanggal 21 April 1855, Edward Kimball merasa saatnya telah tiba untuk berbicara mengenai Kristus kepada D. L. Moody. Dan, saat itu juga, ia bertobat.
Setelah itu, D. L. Moody bergegas kembali ke rumahnya di Northfield dan memberikan kesaksian imannya kepada saudara-saudaranya. Namun, mereka tidak menanggapinya, dan ia kembali ke Boston dengan kecewa. Ia sering kali putus asa ketika ia ingin menjadi anggota gereja Mount Vernon. Panitia keanggotaan gereja selalu mengulur waktu karena tidak yakin bahwa ia sungguh-sungguh bertobat. Walaupun demikian, ia tetap bersemangat berbicara di persekutuan doa. Tanggal 20 September 1856, ia pindah ke Chicago dan mendapat pekerjaan di toko sepatu Wiswall. Pada hari minggu, ia pergi beribadah di First Baptist Church. Di gereja ini, ia bertemu dengan calon istrinya. Pada waktu itu, ia menjadi anggota the Young Men's Mission Band of the First Methodist Episcopal. Tujuan organisasi ini adalah mengunjungi hotel dan asrama, serta membagikan brosur dan mengajak orang hadir dalam kebaktian. Dalam musim gugur tahun 1858, ia mulai membuka sekolah minggu sendiri. Ia mendapat persetujuan dari walikota untuk memakai North Market Hall sebagai tempat ia membina anak-anak. Pada tahun 1860, ia meninggalkan usaha dagangnya dan memfokuskan diri pada pelayanan, padahal pada saat bekerja ia mendapat 5000 dolar -- jumlah uang yang cukup besar pada saat itu. Tahun pertama menjadi pekerja Kristen ia hanya mendapat 300 dolar, namun ia yakin akan pemeliharaan Tuhan. Di bawah pimpinannya, sekolah minggu dan YMCA (Persatuan Pemuda Kristen, hasil dari kebangunan rohani dari tahun 1857-1858) berkembang pesat. Kemudian, ia mendirikan gereja dan diresmikan pada awal tahun 1864. Gerejanya menjadi gereja yang berkembang dan paling giat di kota tersebut. Pada masa Perang Saudara di Amerika, ia mendukung penghapusan budak dan ia mulai melayani para tentara. Ia dicintai para prajurit karena usahanya yang tidak mementingkan diri sendiri dan sangat memerhatikan para prajurit.
Pada tanggal 22 Februari 1867, D. L. Moody dan istrinya berangkat ke Inggris, ia ingin menjumpai Spurgeon, seorang pengkhotbah terkenal. Setelah mengadakan pembicaraan dengan Spurgeon, ia mengunjungi Bristol melihat panti asuhan yang didirikan oleh George Muller. Ia juga pergi ke Edinburgh dan mendapat kesempatan berpidato di Free Assembly Hall. Ia juga sempat mengunjungi Dublin. Di sini, ia bertemu dengan Harry Moorehouse, seorang pemuda yang sangat mengesankan hati D. L. Moody. Karena kefasihan Moorehouse dalam menguraikan firman Tuhan. D. L. Moody menjadi lebih rajin mempelajari Alkitab. Saat ada pameran di Paris, ia berkunjung ke sana bersama istrinya dan ia berkhotbah beberapa kali di Paris. Tahun 1870, saat Rapat Pemuda Kristen Sedunia (Internasional Convention of the Young Men's Christian Association), ia bertemu dengan Ira D. Sankey, yang kelak akan menjadi mitra utama Moody dalam pekerjaan pekabaran Injil. Ira D. Sankey mempunyai talenta memuji Tuhan.
Tanggal 8 Oktober, terjadi kebakaran hebat di Chicago yang menghanguskan Farwell Hall dan Illinois Street Church. Saat itu, D. L. Moody sedang mengalami pergumulan rohani berkaitan dengan kuasa Roh Kudus. Setelah membawa istri dan keluarganya ke tempat yang aman, ia bergegas mencari bantuan ke bagian timur negara dan terkumpul $3.000. Dengan dana tersebut, segera dibangun gereja darurat dan diresmikan sebagai North Side Tabernacle. Tidak lama kemudian, ia mengalami urapan Roh Kudus. Chicago mengalami kebangunan rohani yang besar.
Pada bulan Juni 1872, ia pergi ke Inggris untuk kedua kalinya karena ingin memperdalam pengetahuan tentang Alkitab. Semula ia berniat menghindari pelayanan berkhotbah, tetapi atas permintaan seorang pendeta, akhirnya ia menyanggupi untuk berkhotbah di Old Balley. Terjadi kebangunan rohani di gereja tersebut, beratus-ratus orang bertobat. Setelah ke Dublin, ia kembali ke Old Balley dan mengadakan kebaktian selama 10 hari. Setelah tiga bulan, ia kembali ke Amerika, dan setahun kemudian ia kembali ke Inggris memimpin kebaktian selama 5 minggu di York. Di sini ratusan orang bertobat. Kemudian tim penginjilan ini melanjutkan perjalanan ke Sunderland dan New Castle-On-Tync. Hasil kebangunan rohani ini terdengar sampai ke Edinburgh. Para pendeta kemudian mengundang D. L. Moody untuk memimpin kebaktian di sana. Gaya khotbah D. L. Moody yang sederhana dan berapi-api, disertai pimpinan Roh Kudus membuat kebangunan rohani besar-besaran dan berita kebangunan ini semakin meluas ke seluruh negeri. Setelah tiga bulan di Edinburgh, mereka ke Dundee dan Glascow untuk berkhotbah selama empat bulan. Pada bulan September 1874 mereka menuju Belfast, Irlandia, dan puncak ibadah terjadi di Exhibition Palace di Dublin. Tanggal 9 Maret 1875, dimulailah serangkaian kebaktian di London dengan jumlah pengunjung mencapai 15.000 - 20.000 orang. Pada waktu itu, D. L. Moody baru berusia 38 tahun. Setelah tiba di Amerika, D. L. Moody dan rombongannya memberitakan Injil di New York, Philadelphia, Baltimore, St. Louis, Cincinnati, Chicago, dan Boston. Pada musim semi tahun 1892, D. L. Moody mendapat kesempatan untuk mengunjungi Yerusalem dan Kairo. Setelah mengunjungi beberapa tempat bersejarah, ia dan timnya bertolak ke Italia. Pada 26 Januari 1896, ibunya meninggal dunia. Waktu ibunya dikebumikan ia berkata: "Apabila setiap orang memiliki ibu seperti ini, maka semua penjara akan dihapus."
Tanggal 30 Oktober 1898, cucu perempuannya meninggal dunia karena radang paru-paru. Walaupun demikian, ia berkata: "Saya sungguh bersyukur kepada Allah atas hidup ini, cucu saya kini berada di surga bersama Yesus selamanya, kita semua akan segera menyusulnya." D. L. Moody berkhotbah untuk terakhir kalinya pada tanggal 16 November 1899. Pada malam itu, Convention Hall penuh sesak. Tanggal 22 Desember menjelang kematiannya ia berkata: "Dunia bergerak mundur, surga terbuka bagiku ... kalau ini kematian maka begitu nikmatnya. Tuhan memanggil saya, maka saya harus pergi". Tanggal 26 Desember 1899, ia dimakamkan di kota Northfield dengan diiringi lagu, "Yesus Pengasih Jiwaku."
Diambil dari: | ||
Judul majalah | : | Cahaya Buana, Edisi 92/2002 |
Judul artikel | : | Dwight L. Moody -- Utusan Injil Terbesar Abad XIX |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Penerbit | : | Komisi Literatur GKT III Malang |
Halaman | : | 16 -- 17 dan 33 |
- Printer-friendly version
- Login to post comments
- 8827 reads