Doa Bagi Negara Ethiopia
[Saat membaca kisah nyata berikut ini, Anda pasti menyadari adanya
suatu kontras. Di satu sisi banyak orang saat ini sedang merayakan
"Thanksgiving" -- khususnya di Amerika -- sedangkan di sisi lain ada
jutaan penduduk Ethiopia yang menangis kelaparan. Namun, fakta yang
kontras ini akan selalu ada di sekitar kita (
seperti Yesus katakan: "ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan;
ketika Aku haus, kamu memberi Aku ..." (
kita yang saat ini hidup berkelimpahan, jangan pernah bosan untuk
mengucap syukur dan jangan lupa menolong mereka yang kekurangan.]
'Kelaparan sedang mengancam lagi Ethiopia. Hal ini sesuai laporan
dari "Food for the Hungry" yang mengatakan bahwa situasi tersebut
sama dengan situasi saat terjadi kekurangan makanan pada tahun 2000
yang lalu. "Curah hujan sangat kurang di sebagian besar wilayah di
negara tersebut. Saat ini pemerintah memperkirakan ada sekitar 6
juta orang yang tidak memiliki cukup makanan. Selama 2003,
pemerintah memperkirakan bahwa jumlah itu akan meningkat pesat
menjadi 10 - 14 juta orang yang kelaparan." Perwakilan dari "Food
for the Hungry" percaya bahwa banyak orang yang "bosan-Ethiopia",
dan karena itu situasi ini diabaikan. "Bagaimana jika Allah
memalingkan diri dari umat-Nya? Kita perlu mengikuti teladan Allah.
Kita perlu terus menjadi orang yang murah hati karena Allah juga
murah hati. Jika orang-orang Kristen sedang mencari saat yang tepat
untuk berkunjung ke Afrika maka saat ini adalah saat yang tepat.
Sistem sekular di Ethiopia tidak dapat mengatasi masalah kelaparan
tersebut saat ini." Selain itu, dengan mencukupi kebutuhan orang-
orang yang kelaparan dapat juga dipakai sebagai sarana untuk
mengenalkan mereka kepada Yesus sehingga banyak jiwa diselamatkan.'
Sumber: Mission Network News, October 25th, 2002
Gereja di Ethiopia terus bertumbuh dan penganiayaan pun turut
bertambah juga. Bulan Maret 2002, ada sekelompok orang yang
menyerang sebuah gereja di bagian timur kota Asaita. Pekerja dari
Open Doors melaporkan bahwa para pemimpin gerombolan itu telah
merencanakan untuk membakar habis gereja Protestan 'Mekane Yesu'.
Namun polisi tiba tepat pada waktunya sehingga dapat mencegah aksi
pembakaran tersebut. Karena bangunan gereja mengalami kerusakan,
ibadah dilakukan di bawah naungan tenda sampai kerusakan-kerusakan
utama dalam gereja selesai diperbaiki. Saat ini para jemaat tersebut
sudah dapat beribadah kembali dalam gereja. Menurut pengamat, tindak
kekerasan itu disebabkan oleh pelayanan sosial yang dilakukan oleh
orang-orang Kristen -- "sebagian besar gereja Kristen Protestan
memiliki program-program untuk menolong penduduk miskin. Hal ini
menimbulkan ketegangan di antara beberapa kelompok/kepercayan lain
yang ada di Ethiopia." Meskipun demikian, baru-baru ini diperkirakan
bahwa jumlah umat Protestan dan Injili di Ethiopia telah berkembang
dari 3,5 juta orang pada tahun 1985 menjadi 10+ juta orang saat ini!
Sumber: Mission Network News, May 31, 2002
Suku-suku yang ada di sekitarnya merasa takut dan memandang rendah
50.000 orang Suku Me'en karena mereka suka mabuk-mabukan dan
melakukan tindakan kekerasan. "Kekerasan dan pesta mabuk-mabukan
setiap hari adalah kebiasaan mereka," demikian laporan dari seorang
misionaris yang melayani di sebuah klinik pedesaan. Luka-luka karena
tombak adalah hal yang biasa ditangani di klinik ini. Juga pemujaan
roh dan kepercayaan okultisme menyebabkan suku ini tidak
berpengharapan, mengidap banyak penyakit, kekurangan gizi, dan
miskin. Suku Me'en pertama kali mendengar Injil yang diberitakan
oleh para misionaris pada tahun 1993. Pada mulanya, mereka bersikap
skeptis terhadap Injil yang diberitakan itu, kecuali Gebre, orang
Me'en pertama yang menjadi Kristen. Gebre kemudian bekerja di rumah
sakit sebagai penerjemah. Konflik pertama antara Injil dan kuasa
yang selama ini dipuja Suku Me'en dialami Esther, saudara tiri
Gebre, yang dirasuki setan. Semua orang yakin Esther pasti akan
meninggal. Seluruh penduduk suku ini merasa takut, namun Gebre tetap
memberitakan bahwa Yesus adalah Tuhan dan memerintahkan setan keluar
dari tubuh saudaranya itu. Sesuatu yang tidak mereka harapkan
terjadi -- Esther terbebas dari pengaruh kegelapan. Keesokan
harinya, Esther mengatakan bahwa sejak saat itu dia percaya bahwa
Yesus adalah Tuhannya. Berita tentang pertobatannya segera tersebar
dengan cepat, dan banyak orang yang mengikuti jejaknya. Sekarang
sudah lebih dari 40 gereja didirikan di wilayah Me'en dengan jumlah
jemaat mencapai 10.000 orang. Iman mereka kepada Yesus telah
mengubah hidup mereka: tombak-tombak tidak lagi mereka butuhkan
untuk berperang karena mereka sekarang telah mempercayakan hidup
mereka di tangan Tuhan. Kedamaian pun hadir di tengah-tengah Suku
Me'en.
Sumber: FridayFax, November 14, 2003
Ethiopia sekali lagi mengalami musibah kelaparan yang menghantam
kondisi negara ini. Perwakilan dari Open Doors mengatakan, "Ada
krisis kemanusiaan yang saat ini terjadi di Ethiopia. Hampir 20
tahun yang lalu 2 juta orang meninggal di Ethiopia karena kelaparan
dan kelaparan yang sama itu melanda lagi saat ini." Open Doors
berharap dapat membantu 20.000 orang Kristen dengan menyediakan
makanan dan persediaan kebutuhan-kebutuhan lain khususnya yang
tinggal di wilayah-wilayah yang mengalami kelaparan berat. Selain
makanan, Open Doors juga menyisipkan literatur Kristen dan Alkitab
yang sangat mereka butuhkan. "Kami menyediakan juga materi-materi
pelatihan yang dapat menolong mereka untuk bertumbuh dalam iman.
Beberapa pendeta membawa materi-materi tersebut ke gereja mereka dan
mengajarkannya kepada jemaat." Orang-orang Kristen di Ethiopia tidak
hanya menderita karena kelaparan yang saat ini melanda, tetapi juga
karena penganiayaan atas iman mereka. Sekitar 10% dari populasi,
memutuskan untuk tetap setia dengan iman mereka dalam Kristus.
Sumber: Mission Network News, August 28th, 2003
Krisis bahan pangan melanda lagi di Ethiopia, Afrika Timur.
Perwakilan dari World Concern mengatakan, mereka sedang
mengembangkan program-programnya di tengah-tengah bangsa yang
mengalami kekeringan ini. Dia mengatakan bahwa kekurangan bahan
pangan kali ini telah memaksa 15 juta penduduknya mengalami
kelaparan. "Apa yang Anda lihat adalah situasi yang melebihi dari
situasi yang pernah dialami sepanjang sejarah negeri ini. Apa yang
Anda lihat bukanlah suatu dinamika baru tetapi jauh melebihi dari
yang pernah terjadi." Perwakilan dari World Concern ini mengunjungi
Ethiopia pada bulan Januari untuk melihat perkembangan dari program-program mereka yaitu memperlengkapi gereja-gereja agar lebih
memiliki pemikiran misi. Dia mengatakan bahwa gereja-gereja di
wilayah ini mengucapkan terima kasih, "Terima kasih karena tim Anda
ada di sini. Terima kasih atas perhatiannya. Terima kasih karena
telah menunjukkan kasih. Kami ingin dapat melakukan lebih dari hal
itu." Berawal dari hal tersebut, ada keinginan mereka untuk merintis
berdirinya dua gereja lagi. Sungguh merupakan kenyataan untuk
mengatakan bahwa, "Kami ada di sini, kami rindu memperhatikan
keadaan Anda dan kami mengerjakan pelayanan ini hanya demi satu nama
-- Yesus Kristus."
Sumber: Mission Network News, January 24th, 2003.
Ethiopian Christians merencanakan pelayanan outreach internasional
di Ethiopia. Africa Quest, salah satu inisiatif dari Global
Missions, mulai melihat jawaban yang luar biasa dari doa-doa yang
dinaikkan. Ada rencana untuk mengadakan pelatihan kepemimpinan dan
pemuridan yang mengarah kepada satu tujuan untuk mengadakan
perintisan gereja di Kenya, Ethiopia, Uganda, Rwanda, Tanzania, dan
Sudan. Perwakilan dari Global Missions Fellowship mengatakan, "Allah
memberikan visi yang besar untuk gereja-gereja di Afrika. Baru-baru
ini di Ethiopia, kami bekerja dengan suatu denominasi yang ada di
sana. Denominasi ini memiliki 6000 gereja dan menantang setiap
gerejanya untuk merintis satu gereja baru dalam jangka waktu dua
tahun ke depan." GMF telah diundang untuk memperlengkapi 300
pemimpin regional. Nantinya, para pemimpin tersebut akan melatih
30.000 orang. "Besar harapan bahwa pelatihan tersebut akan
menghasilkan puluhan ribu petobat, sekaligus perintisan ribuan
gereja baru. Gereja di Etiopia mempunyai rencana untuk melakukan
pelayanan di luar perbatasan sekaligus memberitakan Injil.
Sumber: Mission Network News, February 1st, 2005
Etiopia -- Baru-baru ini, sekelompok orang non-Kristen yang berjumlah tiga ratus orang menewaskan enam orang Kristen di Provinsi Agaro, Etiopia. Glenn, wakil dari Voice of the Martyrs (VOM) di Canada, mengatakan bahwa peristiwa ini saling berkaitan. Situasi di Eropa Barat yang sangat berbahaya diperkuat dengan munculnya tindak kekerasan terhadap orang Kristen. "Saat ini, anak-anak muda Kristen diberitahu, `Anda harus berpindah agama atau mati.` Setahun sebelumnya, situasi seperti ini tidak akan kita temui di Etiopia. Kita akan melihat kekerasan, penganiayaan, pembakaran gereja-gereja, tapi kita tidak melihat ada begitu banyak orang yang dibunuh." Penner menjelaskan, bahwa tekanan ini semakin hebat ketika beberapa penginjil terjebak di antara orang-orang non-Kristen dan gereja Ortodoks. "Hal ini terjadi di daerah yang sangat terpencil di Etiopia. Terkadang kami memerlukan waktu beberapa minggu untuk mendapatkan laporan. Sangat sulit dan berbahaya untuk menyediakan bantuan bagi orang-orang Kristen ini. Syukurlah kami memiliki staf orang Etiopia asli, sehingga mereka bisa berbaur dengan masyarakat tersebut."
[Sumber: Mission Network News, Desember 2006]
Pokok Doa:
Ethiopia--Tidak seperti biasanya, hujan lebat telah menimbulkan
banjir serius yang melanda ujung benua Afrika. Akibat dari bencana
ini, Sungai Omo di dekat Ethiopia menghanyutkan seluruh desa dan
mengakibatkan ribuan korban jiwa. Jay Lees dari Compassion
International mengatakan, "Sebanyak 18 keluarga kehilangan rumah
mereka dan 18 lainnya kehilangan hampir atau seluruh harta benda
mereka. Jadi saat ini, kami sedang memberikan beberapa usaha untuk
meringankan mereka ..., misalnya membagikan selimut, pakaian, dan
lain-lain. Satu nyawa melayang selama proyek kepedulian untuk anak
ini." Pihak yang berwenang sedang berjuang mengatasi bencana ini.
Lees mohon dukungan doa untuk tim mereka. "Saat ini kami bekerja
dengan direktur proyek di gereja tempat proyek tersebut diadakan dan
kami sedang mencoba terus untuk masuk ke daerah-daerah yang rusak
parah dan melihat bagaimana kami dapat membantu masyarakat yang
tertimpa bencana ini membangun kembali hidup mereka. Kami sedang
mencoba mengentaskan mereka dari kemiskinan dan tentu saja mantra
kami adalah `Membebaskan anak-anak dari kemiskinan dalam nama Yesus`
seperti tujuan dari Compassion ini."
[Sumber: Mission Network News, Agustus 2006]
Pokok Doa:
Etiopia dan Sudan -- Pertumbuhan gereja dan penginjilan di Etiopia
dan Sudan yang demikian pesat membuat misionaris dari Nazarene,
Howie Shute, menyebutnya sebagai pergerakan Tuhan paling besar yang
pernah ia lihat seumur hidupnya. "Gereja-gereja telah memunculkan
gereja-gereja lain yang juga memunculkan sejumlah gereja lainnya
lagi." Organisasi Nazarene di distrik selatan pusat (termasuk di
dalamnya Etiopia dan Sudan) melaporkan munculnya dua ratus gereja
sepanjang satu setengah tahun terakhir. Sebagai tambahan, lebih dari
lima puluh kelompok PA juga sedang dalam proses mendirikan gereja.
"Ada begitu banyak penginjil di jalanan dan di berbagai pelosok
wilayah. Semuanya mengadakan pengajaran Alkitab dan pembangunan
gereja," katanya. "Mereka tetap berjalan meski dana kurang
mencukupi." Denominasi itu berharap dapat mendirikan lebih dari
empat ratus gereja baru untuk tahun ini, sementara para pemimpin
gereja Etiopia telah menyebut target seribu gereja baru. "Pendeta-
pendeta dan kongregasi-kongregasi telah mengalami penganiayaan,
namun mereka tetap beriman akan panggilan Tuhan untuk memberitakan
berita ini," kata Shute. "Mujizat Pentakosta mempertobatkan tiga
ribu orang dalam sehari, namun kita di sini mempunyai 20.000 orang
yang selama sehari berdoa agar dosa mereka diampuni."
[Sumber: PULPITHELPS, Vol.31 No.6, Juni 2006]
Pokok Doa:
International Christian Concern (ICC), sebuah lembaga hak asasi manusia yang berpusat di Wahington DC, baru saja mendapat kabar bahwa seorang penginjil berkebangsaan Etiopia, bernama Tedase, dipukuli sampai mati oleh kaum ekstremis pada hari Senin, 26 Maret, saat Tedase dan dua wanita muda menjalankan tugas penginjilan ke jalan-jalan di Jimma, Etiopia. Ini merupakan kejadian kedua dalam enam bulan, dimana orang-orang Kristen yang tinggal di Etiopia bagian Tenggara diserang dan dibunuh oleh golongan ekstremis.
Senin siang lalu, Tedase dan dua rekan wanitanya sedang menjalankan penginjilan di Jalan Merkato yang terletak di Jimma, Etiopia bagian Selatan, di mana tempat ibadah Wahabbi berada. Ketika mereka melewati tempat ibadah tersebut, segerombolan ektremis keluar dari tempat ibadah dan mulai mengejar untuk menghadang mereka. Kedua rekan wanita Tedase berhasil melarikan diri dari kepungan tersebut, namun Tedase tetap dikejar. Kaum ektremis itu berhasil menyusul Tedase, menariknya masuk ke dalam sebuah rumah ibadah, dan memukulinya dengan beringas sampai ia mati. Sumber-sumber dari Jimma melaporkan bahwa Tedase dipukuli dengan kekuatan yang sudah diperhitungkan untuk membunuhnya. Ini bukanlah kecelakaan atau kasus keberingasan massa yang lepas kendali. Mayatnya kemudian dibawa ke rumah sakit untuk diotopsi dan ia dikuburkan pada hari Selasa, 27 Maret.
Sebuah sumber juga mengungkapkan bahwa orang-orang Kristen di Jimma mengadakan sebuah kampanye penginjilan, dan berita penjangkauan itu menyebar di antara penduduk Jimma, tak terkecuali golongan ekstremis yang tinggal di daerah tersebut. Orang-orang yang tergabung dalam sekte Wahabbi sengaja memukuli Tedase sampai mati, dengan maksud sebagai pesan untuk orang-orang Kristen bahwa mereka siap memberantas penginjilan.
Para pemimpin gereja injili takut jika polisi tidak mengindahkan kematian Tedase ini, peristiwa ini akan menjadi lampu hijau bagi golongan-golongan ekstremis di daerah tersebut untuk menyerang orang-orang Kristen di lingkungan mereka tanpa mau mempertanggungjawabkannya.
Sumber: International Christian Concern, Maret 2007
Pokok Doa:
FS adalah seorang ibu dari sembilan orang anak yang sedang jatuh sakit. Dua bulan kemudian, dia ditemukan sudah tak bernyawa oleh ibunya yang datang untuk menengoknya. Kesedihan yang mendalam dirasakan oleh seluruh warga desa Alelu setelah kematian FS diketahui oleh teman-teman dan kerabatnya.
Berita tentang FS tersebut didengar oleh seorang misionaris Kristen yang bernama WB yang tinggal di daerah tersebut. Dengan begitu meyakinkan, dia mengatakan Tuhan memberinya sebuah hari penyelamatan, yaitu bahwa Tuhan akan membangkitkan orang mati. WB akhirnya mencari jenazah wanita itu. Masyarakat non-Kristen pun berkerumun saat WB mendoakan jasad FS yang tertutup kain. Mereka bertanya, "Mengapa orang ini mendoakan mayat?"
WB kemudian menghubungkannya dengan kejadian selanjutnya. "Aku percaya Tuhan akan bekerja melaluiku. Aku berdoa seperti Petrus berdoa. 'FS, bangunlah. Aku memintamu dalam nama Tuhan. Hiduplah.' Saat saya mengucapkan 'FS, bangunlah dalam nama Yesus', lalu FS duduk di tempat tidurnya."
Kejadian itu terjadi dua belas jam setelah FS meninggal. "Tiba-tiba saya melihat diri saya sendiri ke dalam tubuh saya," jelas FS. "Saya duduk di kasur dan bertanya, 'Ada apa ini? Apa yang terjadi?'" Semua orang tercengang. Beberapa orang berkata, "Seorang Pantekosta dapat memanggil kembali roh orang yang sudah mati kembali ke tubuhnya? Jika hal ini benar, kita semua akan menjadi Kristen," seru mereka. Saat FS, seorang wanita yang telah bertobat, mengalami kematian, ia mendapatkan penglihatan yang begitu jelas tentang surga, demikianlah yang ia ceritakan dalam video rekaman CBN. Teman-teman dan kerabat FS berkata kepada FS dan WB, "Tuhanmu benar-benar berkuasa." (t/Setyo)
Diterjemahkan dari:
Nama buletin | : | Body Life, Edisi April 2008, Volume 26, No. 4 |
Nama kolom | : | World Christian Report |
Judul asli artikel | : | Woman Raised from the Dead |
Penerbit | : | 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena |
Halaman | : | 3 dan 4 |
Pokok doa:
Baru-baru ini, Adana Children Center yang disponsori oleh Blessing the Children International telah dibuka dan akan menerima 600 yatim piatu selama 5 tahun. Setiap bulan, ada sepuluh yatim piatu yang mendapat bantuan. Ethiopia merupakan salah satu negara yang mendapat serangan wabah AIDS terparah. Adanya empat juta yatim piatu di Ethiopia (20% di antaranya adalah korban AIDS) menjadi masalah utama, dan pemerintah menggambarkannya sebagai "pemecahbelahan struktur sosial" bangsa Afrika Timur. Anak-anak di Adana Children Center pada awalnya akan dipelihara di panti asuhan sebelum menemukan keluarga angkat. Di rumah barunya ini, anak-anak disayangi dan dipelihara. Mereka pun menerima pembekalan dan bantuan, seperti pakaian, makanan bernutrisi, pelatihan keterampilan, dan kesempatan untuk bersekolah di sekolah yang ditunjuk oleh pihak sponsor. (t/Setyo)
Diterjemahkan dari:
Judul buletin | : | Body Life, Edisi Maret 2008, Volume 26, No. 3 |
Judul asli artikel | : | World Christian Report -- Ethiopia: Center for Orphaned Children |
Penerbit | : | 120 Fellowship Adult Class at Lake Avenue Church, Pasadena |
Halaman | : | 4 |
Pokok doa:
Mengucap syukur atas dibukanya Adana Children Center yang dibentuk oleh orang-orang yang terbeban memberikan bantuan kepada anak yatim piatu di Ethiopia. Doakan agar Tuhan senantiasa mencukupkan setiap keperluan yang dibutuhkan dalam pelayanan mereka.
Doakan agar Tuhan mengetuk hati mereka-mereka yang memiliki kepedulian terhadap anak-anak yatim piatu korban AIDS dan bersedia memberikan dukungan untuk mereka. Berdoa juga agar anak-anak ini menemukan keluarga angkat yang dapat memberikan kasih sayang dan pengenalan yang benar akan Tuhan.
Menurut Bethany Christian Services, Addis Ababa adalah kota yang jumlah anak-anak terlantarnya meningkat drastis akhir-akhir ini. Pengadilan setempat tidak lagi mau menerima kasus yang melibatkan anak-anak terlantar dari panti asuhan-panti asuhan di Addis Ababa.
Keputusan ini memengaruhi tiga panti asuhan di Addis Ababa: Panti Asuhan Kebebe Tsehay, Panti Asuhan Ketchene, dan Kolfe Youth Center.
Pengadilan melihat adanya peningkatan drastis dalam hal jumlah anak yang diadopsi dari panti asuhan Addis Ababa. Karena jumlah anak terlantar meningkat tajam pada bulan-bulan terakhir, pemerintah Ethiopia mencurigai adanya praktik ilegal pada sejumlah kasus.
Ethiopian First Instance Court dan Ministry of Women’s Affairs (MOWA) tidak menerima kasus-kasus tersebut hingga sejumlah pertanyaan terkait kasus-kasus yang mencurigakan, terjawab.
Meski penyelidikan terus berlangsung, sekitar sebulan kemudian, pada 23 Mei, pengadilan mulai menerima lagi kasus anak-anak terlantar dari Addis Ababa.
Bethany berkomitmen membantu anak-anak melalui adopsi dan panti asuhan. Misinya adalah "menyatakan cinta kasih Yesus Kristus dengan melindungi dan memajukan kehidupan anak-anak dan keluarga melalui pelayanan sosial yang berkualitas". (t/Dian)
Diterjemahkan dari: Mission News, Juli 2009
Kisah selengkapnya: http://mnnonline.org/article/12812
Pokok doa:
Doakan anak-anak yang terlantar di Ethiopia, agar Tuhan menjaga dan melindungi mereka dari tindakan orang-orang yang mencoba mengambil keuntungan dari situasi yang sedang terjadi di Ethiopia saat ini.
Doakan juga pelayanan Bethany Christian Services yang berusaha untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anak terlantar di Ethiopia, agar Tuhan memampukan mereka dalam pelayanan ini dan memberi kemudahan dalam mengurus hal-hal yang diperlukan.
"Seorang pendeta Etiopia yang sudah tua menunjuk saya," tulis JS, Wakil Presiden AIMS, "dan berseru kepada penerjemah kami bahwa Allah mengirimkannya untuk menyadarkan kita." Dia melanjutkan, "Aku hanya menatap penuh kagum atas perkataannya itu. Setelah dua hari pengajaran dan pelatihan intensif di Addis Ababa, pendeta yang telah menjalani masa pensiun ini menjadi berapi-api lagi dengan visi Allah untuk menjangkau bangsa-bangsa."
JS melanjutkan, "Pada awal bulan Juli kami berkumpul dengan 220 pemimpin Etiopia dari Kale Hewyet (Word of Life), denominasi terbesar di negara itu. Mereka rindu melipatgandakan jumlah utusan Injil mereka dari 1000 orang sampai 2000 dalam jangka waktu tiga tahun. Mereka meminta kami memperlengkapi mereka. Mereka telah memunyai utusan Injil di Etiopia, Sudan, pakistan, dan India, dan tahun ini mereka mengirim tim ke Iran untuk mempersiapkan hamba Tuhan pergi ke sana!"
"Kami berpisah dengan komitmen yang kuat dari kelompok kami untuk mengumpulkan kembali 220 pemimpin yang sama pada bulan Januari 2011 yang akan datang, sehingga kami dapat menindaklanjuti apa yang telah kami berikan pada bulan Juli yang lalu," demikian JS berharap. (t/Uly)
Nama buletin | : | Body Life, Edisi Oktober 2010, Volume 28, No. 10 |
Nama kolom | : | World Christian Report |
Judul asli artikel | : | Etiopia: God Sent This One to Wake Us Up |
Penerbit | : | 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena |
Halaman | : | 3 |
Pokok doa:
Berdoa untuk program pelatihan yang akan diadakan untuk memperlengkapi para utusan Injil di Etiopia, agar Tuhan memampukan tim yang akan memberikan pelatihan, sehingga pelatihan bisa berjalan dengan efektif dan tepat sasaran.
Doakan juga untuk tim AIMS yang telah dan sedang berada di ladang misi, agar Tuhan memampukan mereka dalam melayani dengan kasih, sehingga setiap priadi atau kelompok yang mereka layani, merasakan kasih Krsitus yang besar.
Atas permintaan pemimpin gereja lokal di pedesaan Ethiopia, The Seed Company mulai menerjemahkan Perjanjian Baru dan sebagian dari isi kitab Kejadian untuk warga yang berbahasa Majang. Ini adalah proyek penerjemahan Alkitab The Seed Company yang ke-500. Y, seorang penutur asli bahasa Majang, menjadi penerjemah penuh waktu pertamanya. Mereka telah menyelesaikan draf keempat Injil dan sebagian Kisah Para Rasul. Gereja lokal akan memulai dengan proyek belajar membaca. Selain itu, ada juga rencana menerjemahkan bagian Alkitab dalam bentuk audio bagi mereka yang belum bisa membaca. (t/Uly)
Sumber: Mission News, Maret 2010
[Selengkapnya: http://www.mnnonline.org/article/13957]
Pokok doa:
Mengucap syukur untuk Y yang terpanggil menjadi penerjemah Alkitab bahasa Majang di Ethiopia. Doakan agar proyek penerjemahan Alkitab ini berhasil dan memberkati pengguna bahasa Majang.
Doakan juga agar terjadi gerakan membaca Alkitab di pedesaan Ethiopia dan pembacaan bagian Alkitab dalam bentuk audio untuk mereka yang belum bisa membaca.
Orang-orang Bench di Ethiopia berbondong-bondong berkumpul untuk mendengarkan Injil dalam bentuk audio. GF bersama dengan Faith Comes by Hearing mengatakan bahwa penjangkauan mereka menyentuh orang-orang ini di suatu tempat yang istimewa. "Ketika mereka mendengar pesan itu, ada sesuatu dalam hati mereka yang mengatakan 'inilah pesan yang saya cari-cari,' dan mereka ingin tahu lebih dalam lagi." Mendengarkan firman Tuhan dalam bahasa asli mereka mengubah hati dan hidup orang-orang Bench. "Ini juga untuk menghormati bahasa mereka dan budaya mereka dengan cara yang tidak mereka ketahui bahwa Tuhan terlebih dahulu tertarik kepada mereka."
Karena tingkat buta huruf yang tinggi dan masalah-masalah lain, sebelumnya banyak orang yang tidak dapat memahami Injil. "Perjanjian Baru merupakan buku yang terkunci bagi mereka. Sekarang buku itu dibuka, dan mereka bisa dengan bebas menggunakan firman Tuhan." Program penjangkauan ini tergantung pada kemauan yang terus menerus dari pemimpin desa. "Orang-orang bisa melihat bukti perubahan positif yang terjadi karena firman Tuhan, dan mereka menyukainya." Doakan agar kemauan ini terus menyala. (t\Ratri)
Diterjemahkan dari: Mission News, Desember 2009
Kisah selengkapnya: http://mnnonline.org/article/13568
Pokok doa:
Mengucap syukur karena masyarakat Bench di Ethiopia saat ini sudah dapat mendengar Injil dalam bahasa mereka. Doakan agar benih firman yang telah mereka dengar dapat tertanam dan bertumbuh dalam hati mereka, dan mereka dapat menjadi pelaku-pelaku firman.
Doakan agar Tuhan memberikan kepada para pemimpin desa hati yang rindu untuk mengenal Dia lebih sungguh-sungguh dan hidup dalam kehendak-Nya.