Artikel-artikel di bawah ini kiranya dapat semakin memotivasi Anda untuk semakin giat melayani-Nya di ladang manapun Anda ditempatkan. Dapat mengenalkan dan mendekatkan Anda ke dunia misi, menguatkan hati dan menambah wawasan. Kiranya menjadi berkat!
"Kekuatan dan Kuasa yang Besar dari Roh Kudus" merupakan bab ketiga dari buku yang berjudul "Hidup yang Dipenuhi dengan Roh Kudus" (The Fulfilled Life Through the Holy Spirit -- diterjemahkan oleh Yayasan Lembaga SABDA yang sekaligus membuat versi elektroniknya.) Ayat-ayat pendukung yang diberikan akan menolong anda untuk lebih memahami tentang "Siapa Roh Kudus" dan "Hal-hal yang berhubungan dengan Roh Kudus".
KEKUATAN DAN KUASA YANG BESAR DARI ROH KUDUS
Kekuatan dan kuasa yang sama-sama besar dari Allah kita yang Maha Kuasa terdapat dalam Roh Kudus, karena Roh Kudus adalah Roh Allah atau juga Roh Anak-Nya Yesus Kristus.
Kekuatan dan kuasa yang besar dari Roh Kudus turun ke atas Anak Manusia ketika Dia dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Roh itu turun ke atas Kristus, seperti yang kita baca dalam Lukas 3:22,
"dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi; kepada-Mu-lah Aku berkenan."
Anak manusia datang ke dunia mengambil rupa sebagai manusia, dengan hidup seperti kita, dan menjadi sama seperti kita untuk menunjukkan kepada kita bahwa dengan bimbingan Roh Kudus kita akan bisa menyerupai Dia. Dia memberitahukan ini kepada murid-murid-Nya dalam Yohanes 14:12:
"Aku berkata kepadamu sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa. "Dan dalam melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak."
Kristus melakukan pekerjaan-Nya yang luar bisa dengan kuasa dan kekuatan Roh Kudus yang tinggal tetap di dalam Dia. Dalam kehidupan yang sementara dan terbatas di dunia ini Dia tahu bahwa untuk menjadi Juru Selamat seluruh dunia, Roh Kudus harus selama-lamanya tinggal di dalam orang-orang yang menaati panggilan Allah untuk melakukan kehendak-Nya. Kemudian Kristus berdoa kepada Bapa supaya Sang Penghibur (Roh yang membantu berdoa, atau Roh Kudus) diberikan kepada pengikut-pengikut-Nya dan supaya Dia tinggal di dalam mereka untuk selama-lamanya.
Jika kita mempunyai kerinduan yang dalam untuk mengikut Kristus dalam kehidupan rohani, maka kekuatan dan kuasa dari Roh Kudus akan bersama-sama dengan Anda dan saya. Sebelum pergi meninggalkan dunia ini, Kristus berkata:
"KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi." (Matius 28:18)
Inilah yang disebut kekuatan dan kuasa dari Roh Kudus.
Beberapa ayat Pendukung:
PERJANJIAN LAMA
Yosua 3:7-17; 10:12-15; 23:14-16
Hakim-hakim 3:10; 6:34; 11:29; 14:6,19; 15:14; 16:20
1 Samuel 10:10-12; 11:6; 19:20-24
1 Raja-raja 3:12; 4:29-34; 8:10-11; 10:1-9
Mazmur 51:12-13; 104:30; 139:7
Yesaya 9:5; 11:2; 28:6; 31:3; 32:15-16; 34:16; 40:7,13;44:3-4; 58:11; 59:19
Yeremia 1:6-10,17-19; 5:14; 20:9
Yehezkiel 2:2; 3:12,14,24; 33:22; 36:25-28; 37:14
PERJANJIAN BARU
Lukas 1:15-17,80; 2:40; 3:16; 4:14; 21:14-15; 24:32,49
Yohanes 7:38-39; 14:26; 16:7-15
Kisah Rasul 1:8; 2:1-21; 4:13,29-31,33; 6:8-10,15; 10:38,46-48,11:24; 19:6
Roma 1:3-4,11; 8:2,26-27; 15:13,19
Efesus 1:17-20; 3:2-5,14-19; 6:10
Dikutip dari: | ||
Judul Buku | : | Hidup yang Dipenuhi dengan Roh Kudus |
Judul asli buku | : | The Fulfilled Life Through the Holy Spirit |
Judul artikel | : | Kekuatan dan Kuasa yang Besar dari Roh Kudus |
Penerbit | : | SABDA CD oleh Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) |
Topik | : | 09565 |
Walaupun penginjilan dan pertumbuhan gereja mempunyai hubungan yang sangat erat, keduanya tidak boleh saling dicampuradukkan. Dalam lingkungan akademis di Amerika, keduanya mempunyai wadah keilmuan yang berbeda: Academy of Evangelism in Theological Education (Akademi Penginjilan dalam Pendidikan Teologi) dan North American Society for Church Growth (Lembaga Amerika Utara untuk Perkembangan Gereja). Di tempat saya mengajar, Fuller Theological Seminary, terdapat profesor di bidang penginjilan dan juga profesor di bidang pertumbuhan gereja, masing-masing menyajikan serangkaian mata kuliah yang sesuai dengan bidangnya.
"Pertumbuhan gereja meliputi segala sesuatu yang ada sangkut-paut-nya dalam usaha membawa orang-orang yang tidak mempunyai hubungan pribadi dengan Yesus Kristus kepada persekutuan dengan-Nya dan kepada keanggotaan gereja yang bertanggung jawab." Inilah salah satu definisi operasional yang baku tentang pertumbuhan gereja yang telah menjadi semakin populer. Tetapi definisi di atas tidaklah cukup terinci untuk dapat menjelaskan perbedaan-perbedaan yang terdapat antara pertumbuhan gereja dan penginjilan. Definisi formal tentang pertumbuhan gereja yang paling banyak diterima adalah definisi yang tertulis dalam anggaran dasar North American Society for Church Growth, yang berbunyi:
"Pertumbuhan gereja adalah suatu disiplin ilmu yang menyelidiki sifat-sifat, perluasan, perintisan, pelipatgandaan, fungsi, dan kesejahteraan gereja-gereja Kristen dalam hubungannya dengan penerapan yang efektif dari amanat Allah untuk "menjadikan semua bangsa murid-Nya" (Matius 28:18-20). Para penyelidik pertumbuhan gereja berusaha keras untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip teologi yang abadi dari firman Allah perihal perluasan gereja dengan wawasan-wawasan yang mutakhir di bidang ilmu-ilmu sosial maupun ilmu-ilmu perilaku. Hal di atas dilakukan dengan menggunakan sebagai kerangka acuan awal, landasan-landasan tentang pertumbuhan gereja yang telah dikembangkan oleh Donald McGavran."
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa hal-hal yang dibahas dalam pertumbuhan gereja tidak secara otomatis berhubungan dengan penginjilan. Perintisan gereja biasanya bukan merupakan bagian dari penginjilan. Proses mendiagnosis kesehatan/kesejahteraan suatu gereja biasanya juga bukan termasuk bagian dari penginjilan. Banyak tentang pendewasaan warga jemaat dan penerimaan anggota-anggota baru dibahas dalam pertumbuhan gereja. Hal-hal yang berhubungan dengan karunia- karunia rohani maupun teori-teori dinamika kelompok kecil sangatlah penting bagi pertumbuhan gereja.
Gereja memperoleh anggota-anggota baru melalui tiga macam cara. Pertumbuhan gereja bisa terjadi secara biologis, melalui perpindahan anggota gereja maupun karena pertobatan jiwa-jiwa baru. Pertumbuhan secara biologis terjadi dari anak-anak dari keluarga-keluarga Kristen yang tumbuh menjadi dewasa, dilayani oleh gereja, dibawa kepada Kristus dan dipersiapkan untuk menjadi anggota gereja yang bertanggung jawab. Sebagian besar dari gereja-gereja di seluruh dunia tumbuh dengan cara yang seperti ini. Pertumbuhan karena perpindahan anggota gereja terjadi ketika orang-orang yang telah menjadi percaya meninggalkan keanggotaan mereka pada suatu gereja dan beralih ke gereja lainnya. Pertumbuhan karena pertobatan jiwa-jiwa baru merupakan hasil pemberitaan Injil kepada "orang-orang yang belum masuk gereja" sehingga mereka dapat dibawa kepada Kristus dan menjadi anggota gereja.
Penginjilan terutama berhubungan dengan perkembangan gereja karena pertobatan jiwa-jiwa baru. Tetapi, penginjilan juga berhubungan dengan pertumbuhan gereja secara biologis karena dalam arti yang sesungguhnya anak-anak dari orang-orang yang telah percaya itu juga perlu diinjili. Tetapi penginjilan pada hakikatnya tidak ada sangkut-pautnya dengan pertumbuhan gereja karena perpindahan anggota gereja. Ketiga macam pertumbuhan gereja itu, termasuk yang disebabkan perpindahan anggota gereja, sangat penting bagi pertumbuhan suatu gereja. Misalnya, jika anggota-anggota suatu gereja berpindah dalam jumlah besar, maka hal itu dibicarakan dalam pertumbuhan gereja. Pertumbuhan gereja juga membahas hal-hal yang menyebabkan suatu gereja banyak menerima pindahan dari gereja lain setiap tahunnya. Dalam hal ini, ruang lingkup pertumbuhan gereja lebih luas dibandingkan dengan penginjilan.
Tetapi masalah-masalah yang dibahas dalam penginjilan tidak selalu berhubungan dengan pertumbuhan gereja. Seperti yang segera kita lihat, ada beberapa definisi yang sangat populer tentang penginjilan yang hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak berhubungan dengan pertumbuhan gereja. Banyak penginjil profesional yang hanya tertarik untuk membawa banyak jiwa kepada Kristus, tetapi mereka tidak begitu mempersoalkan apakah nantinya orang-orang yang telah bertobat di bawah pelayanan mereka itu menjadi anggota gereja atau tidak. Metode-metode penginjilan yang khusus lebih banyak dibicarakan secara terinci dalam bidang penginjilan dibandingkan dengan pertumbuhan gereja. Sehubungan dengan hal-hal di atas, ruang lingkup penginjilan lebih luas daripada pertumbuhan gereja.
Perlambang yang populer tentang penginjilan dan pertumbuhan gereja menunjukkan kesamaan-kesamaan penting yang terdapat di antara keduanya.
PENGINJILAN dapat diklasifikasikan sebagai:
E-0 atau penginjilan nol
Proses membimbing orang-orang yang telah menjadi anggota gereja kepada suatu penyerahan hidup kepada Yesus Kristus. Sewaktu hal ini terjadi, jumlah keanggotaan gereja tidaklah bertambah, melainkan kualitasnya yang meningkat.
E-1 atau penginjilan satu
Membawa orang-orang dari kelompok budaya yang sama kepada Kristus. Untuk dapat melakukan hal ini saudara tidak perlu mempelajari suatu bahasa asing atau membiasakan diri dengan makanan yang asing ataupun mengadaptasi adat istiadat yang baru.
E-2 atau penginjilan dua dan E-3 atau penginjilan tiga
Keduanya menunjuk kepada penginjilan antar budaya. Untuk melakukan hal ini, saudara harus melayani orang-orang dalam budaya yang berbeda dengan budaya saudara sendiri. E-2 adalah penginjilan yang ditujukan kepada orang-orang yang budayanya serupa dengan budaya saudara, seperti misalnya seorang Indonesia menginjili orang-orang Malaysia. Dalam E-3, budaya orang-orang yang saudara injili berbeda cukup jauh dengan budaya saudara. Contohnya ialah jika saudara (seorang Indonesia) menginjili orang-orang Jepang.
PERKEMBANGAN GEREJA dapat diklasifikasikan sebagai:
Perkembangan Internal
Yang dimaksud adalah peningkatan kualitas suatu gereja. Orang Kristen dapat bertumbuh dalam penyembahan, pemahaman Firman Allah, kasih terhadap satu sama lain, buah Roh, kehidupan doa dan dalam hal-hal lainnya. E-0 termasuk dalam perkembangan internal, karena kualitas gereja akan meningkat jika anggota-anggota gereja yang belum bertobat dilahirkan kembali.
Perkembangan Ekspansi
Gereja melakukan perkembangan ekspansi dengan memperluas jangkauan pelayanan ke luar dan membawa orang-orang baru dari luar ke dalam persekutuan dengan gereja, baik kedatangan mereka itu dikarenakan pertobatan ataupun karena berpindah gereja. Karena anggota-anggota baru dalam gereja itu berasal dari budaya yang sama, maka perkembangan ekspansi itu termasuk dalam E-1.
Perkembangan Ekstensi
Perkembangan ekstensi mempunyai arti yang sama dengan pembukaan atau perintisan gereja. Orang-orang yang baru bertobat itu dikumpulkan dalam jemaat-jemaat yang baru. Perkembangan ekstensi juga termasuk dalam E-1 karena tidak ada perbedaan budaya antara penginjil dan orang-orang yang diinjili.
Perkembangan Antar Budaya
Perkembangan antara budaya juga mengacu pada pembukaan gereja-gereja baru, tetapi dalam hal ini gereja-gereja itu berada dalam budaya yang berbeda. Baik E-2 maupun E-3 termasuk dalam kategori ini, bergantung dari jauhnya perbedaan budaya antara si penginjil dengan orang-orang yang diinjilinya.
Karena adanya kesamaan-kesamaan ini, penginjilan haruslah ditangani secara sangat serius dalam merencanakan strategi perkembangan gereja.
Dikutip dari: | ||
Judul Buku | : | Strategi Perkembangan Gereja |
Penulis | : | C. Peter Wagner |
Penerbit | : | Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang 1996 |
Halaman | : | 100 -- 101 |
Kita harus terlebih dahulu mengerti dengan jelas tentang istilah motivasi. Motivasi bukanlah tujuan, dan tujuan bukan motivasi. Motivasi adalah penyebab yang menghasilkan suatu tindakan, sedangkan tujuan adalah hasil yang diharapkan dapat tercapai melalui tindakan itu. Seringkali kita sudah mencampuradukkan kedua istilah tersebut. Misalnya, orang yang percaya kepada Yesus memperoleh hidup yang kekal. Hidup yang kekal adalah istilah hasil dari percaya, bukan motivasi dari untuk percaya. Motivasinya adalah: karena kasih karunia Allah telah dicurahkan kepada kita, Kristus telah mati bagi kita dan telah menebus kita supaya kita menjadi milik-Nya, maka terdorong oleh kasihNya itulah kita mau kembali kepadaNya. Itulah motivasi untuk percaya. Sedangkan masuk surga merupakan akibatnya atau hasilnya, bukan motivasinya.
Demikian pula motivasi dan tujuan pemberitaan Injil berbeda. Jika seseorang memiliki motivasi yang murni maka ia pasti memiliki jiwa yang lurus, baik antara Allah dan manusia, maupun antara langit dan bumi. Sebaliknya jika seseorang tak memiliki motivasi yang murni, betapapun banyaknya bakat dan talenta yang ia miliki, ia tidak akan dapat mencapai hasil yang positif menyeluruh. Motivasi memang sangat penting. Allah tidak akan menerima pelayanan yang bermotivasi campuran, oleh karena itu kita harus meniadakan unsur-unsur campuran dalam motivasi pelayanan kita.
Di dalam dunia kekristenan, banyak orang berbakat yang tidak mencapai hasil pelayanan yang seharusnya dicapainya. Salah satu penyebab utama ialah motivasi yang tidak murni. Paulus berkata, "Aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus" (2 Korintus 11:2). Kesucian dan kemurnian adalah hal yang terpenting pada saat kita melayani. Motivasi yang paling dasar dan paling minimal ini haruslah kita pertahankan.
Seorang yang bermotivasi murni tidak mudah mengalami depresi pada saat putus asa, tidak mudah berkompromi pada saat menghadapi musuh yang kuat, tidak mudah goyah pada saat menghadapi banyak godaan. Sebaliknya motivasi yang benar memberi kekuatan yang besar pada saat yang paling melelahkan, dan memberi keteguhan pada waktu penganiayaan menimpa, memberi suka cita pada waktu sengsara menekan; pada saat lingkungan menunjukkan kegelapan yang paling dahsyat, cahaya di dalam hati kita makin menjadi terang. Maka motivasi yang murni dan hati nurani yang suci adalah salah satu penyebab paling penting bagi suksesnya pelayanan kita. Kalau begitu, apakah sebenarnya motivasi yang murni dalam penginjilan?
1. KEHENDAK ALLAH
Kehendak Allah adalah unsur yang menentukan eksistensi dari segala sesuatu. Selain Allah sendiri, tidak ada hal lain yang lebih besar dari kehendak-Nya. Apakah kehendak Allah? Yaitu segala sesuatu yang telah ditetapkan di dalam hati Allah. Allah adalah Allah yang kekal, yang melampaui sejarah, yang menciptakan waktu dan ruang. Segala sesuatu yang telah direncanakan dan ditetapkan dalam hati Allah melampaui waktu dan ruang adalah hal-hal yang berhubung dengan kekekalan. Kehendak Allah tidak perlu dirundingkan dengan manusia, terlaksananyapun tidak perlu tergantung pada kerja sama manusia dengan-Nya. Dia adalah Allah yang melakukan segala sesuatu menurut kehendak sendiri. Sebagaimana perintah Raja harus dilaksanakan, terlebih lagi kehendak Allah pasti Dia genapi.
Orang Tionghoa menyebut perintah Raja sebagai perintah atau kehendak kudus. Karena itu ketika utusan raja membawa perintah raja dan memasuki sebuah kota, begitu juga menyebut perintah kudus, maka berlututlah kepala daerah dan semua orang kepadanya. Bolehlah mereka berkata, "Perintah raja yang bagaimana? Dapatkah kita mendiskusikannya sebentar, supaya kita tahu apakah perintah itu dapat dilaksanakan atau tidak?" Tentu tidak mungkin hal seperti itu terjadi. Yang ada hanya kewajiban untuk mematuhi, rakyat tidak diberi kesempatan untuk berdiskusi. Jika raja dunia yang salah berbuat demikian, lalu bagaimanakan sikap kita terhadap Allah yang tidak mungkin berbuat salah?
Saya tidak terlalu sering menggunakan istilah "kehendak", karena banyak orang Kristen yang ceroboh memakai istilah "kehendak Allah" atau "pimpinan Roh Kudus". "Dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya" (1 Yohanes 2:17). Sebab itu kita harus membedakan dengan tegas antara kehendak dan pimpinan.
Kehendak Allah berbeda dengan pimpinan Roh Kudus, namun keduanya mempunyai hubungan. Pimpinan Roh Kudus akan membawa manusia memasuki kehendak Allah yang kekal; pimpinan adalah proses, sedangkan kehendak adalah ketetapan. Segala sesuatu yang direncanakan Allah dalam kekekalan merupakan keputusan yang tidak dapat diubah, tetapi bagaimana mungkin manusia yang berdosa dapat masuk ke dalam kehendak Allah? Untuk itu perlu pimpinan Roh Kudus. Siapakah yang dapat dipimpin oleh Roh Kudus kecuali anak-anak Allah? (Roma 8:14) Roh bukan saja memperanakkan kita, Ia juga memimpin kita yang diperanakkan-Nya masuk ke dalam kehendak Allah untuk disempurnakan- Nya.
Karena memberitakan Injil adalah hal yang sudah Allah tetapkan dalam kekekalan dan dipercayakan kepada kita untuk melaksanakannya, maka orang-orang yang dipredestinasikan oleh Allah akan menerima Injil dan menjadi anak-anak Allah. Apakah doktrin ini menghambat pemberitaan Injil? Tidak! Sebab predistinasi Allahlah yang menjamin kita berhasil dalam pemberitaan Injil. Jika kita sungguh-sungguh tahu bahwa penginjilan adalah menjalankan kehendak Allah, maka kita tidak terpengaruh oleh hasil kita. Bukankah Nuh sudah menjadi contoh bagi kita? Setelah 120 tahun memberitakan firman, yang menerima hanya keluarganya sendiri. Itu sebabnya saya anggap Nuh penginjil yang teragung sepanjang sejarah, karena dia memberitakan berdasarkan kehendak Allah, bukan terpengaruh oleh hasil pemberitaannya. Sekalipun demikian, faktanya pada saat kita memberitakan Injil tidak mungkin tanpa ada hasil.
2. PENGUTUSAN KRISTUS
Setelah Tuhan Yesus menang atas kuasa maut, Dia lalu mengutus gereja-Nya untuk memberitakan Injil. Jadi kita memberitakan Injil karena Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan telah mempercayakan tugas penginjilan kepada kita. Paulus berkata, "Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, ... pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku" (1 Korintus 9:17). Tuhan mempercayakan tugas itu pada diri kita, betapa mulia hal ini dan menakutkan! Siapakah yang telah menyerahkan tugas ini kepada kita? Pencipta semesta alam, Tuhan yang telah menyelamatkan saya, yang akan menghakimi saya bahkan menghakimi seluruh dunia! Tuhan yang begitu terhormat dan mulia menyerahkan tugas itu kepada kita, maka kita pun patut memiliki rasa tanggung jawab yang serius terhadapnya.
Gerakan penginjilan sepanjang sejarah merupakan kepatuhan anak-anak Tuhan kepada pengutusan Kristus ini. Sejak saat rasul-rasul menerima Amanat Agung di bukit Galilea sampai sekarang kita melihat dalil yang tidak pernah berubah, yaitu barang siapa mematuhi pengutusan ini, mereka menerima pertolongan Roh Kudus. Mereka menikmati penyertaan Allah dan mereka menjadi rekan Allah untuk memberitakan Injil kepada umat manusia.
3. DORONGAN KASIH KRISTUS
Paulus menyebutkan dengan jelas, "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa" (Roma 5:8). Di sini terlihat bahwa "Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka" (2 Korintus 5:15).
Ketika kasih hadir dalam hidup seseorang, dia akan menemukan bahwa hidupnya dilingkungi, dipegang dan diliputi oleh kasih. Kasih telah menguasai kebebasannya, juga telah menentukan arah langkahnya. Oleh sebab itu dirinya sendiri rela ia serahkan kepada Tuhan, dan segenap potensi yang ada pada dirinya ia serahkan sepenuhnya. Dengan kasih Allah inilah beribu-ribu misionaris rela meninggalkan keluarga mereka, bangsa mereka, dan menuju tempat yang jauh untuk memberitakan Injil.
Pada tahun 1969 saya pertama kali melintasi benua Asia menuju Eropa. Pada saat melewati Turki, karena terdorong oleh rasa ingin tahu, saya melihat keadaan di bawah melalui jendela pesawat terbang. Di situ terbentang propinsi Galatia, Atalia dan daerah-daerah lain, yang pernah dijelajahi oleh Paulus. Baru saya tahu daerah itu begitu tandus, begitu luas, begitu kering. Di daerah padang belantara yang kering kerontang semacam ini, bisakah kita membayangkan bagaimana Paulus telah pergi dengan kaki sebagai kendaraannya untuk memberitakan Injil. Jika bukan kasih Kristus yang mendorongnya, mungkinkah Paulus rela berkorban seperti ini?
Dalam hati para rasul terdapat suatu tekad yang agung yaitu pergi, pergi! Paulus pergi, Petrus pergi, Yohanes pergi, Thomas pergi. Pergi ke Afrika Utara, ke Arab, ke Eropa, ke India, ke Asia kecil. Baik di padang belantara, di hutan rimba mereka hanya tahu pergi, tanpa bertanya kemana mereka harus pergi, kapan mereka kembali, apakah dijamin dapat kembali. Asalkan bisa pergi, hati mereka sudah cukup puas. Bagi orang yang rela mati di tangan Tuhan, adakah tempat yang tak dapat dikunjunginya? Manusia semacam ini semakin berat jatuhnya, semakin besar aniaya yang dideritanya, justru mendesak dia untuk menyelinap ke dalam lengan Tuhan yang penuh kasih dan kelembutan. Itulah sebabnya mereka rela pergi.
Di sinilah letak rahasia rohani: berapa besar kasih seseorang terhadap Tuhan tergantung sampai berapa dalam dia menyelami kasih dan pengorbanan Tuhan di bukit Golgota. Bila seseorang sudah mengalami kasih itu dan menyelaminya dengan sungguh-sungguh, dengan sendirinya dia dapat mengasihi Tuhan dengan lebih mendalam.
Paulus mengalami pelbagai mara bahaya, baik yang berasal dari banjir, penyamun, saudara-saudara palsu, di darat, di laut, dari orang Yahudi dan bukan Yahudi; dalam keadaan telanjang, dihina, sengsara, kedinginan, diadili dan dipukul, mengalami penganiayaan dan penderitaan, tetapi dia tetap memberitakan Injil. Apakah sebabnya dia rela menanggung semua itu? Gilakah dia? Bodohkah dia? Sama sekali tidak! sebaliknya, Paulus tergolong kaum intelektual agung pada zaman itu. Sampai hari ini dia tetap termasuk salah seorang dari puluhan pemikir yang paling besar pengaruhnya terhadap umat manusia dalam sejarah. Tokoh yang demikian besar, ternyata telah melalui suatu kehidupan yang amat sangat menderita -- dia dipukuli, dicaci-maki, dan dianiaya. Apakah sebabnya dia mau menderita penganiayaan dunia yang sementara ini? Paulus sendiri pasti merasa heran, sehingga dia menjawab, "Sebab kasih Kristus yang menguasai kami ...." (2 Korintus 5:14; dalam terjemahan lain: menggerakkan dan mendorong). Sebagaimana seorang ibu yang melahirkan tidak lagi bisa tahan ketika saatnya sudah tiba, demikian juga orang yang didorong oleh kasih Tuhan tak mungkin menahan diri untuk memberitakan Injil. Itulah arti dari "menggerakkan dan mendorong."
4. PERASAAN BERHUTANG
Orang Kristen adalah orang yang menuju kesempurnaan melalui perasaan berhutang. Dalam Alkitab kita melihat hutang kemuliaan kita terhadap Allah, hutang kasih kita terhadap sesama, dan lebih dari itu kita masih mempunyai hutang terhadap dunia, yaitu hutang Injil. Bila gereja hari ini tidak maju, itu adalah karena gereja tidak memiliki perasaan berhutang. Paulus berkata, "Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar" (Roma 1:14). Perasaan berhutang semacam inilah yang selalu mendesak Paulus memberitakan Injil kepada manusia dari lapisan mana saja. Bagaimanakah dengan kita? Apakah kita juga menuju kesempurnaan melalui perasaan berhutang ini, atau merasa diri sudah kaya sehingga menuju kepada kemiskinan rohani kita? Bukankah kita yang seharusnya menginjili dunia, tidak peduli siapa mereka, baik kaum miskin, kaum kaya, orang intelektual, maupun rakyat jelata, yang sama-sama membutuhkan Injil? Bukankah perasaan berhutang ini harus diikuti oleh pembayarannya, yakni melaksanakan penginjilan? Apakah kita sudah memperlengkapi diri untuk mengisi kebutuhan setiap lapisan masyarakat dengan Injil secara relevan?
5. PENGHARAPAN MANUSIA
Alkitab dengan jelas memberitakan bahwa, "Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya" (Matius 24:14). Jadi apakah yang harus dilakukan oleh orang-orang yang mengharapkan kedatangan Tuhan kembali? Ada dua hal yang harus kita lakukan: yang pertama, menyucikan diri, dan yang kedua, menyelesaikan pekerjaan-Nya melalui pemberitaan Injil.
Bagaimanakah kita harus menyambut kedatangan Tuhan kembali? Bukankah dengan hati yang bersih dan tangan yang suci? Maka kita harus meniadakan kejahatan dari hati kita dan menghapus tipu daya dari tangan kita, menghapus segala kenajisan dan hati yang bercabang, supaya kita dapat menantikan kedatangan Yesus Kristus kembali dengan tulus, dengan tekad yang bulat, dengan hati nurani yang bersih, dengan kehidupan yang suci. Alkitab hampir tidak menyinggung berdasarkan apakah kita dipakai oleh Tuhan, kecuali menjadi kudus. "Jika orang menyucikan dirinya dengan hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia" (2 Timotius 2:21). Taat kepada Roh Kudus, membiarkan Roh Kudus bekerja dalam diri kita, dengan itulah baru kita dapat mempunyai kehidupan yang kudus dan menghasilkan buah-buah Roh Kudus.
Hal yang kedua yaitu memberitakan Injil sampai Kristus datang kembali. Karena kedatangan Kristus yang kedua kali itu bukan dengan status Juruselamat, bukan lagi sebagai utusan perdamaian, melainkan sebagai Hakim yang terakhir, penghakiman dari yang Maha Kuasa. Itu sebabnya kita harus memberitakan firman Tuhan dengan serius, menasehati orang agar bertobat kembali kepada Kristus.
Dikutip dari:
Judul Buku | : | Konsultasi Pelayanan |
Judul Artikel | : | Motivasi Memberitakan Injil |
Penulis | : | Pdt. DR. Stephen Tong |
Penerbit | : | LPMI dan Gereja-gereja Mitra1996 |
Halaman | : | 21 -- 26 |
Rasul Paulus, salah seorang pengikut Kristus yang sebelum bertobat menjadi penantangnya bahkan membunuh orang-orang Kristen, menulis bahwa jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kita (baca: 1 Korintus 15:17). Peristiwa kebangkitan tersebut sangat penting karena Kebangkitan Kristus:
1. Mengesahkan bahwa Tuhan Yesus Kristus, adalah Allah yang tidak dapat ditaklukkan oleh maut, bahkan maut telah dikalahkannya (baca Yohanes 11:25). Oleh karena itu, barangsiapa yang percaya kepada-Nya sekalipun akan mengalami kematian jasmani, tetapi akan tetap hidup dalam roh bersama Tuhan.
2. Menyatakan bahwa iman umat Kristen didasarkan pada fakta sejarah dan bukanlah mitos (baca 1 Korintus 15:3-8).
3. Mengukuhkan bahwa pernyataan Kristus yang mengatakan bahwa pada Hari yang Ketiga Ia akan bangkit dari kematian. Inilah keunikan Kristus, yang tidak dimiliki penganjur agama lainnya (baca Kisah Para Rasul 2:23-24).
4. Menunjukkan bahwa penebusan Kristus di kayu salib untuk membenarkan orang berdosa sehingga mereka bisa diterima oleh Allah Bapa (baca Roma 4:25).
5. Merupakan inti Injil, tiada berita sukacita yang sempurna dan sejati bagi umat manusia bila Kristus tidak dibangkitkan (baca 1 Korintus 15:18-19).
6. Memungkinkan umat manusia mengenal dan menemukan-Nya pada masa kini, karena Dia tetap hidup (baca Wahyu 2:8).
7. Menjamin kebangkitan orang-orang percaya di masa yang akan datang, karena Dialah buah sulung kebangkitan (baca 1 Korintus 15:20-22).
8. Mengalahkan kuasa maut. Sekalipun masih ada keresahan dalam menghadapi kematian, tetapi kita harus melenyapkan ketakutan terhadap apa yang akan terjadi di seberang kematian tersebut (baca 1 Korintus 15:55-56; Ibrani 2:14-15).
9. Memberi kemenangan bagi orang-orang percaya, memperoleh kuasa ilahi untuk mengalahkan kejahatan (baca Efesus 1:18-21).
10. Menjadi model bagi kebangkitan orang-orang percaya dengan tubuh yang mulia dalam kehidupan yang tidak berkeputusan, kekal dan abadi (baca 1 Korintus 15:35-44,49).
11. Menegaskan akan kedatangan Tuhan yang kedua kalinya, untuk membawa umat manusia pada akhir sejarah (baca Kisah Para Rasul 17:31).
12. Mendorong orang-orang percaya untuk tidak goyah dalam iman dan giat bekerja bagi kerajaan Allah, mengabarkan Injil Keselamatan Tuhan Yesus Kristrus, karena mengetahui bahwa semua jerih lelah tersebut tidak sia-sia (baca 1Korintus 15:58).
Tatkala murid-murid Tuhan Yesus dalam ketakutan yang hebat pada malam hari Kebangkitan Tuhan, pada PASKAH Pertama, tiba-tiba Tuhan Yesus muncul di tengah-tengah mereka dengan mengucapkan sebuah kalimat yang sungguh menjadi dambaan umat manusia sepanjang sejarah: "Damai sejahtera bagi kamu!", sambil menunjukkan telapak tangan-Nya yang bekas dipaku dan rusuk-Nya yang telah ditusuk. Rasul Yohanes kemudian melaporkan bahwa murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan (baca Yohanes 20:19-20).
Di tengah dunia yang menakutkan ini -- penduduk dunia menghadapi ketidakpastian ekonomi, sosial dan politik, serta makin merosotnya moral dan meningkatnya kejahatan. Kiranya ucapan Tuhan Yesus: "Damai sejahtera bagi kamu!", akan sungguh-sungguh memberi kita sukacita, karena mengetahui bahwa Tuhan yang sudah mati dan bangkit itu, berkuasa atas sejarah manusia. Dengan menyadari bahwa sebagai manusia yang terdiri dari darah dan daging, kita masih dimungkinkan resah menghadapi kenyataan yang tidak menggembirakan ini, marilah dengan iman kita menghadapi kehidupan dan masa depan kita dengan penuh sukacita surgawi yaitu sukacita yang melebihi akal. Juga dengan penuh gairah seperti para pengikut Tuhan di masa permulaan Gereja menyaksikan kasih dan penebusan Kristus kepada mereka yang belum percaya, karena yakin bahwa segala kuasa di bumi dan di surga telah diberikan kepada-Nya serta Dia pun berjanji untuk senantiasa menyertai kita (baca Matius 28:18). Semoga PASKAH tahun ini membawa suatu perubahan radikal dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun pelayanan kita, hingga nama Tuhan dimuliakan.
Sumber: | ||
Judul Artikel | : | Makna Kebangkitan Kristus |
Penulis | : | Pdt. Bob Jokiman |
Situs | : | GKI Monrovia |
URL | : | http://www.gki.org/article/ |
Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong
Kapankah janji
Salah satu ucapan yang paling agung dari Socrates ialah: "Saya adalah warga dunia; jika saudara membunuh saya, saudara bukan pembunuh seorang warga Athena tetapi pembunuh seorang warga dunia."
Tetapi dalam Amanat Agung Yesus berkata: "Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu."
Perkataan Yesus lebih tinggi dari perkataan Socrates bahkan siapapun yang paling agung, yang paling tajam, yang paling bermutu di dunia. Setelah Amanat Agung diberikan, tak lama kemudian Yesus berpisah dengan para murid dan naik ke surga. Ketika mereka mendengarkan kata-kata Yesus yang terakhir, mereka teringat satu hal:
"Sudah lama kami mengikut Engkau, tetapi apa yang kami harapkan dari-Mu belum juga tiba."
Bukankah Petrus, Yohanes, Yakobus, Andreas dan rasul-rasul mengikut Yesus karena mereka mengira Yesus adalah Mesias? Jika Yesus adalah Mesias, berarti kebangunan negara Israel pasti segera akan terlaksana, dan akhirnya Dia yang akan menjadi Raja. Meskipun kematian Yesus pernah melenyapkan pengharapan mereka yang berapi-api, tetapi sekarang kebangkitan Yesus sudah mengembalikan pengharapan itu. Yesus sudah bangkit dan sudah 40 hari bersama mereka, tetapi mengapa Dia tidak membicarakan kebangunan Israel? Mengapa Dia sama sekali tidak mengatakan bahwa Israel akan segera dilepaskan dari penjajahan Roma? Mengapa Yesus hanya berfokus pada Injil, dan Injil saja? Lalu mereka bertanya kepada Yesus,
"Sekarangkah Engkau mau membangun kerajaan bagi Israel?"
Yesus langsung menjawab,
"Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu harus menunggu di Yerusalem sampai kamu memperoleh kuasa dari atas. Roh Kudus akan turun ke atas kamu, dan kamu akan memiliki kuasa untuk menjadi saksiKu di Yerusalem, di Yudea, di Samaria dan sampai ke ujung bumi."
Sebelum Amanat Agung, terjadi kematian satu orang, yaitu Anak Allah yang tunggal; setelah Amanat Agung, terjadi kematian syahid dari orang-orang yang mencintai Yesus Kristus. Sebelum Amanat Agung, Bapa mengirim Anak-Nya; setelah Amanat Agung, Anak mengirim gereja. Sebelum Amanat Agung, darah Yesus yang dialirkan; sesudah Amanat Agung, darah orang-orang yang mencintai Tuhan dan menyerahkan diri menjadi sukarelawan-sukarelawati Injil dialirkan. Sebelum Yesus Kristus memberikan Amanat Agung, ada kematian dan kebangkitan-Nya; setelah Amanat Agung, ada kuasa kematian dan kebangkitan Yesus yang mempersiapkan, melengkapi, dan memberikan kuasa kepada gereja. Sebelum Amanat Agung ada Roh Allah, Pribadi ketiga dari Allah Tritunggal yang berada secara tidak terbatas di atas pribadi Kristus; sesudah Amanat Agung ada Roh Allah, Roh yang sama mendampingi, menguasai, memenuhi, mengurapi, dan mengirim mereka menjadi utusan Injil ke mana-mana. Puji Tuhan! Sesudah Roh Kudus bekerja, David Livingstone dan Moffat pergi ke Afrika; C.T. Studd, Hudson Taylor, dan Richard Timothy pergi ke Tiongkok; Judson pergi ke Birma; dan Nommensen pergi ke Tapanuli.
INJIL BUKAN UNTUK KALANGAN SENDIRI
Karena orang-orang Israel tidak setuju dengan Injil Yesus Kristus, maka mereka berusaha menangkap para rasul. Setelah Yesus naik ke surga, para rasul berdoa, mereka takut. Meskipun Yesus sudah bangkit, tetapi mereka tidak tahu, apakah kebangkitan-Nya menjadi jaminan penyertaan-Nya. Mereka tidak ada pegangan dan tidak ada kepastian, maka mereka mengunci semua pintu dari dalam dan bukan dari luar. Petrus, Yohanes, Yakobus, dan rasul-rasul lain yang mengunci diri itu tidak bijaksana, penakut, kurang beriman dan kurang percaya. Dari peristiwa yang penting ini terlihatlah bahwa pintu Injil tidak pernah ditutup dari luar. Injil selalu ditutup oleh orang Kristen sendiri. Pintu Injil tidak bisa ditutup oleh komunisme, liberalisme, ataupun musuh-musuh dari luar. Pintu Injil selalu ditutup oleh pemimpin-pemimpin gereja yang tidak berani mengabarkan Injil. Sampai kapankah kita begitu takut? Mengapa yang menginjil di Irian Jaya orang-orang berkulit putih, bukan orang yang berkulit sawo matang? Apa sebabnya kita belum sadar, kita masih berada pada tahap di mana kita melihat: sudah mempunyai gereja yang sejarahnya cukup lama, organisasinya cukup kuat, dan segala sesuatu cukup teratur, lalu merasa puas.
Di Taiwan seorang pendeta berkata kepada saya, "Pak Stephen Tong, gereja saya sangat penuh." Saya tanya, "Apa sebab gerejamu penuh?" Dia bilang sebab mereka hebat. Hati saya sedih sekali. Saya berkata, "Maaf Pendeta, jawabanmu kurang baik." "Oh, maaf! Sebab saudara-saudara kita giat sekali." "Saya kira jawaban ini lebih baik, tetapi masih kurang." Dia pikir, pikir, "Oh, sebab anugerah Tuhan." Saya bilang itu sudah lebih baik, tetapi masih kurang. Setelah tiga kali saya menjawab kurang baik, dia jadi marah. "Kalau begitu jawaban apa yang paling baik menurutmu?" Saya berkata, "Gerejamu bisa penuh karena ada empat dinding. Coba bongkar dindingmu, penuh tidak?" Saudara mau gerejamu penuh, gampang sekali, bikin lebih kecil pasti penuh, lebih kecil lagi lebih penuh. Tetapi Tuhan Yesus berkata,
"Aku masih memiliki domba di sana, bukan di sini, Aku harus membawa mereka masuk ke dalam kandang domba ini."
Apa artinya gereja dan misi, misi dan gereja? Hanya menggembalakan gereja dan anggota yang ada, belum berarti mengerjakan pekerjaan Tuhan secara sempurna. Kita harus pergi mencari domba-domba yang sesat. Billy Graham berkata bahwa karena gereja-gereja mempunyai cukup banyak kesibukan, sehingga mereka kekurangan waktu, maka Tuhan membangkitkan organisasi-organisasi parachurch untuk mengisi apa yang belum dikerjakan oleh gereja-gereja. Berapa banyak gereja tidak pernah mengirim uang ke lembaga Alkitab, ke seminari-seminari, ke siaran radio Kristen, dan menunjang pekerjaan penginjilan yang lain? Mereka hanya mementingkan gerejanya saja, kalau ada uang bikin lebih besar, bikin lebih besar lagi untuk membanggakan diri, seolah-olah mereka memonopoli pekerjaan Tuhan. Tetapi saudara, siapakah yang memberitakan Injil melalui siaran radio ke RRC, ke Rusia, ke Jerman Timur, ke Polandia, ke Cekoslowakia, dan ke tempat-tempat lain yang tidak bisa dikunjungi oleh para penginjil karena mereka dilarang masuk ke sana? Tentu harus ada orang yang membuat program, yang menerjemahkan Alkitab, yang menyiarkan, yang memberikan daya listrik yang cukup untuk mendukung penyiaran itu. Banyak gereja kurang memperhatikan hal-hal demikian, maka Tuhan membangkitkan yang lain. Marilah kita bekerja sama, baik di dalam penggembalaan maupun di dalam organisasi parachurch, dengan tidak lagi memisahkan engkau-engkau, saya-saya, karena kerajaan Allah lebih penting dari denominasi dan dinding-dinding yang mengelilingi domba-domba yang diberikan Tuhan kepada kita. Dengan demikian hati kita akan menjadi lebih lapang dan pandangan kita pun akan lebih luas. Saudara perhatikan di semua desa-desa, bahkan yang paling kecil pun selalu ada minuman Coca-Cola, tetapi tidak demikian dengan Injil; ada shampoo dan kosmetik apa saja tetapi belum ada guru Injil; ada onderdil-onderdil mobil dari Jepang tetapi tidak terdengar ada orang memberitakan Injil di sana. Sampai kapankah kekristenan harus tertinggal begitu jauh?
ROH KUDUS DALAM PENGINJILAN
Di mana engkau diurapi oleh kuasa Roh Kudus, di sana padang belantara menjadi tanah yang subur. Tetapi jika engkau tidak memiliki pengurapan Roh Kudus, Bait Allah di Yerusalem pun bisa menjadi tanah yang tandus. Dalam Lukas 3 tertulis,
"Pada waktu Herodes menjadi raja wilayah Galilea, pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi imam besar, pada waktu mereka di tanah Yudea, Roh Allah turun kepada Yohanes Pembaptis di padang belantara."
Mengapa Yohanes Pembaptis tidak berkhotbah di Bait Allah di Yerusalem? Bukankah di sana ada mimbar yang tinggi, ada orang-orang yang terlatih dalam Talmud, Misnah, dan teologi orang Israel? Tetapi Alkitab mengatakan bahwa Roh Tuhan bukan turun di sana melainkan di padang belantara sehingga Yohanes Pembaptis menjadikan padang belantara tempat ratusan ribu orang menerima Tuhan Yesus. Stephen Tong, Thomas Wong, atau Chris Marantika tidak berarti apa-apa, tetapi pada waktu Roh Kudus turun dan mengurapi mereka, barulah penginjilan yang mereka lakukan bisa sukses. Sebab itu demi nama Tuhan Yesus saya berkata kepada para pemuda-pemudi yang masih duduk di SMP, SMA, ataupun universitas,
"Engkau yang tidak ada uang, yang belum memiliki gelar dan pengalaman, jika engkau mau datang dan berkata kepada Tuhan, 'Di sini saya, saya mau menyerahkan diri, mau dipakai oleh-Mu, Tuhan, saya mau mempelajari Injil baik-baik dan mau dipenuhi oleh Roh-Mu yang kudus,' maka engkau akan menjadi orang yang dipakai oleh Tuhan."
Dalam Amanat Agung Yesus memerintahkan,
"Pergilah, jadikanlah segala bangsa murid-Ku." Semangat Injil adalah pergi, pergi! Tetapi dalam Kisah Para Rasul Yesus memerintahkan mereka untuk menunggu di Yerusalem, jangan pergi dulu, sampai Roh Kudus turun ke atasmu. Inilah yang disebut paradoks (seolah-olah bertentangan tetapi tidak). Mereka menunggu dan menunggu, lalu Roh Kudus turun dan memenuhi mereka pada hari Pentakosta yang hanya terjadi satu kali dalam sejarah dan tidak akan pernah terulang lagi. Hari Pentakosta adalah hari jadi gereja. Pada hari itu umat Tuhan berkumpul bersama menjadi tubuh Kristus, dan Roh Kudus yang dikirim pada hari itu tidak ditarik kembali untuk selama-lamanya sampai kita berjumpa dengan Yesus Kristus. Sebagaimana janji Yesus,
"Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi kepada Bapa." Sebab jika Aku tidak pergi, Roh Kudus tidak akan datang kepadamu, tetapi jika Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu dan Ia beserta denganmu sampai selama-lamanya."
Roh Kudus sudah turun satu kali dan tidak turun lagi; lalu bagaimana dengan orang-orang Kristen dalam setiap jaman? Kita menerima Roh Yang sudah diberikan kepada gereja untuk memenuhi kita. Kelahiran baru yang sejati mencakup juga baptisan Roh Kudus secara otomatis. Pada waktu engkau lahir baru, statusmu sebagai orang berdosa berubah menjadi orang suci, maka Roh Kudus pun akan berdiam dalam hatimu dan menjadi Tuan dalam hidupmu. Dia akan menguasai seluruh pikiran, emosi dan kemauanmu. Setelah Roh Kudus memenuhi engkau, engkau diberi kuasa, diberi urapan, diberi kekuatan, diberi perlengkapan dan dipersiapkan untuk menjadi saksi Kristus.
Mengapa penginjilan tidak dapat lepas dari kuasa Roh Kudus? Perhatikan dengan teliti perkataan Petrus: "Kami (rasul-rasul) adalah saksi dari segala sesuatu itu (yaitu kematian dan kebangkitan Kristus, dua hal yang paling penting, yang merupakan inti dan fondasi dari Injil Yesus Kristus, yang menjadi pengharapan satu-satunya bagi manusia yang berdosa untuk kembali kepada Tuhan), kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang menaati Dia" (
Penginjilan bukan pidato, bukan pertambahan anggota gereja, bukan kemegahan supaya orang lain melihat denominasi saya berkembang. Penginjilan adalah peperangan rohani untuk merebut manusia yang diciptakan menurut peta dan teladan Allah, yang berada di dalam tangan setan, agar ia keluar dari situ dan masuk ke dalam kerajaan Anak Allah yang kekal. Maka tidak boleh ada seorang pun yang mengabarkan Injil tanpa disertai kuasa Roh Kudus, karena setan tidak takut pada gereja yang besar, tidak takut pada mereka yang memiliki pengetahuan teologi yang hebat dan pengetahuan yang kuat, tetapi setan paling takut kepada mereka yang memiliki kuasa Roh Kudus. Sejak bulan Maret 1957 sampai sekarang sudah 20.000 kali saya berkhotbah, tetapi tidak satu kali pun saya berani naik ke atas mimbar tanpa Roh Kudus memimpin saya. Setiap kali sebelum naik saya berkata kepada Tuhan dengan gemetar, "Tuhan jika Engkau tidak naik, saya juga tidak mau naik."
[Bersambung di edisi e-JEMMi 06-23#2003]
Sumber:
Judul Buletin | : | Momentum, Edisi 5, Desember 1988 |
Judul Artikel | : | Amanat Agung dan Roh Kudus |
Penulis | : | Pdt. Dr. Stephen Tong |
Penerbit | : | Lembaga Reformed Injili Indonesia |
Halaman | : | 21 - 25 |
Pdt. Dr. Stephen Tong
PEKERJAAN ROH KUDUS
Waktu Roh Kudus bekerja untuk mempertobatkan manusia, pekerjaan PERTAMA-Nya adalah memuliakan Kristus. Karena Roh Kudus datang bukan untuk memuliakan diri-Nya sendiri sebagai Pribadi ketiga dari Allah Tritunggal, melainkan justru untuk menjunjung tinggi dan mempermuliakan Pribadi kedua yang pernah dipermalukan secara tidak wajar dalam sejarah manusia. Yesus dipaku di kayu salib, dihina, dibuang oleh manusia, dan dengan mulut-Nya sendiri mengatakan Dia juga dibuang oleh Allah Bapa. Sekarang waktunya sudah tiba, Roh Kudus turun mendampingi orang yang bersaksi untuk membalikkan hal ini. Roh Kudus mengurapi, memenuhi seseorang supaya dia mengerti maksud Roh Kudus. Roh Kudus memenuhi seseorang supaya dia meninggikan dan memuliakan Kristus, bukan memuliakan diri atau pengalaman-pengalaman diri sendiri, juga bukan memuliakan karunia-karunia tertentu, tetapi memuliakan Yesus Kristus yang mati di salib dan bangkit pula dari antara orang mati.
Dalam
KEDUA, Roh Kudus menerangi hati manusia. Sebelum Roh Kudus bekerja, orang-orang berdosa hanya dapat memuliakan dosa dirinya, dan mengangkat tinggi segala perbuatan yang salah dalam diri sendiri. Tetapi setelah Roh Kudus memberikan pencerahan, menembus hati manusia dengan cahaya surgawi, barulah manusia sadar bahwa dirinya adalah orang berdosa, dan apa yang dikerjakannya terlalu jauh dari kehendak Tuhan.
KETIGA, Roh Kudus datang untuk menginsafkan manusia akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Lalu Yesus sendiri memberi penjelasan: "Tentang dosa, karena mereka tidak percaya kepadaKu. Tentang kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa. Dan tentang penghakiman, karena penguasa dunia ini sudah dihukum." Pada waktu saya berumur 17 tahun dan membaca ayat-ayat ini, saya merasa bahwa tiga hal yang di depan tidak ada kaitannnya dengan tiga hal yang di belakang. Secara hermeneutika kedua bagian itu sulit digabungkan; secara homeletika mereka terlepas satu dengan yang lain. Tetapi setelah menyelidiki, membaca, merenungkan, dan berdoa terus-menerus barulah saya menemukan hal yang luar biasa, yang tersembunyi di dalam pekerjaan Roh Kudus.
Roh Kudus menerangkan kepada manusia tentang dosa. Bukan dosa berzinah, membunuh, berjudi, membakar, menulis cek kosong, atau dosa-dosa lain yang ditegur-Nya, tetapi dosa "karena mereka tidak percaya kepada-Ku." Apa hubungannya antara dosa yang kita perbuat dengan tidak percaya kepada Yesus Kristus? Dosa tidak seharusnya hanya dimengerti dari segi etika yang menyangkut perbuatan manusia yang salah saja, tetapi harus dimengerti juga dari segi mental kita yang telah kehilangan kemuliaan Allah, yang selalu memberontak terhadap sumber kebenaran yaitu Allah sendiri, yang membuat kita tidak percaya kepada-Nya.
Roh Kudus menerangkan kepada manusia tentang kebenaran, karena "Aku pergi kepada Bapa." Roh Kudus berkata, "Engkau tidak benar. Coba lihat, Yesus kembali kepada Bapa." Apa hubungannya antara Yesus kembali kepada Bapa dengan kebenaran? Dalam Injil Yohanes, "Aku kembali kepada Bapa" adalah suatu istilah yang khusus. Perhatikan perkataan Yesus dalam
Pada waktu Yesus disalibkan manusia menganggap Yesus sudah berdosa, tetapi ternyata Yesus berkata, "Aku kembali kepada Bapa." Itu berarti Dia mutlak benar, karena kalau Yesus pernah berdosa tentu Dia tidak mungkin kembali kepada Bapa. Jadi sekarang manusialah yang harus ditegur karena mereka telah memakukan Dia yang benar di atas kayu salib.
Roh Kudus menerangkan kepada manusia tentang penghakiman, karena penguasa dunia ini sudah diadili. Artinya: yang tidak adil telah mengadili yang Adil secara tidak adil. Ini semua sudah terbalik.
Kalau saudara mempelajari teologi Injil Yohanes (teologi mempelajari Allah itu siapa; manusia itu siapa; lalu relasi-relasi antara Allah dan manusia; manusia dan Allah; Allah, manusia dan setan; Allah, manusia, setan dan malaikat; Allah, manusia, dan bumi; bumi, manusia, dan Allah), khususnya yang terdapat di dalam pasal 16, saudara akan menemukan pengoreksian relasi-relasi universal yang tidak dimengerti secara benar oleh manusia. Itulah pekerjaan Roh Kudus di dalam penginjilan.
Relasi pertama yang tidak dimengerti secara benar oleh manusia adalah relasi antara kita dengan Yesus Kristus. Manusia seharusnya taat kepada Yesus dan hanya ketaatan dalam Yesus kita diterima oleh Allah Bapa, tetapi manusia malah tidak percaya kepada-Nya. Manusia menghina Yesus, menjual Yesus, mengadili Yesus dan memakukan-Nya di atas kayu salib. Semua ini menyatakan bahwa kita telah salah bertindak, salah berelasi dengan Pribadi kedua dari Allah Tritunggal, yaitu Yesus Kristus.
Relasi kedua yang tidak dimengerti secara benar oleh manusia adalah relasi antara Pribadi kedua dengan Pribadi pertama. Pada waktu Yesus disalib, manusia berkata, "Jika Allah mengasihi Dia dan memperkenan Dia, biarlah Allah turun dan menyelamatkan Dia." Kalau Engkau betul-betul Anak Allah, turunlah dari salib." Yesus bisa turun dari surga, mengapa tidak bisa turun dari salib yang hanya tiga meter tingginya? Tetapi Dia tidak mau turun, Dia rela menjadi Juruselamat bagi manusia yang berdosa. Manusia tidak mengerti semua ini, mereka hanya melihat Allah membuang-Nya dan mengira bahwa Allah tidak berkenan kepada-Nya. Tetapi Roh Kudus mengoreksi: Tidak! Buktinya Dia kembali kepada Bapa.
Relasi ketiga yang tidak dimengerti secara benar oleh manusia adalah relasi antara Anak Allah dengan setan. Manusia selalu mengira bahwa Yesus diadili karena dosa, karena kalah dengan setan. Demikian juga orang Kristen yang hidup di dalam dunia yang penuh dengan kegelapan dosa telah melakukan penginjilan dengan segala jerih payah selama hampir 2000 tahun, tetapi mengapa masih begitu banyak orang belum menerima Yesus Kristus? Sampai-sampai teolog dari Jerman, Friedrich Gogarten, yang pernah menjadi lawan Karl Barth mengatakan, hari depan menunjukkan bahwa kuasa Allah semakin kecil dan kuasa setan semakin besar. Benarkah dunia ini milik setan? Benarkah setan sudah menang? Tidak! Dunia ini milik Tuhan. Kelihatannya seolah-olah setan menang, tetapi sebenarnya Kristuslah yang menang untuk selama-lamanya. Untuk sementara Tuhan memperbolehkan setan memiliki sebagian orang yang belum menerima Dia, tetapi melalui Injil, melalui iman yang sejati, semakin banyak orang akan kembali menjadi milik Yesus.
Roh Kudus memutarbalikkan pengenalan manusia yang salah tentang relasi-relasi universal. Sesudah itu barulah engkau bisa menangis, "Oh, Tuhan! Dulu saya anggap saya orang benar, tetapi sekarang saya tahu saya orang berdosa. Dulu saya anggap Kristus perlu disalibkan karena Dia orang berdosa, sekarang saya baru tahu Dia yang benar karena Dia kembali kepada Bapa. Dulu saya kira dunia milik setan, sekarang saya tahu dunia sudah dikalahkan oleh Kristus." Tanpa Roh Kudus tidak mungkin ada orang mengalami pembaharuan konsep dan perubahan persepsi semacam ini.
Roh Kudus melunakkan seseorang melalui tiga tahap:
Menerangi akalnya dengan kebenaran. Jangan memakai cara-cara lain untuk membawa orang kepada pertobatan, kecuali melalui Firman Tuhan, karena hanya kebenaran Firman Tuhan dapat menciptakan iman di dalam hati manusia. Celaka sekali gereja-gereja yang menyangkal bahwa Kitab Suci adalah Firman Tuhan. Celaka sekali orang-orang Kristen yang menganggap Kitab Suci hanya mengandung Firman Tuhan. Celaka sekali orang yang berusaha mengkristenkan orang lain hanya dengan kebudayaan Kristen.
Perhatikanlah perdebatan antara surga dan neraka tentang metode apa yang paling baik untuk penginjilan. Apakah hal ini ada tertulis dalam Alkitab? Ada! Yaitu dalam khotbah Yesus mengenai Lazarus dan orang kaya. Saya tidak katakan ini perumpamaan karena inilah satu-satunya tempat Alkitab tidak menuliskan bahwa Yesus memberikan perumpamaan. Yesus berkata bahwa dari neraka ada saran kepada orang-orang beriman tentang cara penginjilan yang baik, yaitu dengan menyuruh Lazarus bangkit dan berkhotbah, agar orang yang hidup mau langsung bertobat dan percaya kepada Yesus. Cara dari neraka ialah memakai mukjizat supaya orang bertobat. Tetapi apa jawaban dari surga? Tidak! Abraham menjawab: "Mereka memiliki Firman Allah. Jika mereka memiliki Firman Allah dan tidak mau bertobat, meskipun Lazarus bangkit mereka juga tidak akan bertobat." Cerita itu berhenti dan tidak disambung lagi.
Kita selalu berpikir, cara apa saja bisa dipakai asal orang mau bertobat dan menjadi Kristen secepat mungkin, sampai-sampai mengajar mereka berdoa minta kekayaan, supaya semakin cepat kaya semakin cepat menjadi Kristen. Belajarlah dengan baik! Yesus Kristus tidak pernah mengajarkan khotbah semacam itu. Yesus Kristus berkata: "Barangsiapa mau mengikut Aku harus meyangkal diri dan memikul ... salib!" Betapa jauh perbedaan ajaran kita dengan Yesus Kristus. Di sini kita mendapatkan suatu prinsip: "Pertobatan harus berdasarkan Firman Tuhan, penginjilan yang benar dan sehat juga harus berdasarkan Firman Tuhan. Roh Kudus memberikan Firman Tuhan untuk menerangi akal manusia."
Roh Kudus bekerja dalam emosi manusia untuk menggerakkan dia: Kristus sedemikian mengasihi engkau, mengapa engkau masih menolak Dia? Setiap orang yang menerima pekerjaan Roh Kudus tidak mungkin dapat menahan diri, mereka pasti tersentuh, tergerak dan mau mengaku dosa.
Roh Kudus bekerja menaklukkan kemauan mereka yang melawan Tuhan, dan membawa mereka kembali kepada-Nya. Hanya pertobatan yang berlangsung di bawah pimpinan Roh Kudus, dapat membuahkan orang Kristen yang sejati, yang sehat, yang tahan uji sepanjang hidup mereka.
Sumber:
Judul Buletin | : | Momentum, Edisi 5, Desember 1988 |
Judul Artikel | : | Amanat Agung dan Roh Kudus |
Penulis | : | Pdt. Dr. Stephen Tong |
Penerbit | : | Lembaga Reformed Injili Indonesia |
Halaman | : | 25 - 27 |
Pencipta kita rindu untuk memberikan apa yang diinginkan hati kita (Mazmur 37:4). Sebagai Bapa yang di surga, Dialah yang memberikan "setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna" (Yakobus 1:17). Anugerah-Nya yang terbaik sungguh tidak ternilai dan sangat sempurna memenuhi berbagai kebutuhan dan kebahagiaan kita, sehingga banyak orang yang sulit untuk mempercayainya.
Alkitab menjelaskan anugerah yang sangat mengagumkan ini, termasuk di dalamnya adalah kedamaian, pengampunan, penerimaan ke dalam anggota keluarga surgawi, dan kehidupan yang kekal. Alkitab menunjukkan paket rohani ini sebagai keselamatan dan menyebutnya sebagai "karunia Allah" (Roma 6:23; Efesus 2:8-9).
Anugerah keselamatan Allah yang sempurna diberikan bukan karena kebaikan manusia, tetapi karena belas kasihan, bukan karena usaha manusia tetapi karena iman. Rasul Paulus menulis demikian, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri" (Efesus 2:8-9).
Pencipta kita memberikan kebebasan kepada kita untuk memilih. Dia memberikan kebebasan kepada kita untuk menerima atau menolak Dia. Nenek moyang kita memilih untuk menjauh dari-Nya. Bukan saja Allah tidak membiarkan mereka dalam pemberontakan mereka, Allah justru menyatakan rencana penyelamatan, yaitu seorang tak bersalah dikorbankan untuk mati sebagai ganti orang yang bersalah. Seperti halnya suatu upacara ritual yang menggambarkan pemujaan berhala di kuil seperti apa yang Allah sendiri lakukan untuk kita di tengah- tengah sejarah umat manusia. Pada waktu yang dipilih Allah sendiri, Dia melakukan hal yang hanya dapat dijelaskan dengan kasih, Ia mengorbankan Anak-Nya untuk membayar dosa kita (Yohanes 1:29; Ibrani 10:5-10).
Nabi-nabi Yahudi menubuatkan bahwa seorang Mesias akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka (Yesaya 53; Daniel 9:26). Ketika Ia datang, Ia menyembuhkan yang sakit, membangkitkan orang mati, dan memberikan pengharapan kepada orang yang tertindas. Kemudian, Ia melakukan hal yang tak terbayangkan. Ia tidak membalas caci maki orang-orang dan Ia dengan rela menyerahkan hidup-Nya kepada para algojo Romawi. Tiga hari kemudian, Ia berjalan keluar dari kubur yang dijaga tentara (Lukas 24:1-7). Para saksi mata kebangkitan Kristus, memilih mati di tangan musuh daripada menyangkal bahwa mereka telah melihat Ia hidup.
Allah "membungkus" pemberian-Nya yang sempurna ini dengan penggenapan banyak nubuatan dalam jangka waktu ribuan tahun yang diwujudkan melalui mujizat-mujizat dan penyelamatan yang mengagumkan. Setelah selama berabad-abad tindakan antisipasi berlangsung, sebagai keajaiban yang paling besar dari semua keajaiban, Allah yang di surga membungkus diri-Nya dalam kandungan seorang perawan. Hadiah ini bertumbuh di dalam ketidakpastian yang ironis, tanpa kasih dari para pengikut-Nya, keirihatian para pemimpin agama, dan kekecewaan atas kematian yang meremukkan. Ketika segala suatu kelihatannya suram, Allah membungkus hadiah-Nya di dalam laporan yang menarik dari para saksi yang memberitakan kebangkitan dari kematian yang tak terduga. Sebagai sentuhan akhir, sang Pencipta memberikan hadiah keselamatan-Nya dengan berbagai pita yang beragam, orang-orang dari segala bangsa di dunia yang hati dan hidupnya telah diubahkan oleh kasih-Nya (Wahyu 5:9).
Hanya karena anugerah Allahlah, maka para pemberontak yang telah jatuh dan hancur dapat diterima di dalam keluarga Allah yang kekal. Paulus menjelaskan perbedaan antara Adam, yang menurunkan dosa dan kematian kepada keturunannya, dengan Kristus yang membawa anugerah dan kehidupan bagi semua orang yang percaya pada-Nya. Ia menulis, "Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus" (Roma 5:15).
Kalimat, "Oleh anugerah engkau telah diselamatkan melalui iman," menjelaskan kepada kita bahwa Allah hanya datang ke tempat di mana Ia diundang. Dia yang menginginkan kita untuk berbagi kebahagiaan dari keluarga-Nya yang kekal, sedang menunggu kita untuk mengundang Dia ke dalam hidup kita (Yohanes 1:12). Injil mengatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16).
Bahkan di saat-saat kesengsaraan-Nya, ketika tergantung di kayu salib di antara dua penjahat, Yesus memberikan hadiah kehidupan kekal. Salah satu dari penjahat itu berkata, "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" Penjahat yang lainnya mencela penjahat yang pertama dengan berkata, "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." Kemudian ia berkata kepada Yesus, "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Karena keselamatan adalah anugerah, maka Yesus dapat berkata kepada dia, "Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Lukas 23:39-43).
Mereka yang mengetahui bahwa mereka telah diselamatkan oleh anugerah Allah dari api pengadilan memiliki alasan untuk menjalankan sisa dari hidup mereka dengan rasa penuh rasa syukur kepada Allah (Efesus 2:10).
Bahan diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Kemenangan dalam Kebangkitan |
Judul Artikel | : | 10 Alasan Untuk Mempercayai Allah Menawarkan Hadiah yang Sempurna |
Penulis | : | Mart De Haan |
Penerbit | : | RBC Indonesia |
HalamanHalaman | : | 42 - 45 |
Ketika kerumunan orang yang marah menginginkan kematian Yesus, Pilatus menurunkan perintah untuk memukul, mencambuk, dan menjatuhkan hukuman pada-Nya. Kematian-Nya disaksikan oleh teman- teman-Nya yang berduka dan musuh-musuh-Nya yang mencemooh-Nya. Seorang prajurit menikam lambung-Nya dengan tombak. Tindakan itu diambil untuk lebih memastikan bahwa Dia tidak menyusahkan mereka lagi.
Untuk mencegah tipuan akan kebangkitan, Pilatus memerintahkan untuk memeteraikan kubur itu. Setiap pengikut yang berniat untuk mencuri tubuh-Nya harus menghadapi para serdadu yang berjaga-jaga, dan hal itu tidaklah mudah. Hukuman bagi serdadu yang tertidur dalam menjalankan tugas adalah hukuman mati.
Pada pagi hari setelah hari Sabat, para pengikut Yesus pergi ke kubur Yesus untuk meminyaki tubuh-Nya. Di sana mereka menemukan bahwa tempat masuk ke dalam kubur telah terbuka dan tubuh Yesus tidak ada. Para penjaga memberitahukan para pejabat Yahudi bahwa ketakutan menyelimuti mereka karena hadirnya kekuatan supranatural yang menggulingkan batu besar. Para pejabat membayar para penjaga untuk berbohong dengan mengatakan bahwa para pengikut-Nyalah yang mencuri tubuh-Nya di saat para penjaga tertidur. Mereka meyakinkan para penjaga itu bahwa jika gubernur sampai mendengar berita tersebut, maka mereka yang akan bertanggung jawab.
Sekitar tahun 55 SM, Rasul Paulus menulis bahwa kebangkitan Kristus telah disaksikan oleh Petrus, kedua belas murid, lebih dari 500 orang, Yakobus, serta dirinya sendiri (1Korintus 15:5-8). Dengan membuat pernyataan terbuka seperti ini, ia memberikan kesempatan kepada para kritikus untuk memeriksa pernyataannya bagi mereka sendiri. Sebagai tambahan, Perjanjian Baru memulai cerita tentang para pengikut Kristus dengan mengatakan bahwa Yesus "menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup" (Kisah Para Rasul 1:3).
Ketika Yudas murtad dan mengkhianati Yesus, para murid lain-Nya lari menyelamatkan diri mereka masing-masing. Bahkan Petrus, yang sebelumnya menekankan bahwa ia siap untuk mati bagi gurunya, menjadi takut dan menyangkal bahwa ia mengenal Yesus. Akan tetapi, para pengikut mengalami perubahan dramatis. Mereka memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan untuk mengorbankan segalanya bagi Dia yang disebut Juruselamat dan Tuhan. Bahkan setelah mereka dipenjarakan pun mereka berkata, "Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia," (Kisah Para Rasul 5:29).
Sejarah penuh dengan para martir. Tak terhitung jumlahnya pria ataupun wanita yang mati karena kepercayaan mereka. Namun sangatlah besar artinya bahwa ketika banyak orang bersedia mati untuk apa yang mereka percayai adalah kebenaran, hanya sedikit yang bersedia mati untuk apa yang mereka ketahui sebagai kebohongan. Kenyataan psikologis tersebut adalah penting karena para murid Yesus tidak mati karena disebabkan oleh kepercayaan teguh mereka yang dapat saja disalahmengertikan. Mereka mati karena pernyataan mereka bahwa mereka telah melihat Yesus hidup dan sehat setelah kebangkitan-Nya. Mereka mati karena pernyataan mereka bahwa Yesus tidak hanya mati karena dosa-dosa mereka tetapi bahwa Ia telah bangkit secara jasmani dari kematian untuk menunjukkan bahwa Ia bukan seperti para pemimpin rohani lainnya yang pernah ada.
Hari Sabat untuk beristirahat dan menyembah adalah dasar bagi cara hidup orang Yahudi. Orang Yahudi mana pun yang tidak menghormati hari Sabat dianggap bersalah karena melanggar hukum Musa. Namun para pengikut Yahudi mulai melakukan penyembahan bersama-sama dengan para pengikut yang bukan orang Yahudi pada suatu hari yang baru. Hari yang baru ini, bersamaan dengan upacara pembaptisan, menyatakan bahwa mereka, yang percaya bahwa Kristus telah bangkit dari kematian, siap untuk menghadapi hal yang lebih besar daripada pembaruan Yudaisme. Mereka percaya bahwa kematian dan kebangkitan Kristus telah membuka jalan bagi suatu hubungan yang baru dengan Allah.
Para murid telah salah menyangka. Mereka mengira bahwa Mesias mereka akan membangun kembali kerajaan Israel. Pikiran mereka begitu terpaku pada pemikiran akan datangnya kerajaan mesias secara politik sehingga mereka tidak mengantisipasi peristiwa yang penting bagi keselamatan jiwa mereka. Mereka melupakan nubuatan Nabi Yesaya akan hamba yang menderita, yang akan menanggung dosa-dosa Israel, digiring seperti seekor domba ke tempat penyembelihan, sebelum "umurnya akan lanjut" (Yesaya 53:10).
Ketika Yesus tergantung di kayu salib Romawi, kumpulan orang banyak mencemooh Dia. Ia menolong banyak orang, tetapi dapatkah Ia menolong diri-Nya sendiri? Apakah mujizat-Nya berhenti dengan tiba-tiba? Kelihatannya seperti akhir yang tak terduga bagi seseorang yang memulai hidup-Nya di hadapan umum dengan mengubah air menjadi anggur. Selama tiga tahun pelayanan-Nya, Ia berjalan di atas air, menyembuhkan yang sakit, menyembuhkan orang buta, dan membangkitkan orang mati. Ia memberikan pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh orang bijaksana. Ia menegur orang-orang munafik dengan kata-kata yang menyingkapkan kebohongan mereka. Jika semua ini adalah benar, haruskah kita terkejut bahwa musuh-musuh-Nya bungkam tak bersuara?
Rasul Paulus menulis, "Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu" (Roma 8:11). Ini adalah pengalaman dari Paulus, yang hatinya diubahkan secara dramatis oleh Kristus yang telah bangkit. Hal ini juga merupakan pengalaman dari orang-orang di seluruh dunia yang telah "mati" di dalam cara hidup lama mereka supaya Kristus dapat hidup di dalam mereka. Kuasa rohani ini adalah bukti hanya bagi mereka yang menanggapi kenyataan akan kebangkitan Kristus dengan cara mengenali Dia sebagai Tuhan di dalam hati mereka.
Bahan diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Kemenangan dalam Kebangkitan |
Judul Artikel | : | 10 Alasan Untuk Mempercayai Allah Menawarkan Hadiah yang Sempurna |
Penulis | : | Mart De Haan |
Penerbit | : | RBC Indonesia |
HalamanHalaman | : | 56 - 59 |
Oleh: Michael Green
Apakah artinya pekabaran Injil?
Pekabaran Injil tidak ada hubungannya dengan manipulasi dan media, tidak ada hubungannya dengan para pengkhotbah yang berapi-api dan kebaktian kebangunan rohani besar-besaran. Tetapi Pekabaran Injil adalah, seperti yang dikatakan dalam ungkapan, 'seorang pengemis memberitahu kepada pengemis yang lain di mana dia bisa mendapatkan roti.' Pekabaran Injil adalah, seperti jika Anda mendapatkan kelimpahan -- seseorang yang sedemikian penuh dengan Kristus sehingga ia tidak dapat berdiam diri untuk tidak menceritakan mengenai hal itu. Itu hal yang sangat berbeda bukan? Dan ini barangkali hal pertama yang perlu kita ketahui tentang Pekabaran Injil.
Tidak ada sesuatupun yang ganjil atau aneh tentang hal Pekabaran Injil. Jika Anda peduli pada orang lain, maka Anda akan memberitahukan rahasia dan sukacita Anda pada mereka -- apa yang menggembirakan dan memuaskan Anda. Bukankah demikian? Jika demikian, karena Anda orang Kristen dan sudah mengenal hubungan yang indah, persekutuan yang bertumbuh dalam dengan Kristus yang sudah bangkit -- bukankah itu hal yang indah yang Anda ingin bagikan kepada orang lain? Itu adalah hal yang sangat alami.
Marilah kita menghadapinya, siapakah yang akan memberitahukan pada teman-teman di lingkungan saya mengenai Yesus, kalau saya tidak melakukannya? Pendeta? Bukankah pendeta Anda tidak mengenal mereka, dan barangkali mereka tidak pergi ke gereja? Ada banyak hal dalam Perjanjian Baru yang sangat jelas menunjukkan bahwa setiap orang Kristen dipanggil untuk menjadi saksi bagi Yesus Kristus. Kita tidak dipanggil untuk menjadi pengkhotbah, tetapi kita semua dipanggil untuk menjadi "duta-duta Kristus" di mana Allah mau berbicara kepada orang lain melalui kita (2 Korintus 5:20). Sebenarnya, itulah yang Dia ingin lakukan. Dia tidak punya tangan, tidak punya kaki, tidak punya bibir seperti manusia tetapi Dia mau orang-orang percaya melakukan pekerjaan-Nya dewasa ini. Itu adalah tanggungjawab kita. Betapa mengerikan jika kita menjadi, seperti yang dikatakan Paulus "bersalah karena darah" dari orang-orang kepada siapa kita tidak mau memberitakan kabar baik pada saat ada kesempatan untuk melakukannya (Kisah Para Rasul 20:26-27).
Ada dua orang usahawan yang bersahabat. Mereka biasa bermain golf bersama paling tidak sekali seminggu. Yang satu orang Kristen, yang lainnya bukan. Satu saat yang bukan Kristen ini jatuh sakit dan berada diambang pintu kematian. Kawannya yang Kristen itu kemudian menceriterakan kepadanya mengenai Yesus. Orang yang sedang sekarat itu menolak untuk mempercayai apa yang dikatakannya. "Kalau apa yang kamu katakan itu penting," dia menggerutu, "tentunya kamu akan memberitahukan hal itu kepadaku beberapa tahun yang lalu." Komentar yang masuk akal bukan?
Jika kita peduli pada seseorang, adalah wajar bila kita membagikan hal penting ini pada mereka. Dan itulah yang dimaksudkan dengan pekabaran Injil pribadi: membagikan pada orang lain dengan cara Anda sendiri yang alami, secara wajar Anda ceritakan kepada teman dekat Anda betapa berartinya Yesus bagi hidup Anda. Mereka tidak akan menghindar, kalau Anda berbicara dengan mereka secara santai, seperti kalau Anda berbicara mengenai pertandingan sepak bola atau mengenai barang-barang yang dijual di toko-toko. Mereka akan tertarik, bahkan barangkali menginginkan apa yang anda yakini untuk diri mereka sendiri.
Kita hanya dapat menginjili kepada teman-teman saya saja. Ini bukan hal yang dibesar-besarkan, tetapi cukup bijaksana. Secara umum orang-orang akan bersedia mendengarkan hal-hal yang bersifat pribadi (tentang iman dan tujuan hidup) dari seseorang yang mereka percayai, seseorang yang hidupnya telah memberi pengaruh pada mereka, seseorang yang memiliki kejujuran dan ketulusan yang mereka tahu secara nyata. Paulus benar ketika ia mengatakan kepada jemaat di Filipi bahwa mereka harus "bercahaya sebagai terang dunia" sebelum mereka dengan meyakinkan "membagikan Firman kehidupan" (Filipi 2:15-16).
Terlebih lagi kalau kita mengenal seseorang dengan baik, kita dapat menentukan waktu dan cara pendekatan yang tepat, dengan cara terbaik untuk melaksanakannya. Beberapa orang sangat hangat dan bersahabat: Kasih Yesus terhadap kita di kayu salib, dan undangan-Nya secara pribadi kepada kita untuk menerima Dia bisa menjadi jalan masuk bagi orang seperti itu. Yang lain lagi sangat fragmatis: komitmen diri berdasarkan bukti-bukti yang kuat bisa merupakan cara pendekatan yang lebih baik.
Komitmen kekristenan memiliki banyak kesamaan dengan metode ilmiah. Kedua-duanya melibatkan pengujian terhadap bukti. Kedua-duanya merujuk kepada pengalaman iman. Kedua-duanya mengharapkan adanya verifikasi untuk diikuti. Maksud saya adalah ini: hal yang akan menolong teman kita adalah apabila kita menampilkan kehidupan Kristen yang konsisten, dan kita sangat mengenal apa yang menarik perhatian mereka, kebutuhan-kebutuhan mereka dan cara berpikir mereka. Selanjutnya kita akan mampu untuk mempergunakan sarana-sarana tersebut dan dengan lemah lembut membimbing mereka kepada Yesus.
Yesus pernah memberitahu kepada kita untuk "tetap tinggal di dalam Dia" seperti sebuah carang yang tetap tinggal atau berada pada pohon yang memberikan kehidupan dan memampukan carang itu untuk berbuah. Tetapi seringkali kita tidak seperti itu, sehingga kita kehilangan kesempatan yang Dia kehendaki untuk kita ambil. Ada saat-saat di dalam kehidupan seseorang di mana mereka lebih terbuka untuk menanggapi Kristus daripada saat-saat yang lain. Itulah saat di mana Tuhan menghendaki salah satu dari hamba-hamba-Nya untuk mendekati mereka.
Oleh karena itu, sangat penting untuk hidup dekat dengan Tuhan sehingga kita dapat mengenali dorongan-Nya yang lembut untuk "pergi dan berbicara dengan orang itu." Jika persekutuan pribadi kita dengan Tuhan sedang runtuh, jika ada dosa-dosa yang tidak diakui di dalam hidup kita, jika kita terlalu sibuk -- maka kita tidak akan dapat mendengar suara-Nya yang lembut, dan kita akan kehilangan kesempatan. Jangan takut untuk memulai pembicaraan. Jika anda lemah- lembut dan mengasihi, anda tidak akan menyakiti siapapun, walaupun mungkin anda kurang bisa membaca situasi. Anda barangkali bisa menangkap nama atau gambaran dari orang bersangkutan dalam pikiran anda atau mendapatkan dorongan yang kuat untuk menemui seseorang. Ingatlah nasihat Maria yang ditujukan kepada para pelayan pada pesta kawin di Kana, "Apa yang dikatakan kepadamu, perbuatlah itu."
Tidaklah terlalu rumit untuk membawa seseorang untuk memulai persahabatan dengan Kristus. Tetapi kita perlu mengetahui bagaimana caranya. Ada banyak cara sederhana yang ditawarkan, tetapi yang sering saya pergunakan adalah "ABCD" [==> Admit-Believe-Consider-Do].
PERTAMA, ada sesuatu yang orang perlu akui (ADMIT). Orang Kristen tidak perlu putus asa mengenai dosa. Dosa adalah kenyataan yang tidak dapat dihindari dari kehidupan. Kita semua sudah jatuh ke dalam dosa! "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23). Dan kegagalan kita merupakan masalah karena Allah adalah kudus dan sebagai hakim dari alam semesta, tidak dapat berbuat seolah-olah kegagalan-kegagalan kita bukan masalah; karena "Allah adalah terang, di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan" (1 Yohanes 1:5). Kita tidak perlu menjadi orang yang jahat secara khusus. Kita semua dalam kenyataannya, berada dalam perahu bocor yang sama. "Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri" (Yesaya 53:6).
Itulah yang merupakan inti permasalahan: mementingkan diri sendiri dan memberontak terhadap Tuhan yang menciptakan kita dan yang rindu untuk mempunyai suatu hubungan dengan kita. Kita mengusir Dia keluar dari kehidupan kita. Kita tidak mau mengenal Dia. Dan dalam hal ini kita bersalah. Hal ini membawa akibat: kata-kata yang jahat, perbuatan-perbuatan yang jahat, sikap-sikap yang jahat muncul dari dasar hati kita yang memberontak.
KEDUA, ada sesuatu yang harus dipercayai (BELIEVE). Ini sungguh mengejutkan, yaitu kebenaran bahwa Allah sendiri sudah datang untuk mencari domba-domba-Nya yang tersesat. Dia datang ke dalam dunia kita di dalam pribadi Yesus Kristus untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita (Matius 1:21). Dia hidup dalam kehidupan yang semuanya sempurna, tapi dengan sukarela mau disalibkan untuk "mengorbankan nyawa-Nya demi domba-domba," untuk "memberikan hidupnya sebagai tebusan bagi orang banyak." Dia mengambil tanggung jawab di atas kayu salib yang mengerikan itu untuk kejahatan seluruh dunia, termasuk kejahatan kita. "Ia telah mati untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah" (1 Petrus 3:18).
KETIGA, ada sesuatu yang layak untuk dipertimbangkan (CONSIDER) yaitu harga dari pemuridan. "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan," kata Yesus (Matius 6:24). Kehidupan Kristen adalah tidak mudah. Pemuridan itu mahal harganya. Kendatipun biaya masuk ke dalam kehidupan Kristen adalah gratis, langganan tahunannya adalah bagian Anda. Lebih-lebih lagi, kehidupan Kristen berarti juga tampil di hadapan umum, namun tidak malu untuk dikenal sebagai orang Kristen (Roma 10:9-10).
YANG TERAKHIR, ada sesuatu yang harus dilakukan (DO). Di satu sisi Yesus sudah mengerjakan semua yang diperlukan untuk membawa kita kembali pada Bapa. Tetapi kita harus mengklaimnya untuk diri kita sendiri. Dia berdiri di depan pintu kehidupan kita, siap untuk memasukinya. jika seseorang membuka pintu bagi Dia, Dia berjanji bahwa Dia akan masuk dan tidak akan pernah meninggalkan kita (Wahyu 3:20). Tetapi kita harus membuka pintu. Pintu itu adalah kehendak kita. Kita perlu berlutut, baik secara kiasaan atau secara yang sebenarnya, dan berkata, "Tuhan, marilah masuk ke dalam hidup saya, dan jangan sekali-kali meninggalkan saya." Dia akan. Dia sudah menjanjikan. Tetapi kita harus meminta Dia.
Saya memerlukan kepekaan dalam hal ini. Teman saya barangkali sudah siap untuk membuka kehidupannya kepada Kristus. Mereka barangkali mau melakukannya dengan pertolongan kita. Tapi mungkin juga mereka lebih senang melakukannya sendiri; jika demikian mintalah mereka memberitahu Anda kapan mereka sudah melakukan hal itu, karena jelas mereka membutuhkan pertolongan lebih lanjut. Mereka barangkali punya masalah-masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Mereka bisa saja mengemukakan sejumlah alasan, dan ini perlu dihadapi dengan lembut.
Dalam hal ini Anda memerlukan hikmat dari Tuhan. Karena itu berdoalah sementara Anda berbicara dengan mereka dan menanti untuk mereka. Allah akan menjawab doa yang memohonkan hikmat (Yakobus 1:5). Merupakan kesempatan yang luar biasa untuk berlutut bersama dengan teman Anda pada saat seperti itu, berdoa untuk mereka, dan kemudian mendorong mereka dengan kata-kata mereka sendiri meminta kepada Tuhan untuk mengampuni, untuk datang dan masuk ke dalam kehidupan mereka.
Pada waktu mereka baru saja membuka kehidupan mereka kepada Kristus, mereka mudah sekali diserang seperti halnya bayi yang baru lahir (1 Petrus 1:23) Dan bayi-bayi mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar.
Mereka perlu dukungan yang kuat. Tunjukkan pada mereka bahwa Tuhan berjanji untuk memegang mereka erat-erat selamanya dan tidak akan pernah membiarkan ataupun meninggalkan mereka (Ibrani 13:5).
Bayi-bayi memerlukan banyak kasih. Demikian juga dengan teman Anda. Mereka memerlukan perhatian dan kasih dari Anda dan dari kelurga Kristen. Singkatnya, mereka perlu bertemu dengan Anda secara teratur, sekali dalam seminggu untuk memonitor kemajuannya. Mereka membutuhkan kelompok kecil untuk membantu pertumbuhan mereka. Dan mereka perlu untuk menjadi bagian dari kehidupan Gereja setempat secara teratur. Adalah tugas Anda untuk memperkenalkan mereka pada hal-hal yang sangat perlu ini.
Mereka perlu mendapatkan banyak udara segar. Jiwa mereka perlu senantiasa disegarkan. Mereka memerlukan pertolongan di dalam doa, menantikan jawaban atas doa-doa, berterimakasih pada Tuhan, dan mengembangkan persahabatan dengan Yesus. Anda adalah orang yang menyediakan bantuan untuk menolong mereka melakukan hal itu.
Mereka memerlukan makanan. "Seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan," tulis Petrus -- dan ia harus mengetahuinya. Dia adalah bagian dari keluarga. Firman Tuhan (Alkitab) dan Perjamuan Kudus menyediakan susu bagi mereka. Keduanya merupakan makanan vital untuk bertumbuh, agar bayi-bayi itu bertumbuh kuat.
Mereka juga perlu latihan. Tanpa latihan mereka akan menjadi lemah. Demikian juga halnya dengan orang Kristen baru. Mereka perlu bekerja bagi Tuhan supaya dapat mengembangkan dan mengencangkan otot-otot rohani mereka. Sekali lagi, anda boleh jadi adalah orang yang dapat membimbing mereka untuk berlatih.
Demikianlah tujuh hal yang perlu Anda ketahui jika Anda ingin melakukan pekerjaan yang paling menggembirakan di dalam dunia, yaitu memperkenalkan orang lain kepada Yesus. Dan ingatlah, ada beda antara mengetahui dan melakukan. Sudah terlalu banyak tulisan yang ditulis tentang Pekabaran Injil. Namun kenyataannya baru sedikit sekali yang sudah dilakukan. Hal yang menyenangkan hati Yesus bukanlah karena kita mengetahui akan hal-hal tentang PI, tetapi karena kita pergi dan melakukannya!
Diedit dari Sumber: Majalah "Hidup Dalam Kristus". Vol. 14 No. 3
Penerbit: Yayasan Pusat Hidup Baru, Solo.
Latar Belakang
Rasul Yohanes menulis dalam surat kirimannya yang kedua, "Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak." (2 Yohanes 1:9)
Alkitab memperingatkan kita tentang nabi-nabi dan guru-guru palsu "Yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas." (Matius 7:15) Kadang-kadang kita sulit membedakan seorang nabi palsu ... Yesus berbicara tentang "... Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu ... mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga." (Matius 24:24)
Prinsip utama yang mendasari taktis Iblis ialah penipuan. Dia adalah penyamar yang ahli dan cerdik. Penipuannya dimulai di taman Eden dan berlangsung terus sampai hari ini ... Dia menerobos ke sekolah- sekolah teologia, bahkan ke mimbar. Banyak kali dia menerobos gereja di balik perbendaharaan kata yang ortodoks, sambil mengosongkan istilah-istilah Alkitab dari arti alkitabiah seharusnya.
Apakah yang dimaksud dengan ajaran sesat? Ajaran sesat ialah ajaran yang bertentangan dengan ajaran-ajaran dasar Firman Tuhan, seperti Tritunggal, kelahiran Yesus dari perawan Maria, penebusan melalui kematian Kristus, kebangkitan-Nya secara jasmani dan kedatangan-Nya kedua kali, keselamatan oleh kasih karunia melalui iman dalam Yesus Kristus, kebangkitan tubuh semua orang beriman dan kenyataan surga serta penghukuman kekal atas mereka yang menolak Kristus, dan sebagainya.
Strategi Bimbingan untuk Orang non-Kristen
Hargai orang tersebut atas kesediaannya mengungkapkan pemikirannya dengan sasaran mendapatkan kebenaran. Nyatakan padanya bahwa Allah tidak bingung, Alkitab jelas dan Anda berharap dapat menolongnya melalui pembicaraan bersama itu.
Jika sesudah beberapa saat nampak adanya kesulitan pada yang bersangkutan untuk menerima pengajaran Alkitab yang benar, itu mungkin karena dia belum pernah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya secara pribadi.
Jelaskan kepadanya bahwa keputusan tersebut menentukan pengertiannya akan Alkitab. (Lihat 1 Korintus 2:14 dan 2Korintus 4:4). Jelaskan "Damai dengan Allah", minta dia untuk menerima Kristus. [["Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang non- Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; CD-SABDA: Topik 17750]].
Segera sesudah itu, jelaskan langkah-langkah tindak lanjut berikut ini:
Desak dia untuk mulai membaca dan mempelajari Firman Allah. Mulailah dengan "Hidup dalam Kristus" dan Injil Yohanes. Dia perlu memusatkan perhatiannya menyelesaikan Injil Yohanes dan pelajaran-pelajaran dalam buku Hidup dalam Kristus. [["Hidup dalam Kristus" -- Traktat yang berisi pelajaran-pelajaran dasar tentang prinsip memulai Kehidupan Kristen (dari LPMI/PPA); CD-SABDA: Topik 17453]] yang akan menolongnya memulai penyelidikan Alkitab.
Jika dia terpengaruh atau terlibat dalam suatu aliran bidat tertentu, dia harus didesak untuk segera memutuskan segala bentuk hubungan dengan kelompok tersebut. Sebagai gantinya, dia harus melibatkan diri ke dalam suatu gereja yang mementingkan Firman Tuhan, yang di dalamnya dia dapat memperoleh persekutuan dengan Kristen sejati, beribadah bersama, mempelajari Alkitab, dan berdoa bersama.
Berdoalah dengannya agar dia mengenal pikiran Kristus dalam segala pertanyaan di sekitar Firman Allah.
Strategi Bimbingan untuk Orang Kristen
Tidak jarang, orang yang mengaku diri Kristen terpengaruh oleh ajaran sesat.
Jangan menyakiti hatinya dengan mengatakan kepada orang tersebut bahwa dia bersalah dan sudah tertipu. Ingat bahwa Iblis sering menyamar menjadi "malaikat terang" (2Korintus 11:14). Jangan mulai dengan menganjurkan dia untuk meninggalkan kelompok bidat tersebut.
Sambil percaya pada Roh Kudus yang memimpin Anda, gunakan pengetahuan Anda tentang Alkitab dan pengalaman Anda membimbing.
Minta agar dia menulis penjelasan dan ayat-ayat Alkitab yang Anda berikan, untuk dipelajarinya lagi kelak. Tawarkan buku "Hidup dalam Kristus" yang akan membantunya mempelajari Alkitab.
Akhirnya, berdoalah dengannya agar Allah membuka pikirannya untuk mengenal kehendak Allah bagi hidupnya sambil dia berusaha mengenal Alkitab.
Jika sampai di sini, orang tersebut meminta atau menanyakan sebuah gereja, Anda bebas mengusulkan gereja yang di dalamnya Firman Tuhan diajarkan dan diberitakan, yang di dalamnya dia dapat bersekutu. Kemudian percayakan dia pada Roh Kudus yang akan memimpin dia ke tempat yang tepat. Jangan dulu mengusulkan suatu aliran atau gereja tertentu, sebelum dia meminta keterangan tentang itu.
Alkitab
"Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu." (2 Timotius 2:15)
"Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:1-3)
"Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. Sebab dalam Dialah turut berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan." (Kolose 2:8-9)
"Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut." (Amsal 16:25)
"Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka." (1 Timotius 4:1,2)
Diedit dari Sumber:
Judul buku | : | Buku Pegangan Pelayanan |
Judul artikel | : | Ajaran Sesat |
Penulis | : | Billy Graham |
Penerbit | : | Persekutuan Pembaca Alkitab |
Halaman | : | 19 -- 21 |
Penyesatan sebenarnya memiliki usia yang sama tuanya dengan usia gereja itu sendiri. Sejak zaman Paulus dan Yohanes, setelah Kristus naik ke surga, berbagai penyesat telah bermunculan. Gereja mula-mula yang muda itu telah diperhadapkan dengan berbagai pengaruh ajaran yang menyesatkan, dan itu akan terus berlangsung sampai Gereja Tuhan ini diangkat sebagai mempelai Kristus (2 Yohanes 1:4,7,9).
Abad-abad berikutnya pun gereja menghadapi berbagai aliran seperti: Marcion, Montanus, Novatianis, Donatis, dan sebagainya. Demikian juga seterusnya. Jadi, gereja tidak perlu terkejut dengan munculnya berbagai ajaran dan aliran yang membingungkan dan menyesatkan, namun justru harus waspada, dan memperkokoh iman, penyelidikan kebenaran yang alkitabiah dan mempererat hubungan dengan Tuhan, Sang Kepala Gereja.
Kriteria yang Salah
Sebelum kita melihat beberapa titik tolak yang merupakan dasar untuk mengukur sejauh mana suatu ajaran itu bernilai sesat, kita perlu melihat dulu beberapa kriteria yang sering dianggap sebagai suatu ukuran, padahal ukuran itu salah, antara lain:
Jemaat Besar Selalu Benar, Kelompok Kecil Adalah Sesat
Kriteria ini salah, sepanjang perjalanan sejarah gereja, sering terjadi bahwa jumlah aliran yang tidak alkitabiah lebih besar dari pada gereja Tuhan. Di Chili, pada abad lalu tercatat aliran-aliran bidat lebih banyak pengikutnya daripada anggota gereja resmi. Dan, biasanya justru aliran-aliran yang mengandung kesesatan itu lebih banyak diminati orang ketimbang gereja resmi yang setia pada kebenaran dan kekudusan.
Gereja Negara Adalah Benar, Jemaat Pecahan Sesat
Kriteria ini pun salah. Di Eropa tercatat bahwa waktu gereja menyatu dengan negara, justru membawa berbagai penyimpangan. Di Indonesia setelah zaman kemerdekaan memang tidak terjadi kesatuan antara kekuasaan gereja dan negara.
Gereja yang Benar Adalah yang Menjangkau Golongan Sosial Ekonomi Menengah ke Atas
Kriteria ini juga salah. Memang, berbagai aliran baru sering lebih dapat menjangkau masyarakat rendah. Sedangkan kalangan gereja besar banyak anggota dari kalangan menengah ke atas. Namun, berbagai catatan sejarah mencatat bahwa aliran-aliran tertentu justru menjangkau kelompok menengah ke atas, seperti kalangan bisnis, pejabat dan sebagainya. Bidat Christian Science, Children of God, dsb. jelas mempunyai pengikut kalangan menengah ke atas.
Batasan Pengertian
Ajaran adalah suatu pemahaman (yang biasanya menyangkut konsep kehidupan) yang disampaikan kepada pihak yang lebih luas dengan sengaja dan terencana. Sesat adalah salah jalan atau menyimpang dari yang telah ditetapkan. Berbicara tentang ajaran yang sesat, kita perlu mengambil titik tolak yang telah dibuktikan dalam sejarah Gereja Tuhan. Sebab, semua penganut ajaran, apa pun isi ajarannya meyakini bahwa ajaran yang mereka anut itu benar. Mereka juga dapat mengatakan bahwa ajaran di luar yang mereka anut adalah sesat. Karena itu, kita perlu melihat penyebab munculnya berbagai ajaran yang disebut sesat, dan dari sudut pandang mana ajaran itu disebut sesat.
Penyebab Timbulnya
Beberapa penyebab ajaran-ajaran sesat, antara lain:
Para pencetus dan penganut ajaran-ajaran yang kemudian kita sebut sesat, umumnya diawali dengan kekecewaan terhadap gereja-gereja resmi (gereja arus utama) yang semakin melembaga, semakin baku dan kaku, yang biasanya diikuti dengan ajarannya yang cenderung menekankan intelektualistis. Para penganut aliran ini ingin kembali pada kehangatan persaudaraan, pengalaman rohani, dan persekutuan langsung dengan Allah, kesederhanaan pemahaman atas Alkitab, serta penerapan ajaran Alkitab yang langsung aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Alkitab sangat kaya dengan berbagai ajaran untuk pedoman iman dan kehidupan ini. Para penganut aliran biasanya memberi tekanan khusus pada satu atau dua ajaran Alkitab. Lalu diinterpretasikan sedemikian rupa dan ditambah dengan ajaran-ajaran pemimpinnya sehingga menjadi satu doktrin utama dalam aliran itu.
Bersamaan dengan perkembangan pemikiran (sosial, iptek, komunikasi, dll. yang sudah diawali pada abad 17 dan 18) berbagai fenomena pemikiran serta pemahaman saling bersentuhan dan mempengaruhi. Dalam abad ke-20 yang baru lalu ini, misalnya, munculnya gerakan karismatik (dalam konotasi ekses negatifnya) bertemu dengan ajaran kemakmuran dan hidup sukses (bukan teologi sukses, sebab ajaran tersebut bukan teologi), serta pola bisnis "pasar bebas" menghasilkan menjamurnya penyelenggaraan kebaktian- kebaktian di kota-kota besar. Seperti halnya pola bisnis pasar bebas, mereka tanpa risih membuka kebaktian di samping gereja yang sudah ada. Bahkan, ada satu gedung dengan dua merek gereja yang satu sinode. Maka, yang berlaku adalah hukum rimba: yang kuat yang menang (kuat modal, kuat suara, dan kuat ndablegnya).
Titik Tolak
Apakah yang menjadi titik tolak untuk menyatakan suatu ajaran itu sesat atau tidak? Banyak orang menyatakan bahwa sesat atau tidaknya suatu ajaran adalah ditinjau dari Alkitab. Benar! Tapi persoalannya bahwa ajaran-ajaran di sekitar kekristenan semua berdasarkan Alkitab, dan setiap pokok ajarannya dibubuhi ayat-ayat Alkitab. Hanya, masing-masing mempunyai interpretasi sendiri-sendiri.
Berikut beberapa pedoman yang dapat dijadikan acuan penilaian. Gereja-gereja di sepanjang zaman, terutama di lingkungan gereja-gereja reformatoris, tetap sepakat menerima ajaran dasar tentang keselamatan yang bertumpu pada Sola Gratia, Sola Fide, dan Sola Scriptura, yaitu bahwa keselamatan ini hanya oleh anugerah Allah yang diterima dengan iman berdasarkan berita Alkitab. Semua aliran dan ajaran dalam berbagai kelompok kekristenan memang menerima prinsip tersebut, namun dalam praktiknya ada hal-hal lain yang ditambahkannya, seperti:
Betul keselamatan adalah anugerah Allah, tetapi orang percaya harus dapat berkarunia lidah (glosolalia). Kalau tidak....
Memang keselamatan adalah anugerah Allah, tetapi si penerima harus menunjukkan perubahan hidup yang radikal (perfeksionisme).
Keselamatan yang adalah anugerah itu harus disambut dengan peribadahan pada hari Sabat (sesuai berita Alkitab). Hari Sabat adalah hari ketujuh, yaitu hari Sabtu, bukan Minggu (Adventis).
Sebelum seseorang menerima keselamatan, ia harus melepaskan diri dari segala ikatan "duniawi", yaitu: politik dan institusi pemerintah, badan-badan usaha dan bisnis, serta lembaga agama resmi, yaitu Katholik dan Protestan, lalu bergabung dengan "Society of the New World" (Saksi Yehova).
Orang dapat menerima keselamatan setelah mampu menganggap bahwa segala penyakit, penderitaan, dan kematian adalah semu dan khayalan belaka (Christian Science).
Sebelum diselamatkan orang harus memenuhi empat hukum Injil, yaitu: iman, azab, baptisan, dan penumpangan tangan (Mormonisme).
Ada aliran yang membedakan sekelompok orang percaya pada tingkat keselamatan, sementara ada yang sudah pada tingkat hidup rohani yang lebih dekat dengan Allah. Ada orang yang selamat yang tergolong pada 144.000 yang masuk surga, sisanya hanya tinggal dalam Kerajaan 1000 tahun di bumi ini. Aliran lain membedakan: orang Kristen Maha Kudus, Kristen Tempat Kudus, dan orang Kristen Halaman.
Pemuliaan tokoh-tokoh manusia. Para pelopor dan penganut ajaran tertentu memang tetap memuliakan Kristus, namun juga memuliakan pendiri/pimpinan kelompoknya yang adalah manusia biasa. Aliran-aliran di berbagai tempat sempat memuliakan para tokoh mereka, seperti:
Di samping nama-nama tersebut pada abad lalu, sampai kini terus bermunculan tokoh-tokoh manusia yang dipuja sebagai wakil Allah seperti yang terjadi di negara-negara Amerika, Eropa, India, Korea, dan Asia Tenggara.
Pemuliaan diri dan kecaman-kecaman terhadap gereja dan teologi. Gejala lain dari kesesatan adalah kuatnya pemuliaan diri dan kecaman terhadap gereja dan kelompok lain yang dinilai duniawi, tidak penuh dengan roh, murtad, dan lain-lain. Di samping itu, mereka umumnya mengecam pendidikan teologi dan orang-orang yang sekolah teologi. Muncul ucapan, seperti: "Aku tidak sekolah teologi, tetapi dipakai Tuhan dengan heran, lihat hasil pelayananku sudah sekian jumlahnya."
Alkitab di tangan kanan, ajaran lain di tangan kiri. Kita semua menerima bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan (Sola Scriptura). Para penganut aliran pun demikian, bahkan lebih fanatik dalam "memegang" Alkitab. Tetapi di samping itu ada buku lain/wahyu lain yang dipercaya sebagai tuntunan iman yang setara dengan Alkitab, seperti:
Tn. Sweden-borg, seorang pemimpin sekte tertentu. Setiap selesai membaptiskan orang, ia memberi Alkitab dengan tangan kanan dan buku karangannya sendiri dengan tangan kiri sebagai penuntun hidup beriman.
"Testimonies" Mrs. White yang berisi interpretasi berbagai penglihatan pribadinya tentang Kitab Wahyu merupakan buku wajib penganut Adventis.
Penganut Christian Science menetapkan bahwa buku Mary Baker Eddy, "Science and Health with key to the Scripture" adalah kunci untuk mengerti isi Alkitab.
Para Saksi Yehova menyatakan secara praktis dan teoritis bahwa penjelasan Russell tentang Rencana Allah lebih penting daripada Alkitab.
Para Pemimpin Mormon mengikat para penganutnya kepada buku Mormon yang diterima sebagai wahyu illahi oleh Jospeh Smith.
Di bawah sub pokok ini dapat ditambahkan adanya penggunaan benda-benda tertentu dan doa/ayat yang dipakai sebagai semacam jimat atau mantera karena dianggap benda atau ayat tsb., mengandung kekuatan gaib/magis, yang mendatangkan pertolongan.
Penekanan yang berlebihan tentang Eskatologi. Salah satu ciri utama dari aliran-aliran ini adalah penekanan yang berlebihan tentang eskatologi. Berbagai perhitungan dan tafsiran dikemukakan. Terutama tentang angka-angka dan lambang- lambang. Lalu dicocok-cocokkan dengan situasi yang terjadi pada zamannya. Karena itu, tafsiran tentang apa dan siapa Antikristus selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu dan tokoh yang dianggap musuh kekristenan.
Tetapi, kalau anggota-anggota aliran (kelompok) itu makin banyak bergaul dengan gereja dan ada yang belajar teologi, kecenderungan ini makin tipis. Sebab, mereka mulai terbuka tentang bentuk-bentuk sastra yang dipakai dalam Alkitab dan dalam konteks apa suatu firman diwahyukan Tuhan kepada umat-Nya, sehingga mereka mulai meninjau ulang ajaran-ajaran yang pernah disampaikannya. Tahun-tahun belakangan ini tercatat propaganda sesat bahwa Tuhan Yesus datang pada 28 Oktober 1994, lalu September 2001, dan muncul ramalan kiamat terjadi pada 3 November 2003. Dan, ramalan semacam itu akan terus bermunculan.
Penutup
Beberapa ciri yang menjadi pedoman di atas tidak semua terdapat pada aliran/ajaran sesat. Namun, dapat dijadikan sebagai gambaran umum. Makin banyak dan makin kuat ciri-ciri yang terdapat dalam suatu ajaran/aliran, semakin parahlah kesesatannya. Seperti tubuh jasmani yang sakit, makin kompleks dan makin kronis organ-organ tubuh yang terserang penyakit, makin parahlah ia; semakin sedikit dan ringan, semakin besar harapan untuk disembuhkan dan sehat kembali.
Sumber diedit dari:
Judul Buletin | : | Solagracia, Edisi 2 |
Judul Artikel | : | Ajaran-Ajaran Sesat |
Penulis | : | Thomas Bimo |
Penerbit | : | Persekutuan Penginjil Indonesia (PPI) |
Halaman | : | 68 - 70 |
"Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka." (2 Korintus 5:14-15)
Motivasi untuk Melayani Tuhan
Ada berbagai macam faktor yang melatarbelakangi mengapa seseorang melayani Tuhan. Akan tetapi, faktor paling utama yang mendasari pelayanan yang sejati adalah panggilan Tuhan. Faktor panggilan Tuhan akan menjadikan seseorang hidup untuk melayani, bukan melayani untuk hidup. Karena panggilan itu pula, seseorang yang mempunyai pengalaman nyata akan kasih karunia Allah dalam hidupnya kemudian akan menjadikan kasih kepada Allah dan sesama sebagai dasar kehidupan dan pelayanannya. Orang yang memiliki motivasi kasih kepada Allah dan sesama inilah yang akan lebih `tahan banting` dalam pelayanan. Paulus adalah salah satu contoh seseorang yang memiliki panggilan Tuhan yang jelas dalam hidupnya. Itulah yang membuat hidup dan pelayanannya begitu luar biasa di dalam tangan Tuhan dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Jika Allah memanggil, Dia tahu siapa yang dipanggil-Nya dan untuk apa. Jika Allah menghendaki kita melakukan sesuatu, Dia tahu bahwa kita sanggup melakukannya dengan anugerah-Nya. Allah kita adalah Allah yang Mahabesar dan Ia sanggup melakukan segala perkara. Dia yang mengatur alam semesta, Dia yang empunya bumi dan segala isinya, laut serta segala yang diam di dalamnya. Kitalah yang sering berpikiran picik dan kerdil, membuat Allah seolah-olah tidak mampu berbuat apa-apa. Kepicikan dan kekerdilan iman yang menjadi penghalang bagi kita sehingga kita tidak mampu melihat kebesaran Allah atas seluruh ciptaan-Nya, termasuk juga atas hidup kita.
Para hamba Tuhan yang sungguh-sungguh memiliki panggilan Allah dalam hidupnya telah membuktikan dengan nyata kebenaran panggilan-Nya yang tidak pernah salah. Tuhan tidak mungkin memberikan mandat agar kita memberitakan Injil, menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi, dan memuridkan segala bangsa bagi-Nya jika Dia tahu bahwa kita tidak sanggup melakukannya.
Ia telah berjanji bahwa kita akan diperlengkapi dengan kuat kuasa Roh Kudus untuk menjadi saksi-Nya sampai ke ujung-ujung bumi. Di situlah letak kesanggupan kita, yaitu Allah yang memanggil, Ia juga yang akan memperlengkapi dan menyertai sesuai dengan janji-Nya.
Firman Tuhan kepada Yesaya dalam Yesaya 49:6 berbicara dengan jelas bagi saya dan menjadi suatu peneguhan akan panggilan Tuhan bagi saya pribadi di awal tahun 1980. "Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi."
Dalam masa pembentukan Tuhan (kami memakai istilah `pembentukan` untuk menjelaskan bahwa seorang hamba Tuhan harus mengalami tiga pembentukan, yaitu pembentukan formal berupa pengetahuan akademis, nonformal berupa ketrampilan praktis, dan informal berupa pembentukan karakter) di Institut Injil Indonesia, Batu, Malang, Tuhan memberkati saya dengan orang tua rohani, yaitu keluarga Dietmar Scheunemann yang menolong saya bertumbuh dalam hal rohani, visi, dan misi. Ini ditunjang pula oleh atmosfer misi di kampus di mana setiap harinya ada dua misi bagi pekerjaan-pekerjaan misi sedunia. Hingga pada suatu hari kapten kapal Logos I, Bjorn Kristiansen, dari Norwegia (sekarang bersama isterinya telah pulang ke rumah Bapa), berbicara dengan jelas secara pribadi kepada saya di rumah keluarga Scheunemann di Batu dalam suatu liburan.
Secara pribadi, saya menyakini bahwa melalui pengalaman tersebut Tuhan memanggil saya untuk pekerjaan misi. Kemudian, dalam pelayanan praktik setahun, saya ditempatkan untuk membantu melayani sebuah jemaat kecil di Bengkulu, di satu perkebunan karet yang baru dibuka. Tempat yang sulit, melelahkan, dan secara ekonomi juga sulit. Ketika saya kembali ke kampus dan bersiap untuk menyelesaikan pendidikan sarjana muda, dosen dan teman-teman saya menanyakan arah pelayanan saya berikutnya. Sejujurnya, kenyataan di ladang pelayanan dan keberadaan saya menutupi apa yang seharusnya saya katakan dan lakukan. Seorang teman dengan tegas berkata, "Bukankah Tuhan memanggilmu ke ladang misi?" Saya menjawab, "Memang iya, tetapi bagaimana dengan bahasa? Saya tidak bisa berbahasa Inggris, sedangkan kalau keluar negeri paling tidak harus bisa berbahasa Inggris." Teman saya, Roland Octavianus, menguatkan, "Bagus, kalau Tuhan memanggil, Dia pasti akan melengkapi dengan bahasa yang diperlukan." Tersentak dengan pernyataan ini, saya berkata, "Tuhan, saya bersedia, Ini aku, Tuhan." Selang beberapa waktu kemudian, saya mulai ragu-ragu lagi karena untuk sponsor keuangan, saya tidak melihat sedikit pun tersedia padahal kebutuhannya begitu besar. Steven Scheunemann, seorang sahabat dan saudara, menegur saya dengan tegas, "Lima tahun kamu sekolah di sekolah teologia, belajar tentang iman, menulis makalah tentang iman dengan istilah bahasa aslinya, dan sebagainya, hanya teori, mana buktinya? Kalau Tuhan memanggil, Dia tidak pernah salah. Dia pasti menyediakan apa yang kamu perlukan. Jangan meragukan firman-Nya!". Saya bertekuk lutut di hadapan Tuhan karena meragukan panggilan-Nya dengan berbagai alasan yang kelihatannya logis dan rohani. Dengan sepenuh hati saya berkata, "Ini aku Tuhan, utuslah aku!"
Setelah semua itu saya dengan yakin dapat mengatakan kepada pihak sekolah ke mana saya akan diutus melayani setelah wisuda. Hati saya melimpah dengan damai sejahtera yang luar biasa. Tuhan menyatakan pimpinan-Nya pada hari wisuda ketika satu keluarga yang belum pernah mengenal saya dan belum pernah saya kenal mengatakan akan mensponsori saya secara finansial untuk pelayanan lintas budaya. Itulah keluarga BR. Sahulata di Palembang yang kemudian menjadi sahabat dan pendukung doa yang setia. Bahkan sebelas tahun kemudian, ketika isteri saya dalam perjalanan riset misi mampir di rumah mereka, ia merasa seperti bertemu keluarga sendiri. GEKISIA yang ketika itu komisi misinya adalah orang-orang yang berhati misi mengutus dan mensponsori pelayanan saya di OM. Bahasa? Bahasa Spanyol saya lebih baik dari bahasa Inggris. Ketika saya di Mesir, paling tidak saya bisa berkomunikasi dalam bahasa Arab. Tuhan sungguh luar biasa. Tugas saya hanyalah menaati-Nya dan berusaha melakukan bagian saya sebaik-baiknya. Seandainya waktu itu saya terkungkung oleh perasaan rendah diri karena kemiskinan, kepicikan, kekerdilan berpikir serta kerendahan hati yang salah, akan banyak orang yang seharusnya tersentuh kasih Tuhan melalui hidup saya tidak akan mengalaminya.
Audio: Alasan untuk Melayani Tuhan
Bahan diedit dari sumber:
|
Pada tahun 1998, Tim Pimpinan Komite Luar Negeri dari International Mission Board mengadopsi sebuah pernyataan visioner: Kami akan menolong orang-orang yang belum terjangkau untuk datang mendapatkan keselamatan iman dalam Yesus Kristus dengan memulai dan memelihara Gerakan Perintisan Jemaat diantara segala suku bangsa. Pernyataan dari visi ini menjadi acuan pelayanan dari sekitar 5.000 misionaris IMB pada lebih dari 150 negara di berbagai belahan dunia.
Jadi, apakah sesungguhnya Gerakan Perintisan Jemaat itu? Definisi yang sederhana dan ringkas dari Gerakan Perintisan Jemaat (GPJ) adalah peningkatan yang cepat dan eksponensial dari tindakan perintisan jemaat-jemaat yang dikerjakan oleh jemaat-jemaat indigenos di dalam suku atau golongan populasi tertentu.
Ada beberapa unsur kunci dalam definisi ini. Yang pertama adalah cepat. Sebagai suatu gerakan, Gerakan Perintisan Jemaat merebak dengan peningkatan yang cepat dalam hal dimulainya sebuah jemaat baru. Perintisan jemaat yang bersaturasi (mengakibatkan timbulnya titik kejenuhan) yang terjadi selama beberapa dekade atau bahkan beberapa abad memanglah baik, tapi tidak bisa dikualifikasikan sebagai Gerakan Perintisan Jemaat.
Unsur kedua, peningkatan itu bersifat eksponensial. Ini berarti, pertambahan jumlah gereja demi gereja bukan sekedar pertumbuhan kenaikan deret angka biasa, yaitu pertambahan satu atau dua gereja setiap tahun. Sebaliknya, ia berlipatganda dalam deret bilangan berpangkat dua gereja menjadi empat, empat menjadi 16 dan seterusnya. Multiplikasi secara eksponen hanya mungkin terjadi bila jemaat-jemaat yang baru dimulai, dibangun oleh jemaat itu sendiri, bukan oleh para perintis jemaat profesional atau misionaris- misionaris.
Unsur ketiga, semuanya adalah jemaat-jemaat indigenos (asli). Artinya, jemaat-jemaat itu dilahirkan dari dalam dan bukan dari luar. Ini bukan berarti bahwa Injil dapat memancar secara naluriah (intuitif) dari suatu suku. Injil selalu berasal dari luar suatu suku; dan ini adalah tugas seorang misionaris. Meskipun demikian, dalam Gerakan Perintisan Jemaat, momentum dengan cepat berubah menjadi indigenos, dimana inisiatif dan semangat pergerakan berasal dari dalam suku itu sendiri, bukan dari pihak luar.
Jika definisi ini kurang memadai, mungkin kita perlu memperjelas hal-hal apa saja yang bukan Gerakan Perintisan Jemaat. Gerakan Perintisan Jemaat bersifat lebih dari sekedar "penginjilan yang menghasilkan jemaat-jemaat". Penginjilan yang menghasilkan jemaat-jemaat, memang bagian dari suatu Gerakan Perintisan Jemaat, tapi tidak memiliki "visi akhir" seluas Gerakan Perintisan Jemaat. Seorang perintis jemaat (church planter) bisa saja berpuas diri dengan sasaran terbangunnya satu atau bahkan sekumpulan jemaat/gereja, tapi ia gagal melihat bahwa yang dibutuhkan adalah satu pergerakan dimana jemaat akan merintis jemaat untuk menjangkau seluruh suku tersebut.
Gerakan Perintisan Jemaat juga lebih dari sebuah kebangunan rohani yang terjadi pada jemaat-jemaat yang bukan jemaat baru. Terjadinya kebangunan-kebangunan rohani sangat diharapkan, tapi itu pun bukanlah Gerakan Perintisan Jemaat. Kebaktian-kebaktian penginjilan dan program-program kesaksian memang bisa membawa ribuan orang kepada Kristus, dan tentu saja, itu merupakan hal yang menakjubkan. Akan tetapi, itu tidak sama dengan Gerakan Perintisan Jemaat. Gerakan Perintisan Jemaat memperlihatkan bagaimana jemaat-jemaat dengan cepat melahirkan jemaat lain (bereproduksi).
Gerakan Perintisan Jemaat adalah peningkatan yang cepat dan eksponensial dari tindakan perintisan jemaat-jemaat yang dikerjakan oleh jemaat-jemaat indigenos pada suku atau golongan populasi tertentu.
Barangkali, yang paling menyerupai, tetapi tetap bukanlah Gerakan Perintisan Jemaat, yaitu saat dimana para perintis jemaat lokal dilatih dan disebarkan untuk merintis pembentukan beberapa jemaat (multiplikasi) di tengah kaum/sukunya masing-masing. Inilah metode penyebaran jemaat di tengah suku atau golongan populasi tertentu yang paling berhasil, tetapi momentum penyebarannya tetap berada di tangan kelompok para perintis jemaat profesional yang terbatas, bukannya di dalam hati setiap jemaat yang baru saja dibangun.
Akhirnya, sebuah Gerakan Perintisan Jemaat, bukanlah akhir dari pergerakan itu sendiri. Akhir dari semua kerja keras kita adalah agar Bapa di surga dimuliakan. Hal ini akan terjadi, setiap kali seseorang masuk ke dalam hubungan yang benar dengan Dia melalui Yesus Kristus. Pada saat seseorang melakukannya, ia tergabung ke dalam jemaat-jemaat yang memampukannya terus bertumbuh dalam kasih karunia bersama-sama dengan orang percaya lainnya yang sehati dan sepikir. Kapan saja seseorang datang kepada hidup baru di dalam Yesus Kristus, Bapa dimuliakan. Kapan saja sebuah jemaat dirintis -- tidak peduli siapa yang melakukannya -- maka ada dasar untuk bersukacita.
Lalu, mengapa Gerakan Perintisan Jemaat ini begitu istimewa? Karena nampaknya dalam gerakan ini tersimpan potensi terbesar untuk membawa mereka yang belum terjangkau untuk hidup baru dalam Kristus dan ke dalam komunitas orang beriman dalam jumlah yang melebihi metode apa pun yang telah ada.
Meskipun demikian, Gerakan Perintisan Jemaat bukan sekedar suatu peningkatan jumlah jemaat, meskipun itu adalah hal yang positif. Sebuah Gerakan Perintisan Jemaat terjadi ketika visi jemaat melahirkan jemaat, menjalar dari para misionaris dan para perintis jemaat profesional kepada jemaat-jemaat itu sendiri, sehingga melalui sifat -- dasar, mereka memenangkan jiwa yang terhilang dan bereproduksi sendiri.
Mari kita tinjau lagi beberapa hal kunci. Para misionaris adalah perintis-perintis jemaat yang cakap, tapi jumlah mereka selalu sangat terbatas. Para perintis lokal (yang berasal dari daerah/suku itu sendiri) lebih dapat diharapkan, karena jumlah mereka yang jauh lebih banyak. Namun, Gerakan Perintisan Jemaat menyimpan potensi jauh lebih banyak lagi, karena tindakan perintisan jemaat dilakukan oleh jemaat itu sendiri, yang akan membawanya kepada kemungkinan jumlah terbesar dari dimulainya jemaat-jemaat baru.
Diterjemahkan dari:
Judul buku | : | Church Planting Movements |
Judul artikel | : | What Is A Church Planting Movement? [Chapter 1] |
Penulis | : | David Garrison |
Situs Web | : | http://www.churchplantingmovements.com/index.php?option=com_content&view=article&id=54:what-are-church-planting-movements&catid=36:the-big-picture&Itemid=78 |
Pada tahun 1998, Tim Pimpinan Komite Luar Negeri dari International Mission Board mengadopsi sebuah pernyataan visioner: Kami akan menolong orang-orang yang belum terjangkau untuk datang mendapatkan keselamatan iman dalam Yesus Kristus dengan memulai dan memelihara Gerakan Perintisan Jemaat diantara segala suku bangsa. Pernyataan dari visi ini menjadi acuan pelayanan dari sekitar 5.000 misionaris IMB pada lebih dari 150 negara di berbagai belahan dunia.
Jadi, apakah sesungguhnya Gerakan Perintisan Jemaat itu? Definisi yang sederhana dan ringkas dari Gerakan Perintisan Jemaat (GPJ) adalah peningkatan yang cepat dan eksponensial dari tindakan perintisan jemaat-jemaat yang dikerjakan oleh jemaat-jemaat indigenos di dalam suku atau golongan populasi tertentu.
Ada beberapa unsur kunci dalam definisi ini. Yang pertama adalah cepat. Sebagai suatu gerakan, Gerakan Perintisan Jemaat merebak dengan peningkatan yang cepat dalam hal dimulainya sebuah jemaat baru. Perintisan jemaat yang bersaturasi (mengakibatkan timbulnya titik kejenuhan) yang terjadi selama beberapa dekade atau bahkan beberapa abad memanglah baik, tapi tidak bisa dikualifikasikan sebagai Gerakan Perintisan Jemaat.
Unsur kedua, peningkatan itu bersifat eksponensial. Ini berarti, pertambahan jumlah gereja demi gereja bukan sekedar pertumbuhan kenaikan deret angka biasa, yaitu pertambahan satu atau dua gereja setiap tahun. Sebaliknya, ia berlipatganda dalam deret bilangan berpangkat dua gereja menjadi empat, empat menjadi 16 dan seterusnya. Multiplikasi secara eksponen hanya mungkin terjadi bila jemaat-jemaat yang baru dimulai, dibangun oleh jemaat itu sendiri, bukan oleh para perintis jemaat profesional atau misionaris- misionaris.
Unsur ketiga, semuanya adalah jemaat-jemaat indigenos (asli). Artinya, jemaat-jemaat itu dilahirkan dari dalam dan bukan dari luar. Ini bukan berarti bahwa Injil dapat memancar secara naluriah (intuitif) dari suatu suku. Injil selalu berasal dari luar suatu suku; dan ini adalah tugas seorang misionaris. Meskipun demikian, dalam Gerakan Perintisan Jemaat, momentum dengan cepat berubah menjadi indigenos, dimana inisiatif dan semangat pergerakan berasal dari dalam suku itu sendiri, bukan dari pihak luar.
Jika definisi ini kurang memadai, mungkin kita perlu memperjelas hal-hal apa saja yang bukan Gerakan Perintisan Jemaat. Gerakan Perintisan Jemaat bersifat lebih dari sekedar "penginjilan yang menghasilkan jemaat-jemaat". Penginjilan yang menghasilkan jemaat- jemaat, memang bagian dari suatu Gerakan Perintisan Jemaat, tapi tidak memiliki "visi akhir" seluas Gerakan Perintisan Jemaat. Seorang perintis jemaat (church planter) bisa saja berpuas diri dengan sasaran terbangunnya satu atau bahkan sekumpulan jemaat/ gereja, tapi ia gagal melihat bahwa yang dibutuhkan adalah satu pergerakan dimana jemaat akan merintis jemaat untuk menjangkau seluruh suku tersebut.
Gerakan Perintisan Jemaat juga lebih dari sebuah kebangunan rohani yang terjadi pada jemaat-jemaat yang bukan jemaat baru. Terjadinya kebangunan-kebangunan rohani sangat diharapkan, tapi itu pun bukanlah Gerakan Perintisan Jemaat. Kebaktian-kebaktian penginjilan dan program-program kesaksian memang bisa membawa ribuan orang kepada Kristus, dan tentu saja, itu merupakan hal yang menakjubkan. Akan tetapi, itu tidak sama dengan Gerakan Perintisan Jemaat. Gerakan Perintisan Jemaat memperlihatkan bagaimana jemaat-jemaat dengan cepat melahirkan jemaat lain (bereproduksi).
Gerakan Perintisan Jemaat adalah peningkatan yang cepat dan eksponensial dari tindakan perintisan jemaat-jemaat yang dikerjakan oleh jemaat-jemaat indigenos pada suku atau golongan populasi tertentu.
Barangkali, yang paling menyerupai, tetapi tetap bukanlah Gerakan Perintisan Jemaat, yaitu saat dimana para perintis jemaat lokal dilatih dan disebarkan untuk merintis pembentukan beberapa jemaat (multiplikasi) di tengah kaum/sukunya masing-masing. Inilah metode penyebaran jemaat di tengah suku atau golongan populasi tertentu yang paling berhasil, tetapi momentum penyebarannya tetap berada di tangan kelompok para perintis jemaat profesional yang terbatas, bukannya di dalam hati setiap jemaat yang baru saja dibangun.
Akhirnya, sebuah Gerakan Perintisan Jemaat, bukanlah akhir dari pergerakan itu sendiri. Akhir dari semua kerja keras kita adalah agar Bapa di surga dimuliakan. Hal ini akan terjadi, setiap kali seseorang masuk ke dalam hubungan yang benar dengan Dia melalui Yesus Kristus. Pada saat seseorang melakukannya, ia tergabung ke dalam jemaat-jemaat yang memampukannya terus bertumbuh dalam kasih karunia bersama-sama dengan orang percaya lainnya yang sehati dan sepikir. Kapan saja seseorang datang kepada hidup baru di dalam Yesus Kristus, Bapa dimuliakan. Kapan saja sebuah jemaat dirintis -- tidak peduli siapa yang melakukannya -- maka ada dasar untuk bersukacita.
Lalu, mengapa Gerakan Perintisan Jemaat ini begitu istimewa? Karena nampaknya dalam gerakan ini tersimpan potensi terbesar untuk membawa mereka yang belum terjangkau untuk hidup baru dalam Kristus dan ke dalam komunitas orang beriman dalam jumlah yang melebihi metode apa pun yang telah ada.
Meskipun demikian, Gerakan Perintisan Jemaat bukan sekedar suatu peningkatan jumlah jemaat, meskipun itu adalah hal yang positif. Sebuah Gerakan Perintisan Jemaat terjadi ketika visi jemaat melahirkan jemaat, menjalar dari para misionaris dan para perintis jemaat profesional kepada jemaat-jemaat itu sendiri, sehingga melalui sifat -- dasar, mereka memenangkan jiwa yang terhilang dan bereproduksi sendiri.
Mari kita tinjau lagi beberapa hal kunci. Para misionaris adalah perintis-perintis jemaat yang cakap, tapi jumlah mereka selalu sangat terbatas. Para perintis lokal (yang berasal dari daerah/suku itu sendiri) lebih dapat diharapkan, karena jumlah mereka yang jauh lebih banyak. Namun, Gerakan Perintisan Jemaat menyimpan potensi jauh lebih banyak lagi, karena tindakan perintisan jemaat dilakukan oleh jemaat itu sendiri, yang akan membawanya kepada kemungkinan jumlah terbesar dari dimulainya jemaat-jemaat baru.
Bahan diterjemahkan dari:
Judul Buku | : | Church Planting Movements |
Judul Artikel | : | What Is A Church Planting Movement? [Chapter 1] |
Penulis | : | David Garrison |
Situs | : | http://www.imb.org/CPM/default.htm |
Gereja Rumah adalah suatu cara hidup orang Kristen secara bersama-sama di sebuah rumah biasa dalam kuasa adikodrati. Begitulah cara orang-orang yang hidupnya telah ditebus. Dengan cara yang sama pula para murid Yesus bersama-sama meneladani kehidupan Kristus dalam hidup sehari-hari. Karena orang-orang yang telah ditebus tidak lagi menjadi milik diri mereka sendiri, mereka lalu mengadopsi gaya hidup yang tidak lagi mengagungkan hak-hak pribadi serta pementingan diri sendiri (individualistik). Gereja Rumah hanya akan mulai berkembang bila para petobat sejati berhenti hidup untuk diri sendiri dan tujuan-tujuannya sendiri, lalu mulai hidup bersama yang sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah serta mulai membagi hidup dan sumber-sumber hayati mereka dengan sesama orang Kristen maupun yang belum Kristen di sekitar mereka.
Gaya hidup ini timbul dari keyakinan bahwa kita tidak hanya mengalami Yesus Kristus dan Roh-Nya di dalam ruang-ruang kudus yang memang khusus disediakan untuk maksud tersebut, tetapi justru dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengertian seperti itu, dinamika kehidupan (organisme) Gereja Rumah adalah ranjang kematian bagi egoisme sehingga merupakan tempat lahir gereja. Kehidupan komunal sejati dimulai saat individualisme mati. Art Katz, seorang Yahudi Mesianik yang sebagian besar hidupnya dihabiskan dalam kehidupan berkelompok, berkata:
"Hidup secara komunal akan melumatkan ego lama Anda dalam kuasa Roh Kudus, dan menolong Anda keluar dari hidup perseorangan yang runyam, kehidupan di mana kita, setelah saling mengasihi selama satu jam pada kebaktian seminggu sekali, buru-buru pulang untuk menyiram bunga kita masing-masing, duduk di beranda kita masing-masing, makan hidangan kita masing-masing dan mencuci mobil kita masing-masing. Masing-masing! Sudah seharusnya kita mulai berfungsi sebagai salah satu bagian dari persekutuan orang-orang tebusan. Sebagai orang-orang yang telah ditebus, kita sudah tidak lagi 'pulang ke rumah' seusai kebaktian, karena kita 'telah berada di rumah' sewaktu bersama-sama saudara seiman."
Kekristenan "gaya" Gereja Rumah adalah tubuh Kristus yang berada di rumah biasa, sebuah masyarakat yang terdiri dari kaum "tiga pertobatan" yaitu mereka yang bertobat secara vertikal kepada Allah, mereka yang secara horizontal bertobat kepada satu sama lain yang menyebabkan mereka sanggup bertobat untuk melayani dunia dalam kasih, belas kasihan dan kuasa.
Gereja Rumah dalam banyak hal mirip dengan sebuah kerukunan keluarga besar rohani, saling terkait, spontan dan memiliki dinamika kehidupan di dalamnya. Sama seperti sebuah keluarga besar, dalam menjalani hidup sehari-hari mereka sebagai sebuah keluarga, tidak diperlukan suatu pengorganisasian, birokrasi tinggi beserta upacara-upacaranya. Sesungguhnya, Gereja Rumah adalah cerminan bagaimana orang-orang yang memiliki ikatan kekeluargaan bertingkah laku terhadap yang lain. Karena Gereja Rumah adalah ciptaan adikodrati yang ditemukan dan dikaruniakan oleh Allah, maka ia, bukan semata-mata sebuah marga keluarga yang rukun, yang memiliki beberapa kemampuan khusus. Salah satu kemampuan khusus itu adalah membentuk sendiri struktur penunjangnya dari dalam, yaitu pelayanan lima jawatan yang berfungsi seperti struktur penunjang yang dibangun oleh tubuh manusia, sistem kelenjar dan saraf, jaringan pembuluh darah dan kerangka. Orang bersedia melakukan apa saja untuk mendapatkan kasih, rasa hormat dan penghargaan dari orang lain di sekitarnya. Gereja Rumah menyediakan cara yang sehat dan tanpa persaingan untuk mendapatkan hal-hal tersebut. Gereja Rumah pada dasarnya adalah cara untuk saling mengasihi, mengampuni dan hidup bersama.
Bagaimana Gereja Rumah Itu?
Gereja Rumah mencerminkan kualitas dan karakter Allah. Gaya hidup berkelompok ini dibentuk dalam semangat kasih, kebenaran, pengampunan, iman dan kasih karunia, mengampuni, berduka bersama mereka yang berduka, tertawa bersama mereka yang tertawa, menunjukkan dan menerima kasih karunia, serta secara terus-menerus berada dalam kebenaran dan pengampunan Allah. Inilah tempat di mana segala macam topeng ditanggalkan dan kita bisa terbuka satu sama lain dan di saat yang sama tetap saling mengasihi.
Apa yang Dilakukan di dalam Gereja Rumah?
Kita berada dalam bahaya jika begitu saja mengambil cetak biru dan meniru mentah-mentah "bagian aksi"-nya. Jadi, sekali lagi saya ingin mengingatkan bahwa saya tidak menyarankan kepada siapa pun untuk membuat jiplakan dari gereja Perjanjian Baru. Saran saya adalah kita pelajari dengan serius prinsip-prinsip dan nilai-nilai (values) gereja Perjanjian Baru, mengambilnya sebagai asas-asas yang ditetapkan oleh Allah, dan dengan asas-asas itu kita menciptakan sebuah pergerakan Gereja Rumah di jaman kita, di kampung halaman, tempat di mana ada budaya-budaya khusus -- bahkan di tengah suku kita. Hal ini lebih cenderung merupakan proses inkarnasi daripada sebuah usaha kontekstualisasi. Sebuah proses di mana Allah menjadi manusia lagi di dalam konteks kita, dan bukan sekadar membuat fotokopi murahan dari berbagai model yang sudah ada di tempat lain. Orang-orang yang Allah bangkitkan untuk menyingkap dan menginkarnasikan gereja ke dalam sebuah situasi tertentu, dalam tindakan maupun dalam pemahaman alkitabiah, adalah orang-orang Kristen yang memiliki karunia kerasulan dan kenabian.
Dari telaah terhadap Perjanjian Baru serta gereja mula-mula dan juga gereja-Gereja Rumah kontemporer, ada empat hal yang menonjol. Keempat hal ini kelihatannya merupakan landasan bagi Gereja Rumah sepanjang zaman.
... Perjanjian Baru mencatat hal ini mengenai orang Kristen mula-mula: "Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati" (
Inti dari pengajaran adalah "firman", kisah tentang Allah, Alkitab, apa yang telah Allah tentukan untuk dinyatakan kepada kita tentang diri-Nya, tentang kita, tentang perjalanan sejarah bumi, dan cara hidup (
Gaya pengajaran ini dirancang untuk menolong seseorang menjadi "pelaku Firman", mengajar mereka untuk menaati segala sesuaatu yang telah diajarkan Yesus kepada kita (
... Orang Kristen Perjanjian Baru membagikan kedua hal ini dalam Gereja Rumah-Gereja Rumah mereka: berkat-berkat materi dan berkat rohani: "dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan emreka bersama .... Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya" (
Orang Kristen sadar bahwa mereka bukan lagi milik mereka sendiri, melainkan milik Kristus, termasuk segala kepunyaan mereka. Waktu orang Kristen berkumpul, mereka saling membagikan apa pun yang mereka punyai, baik materi maupun rohani. Dalam prakteknya, masing-masing Gereja Rumah memiliki dana umum, di mana setiap orang dari mereka mendepositokan uang, pakaian dan barang-barang berharga. Setiap orang punya sesuatu untuk dibagikan dan oleh karena itu setiap orang dapat melayani orang lain. Hal ini membuat setiap orang sanggup menghargai dan menghormati saudara seiman yang lain ....
"Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa" (
Dalam doa yang diajarkan Yesus kepada kita, Ia mendorong kita untuk berdoa: "Ampunilah kami akan dosa kami" (
Diringkas dari sumber:
Judul Buku | : | Gereja Rumah yang Mengubah Dunia |
Judul Artikel | : | Karakter Gereja Rumah |
Penulis | : | Wolfgang Simson |
Penerbit | : | Metanoia, Jakarta, 2003 |
Halaman | : | 93 - 107 |
"Menara Doa Kota" adalah tempat dimana murid-murid Tuhan Yesus (Tubuh Kristus) menaikkan doa, pujian dan penyembahan selama 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, 365 hari dalam setahun.
'Menara' ini adalah tempat murid-murid Yesus merindukan, memuji dan menyembah Allah Bapa untuk mendatangkan Kerajaan-Nya supaya kehendak-Nya terjadi di bumi seperti di sorga; di kotanya seperti di sorga, di bangsanya seperti di sorga.
Menara Doa Kota juga merupakan pusat penjagaan bersama murid-murid Tuhan Yesus, kesatuan gereja-gereja Tuhan bagi suatu kota dan bangsa dari hal-hal yang tidak diinginkan/tidak diharapkan. Melalui menara ini, sebagai tempat yang tinggi atau strategis, gereja Tuhan bertugas meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan Tuhan (
Sebelum Menara Doa Kota didirikan kita harus terlebih dahulu mendirikan tembok (yang bisa juga diartikan sebagai tempat-tempat doa per wilayah) yang mengelilingi kota sebagai tempat berdoa (
Dalam suatu penerbangan, pada saat take off maupun landing seorang pilot akan mengemudikan pesawatnya dengan petunjuk dari orang-orang yang bertugas di menara jaga. Apabila penjaga menara memberi informasi yang salah terhadap pilot, maka pesawat yang dikemudikan kemungkinan besar akan mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Demikian juga penjaga-penjaga di Menara Doa Kota akan menjadi suara hati Allah sesuai dengan yang difirmankan Tuhan kepada para Gembala yang membawa jemaat masuk dalam rencana Tuhan.
Pada masa-masa sekarang ini dimana berbagai macam krisis melanda bangsa Indonesia, yang semuanya di luar kemampuan manusia untuk mengatasinya serta untuk mengantisipasi tahun-tahun berikutnya dan dimana kejahatan semakin bertambah-tambah, seharusnya mengundang kesadaran dan tanggapan Tubuh Kristus secara global untuk menjadi pendoa kota -- menjaga atmosfir kota dengan menaikkan doa, pujian dan penyembahan yang terus-menerus seperti di sorga sebagai imamat yang rajani, kepunyaan Allah sendiri (
TUJUAN MENARA DOA KOTA DIDIRIKAN
Gereja Tuhan di suatu kota dipersatukan untuk bersama-sama berdoa, mendamaikan dan menenteramkan kota (
Gereja Tuhan menjadi pendoa kota yang berdiri tegak, melihat, menantikan Tuhan dan mendengarkan apa yang difirmankan Tuhan (
Sebagai tempat pergumulan rohani dalam tingkat strategis, dimana iblis tidak diberi kesempatan sedikitpun untuk memanifestasikan pekerjaannya. Kita melakukan pergumulan rohani melawan roh-roh jahat yang ingin merusak dan menghancurkan kota (
Gereja-gereja Tuhan dapat melepaskan berkat dan kuasa Tuhan atas kota secara bersama-sama (
Agar api mezbah Tuhan tidak dibiarkan padam (
Tempat membangun tempat kemurahan (mercy seat) Allah (
Tempat mempersiapkan jalan bagi Tuhan (
Agar kehendak dan tujuan Allah dinyatakan di kota dan bangsa (
"Usahakanlah kesejahteraan kota kemana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu." (
Diedit dari sumber:
Judul Artikel | : | Menara Doa Kota (Makalah dari "Konsultasi dan Lokakarya VII Jaringan Doa Nasional VII", Mei 2002) |
Penerbit | : | Jaringan Doa Nasional |
Musik merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hampir di setiap tempat kita pasti mendengarkan musik. Oleh karena itu, jika hidup manusia harus dipisahkan dari musik, maka hidup ini akan terasa hambar seperti sayur tanpa garam. Musik memang merupakan sesuatu hal yang menarik untuk dibicarakan. Banyak hal berkaitan dengan musik dapat digali menjadi topik menarik untuk diperbincangkan.
Secara khusus mengenai musik gereja, musik memegang peranan penting baik pada saat digunakan secara pribadi maupun kelompok. Secara horisontal musik dapat digunakan untuk menguatkan iman, sedangkan secara vertikal musik dapat digunakan sebagai sarana pujian dan penyembahan kepada Tuhan.
Bagi orang percaya, kata "haleluya" merupakan kata yang sudah tidak asing lagi sebagai ungkapan untuk memuji Tuhan. Kata haleluya berasal dari kata "Halal" dan "YHWH". Kata "Halal" artinya membanggakan, menghargai, memuji. Sedangkan "YHWH" berarti Tuhan. Sehingga haleluya dapat diartikan sebagai pujian kepada Tuhan atau Puji Tuhan. Menggali lebih dalam mengenai memuji Tuhan, Mazmur 33 menguraikan aspek-aspek dalam memuji Tuhan.
Aspek PERTAMA: Perintah untuk Memuji Tuhan
Memuji-muji dan bersorak bagi Tuhan merupakan sesuatu yang diperintahkan oleh Tuhan (ayat 1). Tuhan senang menerima pujian karena memang Dia layak untuk dipuji. Tetapi, bukan berarti bahwa semua orang layak untuk memuji Tuhan karena Tuhan hanya menghendaki pujian dari umat-Nya yang hidup benar dan jujur di hadapan-Nya.
Hidup benar di hadapan Tuhan maksudnya adalah setiap orang yang dipandang benar oleh Tuhan. Seseorang dipandang benar di hadapan Tuhan ketika ia percaya kepada Yesus dan dilahirkan kembali sehingga menjadi anak-anak Allah. Jadi sangat jelas bahwa orang yang belum dibenarkan oleh Allah tidak layak menaikkan pujian kepada Tuhan. Anak Tuhan atau orang percaya yang tidak hidup dalam kebenaran, bagi Tuhan tidak ubahnya seperti sesuatu yang menjijikkan dan memuakkan. Hal ini penting sekali untuk diingat bahwa tatkala kita memuji Tuhan haruslah diawali dengan suatu kehidupan yang berkenan kepada-Nya, yaitu kehidupan yang telah dibenarkan oleh Tuhan serta berjalan dalam terang kebenaran Tuhan.
Aspek KEDUA: Metode Memuji Tuhan
Mazmur 33:2-3 menjelaskan dengan gamblang tentang aspek kedua dari memuji Tuhan, yaitu metode yang dapat digunakan dalam memuji Tuhan. Banyak orang berpikir bahwa memuji Tuhan itu hanya dengan mulut. Secara garis besar ada dua metode yang dapat digunakan untuk memuji Tuhan.
PERTAMA, menggunakan instrumen atau alat musik seperti kecapi, gambus, dan lain-lain. Pemazmur menyinggung pula tentang kualitas dalam penggunaan instrumen dalam memuji Tuhan. Tuhan menuntut kualitas terbaik dari yang bersangkutan untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Seberapa baik kualitas seseorang memainkan instrumen musik, itulah yang Tuhan inginkan. Hal ini mengandung pengertian bahwa Tuhan menghendaki persembahan terbaik bukan hanya dari segi teknik, tetapi juga dari sikap hati yang rindu memberikan yang terbaik bagi Tuhan.
KEDUA, ialah menggunakan vokal atau mulut kita untuk menaikkan puji-pujian kepada Tuhan. Kita tahu bahwa tidak semua orang memiliki kualitas suara seperti artis ternama, tetapi bukan berarti kita tidak layak menggunakan mulut kita untuk memuji Tuhan. Tuhan menghendaki nyanyian baru. Ini bukan berarti setiap kali kita memuji Tuhan harus ada lagu baru. Maksud dari pernyataan di atas adalah tatkala kita memuji Tuhan, itu didasari oleh sikap hati yang terbaru sebagai respon kita kepada Tuhan.
Kita dapat menggunakan musik instrumental atau musik vokal saja untuk memuji Tuhan, tetapi dapat juga menggunakan keduanya dengan sikap hati yang ingin memberikan yang terbaik bagi Tuhan.
Aspek KETIGA: Alasan Memuji Tuhan
Aspek ketiga dalam ayat 4-17, pemazmur menjelaskan kepada kita tentang alasan memuji Tuhan. Sangat jelas bahwa alasan memuji Tuhan berorientasi kepada relasi si pemuji dengan oknum kepada siapa pujian itu dinaikkan. Pujian kepada Tuhan didasari oleh pengalaman pribadi seseorang bersama Tuhan. Semakin banyak pengalaman seseorang bersama Tuhan semakin memungkinkan ia memiliki alasan kuat mengapa ia harus memuji Tuhan. Ini merupakan respon atas hubungan yang terjalin antara si pemuji dan yang dipuji. Alasan memuji Tuhan didasari oleh:
Hal-hal yang telah Tuhan kerjakan. Ayat 4a,6,9 pemazmur berusaha untuk menjelaskan segala sesuatu yang telah Tuhan firmankan yang menjadi alasan mengapa ia memuji Tuhan. Pemazmur mengamati bahwa setiap kali Tuhan berfirman, maka segala sesuatu yang difirmankan-Nya jadi seperti yang dikehendaki-Nya. Ayat 4b,5,7-8, pemazmur kembali menjelaskan tentang alasan memuji Tuhan, yaitu segala sesuatu yang telah Tuhan kerjakan. Tuhan menjalankan segala sesuatu dengan keadilan. Tuhan memelihara bumi ini dengan penuh kesetiaan, sehingga jika tanpa campur tangan Tuhan, maka dapat dipastikan semuanya akan kacau balau.
Hal-hal yang akan Tuhan kerjakan. Ayat 10-11 dijelaskan oleh pemazmur tentang rencana Tuhan yang tidak dapat digagalkan oleh siapa pun. Tuhan sanggup menggagalkan rencana baik bangsa-bangsa maupun suku-suku bangsa, tetapi rancangan hati-Nya pasti selalu terwujud. Dalam ayat 12-17 dijelaskan oleh pemazmur tentang jaminan Tuhan. Banyak orang mendasarkan harapannya kepada kekuasaan, kekuatan, ataupun ketangkasan. Namun, terbukti bahwa semua itu tidak dapat dijadikan jaminan. Sebaliknya, jaminan Tuhan sangat pasti dan tidak perlu disangsikan.
Aspek KEEMPAT: Hasil Memuji Tuhan
Pemazmur sangat menyadari bahwa takkala ia memuji Tuhan bukanlah sebagai sesuatu yang sia-sia. Sebaliknya, dalam ayat 18-22 pemazmur menjelaskan bahwa ada banyak hal positif yang dihasilkan dari kehidupan pujiannya kepada Tuhan. Tatkala ia hidup dalam pujian kepada Tuhan, pemazmur merasakan:
Dalam ayat ke 18-19 pemazmur menyadari dan merasakan pemeliharaan Tuhan yang begitu nyata. Mata Tuhan tertuju kepada orang yang takut akan Dia dan mengharapkan kasih setia-Nya. Sehingga di masa-masa yang sulit sekalipun, pertolongan Tuhan menjadi nyata.
Dalam ayat ke 20-22 pemazmur mengalami penyataan sifat-sifat Tuhan dalam kehidupannya. Tuhan dirasakan sebagai penolong (ayat 20b), pelindung (ayat 20b), pengudus (ayat 21b), dan pengasih (ayat 22).
Dalam ayat 21a, pemazmur mendapatkan sukacita yang meluap dalam hati dan kenyataan tersebut tidak dapat dibandingkan dengan apa pun juga.
Pemazmur merasakan adanya pertumbuhan iman (Mazmur 33:20a,21b, 22b). Pernyataan tersebut menyatakan bahwa pujian yang benar kepada Tuhan memungkinkan si pemuji mengalami pertumbuhan iman sehingga pengharapan dan keyakinannya kepada Tuhan semakin hari semakin kuat.
Pemahaman yang benar tentang aspek-aspek memuji Tuhan berdampak bukan hanya terhadap pertumbuhan si pemuji itu sendiri, melainkan juga kepada orang yang mendengar pujian dan Tuhan senang dengan pujian seperti itu.
Bahan diedit dari sumber:
Judul Majalah | : | Sahabat Gembala, Juli 2005 |
Judul Artikel | : | Aspek-aspek Pujian |
Penulis | : | Taru Nugroho S.Th.Smg. |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung |
Halaman | : | 31 - 34 |
Sekarang panjatkan lagu pujian kepada Tuhan,
Kalian semua yang berada di tempat ini,
Dan dengan kasih dan persaudaraan sejati,
Masing-masing saling berpeluk-pelukan.
(Lagu: God Rest Ye Merry Gentlemen)
Tidak ada cerita seindah ini. Pikirkan sejenak. Dalam cerita apa kita dapat menemukan kejadian lebih menggemparkan selain daripada cerita mengenai pertemuan malaikat dengan seorang anak dara? Lagu mana yang lebih indah daripada yang dinyanyikan Maria? Kelahiran mana lagi yang lebih misterius dan ajaib?
Dalam cerita mana lagi yang adegannya lebih manis dan mengharukan daripada bayi yang lahir di kandang kumuh? Saat mana yang lebih menegangkan dan menakutkan daripada malaikat yang tiba-tiba muncul kepada para gembala yang menjaga domba di tengah malam? Atau perjalanan larut malam mana lagi yang lebih anggun dan khidmat daripada ketika para gembala mencari bayi yang baru lahir di kota yang penuh dengan pengunjung?
Dalam cerita mana lagi kita bisa melihat orang-orang majus pergi dengan unta untuk memberikan hadiah mewah kepada Putra Raja yang tidak dikenal, atau melihat keputusan besar diambil berdasarkan impian, atau ketergesaan pelarian di tengah malam dari pedang berdarah raja yang kurang waras?
Dalam cerita mana lagi kita menemukan kasih yang lebih lembut?
Cerita Natal mengandung semuanya. Sisihkan waktu pada masa Natal ini untuk membacanya lagi dari awal sampai akhir.
Mulailah dengan
==> www.sabda.org/sabdaweb/?p=Luk+1:1-56;
==> www.sabda.org/sabdaweb/?p=Mat+1:18-25;
==> www.sabda.org/sabdaweb/?p=Luk+1:57-2:38;
==> www.sabda.org/sabdaweb/?p=Mat+2
Tidak peduli berapa sering Anda sudah membaca cerita ini, Anda akan mendapatkan pengertian baru -- saya jamin! Itu memang keunikan Alkitab, mengajak kita melihat sesuatu yang baru tentang Tuhan dan hubungan kita dengan-Nya dalam setiap pembacaan.
Tidak ada cerita lain yang menawarkan emosi yang lebih luas, plot yang dijalin lebih rumit dan penting, atau tokoh-tokoh yang lebih menarik.
Nikmatilah cerita ini -- ini adalah cerita yang ditulis khusus untuk Anda.
Bahan diedit dari sumber:
Judul Buku | : | 52 Cara Sederhana Membuat Natal Menjadi Istimewa |
Judul Artikel | : | Baca Cerita Natal dengan Suara Keras [31] |
Pengarang | : | Jan Dargatz |
Penerbit | : | Interaksara, Batam, 1999 |
Halaman | : | 105 - 107 |
Ada dua bagian terkait dengan pertanyaan ini. PERTAMA, bagaimana supaya jemaat lokal dirasuki semangat misi? KEDUA, bagaimana supaya jemaat lokal yang bersemangat misi dapat melaksanakan peranannya dalam penginjilan lintas budaya?
Melalui pendidikan misi dalam jemaat
Perjanjian Lausanne menyatakan, "Penginjilan dunia menuntut segenap gereja menyebarkan Injil seutuhnya ke seluruh dunia." Pemahaman kita atas pernyataan itu, berdasarkan Alkitab, ialah bahwa segenap jemaat harus terlibat dalam misi pemberitaan firman. `Jemaat ialah insan- insan misionaris dari Kerajaan Allah` (Arthur Glasser, Crucial Issues in Mission Tomorrow, redaksi Donald A. McGavran, hlm. 47). `Jemaat tidak mengatur misi seperti mengatur kegiatan-kegiatannya yang lain ... jemaat ialah insan-insan misionaris -- kalau tidak, maka ia tidaklah jemaat` (John Bright, Kingdom of God, hlm. 217- 218).
Ketika saya memulai tugas kependetaan di Richmond Town Methodist Church, Tuhan memberikan tugas kepada saya untuk menjadikan jemaat itu bersemangat misi. Tapi saya kebingungan dan dicekam keprihatinan menghadapi kenyataan bahwa hanya segelintir saja dari anggota jemaat itu yang mau terlibat dalam program misi. Sedangkan yang lain -- dengan jumlah yang sangat besar dan rajin mengikuti kebaktian Minggu -- hanya menonton. Saya hampir putus asa untuk menggerakkan semua anggota jemaat itu terlibat dalam misi. Akan tetapi, Tuhan menunjukkan kepada saya kebijaksanaan yang meyakinkan untuk mencapai tujuan itu. Apabila anggota yang jumlahnya sangat kecil itu dibina menjadi tim yang giat dan bertumbuh, maka anggotanya akan bertambah dari tahun ke tahun. Itulah kebijaksanaan yang tepat untuk mencapai tujuan itu ... dan memang demikianlah yang terjadi.
Pengajaran
Tugas kita bersama ialah mengarahkan segenap anggota jemaat untuk berpartisipasi dalam misi Tuhan. Hal ini bukanlah masalah struktural, melainkan spiritual. `Masalah misi adalah masalah pribadi... hanya orang-orang rohani, dan jemaat di mana orang-orang rohani berpengaruh, dapat dan tepat mengemban perintah Kristus` (Andrew Murray, Key to the Missionary Problem, hlm. 8,10). Dalam buku itu, Andrew Murray membahas bagaimana pada abad 19 gerakan kebangkitan Church Missionary Society, yakni ujung tombak misi Gereja Inggris, erat berkaitan dengan kebangunan hidup kerohanian. Murray berkata, `Satu-satunya cara untuk menumbuhkan dan menggalakkan semangat misi yang benar, giat, mendalam, dan rohani, bukanlah berupaya sendiri mencapai hal itu, melainkan menuntut orang-orang percaya makin terpisah seutuhnya dari dunia ini, dan kepada pengabdian mutlak beserta segenap milik mereka bagi Tuhan dan pelayanan-Nya .... Mendahulukan pendalaman hidup kerohanian, maka semangat pengabdian misi dengan sendirinya akan menyusul` (Andrew Murray, Key to the Missionary Problem, hlm 74,86).
Rahasia pendalaman hidup kerohanian dalam jemaat lokal ialah pengurapan Roh Kudus atas pelayanan Firman Allah. Jemaat wajib mengadakan pembinaan melalui pengajaran dan khotbah untuk mengarahkan setiap anggota jemaat supaya mengabdikan diri sepenuhnya kepada Tuhan guna menggenapi maksud-Nya. Tanggung jawab misi setiap orang percaya harus jelas terbit dari Firman Allah. Karena itu, pembinaan yang berkesinambungan bagi seluruh anggota jemaat tentang tanggung jawab misi adalah sangat vital. Khotbah sekali setahun tentang misi atau sekali-kali mengundang beberapa misionaris kemudian memaparkan kegiatan mereka tidaklah cukup. Sebelum Paulus dan Barnabas diberangkatkan sebagai utusan jemaat Antiokhia, dalam jemaat itu telah berlangsung pelayanan khotbah dan ajaran yang diurapi Roh Kudus. Perhatikanlah `beberapa nabi dan pengajar` dalam
Pendeta
Pendeta mempunyai peranan utama dalam program pendidikan misionaris di jemaat lokal ... Ia memimpin dan melayaninya. `Kepadanya dipercayakan tantangan istimewa dan tanggung jawab untuk menanggulangi masalah pencarian, pembinaan, pendanaan, dan pengutusan tenaga misionaris .... Bahkan, pendeta jemaat kecil sekalipun diberi kuasa membuat dampak peranannya dapat dirasakan di seluruh dunia. Tidak seorang pun pendeta layak memangku jabatannya, jika ia tidak memasrahkan dirinya dirasuki oleh Amanat Agung Kristus, menimba daya nalar dan semangat dari Amanat Agung itu guna mengabarkan Injil ke seluruh dunia` (Andrew Murray, Key to the Missionary Problem, hlm. 11-12).
Seorang pendeta harus meyakini keempat prinsip berikut:
Misi adalah tujuan utama jemaat.
Membimbing dan melengkapi jemaat untuk mengemban misi adalah tugas utama pendeta.
Tujuan utama pemberitaan Firman kepada jemaat ialah melatih dan memampukan jemaat melaksanakan peranannya dalam kegiatan misi.
Dalam kaitan ini tujuan utama setiap pendeta ialah mencakapkan diri untuk tugas ini (Andrew Murray, Key to the Missionary Problem, hlm. 138).
Komisi-komisi
Pada kebanyakan jemaat lokal ada beberapa komisi tersendiri, antara lain komisi anak, pemuda, wanita, dan pria. Melalui komisi-komisi inilah anggota jemaat dari berbagai kelompok usia dapat disadarkan akan tanggung jawab misinya dan dilatih untuk melayani. Komisi- komisi ini bisa terus-menerus menjadi sumber tenaga trampil yang penuh pengabdian untuk pelayanan misi. Tapi sayang, pada kebanyakan jemaat komisi-komisi ini merana, terombang-ambing tanpa arah, tanpa rencana kerja dan kepemimpinan.
Usaha-usaha khusus
Di samping program pelayanan rutin tersebut tadi, jemaat lokal wajib mengadakan konferensi tentang misi, setidak-tidaknya sekali setahun. Dalam kesempatan itu diberikan ajaran yang gamblang tentang misi sesuai amanat Alkitab. Tema khotbah tentang misi dapat disajikan pada kebaktian Minggu sebulan sekali atau tiga bulan sekali. Atau, menyelenggarakan seminar-seminar dengan topik khusus tentang misi, mengundang tokoh-tokoh misionaris dan pemimpin-pemimpin badan misi.
Inspirasi
Jemaat di Antiokhia adalah jemaat misioner teladan. Jemaat itu terkendali dan bersemangat karena dipacu oleh para nabi dan para pengajar (
Doa
Jemaat lokal harus belajar dan berlatih terlibat dalam pelayanan misi melalui doa syafaat. Jemaat wajib mendoakan kebutuhan orang- orang yang tersesat, orang-orang yang belum pernah mendengar Injil, dan para misionaris yang bekerja di antara mereka. Jemaat harus tahu cara mengkomunikasikan Injil, sehingga si komunikan tergerak membuat keputusan sendiri untuk menerima Injil. Berpuasa dan berdoa senantiasa adalah persiapan yang baik bagi keterlibatan dalam misi yang begitu penuh pergulatan dan sangat peka. Di India, paling sedikitnya ada dua badan misi yang lahir oleh dukungan doa demikian.
Iman dan pengabdian
Jemaat yang dirasuki semangat misi pastilah jemaat yang beriman dan setia mengabdi kepada Tuhan. Adalah bermanfaat bagi setiap anggota jemaat -- pribadi atau keseluruhan -- pada awal tahun kegiatannya memutuskan jumlah dana yang akan mereka khususkan untuk kegiatan misi pada masa pelayanan satu tahun itu. Jumlah dana itu haruslah realistis -- tidak ada gunanya memutuskan jumlah yang besar padahal sangat tipis kemungkinannya dapat mengumpulkan uang sebanyak itu pada waktunya. Setiap anggota harus setia pada janjinya; jangan sampai pada akhir tahun seseorang menyesali dirinya karena tidak dapat memenuhi janjinya. Menepati janji dalam hal persembahan ini adalah ujian iman dan tekad bagi orang bersangkutan.
Kuasa Roh Kudus
Kegiatan misi yang dirasuki oleh semangat pentakosta, hanya mungkin dilaksanakan ... dengan kuasa pentakosta. Jemaat lokal perlu dipenuhi dan dituntun oleh Roh, sehingga peka dan cepat tanggap untuk menaati Roh Kudus. Roh Kudus mempersiapkan Kristus untuk merelakan diri-Nya menjadi korban tebusan dosa guna memenuhi maksud Allah. Roh Kudus juga mempersiapkan jemaat dan orang-orang percaya untuk melaksanakan maksud penebusan Allah pada zaman ini.
Informasi
Informasi tentang misi sebagai bagian dari pendidikan misi di jemaat lokal adalah sama pentingnya dengan unsur `pengajaran` dan `inspirasi` (lihat bagian terdahulu). Yesus berkata, `Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai` (Yohanes 4:35). Perintah ini erat berkaitan dengan segala kebutuhan penginjilan, perintah yang harus diketahui oleh semua anggota jemaat. Ketidaktahuan akan misi merupakan kendala besar bagi anggota jemaat untuk terlibat dalam kegiatan misi. Banyak anggota jemaat yang sama sekali tidak mengetahui kebutuhan penginjilan di dunia. Bagaimana menyampaikan informasi ini?
Literatur tentang misi
Menyediakan bagi anggota jemaat majalah, buku, pamflet, ataupun brosur yang melukiskan keadaan dan kebutuhan daerah-daerah atau suku-suku tertentu. Media cetak itu dapat diedarkan, misalnya melalui perpustakaan gereja. Juga melalui mimbar, apabila sekali- kali pendeta menyinggung hal dan berita penginjilan sambil menunjukkan media terkait sebagai sumber berita itu.
Berita tentang misi
Jemaat lokal seharusnya memiliki -- paling tidak -- sebuah papan penerangan untuk tempat menempelkan peta, guntingan koran atau majalah tentang misi, gambar-gambar misionaris, dan suku-suku bangsa di dunia. Juga informasi faktual mengenai suatu suku bangsa yang belum mengenal Injil, misalnya, baik sekali bila ditempelkan. Informasi penginjilan macam ini baiklah diusahakan senantiasa baru dan segar, justru harus diganti secara teratur.
Kunjungan tokoh misionaris
Mengundang misionaris atau pemimpin badan misi dan memperkenalkan mereka kepada jemaat, penting dan besar sekali manfaatnya. Mereka ditugasi menyampaikan informasi yang segar tentang misi kepada jemaat. Pendeta dapat menyinggung pokok-pokok informasi ini dalam doa pada kebaktian minggu-minggu berikutnya.
Bahan diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Misi dan Jemaat Lokal |
Judul Artikel | : | Bagaimana Bermisi? |
Penulis | : | L.S. Teesha |
Penerbit | : | Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta |
Halaman | : | 20 - 29 |
Para pemimpin telah sering menekankan pertobatan, namun kunci penginjilan saat ini adalah pra pertobatan.
Saya bertanya kepada salah seorang wanita yang akan segera dibaptis, "Sudah berapa lamakah Anda berbakti di gereja ini?" "Dua tahun." "Kapan Anda bertemu Tuhan Yesus secara pribadi?" "Dua minggu yang lalu."
Saya merasa tergugah untuk mengetahui lebih lanjut. Seusai kebaktian, saya mencari wanita tadi dan bertanya, "Anda perlu memberitahukan kepada saya: Apakah Anda datang di gereja ini setiap minggu selama dua tahun, ataukah hanya sekali setahun, atau yang lainnya?" "Saya datang hampir setiap minggu." "Dan Anda baru menerima Kristus dua minggu yang lalu?" "Benar." "Saya tidak ingin membuat Anda merasa sedih," tutur saya, "tetapi mengapa Anda menunggu begitu lama?" "Keluarga saya mulai menjadi Kristen dan kemudian goyah. Saya telah mengalami aborsi tiga kali dan masalah obat-obatan. Saya menghadiri sebuah sajian acara musik gereja dengan seorang teman, dan ia mengajak saya datang di kebaktian-kebaktian penyembahan. Saya telah mendengar bahwa di tempat inilah saya akan dikasihi dan diterima sebagaimana adanya saya. Tetapi, memerlukan waktu yang cukup lama bagi saya untuk dapat meyakininya."
Pada tahun 1990-an, orang-orang tak bergereja di Amerika yang menerima Kristus biasanya melewati suatu "fase pra pertobatan" yang panjang. Kami mendapati bahwa sebagian besar jemaat mengikuti sedikitnya empat peristiwa penjangkauan sebelum mereka hadir di suatu kebaktian secara teratur. Fase pra pertobatan ini mungkin berlangsung setahun sampai dua tahun, dan ditandai dengan kehadiran secara sporadis.
Mengapa?
Pada saat orang-orang yang belum bergereja hadir dalam gereja kami, mereka berada pada suatu titik awal yang berbeda bila dibanding dengan golongan orang yang belum bergereja 50 tahun yang lalu. Golongan orang yang belum bergereja itu adalah kaum relativis yang sempurna, yang telah menerima pluralisme sampai batas yang tak masuk akal, dan tidak dapat menerima bagaimana Alkitab dapat memiliki kewenangan mutlak (bersifat otoritatif) dalam hidup mereka.
Mereka memerlukan suatu tahap pra pertobatan yang seksama dan seringkali membutuhkan waktu lama, sehingga mereka dapat membangun kepercayaan kepada kita, membangun otoritas Alkitab, dan hubungan- hubungan yang erat. Kami harus menghormati fase itu. Golongan orang yang belum bergereja dewasa ini tidak mempercayai gereja, dan mereka perlu datang dan hanya mengamati diri kami untuk sementara waktu.
Perbedaan terbesar antara sebuah gereja yang berhasil dalam penjangkauan dan yang kurang berhasil adalah: "Di manakah Anda bersedia untuk memulai dengan mereka, dan sampai kapankah Anda akan bersabar bersama mereka selama fase pra pertobatan?"
Selama bertahun-tahun kami telah banyak berdoa, mengadakan riset, dan uji coba di dalam menolong jemaat mengatasi rintangan-rintangan yang tinggi di antara mereka dan iman Kristen.
Fokus pada "Mengajak-dan-Mengikutsertakan"
Mengundang orang-orang yang belum bergereja untuk menghadiri suatu acara penginjilan tidaklah sulit. Tetapi, mengundang mereka untuk menghadiri suatu kebaktian secara teratur, itulah yang sulit. Di Eastside Church, kami memberikan sponsor kepada kelompok-kelompok pendukung dan program-program "dua belas langkah", menyelenggarakan festival jazz dan seni Kristen, dan melanjutkan dengan acara-acara musik pada Hari Natal dan Paskah. Kami selalu mampu mengumpulkan sekelompok orang untuk menghadiri acara-acara penjangkauan seperti itu. Akan tetapi, mengundang seseorang untuk menghadiri sebuah acara khusus tidaklah sama dengan mengundang dia untuk datang ke kebaktian di gereja secara teratur.
Rahasianya bukan memperbanyak jumlah staf yang dibayar. Sebuah gereja akan gagal jika berusaha untuk menerima orang yang belum berpengalaman ke gereja pada saat ini hanya melalui berbagai cara dan program yang kelihatan menarik. Pengikat yang efektif adalah hubungan yang terjalin dalam suasana persahabatan yang akrab -- seorang anggota jemaat mengajak teman-temannya yang lain dan memasukkan mereka ke dalam kehidupan gereja. Riset telah menunjukkan bahwa di antara 10 orang yang datang ke sebuah gereja dan kemudian hadir secara tetap, ternyata yang 9 orang dibawa seorang teman.
Kami menginvestasikan bagian terbesar waktu dan uang kami bukan pada iklan, tetapi pada usaha menolong jemaat kami untuk dapat mengajak dan mengikutsertakan teman-teman mereka (kami lebih senang menggunakan istilah mengajak dan mengikutsertakan daripada penginjilan).
Sedikitnya empat kali dalam setahun, kami membagikan suatu Paket "Mengajak-dan-Mengikutsertakan". Isi paket ini termasuk kaset pelatihan tentang cara mengajak teman Anda untuk hadir dalam sebuah kelompok kecil atau sebuah acara penjangkauan (yang kami sebut pelayanan ajak-dan-ikutsertakan). Paket tersebut termasuk juga kartu-kartu untuk dibagikan kepada teman-teman; kartu itu memuat daftar jam-jam kebaktian dan menunjukkan sebuah peta jalan menuju lokasi gereja.
Kami juga melakukan survei terhadap jemaat kami: "Menurut Anda, berita seperti apakah yang paling ingin didengarkan teman-teman Anda yang akan datang di gereja?" Beberapa kali setahun kami menggunakan hasil riset tersebut untuk menciptakan pesan-pesan yang sesuai dengan keadaan mereka yang belum terbiasa datang ke gereja. Satu seri khotbah tentang keluarga, misalnya, mempunyai sasaran golongan orang yang belum bergereja. Kami menganggap bahwa para pendengar tidak yakin pada rencana Allah bagi keluarga, karena itu kami menjelaskan dan mengilustrasikan mengapa rencana Allah bekerja??. Dalam suatu khotbah untuk penjangkauan seperti itu, kami memulai dengan budaya kami -- lagu-lagu John Lennon atau sebuah film karya Woody Allen, misalnya -- dan kemudian masuk kepada kebenaran Alkitab, dan mengakhirinya dengan eksposisi Alkitab.
Kami menindaklanjuti para pengunjung yang didasarkan pada asumsi bahwa mereka telah diajak oleh teman-teman mereka. Pada saat para pengunjung memutuskan untuk menerima Kristus, kami akan mengatakan sesuatu seperti ini: "Jika Anda mengajak seorang teman hari ini, dan ia dapat menghargai bantuan Anda di dalam mempelajari secara lebih mendalam tentang kehidupan Kristen, kami mendorong Anda supaya pergi bersama-sama ke ruang resepsi. Di sana Anda dapat mengambil paket- paket yang tepat dan sesuai bagi mereka yang baru saja mengambil keputusan untuk menerima Kristus. Setelah itu, Anda dapat melakukan beberapa hal yang baik bagi teman Anda. Pertama, jika Anda belum bergabung dengan sebuah kelompok kecil, bergabunglah dalam salah satu kelompok bersama mereka. Bagian informasi kami akan menunjukkan kepada Anda satu kelompok yang baik. Kedua, ikutilah kelas Pendalaman Alkitab di gereja bersama teman Anda." (Seringkali pertobatan seorang teman menjadi langkah awal bagi si pembawa jiwa baru dalam proses pemuridan selanjutnya).
Dalam beberapa minggu setelah suatu acara penjangkauan, kami menghubungi orang yang baru hadir itu per telepon sekali, tetapi kami menelepon tiga kali kepada si pembawa jiwa baru. Kami bertanya, "Adakah masalah-masalah spesifik yang dapat kami bantu penyelesaiannya?" Beberapa tahun lalu kami berpikir tentang bagaimana menjadikan gereja kami agar tidak terlalu banyak dikuasai pendeta, melainkan lebih banyak dikuasai kaum awam. Hal yang mengejutkan kami, yaitu bahwa kami mendorong jemaat kami untuk melakukan pelayanan, dan sebagai akibatnya, mereka sering dapat membawa seorang teman kepada Kristus. Gereja-gereja yang lain mungkin memiliki alasan-alasan teologis untuk tidak melakukan apa yang kami lakukan, tetapi pokok masalahnya adalah ini: Kami menekankan ikatan si petobat baru dengan tubuh Kristus, bukan dengan kelompok yang profesional. Langkah yang strategis adalah mengaktifkan kaum awam, memandang pendeta sebagai pembantu untuk melengkapi mereka, dan memberikan alat perlengkapan kepada jemaat yang sungguh-sungguh melakukan pelayanan.
Menciptakan Suatu Tempat yang Aman
Seorang pria telah menghadiri beberapa acara penjangkauan dan mulai menghadiri kebaktian pada setiap Sabtu malam. Ia telah terjebak dalam suatu gaya hidup gay dan sedang mencari suatu jalan keluar, namun ia takut kalau-kalau ditolak gereja. Suatu hari ia datang kepada saya sesudah kebaktian dan mengatakan, "Saya seorang homoseksual. Saya telah mengikuti kebaktian di sini selama beberapa bulan dan telah menyaksikan sikap Anda dan gereja Anda. Saya tertarik karena gereja ini menjadi suatu tempat yang aman. Saya ingin menyerahkan kehidupan saya kepada Kristus." Kami berdoa, dan sesudah itu saya memperkenalkan dia kepada para pemimpin pelayanan kami untuk kaum homoseksual. Ia bergabung dalam program ini, dan tiga bulan kemudian ia menulis surat kepada saya. "Saat yang amat menentukan dalam kehidupan saya untuk mengatasi keinginan homoseksual," tulisnya, "adalah ketika saya berjumpa dengan Anda dan menceritakan kepada Anda keberadaan saya apa adanya. Sesudah mengikuti kebaktian selama beberapa bulan, saya merasa bahwa saya dapat diterima. Saya tahu bahwa Anda melihat seorang pribadi, bukannya seorang pria gay. Pada saat itu saya tahu bahwa saya sudah bebas."
Orang-orang yang belum bergereja akan kembali ke suatu gereja yang memberikan rasa aman. Bagi mereka, inilah unsur yang paling penting. Jika mereka tidak merasa aman bersama Anda, mereka tidak akan mau tinggal cukup lama untuk mendengarkan berita kebenaran.
Anda dapat melakukan beberapa hal untuk menjadikan diri Anda dan gereja Anda sebagai tempat yang terasa aman bagi orang-orang yang belum bergereja.
Jelaskan maksud Anda yang sesungguhnya. Apabila kami bertanya kepada mereka yang belum bergereja mengapa mereka tidak datang ke gereja, keluhan nomor satu, yaitu bahwa mereka tidak mengerti apa yang sedang terjadi atau yang sedang disampaikan oleh pendeta. Kami mencoba menghilangkan berbagai asumsi tentang apa yang akan dimengerti para jemaat, dan kami berusaha keras untuk berbicara dengan bahasa yang dimengerti oleh mereka yang belum bergereja dan belum berpengalaman. Berilah penjelasan mengapa. Kelompok masyarakat pasca modernisme menolak komunikasi jenis petunjuk langsung. Jika suatu khotbah dimulai dengan pernyataan otoritatif tentang bagaimanakah seharusnya jemaat bersikap, khotbah seperti itu akan membuat mereka mundur. Saya telah membuktikan bahwa lebih baik berbicara secara persuasif, meski kadang-kadang perlu waktu dua kali lebih lama untuk menjelaskan suatu pokok masalah. "Jika Anda mempercayai hal ini, pasti akan terjadi demikian; jika Anda percaya hal itu dengan sungguh-sungguh, pasti hal itu pun akan terjadi."
Dengan kata lain, jemaat sekarang lebih cenderung akan datang kembali ke sebuah gereja yang memberikan penjelasan mengapa. Salah satu di antara kaset-kaset rekaman yang paling banyak diminati adalah "How We Got the Bible and Why We Know It's the Word of God" (Bagaimana Kita Menerima Alkitab dan Mengapa Kita Tahu bahwa Alkitab adalah Firman Allah).
Jangan merepotkan jemaat. Saya mempunyai seorang teman yang menjadi rabbi. Suatu ketika saya berkata kepadanya, "Tidak takutkah Anda bergaul dengan orang seperti saya, seorang penginjil yang lebih senang melihat Anda bertobat?" Ia seorang pakar Kitab Roma 9-11 dan mengajar di banyak seminari. Ia berkata, "Oh, tidak. Saya adalah anugerah Allah bagi Anda. Menurut pemahaman saya tentang Perjanjian Baru, tugas saya adalah memberikan kesempatan kepada Anda untuk mengasihi. Jika saya diyakinkan, itulah pekerjaan Roh Kudus. Pekerjaan Anda mengasihi, dan Roh Kudus meneguhkan." Rabbi itu mungkin memahami proses tersebut dengan lebih baik dibanding kita! Orang-orang merasa aman apabila kita mengasihi mereka dan tidak berusaha memaksakan keputusan untuk segera menerima dan mengikut Kristus.
Jangan kaget karena banyaknya masalah. Orang-orang yang belum bergereja mengira bahwa gereja tidak menginginkan orang-orang yang bermasalah dengan dosa. Mereka menganggap bahwa orang-orang yang datang ke gereja adalah sempurna -- atau sedikit agak munafik untuk bertindak seperti mereka. Apabila Anda tidak menempelak dosa-dosa mereka, mereka merasa tenang. Apabila pendeta menunjukkan sikap transparan dalam khotbah-khotbahnya, misalnya, hal ini dapat membuat mereka mengakui masalah-masalah mereka.
Berikan tawaran-tawaran yang tidak mengancam. Kami tidak mengadakan tantangan untuk maju ke depan (altar call) di gereja, sebab banyak orang yang belum bergereja telah melihatnya melalui acara TV dan tidak menyukainya. Namun demikian, kami selalu memberikan suatu tawaran pada acara-acara penjangkauan. Biasanya kami akan meminta hadirin agar memejamkan mata, dan kemudian meminta mereka yang mau menerima Kristus supaya memandang pembicara. Kami melakukan kontak mata dengan mereka dan mengajukan beberapa pertanyaan, memohon mereka untuk mengangguk sebagai tanda tanggapan, guna meyakinkan mereka mengetahui apa yang sedang mereka lakukan. Kami akan bertanya, "Apakah Anda diajak seorang teman?" Jika seseorang mengangguk, kami meminta dia untuk bercerita kepada temannya itu tentang keputusan yang baru dibuat. Kami berdoa dan kemudian menawarkan suatu paket gratis berisi kaset-kaset dan pelajaran Alkitab. Pada saat kami mendorong jemaat agar pergi bersama teman mereka menuju ruang resepsi, kami mencoba mengarahkan mereka supaya tidak agresif: "Kami menyadari bahwa banyak orang tidak mau melakukan hal ini segera. Jadi, lakukanlah minggu depan, apabila Anda merasa kurang tertarik pada sesuatu. Kami tertarik dengan keputusan Anda sendiri, bukan memaksakan kehendak kami pada Anda." Tidak berapa lama kemudian, seorang pria anggota gereja kami mengajak tiga atau 40 orang teman sekerjanya ke suatu acara penjangkauan dan kemudian mengadakan suatu pesta besar sesudah acara itu. Di situlah mereka berbicara tentang apa yang mereka alami dalam suasana yang menyenangkan dan nyaman tanpa ada ancaman. Di akhir acara tersebut, ia berkata, "Silakan datang kembali ke gereja secepat mungkin Anda dapat. Saya yakin Anda akan menyukainya." Ternyata ada banyak di antara temannya yang datang ke gereja; bahkan beberapa telah menerima Kristus. Jemaat yang dilatih untuk menjadi "pembawa-dan-penarik" jiwa dapat mengajak teman-teman mereka ke sebuah gereja yang mereka pandang relevan dan aman bagi mereka. Dan cepat atau lambat, sebagian besar di antara mereka, kalau tidak semuanya, pasti akan kembali ke gereja.
[- Doug Murren adalah pendeta pendiri Eastside Foursquare Church di Kirkland, Washington.
- Mike Meeks adalah pendeta senior eksekutif di Eastside Foursquare Church di Kirkland, Washington.]
Diedit dari sumber:
Judul Buletin | : | Kepemimpinan, Volume 35, Tahun IX |
Judul Artikel | : | Bagaimana Gereja Anda Dapat Menginjili? |
Penulis | : | Doug Murren dan Mike Meeks |
Penerbit | : | Yayasan Andi |
Halaman | : | 37 - 42 |
Apakah strategi mobilisasi di gereja anda juga melibatkan anak-anak? Gerry Dueck, Jill Harris, dan Kim Butts menantang kita melalui artikel di bawah ini untuk melibatkan anak-anak secara strategis dalam pelayanan misi yang kita lakukan, termasuk diantaranya dengan mengajak mereka mendoakan pelayanan misi.
Sebagian besar dari kita yang memikirkan visi jangka panjang harus sepenuhnya menyadari bahwa anak-anak generasi ini merupakan calon-calon tenaga potensial untuk menjadi pendoa dan pelaku pelayanan misi pada generasi yang akan datang. Berikut ini adalah beberapa hal yang disarankan bagi mereka yang terlibat dalam merencanakan strategi bagaimana mobilisasi gereja untuk pelayanan misi:
Gunakan SETIAP KESEMPATAN untuk menginformasikan, mendidik, menantang dan melibatkan anak-anak dalam setiap pelayanan misi yang dilakukan gereja anda. Pikirkan bagaimana Allah dapat bekerja melalui anak-anak.
Dorong PARA AKTIVIS MISI di gereja anda untuk menyadari adanya sumber luar biasa yang mereka miliki, yaitu pelayanan anak-anak. Bantulah para aktivis itu untuk memberikan semangat kepada para pelayanan anak sekaligus menyediakan kesempatan bagi para pelayan anak untuk mengikuti pelatihan-pelatihan sehingga dapat meningkatkan pelayanan mereka.
Cari dan gali SUMBER-SUMBER seputar pelayanan anak yang banyak tersedia untuk memuridkan anak-anak itu dan mengenalkan mereka pada pelayanan misi. Sumber-sumber itu kadang-kadang menyediakan bahan-bahan siap pakai.
Sediakan waktu secara teratur untuk MENDOAKAN ANAK-ANAK. Banyak statistik yang menunjukkan tentang kebutuhan-kebutuhan anak-anak di seluruh dunia akan membuat kita menangis. Banyaknya kesaksian yang menceritakan tentang bagaimana Allah bekerja melalui anak- anak yang membuat kita ikut bersuka cita.
Jalin hubungan dengan orang-orang di wilayah anda yang terbeban dalam pelayanan anak. Selenggarakan PELATIHAN bagi para pelayan anak dalam setiap KONFERENSI misi yang diadakan gereja anda. Sajikan juga sumber-sumber PENDIDIKAN MISI untuk anak-anak. Dorong jemaat gereja anda untuk mengikuti SEMINAR-SEMINAR tentang Pelayanan Misi anak baik di tingkat nasional maupun regional.
SHARINGKAN ide-ide anda tentang memobilisasi anak-anak untuk terlibat dalam pelayan misi saat anda MENJALIN JARINGAN dengan gereja-gereja lain.
Sumber: TESTIMONY--2002-03-19 (Mobilizing Children)
Mengapa setiap gereja lokal membutuhkan Seksi Misi? Karena pengalaman membuktikan bahwa jika tidak ada orang-orang tertentu yang diberi tanggung jawab atas kegiatan Misi di gereja lokal maka sudah pasti Misi akan dilalaikan oleh gereja tersebut.
Apakah Tugas Seksi Misi?
Tugas-tugas Seksi Misi adalah sebagai berikut:
Menentukan tujuan/sasaran untuk perkembangan program Misi gereja.
Menentukan rencana tahunan untuk mencapai tujuan/sasaran tersebut.
Merencanakan kegiatan Misi dalam program tahunan gereja. Misalnya antara lain:
Kebangunan Rohani Misi setahun sekali.
Mengundang Pengkotbah Misi/misionari/calon misionari untuk pelayanan mimbar.
Janji iman untuk dana Misi.
Seminar Misi.
Menyalurkan bahan doa dan berita Misi kepada seluruh jemaat.
Mengatur kunjungan tim dari gereja ke daerah Misi tertentu.
Bagaimana membentuk seksi Misi?
Ada dua cara yang dapat kita lakukan:
CARA A: Jika anda tidak duduk pada kepemimpinan gereja
Cari satu dua anggota gereja yang terbeban akan Misi.
Dalam sikap doa dan rendah hati, dekatilah gembala sidang/pendeta/ketua majelis.
Tanyakan kemungkinan gereja membentuk seksi/panitia Misi.
Tunjukkan daftar tugas pokok seksi Misi yang disarankan.
Bahas bersama tetapi hargailah usul dan pesan dari para pemimpin gereja anda.
Nyatakanlah kerelaan anda untuk membantu dalam kegiatan Misi.
Jikalau disetujui dukunglah Misi yang dibentuk.
Jikalau tidak disetujui adakan kumpulan non-formal secara teratur bersama satu dua teman sehati untuk mendoakan keterlibatan gereja anda dalam Misi. Dukunglah kegiatan Misi yang ada, gairahkanlah orang lain dalam jemaat anda terhadap Misi. Jagalah hubungan baik antara anda dengan gereja anda.
CARA B: Jika anda duduk sebagai pemimpin gereja
Membahas kebutuhan membentuk seksi Misi secara non formil lebih dulu bersama anggota yang lain dari majelis gereja.
Membawa kebutuhan tersebut dalam agenda rapat formil.
Tanyakan kemungkinan gereja membentuk seksi/panitia Misi.
Tunjukkan daftar tugas pokok seksi Misi yang disarankan.
Bahas bersama tetapi hargailah usul dan pesan dari parapemimpin lain di gereja anda.
Tentukanlah hubungan organisatoris Seksi Misi pada bagan organisasi gereja. (Harus jelas kepada siapa dan atas siapa Seksi Misi bertanggung jawab).
Mengangkat anggota Seksi Misi menurut peraturan yang berlaku di gereja anda.
Diatur sesuai dengan situasi kondisi gereja anda.
Sebaiknya paling tidak, salah satu anggota majelis gereja duduk pada Seksi Misi.
Sumber: Terang Lintas Budaya edisi 45
Jemaat-jemaat setempat yang ingin menaati kehendak Allah tidak boleh hanya memikirkan diri sendiri, melainkan harus bersedia untuk terlibat dalam misi sedunia. Itulah sebabnya mereka diminta untuk mendoakan para tenaga yang bersedia diutus.
Tuhan Yesus memberi perintah kepada murid-murid-Nya dalam Matius 9:37-38, "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Dengan kata lain, Tuhan Yesus tidak mengatakan, "Lihatlah ladang misi sudah siap. Sekarang, paling tidak, kalian yang sudah mengenal Saya, bekerja keraslah supaya tuaian tidak busuk." Sebaliknya, Dia menasihati para murid-Nya dengan perkataan yang sama sekali lain, "Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Kekurangan pekerja perlu menjadi pokok doa. Karena Allah adalah penuai, Dialah yang harus mengirimkan para pekerja tersebut.
Kata kerja yang dipakai dalam bahasa Yunani adalah "ekballo" yang berarti `dibuang keluar`. Tiap orang yang melayani di ladang misi harus "dipanggil oleh Allah sendiri" dan "dibuang keluar" oleh Allah. Allah tahu bahwa pergi keluar tidak gampang bagi anak-anak- Nya. Itu sebabnya dengan kekuatan Allah, Dialah yang ingin membuang mereka keluar. Jika pekerja-pekerja tidak "dibuang keluar" oleh Allah, mereka tidak akan bisa bertahan di ladang pelayanan yang begitu sulit. Kekurangan tenaga misionaris pada masa kini tidak bisa diatasi hanya dengan menantang jemaat saja, melainkan harus dimulai dengan doa jemaat-jemaat setempat di seluruh Indonesia.
Oleh sebab itu, marilah kita berdoa supaya Tuhan memanggil misionaris untuk hal-hal berikut.
Indonesia tidak lagi hanya merupakan sebuah ladang misi yang menerima misionaris berkulit putih, melainkan harus mengambil bagian aktif dalam pekabaran Injil di seluruh dunia. Sekarang sudah ada misionaris asli Indonesia yang melayani dengan OM (Yayasan Obor Menyuluh) dan YPPII (Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia), WEC International, OMF, dan BMI (Badan Misi Injili) di benua Asia, Afrika, Amerika, Amerika Selatan, bahkan Eropa.
Biasanya jemaat-jemaat tidak ingin berdoa agar dari antara mereka ada yang dipanggil untuk melayani Tuhan di ladang misi. Karena menurut hemat mereka gereja mereka sendiri juga memerlukan tenaga.
Adalah satu hak istimewa kalau Tuhan memanggil pekerja dari persekutuan pemuda-pemudi. Allah itu tidak kikir, Dia akan menggantikan "kerugian" ini dengan berkat rohani yang luar biasa.
Paling sulit bagi orang Kristen untuk berdoa supaya Tuhan memanggil tenaga misi sedunia dari keluarga mereka sendiri. Pernah ada seorang ibu yang rohani sekali dan banyak mengikuti persekutuan doa, tetapi tidak pernah berdoa supaya Tuhan mengirimkan pekerja dari keluarganya. Pada waktu ditanya mengapa dia berbuat demikian, dia menjawab, "Saya takut Tuhan mengabulkan doa saya sebab saya tidak siap untuk memberi korban ini." Ibu ini bukanlah suatu perkecualian; dia mewakili banyak anggota jemaat dan keluarga.
Mari kita berdoa, supaya diri kita siap untuk diutus. Dan kita bisa bersaksi seperti Yesaya (Yesaya 6:8c), "lni aku, utuslah aku!" Memang benar bahwa doa bagi misi membangkitkan beban untuk melibatkan diri dalam misi sedunia.
Jikalau sudah ada utusan misi yang dipanggil dan melayani di ladang misi, jemaat mereka biasanya mendoakan mereka seperti ini, "Tuhan, berkatilah keluarga X di Bangladesh, berilah kesabaran dan kemampuan dalam belajar bahasa kepada mereka. Berikanlah sebuah mobil kepada mereka, dan sebagainya." Ini merupakan pokok doa yang penting, akan tetapi masih ada pokok doa yang lebih penting yang hampir selalu dilupakan.
Kalau kita belajar dari cara Rasul Paulus mendoakan jemaat dan teman sepelayanannya, kita akan mengetahui bagaimana berdoa, supaya tidak hanya kebutuhan sehari-hari mereka saja yang didoakan, melainkan juga untuk pelayanan mereka di ladang misi agar sungguh-sungguh efektif di mata Tuhan dan kuasa iblis dikalahkan.
Rasul Paulus berdoa, supaya jemaat yang berada di Efesus bisa hidup sebagai orang-orang yang telah dipanggil dan mereka dapat berpadanan dengan panggilan itu. Mereka harus bersifat rendah hati, lemah lembut, dan sabar (band. Efesus 4:1-2). Dia menasihati mereka supaya mereka memelihara kesatuan roh oleh ikatan damai sejahtera. Paulus tahu bahwa kalau jemaat bersatu, orang kafir bisa bertobat. Sebab teladan orang Kristen amat sangat mengesankan mereka, "Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian, semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:34-35). Melalui kasih Allah, jemaat bisa saling menghormati dan mengutamakan yang lain. Orang Kristen tidak menjadi pahit kalau hati mereka disakiti sebab, oleh kasih Tuhan, mereka bisa saling mengampuni dan kelemahan orang lain. Oleh karena itu, Rasul Paulus meminta agar jemaat dikuatkan menurut kekayaan dan kemuliaan Tuhan (band. Ef. 3:16), supaya mereka diteguhkan dalam batin mereka.
Kita juga harus berdoa sebagaimana Paulus mendoakan jemaat di Efesus dan Kolose. Kita harus berdoa supaya mereka kuat di dalam Tuhan dan di dalam kekuatan kuasa-Nya, Kristus harus bertakhta di hati mereka (Efesus 3:16-17); agar mereka sehati, sepikir, satu Roh dan bisa melayani Tuhan. Biasanya, para misionaris mengalami banyak pergumulan dalam bekerja sama dengan misionaris yang lain. Hal ini lebih sulit daripada mempelajari budaya baru. Tidak pernah terpikir, bahwa kerja sama dengan saudara seiman merupakan pergumulan yang terberat bagi mereka. Itu sebabnya kita harus mendoakan dan mendukung mereka dalam hal ini, agar iblis tidak bisa menggunakan kesempatan untuk memisahkan mereka, melainkan agar mereka dapat melayani bersama-sama dengan baik. Ini cara bagaimana kasih Kristus bisa dipahami (ban. Markus 13). Mata rohani para hamba Tuhan harus tetap terbuka untuk melihat betapa lebar, panjang, tinggi dan dalamnya kasih Kristus (Efesus3:1) yang melampaui segala pengetahuan.
Sama seperti Rasul Paulus, kita harus memohon hikmat dan pengertian yang benar untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna. Utusan-utusan misi perlu kekuatan dan kesabaran supaya mereka bisa hidup layak dengan panggilan mereka (bandingkan Kolose 1:9).
SIL (Summer Institute of Linguistics) memberikan saran-saran dalam mendoakan seorang misionaris secara lebih baik dan efektif, sebagai berikut.
Jangan berdoa supaya Tuhan menunjukkan sebuah jalan yang gampang kepada saya. Tetapi berdoalah agar Dia memberi anugerah, supaya saya bisa mengatasi semua kesulitan dan pergumulan secara rohani (Roma 12:9).
Jangan berdoa supaya Tuhan selalu mengabulkan doa-doa saya, tetapi berdoalah supaya Dia membebaskan saya dari sikap membela diri "tidak ada waktu untuk berdoa".
Berdoalah supaya Tuhan mengambil gangguan-gangguan atau supaya Dia memberi semangat dan kekuatan luar biasa untuk meneruskan jalan walaupun diganggu.
Berdoalah agar Tuhan mengevaluasi kehidupan dan pelayanan saya, supaya saya bisa hidup dalam ketaatan terhadap Allah (Mazmur 139: 23-24) "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenalilah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!"
Tolong jangan mendoakan saya sebagai orang yang hidup di tingkat rohani yang lebih tinggi daripada Anda. Saya tidak sempurna, walaupun saya melayani sebagai utusan misi. Saya juga digoda. Iblis bertekad bulat untuk menggagalkan pelayanan saya, mengambil vitalitas, semangat, dan kesaksian saya, agar saya tidak berguna. Tolong berdoa supaya Tuhan memberi anugerah dan kekuatan sehingga saya selalu bisa bertahan terhadap godaan.
Jangan lupa, saya masih seorang manusia yang merasa sepi, kecil hati, gelisah, bingung, dan kurang sabar. Banyak pekerjaan di ladang misi yang bisa dikerjakan dengan hati yang tidak penuh dengan semangat bagi Tuhan. Oleh sebab itu, saya minta didoakan supaya Tuhan mengisi hati saya dengan kasih bagi semua orang yang masih tersesat dan saya bisa mengerjakan semuanya dengan baik.
Selain itu, penting sekali bagi kita untuk mendoakan keluarga misionaris. Iblis sangat aktif untuk menghancurkan keluarga, supaya mereka tidak bisa menjadi teladan di tengah-tengah orang yang belum percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Kita mendoakan:
SUAMI:
agar dia bijaksana mengatur waktu sehingga waktu untuk keluarga tetap ada;
agar dia bisa memimpin rumah tangga dengan baik.
ISTRI:
agar dia tidak merasa kesepian karena sering ditinggalkan suami;
agar dia bisa seimbang dalam pelayanan, baik sebagai seorang ibu rumah tangga maupun sebagai seorang misionaris;
agar dia bisa menjadi teladan baik sebagai istri maupun sebagai ibu bagi orang yang baru percaya.
ANAK:
agar di tempat baru mereka tetap dapat merasa berada dalam budaya sendiri, tetapi tetap beridentitas sebagai orang Indonesia;
bagi pendidikan mereka;
agar mereka mempunyai teman untuk bermain.
LAJANG:
Di masa kini banyak lajang yang terlibat di ladang misi (kebanyakan wanita). Ini satu kesempatan luar biasa bagi mereka, tetapi mempunyai banyak tantangan. Sering kali orang tidak mengerti mengapa mereka tidak atau belum menikah, kenapa mereka tidak dilengkapi dengan seorang teman hidup atau sahabat tertentu. Mereka sangat membutuhkan doa-doa kita. Adapun pokok-pokok doa bagi mereka:
agar mereka tidak merasa kesepian;
agar mereka tetap fleksibel dan bersedia untuk berkomunikasi dan tinggal dengan siapa saja;
agar mereka mempunyai seorang teman doa yang tetap.
Mari kita berdoa supaya persekutuan misionaris, baik yang sudah berkeluarga ataupun yang belum berkeluarga bisa tetap terjalin dengan manis dan tidak terganggu oleh perasaan cemburu atau iri. Ingatlah bahwa iblis terus-menerus ingin merusak hubungan orang Kristen.
Memberitakan firman Tuhan merupakan serangan atas kerajaan kegelapan. Itu sebabnya jemaat-jemaat harus mendukung pelayanan-pelayanan para misionaris, seperti yang dijelaskan Paulus dalam Kolose 4:3 "Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia Kristus."
Selain pokok-pokok doa yang tadi sudah dijelaskan oleh seorang misionaris WEC, kita juga perlu mendoakan pelayanan misionaris sekonkret mungkin. Berdoalah:
supaya mereka menyesuaikan diri dengan baik di negara di mana mereka melayani;
supaya mereka bisa berbahasa dengan baik;
supaya banyak orang dicapai dengan Injil;
pelayanan-pelayanan tertentu, misalnya Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR), seminar, dan sebagainya.
Selain para hamba Tuhan, kita juga harus mendoakan daerah-daerah dan bagian-bagian masyarakat yang belum diinjili. Bagi Tuhan, tidak ada negara yang tertutup. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Itu sebabnya kita perlu memberanikan diri, datang ke hadirat-Nya, dan mendoakan negara-negara tertentu. Tuhan akan mengabulkan doa-doa kita.
Mari kita mengingat bahwa misionaris-misionaris itu melayani di daerah-daerah di mana iblis, penguasa dunia ini, secara terang- terangan menguasai kehidupan jutaan orang. Dia menahan mereka dalam kerajaan kegelapannya, walaupun dia telah dikalahkan di Kalvari lebih dari dua ribu tahun yang lalu, yakni saat Tuhan Yesus Kristus menang atas dia di atas kayu salib (Kolose 2:15). Sekarang Allah telah memberi tanggung jawab untuk "melakukan hukuman" yang telah dijatuhkan atas pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa iblis kepada umat-Nya (Mazmur 149:9). Kita boleh memiliki sukacita dengan melihat Kerajaan Allah datang di dunia ini, sementara kita berperang melawan "penghulu-penghulu dunia yang gelap" (Efesus 6:12). Apakah kita siap melibatkan diri dalam peperangan ini?
Bahan diambil dari sumber:
Judul buku | : | Doa dan Misi |
Judul artikel | : | Bagaiman Mendoakan Para Misionaris |
Penulis | : | Dr. Veronika J. Elbers |
Penerbit | : | Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang 2001 |
Halaman | : | 28--39 |
" ...Jangan takut, aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." Lukas 2:10-11
Tidak pernah ada berita lain yang menimbulkan kegembiraan yang begitu membahagiakan sama seperti pernyataan lahirnya Kristus. Kitab Suci menuliskan bahwa nama-Nya akan disebut Imanuel (Matius 1:23), yang artinya Allah menyertai kita. Ini adalah inti dari pesan Natal bahwa Allah Yang Mahakuasa tinggal bersama kita.
Sungguh suatu kebenaran yang mulia! Ia yang telah menyingkapkan tabir kegelapan pada fajar penciptaan, Ia yang telah menempatkan bintang yang gemerlapan di langit, Ia yang telah menggerakkan matahari pada jalurnya, dan planet-planet pada orbitnya, Pencipta dan Penguasa yang kekal dari dunia ini - Dialah, menurut Alkitab, selalu menyertai kita; menyertai Anda dan saya. Ini satu-satunya keajaiban di dunia. Orang-orang yang terkemuka, terbaik, dan terpandai telah mengetahui dan mengalami kebenaran ini dalam pengalaman pribadi mereka.
Mengapa Kristus datang? Pernahkah Anda menanyakan pada diri sendiri? Kapan terakhir kali Anda memikirkannya?
Ia datang untuk menyelamatkan dunia. Untuk menebus dosa-dosa kita dan mengajar kita bagaimana hidup yang benar dan berkenan kepada Allah.
Kita yang mengasihi dan melayani Tuhan sudah menyadari bahwa pengajaran-Nya sangat praktis, pertolongan-Nya tak pernah gagal, dan nasihat serta petunjuk-Nya selalu menjadi sandaran kita. Kita mengikuti cara hidup-Nya karena menyadari kuasa-Nya setiap hari; meskipun begitu kadang-kadang kita bertanya-tanya mengapa hal ini tidak menyelesaikan semua persoalan yang ada.
Apakah itu karena kita melupakan tujuan kedatangan-Nya yang utama dan sesungguhnya? Untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita?
Orang-orang pada generasi kini tidak senang membicarakan dosa; ada orang yang bahkan menganggap dosa itu tidak ada. Jadi dosa harus disebut apa? Apakah cukup bila disebut pengalaman duniawi? Sebenarnya tidak tepat bila disebut begitu karena orang yang hidupnya penuh dosa tidaklah berpengalaman, ia sebenarnya orang yang bodoh. Berpengalaman menurut ukuran duniawi berarti bersikap bijaksana sesuai standar yang berlaku, sehingga Anda tidak terjerat oleh tipu daya dunia. Tetapi, orang berdosa yang mengira dirinya berpengalaman adalah orang-orang yang sudah terjerat. Jadi, apa masalah mereka yang sebenarnya? Mereka melakukan kesalahan dan mereka tidak dapat menghentikannya. Mereka mencoba untuk mencari- cari alasan.
Mencari alasan seperti itu dapat terjadi bila pikiran Anda mengatakan bahwa apa yang Anda lakukan tidak salah -- bertahun-tahun yang lalu memang salah, namun sekarang tidak lagi demikian. Setiap kali Anda berbuat salah, pikiran Anda selalu berusaha memberikan pembelaan. Pikiran Anda mengatakan, "Tunggu dalu, apa yang Anda lakukan itu sama sekali tidak salah; Anda sebenarnya orang yang sangat baik. Para pendeta ini sudah ketinggalan zaman - jangan percaya kepada mereka yang membicarakan dosa dan hal-hal semacam itu!" Kadang-kadang, begitulah cara pikiran kita bekerja.
Saya pernah mendengar seorang yang sangat bijak mengatakan sesuatu yang mengubah pikiran saya. Ia adalah rektor sebuah universitas yang banyak menulis buku. Ia mengamati bahwa "Pekerjaan setan yang paling licik ialah mempengaruhi orang supaya beranggapan setan itu tidak ada."
Kita percaya kepada Allah yang adalah roh. Kita percaya kita memiliki roh yang kekal. Kita mempercayai ajaran Alkitab. Tetapi, banyak di antara kita yang tidak menyadari kuasa roh jahat yang bekerja di tengah-tengah kita.
Setan? Dosa? Semua itu kuno, kekanak-kanakan, ketinggalan zaman! Dan sudah pasti tidak masuk akal.
Tetapi Kristus datang ke dunia ini untuk menyelamatkan manusia dari dosa -- untuk menebus dosa kita -- untuk menjadi Juruselamat kita.
Ya, kita memang hidup di dunia yang penuh dengan konflik dan kebencian - tetapi Allah menyertai kita. Kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri, tetapi di dalam Dia yang menyelamatkan, kita menaruh kepercayaan kita.
Apabila hari ini -- pada menit ini -- kita membuka hati kita dan menerima Dia dan pengajaran-Nya -- kita bukan saja memperoleh sukacita yang berlimpah, tetapi juga pengampunan atas dosa-dosa kita. Itulah sambutan yang paling hangat yang dapat kita berikan kepada bayi Yesus.
Judul Buku: | : | Kisah Nyata Seputar Natal |
Judul Artikel | : | Bagaimana Menyambut Kedatangan Bayi Yesus |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup Bandung 1989 |
Penulis Artikel | : | Norman Vincent Peale |
Halaman | : | 17-19 |
Di mana saja anda bertemu dengan orang Kristen yang tidak sedang memimpin orang lain kepada Kristus, mesti ada sesuatu yang salah dalam diri orang itu. Mungkin ia masih bayi. Saya tidak berkata bahwa dia tidak cukup dalam doktrin dan tidak mengerti dengan baik kalau mendengarkan khotbah. Saya kenal banyak orang yang dapat memberi penjelasan tentang sebelum, sesudah dan masa pemerintahan Kristus seribu tahun di bumi dan yang banyak mengetahui tentang masa-masa pembebasan, tetapi tetap belum dewasa. Seperti yang dikatakan Paulus di Korintus, "Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara kepada kamu seperti dengan manusia rohani (atau dewasa rohani), tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus." (1Korintus 3:1)
Karena masih bayi, mereka belum dewasa, belum mampu memproduksi secara rohani. Dengan perkataan lain, mereka tidak mampu menolong orang lain untuk dilahirkan kembali. Paulus melanjutkan, "Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya ... . Karena kamu manusia duniawi (bayi rohani). Sebab, jika diantara kamu ada iri hati dan perselisihan ..." (1Korintus 3:2,3). Saya kenal banyak anggota gereja, guru sekolah minggu dan anggota perkumpulan missionaris wanita yang berkata kepada orang lain, "Apakah anda sudah mendengar tentang si anu?" dan menceritakan beberapa gunjingan. Hal yang sangat buruk di hadapan Allah. Betapa kejinya kalau orang Kristen lain mendengar dan menyebarluaskan cerita itu! Alkitab berkata, "Enam perkara yang dibenci Tuhan, bahkan tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: ... lidah dusta ..." (Amsal 6:16,17). Oh, banyak orang Kristen yang saya tahu, baik pria maupun wanita yang terlibat dalam lidah dusta!
"... dan yang menimbulkan pertengkaran saudara" (Amsal 6:19) adalah bentuk lain. Inilah cara berjalan bayi, dan saya percaya bahwa inilah salah satu alasan yang mendasar mengapa banyak orang Kristen tidak dapat melahirkan orang kembali kedalam keluarga Allah melalui mereka. Mereka sakit secara rohani. Ada sesuatu yang salah. Ada penyakit rohani dalam kehidupan mereka. Mereka belum dewasa. Tidak ada persekutuan dengan Kristus.
Tetapi kalau semua hal benar antara anda dan Allah tidak peduli berapa banyak atau betapa sedikit pengetahuan anda tentang Firman Tuhan dari sudut pandang rohani, anda dapat menjadi orang tua rohani. Dan secara kebetulan saja anda mungkin masih sangat muda didalam Tuhan.
Seorang wanita muda bekerja sebagai penerima telepon di kantor kami di Colorado Springs. Satu setengah tahun yang lalu dia bergabung dengan Perkumpulan Pemuda Komunis di Inggris. Wanita ini pernah menghadiri KKR Billy Graham dan menerima Tuhan Yesus Kristus. Setelah itu dia dan dua orang teman wanitanya yang lain di sekolah seni dan drama dipakai Tuhan untuk memenangkan beberapa wanita kepada Kristus.
Kami mengajar Pat dan beberapa orang lain, dan mereka kembali mengajar wanita-wanita yang lain kepada Kristus. Beberapa dari mereka dari mereka sudah memimpin wanita-wanita yang lain kepada Kristus, dan juga melatih teman-teman mereka. Patricia telah menjadi nenek, walaupun dia masih berusia sekitar satu tahun empat bulan di dalam Tuhan.
Kami sering melihat kejadian seperti di atas. Saya mengenal seorang pelaut yang telah menjadi moyang. Ia telah memimpin beberapa pelaut kepada Tuhan dan orang yang telah dipimpinnya memimpin beberapa pelaut lain kepada Kristus, dan pelaut-pelaut yang terakhir ini sedang memimpin pelaut lain kepada Tuhan -- walaupun pelaut yang pertama masih berumur empat bulan dalam Kristus.
Bagaimana hal itu bisa terjadi? Allah memakai saluran murni dari kehidupan orang-orang Kristen muda ini melalui kesungguhan dan kasih mereka kepada Kristus, dan hati mereka disuapi dengan benih Firman Tuhan yang mereka tabur dalam hati orang lain. Benih itu bertumbuh dan berbuah. Iman timbul karena pendengaran dari Firman Tuhan. Mereka lahir kembali karena iman dalam Tuhan Yesus Kristus. Mereka mengamati orang-orang Kristen yang memimpin mereka kepada Kristus dan yang membagikan sukacita, damai dan itu semua menggetarkan hati mereka. Dan di dalam kesukacitaan mereka, mereka ingin orang lain juga mengalaminya.
Dalam setiap pertemuan orang Kristen, saya yakin ada laki-laki dan wanita yang telah menjadi orang Kristen lima, sepuluh atau dua puluh tahun tetapi yang belum pernah membawa satu orangpun yang hidup untuk Yesus Kristus kepada mereka. Saya maksud bukan orang yang sedang bekerja untuk Kristus, tetapi orang yang sedang melahirkan untuk Kristus. Seseorang mungkin berkata, "saya sudah menyebarkan 100.000 buah traktat". Itu baik, tetapi berapa banyak domba yang telah anda bawa ke dalam keluarga Allah.
Beberapa waktu yang lalu saya berbicara kepada 29 orang calon misionaris. Mereka telah lulus dari universitas, sekolah Alkitab atau seminari. Sebagai salah satu anggota panitia saya bertanya kepada setiap orang selama lima hari, setiap calon mendapat waktu setengah jam sampai satu jam. Diantara beberapa pertanyaan saya menanyakan dua pertanyaan yang sangat penting. Yang pertama tentang kehidupan ibadah pribadi mereka. Saya tanyakan kepada mereka, "Bagaimana dengan kehidupan ibadah pribadi anda?" "Berapa banyak waktu yang anda berikan untuk Tuhan?" "Apakah anda merasa bahwa ibadah pribadi anda merupakan sesuatu yang dikehendaki Tuhan?"
Dari ke 29 orang ini hanya satu orang berkata, "Saya percaya bahwa ibadah pribadi saya merupakan hal yang sangat penting". Kemudian pertanyaan saya berikutnya kepada yang lain, "Mengapa anda merasa ibadah pribadi anda tidak begitu penting?"
"Ya, anda tahu sendiri, saya disini hanya pada musim panas", sebuah jawaban klise. Kami berkonsentrasi pada kuliah. Kami dalam setahun hanya belajar sepuluh minggu. "Kami sangat sibuk". Saya berkata, "Baik. Sekarang coba lihat kembali pada waktu anda masih mahasiswa. Apakah anda dapat melakukan ibadah pribadi?". "Ya, tidak juga."
Kami menelusuri kembali ke belakang dan menemukan mereka tidak pernah mengerti bahwa Penebus yang mereka miliki sangat mementingkan ibadah pribadi mereka. Itulah salah satu alasan untuk kemandulan rohani mereka -- kurang bersekutu dengan Kristus.
Pertanyaan lain yang saya tanyakan kepada mereka, "Anda akan pergi ke negara lain. Anda berharap dipakai Allah untuk memenangkan laki- laki dan wanita bagi Kristus. Benarkah itu?" "Ya, benar". "Anda menginginkan mereka hidup dalam berkemenangan, bukan? Anda tidak ingin mereka hanya membuat keputusan percaya kepada Kristus dan kemudian kembali ke dunia mereka, bukan?" "Ya, benar." "Bolehkah saya menanyakan satu pertanyaan lagi? Berapa banyak orang yang anda ketahui namanya saat ini yang sudah anda menangkan untuk Kristus dan sekarang sedang hidup untuk Dia?"
Sebagian besar mengakui bahwa mereka telah siap menyeberangi lautan dan belajar bahasa asing, tetapi mereka belum pernah memenangkan satu jiwapun yang terus berjalan dengan Yesus Kristus. Beberapa diantara mereka berkata bahwa mereka telah banyak membawa orang pergi ke Gereja; yang lain berkata mereka telah meyakinkan beberapa orang maju ke depan pada saat KKR.
Kemudian saya tanya, "Apakah mereka hidup untuk Kristus sekarang?" Mereka tertunduk. Kemudian saya lanjutkan, "Apa yang anda harapkan dengan menyeberangi lautan dan berbicara dalam bahasa asing dengan orang yang mencurigai anda, yang cara hidupnya tidak lazim, apakah anda mampu melakukannya di sana jika di sini anda sendiri belum pernah melakukannya?"
Pertanyaan-pertanyaan ini tidak hanya berlaku untuk para missionaris atau calon misionaris. Tetapi juga berlaku untuk setiap anak-anak Allah. Setiap anak-Nya harus menjadi seorang yang dapat mereproduksi secara rohani.
Apakah anda sedang mereproduksi sekarang? Jika tidak, mengapa tidak? Apakah itu karena kekurangan persekutuan dengan Kristus, Tuhan anda, Yang sangat mementingkan keakraban dengan Dia? Atau ada dosa dalam kehidupan anda, suatu dosa yang belum diakui akan menghambat aliran rohani dari anda? Atau apakah anda masih tetap bayi?
"Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu perlu lagi diajarkan ...." (Ibrani 5:12)
Sumber:
Judul Buku: Dilahirkan untuk Berbuah
Judul Bab : [Bab 3] Bayi-bayi Rohani
Penulis : Dawson Trotman
CD SABDA : Topik No. 18212; 18215
Cat. Red.: Anda ingin artikel lengkap, silakan menghubungi <endah@sabda.org> .
e-JEMMi 31/2002
Beberapa lukisan mengenai Yesus menggambarkan seorang laki-laki berambut tipis seperti benang, tubuhnya tampak ringkih dan matanya memancarkan kesedihan. Gambaran Yesus seperti ini bukanlah gambaran yang membuat kita ingin menyembah dan menghormati. Dia lebih tampak seperti orang yang membutuhkan, bukannya seseorang yang kita butuhkan!
Kadang-kadang, kita semua memiliki berbagai gambaran yang memuat kita memandang Yesus lebih rendah daripada diri-Nya yang sesungguhnya. Mungkin kita membayangkan Dia itu lembut, halus, tenang, tanpa semangat, dan "tidak berbahaya". Di saat yang lebih jujur, mungkin kita bertanya-tanya apakah Yesus cukup tangguh untuk melawan Iblis dan memenangkan peperangan rohani dalam hidup ini. Berbesar hatilah -- Tuhan Yesus sungguh pahlawan perang yang berkemenangan!
Kebenaran Mengenai Allah
Bangsa Israel baru keluar dari perbudakan Mesir, namun kini mereka diperhadapkan pada dilema yang "mustahil". Di depan mereka, terbentang Laut Merah yang tak terseberangi; di belakang mereka, tentara Mesir kian mendekat dengan ganas. Setelah melewati tanah kering dan melihat bala tentara Mesir tenggelam, umat Allah ini langsung menaikkan pujian kepada Tuhan.
"Baiklah aku menyanyi bagi TUHAN, sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut. TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia. TUHAN itu pahlawan perang; TUHAN, itulah nama-Nya ... Tangan kanan-Mu, TUHAN, mulia karena kekuasaan-Mu, tangan kanan-Mu, TUHAN, menghancurkan musuh. Dengan keluhuran-Mu yang besar Engkau meruntuhkan siapa yang bangkit menentang Engkau." (Keluaran 15:1-3,6,7)
Mungkin Anda berpikir, ya, itu Perjanjian Lama. Bagaimana dengan Perjanjian Baru? Bagaimana dengan Yesus? Seberapa baikkah Dia mampu mengatasi Diri-Nya bila diperhadapkan dengan musuh? Iblis pasti ngeri memikirkan saat Yesus akan datang untuk menghakimi:
"Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil. Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota dan pada-Nya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorang pun, kecuali Ia sendiri. Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah: "Firman Allah." Dan semua pasukan yang di sorga mengikuti Dia; mereka menunggang kuda putih dan memakai lenan halus yang putih bersih. Dan dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan la akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Allah, Yang Mahakuasa. Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: "RAJA SEGALA RAJA DAN TUAN DI ATAS SEGALA TUAN." (Wahyu 19:11-16)
Anda belum yakin? Tuhan Yesus, yang telah datang untuk menghancurkan pekerjaan Iblis, akan kembali pada hari penghakiman terakhir. Semua musuh-Nya akan dilemparkan ke dalam lautan api untuk selamanya. Saat ini, kita dapat bersukacita karena nama kita tertulis dalam buku kehidupan Anak Domba dan Iblis telah dikalahkan, semua senjatanya telah dilucuti oleh Yesus di atas kayu salib:
"Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka." (Kolose 2:15)
Kemenangan Kristus atas dosa, maut, dan iblis akhirnya juga akan menjadi milik kita. Di dunia kita akan bergumul melawan dosa dan kadang, bahkan, menyerah pada dosa. Tubuh jasmani kita akan mati, kecuali bila Yesus kembali terlebih dahulu. Mungkin, Iblis akan berhasil menggoda, mendakwa, atau menipu kita. Namun, akhirnya kemenangan ada di pihak kita. Renungkanlah dengan saksama semua kebenaran ini dan bersukacitalah dalam pengharapan:
"Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan." Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 8:35-39)
"Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." (1Korintus 15:54-57)
Oleh iman dalam Yesus Kristus, kita dapat mengalahkan dunia ini (lihat 1Yohanes 5:4); menyalibkan kedagingan dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (lihat Galatia 5:24); dan berdiri di dalam Dia yang telah memusnahkan Iblis, yang berkuasa atas maut (lihat Ibrani 2:14). Pujilah nama-Nya yang mulia!
Kebenaran Mengenai Kemerdekaan
Meskipun Kristus telah memenangkan peperangan dan hasilnya sudah pasti, Iblis masih berkuasa di bumi. Dia tidak berhenti berusaha menguasai apa yang telah hilang darinya (jiwa orang kudus). Kita berdosa bila mempercayai dusta ini. Jika tidak mengakuinya dan tidak bertobat, berarti kita memberikan lagi dasar pada kuasa-kuasa kegelapan untuk bekerja. Kita menghentikan proses ini dengan menolak dusta tersebut dan menaati Yakobus 4:7, "Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah iblis, maka ia akan lari dari padamu!"
Kita tunduk kepada Allah dengan tinggal di dalam Yesus, berjalan bersama-Nya dalam kuasa Roh Kudus dan kebenaran Firman-Nya. Kita segera mengaku dan bertobat dari dosa serta meninggalkan segala upaya menjadi orang Kristen berdasarkan kekuatan sendiri dan bagi kemuliaan diri sendiri. Maka kita dapat melawan Iblis dan dia harus lari meninggalkan kita! Tetapi bagaimana kita melawan Iblis? Dengan mengenakan perlengkapan senjata Allah:
"Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah- pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah." (Efesus 6:10-17)
Seruan peperangan menuntut kemerdekaan telah dikumandangkan. Kenakanlah perlengkapan senjata Allah. Berdiri dengan teguh! Bertahanlah! Segala kuasa Allah ada di belakang Anda dan Kristus telah mengalahkan Iblis di atas kayu salib. Perlengkapan senjata Allah tidak terkalahkan dan Anda bisa mulai mengenakannya saat ini juga dalam doa.
Diedit dari Sumber:Judul Majalah | : | Berjalan dalam kemerdekaan |
Judul Artikel | : | Berdiri Teguh dan Berjuang! |
Penulis | : | Neil T. Anderson dan Rich Miller |
Penerbit | : | Yayasan Media Buana Indonesia |
Halaman | : | 73 - 76 |
"Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu." (Yeremia 29:7)
Doakan akar sejarah kota Anda. Minta ampun kepada Allah bagi penduduk kota Anda jika pernah terjadi kekerasan, perang, keserakahan, penindasan, perpecahan atau hal-hal lain yang pernah terjadi.
Doakan adanya perdamaian dan pemulihan antarkelompok yang ada di kota Anda. Doakan agar kota Anda memiliki kerukunan antarpenduduknya.
Doakan bagi mereka yang kekurangan dan yang lemah. Doakan agar kekerasan dan ketidakadilan tidak terjadi di kota Anda.
Doakan masalah-masalah sosial yang menonjol.
Doakan tempat-tempat dimana kecelakaan dan kriminalitas sering terjadi.
Doakan gereja-gereja di kota Anda supaya mengalami pertumbuhan dan agar pengaruhnya dapat dirasakan oleh komunitas di sekitarnya. Doakan untuk para pemimpin gereja dan untuk kesatuan di antara mereka.
Doakan pemerintah kota Anda: walikota, anggota DPRD, camat, lurah, ketua RW/RT, hakim, polisi, hansip, dan sebagainya. Doakan agar mereka memerintah dalam integritas dan keadilan. Anda dapat mendoakan mereka melalui Alkitab: Mazmur 58; 61; 72.
Judul Buku | : | Kota Doa -- Mengobarkan Api Kebangunan Rohani di Komunitas Anda |
Penulis | : | Jimmy B. Oentoro |
Judul Artikel | : | Mendoakan Kota Anda |
Penerbit | : | Harvest Publication House, Jakarta, 1998 |
Halaman | : | 287 - 288 |
"Mempunyai rekan doa adalah suatu cara yang indah untuk bertumbuh di dalam Tuhan," demikian kesaksian seorang aktivis pelayanan mahasiswa. Dan, kenyataan ini memang telah terbukti dalam pengalaman mereka yang mempraktikkannya.
Jika dua atau tiga orang Kristen rindu dan rela meluangkan waktu untuk bersama-sama menghampiri Allah dalam doa, serta berjanji untuk setia hadir secara teratur, maka mereka dapat menjadi rekan doa dan memulai suatu persahabatan doa. Persekutuan dalam doa antara dua tiga orang ini merupakan suatu cara yang efektif untuk belajar tentang apa artinya saling mendukung, saling memberi dorongan, saling menanggung, saling melayani, dan bertumbuh di dalam Tuhan. Saudara akan merasakan betapa besarnya kuasa doa itu untuk seluruh jemaat atau persekutuan Kristen yang Saudara doakan serta layani.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan agar persahabatan doa ini berhasil.
1. Komitmen
Rekan-rekan doa bukanlah "teman bermain" yang bertemu secara teratur untuk ambil bagian dalam suatu aktivitas bersama. Mereka adalah saudara-saudara dalam Kristus yang rela memberikan dirinya maupun waktunya satu bagi yang lain dalam suatu persekutuan yang unik.
Mengajak orang lain untuk memasuki kehidupan doa kita bukanlah hal yang gampang. Perlu ada kerelaan masing-masing untuk bersikap terbuka dan jujur satu sama lain. Keterbukaan yang tulus dan akrab ini mengandung risiko: kelemahan-kelemahan kita, yang biasanya kita tutup-tutupi, akan diketahui oleh rekan kita. Namun, janganlah kecil hati. Risiko ini adalah sesuatu yang diperkenankan oleh Tuhan, dan melalui keterbukaan itu Ia bekerja, menyempurnakan pribadi masing-masing.
Rekan-rekan doa yang Tuhan berikan kepada Saudara adalah pribadi yang istimewa. Oleh karena itu, dalam membina doa bersama jangan dihabiskan waktu dengan mencoba mengubah mereka menjadi pribadi yang Saudara inginkan. Jadikan waktu doa bersama itu sebagai waktu singkat untuk menikmati bersama hadirat Tuhan.
2. Prioritas
Kesungguhan dalam komitmen kepada Allah dan kepada sesama rekan doa, sangat menentukan efektif tidaknya persahabatan doa itu.
Yang pertama-tama diperlukan adalah kesungguhan untuk menyediakan waktu, memprioritaskan waktu yang telah disetujui bersama. Pengorbanan waktu yang kita berikan untuk berdoa bersama ini merupakan bagian dari "memberikan nyawa" satu kepada yang lain (Yohanes 15:13).
3. Pertumbuhan
Pertumbuhan rohani akan terjadi secara perlahan tetapi pasti dan teratur dalam persahabatan doa ini. Nantikan pertumbuhan rohani ini, demikian pula satu bagian penting dari pertumbuhan yang akan Saudara lalui, yakni penderitaan dan kesulitan. Sementara Saudara dan rekan-rekan doa berjalan bersama, sambil "diubahkan menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar" (2 Korintus 3:18), pasti akan ada "kerikil dan batu-batu menonjol" di sepanjang jalan itu. Kerelaan untuk menjalani masa-masa sukar bersama-sama akan menjadi ukuran, seberapa penting persekutuan itu bagi masing-masing dan seberapa kesungguhan komitmennya.
Jangan putus asa bila persahabatan doa Saudara ternyata tidak menjadi sempurna dalam waktu singkat. Sedikit sekali orang-orang yang memulai suatu persahabatan doa dengan kejujuran dan saling percaya sepenuhnya. Sikap ini baru dapat dicapai setelah melalui suatu proses yang memakan waktu.
4. Godaan
Guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya persahabatan doa dibentuk antara sesama pria atau sesama wanita, atau calon suami-istri dan antara suami-istri. Jangan keliru, persahabatan doa bukan suatu bentuk baru dari "berpacaran secara Kristen".
Persahabatan doa juga tidak boleh menggantikan persekutuan pribadi Saudara dengan Tuhan. Masing-masing tetap perlu berjumpa dengan Tuhan secara pribadi dalam Waktu Teduh. "Masuklah ke dalam kamar, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapa yang ada di tempat tersembunyi." (Matius 6:6)
Sering terjadi, dalam berjalan bersama Roh, rekan-rekan doa perlu saling menopang dan mendukung, tetapi ini bukan berarti mereka lalu bisa saling membebani atau saling tergantung. Bersandarlah bersama-sama pada batu karang yang teguh, yaitu Yesus Kristus.
Suatu persahabatan doa dapat menjadi bagian yang efektif dari persekutuan pemuridan seperti antara Paulus-Timotius, dan di sini ada banyak kesempatan untuk bertumbuh bersama-sama. Tetapi waspadalah agar jangan rekan Saudara menjadi pengantara antara Saudara dengan Tuhan.
Apa yang Perlu Dilakukan Dalam Suatu Persahabatan Doa?
1. Saling berbagi pengalaman (sharing), terutama hal-hal yang Tuhan sudah ajarkan kepada Saudara, dan masa-masa ketika Tuhan sedang berusaha mengajarkan sesuatu kepada Saudara.
2. Berbicaralah dengan tujuan yang jelas; hindari percakapan yang bersifat basa-basi dan tidak terarah.
3. Berdoalah secara khusus untuk kebutuhan masing-masing, untuk rencana-rencana masing-masing dan hal-hal lain yang menjadi beban bersama. Jangan takut mendoakan agar Tuhan menolong rekan Saudara mengatasi kelemahan dan kekurangannya.
4. Berdoalah dengan tujuan yang jelas, dengan keyakinan bahwa Allah akan bekerja dalam hidup masing-masing, dan masing-masing rela dipakai Allah sebagai jawaban atas doa-doa yang dinaikkan.
5.Berdoalah secara teratur; dalam setiap situasi pandanglah kepada Allah terlebih dahulu, jangan datang kepada-Nya sebagai pelarian terakhir kalau semua jalan lain sudah buntu.
6. Saling mendoakan sepanjang minggu, dan bukan hanya pada waktu bertemu.
7. Carilah cara-cara yang mudah dan efektif untuk saling berbagi pengalaman, mungkin melalui surat atau telepon apabila Saudara tidak dapat bertemu.
8. Alaskanlah persahabatan doa Saudara pada Yesus Kristus yang berkata,"Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh BapaKu yang di surga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:19-20).
Memulai Program Doa "Bersama"
1. Sepakati terlebih dahulu waktu berdoa. Usahakanlah menyediakan waktu tanpa harus diingatkan lagi melalui telepon dan semacamnya. Hilangkan ketergantungan semacam itu. Jadi tentukan suatu waktu dan buatlah tanda agar mudah diingat, misalnya dengan memasang jam weker yang selalu akan berbunyi pada waktu yang ditentukan itu, atau dentingan jam dinding, atau setiap selesai makan malam, atau selesai acara TV, dan lain-lain.
2. Bersikaplah wajar ketika berdoa bersama. Duduk atau berdiri -- terserah mana yang Saudara pilih. Melipat tangan atau bersama-sama menumpangkan tangan di atas buku -- jika itu membantu Saudara mengekspresikan kebersamaan.
3. Ucapkanlah kata-kata damai. Katakan satu kepada yang lain -- "Damai sejahtera Tuhan menyertai kamu"; -- "Menyertai kamu juga."
4. Jangan merasa terikat kepada bentuk doa yang itu-itu saja. Saudara dapat menggunakan macam-macam bahan lain, asal disepakati bersama, misalnya membaca satu pasal kitab Mazmur, mengucapkan Doa Bapa Kami bersama-sama sambil menghayatinya, menyanyikan lagu-lagu rohani, dan lain-lain. Buatlah sederhana dan pendek.
Sumber:
HIS, monthly Inter-Varsity magazine, December 1980
Sumber::
Diterjemahkan dan diterbitkan oleh Lembaga Reformed Injili Indonesia dalam "Surat Doa" no. 3 tahun 1988.
Dalam rangka menyambut peringatan hari Pentakosta, berikut ini kami sajikan salah satu sub-judul dari kotbah ROH KUDUS DAN DOA oleh Pdt. Dr. Stephen Tong. Selamat membaca!
Berdoa Sesuai Dengan Kehendak Bapa
Roh Kudus dan doa. Doa dan Roh Kudus. Pada waktu Yesus, anak Allah yang tunggal, berada di dunia, Dia tidak bisa berdoa tanpa pimpinan Roh Kudus. Ketika Anak Manusia yang menjadi wakil Anda dan saya berada dalam dunia, Allah menjadi daging, Kalam menjadi manusia, Firman menjadi Imanuel, Dia perlu pimpinan Roh Kudus. Siapakah engkau, yang berdoa tak perlu dipimpin Roh Kudus? Siapakah engkau, yang sudah belajar menghafal doa sehingga engkau pintar berdoa di luar kepala dan tidak perlu dipimpin oleh Roh Kudus? Dalam Lukas 4 dan Matius 4 dikatakan, Roh Kudus memimpin Yesus ke padang belantara untuk dicobai dan di situ Dia berdoa 40 hari. Dia berdoa, berdoa, berdoa, dan sebagai puncak doanya kita melihat Roh Kudus memimpin Dia. Selama 40 hari Dia berada dalam pergumulan doa. Roh Kudus mendampingi dan akhirnya doa-Nya sudah memuncak, sudah mencapai suatu status, cukup kuat dan sudah bisa menghadapi pencobaan-pencobaan yang berat. Di dalam dunia, Yesus berdoa dan dipimpin oleh Roh Kudus.
Saudara-saudara, bukan hanya itu; Alkitab berkata bahwa Roh Kudus menolong kita dengan keluhan-keluhan yang tak terucapkan. Apakah artinya ini? Yang tidak terkatakan, yang tidak dimengerti manusia, demikianlah keluhan-keluhan itu diterima oleh Roh Kudus. Orang yang belajar sabar tahu betapa berat arti S-A-B-A-R ini. Sabar ini sulit. Dalam bahasa Tionghoa kata sabar tersusun oleh dua suku kata, yang artinya jantung yang ditusuk oleh pisau. Itulah arti sabar. Kadang- kadang saudara tidak bisa sabar tetapi mesti sabar, saudara paksa- paksakan, persis seperti jantung ditusuk pisau. Goyang sedikit, pecah jantungmu. Itu namanya sabar. Siapakah yang paling sabar? Roh Kudus. Ketika Ia memperanakkan kita, Ia sudah bertekad untuk mendampingi anak yang dilahirkan itu. Dia mau hidup di tengah-tengah kita, Dia mau hidup di dalam kita. Roh Kudus mendampingi kita seperti seorang ibu, dengan penuh kesabaran Ia mendidik kita, memimpin kita menuju ke jalan yang benar, menuju jalan yang bercahaya dengan terang yang mulia.
Dalam bahasa Yunani Roh Kudus disebut "parakletos". "Para" artinya disamping. "Parakletos" adalah penghibur yang mendampingi kita. Pada waktu engkau dicela, dihina, sendiri, melayani Tuhan dan tidak dimengerti oleh orang lain, bahkan oleh kawan dan rekan sendiri, ingatlah akan parakletos, Roh Kudus penghibur yang mendampingi engkau di sampingmu dan terus menguatkan engkau, berdoa ganti engkau, karena Dia mengetahui isi hati Tuhan dan Bapa mengetahui doa Roh Kudus. Ini adalah komunikasi antara ketiga oknum: Bapa, Anak dan Roh Kudus. Bapa mencintai Anak, Anak mencintai Roh Kudus, demikian pula Roh Kudus mencintai Bapa. Ketiga oknum berkomunikasi, ketiga oknum saling mencintai, dan pengertian antara ketiga oknum demikian jelas, demikian tuntas, sempurna dan demikian indah. di sini disebut bahwa Roh Kudus tahu maksud Bapa dan Bapa juga mengerti isi hati Roh Kudus. Karena Roh Kudus mengetahui kedalaman dan keajaiban segala rahasia yang tersembunyi sedalam-dalamnya di dalam diri Allah Bapa, maka Roh Kudus bisa berdoa sesuai dengan kehendak Bapa, sedangkan anda dan saya tidak mungkin.
Roh Kudus membantu anda dan saya berdoa di hadapan Tuhan. Dulu di desa-desa di Tiongkok banyak wanita tidak sekolah. Kalau mereka ingin menulis surat kepada suami atau anaknya di kota lain, mereka harus meminta bantuan seorang tukang tulis surat. Nah, tukang tulis surat tidak ada modal berdagang tetapi ada modal sekolah. Jadi mereka pasang sebuah meja dengan tempat tinta, sebuah pena dengan kuas dari bulu, dan banyak kertas di lacinya. Wanita-wanita itu lalu mendiktekan apa yang mereka ingin katakan. Biasanya bahasa mereka selalu jelek, tata bahasanya tidak teratur, tetapi penulis itu langsung mengubahnya menjadi kalimat yang indah, tata bahasanya baik dan tulisannya bagus; kalau kata-katanya terlalu kasar dihaluskan, supaya dapat mengungkapkan apa yang diinginkan dengan sebaik- baiknya. Nah Saudara, demikianlah pekerjaan Roh Kudus ketika membantu kita berdoa. Doa kita sering ngawur, Roh Kudus membetulkan. Dia mengeluh dan mengeluh mendengar doa kita, tetapi Ia memperindah doa kita sehingga diterima oleh Bapa. Saudara ingin doa saudara diterima oleh Bapa? Caranya tidak lain adalah dengan hidup menurut kehendakNya dan diperkenan oleh-Nya, dan Roh Kudus akan membantu kita berdoa.
Saudara, sejak saya berumur sepuluh tahun saya mempunyai beban doa untuk penginjilan dunia, tetapi tidak tahu bagaimana harus berdoa. Kemudian Tuhan menolong saya untuk mulai melihat, siapa yang memberitakan Injil, dukunglah mereka; siapa yang diinjili, cari apa kesulitan mereka; orang-orang yang paling sulit menerima Injil, temukan rintangannya apa. Mulai Tuhan mengajar kebenaran seperti mengupas lapisan-lapisan bawang yang luarnya sudah rusak, mengupas satu per satu sampai ditemukan inti didalamnya yang sesuai dengan hidup yang Allah ingini. Pelan-pelan saya belajar mengetahui bagaimana berdoa sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam berdoa saya dididik, saya dibantu, sehingga lambat laun mulai tidak lagi berdoa untuk hal-hal yang sekunder, hal-hal yang tidak perlu, tidak lagi berdoa untuk keuntungan dan kepentingan diri sendiri, melainkan mengutamakan Tuhan. Lambat laun saya merasakan perasaan saya lain sekali; kalau Tuhan sudah mau begini, hati ingin begitu, tidak ada sejahtera. Setelah berdoa untuk pekerjaan Tuhan, berdoa untuk orang lain, untuk penginjilan seluruh dunia, ada suatu ketenangan dalam hati. Saudara akan mengalami damai sejahtera yang luar biasa kalau Saudara mengingat orang lain, bukan mengingat diri sendiri. Di dalam Alkitab ini merupakan suatu prinsip! Pada waktu Ayub bersungut- sungut tidak habis-habisnya mencela Allah, Ia tidak mendapatkan jalan keluar, tidak ada jalan pembebasan. Tetapi ketika Ayub berdoa untuk kawan-kawannya dan untuk orang lain, Allah melepaskan dia dari kesusahan. Ayat yang indah! Hanya Roh Kudus bisa menolong kita, mengarahkan kita keluar dari doa yang egosentris menuju hidup doa yang altruitis, yaitu berdoa untuk orang lain. Hidup berdoa untuk melihat lebih lebar, lebih luas, penyangkalan diri lebih besar, melihat Kerajaan Allah.
Roh Kudus menolong kita berdoa karena Ia mengetahui isi hati Tuhan. Kiranya Tuhan memperbaharui, menormalkan dan mengarahkan kebenaran di dalam hidup doa kita masing-masing.
Sumber:
Artikel di atas di ambil dan diedit dari Surat Doa No 4, Juli-Agustus 1988, Hal 1-4 dan 10
[[Cat. Red.: Bagi anda yang menginginkan versi lengkap dari khotbah ROH KUDUS DAN DOA ini, silakan kirim email ke
Adakah Cara yang Terbaik untuk Melakukannya?
Oleh: Karen Schmidt
Doa seperti apakah yang mempunyai dampak terbesar bagi Misi Pekabaran Injil? Di bawah ini adalah cuplikan dari tiga buah pendekatan tentang berdoa untuk mereka yang belum terjangkau.
Pemetaan Spiritual
Bagi George Otis Jr, pemetaan spiritual merupakan sebuah alat yang sangat penting untuk penginjilan. Otis adalah presiden dari kelompok Sentinel -- sebuah kelompok yang meluncurkan sebuah video dokumenter berjudul "Transformation I dan II" (Transformasi I dan II**) pada tahun 1999. Video ini berdurasi 60 menit dan mendokumentasikan apa yang disebut dengan "Evangelistic Breakthrough" (Terobosan Penginjilan) di empat kota yang ada di tiga benua. Dobrakan ini terjadi sebagai respon dari doa-doa yang dipadukan dengan pemetaan spiritual. Pemetaan spiritual adalah sebuah cara untuk memberi petunjuk kepada para pendoa syafaat tentang bagaimana menyelidiki apa yang disebut dengan "Spiritual Pathology" (Sumber/Analisa Masalah Spiritual) dalam komunitas mereka dan kemudian berdoa melawan roh setan/kuasa kegelapan yang mengikat komunitas tersebut.
"Mengapa kegelapan rohani terus becokol di sebuah komunitas tertentu?" tanya Otis yang juga adalah koordinator pembantu dari United Prayer Track untuk gerakan AD 2000 and Beyond, dan juga telah mengarang sebuah buku berjudul "The Twilight Labyrinth". Di buku ini dia menjelaskan penelitiannya tentang penyembahan berhala dan tekanan spiritual. Otis percaya, untuk berdoa bagi pertobatan dari orang-orang dunia itu dimulai dari pengidentifikasian penghalang- penghalang spiritual dan kejadian- kejadian yang menciptakan hal-hal tersebut. Setelah melakukan penelitian yang didasari atas pemetaan spiritual, para pendoa syafaat bagi komunitas tersebut diinstruksikan bagaimana berdoa agar Tuhan membebaskan komunitas tersebut dari penghalang-penghalang spiritual sehingga Roh Kudus bisa bebas bekerja.
Berdoa Seperti Teladan Paulus
Lain lagi bagi Michael Pocock, Ph.D. yang merupakan ketua Departemen Penginjilan Dunia dan Studi Antar Kebudayaan di Sekolah Teologia Dallas. Dia percaya jika kita hendak berdoa untuk misi penginjilan, kita harus mengikuti contoh teladan yand diberikan di Alkitab. Pocock mengambil contoh Paulus yang berdoa di medan penginjilan terdepan yaitu di tempat para penyembah berhala. "Lihatlah apa yang didoakannya, apa yang dia minta orang lain untuk berdoa bagi dia dan bagaimana hasilnya di surat-suratnya." Kata Pocock.
Menurut Pocock, adalah sesuatu hal yang benar jika kita meminta Allah untuk mengakhiri kuasa iblis yang menguasai orang-orang tidak percaya di dalam nama Yesus Kristus ketika kita sedang berdoa untuk pertobatan suatu komunitas tertentu.
Tetapi Pocock tidak melihat adanya alasan untuk mengetahui lebih banyak tentang roh-roh jahat. "Saya tidak menemukan di Alkitab tentang pentingnya kita mengetahui lebih banyak tentang siapakah roh-roh jahat tersebut. Mungkin memang ada setan-setan yang berkuasa di daerah tertentu dan mereka bisa memperoleh kekuatan melalui kerjasama dari para penyembah berhala yang tinggal di daerah tersebut. Tetapi saya mempertanyakan apakah mengidentifikasikan setan-setan tertentu adalah perintah Allah di Alkitab."
Walaupun begitu, Pocock berpendapat bahwa berdoa di tempat yang merupakan pusat orang yang tidak percaya merupakan hal yang dibenarkan dan dia sangat mendukung filosofi dari apa yang disebut dengan 'Prayer Walk' (Doa Keliling -- Praying Onsite with Insight). "Melakukan 'Prayer Walk' sungguh merupakan sesuatu yang berharga. Saya pikir, dengan kita berdoa di tempat dimana penginjilan sedang berlangsung akan memberikan perbedaan dibanding kita berdoa di tempat lain. Saya tidak perduli jika dibutuhkan biaya yang besar untuk mendatangi tempat tersebut hanya untuk berdoa di sana. Hal ini sangat berharga."
Pocock sebelumnya melayani di sebuah gereja injili terbesar di Caracas, Venezuela. Gereja dimana Pendeta Samuel Olsen memulai gerakan 'Prayer Walk'-nya. Ketika gereja sedang mencoba untuk menjangkau daerah yang baru, maka Olsen dan orang-orang di gereja tersebut pergi berjalan kaki (atau menggunakan mobil jika terlalu berbahaya) untuk melewati blok demi blok dan berdoa untuk orang- orang yang ada di blok tersebut.
Doa Yang Tekun
"Saya meragukan kalau ada organisasi misi atau penginjilan yang didukung oleh doa yang cukup." kata Dr. Wesley Duewel, seorang veteran OMS International berumur 61 tahun yang sekarang menjabat sebagai Presiden Emeritus di organisasi tersebut. Pada awal karir misionarinya, Duewel melayani di India. Dia mengatakan, "Kita berada di daerah yang sulit secara spiritual. Semua ladang misi adalah tempat peperangan untuk Allah. Ketika saya dalam penerbangan ke Amerika untuk menghadiri beberapa rapat setelah 25 tahun melayani di India, saya bertanya-tanya mengapa kita tidak mendapatkan hasil yang besar seperti yang saya harapkan."
Selama dalam perjalanan di Amerika, Duewel merasa Tuhan mengarahkan dia untuk meminta 1000 orang berdoa selama 15 menit setiap hari untuk misi penginjilan di India. "Kita memperoleh orang-orang yang mau berdoa dan tahun itu Tuhan memberikan kita 1500 petobat baru. Kemudian ada dua sampai tiga gereja yang didirikan dalam setahun, diikuti dengan pendirian lima gereja lagi. Seiring dengan berjalannya waktu, kami melihat rata-rata 25 gereja yang dibangun setiap tahunnya. Hal ini perlu usaha yang keras dalam berdoa untuk bisa memulai dobrakan bagi Allah di ladang penginjilan.
Duewel percaya kalau peperangan rohani adalah elemen yang selalu hadir di dalam pekerjaan misi. "Peperangan rohani itu lebih dari hanya sekedar melawan setan-setan dan manifestasinya yang kelihatan." katanya. "Peperangan ini berarti menghalau kegelapan dan mengambil inisitatif melalui doa. Hal ini membutuhkan 'a holy hunger' (kerinduan yang kudus) bagi mereka yang terhilang dan doa dengan sepenuh hati serta jiwa. Saya percaya kalau kita perlu berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah untuk jiwa-jiwa tersebut.
Duewel percaya kalau orang Kristen seharusnya berdoa dengan menggunakan Firman Allah untuk "membujuk" Allah. Namun lebih dari sekedar kata-kata dalam doa, dia menyadari bahwa pengabdian untuk berdoa dan semangat untuk menjangkau orang terhilang adalah kuncinya. "Saya tidak dapat lebih menekankan lagi akan pentingnya peran doa" kata Duewel. "Harapan kami satu-satunya untuk memperoleh tuaian ialah dengan tekun berdoa."
Sumber: World Pulse, 22 Juni 2001, Halaman 5
[Catatan Redaksi: ** VCD "Transformation I dan II" yang telah di-dubbing dalam bahasa Indonesia merupakan dua film dokumenter yang bagus untuk ditonton. Anda melihat bagaimana transformasi besar-besaran yang terjadi saat Allah mulai menjamah dan bekerja secara luar biasa di kota-kota itu. Anda bisa mencoba mencarinya di toko buku Kristen di kota Anda.]
"Tuhan tidak meminta kebanyakan dari kita untuk menjadi pengacara tetapi Ia memerintahkan semua orang Kristen untuk menjadi saksi Kristus."
Dalam majalah bulanan Moody diceritakan tentang seorang yang bernama Peter Stam. Di situ dikatakan bahwa ia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk bersaksi untuk Kristus. Pada suatu hari ia masuk ke dalam sebuah "Lift". Dalam lift itu Peter Stam hanya berdua dengan seorang wanita petugas lift itu. Peter Stam berkata kepada petugas lift: "Semoga perjalanan anda yang terakhir dalam hidup ini adalah naik (menuju ke sorga) dan bukan turun (menuju ke neraka)." Petugas itu terkejut mendengar ucapan itu, tetapi ia mengerti apa maksud perkataan itu. Sebagai jawaban ia hanya dapat memberikan sebuah senyuman manis. Selanjutnya Peter Stam berkata: "Sekarang saya berumur 70 tahun dan tidak lama lagi saya akan bertemu dengan Juruselamat saya, Tuhan Yesus Kristus. Saya harap saya akan bertemu dengan anda nanti di atas
sana."
Ini adalah suatu kesaksian yang diucapkan dengan berani sekali dan tentulah Roh Kudus telah bekerja dengan sepenuhnya melalui kesaksian ini.
Beberapa hari yang lalu, ada seorang pemuda Negro yang bekerja sebagai tukang sapu bertobat dan diselamatkan. Sukacitanya di dalam Kristus selalu terpancar di wajahnya dan kabar tentang pertobatannya tersebar di antara teman-temannya. Pada pagi itu teman-temannya bermaksud hendak mempermainkannya. Sambil tertawa mereka berkata: "Hai, Jasper. Apa kabar tentang Yesusmu pagi ini?" Ia mengeluarkan Alkitab dari dalam sakunya dan sambil mengacungkannya dan berkata, "tentu kalian juga akan mengetahui bahwa Tuhan Yesus itu sama, dahulu, sakarang dan selama-lamanya."
Tidak seorang pun tertawa lagi. Ini benar-benar merupakan suatu kesaksian bagi Kristus.
Seperti Dalam Pengadilan
Setiap orang Kristen dipanggil untuk menjadi saksi Kristus. Tetapi ada orang Kristen yang merasa takut untuk bersaksi. Mereka mengira bahwa bersaksi itu sama dengan memenangkan jiwa. Sebenarnya bukan demikian. Bersaksi itu berbeda sekali dengan memenangkan jiwa. Cobalah anda menghadiri suatu pengadilan, di sana anda akan melihat perbedaan yang dimaksudkan.
Seorang saksi dipanggil untuk memberikan kesaksiannya. Ia hanya menerangkan apa yang diketahuinya. Ia diminta untuk memberikan keterangan berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Hanya itu. Setelah itu selesailah tugasnya. Sekarang perhatikan bagaimana seorang pembela bertindak. Ia bertindak sebagai seorang pemenang jiwa. Ia tidak berdiri di pihak seorang saksi. Pembela adalah seorang yang benar-benar ahli di dalam perkara yang hendak dibelanya. Ia mengadakan persiapan yang teliti serta bertindak dengan sistematis untuk mendapatkan pengakuan demi kepentingan orang yang hendak dibela perkaranya. Ia seorang yang ahli dalam mempengaruhi manusia dan ia mengumpulkan semua fakta-fakta yang diperlukan untuk memenangkan perkara itu. Pembela selalu berusaha untuk menyelesaikan sesuatu perkara dengan berhasil. Demikian pulalah halnya dengan seorang pemenang jiwa.
Jadi bila kita dapat melihat perbedaan antara seorang pembela dan seorang saksi, kita tidak perlu menjadi bingung lagi.
Tidak Ada Perintah Untuk Memenangkan Jiwa
"Dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Rasul 1:8b)
Demikianlah bunyi perintah Tuhan. Perintah itu ialah supaya kita menjadi saksi Kristus, dan bukan menjadi pemenang jiwa. Janganlah anda terkejut bila saya nyatakan di sini bahwa di dalam Alkitab tidak terdapat perintah langsung untuk memenangkan jiwa. Tentunya anda hendak mengajukan keberatan dengan mengemukakan beberapa ayat Alkitab, bukan? Baiklah! Kita akan membahas ayat-ayat itu nanti. Sekarang baiklah saya nyatakan bahwa saya sendiri telah mengalami kebahagiaan yang besar karena telah memenangkan banyak jiwa. Namun demikian, sampai pada saat ini saya tidak pernah menemukan sebuah ayat pun di dalam Alkitab yang memerintahkan orang-orang Kristen untuk memenangkan jiwa.
Nah sekarang baiklah kita bahas beberapa ayat itu yang mungkin hendak anda kemukakan sebagai ayat-ayat yang mengandung perintah untuk memenangkan jiwa.
"Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." (Markus 1:17)
Ya, kita diminta untuk mengikut Kristus dan menjadi penjala orang. Tetapi menjala orang tidak sama dengan menangkap orang itu lalu memasukkannya ke dalam jala. Itu bukan lagi menjala namanya. Kita diperintahkan hanya untuk menjala orang.
"Dan siapa bijak, mengambil hati orang." (Amsal 11:30b)
Dalam bahasa Inggris ayat ini berbunyi: "He that winneth souls is wise." Ini merupakan suatu pujian dan bukan suatu perintah. Memang benar bahwa kita bijaksana apabila kita memenangkan jiwa, tetapi hal itu bukan merupakan perintah.
"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil ...."
(Markus 16:15)
Di sini kita melihat bahwa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil. Hal ini tak dapat ditawar-tawar lagi.
"Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." (Yohanes 20:21b)
Di sini kita hanya melihat bahwa kita disuruh oleh Yesus. Demikianlah halnya dengan ayat-ayat lainnya dari Alkitab yang berhubungan dengan pemberitaan Injil atau bersaksi. Yang paling mendekati pengertian perintah itu terdapat di dalam sebuah perumpamaan Tuhan Yesus di dalam Injil Lukas. Di situ diceritakan tentang seseorang yang membuat perjamuan besar dan menyuruh hambanya pergi "ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh" (Lukas 14:23). Tetapi dalam perumpamaan ini kita melihat ada hal yang kurang sesuai dengan doktrin kebebasan manusia untuk memilih. Karena itu tidak dapat ayat-ayat di dalam perumpamaan ini dipakai sebagai suatu perintah untuk memenangkan jiwa tanpa memperhatikan hubungan ayat-ayat sebelum atau sesudahnya.
Saya yakin bahwa perintah yang sebenarnya bagi kita ialah supaya kita setia bersaksi tentang Tuhan Yesus, sedang Pemenang Jiwa yang sesungguhnya ialah Roh Kudus. Tetapi ini bukan berarti bahwa saya menganjurkan orang Kristen supaya tidak memenangkan jiwa. Bila kita dapat dipakai oleh Tuhan untuk membawa orang datang kepada Tuhan Yesus, itu merupakan suatu hal yang indah.
Pernahkah Anda Merasa Seperti Ini?
Pada suatu waktu, ketika saya baru saja selesai memberikan pelajaran tentang "bersaksi" di sebuah gereja, datanglah seorang wanita kepada saya untuk berbicara. Dengan gugup wanita itu berkata:
"Tuan Lovett, sebenarnya saya merasa malu untuk mengatakan hal ini, tetapi saya benar-benar tidak dapat bersaksi tentang Tuhan Yesus. Saya tidak pernah mendapat latihan untuk itu dan saya takut untuk mencobanya."
"Lupakanlah sama sekali tentang memenangkan jiwa," jawab saya kepada wanita itu. "Lupakanlah. Buanglah hal itu dari pikiran Ibu. Janganlah memikirkan tentang diri Ibu sebagai seorang pemenang jiwa. Tuhan tidak meminta Ibu untuk menjadi pemenang jiwa, demikian pula saya tidak bermaksud demikian."
Saya yakin bahwa wanita itu terperanjat mendengar ucapan itu. Ia begitu herannya sehingga saya merasa kasihan padanya. Seperti halnya dengan banyak orang Kristen, wanita itu mengira ia tidak dapat menjadi seorang saksi Kristus tanpa memenangkan jiwa. Ia mengira bersaksi dan memenangkan jiwa itu sama, dan kita dapat melihat betapa lega perasaan hatinya setelah saya terangkan kepadanya perbedaan antara bersaksi dan memenangkan jiwa.
Dalam beberapa menit saja saya telah selesai menerangkan kepadanya cara bersaksi yang mudah dan praktis dan kemudian iapun pergilah dengan sukacita. Sekarang ia bersedia untuk bersaksi dengan sungguh- sungguh. Tetapi sebelum hari itu, ia tidak pernah membayangkan bahwa ada cara yang begitu mudah untuk bersaksi.
*Berapa banyak orang Kristen malu bersaksi tentang Tuhan Yesus karena merasa bahwa bersaksi itu sama dengan memenangkan jiwa. Berapa banyak orang Kristen yang tinggal diam saja karena merasa bahwa hanya orang yang dapat memenangkan jiwa yang layak untuk berbicara tentang Tuhan Yesus? Banyak sekali orang Kristen yang berpikir demikian. Dan memang wajar kalau mereka merasa takut untuk bersaksi. Memenangkan jiwa adalah tugas yang berat bila anda tidak mengetahui cara-caranya yang tepat. Bila anda mengetahui caranya, hal ini tidaklah begitu sukar (mengenai hal ini diterangkan dalam buku "Memenangkan Jiwa dengan Mudah", terbitan KALAM HIDUP (Kotak Pos 156, Bandung).
Memang suatu hal yang melegakan untuk mengetahui bahwa ada perbedaan antara kedua hal itu. Panggilan itu ialah untuk bersaksi dan bukan untuk memenangkan jiwa.
Ada Seorang Saksi
Ada seseorang yang setiap hari naik kereta api di Long Island. Begitu kereta api mulai bergerak untuk berangkat, orang itupun mulailah berjalan untuk bersaksi kepada setiap penumpang dari satu kereta ke kereta yang lain. Tetapi ia bukan bersaksi tentang Tuhan Yesus.
"Maafkan," ia akan berkata. "Jika ada di antara anggota keluarga atau teman-teman anda yang buta, suruhlah mereka pergi berobat kepada Dr. Garl. Dulu saya buta, tetapi berkat pertolongan dokter itu, mata saya sekarang sembuh dan dapat melihat."
Hanya itulah perkataannya kepada setiap penumpang. Ia selalu memberitakan kabar yang sama. Ia bersaksi tentang dokter yang telah menyembuhkan matanya. Ia tidak berdebat, berbantah atau memaksa orang supaya percaya akan perkataannya. Ia hanya menceritakan tentang pengalamannya dan pergi. Ia tidak mengadakan perjanjian apa pun dengan penumpang kereta api untuk Dr. Garl. Mungkin anda berpikir: Alangkah baiknya kalau ia mau menceritakan tentang Tuhan Yesus kepada setiap penumpang. Ya, alangkah indahnya kalau ia berbuat demikian. Tetapi baiklah kita lihat apa sebenarnya menjadi seorang saksi itu.
* Tahukah anda bahwa pengaruh yang paling besar yang dapat mempengaruhi seseorang ialah saran yang diberikan oleh orang lain kepadanya? Pengaruh yang amat besar yang dapat mempengaruhi pikiran seseorang ialah pengaruh yang datang dari orang lain. Dewasa ini pengaruh semacam itulah yang merupakan kuasa yang terbesar dalam hubungan antar manusia. Binatang-binatang seperti anjing dan kucing tidak dapat berbicara satu dengan lainnya, tetapi manusia dapat. Percakapan antara seorang manusia dengan manusia lainnya mempunyai pengaruh besar bagaikan api yang memancarkan panas, tidak peduli apakah si pembicara menginginkannya atau tidak. Mereka yang suka bercakap-cakap kepada orang lain mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada yang ia duga.
* Bersaksi itu sama halnya seperti membunyikan lonceng. Lonceng akan berbunyi bila dipalu. Lonceng tidak dapat berbunyi dengan sendirinya. Jadi karena ia tidak dapat berbunyi sendiri, harus ada yang memalunya. Lonceng dibuat orang supaya berbunyi. Demikian pula halnya dengan manusia. Manusia diciptakan sedemikian rupa sehingga bila ia melihat sesuatu yang indah, maka ia akan mengaguminya. Demikian pula manusia dijadikan sedemikian rupa sehingga bila ia mendengar suatu kesaksian, hatinya akan tergerak. Itulah sebabnya mengapa Allah meminta kepada kita untuk berbicara bagi Dia. Manusia telah dijadikan supaya ia dapat memberikan reaksi terhadap sesuatu yang didengarnya. Prinsip ini akan membantu orang yang bersaksi bagi Kristus.
Kita Telah Ditolong
Sekarang pengertian yang kacau tentang bersaksi dan menangkan jiwa telah hilang. Kita telah melihat bahwa memenangkan jiwa dan bersaksi itu merupakan dua perkara yang berbeda. Pengetahuan tentang perbedaan ini akan sangat menolong kita. Sekarang setiap orang Kristen dapat memeriksa kemampuan pribadinya masing-masing dan menentukan bidang manakah yang terbaik baginya. Bagi mereka yang mempunyai bakat di bidang pergaulan sosial, peranan sebagai seorang pemenang jiwa adalah tepat. Mereka akan senang dengan tugas memenangkan jiwa dan membawa orang untuk Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya.
Tetapi bagi kita orang Kristen pada umumnya adalah menggembirakan untuk mengetahui bahwa panggilan Tuhan bagi kita bukanlah sebagai saksi-saksi Kristus yang setia. Padahal inilah yang sesungguhnya dikehendaki oleh Allah, kesetiaan dalam bersaksi walaupun ada di antara kita yang dapat berbuat lebih daripada itu dan berhasil membawa orang lain datang kepada Kristus.
Bukankah anda sekarang merasa lega mengetahui bahwa seorang saksi Kristus itu berbeda dengan seorang pemenang jiwa? Tentu saja bukan? Memang demikian kenyataannya. Tidak seorang pun dapat menjadi seorang pemenang jiwa sebelum ia mendapat latihan yang khusus mengenai hal itu atau mempunyai bakat-bakat tertentu yang dapat mempengaruhi orang lain. Demikian pula halnya dengan seorang pedagang. Ia berhasil karena mempunyai bakat alam dalam mempengaruhi orang lain. Orang-orang Kristen yang mempunyai bakat alamiah untuk menjadi pemenang-pemenang jiwa sejak lahirnya. TETAPI ORANG SEMACAM INI SEDIKIT SEKALI JUMLAHNYA. Adalah salah bagi kita orang Kristen bila kita berpendapat bahwa kita harus menjadi seperti pemenang- pemenang jiwa yang berbakat. Itulah sebabnya mengapa begitu banyak orang Kristen menutup mulut mereka.
Tetapi sekarang anda dapat merasa lega karena mengetahui bahwa bersaksi itu merupakan suatu pelayanan yang berbeda dengan memenangkan jiwa. Bersaksi itu mempunyai cara-caranya sendiri. Bila anda mengetahui perbedaan ini, maka ...
... Buanglah Kesukaran Pertama dalam Bersaksi!
[[Catatan Penulis: Sementara anda membaca bab yang berikutnya, anda akan dapat pula menghilangkan kesukaran dan ketakutan lainnya di dalam hal bersaksi.]]
Sumber:
Judul Buku: Bersaksi dengan Mudah
Judul Bab : [Bab 2] Bersaksi Tidak Sama dengan Memenangkan Jiwa
Penulis : C.S. Lovett, M.A., D.D.
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman : 16 - 22 (Bab kedua)
"Sebagai perpanjangan tangan gereja dalam memenuhi Amanat Agung, misi Kartidaya adalah agar setiap kelompok masyarakat memiliki dan menggunakan Alkitab dalam bahasa yang paling dipahami. Hal ini dilakukan dengan cara memberdayakan orang-orang Indonesia yang terpanggil untuk melakukan pekerjaan tersebut."
Penggalan kalimat di atas merupakan pernyataan misi yang menjadi dasar bagi pelayanan Kartidaya. Kami percaya bahwa pelayanan untuk menyediakan Alkitab dalam bahasa-bahasa yang paling dipahami oleh jemaat suku di Indonesia bukan hanya menjadi tanggung jawab para hamba Tuhan atau para misionaris asing. Pelayanan ini seharusnya juga bisa dikerjakan dengan kualitas yang baik oleh orang-orang Indonesia sendiri.
"Kartidaya" merupakan singkatan dari Karunia Bakti Budaya Indonesia. Nama ini memiliki arti yang dalam. Yohanes 3:16 mengatakan, "... Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, ...". Melalui karunia yang telah diberikan Tuhan, maka kami melayani dalam bidang bahasa dan budaya, sebab kami rindu agar orang lain juga beroleh hidup kekal.
Tuhan telah memberikan karunia-karunia yang berlainan kepada setiap orang. ´Karunia´ adalah kuasa dan kemampuan yang diberikan Allah untuk melakukan sesuatu. Kuasa dan kemampuan ini diberikan secara istimewa dan khas kepada tiap-tiap orang. Walaupun demikian, hal ini bukanlah sesuatu yang harus kita usahakan dan perjuangkan.
Namun, tentu saja kita tidak bisa berharap bahwa orang-orang yang memiliki karunia dan panggilan khusus tersebut pasti sudah mengetahui seluk-beluk di lapangan. Kita tidak bisa menganggap bahwa mereka sudah mengetahui teknik-teknik melakukan survei bahasa, bagaimana menganalisa satu bahasa yang baru, metode-metode yang bisa digunakan dalam program baca tulis, hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengembangkan kehidupan masyarakat, atau prinsip-prinsip untuk menerjemahkan dengan baik. Mereka harus lebih dulu belajar, supaya mereka menjadi tenaga lapangan yang cakap dan trampil dalam melakukan pelayanannya. Jadi, apabila seseorang hanya memiliki panggilan untuk melayani saja, maka itu tidak akan cukup.
Karena itulah, orang-orang yang terpanggil untuk bergabung sebagai pekerja-pekerja di garis depan ini, harus dipersiapkan dan diperlengkapi terlebih dahulu dengan semua ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan dalam pelayanan di lapangan.
Melalui pelatihan, peserta diharapkan dapat mengenali karunia yang ada padanya, menggali berbagai potensi yang ada dalam dirinya, serta mengembangkannya untuk pekerjaan di ladang Tuhan. Pelatihan juga menjadi tempat bagi para peserta untuk mengevaluasi kembali kemampuan dan panggilan mereka untuk bergabung dalam tim Kartidaya.
Sejak Kartidaya didirikan pada tahun 1989, untuk pertama kalinya pada tahun 1993, pelatihan pelayanan lintas budaya dan kebahasaan diadakan, dan kegiatan ini terus berlangsung sekali dalam setahun, sampai sekarang.
Pelatihan yang diberikan mencakup pelajaran: fonetik, fonologi, tata bahasa dan pemerolehan bahasa, komunikasi lintas budaya, etnografi, teori penerjemahan, serta literasi. Setelah melewati beberapa tahap seleksi, yang salah satunya adalah pelatihan ini, maka barulah seorang tenaga yang rindu melayani bersama Kartidaya, diterima dan diutus untuk melayani di lapangan.
Beberapa orang lulusan pelatihan Kartidaya memberikan kesan mereka:
"Senang, bingung, cemas, capek,... tetapi harus ikut terus supaya siap di lapangan. Konsep-konsep pelayanan lintas budaya yang benar, saya dapatkan di sini." (Wona, pelatihan 2002)
"Baru di sini, saya belajar hal-hal baru dan aneh. Awalnya terasa berat, tetapi lama kelamaan saya menyukainya. Sangat mempermudah saya untuk belajar bahasa dan budaya di lapangan." (Risma, pelatihan 2003)
"Pelajarannya lumayan berat, tapi fasilitatornya panjang sabar... Lewat pelatihan, kami belajar bagaimana menjadikan bahasa lisan menjadi bahasa tertulis agar bisa menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa itu. Dengan begitu, kami rindu untuk memperluas kerajaan Tuhan." (April, pelatihan 1997, 1999, 2000)
"Saya senang linguistik karena pelajarannya sangat analitis, praktikal, dan menantang. Saya dengan mudah bisa menerapkannya di lapangan, untuk berbagai kondisi budaya di Indonesia." (Marnix, pelatihan 2000, 2001)
Di samping pelatihan rutin untuk memperlengkapi para tenaga yang melayani di lapangan, tentu saja ada pelatihan-pelatihan khusus lainnya yang tidak diadakan secara rutin setiap tahun.
Pelatihan memegang peranan yang sangat penting, tapi seringkali terlupakan dan terabaikan. Jika pelatihan tidak berlangsung, maka tidak ada orang yang dipersiapkan dan diperlengkapi untuk menjangkau suku-suku lain di Indonesia.
Di Kartidaya, kami senantiasa berdoa, berharap, dan berusaha agar tenaga yang dihasilkan dalam pelatihan bisa menjawab kebutuhan lebih dari 500 suku di Indonesia yang belum memiliki Alkitab dalam bahasa yang paling mereka pahami.
Diedit dari sumber:
Judul Buletin | : | Kartidaya, Edisi III/2003 |
Judul Artikel | : | Betapa Indahnya Kedatangan Mereka yang MembawaKabar Baik |
Penulis | : | Yunita Susanto |
Hal | : | 1 |
Bimbingan lanjutan ("Follow Up") adalah bimbingan yang diberikan kepada seseorang setelah ia dilayani untuk menerima Yesus Kristus atau karena sesuatu persoalan rohani yang lain. Dalam Bimbingan Lanjutan ini ia dibimbing supaya hidupnya sungguh berakar dalam Firman Tuhan. Sebenarnya langkah pertama dari Bimbingan Lanjutan ini telah dilaksanakan pada waktu bimbingan pertama, yaitu pada waktu ia memperoleh kepastian selamat berdasarkan nats-nats tertentu dari Firman Tuhan.
A. KETAHUILAH TUJUAN DAN BATASNYA
Setelah seseorang menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya, ada suatu jangka waktu (selama beberapa minggu) yang sangat berfaedah untuk pelayanan rohani. Menyesal sekali bahwa kesempatan ini seringkali disia-siakan berhubung si pembimbing tidak tahu apa yang harus dilaksanakannya. Saudara harus mengetahui maksud bimbingan lanjutan ini, supaya kesempatan itu dimanfaatkan bagi Tuhan Yesus.
Saudara harus mengetahui batas pelayanan ini juga. Pada hakekatnya, bimbingan lanjutan ini berjalan serentak dengan pelayanan yang diberikan dari pihak gereja. Dengan demikian ada kalanya usaha pelayanan dari saudara akan disalah pahami dan dicurigai. Asal saudara jelas mengenai maksud dan batas-batas pelayanan ini, saudara dapat memberikan jawaban yang tepat tanpa perlu terjadi bentrokan dengan para rohaniwan.
Sangat luas jenis-jenis pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan. Gereja mempunyai tugas pelayanan sebagai gereja dan mungkin saudara turut mengambil bagian dalam pelayanan itu sebagai anggota gereja. Tetapi sebagai pribadi saudara mempunyai tugas pelayanan juga.
Untuk melihat batas-batas bimbingan pribadi itu betapa baiknya kita merenungkan "Amanat Yesus" dan Injil
Meskipun pelayanan saudara hanya mencakup sebagiannya saja, tetapi seharusnya saudara membedakan dua segi dari tugas tersebut. Tugas pelayanan saudara itu mencakup:
Biasanya kedua fungsi itu dibedakan dengan istilah-istilah "Penginjilan" dan "Peneguhan". Penginjilan berarti bahwa saudara akan memperkenalkan seseorang kepada Kristus sehingga ia lahir baru dan menjadi bayi rohani. Fungsi yang kedua, "Peneguhan" berarti bahwa saudara akan membimbing orang itu sampai ia dapat berjalan dengan teguh atas dasar Firman Allah.
Tugas saudara belum boleh dianggap selesai sebelum orang yang dilayani itu dihubungkan kepada suatu gereja supaya dapat dilangsungkan tugas-tugas kedua dan ketiga dari amanat Yesus itu. Kalau ia belum mengikuti gereja belum boleh dikatakan bahwa ia telah diteguhkan dalam Alkitab.
Setelah orang yang dibimbing secara pribadi itu diserahkan kepada suatu gereja, ia akan diberi pengajaran yang disebut "Sidi". Dalam "Sidi" ia belajar tentang Tuhan Allah, dan tentang pertanggungjawabannya sebagai seorang Kristen dan sebagai anggota Gereja setempat. Biasanya pokok-pokok pertumbuhan iman kurang dibicarakan dalam pelajaran sidi.
Pokok-pokok pertumbuhan iman itu harus dipertanggungjawabkan olehsaudara sendiri sebagai penginjil pribadi. Walaupun gereja saudara menegaskan pokok-pokok tersebut, janganlah terlalu lekas meletakkan tugas bimbingan lanjutan itu, sebelum saudara pertimbangkan hal-hal berikut:
Seperti telah dijelaskan maksud dari bimbingan lanjutan bukan semata-mata mengajar, tetapi untuk meneguhkan.
Biasanya orang yang baru diinjili itu belum mempunyai ikatan dengan suatu gereja. Belum tentu gereja saudara yang paling tepat bagi dia. Ia harus diteguhkan lalu digabungkan dengan salah satu sidang jemaat.
Biasanya rohaniwan setempat, yaitu pendeta-pendeta dan anggota-anggota majelis, demikian sibuk dengan urusan-urusan lainnya sehingga mereka tidak mempunyai waktu lagi untuk berkunjung kepada petobat-petobat baru.
Kalau seorang bayi rohani langsung diserahkan kepada salah satu gereja dengan maksud supaya gereja itu meneruskan bimbingan, maka hal itu tidak tepat sebab kadang-kadang ia terpaksa menunggu sampai 6 atau 10 bulan, baru dimulai kelas-kelas baru untuk calon-calon anggota. Dan tentu saja peneguhan ini tidak boleh ditunda sedemikian lama.
B. CORAK-CORAK BAGI PELAYANAN YANG BAIK
Saudara mempunyai tugas yang sangat penting. Dan tentu saja saudara ingin mempunyai perincian atas tugas tersebut. Bahan apakah yang harus diberikan? Apakah filsafat pendekatan terhadap tugas ini? Apakah yang diperlukan seorang bayi rohani supaya ia dapat mewakili Kristus dalam lingkungannya yang penuh dosa itu?
Kalau kita memeriksa kembali pengalaman rohani kita sendiri, maka akan menjadi nyata bahwa "pengenalan" lebih penting dari "pengetahuan". Banyak orang mempunyai pengetahuan yang baik, tetapi memusuhi Yesus Kristus. Mungkin tidak pernah ada seorang Kristen yang lebih mengetahui isi Alkitab dari pada si iblis itu. Karl Marx tidak dididik dalam jurusan sosial politik. Charles Darwin tidak dididik dalam ilmu pengetahuan alam. Kedua-duanya memperoleh gelar dalam ilmu theologia. Tetapi mereka memusuhi Yesus Kristus. Pengetahuan itu hanyalah merupakan barang mati, kalau belum dihidupkan melalui pengenalan akan Yesus Kristus. Pengetahuan yang sedikit akan dimanfaatkan oleh iman, tatapi pengetahuan yang banyak akan sia-sia kalau tidak ada ketaatan.
Kalau seseorang yang hatinya tergerak untuk taat kepada Yesus sebagai Tuhannya, maka ia akan memanfaatkan segala sesuatu yang telah diajarkan kepadanya. Tambahan pula kalau ia menemukan hal-hal yang belum diselidikinya, maka ia sendiri akan mencari-cari jawabannya dari Alkitab.
Oleh karena itu corak pelayanan saudara haruslah merupakan pelayanan yang mengikut sertakan jiwa-jiwa kepada Kristus. Pengikutsertaan memerlukan beberapa kesadaran, yaitu:
Yang terutama dalam semua bahan bimbingan lanjutan adalah harus menonjolkan Tuhan Yesus Kristus. Dalam setiap pelajaran carilah contoh-contoh dari kehidupan dan perkataan Tuhan Yesus. Inilah corak yang harus menggariskan setiap langkah peneguhan, terhadap pokok-pokok pelajaran manapun.
Orang itu harus demikian mengenal Yesus sehingga nama Yesus selalu dihargainya. Dorongan terbesar untuk menjaga kesucian hidup ialah perasaan takut kalau-kalau sesuatu akan menajiskan nama Yesus.
Pelajaran-pelajaran tentang penyaliban Yesus akan membangunkan rasa terima kasih dan pengucapan syukur.
Pelajaran tentang kebangkitan Yesus akan memberikan kepastian selamat serta ketegasan dalam melawan pencobaan-pencobaan.
Pelajaran tentang perumpamaan-perumpamaan dan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus, akan meletakkan dasar untuk mengambil keputusan-keputusan sehari-hari.
Suatu gejala bahwa seseorang sungguh-sungguh mengenal Tuhan Yesus ialah, keinginan untuk memperkenalkan teman-temannya kepada-Nya. Gejala lain lagi ialah keinginan dan kerinduan untuk lebih mengenal Yesus melalui Alkitab.
Setiap orang Kristen harus mengenal diri sendiri. Inilah kunci yang mensukseskan hidup dengan berkemenangan. Ada dua kesadaran yang dibutuhkan, yaitu kesadaran mengenai "waktu dahulu" dan "waktu sekarang".
Waktu dahulu: Dengan Alkitab sebagai dasarnya ia harus melihat dan mengaku bahwa sebelum ia menerima Yesus Kristus ia adalah seorang berdosa yang sesat. Seandainya ia meninggal dunia pada waktu itu, pastilah ia telah terbuang ke neraka. Tidak ada suatu jasa apapun yang ia perbuat dalam hidupnya yang lama itu. Semuanya termasuk kesalahannya dimurkai Allah (
Waktu sekarang: Ia harus mengetahui dan mengakui bahwa ia telah menjadi seorang anak Allah melalui iman kepada Yesus. Meskipun dari waktu ke waktu ia masih melihat dosa dalam dirinya, namun ia tetap mempunyai kedudukan sebagai anak Allah (
Keyakinan tentang kesesatannya yang dahulu itu mendorong pengucapan terima kasih dan penghargaan kepada Yesus. Pengetahuan tentang kedudukannya sebagai seorang anak Allah (
Banyak orang Kristen tidak menampilkan ciri-ciri kehidupan rohani, karena mereka belum mengakui sifat yang sebenarnya dari dunia ini. Mereka masih berharap akan pahala-pahala duniawi. Untuk orang yang percaya hanya ada satu pengharapan yang benar, yaitu Tuhan Yesus.
Seseorang yang baru percaya harus menyadari bahwa dunia ini akan membencinya. Dunia yang penuh dengan dosa tentu tidak akan senang bergaul dengan seseorang yang memihak kepada Yesus yang suci. Yesus sudah berkata bahwa Ia datang "membawa pedang" (
Kalau seseorang sungguh insyaf bahwa dunia ini adalah medan peperangan antara Yesus dengan iblis, maka ia akan menjadi berhati-hati untuk memihak kepada dunia atau berharap kepada pahala dunia (
Janganlah saudara sangka bahwa kesadaran ini akan melemahkan seorang bayi rohani, tetapi sebaliknya pengetahuan ini pasti akan menguatkannya. Makin cepat ia sadar tentang sifat sebenarnya dari dunia ini, makin cepat ia akan menjadi hamba Tuhan yang baik. Juga Iblis mengetahui hal itu dan akan berusaha menjatuhkan dia sebelum imannya berakar dalam Alkitab. Kalau saudara kurang berterus terang dalam pelayanan, berarti saudara akan membahayakan jiwa baru itu. Tetapi kalau ia didasarkan tentang daya upaya iblis dan kesia-siaan dunia ini, ia akan berlindung kepada Yesus melalui persekutuan dengan anak-anak Allah yang lain.
Dasar obyektif untuk kehidupan rohani yang stabil adalah Alkitab. Tugas bimbingan lanjutan bukan semata-mata mengajarkan tentang isi Alkitab, melainkan juga membiasakan orang itu untuk menggunakan Firman. Kalau saudara hanya mempunyai kesempatan satu atau dua kali saja untuk bertemu dengan orang yang dilayani itu, maka itu sudah cukup untuk memberi contoh yang baik. Asal ia sudah tahu bagaimana caranya untuk menyelidiki satu bagian dari Alkitab, maka ia dapat menggunakan cara yang sama itu terhadap bagian-bagian yang lain.
Bagaimanakah contoh yang baik itu, yang dapat diteladaninya di kemudian hari? Yaitu janganlah saudara loncat dari satu ayat ke ayat yang lain menurut suatu pokok melainkan ambillah satu bagian tertentu dan batasilah pada nats tersebut. Kalau saudara berpindah-pindah saja, maka Alkitab akan dianggapnya sabagai teka-teki di mana ia sendiri belum mempunyai kunci pengertiannya. Jangan lupa juga bahwa Allah lebih tahu dari kita. Kebijaksanaan Allah dalam menyusun suatu kitab tidak boleh dilupakan.
Supaya jangan sampai Alkitab itu terlalu asing baginya, berilah penjelasan tentang kitab-kitab yang terdapat dalam Perjanjian Baru. Setelah beberapa pelajaran saja, segera, tuntun orang itu untuk mulai menyelidiki satu Kitab tertentu. Kitab-kitab yang baik untuk orang-orang yang baru percaya adalah: Injil Matius, Injil Yohanes, Galatia,
Jauhkanlah segala tafsiran-tafsiran yang memakai kiasan. Pakailah arti yang nyata dan jelas saja.
Padamkanlah segala kecenderungan untuk mempersoalkan karena kemudian hari bagian Alkitab yang lain akan menerangkan ayat itu juga.
Banyak sekali orang memeriksa Alkitab untuk melihat syarat-syarat yang perlu dipenuhi, untuk memperoleh berkat-berkat tertentu. Janganlah memakai cara itu. Pengertian itu keliru sekali, sebab saudara mempunyai tugas untuk mengutamakan rahmat dan bukan "Torat".
Apakah arti rahmat itu? Dan apakah yang ia harus ketahui mengenai rahmat itu?
Dengan menerima Yesus ia sudah diberi hak untuk menikmati setiap berkat yang ada di Alkitab. Janganlah mengajak ia "berusaha" memperoleh sesuatu berkat. Asal ia sadar bahwa sesuatu berkat telah tersedia dalam Yesus, dengan sendirinya ia akan menikmati berkat tersebut.
Satu segi lain dari rahmat perlu dijelaskan. Kalau mengalami kesulitan, janganlah sekali-kali dibiarkan memeriksa diri tentang kemungkinan adanya dosa-dosa tertentu yang mengakibatkan persoalannya itu. Cara itu sangat bertentangan dengan Firman Tuhan. Itulah sejenis ketidakpercayaan. Banyak kesulitan dialami akibat lingkungan yang berdosa dan bukan karena ketidakberesan pribadinya. Satu contoh ialah penyakit-penyakit yang hubungannya bukan langsung dengan dosa, melainkan dengan kuman.
Artikel diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Penginjilan dan Pelayanan Pribadi |
Judul Artikel | : | Bimbingan Lanjutan: Coraknya (Pelajaran 8) |
Pengarang | : | W. Stanley Heath, Ph.D., M.Div. |
Penerbit | : | YAKIN, Surabaya |
Halaman | : | 70 - 77 |
Anda dapat membawa jiwa kepada Kristus dalam waktu 20 menit sampai dua jam. Tetapi membutuhkan waktu 20 minggu sampai dua tahun untuk membawa dia kepada jalan kedewasaan, kemenangan atas dosa dan persoalan yang datang berulang-ulang. Dia harus belajar bagaimana membuat keputusan yang benar. Dia harus diingatkan akan adanya berbagai-bagai bentuk "isme" yang dapat mengikat dia, menjerumuskan dia dan mengalihkan dia dari Firman Tuhan. Tetapi kalau Anda memberikan diri Anda kepada seseorang, Anda melipatgandakan pelayanan saudara. Anda tahu mengapa? Ketika Anda mengajar seseorang, dia akan melihat bagaimana itu dilakukan dan dia akan meneladani Anda ....
Dimana anak rohani Anda? Apakah Anda sudah mempunyai satu? Anda dapat meminta satu orang kepada Allah. Selidikilah hati Anda. Tanyakan kepada Allah, "apakah saya mandul secara rohani?" Jika mandul, tanyakan "mengapa saya mandul?".
Jangan terus biarkan kebodohan Anda. Hal yang selalu dipakai para Navigator sejak awal berdirinya adalah kapan saja pelaut-pelaut makan malam bersama-sama, setiap orang diminta untuk mengutip ayat Firman Tuhan setelah selesai makan. Saya berkata seperti ini, "Kutip ayat yang telah Anda pelajari dalam 48 jam terakhir. Atau dengan kata lain, kutipkan sebuah ayat untuk kami." Pada suatu sore hari ketika kami mengutip ayat-ayat di meja makan, anak perempuan saya yang berumur 3 tahun, datang masuk. Ada seorang pelaut baru yang duduk di sebelahnya tidak menyangka kalau anak saya sudah menghafal ayat. Tanpa memberi kesempatan kepadanya, pelaut itu sudah mulai mengutip ayat hafalannya. Anak saya melihat pelaut itu terus-menerus lalu menyelanya, "Aku juga menghafal ayat," kemudian dia mengutip
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Dia memberi tekanan pada "setiap orang" karena pada waktu pertama kali dia memikirkan ayat itu, ia tidak dapat mengucapkan kata itu dengan baik.
Belakangan hari pelaut itu datang dan berkata kepada saya, "Anda tahu, saya telah menghafal ayat itu. Hanya ayat yang satu itu yang saya ketahui. Tapi saya tidak sungguh-sungguh mengerti tentang ayat itu, sampai Ruthie (anak saya) mengutip ayat itu. Pada waktu itu dia berkata, 'setiap orang' saya pikir 'yang dia maksud saya'. Saya menerima Tuhan Yesus di kapal setelah kembali dari sini".
Sekarang orang muda ini menjadi seorang misionaris di Amerika Selatan.
Sampai beberapa tahun setelah kami menikah, ayah istri saya belum mengenal Tuhan. Di sini Allah memakai lagi anak-anak untuk mencapai hati yang haus. Pada waktu Ruthie berumur tiga tahun dan Bruce lima tahun, mereka pergi mengunjungi kakek dan nenek mereka. Kakek mereka mencoba mengutip kembali sajak anak-anak. Ia berkata, "Mary mempunyai seekor domba kecil" dan "Anak kecil berbaju biru," tetapi anak saya hanya melihat kepada kakeknya dan bertanya, "Siapa anak kecil berbaju biru?" Ia pikir anak saya tidak tahu banyak.
Istri saya berkata, "Mereka tahu sesuatu. Kutip
Bruce mulai mengutip ayat Alkitab, lebih kurang 15 ayat, dan Ruthie beberapa diantaranya. Hal ini sangat menyenangkannya kakeknya. Kakeknya membawa mereka ke tetangganya, ke bibinya, dan ke pamannya, memberitahukan kepada mereka betapa baiknya pengenalan anak-anak saya tentang Alkitab. Dalam pada itu Firman Tuhan sedang bekerja. Tidak lama setelah itu Roh Kudus, melalui suara anak-anak, menanam benih dalam hatinya. "Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak menyusu telah Kau letakkan dasar kekuatan ...." (
Pemenang jiwa bukanlah karena apa yang mereka tahu, tetapi karena Pribadi yang mereka kenal, seberapa baik mereka mengenal Dia, dan seberapa lama mereka memperkenalkan Dia kepada orang lain.
"Oh, tetapi saya takut," jawab saudara. Ingat, tidak ada sesuatupun di sorga kecuali dosa ketidakdewasaan dan kurangnya ibadah yang menyebabkan Anda tidak berbuah secara rohani. Selanjutnya, tidak ada satu pun di sorga yang dapat mencegah bayi rohani yang baru lahir untuk tetap terus berjalan dengan Tuhan kalau dia mempunyai orangtua rohani untuk merawat dia dan memberi dia makanan rohani yang telah disediakan Allah untuk pertumbuhannya yang wajar.
Pengaruh ketaatan mereka menyebabkan hukum-hukum sangat menarik. Kalau Anda menanam benih Firman Tuhan, Anda akan menuai hasilnya. Tidak semua hati akan menerima Firman Tuhan tetapi kalau ada beberapa yang menerimanya, bayi baru pasti akan lahir. Kalau jiwa sudah lahir rawatlah dia seperti Paulus merawat petobat-petobat baru. Paulus percaya manfaat bimbingan lanjutan. Ia adalah seorang penginjil yang sibuk, tetapi dia menyediakan waktu untuk memberi bimbingan lanjutan. Sebagian besar Perjanjian Baru adalah surat-surat Paulus mengenai bimbingan lanjutan untuk petobat-petobat baru. Yakobus percaya manfaat bimbingan lanjutan.
"Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja." (
Yakobus 1:22 )
Petrus juga percaya manfaat bimbingan lanjutan.
"Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan." (1 Petrus 2:2 ).
Juga Yohanes mempercayai itu,
"Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran." (
3 Yohanes 1:4 )
Semua tulisan Petrus, Paulus Yakobus dan sebagian besar surat Yohanes adalah makanan untuk orang Kristen baru.
Penyebaran Injil sampai dikenal dunia selama abad pertama adalah tanpa radio, televisi, atau media cetak karena Injil diberitakan oleh orang-orang yang mau memberitakan lagi. Tetapi sekarang kita mempunyai banyak orang datang ke gereja hanya duduk -- mereka pikir jika mereka setia menghadiri gereja, memberi persembahan dan mengundang orang lain datang, mereka merasa sudah melakukan bagian mereka.
Dimana anak rohani Anda? Setiap kita, tidak perduli berapapun umurnya, harus sibuk menghafal Firman Tuhan. Dalam salah satu kelas sekolah minggu ada seorang wanita berumur 72 tahun dan seorang lagi berumur 78 tahun telah menyelesaikan Sistem Penghafalan Ayat (TMS) para Navigator. Setelah itu mereka mempunyai sesuatu untuk dibagikan.
Penuhilah hati Anda dengan Benih yang sangat berharga. Anda akan merasakan pimpinan Allah yang memimpin Anda kepada orang yang dapat Anda bawa kepada Kristus. Banyak hati yang telah siap menerima Injil saat ini.
[Dawson Trotman adalah pendiri Pelayanan Para Navigator dan mempengaruhi ribuan orang bagi Kristus.]
Diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Dilahirkan untuk Berbuah |
Judul Bab | : | [Bab 7] Butuh Waktu untuk Melaksanakan Pekerjaan Allah |
Penulis | : | Dawson Trotman |
CD SABDA | : | Topik No. 18212; 18219 |
Beberapa Pokok Ajarannya
Kendati Alkitab selalu disebut sebagai pedoman utama ajarannya, namun dalam praktiknya tulisan-tulisan Mary Baker Eddy-lah, terutama Science and Health, yang dijadikan Christian Science atau Gereja Kristus Ahli Ilmu Pengetahuan sebagai pedoman ajarannya. Sebagai intisari tulisan-tulisan dan ajarannya, bersamaan dengan penyusunan Manual of The Mother Church, Mary merumuskan pokok-pokok ajaran (tenets) gereja itu. Berikut ini disajikan terjemahan dari rumusan ajaran itu, lalu akan kita coba membicarakannya bersama dengan beberapa pokok ajaran lain.
Untuk ditandatangani oleh barangsiapa yang bergabung dengan Gereja Pertama Kristus Ahli Ilmu Pengetahuan di Boston, Massachusetts.
Sebagai penganut Kebenaran, kami menjadikan Firman yang diilhamkan di dalam Alkitab sebagai penuntun kami yang lengkap menuju Kehidupan kekal.
Kami mengakui dan memuji satu Allah yang Mahatinggi dan tak terbatas. Kami mengakui Putera-Nya, satu Kristus; Roh Kudus atau Penghibur ilahi; dan manusia di dalam citra dan rupa Allah.
Kami mengakui pengampunan dosa oleh Allah, pada pemusnahan dosa dan pengertian rohani yang mengusir kejahatan sebagai yang nyata. Tetapi kepercayaan akan dosa akan dihukum sampai tidak dengan berakhirnya kepercayaan itu.
Kami mengakui penebusan oleh Kristus sebagai bukti Kasih yang ilahi dan mujarab, yang membentangkan kesatuan manusia dengan Allah melalui Kristus Yesus Sang Penunjuk-Jalan, dan kami mengakui bahwa manusia diselamatkan melalui Kristus, melalui Kebenaran, Kehidupan, dan Kasih sebagaimana diperlihatkan oleh Nabi Galilea itu di dalam penyembuhan orang sakit dan penaklukan dosa dan maut.
Kami mengakui bahwa penyaliban Kristus dan kebangkitan-Nya bertujuan meningkatkan iman agar memahami Kehidupan kekal, bahkan kesemestaan Jiwa, Roh, dan ketiadaan materi.
Dan kami dengan sepenuh hati berjanji untuk memperhatikan, dan berdoa agar Pikiran (Mind) itu berada di dalam kami sebagaimana berada di dalam Kristus Yesus; berbuat kepada orang lain sebagaimana kami ingin mereka perbuat kepada kami; dan menjadi penuh belas-kasihan, adil, dan murni. [MARY BAKER EDDY]
Membaca rumusan pokok-pokok ajaran di atas kita bisa mendapat kesan bahwa tidak ada yang luar biasa atau yang kelewat berbeda dari rumusan ajaran atau pernyataan iman dari gereja atau aliran di lingkungan Protestan, paling tidak menyangkut butir 1-4. Namun, kita akan melihat banyaknya perbedaan pemahaman, kendati seringkali istilah yang digunakan sama atau mirip. Dan, harus dicatat pula bahwa penjelasan Mary Baker Eddy menggunakan bahasa yang sulit dimengerti, yang mengingatkan kita kepada Swedenborg, Quimby, ataupun Emerson. Untuk jelasnya baiklah kita mencoba melihat beberapa pokok ajaran Christian Science ini secara lebih sistematis, dengan mengacu pada tulisan Mary Baker sendiri maupun tulisan beberapa pengamat (a.l. Gottschalk, Hoekema, Harm, Backman, Braswell, dan Gruss).
Berikut ini ulasan singkat dari butir 1-4:
Butir 2 di atas bisa memberi kesan bahwa Christian Science mempercayai Allah yang Tritunggal. Namun kenyataannya tidak sesederhana itu. Dalam glosari yang terdapat pada buku Science and Health (Mary Baker Eddy, hlm. 587), Allah Bapa digambarkan sbb.:
"Aku adalah Yang Agung, mengetahui semua, melihat semua, melakukan semua, bijaksana semua, mengasihi semua dan kekal; Prinsip; Pikiran; Jiwa; Roh; Kehidupan; Kebenaran; Kasih; Hakikat semua, kecerdasan."
Membaca penjelasan ini kita tentu bisa bingung, apa persisnya yang dimaksudkan. Namun menurut para pengamat, setidak-tidaknya penjelasan ini telah memuat sejumlah kata-kata kunci yang nantinya juga digunakan untuk menjelaskan banyak hal, baik mengenai Allah maupun mengenai hal-hal lain. Pada bagian-bagian lain dari tulisan yang sama, ataupun pada tulisan-tulisan lain, Mary sangat menekankan bahwa Allah Bapa dan Yesus Kristus, sama seperti Roh Kudus, adalah Roh atau Prinsip yang rohani; karena itu hakikat ciptaan-Nya pun adalah roh atau rohani. Baginya benda atau materi adalah sesuatu yang semu. Lebih lanjut digambarkan juga bahwa Allah bukan hanya sebagai Bapa, melainkan juga Ibu, atau Ibu-Bapa. Konsep "Ibu" menjadi sangat penting bagi pengertian Mary dan Christian Science tentang Allah (bnd. Teologi Feminis Masa Kini; pen.).
Yesus didefinisikan oleh glosari itu sebagai "konsep tertinggi yang dibutuhkan manusia mengenai gagasan ilahi, yang menghardik dan menghancurkan kesalahan serta membawa kebakaan manusia kepada terang". Di tempat lain kemudian dijelaskan juga bahwa Yesus itu manusia, bukan Ilah, yang lahir dari wanita, berjalan di bumi, yang memampukan manusia untuk memperoleh pengetahuan pengertian tentang Allah. Ia menjadi contoh tentang manusia yang mampu mencapai status "satu dengan Allah". Sedangkan Kristus didefinisikan sebagai "pewujudnyataan tertinggi dan ilahi dari, yaitu, sang Pikiran, yang datang kepada daging untuk menghancurkan kesalahan yang bersarang di dalamnya". Dengan demikian, Christian Science membedakan Yesus dari Kristus. Berdasarkan pemahaman ini pula Christian Science tidak mengakui kematian Yesus Kristus untuk menebus dosa manusia dan mendamaikan manusia dengan Allah, demikian pula kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga (dan dengan sendirinya tidak mengakui kedatangan-Nya kembali kelak; lihat pokok ajaran tentang zaman akhir di bawah).
Lalu Roh Kudus digambarkan sebagai Ilmu Pengetahuan Ilahi, pengembangan dari Kehidupan, Kebenaran, dan Kasih. Berdasarkan itu Science and Health. menjelaskan "Tritunggal Ilahi" sebagai berikut:
"Kehidupan, Kebenaran, dan Kasih merupakan Pribadi tritunggal yang disebut Allah, yakni Prinsip ilahi rangkap-tiga, Kasih. Mereka menampilkan suatu ketritunggalan di dalam keesaan; tiga di dalam satu, sama dalam hakikat, kendati pelbagai di dalam jabatan: Allah sang Bapa-Ibu; Kristus sang gagasan rohani tentang keanakan; Ilmu Pengetahuan ilahi atau Penghibur Suci. Ketiganya ini terungkap tiga kali ganda di dalam ilmu pengetahuan ilahi, kodrat hakiki dari yang tak terbatas. Mereka juga menandai Prinsip ilahi dari wujud ilmiah, hubungan yang cerdas antara Allah dengan manusia dan alam semesta."
Sebagaimana disinggung pada ayat 2 rumusan ajaran di atas, Christian Science memahami manusia pertama sebagai citra Allah memiliki keserupaan dengan Allah. Karena Allah adalah Roh maka manusia pada hakikatnya adalah roh. Dalam buku Facts About Christian Science (dikutip dalam Braswell 1986:202) dikatakan sbb.:
Manusia di dalam citra Allah, Roh, harus seluruhnya rohani dan sama sempurnanya dengan penciptanya. Karena itu orang sakit dan berdosa yang tampak dalam penampilan jasmani adalah perwakilan yang salah dari manusia, bahkan dalam kenyataannya merupakan salah paham yang bersifat bendawi.
Baker Eddy sendiri dalam Science and Health (hlm. 475-477) menulis sebagai berikut:
"Manusia bukanlah materi; ia tidak terbuat dari otak, darah, tulang, dan unsur umur bendawi lainnya. Alkitab memberitahu kita bahwa manusia dibuat menurut citra dan rupa Allah. Materi bukanlah rupa itu. ... Manusia itu rohani dan sempurna.... Manusia adalah ide, citra, dari Kasih; ia bukan jasmani. Ia adalah perpaduan ide Allah, termasuk semua ide yang benar; ungkapan asli bagi segala yang memantulkan citra dan rupa Allah ... Manusia adalah pantulan Allah, atau Pikiran (Mind) dan karena itu bersifat kekal dan tidak mempunyai pikiran yang terpisah dari Allah.... Ia tidak mempunyai hidup, kecerdasan, ataupun daya cipta milik sendiri, tetapi memantulkan secara rohani apa yang merupakan milik Pembuatnya....
Ketika berbicara tentang anak-anak Allah, bukan anak-anak manusia, Yesus berkata: "Kerajaan Allah ada di dalam dirimu"; itu berarti bahwa Kebenaran dan Kasih memerintah di dalam manusia sejati, yang menunjukkan bahwa manusia di dalam citra Allah tidaklah jatuh [ke dalam dosa] dan adalah kekal.... Di dalam manusia sempurna ini Sang Juruselamat menemukan rupa Allah sendiri dan pandangan yang benar tentang manusia ini menyembuhkan si sakit. Jadi, Yesus mengajarkan bahwa Kerajaan Allah itu utuh, universal, dan bahwa manusia adalah murni dan suci. Manusia bukanlah tempat human yang bersifat bendawi bagi Jiwa; ia sendiri adalah rohani."
Karena Allah adalah baik, "Semua di dalam semua", berupa Mind dan tidak bersifat material, maka dosa, penyakit dan maut; sama seperti materi, sebenarnya tidak ada, atau bukan merupakan hal-hal yang nyata. Kepercayaan akan adanya hal-hal tersebut hanya disebabkan oleh kekeliruan penglihatan atau salah tangkap belaka, atau karena orang itu menolak mengakui fakta bahwa Allah adalah Semua di dalam semua. Orang seperti itu dianggap masih memiliki mortal mind (pikiran yang fana) dan masih terikat pada mortal error (kekeliruan yang fana). Untuk membebaskan diri dari pikiran dan kekeliruan yang fana itu, Mary Baker Eddy memberi resep yang sederhana: "Ubah pikiranmu [tentang kenyataan] dan ubah hidupmu." Segera sesudah seseorang melihat kehidupan dan kenyataan melalui lensa menurut resep itu, maka dosa, penyakit, dan maut akan menghilang (karena semua itu toh bersifat maya) dan ia akan menjadi Allah, dan segala sesuatu menjadi baik. Sederhana, bukan? Di sini sekaligus terlihat bahwa Mary dan Christian Science sangat dipengaruhi kaum Transendentalis di New England yang sudah disebut di atas, yang gemar berkata: "Gampangkan saja!", kendati mereka itu tidak bicara tentang Allah ataupun agama.
Keselamatan berarti memahami Allah, Kehidupan, Kebenaran, dan Kasih, dan mendemonstrasikan keyakinan akan semua itu sebagai yang unggul atas dosa, kesakitan, dan maut pada kehidupan masa kini. Sehubungan dengan itu, diyakini bahwa bagi manusia yang sejati tidak ada penyakit dan maut, dalam arti bahwa kehidupan tidak bisa dirusak. Yang mengalami penyakit, maut, ataupun neraka hanyalah manusia jasmani, yang tidak sejati dan yang jahat. "Orang berdosa membuat nerakanya sendiri dengan berbuat jahat, sedangkan orang suci membuat surganya dengan berbuat baik. Bila pemikiran kita jahat, kita berada di neraka, yang merupakan kemalangan yang didatangkan sendiri, termasuk dosa, kesakitan dan maut," demikian ajaran Mary (dikutip dalam Backman 1982:212). Dengan demikian, keselamatan mencakup pengetahuan atau science tentang Allah dan praktik penyembuhan (bnd. istilah Yunani, sozein, yang punya arti ganda: menyembuhkan dan menyelamatkan).
Christian Science berbicara tentang keselamatan kini dan di sini, membebaskan seseorang agar memiliki kelimpahan energi, tujuan hidup, jati diri, dan sukacita. Istilah "penyembuhan" sebagaimana digunakan Christian Science mencakup penyembuhan masalah-masalah keluarga dan bisnis, ketidak-adilan sosial, keterbatasan intelektual, ketegangan jiwa, dan kerancuan moral (Facts about Christian, Science, hlm. 6).
Penyembuhan merupakan fungsi yang paling penting dalam Christian Science. Sama seperti Mary Baker Eddy disembuhkan melalui pembacaan Alkitab dan doa, begitu pula para practitioner Christian Science harus menjalankan praktik penyembuhan dengan juga mengandalkan kedua hal ini; tentu menurut petunjuk, tafsiran, dan metode yang sudah digariskan Mary dalam buku Science and Health buku-buku pegangan lainnya. Dengan demikian, bagi para practiner yang bekerja penuh waktu untuk gereja ini, praktik penyembuhan itu merupakan pelayanan rohani sekaligus profesi. Karena praktik penyembuhan ini mengandalkan kedua sarana dan metode `rohani` itu, maka praktik itu tidak boleh dikombinasikan dengan pengobatan dan pertolongan dokter, kecuali menyangkut kasus-kasus usus, antara lain patah tulang dan melahirkan (yang toh tak boleh menggunakan obat-obatan modern). "Hanya melalui pengandalan Kebenaran secara radikallah kuasa penyembuhan ilmiah dapat diwujudnyatakan" (Science and Health, hlm. 167).
Judul Buku | : | Berbagai Aliran di dalam dan di Sekitar Gereja |
Judul Artikel | : | Christian Science |
Penulis | : | Jan S. Aritonang |
Penerbit | : | PT BPK PENABUR, Jakarta, 1996 |
Halaman | : | 391 - 395 |
Jika saya harus mengatakan sesuatu tentang perjalanan penginjilan kami ke Kenya, saya akan mengatakan bahwa perjalanan tersebut terlalu singkat. Walaupun perjalanan selama satu minggu pada Juni 2000 itu sangat singkat, perjalanan itu memberikan dampak bagi saya dan orang lain yang tergabung dalam kelompok penginjilan kami, yang terdiri dari dua saudari, satu saudara dari Skotlandia, dan tiga saudara dari Singapura.
KISUMU
Jenis Kapel yang Berbeda
Pada hari Sabat pertama kami di Kenya, kami menempuh jarak lima jam bermobil dari ibukota Nairobi, ke sebuah kota bernama Kisumu. Di Kisumu ada beberapa jemaat, tetapi belum ada gedung gereja, jadi mereka mengadakan kebaktian di sebuah sekolah.
Separuh kelompok ditinggal untuk berkebaktian di Kisumu, sementara separuh lainnya pergi ke dua desa lainnya, Alunga dan Bunde, untuk mengadakan kebaktian. Saya senang berada di kelompok kedua sebab apa yang saya lihat sungguh adalah pembuka mata. Saya melihat bahwa di area ini kebaktian di dalam rumah-rumah dari lumpur dan di bawah pepohonan bukanlah hal yang tidak biasa. Desa Alunga mempunyai sebuah kapel, tapi bangunannya yang kecil hanya berupa susunan rangka kayu yang bagaimanapun tidak dapat melindungi dari hujan. Di Desa Bunde kami mengadakan kebaktian di bawah pepohonan rindang. Namun, entah itu kayu atau daun, Tuhan berbaik hati memberikan langit yang cerah di atas kepala kami.
Keramahtamahan Saudara Kita
Setelah kebaktian
di Alunga dan Bunde, beberapa saudara mengundang kami ke rumah mereka. Mereka menawari kami ugali (makanan yang terbuat dari tepung jagung), nasi, kari, dan teh. Orang-orang di Afrika biasanya makan hanya dua kali sehari. Makanan pokoknya terdiri dari ugali, nasi, daging kambing, ayam, dan ikan.
Seperti kebanyakan rumah-rumah di Afrika, rumah mereka dibuat dari lumpur, dengan atap dari jerami atau seng. Herannya, seni membangun rumah lumpur ini juga merupakan teknologi. Lumpur dipadatkan di sekeliling sebuah rangka kayu untuk membentuk dinding, lalu kotoran sapi diratakan pada dinding dan lantai. Kombinasi unik lumpur dan kotoran sapi ini dapat menahan unsur-unsur alam yang keras dan herannya, dapat mengusir nyamuk.
Mukjizat Turunnya Hujan
Ketika kami tiba di Kenya, negeri itu telah menderita kekeringan selama lima bulan. Kemarau itu cukup serius sehingga pemerintah mengumumkannya sebagai bencana nasional. Ketika kelompok penginjilan kami mengetahui tentang kekeringan ini, setiap kali berdoa, kami bersama-sama saudara-saudari Afrika dengan sungguh-sungguh memohon agar hal itu segera berakhir.
Waktu bersepeda keluar dari Bunde, orang Afrika yang mengendarai sepeda saya (saya duduk di belakangnya) menjelaskan kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh kekeringan ini. Dia menyebutkan terjadinya kekurangan makanan yang dihadapi oleh penduduk desa dan bagaimana usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan panen itu akhirnya sia-sia saja. Hampir sepanjang waktu itu saya hanya bisa mendengarkan ceritanya dalam kebisuan, merasakan iba yang memilukan hati terhadap jiwa-jiwa malang ini.
Tak disangka-sangka, dalam perjalanan meninggalkan desa ini, hujan mulai turun! Ini sungguh merupakan mukjizat dan peringatan bagi kita bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang hidup. Peristiwa unik ini mengingatkan saya pada 2 Tawarikh 7:14, yang berbunyi: "Dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka."
KILGORIS
Transportasi
Pada hari Minggu, kelompok penginjilan kami pergi ke kota kecil lain bernama Kilgoris.
Di Kenya kami biasanya bepergian dengan bis, truk, mobil, sepeda, atau taksi (biasanya hanya di Nairobi). Sepeda adalah alat transportasi umum di pedesaan, dan perjalanannya memakan waktu antara setengah sampai satu jam. Kami tidak mengayuh, tetapi duduk sebagai penumpang di belakang pengendara sepeda. Saya merasa kasihan terhadap orang-orang ini karena mereka bekerja begitu keras, namun menerima upah begitu sedikit.
Transportasi di Afrika umumnya tidak efisien; pengemudi sering menunggu sampai kendaraannya penuh baru berangkat, dan kadang-kadang acara menunggu ini dapat berlangsung sampai dua atau tiga jam. Kami baru tiba di Kilgoris pada Minggu malam.
Kunjungan ke Rumah Sakit
Tugas utama kami di Kilgoris adalah penginjilan karena di sana belum ada jemaat yang dibaptis.
Pada hari Minggu kami mengunjungi sebuah rumah sakit di Kilgoris yang menyediakan layanan pengobatan dengan biaya ringan kepada penduduk desa yang sakit. Dua dokter (suami dan istri) mengelola rumah sakit ini, dengan bantuan beberapa perawat penuh waktu. Mereka kekurangan peralatan medis dan tempat tidur, jadi mereka menerima peralatan bekas dari negara-negara yang lebih maju dan sedapat mungkin memanfaatkan apa yang mereka miliki agar dapat menolong semua pasien. Menurut ukuran kami rumah sakit tersebut peralatannya menyedihkan, namun menurut ukuran mereka sudah cukup mewah.
Di rumah sakit itu kami mengadakan kebaktian pekabaran Injil, puji-pujian, dan kunjungan dari bangsal ke bangsal. Dalam kunjungan kami ke setiap pasien, kami khusus berdoa untuk penyakit masing-masing orang dengan bahasa akal, berharap agar mereka juga dapat belajar berbicara kepada Tuhan melalui doa. Kadang-kadang, kami menyanyikan satu atau dua kidung pujian, dan banyak pasien yang bernyanyi dan berdoa bersama kami.
Walaupun kebanyakan orang tidak memperlihatkan rasa sakit dan penderitaan mereka, Anda dapat melihatnya dalam mata mereka sewaktu Anda berbicara dan bernyanyi bersama mereka. Mereka tampak begitu tidak berdaya dalam penderitaan mereka, Anda dapat merasakan bahwa mereka sedang mencari secercah harapan yang samar-samar dalam kehidupan mereka. Kami berharap bahwa melalui doa dan melalui kuasa Tuhan, orang-orang ini dapat menyadari kebutuhan mereka akan Tuhan dan entah bagaimana menjangkau dan menemukan Dia.
Kebaktian dengan Cahaya Pelita
Malam itu kami mengadakan kebaktian di rumah seorang wanita yang sudah percaya, tetapi belum menyampaikan kesaksian bagaimana anugerah Tuhan turun ke atas dirinya sejak dia percaya kepada Yesus Kristus. Puji Tuhan, banyak yang datang untuk mencari kebenaran pada malam itu.
Karena listrik dan air merupakan kemewahan bagi kebanyakan orang Afrika, kami hanya punya satu lampu minyak tanah kecil sebagai sumber penerangan di rumah yang gelap itu. Lampu itu diletakkan di tengah ruangan, hampir-hampir tidak memberikan cahaya yang cukup bagi setiap orang untuk melihat pembicara. Membaca dengan penerangan seperti ini hampir tidak mungkin dilakukan, jadi para pembicara harus menggunakan senter kecil untuk membaca ayat-ayat Alkitab.
Dalam rumah ini, saya memikirkan perbedaan antara kehidupan di kota yang kaya dan kehidupan di pedalaman Afrika. Kehidupan di Afrika berjalan dalam alur yang lebih lambat; tidak ada kesibukan gila-gilaan seperti kehidupan kota, dan hampir setiap orang tidur lebih awal. Mungkin inilah sebabnya mengapa tidak dirasakan adanya kebutuhan akan lampu listrik yang terang di rumah-rumah. Saya merasa bahwa orang-orang ini diberkati karena kehidupan mereka yang sederhana membuat mereka dapat memiliki iman yang lebih sederhana kepada Tuhan. Mungkin perhatian mereka tidak dialihkan oleh banyaknya kemewahan dan kekhawatiran dunia, seperti yang kadang kala kita alami.
Anak-anak
Di Kilgoris dan sepanjang perjalanan, saya mendapat kesempatan untuk berhubungan dengan anak-anak Afrika. Anak-anak ini sangat menawan dan bersahabat, dan mereka sungguh-sungguh dapat meluruhkan hati Anda. Saya melihat bahwa mereka sangat berbeda dari anak-anak di negara-negara maju, anak-anak Afrika lebih murni dan sederhana. Hal ini membuat saya memikirkan perasaan Yesus ketika Dia menggendong seorang anak kecil dan berkata, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga." (Matius 18:3)
Anak-anak ini juga mengingatkan saya akan pentingnya pendidikan agama. Membantu mereka belajar tentang Juru Selamat selagi mereka masih muda dapat membentuk mereka menjadi orang dewasa yang takut akan Tuhan. Hampir semua tempat yang kami kunjungi punya kelas-kelas terpisah untuk anak-anak, tetapi masih sangat membutuhkan banyak guru pendidikan agama dan pemimpin pujian.
Menginjili Kepala Suku
Pada hari Selasa kami mengunjungi kepala desa suku Masai dan mengadakan kebaktian pekabaran Injil kecil di rumahnya. Saya melihat ada warga suku yang mengenakan seragam perang suku Masai dan membawa tombak, busur, dan anak panah. Mereka selalu berjaga-jaga, siap untuk melindungi tanah dan ternak mereka dari usaha pencurian yang kadang-kadang dilakukan suku tetangga. Ini menggambarkan betapa tidak stabilnya kehidupan di pedalaman Afrika.
PULANG KE RUMAH
Pada hari Rabu kami mengunjungi Teluk Kendu. Ada rencana untuk membangun gereja di sana. Kami bertemu dengan pengurus gereja setempat untuk memberikan beberapa petunjuk mengenai rencana pembangunan gereja, juga tentang masalah-masalah administrasi lainnya.
Setelah Teluk Kendu, kami menempuh perjalanan kembali ke Kisumu. Di sana kami berpisah dengan seluruh rombongan dan mengarah kembali ke Nairobi. Pada hari Kamis siang, kami bertiga dari Singapura mengejar pesawat pulang ke rumah. Kami hanya menghabiskan satu minggu dalam pekerjaan nyata penginjilan, dan ini pasti terlalu singkat.
ALAMILAH SENDIRI
Selama perjalanan, kami tinggal di hotel-hotel yang dipenuhi serangga dan sering kekurangan air dan listrik. Air mandi, kadang-kadang, diambil dari sumur, dan ada satu tempat yang tidak punya toilet. Tapi di tengah kondisi seperti itu, saya mendapatkan beberapa pelajaran berharga dari perjalanan ini.
Kemiskinan orang-orang Afrika adalah pemandangan yang tak akan saya lupakan. Setelah dihadapkan pada kemiskinan luar biasa seperti ini, saya jadi lebih menghargai berkat-berkat Tuhan dalam kehidupan saya. Hal ini membantu saya untuk memahami dan berempati terhadap orang-orang yang berjuang melawan kemiskinan.
Melihat betapa berbedanya cara hidup orang-orang dan berpikir dalam pola pikir budaya yang lain telah membantu meluaskan cakrawala pikiran saya. Saya belajar bahwa dalam usaha mengajarkan tentang Tuhan kepada orang lain, kita tidak dapat selalu menggunakan cara yang sama, khususnya dalam budaya lain dan negara lain. Yang terpenting, saya melihat betapa orang-orang ini sungguh sangat membutuhkan Tuhan. Ada begitu banyak orang yang menderita, dan hanya Tuhan Yesus Kristus yang dapat melepaskan mereka.
Saya sungguh bersyukur karena Tuhan memberi saya kesempatan untuk berjalan dalam sepatu penginjilan walaupun hanya sebentar. Jika Anda tertarik untuk melayani Tuhan dalam pekerjaan penginjilan, dan pada saat yang sama mendapatkan beberapa pelajaran penting, saya sangat menganjurkan agar Anda mengalami sendiri kesempatan ini.
Kiranya segala kemuliaan hanya bagi Tuhan kita Yesus Kristus.
Sumber diedit dari: | ||
Judul Artikel | : | Dalam Sepatu Penginjilan |
Penulis | : | Joshua Koh |
Penerbit | : | Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati, 2004 |
Halaman | : | 35 -- 40 |
Sumber | : | e-JEMMi 21/2005 |
Apabila orang-orang terdorong memikirkan dirinya sendiri, di situ ada pemisahan gereja. Di mana dua atau tiga orang berkumpul bersama, kemungkinan akan timbul empat atau lima pendapat.
Alkitab berbicara tentang kesatuan orang-orang percaya, namun berbicara juga tentang keharusan berpegang pada kebenaran. Banyak reformis, seperti yang telah kita lihat, berpegang pada kebenaran -- dan akibatnya perpisahan gereja. Yang lain seperti Alexender Campbell dan John Nelson Darby, menentang perpecahan Gereja atas nama kesatuan Gereja. Tetapi malangnya, ide mereka tentang kebenaran ditentang juga, dan kesatuan yang mereka upayakan tidak pernah terwujud. "Berbicara tentang kebenaran dalam kasih" tidak pernah mudah dilakukan.
Namun, John R. Mott dan rekan-rekannya sadar bahwa karya misi yang efektif membutuhkan kerja sama dan kesatuan gereja -- dan mungkin kesatuan gereja membutuhkan pekerjaan misi. Sekelompok angsa akan berkumpul bersama selama semuanya bergerak menuju arah yang sama. Jika orang-orang Kristen hanya duduk dan berpikir saja, mereka tidak akan sepaham dengan nilai-nilai teologi yang indah. Tetapi, bila mereka dikaryakan dengan menyebarkan Injil Kristus, mungkin ketika itulah kita akan merupakan suatu badan yang menyatu seperti yang diinginkan Kristus.
Gerakan Relawan Mahasiswa yang dipimpin Mott menghasilkan aktivitas misi seperti pusaran angin. Misi tersebut beroperasi melintasi garis-garis denominasi. Organisasi-organisasi lain menyebarkan aktivitasnya di luar perguruan tinggi pada kaum awam yang lebih tua. Pada tahun 1910, International Missionary Conference (Konferensi Pekabaran Injil Internasional), bertemu di Edinburgh untuk merencanakan strategi-strategi bagi penginjilan dunia. Hal ini umumnya dianggap sebagai awal gerakan oikumene. Dengan John R. Mott sebagai penggerak utama, keseribu delegasi tersebut menggerakkan dua organisasi -- Faith and Order Movement (Gerakan Iman dan Tata Ibadah) [untuk isu-isu doktrinal] dan Life and Work Movement (Gerakan Kehidupan dan Karya)[bagi misi dan pelayanan].
Kemajuan umumnya bergerak lamban -- dan telah terhambat perang dunia. Setiap sepuluh tahun "gerakan-gerakan" ini bertemu untuk membicarakan kebutuhan-kebutuhan dunia dan status gereja-gereja. Life and Work Movement bertemu di Stockholm pada tahun 1925 untuk mendiskusikan hubungan kekristenan dengan masyarakat, politik dan ekonomi. Dua tahun kemudian Faith and Order Movement bertemu di Lausanne, mengupayakan tugas sulit dalam merencanakan kesatuan ajaran.
Pada tahun 1937, dengan pertemuan secara terpisah di Oxford dan Edinburgh, kedua organisasi ini memilih untuk bergabung. Para pemimpin gereja bertemu di Utrecht, pada tahun 1938, untuk menyusun sebuah konstitusi. Namun, Perang Dunia II mencegah langkah maju gereja-gereja dengan rencananya tersebut.
Setelah perang usai, bagaimanapun juga ada rasa kesatuan yang lebih besar ketika gereja-gereja di seluruh dunia berupaya memulihkan keadaan. Pertemuan di Amsterdam pada tahun 1948 akhirnya menyatukan kedua badan terdahulu itu menjadi World Council of Churches (WCC) [Dewan Gereja-gereja se-Dunia]. Terdapat 135 badan-badan gereja yang terwakili dari empat puluh negara. Setelah seumur hidup mengupayakan oikumene, Mott, dalam usianya yang ke delapan puluh, terpilih sebagai ketua kehormatan.
Menggambarkan dirinya sebagai "persekutuan gereja-gereja yang menerima Yesus Kristus Tuhan kita sebagai Allah dan Juruselamat", WCC mengajak gereja-gereja bekerja sama, belajar bersama, bersekutu bersama, berbakti bersama, dan bertemu bersama dalam konferensi khusus dari waktu ke waktu. WCC menolak rencana apapun untuk membentuk "gereja dunia" baru. WCC tidak akan memiliki kekuasaan yang terpusat. WCC hanya bertujuan memberi gereja-gereja di seluruh dunia kesempatan dan sumber untuk bekerja sama satu dengan yang lain.
Dari awal, beberapa kelompok Protestan Amerika Serikat utama menolak bergabung -- yang paling menonjol adalah Southern Baptist dan Missouri Synod Lutherans. Gereja Katolik Roma memandang dirinya sebagai suatu kesatuan sehingga tidak akan bergabung, meskipun Vatikan II telah membuka pintu diskusi. Namun, WCC tetap merupakan organisasi dunia yang aktif dan berpengaruh. Kenneth Scott Latourette menyebutnya "badan paling inklusif yang pernah dimiliki agama Kristen".
Banyak orang Kristen konservatif menyerang sikap "revolusioner" WCC. Baru sekarang terlihat bahwa persatuan organisasi gereja secara organisasional tak dapat dicapai pada milenium ini -- dan mungkin tidak akan pernah. Cara-cara baru untuk bekerja sama dan bersatu sebagai orang-orang Kristen sedang ditemukan dan diimplementasikan. Namun, doa Yesus "agar mereka menjadi satu" (Yohanes 17:21) masih harus dijawab sepenuhnya.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku | : | 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen |
Judul artikel | : | Dewan Gereja-gereja Se-Dunia Terbentuk (1948) |
Penulis | : | A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang, & Randy Petersen |
Penerbit | : | PT BPK Gunung Mulia, Jakarta 1991 |
Halaman | : | 160 -- 162 |
Sama seperti Engkau memberiku misi dunia, Aku memberi mereka misi dunia (lihat Yohanes 17:18).
Hal yang terpenting ialah bahwa aku menyelesaikan misiku, pekerjaan yang Tuhan Yesus berikan padaku (lihat Kisah Para Rasul 20:24).
Anda Diciptakan untuk Sebuah Misi
Allah sedang bekerja di dunia, dan Dia ingin Anda bergabung dengan-Nya. Tugas ini disebut misi Anda. Allah ingin Anda memiliki pelayanan di dalam tubuh Kristus dan juga misi di dunia. Pelayanan (ministry) Anda merupakan pelayanan (service) kepada orang-orang percaya (lihat Kolose 1:25 dan Korintus 12:5), dan misi Anda merupakan pelayanan (service) Anda kepada orang-orang yang belum percaya. Memenuhi misi Anda di dunia adalah tujuan kelima Allah bagi kehidupan Anda.
Misi kehidupan Anda bersifat bersama dan spesifik. Sebagian dari misi tersebut merupakan tanggung jawab yang Anda pikul bersama semua orang Kristen lainnya, dan sebagian lainnya merupakan sebuah tugas yang khusus bagi Anda.
Kata misi berasal dari kata Latin untuk 'mengutus'. Menjadi seorang Kristen berarti diutus ke dunia sebagai wakil Yesus Kristus. Yesus berkata, ".... Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." (Yohanes 20:21)
Yesus dengan jelas memahami misi kehidupan-Nya di dunia. Pada usia 12 tahun, Dia mengatakan bahwa Dia harus mengerjakan urusan Bapa-Nya (lihat Lukas 2:49) dan 21 tahun kemudian, sementara menjelang ajal di atas kayu salib, Dia berkata, "Sudah selesai" (lihat Yohanes 19:30).
Misi yang Yesus jalankan ketika ada di dunia, sekarang menjadi misi kita karena kita merupakan tubuh Kristus. Apa yang Dia lakukan dengan tubuh fisik-Nya harus kita lanjutkan sebagai tubuh rohani-Nya, yaitu gereja. Apakah misi itu? Menuntun orang-orang kepada Allah! Alkitab berkata, "Melalui Kristus Allah membuat kita berbaik kembali dengan Dia, lalu menugaskan kita supaya orang-orang lain dimungkinkan berbaik juga dengan Allah." (2 Korintus 5:18)
Allah ingin menebus manusia dari Iblis dan mendamaikan mereka dengan Diri-Nya supaya kita bisa memenuhi kelima tujuan yang untuknya Dia menciptakan kita, yakni: mengasihi Dia, menjadi anggota keluarga-Nya, menjadi serupa dengan Dia, melayani Dia, dan memberi tahu orang lain tentang Dia. Begitu kita menjadi milik-Nya, Allah memakai kita untuk menjangkau orang lain. Dia menyelamatkan kita dan selanjutnya mengutus kita. Alkitab mengatakan, "Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus." (2 Korintus 5:18) Kita adalah pembawa berita tentang kasih dan tujuan Allah bagi dunia.
Pentingnya Misi Anda
Memenuhi misi kehidupan Anda di dunia merupakan bagian penting dari hidup untuk kemuliaan Allah. Alkitab memberi alasan mengapa misi Anda begitu penting.
Misi Anda merupakan Kelanjutan dari Misi Yesus di Dunia
Sebagai para pengikut-Nya, kita harus melanjutkan apa yang telah dimulai oleh Yesus. Yesus memanggil kita bukan hanya untuk datang kepada Dia, melainkan juga untuk pergi bagi Dia. Misi Anda begitu penting sehingga Yesus mengulanginya sampai lima kali, dengan lima cara yang berbeda di Alkitab (lihat Matius 28:19-20 dan Markus 16:15). Seolah-olah Dia berkata, "Aku sungguh-sungguh ingin agar kamu menerima misi ini!" Selidikilah kelima amanat agung dari Yesus ini dan Anda akan mengetahui rincian dari misi Anda di dunia, yaitu kapan, di mana, mengapa dan bagaimana.
Dalam Amanat Agung, Yesus berkata, "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20) Amanat ini diberikan kepada semua pengikut Yesus, bukan hanya kepada para pendeta dan misionaris saja. Inilah misi Anda yang diberikan oleh Yesus, dan ini bukanlah pilihan. Kata-kata Yesus ini bukanlah saran agung. Jika Anda merupakan anggota keluarga Allah, misi Anda merupakan kewajiban. Mengabaikannya berarti ketidaktaatan.
Anda mungkin tidak sadar bahwa Allah mengangap Anda bertanggung-jawab atas orang-orang yang belum percaya yang hidup di sekitar Anda. Alkitab mengatakan, "Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! -- dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungjawaban atas nyawanya dari padamu." (Yehezkiel 3:18) Anda merupakan orang Kristen satu-satunya yang pernah dikenal oleh beberapa orang, dan misi Anda ialah memperkenalkan Yesus kepada mereka.
Misi Anda merupakan Hak Istimewa yang Mengagumkan
Sekalipun merupakan tanggung jawab yang besar, dipakai oleh Allah juga merupakan kehormatan yang luar biasa. Paulus berkata, "Allah telah memberikan kehormatan kepada kami untuk mengajak semua orang supaya menerima anugerah-Nya dan diperdamaikan dengan Dia." (2 Korintus 5:18) Misi Anda meliputi dua hak istimewa besar: bekerja bersama Allah dan mewakili Dia. Kita menjadi rekan Allah dalam membangun kerajaan-Nya. Paulus menyebut kita "teman-teman sekerja" dan berkata, "Kami bekerja bersama-sama dengan Allah." (2 Korintus 6:1)
Yesus telah menjamin keselamatan kita, memasukkan kita di dalam keluarga-Nya, memberi kita Roh-Nya, dan selanjutnya menjadikan kita alat-Nya di dunia. Hak istimewa yang luar biasa! Alkitab mengatakan, "Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah." (2 Korintus 5:20)
Memberi Tahu Orang Lain Bagaimana Mereka bisa Memiliki Hidup Kekal merupakan Hal Terbesar yang bisa Anda Kerjakan bagi Mereka
Kalau teman Anda menderita kanker atau AIDS dan Anda tahu obatnya, merupakan suatu kejahatan kalau Anda menahan informasi yang bisa menyelamatkan nyawa itu. Yang lebih buruk lagi ialah merahasiakan jalan menuju pengampunan, tujuan, damai sejahtera, dan kehidupan kekal. Kita memiliki kabar terbesar di dunia dan menyebarkan kabar itu merupakan kebaikan terbesar yang bisa Anda tunjukkan kepada semua orang.
Salah satu masalah yang dimiliki oleh orang-orang yang sudah lama menjadi Kristen ialah bahwa mereka lupa betapa sia-sia rasanya hidup tanpa Kristus. Kita harus ingat bahwa tidak peduli seberapa puas dan berhasil tampaknya manusia, tanpa Kristus mereka benar-benar terhilang tanpa harapan dan menuju perpisahan abadi dengan Allah. Alkitab mengatakan, "Hanya melalui Yesus saja orang diselamatkan." (Kisah Para Rasul 4:12) Semua orang membutuhkan Yesus.
Misi Anda Memiliki Makna Kekal
Misi tersebut akan memengaruhi masa depan abadi orang lain. Itu lebih penting, ketimbang pekerjaan, keberhasilan, atau tujuan apa pun yang akan Anda raih selama kehidupan Anda di bumi. Hasil dari misi Anda akan berlangsung selamanya, sementara hasil dari pekerjaan Anda tidaklah kekal. Tidak ada apa pun yang Anda kerjakan yang akan bernilai sebanyak menolong orang memiliki hubungan kekal dengan Allah.
Karena itulah, kita harus bersungguh-sungguh dengan misi kita. Yesus bersabda, "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4) Jam berdetik terus menuju saat dimulainya misi kehidupan kita, jadi janganlah tunda sampai hari berikutnya. Mulailah misi Anda untuk menjangkau orang lain sekarang! Kita akan memiliki seluruh masa kekekalan untuk dirayakan bersama orang-orang yang telah kita bawa kepada Yesus, tetapi kita hanya memiliki waktu seumur hidup untuk menjangkau mereka.
Ini tidak berarti bahwa Anda harus menghentikan pekerjaan Anda untuk menjadi seorang penginjil purnawaktu. Allah ingin Anda membagikan Kabar Baik di mana pun Anda berada. Sebagai seorang pelajar, ibu, guru TK, wiraniaga, atau manajer, atau apa pun yang Anda kerjakan, sebaiknya Anda terus-menerus mencari orang-orang yang Allah tempatkan di jalur Anda dengan siapa Anda bisa membagikan Injil.
Misi Anda Memberi Makna bagi Kehidupan Anda
William James berkata, "Pemanfaatan terbaik dari kehidupan ialah menggunakannya untuk sesuatu yang berlangsung lebih lama daripada kehidupan itu sendiri. Yang sebenarnya ialah hanya Kerajaan Allah yang akan berlangsung selamanya. Pada akhirnya, segala sesuatu lainnya akan binasa. Karena itulah kita harus menjalani kehidupan yang memiliki tujuan, yaitu kehidupan yang diserahkan untuk penyembahan,persekutuan, pertumbuhan rohani, pelayanan, dan pelaksanaan misi kita di dunia. Hasil dari kegiatan-kegiatan ini akan bertahan selamanya!
Jika Anda gagal memenuhi misi pemberian Allah di dunia, Anda tentu menyia-nyiakan kehidupan yang Allah berikan kepada Anda, Paulus mengatakan, "Hidupku sama sekali tidak berharga kecuali jika memakainya untuk mengerjakan pekerjaan yang ditugaskan Tuhan Yesus kepadaku, yaitu pekerjaan untuk memberitakan Kabar Baik kepada orang lain tentang kebaikan dan kasih Allah yang ajaib." (Kisah Para Rasul 20:24) Ada orang-orang di planet ini yang hanya Anda yang bisa menjangkaunya, karena tempat Anda tinggal dan karena untuknya Allah telah menciptakan Anda. Walaupun hanya satu orang yang akan masuk surga karena Anda, kehidupan Anda tentu membuat perbedaan bagi kekekalan. Mulailah melihat ladang misi pribadi Anda dan berdoalah, "Tuhan, siapakah yang telah Engkau tempatkan dalam kehidupanku agar kepadanya aku bercerita tentang Yesus?"
Bahan diedit dari sumber: | ||
Judul buku | : | The Purpose Driven Life |
Penulis buku | : | Rick Warren |
Penerjemah | : | Paulus Adiwijaya |
Penerbit | : | Yayasan Gandum Mas |
Halaman | : | 309 - 316 |
Salah satu kegagalan yang paling menyedihkan dari umat Kristen adalah kegagalan untuk dapat menjadi berkat bagi dunia. Sejak umat Allah memperoleh identitasnya sebagai bangsa yang kudus, memiliki hukum dan tanah perjanjian, maka masa peperangan dan permusuhan dengan bangsa-bangsa lain sebenarnya sudah berakhir. Janji Allah kepada Abraham akan digenapi (Kejadian 12:2-3). Umat Allah akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain di seluruh muka bumi, karena memang untuk maksud itulah pemilihan dan keselamatan dianugerahkan kepada mereka (Yesaya 2:1-5). Yosua 24 menyaksikan bahwa umat Israel ditempatkan oleh Allah di tengah bangsa-bangsa lain dengan risiko sangat tinggi karena ilah-ilah mereka begitu menarik untuk disembah, sementara sikap bangsa-bangsa lain itu juga cenderung mempersulit dan menganiaya umat Allah (Lukas 10:3; Yohanes 17:14-19). Meskipun demikian, mereka terpanggil bukan untuk berperang, melainkan untuk menjadi berkat. Memang, peperangan yang tak terhindarkan masih mungkin terjadi, tetapi Allah tidak pernah memanggil mereka untuk membinasakan bangsa-bangsa lain, bahkan kerjasama dalam membangun kesejahteraan dan kebenaran harus diciptakan (1Raja-raja 5:1-12; Yeremia 29:7). Mereka harus mengasihi, bahkan mendoakan mereka yang memusuhi (Matius 5:44), karena panggilan untuk "menjadi berkat" adalah salah satu bukti dari iman yang sejati (Matius 5:46).
Sayang sekali, semakin lama panggilan dari Allah ini terus-menerus terabaikan. Sejarah membuktikan, fase setelah gereja mula-mula yang berhasil mengemban Amanat Agung ini (Kisah Para Rasul 2:47) kemudian diikuti dengan fase-fase sejarah kegagalan umat Kristen yang semakin mendalam. Umat Kristen makin lama makin tidak mampu menjadi berkat bagi bangsa-bangsa di dunia ini, karena antara lain:
Jiwa Manusia yang Cenderung Berat Sebelah dan Egosentristik
Memang Alkitab dengan jelas sekali menyaksikan panggilan Allah untuk bersatu dan memberitakan Injil, tetapi panggilan untuk menjadi satu atau "ut Omnes Unum Sint" (Yohanes 17:21; 13:35) dan "pemberitaan Injil, pemuridan dan pembaptisan" (Matius 28:19-20) tersebut diresponi dan dikembangkan secara keliru dan berat sebelah oleh jiwa yang berdosa. Akibatnya, apa yang dihasilkan bukanlah berkat dan kebaikan, melainkan kejahatan yang tersamar. Umat Kristen semakin eksklusif, menutup diri, egois, dan tak dapat menjadi berkat bagi dunia ini. Panggilan untuk bersatu dan saling mengasihi telah diubah menjadi upaya untuk menggalang dan menciptakan "solidaritas kelompok". Persis seperti ketika negara-negara Kapitalis berkabung, mengheningkan cipta dan mengutuki pengeboman atas gedung kembar World Trade Center di New York dan Pentagon di Washington DC pada 11 September 2001, begitu juga banyak umat Kristen yang "hanya" berkumpul berdoa puasa untuk kepentingan gereja setelah terjadi pembakaran gedung-gedung gereja dan penganiayaan di beberapa daerah di Indonesia. Jiwa-jiwa yang lebih mementingkan ego, eksklusivitas dan merasa benar sendiri semakin bertumbuh subur. Doa mohon pengampunan dan belas kasihan bagi mereka yang telah menganiaya makin jarang dipanjatkan, sebaliknya kebencian dan keinginan untuk membalas justru semakin sering diutarakan. Sikap mengheningkan cipta dan keprihatinan hanya diberikan untuk kepentingan kelompoknya sendiri, tetapi sikap yang sama tak pernah diberikan untuk kelompok lain yang menderita. Solidaritas memang bagian integral dari "persekutuan (Koinonia)", tetapi solidaritas tanpa jiwa koinonia adalah persekutuan tanpa kehadiran Kristus (Matius 18:20). Sehingga fungsinya pun bukanlah untuk menang atas dosa, tetapi sebaliknya, malah justru merangsang untuk menghidupkan dosa. Begitu juga panggilan untuk memberitakan Injil. Panggilan agung yang sering disebut dengan "The Great Commission" ini juga hadir dalam hati manusia yang berdosa sebagai satu hal yang telah tercemar dosa.
Akibat dari semua ini adalah pemberitaan Injil yang seharusnya lahir dari jiwa yang penuh belas kasihan dan kasih Kristus atas mereka yang masih hidup dalam gelap telah berubah menjadi sekadar keinginan atas pertambahan jumlah. Pemberitaan Injil bisa jadi telah menjadi suatu tren religiusitas tanpa hati nurani, karena yang dibanggakan adalah keberhasilannya, tetapi dalam kepuasan batin mereka, sukacita malaikat (Lukas 15:10) untuk pertobatan orang berdosa tidak ada. Tidak mengherankan jika semangat pemberitaan Injil yang berkobar-kobar, seperti pada akhir abad XIX dan permulaan abad XX (Great Awakening) di satu sisi malah mengakibatkan kematian peran umat Kristen di dunia ini. Dosa menyebabkan semangat pemberitaan Injil menghasilkan "antiintellectualism" ("Fundamentalism and American Culture" New York: Oxford, 1980, p. 212), padahal "antiintellectualism" sendiri membuat peran umat Kristen menjadi mati dalam hampir semua bidang kehidupan. Peran umat Kristen pun makin mengecil sehingga terjadilah "pemutarbalikan posisi", dari "sumber berkat" menjadi "objek perubahan paradigma". Kekristenan harus menampakkan diri dan menanggalkan prinsip-prinsip utama identitas mereka, atau mereka akan semakin terisolir dan terasing, bahkan di antara saudara-saudara seiman mereka sendiri.
Jacques Ellul dalam The Technological Society telah mensinyalir hal ini. Di tengah budaya baru yang diciptakan oleh perkembangan teknologi, begitu banyak ruang untuk mengaplikasikan iman Kristen telah tertutup, termasuk persekutuan dengan saudara seiman. "Natural Grouping", seperti misalnya "persekutuan orang percaya" tak ada lagi. Yang ada adalah "Technological Society" sehingga antara hamba Tuhan pun muncul persaingan dan kecemburuan yang sangat besar. Hancurnya keterikatan relasi dengan sesama ini menutup kemungkinan bagi umat Kristen untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa di dunia ini.
Sikap umat Kristen di tengah kegagalan mereka untuk menjadi berkat.
Kegagalan untuk menjadi berkat ini juga telah menyeret umat Kristiani ke dalam kesalahan-kesalahan lain yang makin menceraikan mereka dari dunia. Tanpa disadari, telah muncul budaya Kristen yang ekslusif yang memberi perasaan keterasingan, permusuhan, dan penolakan terhadap dunia luar. Meskipun Alkitab sendiri mengajarkan pemakaian "pelayanan" sebagai bahasa inklusif bagi hubungan kekristenan dengan dunia (Matius 25:34-40) seraya mengingatkan bahwa bahasa eksklusif dengan simbol-simbol iman Kristen tak berfaedah untuk dipakai pada saat hati manusia masih tertutup (Matius 7:6), umat Kristen belum berhasil mengintegrasikan kedua kebenaran tersebut dalam sikap mereka terhadap dunia. Mereka terjebak dalam berbagai ekstrim, seolah-olah pemberitaan Injil memang harus konfrontatif dengan risiko penolakan dan kebencian dunia terhadap mereka. Seolah-olah pengalaman nabi-nabi dan rasul-rasul dengan penganiayaan oleh karena Injil adalah "satu-satunya kemungkinan" yang memang menjadi ketetapan Tuhan. Mereka lupa bahwa sebagian besar penolakan dan kebencian dunia atas umat Kristen terjadi oleh karena kesalahan dan kelemahan mereka, dan bukan oleh karena kesetiaan mereka pada Injil Yesus Kristus.
Tuhan Yesus memang sudah memprediksi kebencian dunia atas umat Kristen (Yohanes 17:14), tetapi Dia tidak pernah mengajarkan sikap dan tingkah laku yang akan menimbulkan kebencian. Berulang kali Alkitab menyaksikan kehadiran yang "sangat positif" dari umat Allah di tengah dunia (Ishak di Bersyeba -- Kejadian 26; Jusuf di Mesir -- Kejadian 39-50; keluarga Elimelekh di Moab dalam Kitab Rut; dan Daniel di Babel). Oleh sebab itu, untuk lebih memahami realita kegagalan untuk menjadi berkat beberapa fenomena di bawah ini perlu diwaspadai, yaitu:
1. Perasaan takut dan alergi terhadap umat beragama lain yang ada di sekitar kita.
Ketakutan yang tidak pada tempatnya biasanya lahir dari pemahaman yang keliru tentang kebenaran Firman Allah. Panggilan untuk memberitakan Injil, misalnya, telah berubah menjadi hukum keharusan untuk memberitakan Injil bagi setiap orang Kristen dengan cara dan pendekatan yang sama. Akibatnya, pemberitaan Injil dilakukan di luar konteks "menjadi berkat" dan toleransi menghargai perbedaan yang merupakan modal utama untuk menjadi berkat tidak ada lagi. Seolah-olah toleransi menghargai perbedaan merupakan sikap yang keliru oleh karena merugikan dan membahayakan eksklusivitas iman sehingga perlu dihindari jauh- jauh. Hasilnya, pemberitaan Injil banyak yang dilakukan di luar konteks dialogis antarpribadi yang baik dimana orang memperlakukan objek pemberitaan Injil sebagai satu pribadi yang seutuhnya. Tidak heran jikalau banyak orang Kristen melakukan pemberitaan Injil dengan ketakutan dan kecemasan. Mereka takut oleh karena Injil yang begitu penting harus disampaikan di luar konteks "kepedulian yang sesungguhnya" terhadap sesama. Hal ini pada kenyataannya memang seringkali berisiko tinggi, karena mereka yang menjadi obyek pemberitaan Injil tersebut "merasa dirinya diperlakukan bukan sebagai manusia yang seutuhnya".
2. Sikap mengisolasi dan bermusuhan terhadap dunia.
Memang, Alkitab menyaksikan perbedaan hakiki antara umat Allah dengan apa yang disebut sebagai "dunia". Tetapi, Alkitab juga menyaksikan betapa Allah sangat mengasihi "dunia" dan mengutus Anak-Nya yang Tunggal untuk menyelamatkan dunia. Bahkan, Alkitab juga menyaksikan bahwa kita yang sesungguhnya anak-anak dunia telah dipanggil keluar untuk diutus kembali ke dalam dunia. Gereja (ekklesia) adalah kumpulan anak-anak tebusan-Nya yang di tempatkan "di tengah dunia untuk menjadi berkat bagi dunia". Itulah sebabnya, Allah mengizinkan umat- Nya hidup bersama, bahkan bekerjasama dengan "anak-anak dunia" dalam hampir setiap bidang kehidupan. Sejarah juga membuktikan bahwa Allah memakai umat beragama lain untuk membawa filsafat Aristotel (*) kembali mengisi wacana kepedulian terhadap realita kehidupan dalam dunia yang selama berabad-abad telah diabaikan oleh umat Kristen. Teokrasi versi Perjanjian Lama sudah dihapuskan, bahkan negara Kristen seperti zaman Konstantin telah ditiadakan. Allah tidak pernah memanggil umat-Nya menjadi "Reconstructionist" yang akan membangun masyarakat dengan prinsip-prinsip hukum dan peraturan yang eksklusif Alkitabiah. Panggilan untuk umat Kristen adalah panggilan untuk menjadi terang dan garam, dan bukan panggilan untuk menjadi ragi (yeast) yang mengubah hakikat atau mengkhamirkan.
Di tengah misteri kehidupan yang diizinkan Allah ini, banyak umat Kristen terus-menerus jatuh dalam berbagai kesalahan. Mereka tidak menyadari adanya berbagai peran yang harus mereka mainkan karena di satu pihak mereka "bukan milik dunia", tetapi di pihak lain "mereka adalah bagian dari realitas kehidupan di dunia". Peran mereka bukan hanya satu yaitu "sebagai yang lain dari dunia". Namun, mereka memiliki peran "ganda" karena mereka harus hidup bersama, bekerjasama, berdialog, saling menolong, saling menghormati, bahkan saling mengasihi dengan "anak-anak dunia". Mereka harus membangun masyarakat dan kehidupan yang lebih baik untuk dijalani bersama dengan "anak-anak dunia". Sikap menutup diri dan permusuhan adalah dosa.
Sikap menutup diri dan permusuhan seringkali muncul tanpa disadari. Sikap negatif ini bahkan menjadi pola hidup banyak umat Kristen, khususnya pada saat mereka tidak mampu menjadi fleksibel dalam menjalankan peran "ganda" yang diberikan Allah pada mereka. Mereka dipanggil untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa di dunia, dan panggilan itu tak mungkin terpenuhi jika mereka terus menutup diri dari dunia ini.
[ (*) Setelah perang Salib (abad XI-XIII) perjumpaan dengan Islam telah membawa masuk filsafat Aristotle kembali ke dalam kekristenan. Filsafat Aristotle bukanlah filsafat Kristen, melainkan pengaruhnya telah membukakan wacana pemikiran Kristen yang selama ini terabaikan. Kekristenan yang selama berabad-abad didominir oleh orientasi Agustinian yang memisahkan Allah dari dunia yang sudah jatuh dalam dosa, sekarang melihat arti keselamatan Kristus dalam realita alam semesta yang sudah diperdamaikan. ]
Bahan diedit dari sumber: | ||
Buletin | : | Newsletter STTRII, Volume IX/2001 |
Penulis | : | Yakub B. Susabda, Ph.D. |
Daniel adalah orang yang diperkenan oleh Tuhan (Daniel 9:23; 10:11, 19); kepadanya Tuhan menyingkapkan banyak dari rencana-Nya atas umat-Nya. Meskipun demikian, Alkitab tidak mencatat adanya panggilan Tuhan kepada Daniel yang sebanding dengan panggilan Tuhan kepada Paulus, sang rasul. Tidak ada cahaya silau yang membuat Daniel terjatuh ke tanah. Tidak ada suara menggelegar dari langit yang mengatakan bahwa ia harus pergi ke Babel. Daniel dan teman-temannya pindah ke Babel bukan karena mereka melihat adanya suatu kebutuhan rohani di tanah asing itu. Tidak- - Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya adalah "korban" dari keadaan.
Nebukadnezar, raja Kerajaan Babel menyerang Yerusalem pada tahun ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda. Kota itu ditaklukkan dan Raja Nebukadnezar mengangkut banyak penduduknya, termasuk sejumlah pemuda Yahudi yang cakap, lagi pintar; mereka ditugaskan untuk melayani di istana kerajaannya. Jadi, bersama dengan para tawanan lainnya, Daniel dan kawan-kawannya dimigrasikan ke Babel.
Perpindahan dari Yerusalem ke Babel ini sama sekali tidak tampak seperti panggilan Tuhan. Tidak mirip dengan apa yang dialami Yeremia. Kepada Yeremia Tuhan berkata,
"Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa." (Yeremia 1:5)
Mudah sekali bagi seorang Yahudi yang berada di pembuangan itu berkata, "Kalau saja Allah memanggil saya seperti halnya Ia memanggil Yeremia. Karena Allah memperbolehkan Yeremia tinggal di Yerusalem, sedangkan saya digiring ke Babel, salah satu tempat yang paling bejat di bumi. Pasti tidak banyak yang dapat saya lakukan bagi Tuhan di tempat yang seperti ini."
Seandainya ada orang buangan di antara kaum Yahudi yang merasa tidak dipanggil oleh Tuhan, ia tentunya melihat dengan mata jasmani, bukan dengan mata iman. Siapakah sebetulnya yang mengangkut mereka ke Babel? Apakah itu adalah tindakan Raja Nebukadnezar? (Yeremia 29:4, BIS) Nebukadnezar hanyalah sebagai alat yang tepat. Tuhan sendirilah yang memanggil kaum Yahudi ke Babel. Daniel, orang yang diperkenan oleh Tuhan, ikut pergi bersama orang-orang Yahudi yang paling bejat.
Panggilan Paulus dan Yeremia yang terjadi secara dramatis itu merupakan pengalaman yang kudus dan berharga, bukan karena sifatnya dramatis, tetapi karena panggilan itu datang dan Tuhan. Tuhan yang sama itu jugalah yang membawa orang-orang buangan ke Babel. Apakah itu bukan panggilan? Jika tempat mereka dalam hidup ini ditentukan oleh Tuhan juga, mungkinkah itu tidak kudus dan tidak berharga?
Tuhan kita yang kaya akan keberagaman memakai berbagai sarana untuk menempatkan umat-Nya. Sebagian dari metode yang dipakai-Nya tampak dramatis, sebagian lainnya biasa-biasa saja. Sebagian dipakai-Nya setiap hari, yang lainnya hanya sekali-sekali. Seperti yang dialami Daniel, panggilan terhadap orang-orang Kristen yang bekerja di lapangan, di pabrik, atau di kantor datang melalui keadaan, bukan melalui suatu kejadian istimewa. Dari sudut pandang mata jasmani, pekerjaan seseorang tampaknya merupakan hasil suatu keadaan tertentu yang alamiah. Meskipun demikian, Alkitab meyakinkan kita bahwa Tuhanlah yang menyebabkan segala sesuatu bekerja sama untuk mendatangkan kebaikan dalam kehidupan mereka yang mengasihi Dia. Kita yang mengasihi Tuhan ditempatkan bukan karena rancangan manusia, bukan juga sebagai hasil usaha kita mengatur keadaan, tetapi sebagai hasil pekerjaan Tuhan. Tuhan memanggil kita menurut maksud tujuan- Nya, bukan menurut maksud tujuan kita. Ada kemungkinan kita tidak dapat mengerti mengapa Tuhan menaruh orang- orang Kristen tertentu pada suatu kedudukan atau pekerjaan. Tetapi pikiran Tuhan bukanlah pikiran kita, jalan-Nya pun bukan jalan kita.
Menurut pikiran manusia, tidaklah masuk akal untuk memanggil seorang Kristen agar ia hidup kudus, tetapi lalu menempatkannya di lingkungan yang tidak bertuhan. "Politik bukan untuk orang Kristen," begitulah yang sering dikatakan orang sewaktu-waktu. "Permainan yang terlalu kotor."
Pernyataan seperti itu mencerminkan pandangan kebanyakan orang yang sudah umum terdapat di antara umat Tuhan. Menurut pandangan itu dunia begitu kotor, jadi harus sedapat mungkin dihindari. Pekerjaan tertentu, yang walaupun sah, dipandang kotor dan tidak dapat tidak, harus dijauhi. Jika demikian, hampir semua pekerjaan di dunia tampak ada nodanya. Nama Tuhan bila disebut-sebut, dilakukan dengan sembarangan. Rekan-rekan sekerja minum-minum terlalu banyak di pesta kantor. Pembicaraan mereka cabul. Berlaku licik dan berbohong sudah menjadi sesuatu yang biasa. Banyak perempuan berpakaian dengan cara yang menggoda. Gosip beredar cepat sekali, dan permusuhan yang mendalam dibungkus dengan senyum kepura-puraan. Ambisi yang egois dan cinta uang mendorong mereka untuk saling sikut demi mencapai kedudukan puncak. Semuanya ini dan banyak hal lainnya lagi dapat ditemukan di tempat kerja yang biasa. Galatia 5:19-21 berbicara tentang perbuatan daging dan dengan tepat menggambarkan keadaan di pertokoan atau di kantor modern masa kini.
Di pihak lain, orang-orang yang berkecimpung dalam organisasi Kristen, gereja, dan badan zending (badan misi) diharapkan untuk hidup dalam suasana yang berbeda. Bekerja bahu membahu dengan orang- orang Kristen lainnya tampak bersih ketimbang bekerja di lingkungan dunia. Meninggalkan pekerjaan biasa dan bergabung dengan organisasi Kristen tampak seperti meninggalkan daerah pertambangan untuk bekerja di ruang operasi. Oleh karena itu, terjun ke dalam bidang penginjilan atau bidang rohani adalah sesuatu yang lebih disarankan. Begitulah pandangan kebanyakan orang. Mereka berpikir, tidakkah Alkitab mengatakan bahwa ibadah yang murni adalah "menjaga supaya diri [kita] sendiri tidak dicemarkan oleh dunia" (Yakobus 1:27)? Maka dari itu, orang-orang tertentu yang rindu menekuni hal-hal rohani terdorong untuk masuk biara.
Melarikan diri dari dunia bukanlah rencana Tuhan bagi orang-orang Kristen. Kita tidak bebas dari dunia -- kita harus mengatasinya. Dunia bukanlah sesuatu yang harus dihindari, tetapi justru merupakan tempat di mana kita ditugaskan. Alkitab menyatakan hal itu dengan jelas sekali. Ketika Yesus berdoa bagi para pengikut-Nya, la berkata, "Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka daripada yang jahat." (Yohanes 17:15). Dalam suratnya yang mula-mula kepada jemaat di Korintus, Paulus menasihati agar mereka tidak bergaul dengan orang- orang Kristen yang hidupnya tidak bermoral. Di kemudian hari ia harus menjelaskan apa yang dimaksudkannya, karena tampaknya ada sebagian orang yang mengira bahwa mereka harus menjauhkan diri dari orang-orang non Kristen yang tidak bermoral. Ia menjelaskan, "Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul. Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini" (1Korintus 5:9-10). Tak pelak lagi, menjauhi dunia bukanlah cara yang dianjurkan Paulus untuk mengalahkan dunia.
Pola kita sudah ditentukan. Ketika Allah Bapa menyediakan sebuah tubuh bagi Yesus, Anak-Nya, Ia mengutus tubuh itu ke dalam dunia. Dewasa ini gereja adalah tubuh Yesus di bumi. Tubuh ini diutus ke dalam dunia, bukan ke suatu tempat kudus yang aman dan terlindung, tetapi ke dalam dunia yang bejat akhlaknya. Dunia abad kedua puluh ini sudah menjadi begitu kompleks. Di dalamnya terdapat "dunia- dunia". Kita berbicara tentang "dunia perbankan dan keuangan", atau "dunia permobilan", atau "dunia" pemerintah dan dunia usaha. Panggilan ke dalam dunia masa kini tidak terlepas dari semua komponen planet ini yang rumit. Dunia ini tampak terlalu berpolusi untuk menjadi tempat tinggal orang-orang Kristen, tetapi kita tidak ditentukan untuk dikalahkan. "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan" (Roma 12:21). Yesus sudah mengalahkan dunia (Yohanes 16:33). Dan Ia mengharapkan agar kita melakukan hal yang sama. "Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. Siapakah yang mengalahkan dunia, selain daripada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah? (1Yohanes 5:4,5).
Daniel mengalahkan dunia sekalipun ia diutus ke Babel. Tidak ada banyak hal yang menarik bagi Daniel di Babel. Ia melihat menu makanan istana sebagai sesuatu yang menajiskan dia (Daniel 1:8). Di sekitar dia ada banyak ahli sihir, astrolog, dan ahli jampi (2:2), yang kegiatannya dengan tegas dilarang oleh Hukum Tuhan (Ulangan 18:10-12). Sementara rekan-rekannya mengkhianatinya (6:4-9), minum- minum sampai mabuk dan menyembah berhala (5:1-4).
Supervisor Daniel bermacam-macam, dari yang ketakutan (1:10) sampai yang angkuh (4:30) dan yang mudah tertipu (6:6-9). Babel bukanlah firdaus bagi orang Yahudi yang penuh pengabdian dan yang rindu melayani Tuhan dengan segenap hati ini.
Namun ke sanalah (ke Babel) Daniel diutus. Bukan ke kota yang kudus, tetapi yang penuh dengan keangkuhan dan keduniawian. Pekerjaannya bahkan membawanya ke ajang politik praktis. Tetapi Daniel tidak terpolusi oleh kebejatan moral di sekelilingnya. Ia mengalahkan dunia, bukan sesudah ia memindahkan dirinya ke suatu lingkungan yang suci, tetapi sewaktu ia sedang bekerja di tengah- tengah lingkungan yang bejat itu. (Pekerjaan Daniel mengharuskan dia berada di dunia yang dikelilingi kebejatan moral, tetapi pekerjaannya itu sendiri merupakan sesuatu yang benar. Tentu saja ada beberapa jenis pekerjaan yang tidak seharusnya dilakukan oleh orang Kristen. Pekerjaan kita dan tujuannya harus tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar dari Tuhan.)
Bagi Daniel, dipisahkannya dia dari dunia terjadi di dalam hatinya. Yang dipisahkan dari pengaruh dunia dan bukan fisiknya. Lama sebelum zaman Daniel, Nabi Yesaya menulis: "Keluarlah dari Babel, larilah dari Kasdim!" (Yesaya 48:20). Daniel tidak berusaha pindah dari Babel, tetapi dalam rohnya ia menuruti perintah itu yang dari Tuhan. Alkitab menyatakan bahwa Daniel
"Berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminun raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya" (Daniel 1:8).
Keputusan itu terwujud di dalam hati Daniel. Melalui iman kepada Tuhan ia mengalahkan kejahatan dengan kebaikan -- sekalipun saat itu ia sedang sepenuhnya berurusan dengan dunia dalam bidang pekerjaannya.
Babel pada zaman sekarang ini sebejat Babel pada zaman Daniel. Orang-orang modern masih mengejar kebesaran dan kekuasaan tanpa mempedulikan kekudusan. Masih ada banyak kesempatan di lapangan kerja untuk menuruti keinginan daging. Tetapi orang yang menyadari bahwa sifat kedagingannya sudah disalibkan bersama-sama Kristus, memandang berbagai kesempatan itu sebagai rintangan, bukan sebagai sesuatu yang mempunyai daya tarik.
Kalau begitu, hal apakah yang menyebabkan seseorang yang rohani mengambil pekerjaan dalam sistem dunia ini yang bejat akhlaknya? Perintah dari sang Raja. Perintah itu sendiri merupakan motivasi yang kuat. Di sinilah letak perbedaan motivasinya. Bertanyalah kepada orang-orang duniawi, mengapa mereka bekerja. Ada yang akan berkata, "Saya bekerja untuk uang." Yang lain mungkin berkata, "Saya bekerja untuk memperoleh kebanggaan. Pekerjaan saya seumpama batu loncatan untuk mencapai kedudukan yang semakin tinggi dan berpengaruh di dunia ini. Anda juga dapat menemukan orang yang bekerja keras dan sungguh-sungguh untuk membangun suatu masyarakat yang lebih baik, untuk memulihkan keadaan sosial yang rapuh, atau untuk meringankan penderitaan manusia. Amatilah baik-baik, dan Anda akan menemukan Babel dalam setiap motivasi yang berpusatkan dunia.
Apa yang membuat orang kepunyaan Tuhan melakukan pekerjaannya yang biasa itu hari demi hari? Uang? Ketenaran? Usaha mendirikan firdaus di bumi ini? Tuhan Yesus dengan tegas berkata, "Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:33). Dalam bidang pekerjaan kita, seperti dalam bidang lainnya, kita melayani untuk menyenangkan hati- Nya, bukan untuk menyenangkan diri kita sendiri. Raja kita mempunyai masalah di planet ini. Kehendak-Nya terjadi di surga, tetapi jarang terjadi di muka bumi ini. Ia sedang merekrut orang-orang yang mengizinkan kehendak-Nya yang benar itu memerintah atas mereka. Bilamana la menemukan orang-orang seperti itu, sang Raja akan menempatkan mereka secara strategis di sini dan di sana di seluruh dunia menurut rancangan-Nya sendiri.
Babel dan segala yang mewakili Babel adalah sesuatu yang memuakkan Tuhan -- kekejian di mata Tuhan (Wahyu 17:4, 5). Meskipun demikian, Ia berani mengutus umat pilihan-Nya ke tengah-tengah ketidak kudusan itu. Sungguh mengherankan bila dipandang dari sudut logika manusia, Tuhan mengutus kebanyakan umat-Nya untuk melakukan pekerjaan biasa. Itu pilihan utamanya bagi hidup mereka. Salah satu sebab mengapa Paulus melakukan usaha dagang ialah: "karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti" (2Tesalonika 3:9).
Setiap kita harus bergantung pada Roh Kudus bila hendak menemukan panggilan Tuhan bagi kita pribadi. Kalau Tuhan menghendaki Anda sepenuhnya melakukan pekerjaan dalam bidang rohani, taatilah Dia. Kalau Tuhan memandang Anda untuk melakukan pekerjaan biasa, juga taatilah Dia dengan senang hati. Terjun ke bidang pekerjaan rohani bukan sesuatu yang menunjukkan tingkat pengabdian seseorang kepada Kristus. Tuhan mengkhususkan sebagian orang untuk melakukan pekerjaan penginjilan, dan la juga mengkhususkan sebagian lainnya untuk menghasilkan buah dalam pekerjaan biasa.
Bagi mereka yang bersusah hati karena merasa bahwa pekerjaannya sehari-hari tidak berarti bagi Kerajaan Tuhan, dapat memperoleh penghiburan dari pelajaran kehidupan Daniel. Pekerjaan Daniel dalam pemerintahan diperolehnya melalui keadaan yang memungkinkan dia mendapat kesempatan ke arah sana. Dan ia tidak berusaha untuk meningkatkan kedudukannya di hadapan Tuhan dengan jalan semakin banyak melakukan pekerjaan rohani. Daniel belum pernah membaca surat Paulus kepada jemaat di Korintus, namun tindakannya itu sesuai dengan perintah,
"Hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah ...." (1 Korintus 7:17)
Daniel ditugaskan di Babel. Dan di situlah ia tinggal ....
Bahan diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Pekerjaan Sekuler adalah Pelayanan Sepenuh Waktu |
Judul Artikel | : | Ditugaskan di Babel |
Penulis | : | Larry Peabody |
Penerbit | : | Nafiri Gabriel, Jakarta, 1999 |
Halaman | : | 37 - 50 |
Kisah Para Rasul pasal 8 mencatat tragedi yang terjadi pada umat percaya. Pada waktu itu, mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria (Kisah Para Rasul 8:1b). Pertanyaannya, dengan urapan Tuhan dan kuasa-Nya, apakah Allah tidak sanggup menjaga mereka dari penganiayaan? Sedemikian kejamkah Allah hingga Ia membiarkan umat-Nya dalam penganiayaan? Bukankah Dia mempunyai rencana yang indah untuk setiap orang percaya agar mereka hidup berkelimpahan?
"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11)
Tidak! Allah tidak kejam. Itulah rencana indah-Nya agar orang percaya menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi. Tuhan Yesus sudah mengutus orang percaya dengan baik-baik (apostello) untuk menjadi saksi, namun berbagai macam hal terjadi dalam jemaat mula-mula sehingga mereka hanya terpaku di Yerusalem.
Jadi, Tuhan meng-ekballo, mengirim mereka dengan paksa melalui penganiayaan ke tempat-tempat yang Tuhan Yesus perintahkan untuk mereka datangi, yaitu Yudea dan Samaria. Mereka semua tersebar ke seluruh daerah itu. Kata "tersebar" di sini dalam bahasa Yunaninya adalah "diaspeira". Lebih mudah kita kenal dengan "diaspora". Kata ini semula hanya dipakai untuk menggambarkan petani yang menebarkan atau menyebarkan benih.
Demikianlah Tuhan menebarkan, menyebarkan "benih" Sumber Daya Manusia-Nya untuk melakukan tugas misi dengan cara-Nya, yaitu melalui penganiayaan sehingga melalui orang-orang percaya yang tersebar ini, akses bagi Injil boleh terbuka kepada orang-orang di Yudea dan Samaria. Kisah Para Rasul 8:4 menyaksikan bahwa mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri sambil memberitakan Injil. Kenyataan ini bisa terjadi karena mereka sebelumnya telah bertekun di dalam pengajaran para rasul (Kisah Para Rassul 2:42). Mereka tentu telah diajar dan mengerti bahwa mandat pemberitaan Injil yang ditugaskan Yesus Kristus kepada para rasul adalah juga mandat bagi mereka yang telah percaya kepada Yesus dan menjadi murid-Nya. Filipus, salah satu dari tujuh orang yang diangkat oleh jemaat di Yerusalem untuk pelayanan diakonia (Kisah Para Rasul 6:1-6), adalah seorang figur murid yang berkualitas. Dia tentu terpilih karena dianggap mampu dan memiliki kesaksian yang baik di tengah-tengah jemaat pada waktu itu. Filipus inilah yang memberitakan Injil di Samaria. Mujizat dan kuasa Tuhan dinyatakan melaluinya (Kisah Para Rasul 8:6-7). Bahkan, orang ini juga memberitakan Injil kepada seorang pejabat tinggi dari negeri Etiopia (Kisah Para Rasul 8:26-38).
Injil adalah Berita Kesukaan, Kabar Gembira. Itulah yang menyebabkan orang-orang percaya yang tersebar karena penderitaan itu tidak mengeluh atau terlarut dalam kedukaan yang dalam. Sebaliknya, dengan kuasa Roh Kudus mereka dimampukan untuk menjadi saksi-saksi-Nya bagi banyak orang di Yudea dan Samaria. Injil yang penuh kesukaan membuat mereka mampu menghadapi tantangan pada saat itu dan tetap teguh bersaksi. Lihatlah akibat yang ditimbulkan dari pemberitaan Injil di Samaria. Ada sukacita yang besar di kota itu (Kisah Para Rasul 8:8). Karena Injil adalah Kabar Kesukaan, tidak mungkin Injil diberitakan dalam kesedihan dan sungut-sungut. Dalam penganiayaan yang hebat itu, orang-orang percaya tidak meratapi penderitaannya. Mereka tetap bersukacita karena keselamatan dari Tuhan sehingga mereka dapat memberitakan Injil dengan penuh sukacita.
Ketika mengalami penganiayaan dan penderitaan yang amat sangat, kita tidak boleh terjebak dalam rasa kasihan terhadap diri sendiri karena "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28)
Rencana Allah adalah mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya. Mereka yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus menjadi Tuhan dan Juru Selamat adalah umat Allah, tetapi menjadi umat-Nya bukan lagi menjadi hak satu bangsa saja, melainkan hak segala suku bangsa, kaum, dan bahasa. Melalui peristiwa apa pun yang sedang terjadi dalam dunia ini, betapapun sukar dan pahitnya, sesungguhnya Ia sedang bekerja menggenapkan rencana kebaikan-Nya, rencana keselamatan-Nya yang agung bagi segala bangsa.
Pada waktu meratapi nasib dan keadaan sulit yang kita alami, energi kita akan banyak terkuras untuk itu dan semakin kita mencurahkan pikiran untuk hal tersebut, kita akan semakin tenggelam dalam permasalahan kita. Namun, pada waktu kita memandang kepada Kristus, kita akan melihat bahwa dalam setiap kesulitan dan krisis selalu ada kesempatan dan peluang untuk menjalankan kehendak-Nya yang mulia, yaitu memberitakan Kabar Kesukaan itu. Kata "krisis" dalam bahasa Cina adalah "weiji", terdiri dari kata "wei", artinya kesulitan, dan kata "ji", yang artinya kesempatan (Jan Wong). Jadi, menarik jika kita lihat bahwa dalam falsafah Cina saja, dalam setiap kesulitan selalu ada kesempatan.
Tuhan mengizinkan penganiayaan hebat terjadi pada orang-orang percaya di Yerusalem agar mereka bisa "keluar" dan pergi membawa Kabar Baik kepada orang-orang lain yang belum pernah mendengarnya. "Mungkin" Tuhan tidak akan perlu memakai "penganiayaan hebat" untuk meng-ekballo orang-orang percaya agar pergi menjadi saksi-Nya diseluruh Yudea dan Samaria seandainya mereka menaati firman-Nya pada waktu mereka di-apostello, diutus dengan baik-baik dan dengan hormat.
Sebagai kesimpulan, kita melihat bahwa dalam era kisah para rasul pada abad pertama, misi dimulai bukan dari kemapanan sosial, ekonomi, dan politik. Sebaliknya, misi dimulai justru di tengah-tengah masa krisis sosial, ekonomi, dan politik. Misi dimulai bukan ketika gereja sudah besar dan mapan, tetapi justru ketika gereja masih kecil, sederhana, miskin, tidak punya gedung gereja, dan hanya beranggotakan beberapa orang saja. Kita dipercayakan melayani-Nya dalam "Yerusalem" kita, namun hendaknya itu menjadi landasan kita untuk keluar dan membawa Kabar Keselamatan ke segala bangsa, bukannya malah mengungkung Berita Keselamatan itu di dalam gereja kita sendiri.
Allah sangat serius dengan misi sehingga Dia memberikan kehormatan kepada kita untuk di-apostello, diutus dengan baik-baik sebagai duta-duta-Nya yang membawa Kabar Kesukaan sampai ke ujung bumi. Namun, jika kita menolak kehormatan ini dan mengabaikan rencana keselamatan-Nya untuk dunia ini melalui kita, Allah dalam kasih dan anugerah-Nya akan memakai cara mengirim atau mengutus dengan paksa (ekballo) agar bangsa-bangsa lain dapat mengecap kebaikan Tuhan dan bersuka cita dalam Berita Injil.
PELAJARAN DARI NABI HABAKUK
Nabi Habakuk, namanya berarti pelukan kasih (love's embrace), hidup dalam zaman yang begitu berat dengan krisis moral yang luar biasa. Di sana terjadi penindasan, aniaya, kelaliman, kekerasan, dan pertikaian di depan matanya. Hukum kehilangan kekuatannya; keadilan tidak ada lagi. Orang benar dikelilingi oleh orang fasik. Keadilan dan kebenaran diputarbalikkan. Yang benar dipersalahkan, yang salah dibenarkan. Konglomerat menjadi semakin kaya, kaum melarat menjadi semakin miskin dan hina (lihat Habakuk 1:2-4).
Meskipun begitu, Habakuk tahu bahwa Tuhan dalam kemahatahuan-Nya melihat semua yang terjadi. Habakuk tidak dikalahkan oleh krisis di sekitarnya dan apa yang terjadi di depan matanya. Dia tahu bahwa Allah berdaulat dan berkuasa atas segala sesuatu. Dia tahu bahwa Allah tetaplah berdaulat di tengah-tengah krisis sosial, moral, hukum, dan politik di dalam bangsanya. Habakuk tidak meratapi dan mengutuk "kegelapan" yang terjadi disekitarnya. Tapi dia berdiri "menyalakan lilin terang". Apakah yang ia lakukan?
Mengarahkan pandangannya kepada TUHAN dan bukan kepada krisis (1:12).
Menantikan TUHAN dalam doa yang berjaga jaga (2:1).
Mendengar jawaban TUHAN dan menjadi pelaku Firman (2:2).
Mengaplikasikan firman TUHAN dalam perencanaan yang praktis (2:2).
Kunci kemenangan Habakuk adalah suatu pernyataan yang penuh kuasa yang dikutip tiga kali dalam Perjanjian Baru (Roma 1:17, Galatia 3:11, dan Ibrani 10:38), yang berbunyi: "Orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya." (Habakuk 2:4) Pernyataan hebat ini jugalah yang mengubah haluan hidup Martin Luther, bapa reformasi gereja pada akhir abad pertengahan.
Melalui perencanaan dari apa yang sebagian Tuhan nyatakan kepada Habakuk, nubuatan misi sedunia yang luar biasa akan digenapi: "Bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan, seperti air yang menutupi dasar laut."(Habakuk 2:14)
Habakuk membuka kitab ini dengan keluhan dan pemaparan krisis multidimensi yang panjang dan tak berkesudahan. Lalu, ia mengakhiri dengan doanya yang unik, doa yang disampaikan dengan nyanyian ratapan. Di dalam pasal 3, Habakuk di tengah-tengah krisis dan tragedi kemanusiaan yang terjadi di depan matanya, memproklamirkan kedaulatan Allah Yang Maha Tinggi yang mengatasi segala langit. Dalam kesesakan, krisis dan penderitaan Habakuk tetap bersuka-cita dalam Tuhan, penuh semangat dan dinamika hidup serta teguh berdiri dalam Tuhan. Ia tidak tergoyahkan oleh masalah, krisis, dan pergumulan, seperti kesaksiannya:
"Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria dalam Allah yang menyelamatkan aku. Allah Tuhanku kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku." (Habakuk 3:17- 19)
Bahan diambil dan diedit dari sumber:
Judul Buku | : | isi dari dalam Krisis |
Judul Artikel | : | Diutus Dengan Paksa? Di-Ekballo? |
Penulis | : | Bagus Surjantoro |
Penerbit | : | Obor Mitra Indonesia, Jakarta, 2003 |
Halaman | : | 10 - 16 |
"Sebuah Gereja Amanat Agung adalah sebuah Gereja yang Berdoa."
PENTINGKAH, ATAU ESENSIALKAH DOA ITU?
Saya yakin sebagian besar di antara kita tidak mungkin menjawab bahwa doa adalah esensial. Doa bukan sekadar suatu hal menyenangkan yang bersifat rohani -- sesuatu yang saleh untuk menjadi sekadar pengisi kegiatan rutin keagamaan kita. Doa lebih merupakan cara hidup dengan Bapa.
Dalam
Hal yang penting adalah Kristus berkata bahwa tanpa Dia kita tidak dapat berbuat sesuatu. Tidak dapat berbuat sesuatu? Ya; itulah yang Dia katakan.
Bagi saya tampak bahwa satu di antara cara-cara utama yang kita pakai sehingga kita dapat secara aktif mempertahankan ketergantungan kita pada Kristus adalah berdoa. Apabila kita berdoa kita mengatakan kepada Kristus bahwa kita memerlukan Dia -- bahwa kita tak sanggup berjalan tanpa Dia.
Apabila kita enggan berdoa pada intinya kita menyatakan suatu pernyataan kemandirian. Apakah kita menyukainya atau tidak, kita sedang berkata kepada Allah bahwa sesungguhnya kita tidak memerlukan Dia. "Terima kasih. Saya dapat mengatur dengan cara saya sendiri." Adakah sesuatu yang mengherankan, dengan kemandirian yang demikian, kita gagal melihat buah yang kekal dalam kehidupan dan pelayanan kita?
Kita tahu bahwa dalam
Apakah kita sedang membangun kepedulian misi, mengembangkan strategi misi, memanggil dan melatih para pekerja, atau mendukung para misionaris, dari awal sampai akhir, doa bersifat esensial.
Apakah Anda ingin gereja Anda menjadi sebuah gereja Amanat Agung? Apakah Anda ingin gereja Anda bisa menggenapi Amanat Agung? Cara yang tepat untuk memulainya adalah dengan doa.
BAGAIMANA GEREJA KITA DAPAT MENJADI SEBUAH GEREJA YANG BERDOA?
Bertekun dalam Doa
Joel mengambil newsletter (surat warta) misionaris. "Menakjubkan," pikirnya. "Misionaris ini berada di penjara tetapi ia sempat menulis surat-surat yang menggugah semangat. Ia tak pernah menyerah. Melalui suratnya ia meminta kepada kita supaya Allah memberi dia kesempatan dan hikmat untuk bersaksi."
Lalu ia membalik halaman itu dan membaca, "Berikan diri Anda untuk berdoa. Jangan mundur dari komitmen Anda untuk doa. Dan perhatikan apa yang sedang terjadi sehingga Anda dapat berdoa tepat sasaran. Akhirnya, jangan lupa ucapkan syukur dalam doa Anda."
Tentu misionaris yang dimaksud adalah Rasul Paulus. Surat itu merupakan surat kiriman kepada gereja di Kolose. Dan di antara nasihat-nasihatnya adalah perintah sederhana "Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur." (
Satu strategi yang Allah berikan untuk menolong umat percaya di Filipina supaya bertekun dalam doa adalah melalui Gerakan Doa Amanat Agung (GCPM). Gerakan doa ini merupakan suatu tantangan dan suatu kesempatan. GCPM adalah sebuah gerakan umat Kristen yang membantu untuk menggenapi Amanat Agung melalui doa-doa mereka. Gerakan ini merupakan suatu tantangan untuk mempercepat penginjilan bagi orang Filipina dan dunia melalui doa. Hal ini menjadi kesempatan untuk berperan secara strategis dalam memuridkan segala bangsa. Ada dua komponen yang diperlukan: Komitmen Doa Amanat Agung dan Kelompok Doa Amanat Agung.
Komitmen Doa Amanat Agung
Ini adalah suatu komitmen, seperti yang Allah mampukan, untuk berdoa sedikitnya sekali seminggu untuk pokok-pokok doa sebagai berikut:
Untuk saya sendiri:
supaya Allah berkenan memberi saya suatu kepedulian lebih besar pada orang-orang yang belum mengenal-Nya.
supaya Allah berkenan menolong saya bekerja begitu rupa supaya melihat Amanat Agung digenapi.
Untuk gereja saya:
supaya Allah berkenan menolong kita menjadi sebuah Gereja Amanat Agung, kita semua bekerja sama guna membantu menggenapi Amanat Agung.
supaya Allah berkenan memakai kita guna membantu dalam menjangkau suatu kelompok masyarakat belum terjangkau.
Lebih banyak pekerja:
supaya Allah berkenan memanggil para misionaris dari gereja saya.
supaya Allah berkenan memanggil para misionaris di seluruh penjuru dunia.
Dunia terhilang
supaya berdiri sedikitnya satu gereja Injili di setiap kelompok masyarakat.
supaya berdiri sedikitnya satu gereja Injili di setiap kelompok suku yang belum terjangkau di dunia.
Apakah pokok-pokok doa tersebut tampak sepertinya mustahil? Terus- terang, saya agaknya setuju dengan Anda. Jika Allah tidak melakukan mujizat-mujizat yang tidak saya lihat, misalnya, bagaimana akan ada sebuah gereja Injili di setiap kelompok masyarakat pada tahun 2004 atau 2000 misionaris Filipina.
Namun itu pokok masalahnya, bukan? Menetapkan tujuan-tujuan yang memuliakan Allah jauh melebihi apa yang dapat kita capai dengan kekuatan kita sendiri, dan berseru kepada Allah supaya menolong kita menjangkau mereka.
Kesulitan mencapai tujuan-tujuan ini bukan suatu alasan yang cukup untuk tidak berdoa. Sebaliknya, ini merupakan satu di antara alasan- alasan terbaik mengapa kita sebaiknya berdoa -- mengapa kita harus berdoa. Sebab kita tidak akan pernah mencapai tujuan-tujuan ini sebagai hasil usaha kita sendiri.
Di samping itu, apa arti bekerja untuk tujuan-tujuan ini kalau kita tidak sekaligus berdoa untuk tujuan-tujuan ini? Tidakkah hal itu menjadi deklarasi kemerdekaan yang sudah kita pertimbangkan?
Pikirkan dampak yang dihasilkan jika ribuan orang Kristen bersedia membuat komitmen ini dan berdoa dengan setia? Ada ratusan orang Filipina telah membuat Komitmen Doa Amanat Agung. Apakah Anda akan bergabung dengan mereka?
Kelompok Doa Amanat Agung
Komponen kedua Gerakan Doa Amanat Agung adalah sebuah Kelompok Doa Amanat Agung, yaitu sekelompok orang yang berkomitmen untuk memberikan suatu sumbangan besar bagi penggenapan Amanat Agung melalui doa-doa mereka.
Apakah Ini Sekadar Kelompok Doa Baru?
Bukan, sebab mereka yang terlibat dalam suatu GCPG tidak pernah lepas dari pandangan Amanat Agung. Yang terutama dalam pemikiran mereka adalah kehendak Allah bagi kita supaya memuridkan setiap golongan, suku, bahasa, dan bangsa. Mereka tidak membiarkan diri mereka sendiri menjadi fokus dalam doa mereka.
Apakah Mereka Berdoa untuk Keperluan Gereja Mereka?
Tentu. Mereka merasa peduli pada gereja mereka dan berdoa untuk kesehatan dan pertumbuhannya. Mereka mungkin berdoa untuk kebangunan rohani. Namun mereka tekun memelihara hati untuk orang-orang yang terhilang. Mereka dengan tekun menjaga kepedulian mereka bagi domba-domba yang masih di luar kawanan.
Kapan Mereka Bertemu?
Kapan saja bisa mengadakan pertemuan, itu paling baik bagi mereka yang terlibat. Sebagian ada yang menikmati suatu persekutuan doa menjelang pagi. Lainnya mungkin menemukan bahwa suatu persekutuan malam lebih cocok dengan jadwal mereka. Lainnya lagi mungkin sekedar menambahkan waktu doa Amanat Agung dalam persekutuan- persekutuan mereka yang sudah ada. Lakukan eksperimen untuk menemukan apa yang terbaik bagi Anda dan gereja Anda.
Ingat, tujuannya bukan menciptakan suatu persekutuan baru. Tujuannya adalah menggerakkan jemaat dalam Doa Amanat Agung. Komentar-komentar J. Campbel White yang dicatat oleh Helen Montgomery lebih dari setengah abad lalu, masih relevan saat ini.
"Doa adalah metode yang pertama dan utama untuk menyelesaikan masalah misionaris. Di antara segala metode yang telah direncanakan, tidak satu pun lebih praktis, lebih berhasil dibanding dengan metode ini. Jika kita dapat membentuk sekelompok orang secara tetap di rumah dan menjadi kebiasaan untuk mendukung dengan doa setiap misionaris di tengah perjuangan dengan metode sederhana ini saja maka efisiensi kekuatan misionaris saat ini mungkin dapat digandakan."
Angkatlah Seorang Misionaris
Satu cara untuk menjadikan doa misi lebih berarti adalah dengan mendoakan seorang misionaris secara spesifik. Mungkin gereja Anda sudah mendukung beberapa misionaris. Anda bisa memulai dari sana. Jika belum, ada sejumlah badan misi Filipina yang senang meminta Anda berdoa untuk satu di antara para misionaris mereka.
Mulailah berkorespondensi dengan misionaris Anda untuk memberi semangat padanya dan mengetahui apa keperluan-keperluannya. Berikut ini adalah beberapa pedoman untuk menolong Anda berdoa.
Alkitab
Jadikan pola doa Anda seperti contoh-contoh dan nasihat-nasihat dalam Alkitab (
Keluarga
Jika misionaris Anda punya sebuah keluarga, mereka sebaiknya menjadi suatu fokus reguler dalam doa Anda. Doakan kesehatan mereka dan keharmonisan keluarga. Doakan untuk suatu pernikahan yang kokoh. Doakan supaya semua anak mereka bertumbuh sehingga mengasihi dan menaati Tuhan Yesus.
Penyesuaian Budaya
Berdoalah supaya mereka mau belajar bahasa dengan baik dan menyesuaikan diri dengan kultur baru mereka. Mintakan kepada Allah supaya memberi mereka hubungan kasih dengan orang-orang pribumi dan rekan-rekan misionaris.
Pertumbuhan Rohani
Berdoalah untuk pertumbuhan rohani misionaris -- supaya Allah menolong mereka hidup dan melayani dengan kuasa Roh Kudus, dan supaya mereka menjadi lebih seperti Kristus. Mintakan pada Allah supaya mengembangkan Roh dalam hidup mereka.
Pelayanan
Kenali sebaik mungkin hal-hal yang spesifik dalam pelayanan misionaris Anda sehingga Anda dapat berdoa sungguh-sungguh. Apakah ia (istri) seorang penerjemah Alkitab di suatu daerah suku? Apakah ia (suami) seorang perintis jemaat di antara kota-kota raksasa dunia? Apakah ia (istri) mengajar di sebuah sekolah untuk-anak misionaris? Apakah ia (suami) sekolah untuk anak-anak misionaris? Tiap-tiap pelayanan ini memiliki tantangan-tantangan dan kesulitan- kesulitan tersendiri. Pelajari tantangan dan kesulitan ini sehingga Anda bisa memusatkan perhatian pada keperluan-keperluan misionaris Anda untuk didoakan.
Keperluan Finansial
Anda kemungkinan tidak mampu menyumbang banyak untuk mendukung misionaris Anda, tetapi Anda tentu dapat meminta kepada Allah untuk memenuhi keperluan mereka. Kerja misionaris memang cukup sulit, tidak perlu ditambah dengan kegelisahan karena dukungan yang tidak memadai.
Peperangan Rohani
Mintakan kepada Allah supaya melindungi misionaris Anda dari kekuatan-kekuatan roh jahat yang mungkin menghambat pelayanannya atau berusaha untuk menjatuhkannya. Berdoalah supaya misionaris Anda tidak akan memberikan tempat berpijak kepada musuh -- supaya ia menggunakan senjata rohani yang diberikan kepada setiap orang Kristen (
Bercermin
Banyaknya keperluan misionaris Anda akan sama banyak dengan keperluan Anda. Pikirkan bidang-bidang yang ingin Anda doakan, dan karena itu doakanlah juga untuk misionaris Anda.
Apakah Anda lemah semangat? Berdoalah supaya Allah menguatkan Anda dan misionaris Anda. Apakah Anda merasa kering secara rohani? Sebagian besar misionaris bukanlah 'raksasa rohani'. Mereka juga memerlukan dukungan doa-doa Anda untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Para misionaris memerlukan doa-doa kita. Dan kita memerlukan pertumbuhan rohani yang akan terjadi dalam hidup kita pada saat kita menyerahkan diri kita untuk doa Amanat Agung.
Gunakan Sumber-sumber Daya
Untungnya, ada beberapa sumber daya yang sangat baik tersedia dengan harga-harga yang terjangkau untuk mempermudah doa Amanat Agung. Satu di antara sumber-sumber daya ini adalah Global Prayer Digest.
Global Prayer Digest adalah panduan doa bulanan yang cukup baik dan disediakan oleh Patners for World Mission, Filipina. Tujuan Global Prayer Digest adalah mendorong gerakan doa untuk kelompok-kelompok masyarakat yang belum terjangkau. Panduan ini berisi keterangan yang menarik tentang kelompok-kelompok masyarakat belum terjangkau, ditambah dengan uraian-uraian singkat biografi yang menarik dan wawasan-wawasan alkitabiah. Format satu halaman per hari dengan mudah digabungkan dengan renungan pribadi dalam keluarga Anda. Ini juga merupakan suatu sumber daya yang sangat baik untuk digunakan dalam sebuah Kelompok Doa Amanat Agung.
Sumber lain yang juga bisa menolong adalah Operation World. Buku karya Patrick Johnstone yang sangat bagus ini merupakan satu di antara sumber-sumber paling komprehensif yang ada dan sangat berguna. Sumber ini mencakup informasi tentang sebagian besar negara-negara di dunia yang disusun berdasarkan urutan abjad untuk fokus doa setahun.
Setiap entry berisi informasi latar belakang yang menarik dan berguna tentang suatu negara. Keterangan ini ditambah dengan pokok- pokok doa.
Meskipun sejumlah keterangan menarik ditambahkan, sama sekali ini bukan sebuah buku statistik yang kering. Satu di antara aspek-aspek yang paling menonjol pada Operation World adalah kemampuan penulisnya untuk memberikan data bagi setiap negara. Berulang-ulang Anda sendiri akan tergerak untuk berdoa melalui permohonan- permohonan doa yang disarankan.
Diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Menjawab Tantangan Amanat Agung |
Judul Artikel | : | Doa -- Pusat Kekuatan Misi |
Penulis | : | Dean Wiebracht |
Penerbit | : | Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1992 |
Halaman | : | 59 - 72 |
Dari Redaksi:
Jika kita bersama mencermati poin keempat dari artikel di atas, maka untuk konteks Indonesia kita bisa memakai Buletin e-JEMMi sebagai salah satu sumber daya untuk mendukung Gerakan Doa Amanat Agung di gereja Anda. Kesaksian-kesaksian singkat dari berbagai negara termasuk Indonesia yang dilengkapi dengan pokok-pokok doa bisa dengan mudah kita tambahkan dalam jadwal doa harian kita. Dengan demikian kita juga sudah mengambil bagian dalam pelayanan misi dunia saat kita bersama-sama bertelut mendoakannya. Karena itu, jangan jemu-jemu berdoa untuk pelayanan Buletin e-JEMMi supaya dapat dipakai mendorong umat Tuhan di Indonesia untuk berdoa bagi pelayanan misi dunia.
LATAR BELAKANG
Di dalam Alkitab, doa dinyatakan sebagai hal yang luar biasa penting. Sebagian dari bagian-bagian Alkitab yang menonjol berkaitan dengan doa, mengungkapkan pujian, penyembahan, syukur, pengakuan, dan permohonan. Tokoh-tokoh terkenal Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, ditandai dengan banyak berdoa. Semua Kebangkitan rohani yang dicatat dalam sejarah dimulai dengan doa. Semua yang bernilai dalam Kerajaan Allah diprakarsai dan didukung oleh doa.
Alkitab mengundang kita untuk berdoa.
"Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia." (Ibrani 4:16 )
Alkitab memerintahkan kita berdoa.
"Tetaplah berdoa." (1Tesalonika 5:17 )
Alkitab mengajarkan kita cara berdoa. Misalnya:
"Janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah." (
"Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah." (
"Berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi." (
"Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa." (
"Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu." (
"Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di surga." (
"Sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa." (
"Mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (
"Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." (
"Mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu." (
"Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa." (
Yesus berdoa:
Menurut Billy Graham:
"Alkitab berkata, 'Tetaplah berdoa!' Ini berarti kita harus selalu siap berdoa. Doa seumpama persekutuan seorang anak dengan bapaknya. Karena seorang Kristen telah dilahirkan ke dalam keluarga Allah, wajarlah baginya berdoa, seperti seorang anak meminta kebutuhan- kebutuhannya kepada ayahnya. Kita sedang hidup dalam masa-masa penuh bahaya. Masa ini adalah masa untuk berdoa. Lebih banyak hal dapat terjadi melalui doa daripada melalui hal-hal lain. Doa adalah senjata kita terampuh."
STRATEGI BIMBINGAN
Banyak orang minta didoakan. Kita harus siap untuk menawarkan dukungan dan mendoakan permintaan-permintaan mereka. Doa Anda, tanpa Anda sadari, akan sangat berarti baginya.
Bila seseorang meminta didoakan, dukunglah dia. Nyatakan bahwa Anda senang dapat mengambil bagian dalam kebutuhannya, sebab Allah mengetahuinya, memperhatikan, dan berjanji akan menjawabnya. Anda akan mengingat permintaannya, tetapi lebih dahulu ingin menanyakan beberapa hal.
Tanyakan, apakah dia pernah mengundang Yesus Kristus memasuki kehidupannya untuk menjadi Tuhan dan Juruselamatnya. Salah satu doa yang menyukakan hati Allah ialah "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini" (
[["Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang non-Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; atau CD-SABDA: Topik 17750.]]
Lalu bawalah permohonannya kepada Tuhan dalam doa.
"Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (
Matius 21:22 )"Jika dua orang daripadamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga." (
Matius 18:19 )
Kadang-kadang, orang Kristen mengeluh bahwa Allah tidak menjawab doanya. Doronglah ia untuk setia berdoa, tekun seperti kisah wanita dalam
------------------------------Kutipan-------------------------------
"Doa adalah untuk anak-anak Allah."
"Doa yang berhasil disampaikan dalam iman. Alkitab berkata, 'Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.'" (
"Doa yang hidup meluap dari hati yang taat. Alkitab berkata, 'dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.'" (
"Kita harus berdoa dalam Nama Kristus. Yesus berkata: 'apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak.' Kita tidak layak mendekati takhta kudus Allah, kecuali melalui pengantara kita, Yesus Kristus." (
"Kita harus rindu akan kehendak Allah. Bahkan Tuhan kita sendiri, bertentangan dengan keinginan-Nya sendiri, berdoa: 'Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!'" (
"Doa kita haruslah demi kemuliaan Allah. Pola doa yang Yesus berikan kepada kita disimpulkan dengan, 'Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya.' Jika doa-doa kita terjawab, kita harus mempermuliakan Allah."
--------------------------Kutipan_Selesai---------------------------
AYAT ALKITAB
Anjuran untuk berdoa | : |
Bahan diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Buku Pegangan Pelayanan |
Penulis | : | Billy Graham |
Penerbit | : | Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA) |
HalamanHalaman | : | 48 - 51 |
CD-SABDA | : | Topik 17537 |
Ada banyak sumber bagus di internet yang dapat membantu seorang Kristen untuk bertumbuh secara rohani. Namun, jika kita mau serius melihat jiwa-jiwa yang terhilang di internet dan bersedia mengenalkan mereka kepada kasih Allah, kita harus bersedia keluar dari "tempat garam" dan pergi ke tempat di mana jiwa-jiwa terhilang itu berada.
Internet dipenuhi dengan orang-orang yang sedang mencari jalinan/hubungan persahabatan yang berarti. Bagi gereja, internet bisa menjadi kesempatan global -- sebuah ladang misi yang siap untuk dituai. Sekarang adalah saatnya untuk menuai di ladang tersebut. Kita bisa membuat parafrase dari perkataan Rasul Paulus kepada Timotius -- Setiap orang Kristen yang bisa mengakses online seharusnya bisa mengerjakan pelayanan sebagai "E-vangelist" (e-Penginjil) -- seorang penginjil elektronik.
Dalam budaya Barat, rata-rata orang Kristen menerima pengajaran untuk menjauhi dunia sekuler. Sebagai hasilnya adalah adanya isolasi dari orang-orang yang seharusnya bisa kita jangkau dengan Injil Yesus Kristus. Kita meluangkan banyak waktu untuk mendengarkan musik Kristen, menyaksikan program kerohanian Kristen, menghadiri acara-acara yang disponsori gereja, dan lingkungan kita juga dikelilingi dengan sahabat-sahabat Kristen. Bagaimana kita bisa menjadi "garam dan terang" bagi komunitas di sekitar kita? Hal yang sama juga dilakukan oleh rata-rata orang-orang Kristen yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk online.
Mereka meluangkan banyak waktu untuk online dengan komunitas-komunitas Kristen. Mereka mengunjungi chat-rooms Kristen, berselancar ke situs-situs Kristen, membaca artikel-artikel online yang ditulis oleh penulis Kristen yang ditujukan bagi para pembaca Kristen, download musik-musik rohani yang bisa diputar dalam komputer multimedia yang mereka miliki, berkorespondensi online dengan teman-teman Kristen, serta berlangganan milis-milis Kristen yang menyediakan renungan harian, bahan PA, dan pesan-pesan rohani yang memberikan inspirasi. Tidak ada yang salah dengan semua aktivitas tersebut. Ada banyak sumber bagus di internet yang dapat membantu seorang Kristen untuk bertumbuh secara rohani. Namun, jika kita mau serius melihat jiwa-jiwa yang terhilang di internet dan bersedia mengenalkan mereka kepada kasih Allah, kita harus bersedia keluar dari "tempat garam" dan pergi ke tempat di mana jiwa-jiwa terhilang itu berada.
Jadi, mengapa tidak ada di antara kita yang bersedia pergi untuk menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang di internet? Kemungkinan disebabkan karena kita tidak ingin tampak terkesan "duniawi" dalam media yang secara terbuka mempromosikan nilai-nilai postmodernism -- media sekuler dan di mata banyak orang Kristen, media ini banyak menampilkan isi yang tidak layak dibaca bagi umum. Namun, hal tersebut bukan hal yang baru bagi kita. Sebagai orang Kristen, kita selalu berhadapan dengan konflik karena kita berada di dunia padahal kita bukan berasal dari dunia. Kita berasal dari dunia yang berbeda dan hanya tinggal sementara di tanah yang asing ini -- dunia yang penuh dengan dosa. Dunia cyber tidaklah jauh berbeda. Dosa juga muncul dalam dunia cyber. Apakah dosa itu lebih buruk dari dosa yang ada di dunia nyata? Kemungkinan besar tidak.
Perhatikan permasalahan pornografi online. Penulis seperti Douglas Groothuis menunjukkan hahwa pornografi di dunia cyber mudah sekali diakses, bahkan bagi mereka yang awam di dunia cyber (walaupun ada teknologi yang bisa digunakan untuk memblokir akses ke situs-situs tersebut). Namun penulis lain, Quentin J Schultze, menuliskan, "Materi-materi pornografi di internet tidaklah sebanyak informasi- informasi berita lain yang tersaji melalui media ini. Saya meluangkan banyak jam di internet setiap minggunya, dan saya jarang mendapatkan situs-situs pornografi tersebut."
Sudah jelas bahwa orang Kristen menghadapi godaan dan tantangan di dunia cyber sama seperti godaan-godaan yang kita hadapi di dunia nyata. Sifat internet yang pribadi dan anonim seringkali membuat beberapa dari kita lebih sulit untuk meghindari godaan-godaan tersebut. Namun, nasihat dari Roma 12:2, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna," merupakan ayat penting bagi orang-orang Kristen yang melakukan penginjilan secara online, sama seperti PI yang kita lakukan di dunia pekerjaan atau lingkungan di sekitar kita.
Di setiap lingkungan, tanggung jawab kita sebagai orang Kristen adalah menjadi garam dan terang. Sama seperti yang dijelaskan Schultze, "Segala sesuatu yang dikerjakan di internet merefleksikan sesuatu yang kita percaya dan kita hargai melalui setiap kata yang kita ketik, setiap gambar yang kita atur, dan setiap link yang menghubungkan kita dari satu situs ke situs lain."
Bahan diterjemahkan dan diedit dari sumber:
Judul Buku | : | E-vangelism -- Sharing The Gospel in Cyberspace |
Judul Artikel | : | E-vangelism: Building Friendship Online |
Penulis | : | Andrew Careaga |
Penerbit | : | Vital Issues Press |
Halaman | : | 31 - 33 |
Begitu sebuah gereja dirintis, bagaimana mengembangkannya? Ada banyak buku yang sudah ditulis tentang tema ini dan banyak pengamatan sudah dilakukan. Bagaimanapun juga, ada enam unsur dasar yang diperlukan bagi pertumbuhan gereja, yaitu:
Pelayanan Doa
Sebuah gereja perlu mempunyai dasar doa. Para pendeta dan pemimpin tidak hanya perlu memberitahu orang-orangnya bahwa mereka perlu berdoa, tetapi juga perlu mengajar mereka mengenai bagaimana berdoa. Masalah yang dihadapi sebagian besar orang Kristen ialah mereka tidak tahu bagaimana meluangkan waktu bersama Tuhan (saat teduh). Berikut ini tercantum beberapa saran:
Belajarlah bagaimana "mendengar suara Tuhan", dan bagaimana membuat daftar doa syafaat setiap hari sepanjang minggu. Penting juga membuat daftar hal-hal yang hendak disyukuri, dan sebagainya.
Mulailah mengajar orang-orang berdoa dan menerapkan doa ke dalam kehidupannya. Sebab utama mengapa orang-orang Kristen meluangkan waktu sedikit sekali untuk berdoa walau mereka selalu mendengarkan khotbah tentang perlunya berdoa ialah karena mereka tidak tahu bagaimana berada bersama Tuhan dalam saat teduh.
Bentuklah kelompok-kelompok di rumah-rumah. Kegiatan doa tidak harus terbatas dalam lingkup kebaktian.
Kadang-kadang, akhirilah kebaktian dengan meminta setiap orang dalam kelompok-kelompok kecil bersimpuh berdoa. Ini penting sekali untuk mengembangkan gereja yang berdoa.
Pelayanan Puji-pujian
Howard Snyder mengatakan dalam bukunya yang berjudul Guidelines for Urban Church Planting (Petunjuk untuk Perintis Gereja Kota) bahwa untuk mengembangkan sebuah gereja, perlu diadakan kebaktian/ibadah yang penuh sukacita dimana orang-orang akan merasa bersukacita. Ini prinsip universal.
Tidak ada orang yang ingin berada dalam kebaktian yang suasananya mengingatkan dia akan upacara penguburan. Iman yang tidak memancarkan sukacita dan kegembiraan bukanlah iman sejati. Kebaktian yang penuh sukacita, yang diiringi musik yang baik, menular sifatnya. Ini tidak berarti bahwa kebaktian yang diadakan itu tanpa peraturan atau tidak tertib. Pengamatan dari berbagai tempat di seluruh dunia menunjukkan bahwa gereja-gereja yang sedang berkembang di tiap-tiap negara adalah gereja yang kebaktiannya dilingkupi suasana sukacita.
Ingatlah bahwa musik adalah sarana puji-pujian. Musik itu sendiri bukan puji-pujian. Kita memuji Tuhan, bukan memuji musik kita. Musik adalah sarana kebudayaan untuk menaikkan puji-pujian. Untuk menyampaikan Injil, tidak perlu kita melenyapkan kebudayaan.
Puji-pujian yang sejati merupakan penyembahan atas siapa Allah. Puji-pujian adalah sesuatu yang terjadi di dalam hati seseorang dan diungkapkan melalui bermacam-macam cara. Ada gereja yang suka melantunkan lagu-lagu rohani tradisional. Ada juga yang suka melambungkan refrein lagu-lagu. Kami berpendapat bahwa kita harus menghargai kebudayaan dan sub kebudayaan masyarakat setempat, dan kita juga harus menghargai otonomi setiap gereja. Namun, musik model apa pun yang dipilih oleh sebuah gereja, yang penting adalah kebaktiannya harus penuh dengan sukacita dan hidup. Kebaktian adalah perayaan yang diadakan bagi Allah.
Gereja-gereja di Afrika ada yang memakai alat musik canang (gembrengan) dan mereka bahkan menari-nari sampai di bagian depan gereja pada waktu puji-pujian. Kita salah bila kita berkata, "Kalian tidak boleh melakukan hal itu karena itu bukan cara kami mengadakan kebaktian di Indonesia, Amerika, Brasil, India, atau di mana pun juga."
Sebagai bagian dari kebaktian, sebuah gereja harus secara tetap mengadakan baptisan dan Perjamuan Tuhan. Dalam buku Dr. Charles Brock yang berjudul Indigenous Church Planting (Perintisan Gereja Pribumi), ia mengemukakan pengamatan berikut ini yang menyangkut kedua upacara penting itu:
Untuk membaptis, Anda harus mempunyai:
Calon yang tepat -- seseorang yang sudah bertobat dari dosa- dosanya dan yang sudah beriman kepada Yesus Kristus sebagai satu- satunya Tuhan, Juruselamat, dan Perantaranya.
Otoritas yang tepat -- gereja setempat yang mandiri dapat memutuskan siapa yang akan mereka baptis dan siapa yang tidak.
Pengurus yang tepat -- setiap gereja mempunyai wewenang sendiri dan dapat memilih siapa yang akan melaksanakan baptisan.
Metode yang tepat -- membaptis dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Tujuan yang tepat -- melambangkan bahwa Kristus sudah mati menebus dosa-dosa kita, dikuburkan, dan dibangkitkan dari antara orang mati. Baptisan juga merupakan lambang bahwa kita sudah mati terhadap dosa-dosa kita dan sudah menerima kehidupan yang baru di dalam Yesus Kristus.
Untuk mengadakan Perjamuan Tuhan, harus ada:
Peserta yang tepat -- murid-murid Kristus.
Otoritas yang tepat -- Yesus Kristus. Ia memerintahkan orang- orang percaya untuk mengadakan Perjamuan Tuhan guna mengingat kematian-Nya.
Pengurus yang tepat -- gereja mempunyai wewenang sendiri dan dapat memilih siapa yang akan melaksanakan Perjamuan Tuhan. Orangnya haruslah si perintis, atau pemimpin setempat, atau gereja dapat memilih para anggotanya sendiri untuk memimpin bagian ini dalam sebuah kebaktian.
Tujuan yang tepat -- untuk mengingat dan memberitakan kematian Kristus sampai Ia datang kembali.
Di atas segalanya, khotbah tentang Firman Allah dalam kebaktian harus berpedoman pada Firman Allah. Kalau si perintis tidak mempunyai pengalaman berkhotbah, ia harus memilih satu bagian ayat dalam Alkitab dan melakukan keenam hal berikut ini:
Kalau si perintis tidak mempunyai banyak pengalaman dan bukan seorang pengkhotbah yang mahir, ia bisa membatasi waktu khotbah menjadi 20 menit saja sebagai tahap permulaan.
PERINGATAN: Lebih baik berkhotbah selama 20 menit setiap minggu kepada kelompok orang yang sedang bertumbuh daripada berkhotbah selama 30 atau 50 menit kepada orang-orang yang tidak ingin datang lagi dan yang tidak akan menganjurkan orang lain untuk datang ke gereja itu.
Si perintis juga dapat memakai bahan Pemahaman Alkitab dan Penyampaian Cerita Alkitab. Pelajari tentang bagaimana Memimpin Kelompok PA di rumah-rumah dan juga tentang Penyampaian Cerita Alkitab, untuk belajar bagaimana mengkhotbahkan kabar baik dan bagaimana memimpin kelompok PA.
Pelayanan Penginjilan
Untuk dapat bertumbuh, sebuah gereja perlu mempunyai pelayanan penginjilan yang menjangkau keluar. Anda dapat memakai rencana yang tercantum di dalam buku pedoman ini atau rencana lainnya. Yang paling penting ialah: gereja mengambil inisiatif menjangkau orang- orang di luar sana yang perlu memahami Injil, bukannya menunggu orang-orang itu datang ke kebaktian pada hari Minggu di tempat ibadah Anda. Si perintis perlu mempunyai pelayanan kunjungan yang melatih para anggotanya menjangkau orang-orang sesat di luar tempat ibadah, menginjili orang-orang sesat dengan tujuan membimbing mereka kepada Kristus di tempat-tempat lain, bukan hanya di gereja saja.
Pelayanan Pemuridan
Untuk dapat bertumbuh, gereja harus mempunyai program yang akan mengintegrasi petobat-petobat baru dan yang akan melatih para pemimpin setempat, orang perseorangan atau dalam kelompok kecil. Si perintis akan melatih para pemimpin ini untuk beriman dan akan memperlengkapi mereka dalam hal praktis seperti: doa, memberi kesaksian, "memenangkan" jiwa bagi Kristus, memimpin kelompok PA di rumah, mengajarkan kebenaran Alkitab, dan sebagainya.
Hal penting dalam melatih seseorang, yaitu orang yang diajar harus dibawa serta oleh si penginjil perintis kalau ia terjun ke lapangan. Sebagai contoh, para pemimpin yang baru harus menemani si perintis kalau si perintis sedang memimpin kelompok PA di rumah-rumah mereka yang belum menerima Kristus menjadi Tuhannya. Pemimpin setempat harus menemani si perintis dan mengamati dia ketika dia sedang bersaksi, membimbing orang-orang kepada Yesus, dan sebagainya. Tidak ada orang yang dapat memuridkan seseorang bila hanya dilakukan di dalam kelas.
Ada dua rahasia tentang pemuridan yang baik: Pertama, latihlah orang-orang secara perseorangan atau dalam kelompok-kelompok kecil. Kedua, penting untuk membawa serta mereka terjun ke lapangan bersama Anda sementara Anda memberitakan Injil.
Pelayanan Persekutuan
Untuk dapat bertumbuh, sebuah gereja perlu mempunyai persekutuan bersama saudara-saudara seiman, dimana terdapat kasih sejati di antara para anggota. Bilamana ada pengunjung-pengunjung yang masuk ke gereja, mereka harus dapat merasakan kasih Allah, juga kasih di antara para anggota. Kalau ada kepahitan, kebencian, dan perpecahan, tidak mungkin sebuah gereja dapat bertumbuh. Para pengunjung perlu melihat adanya keharmonisan dan kasih di gereja. Dengan demikian, barulah mereka dapat merasakan adanya persekutuan hangat di antara para anggota dan merasa diterima.
Kepengurusan yang baik
Seorang pendeta sebuah gereja di Amerika yang anggotanya terdiri atas 4000 orang ditanyai, "Apa bedanya menjadi pendeta sebuah gereja yang anggotanya 40 orang dan yang anggotanya 4000 orang?" Jawabannya, "kepengurusan yang baik!"
Penting sekali bagi seorang perintis untuk mempunyai mentalitas melatih orang-orangnya melakukan pekerjaan Tuhan, dan tidak berusaha melakukan segalanya seorang diri. Seorang pendeta dapat mengatur segalanya di dalam gereja yang anggotanya 30 sampai 80 orang. Tetapi bagaimanapun juga, suatu saat, gereja itu akan sampai pada titik dimana tidak akan terjadi perkembangan lebih lanjut kalau ia tidak melatih orang-orangnya dalam bidang metode kepengurusan. Ia harus mendelegasikan tanggung jawab kepada orang-orang yang dewasa kerohaniannya dan yang sudah terlatih. Dengan demikian, peranan utama seorang perintis ialah menjadi seorang pelatih.
Judul Buku | : | Perintis Penginjilan Memulai Jemaat Baru |
Judul Artikel | : | Enam Kunci Bagi Pertumbuhan Gereja Sesudah Dirintis |
Penulis | : | Thomas Wade Akins |
Halaman | : | 34-41 |
Seperti tanaman tidak dapat hidup tanpa air, demikian pula kebangunan rohani di kota-kota kita tidak dapat terjadi tanpa doa. Benih-benih yang telah ditabur, diairi oleh air mata para pendoa syafaat, menghasilkan jiwa-jiwa yang bertobat dan datang kepada Tuhan. Air melunakkan tanah yang kering kerontang. Air membawa mineral yang memberikan kesuburan. Air memberikan kehidupan bagi tunas yang baru muncul. Air mata para pendoa syafaat telah membanjiri dunia, mempersiapkan sebuah kebangunan rohani besar- besaran yang akan terjadi di akhir zaman ini.
Di Dunia
David Barrett memperkirakan, ada 170 juta orang Kristen di seluruh dunia yang berdoa setiap hari bagi kebangunan rohani dunia. Dari jumlah ini, 20 juta menganggap doa syafaat sebagai pelayanan utama mereka. Diperkirakan pula, ada 10 juta kelompok doa yang bertemu secara teratur dengan tujuan mendoakan kebangunan rohani di dunia. (Sumber: "The Days of God´s Visitation". Charisma, Januari 1997).
19 September 1998 merupakan hari yang bersejarah, karena pada hari itu, World Prayer Center (pusat doa dunia) dibuka di Colorado Springs, Colorado. Dimulai dengan sebuah nubuatan pada tahun 1992 yang menyatakan bahwa gerakan doa dunia akan melebihi apa yang dibayangkan saat itu. Setahun kemudian, Peter Wagner, seorang pakar pertumbuhan gereja dan doa, bertemu dengan Ted Haggard, gembala gereja New Life di Colorado Springs yang kemudian mengajaknya membangun sebuah pusat doa dunia di kota tersebut. Visi ini diwujudkan dengan sebuah gedung megah, lengkap dengan auditorium yang memuat 500 orang, 10 ruangan yang dapat digunakan untuk doa puasa, selain gua-gua doa. World Prayer Center (WPC) merupakan pusat penghuhung para pendoa syafaat dunia. Sebuah jaringan dirancang sedemikian rupa sehingga 50 juta pendoa syafaat dapat mendoakan hal yang sama pada saat yang sama di seluruh dunia. Sebuah permohonan doa yang sangat mendesak di Bangladesh akan didoakan dengan segera di Jepang, Ekuador, Ghana, Swedia, dan di negara-negara lain. WPC juga dihubungkan dengan 120 National Prayer Network, atau kantor-kantor doa nasional di tiap-tiap negara yang akan memberikan update mengenai gerakan doa di bangsa mereka. (Sumber: Prayer Track News, Jul-Sept 1998)
"Reconciliation Walk" atau Jalan Pendamaian sedang dilakukan di seluruh penjuru dunia. Kelompok-kelompok pendoa syafaat mengadakan doa rekonsiliasi di daerah-daerah yang pernah terjadi perpecahan atau peperangan, seperti di tempat pembantaian orang Indian oleh orang Amerika, tempat terjadinya perang Salib, dan lain-lain. "Reconciliation Walk" juga memasukkan Libanon, Turki, dan Siria dalam agenda mereka.
Di Jendela 10/40
Jendela 10/40 adalah daerah di khatulistiwa, antara 10 derajat dan 40 derajat Lintang Utara, antara Afrika dan Asia Timur, sebuah daerah yang paling membutuhkan Injil, karena 97% penduduknya belum terjangkau Injil. Bulan Oktober 1993, 249 tim melakukan perjalanan doa ke Jendela 10/40. Dua tahun kemudian, tahun 1995, peserta meningkat drastis. Ada 35,3 juta pendoa syafaat dari 143.447 gereja mendoakan 100 kota di Jendela 10/40. Selain itu, 407 tim doa datang ke kota-kota di Jendela 10/40 untuk bersyafaat. (Sumber: "The Days of God´s Visitation" oleh Dick Eastman. Charisma, Januari 1997)
Di Asia
Sebuah gerakan doa syafaat bagi Asia yang bernama "Prayer Wave Asia" (Gelombang Doa Asia) dimulai tahun 1997. Gerakan Gelombang Doa Asia ini menyatukan gereja-gereja di Asia untuk berdoa bagi kelepasan/kemerdekaan orang-orang yang terikat di benua ini. Dengan tema "Biarkan Umat-Ku Pergi", gerakan doa ini mengkonfrontasi kuasa "Firaun" yang telah mengikat dan menekan "unreached people Group" (kelompok suku terabaikan) di Asia. (Sumber: brosur Prayer Wave Asia)
Di Amerika
Gembala-gembala mulai menyadari pentingnya doa bersama dengan hamba Tuhan lainnya di kota mereka. Asian Task Force (ATF) yang berada di bawah pimpinan Pdt. Paul Tan, merupakan persekutuan para hamba-hamba Tuhan dari Asia yang tinggal di Amerika. Mereka membangun hubungan untuk meningkatkan sinergi dalam pelayanan dan mematahkan kuasa kegelapan yang membutakan mata orang Asia terhadap Injil. Konferensi dan pertemuan-pertemuan doa merupakan bagian dari agenda mereka.
Selain itu, para pemimpin mulai bergerak dalam doa dan puasa. Bill Bright, pemimpin "Campus Crusade for Christ", selama tiga tahun berturut-turut mensponsori tiga hari doa dan puasa bagi Amerika. Ribuan orang dari seluruh Amerika yang dihubungkan dengan satelit mengikuti acara tersebut. (Sumber: "God is Up to Something!" oleh David Bryant)
Di Houston
Sebuah gedung yang mirip garasi (warehouse) digunakan sebagai "bukit doa". Spanduk besar bertuliskan "Prayer Mountain" yang dipasang di gedung tersebut pasti terbaca oleh orang-orang yang lalu lalang di dua jalan layang utama di kota tersebut. Bukit doa ini merupakan ekspresi kesehatian dan kasih di antara gereja- gereja di kota tersebut. Tiap malam, tim pujian dan penyembahan yang berbeda melayani di tempat tersebut. Malam ini, pujian dinyanyikan dengan irama Cina, malam berikutnya dengan nada Meksiko dan seterusnya. Kota Houston merupakan pelopor dan contoh kota yang telah ditutupi dengan doa-doa umat Kristen di sana. (Sumber: Prayer Mountain -- Houston oleh Renee DeLoriea)
Di Argentina
Gereja Tuhan membuat rencana untuk membangun 2.000 rumah doa atau keluarga yang memiliki komitmen untuk berdoa syafaat bagi komunitas mereka, sehingga seluruh kota/negara ditutupi oleh tirai doa secara menyeluruh. Para gembala juga bertemu sebulan dua kali dalam retreat doa bersama. (Sumber: "God is Up to Something!" oleh David Bryant)
Di Filipina
Melanjutkan "Marc for Jesus" (Berbaris Bagi Yesus) yang diikuti oleh 330.000 orang pada bulan Juni 1994, sebuah kongres doa mengumpulkan 2.000 gembala dari seluruh pelosok Filipina. Tujuannya untuk memperlengkapi para pemimpin untuk memobilisasi gerakan doa pada komunitas, kota, negara, dan dunia. Apa yang ditulis oleh Zakaria telah digenapi:
(Sumber: "God is Up to Something!" oleh David Bryant)"Dan penduduk kota yang satu akan pergi kepada penduduk kota yang lain, mengatakan: Marilah kita pergi untuk melunakkan hati TUHAN dan mencari TUHAN semesta alam! Kami pun akan pergi!" (Zakaria 8:21)
Di Singapura
Sebuah gerakan doa terjadi secara dahsyat di Singapura, tepatnya pada tanggal 27 April - 1 Mei 2004 silam. Setelah gebrakan seminar yang diadakan oleh Rev. Ed Silvoso, umat Kristen di Singapura termobilisasi untuk menjangkau kota melalui doa. Empat hari berturut-turut, acara yang disebut National Charity Walk-athon ini, menjadi terobosan baru bagi Singapura. Sekitar 40.000 umat Kristen (dari berbagai negara) berjalan santai di sepanjang kota dengan rute-rute strategis yang telah diatur. Dimulai pk. 06.30 pagi hingga 12.30 siang, umat Kristen memuji Tuhan dan terus menaikkan doa-doa, tanpa mempedulikan cuaca yang panas. Jika diperhatikan, pada rute-rute tersebut, telah diletakkan pokok- pokok doa yang mudah terbaca sehingga orang-orang yang melewatinya dapat mendoakan. Suasana doa memenuhi Singapura pada saat itu, sebuah seruan untuk mengubah kota.
Di Indonesia
Gereja-gereja di seluruh Indonesia mengambil bagian dalam doa puasa 40 hari bagi bangsa dan negara yang dimulai 1 Juli hingga 10 Agustus 1998. Di kota-kota besar juga diadakan pertemuan-pertemuan doa, seperti di Semarang, yang melibatkan 10.000 umat Tuhan. Gerakan doa rekonsiliasi juga telah dimulai beberapa kali, diawali di tahun 1995 bersama tim doa "Praying Through the Window" (Doa di Jendela 10/40) dan John Dawson, pertengahan 1998. Daftar ini berkembang terus dan bertambah panjang. Tidak hanya dalam tingkatan negara, namun dalam kota, hamba-hamba Tuhan bekerja bersama-sama dalam berbagai kegiatan doa, antara lain:
Konser doa (rally doa bersama dengan fokus untuk kebangunan rohani di gereja, kota, negara, dan dunia).
Doa berjalan (berdoa syafaat bagi komunitas, saat orang-orang Kristen yang dibagi dalam tim berjalan menyusuri komunitas mereka).
Doa keliling (sebuah tim pendoa berdoa mengelilingi kota dengan kendaraan, mendoakan tempat-tempat penting dan strategis).
Doa berbaris (contohnya: Berbaris Bagi Yesus, dimana umat Tuhan bersyafaat untuk kotanya dengan cara berbaris ke pusat kota sambil menyanyikan puji-pujian).
Perjalanan Doa (tim-tim pendoa syafaat pergi ke suku atau bangsa tertentu untuk berdoa di tengah-tengah mereka).
Kegiatan-kegiatan di atas dapat pula dilakukan oleh sebuah gereja lokal, selain tren doa yang telah dilaksanakan di gereja-gereja lokal seperti: menyediakan ruang doa 24 jam, mengadakan doa berantai, menggerakkan altar keluarga, membuat buletin doa, membentuk perkumpulan doa, dan kegiatan-kegiatan doa lainnya.
Waktu kairos Allah bagi Indonesia adalah sekarang ini! Waktu Allah ini didukung pula dengan gencarnya gerakan doa, baik dari luar negeri maupun dari Indonesia sendiri, untuk menumbuhkan bibit-bibit kebangunan rohani yang telah ditaburkan.
Namun demikian, ada bagian yang harus dilakukan oleh gereja Tuhan, yaitu kesehatian untuk menaruh kepentingan jiwa-jiwa di kota, di atas interpretasi dan metodologi gereja masing-masing. Sebuah panggilan untuk mengutamakan yang utama.
Judul Buku: | : | Kota Doa -- Mengobarkan Api Kebangunan Rohani di Komunitas Anda |
Judul Artikel | : | Gerakan Doa bagi Kota Anda |
Penerbit | : | Harvest Publication House, Jakarta, 1998 |
Penulis | : | Jimmy B. Oentoro |
Halaman | : | 262 - 267 |
Dalam bukunya yang berjudul "Operation World", Patrick Johnstone dan Jason Mandryk mengulas tentang beberapa pelayanan khusus dan salah satu yang dibahasnya adalah tentang pelayanan melalui internet.
"Internet sedang mengubah cara dunia berkomunikasi. Sarana yang sungguh hebat ini memiliki arti yang sangat besar bagi dunia penginjilan. Pertumbuhan web di India dan China sangatlah menakjubkan -- internet tidak hanya dimiliki oleh negara-negara Barat. Pengguna internet di China yang diperkirakan berjumlah 10 juta orang (di tahun 2000) akan berkembang menjadi 100 juta orang (di tahun 2003). Sebagian besar wilayah di Amerika Selatan dan Asia berkembang dengan pesat sebagai "wired community" ('komunitas' yang terhubung secara on-line).
Penginjilan dengan menggunakan media internet mencakup beberapa hal utama:
Halaman-halaman Situs PI yang dapat diakses oleh semua penduduk dunia.
interaksi pribadi melalui email maupun chat room.
"Streamed' instant audio atau video -- semakin efektif bila kecepatan aksesnya meningkat.
"Situs Web juga menolong para pekerja dan organisasi Kristen untuk menjalin hubungan dan saling berbagi informasi melalui cara-cara dan kecepatan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Permohonan dukungan doa untuk sesuatu hal yang sangat mendesak kini dapat disebarkan ke seluruh dunia dalam semenit dan dapat diduplikasi ribuan kali." Luar biasa, bukan?
Berikut ini adalah ajakan berdoa untuk mendukung pelayanan elektronik/internet yang disampaikan melalui buku "Operation World".
Pokok-pokok Doa:
Meskipun banyak organisasi Kristen dan gereja-gereja menggunakan Situs Web sebagai sarana komunikasi antar anggota/bagiannya, hanya ada sedikit Situs Web yang dirancang khusus untuk para pengunjung non-Kristen. Doakan agar banyak orang Kristen menyadari akan potensi Situs Web untuk menjangkau para pengunjung non-Kristen tersebut.
Namun ada banyak bahasa yang mulai dipakai di internet. Ada ratusan juta orang di dunia yang dapat memahami bahasa Inggris sehingga mereka dapat mengakses halaman Web berbahasa Inggris. Namun ada milyaran orang yang tidak memahami bahasa Inggris, dan ironisnya hanya sedikit Situs PI yang menggunakan bahasa-bahasa yang dapat dimengerti oleh mereka. Karena itu jangan lupa untuk terus berdoa agar tersedia Situs-situs PI yang dibuat dengan bahasa-bahasa yang dimengerti oleh mereka yang belum terjangkau Injil, terutama dalam bahasa China, Jepang, dan Arab.
Penginjilan online tidak hanya dapat dilakukan oleh organisasi- organisasi Kristen. Pribadi-pribadi (seorang yang pemalu, atau penderita cacat, atau pensiunan) dapat menjangkau dunia dari rumahnya. Doakan agar potensi mereka tergali dan menjadi berkat.
Ada akses internet gratis di seluruh wilayah Timur Tengah (kecuali Saudi Arabia). Cara ini memungkinkan orang Muslim untuk mengetahui pemberitaan tentang Kristus melalui sarana yang "terselubung". Doakan agar tersedia lebih banyak pelayanan melalui Web yang lebih mengena untuk menjangkau mereka.
Tidaklah mungkin untuk menghentikan sepenuhnya Situs-situs pronografi; namun doakan orang-orang Kristen dan mereka (baik secara organisasi maupun individu) yang sedang memperjuangkan hal tersebut.
Satu alasan mengapa hanya sedikit organisasi Kristen yang membuat Situs Web adalah karena tidak adanya "produk" yang dapat dijual sehingga dibutuhkan dana untuk menutup biaya-biaya produksi yang harus dikeluarkan. Doakan agar banyak orang Kristen menyadari pentingnya potensi pelayanan elektronik melalui internet dan mereka dapat mendukung pelayanan-pelayanan PI melalui internet ini dengan memberikan persembahan uang.
WEC telah membuat secara terperinci " Web Evangelism Guide" untuk memberikan penjelasan mengenai strategi-strategi dalam melakukan penginjilan secara online: http://www.web-evangelism.com Dibutuhkan orang untuk menerjemahkannya ke dalam berbagai bahasa.
Sama seperti pelayanan radio, follow-up untuk para petobat baru menjadi satu masalah baru. Namun hal yang menggembirakan, Situs Web menyediakan cara komunikasi dua arah yang mudah digunakan, yaitu email pemuuridan dan konseling. Tersedia terlalu banyak materi online bagi petobat baru. Ada komunitas cyberspace dari orang-orang percaya, dalam skala internasional, yang sedang bertumbuh. Komunitas ini bisa menolong mereka yang tinggal di wilayah-wilayah yang terisolasi.
Satu milyar orang diperkirakan akan memiliki akses ke Web melalui telepon genggam pada tahun 2003 nanti. Doakan strategi baru yang dibutuhkan untuk memanfaatkan media tersebut sebagai sarana PI.
Diperkirakan jutaan orang mengakses online 'chat' setiap harinya. Kesaksian-kesaksian yang disampaikan oleh orang-orang Kristen dalam chat rooms akan menjadi cara untuk mengenalkan Kasih Kristus kepada banyak orang. Dua Situs Web yang memiliki fokus untuk melakukan pelayanan tersebut adalah
http://www.web-evangelism.com/chat danDoakan agar banyak orang Kristen yang memakai chat rooms untuk menjadi sarana berPI."
http://www.e-vangelism.org.uk
Diambil dan diterjemahkan dari:
Judul buku | : | Operation World |
Judul asli artikel | : | The Internet |
Penulis | : | Patrick Johnstone dan Jason Mandryk |
Penerbit | : | Paternoster Lifestyle, UK; dan WEC International, 2001 |
Alamat URL | : | http://www.operationworld.org |
Lebih dari seribu orang memenuhi gereja itu, sebagian besar orang- orang yang sudah berumur, namun ada juga beberapa pasangan muda dan para remaja yang memenuhi balkon gereja. Beberapa jendela berarsitektur gotik telah dipecahkan dengan batu, tetapi tampaknya tidak ada orang yang memperdulikannya. Mereka sedang menyanyikan puji-pujian, diiringi alunan piano. Seorang pendeta Methodis menyambut orang-orang yang datang beribadah, seorang pendeta Presbiterian membacakan Kitab Suci, lalu seorang pendeta Baptis berkhotbah.
Hal itu terjadi pada tanggal 2 September 1979. Tempatnya adalah di Gereja Mo En, di Shanghai (dahulu Gereja Methodis Moore). Ini adalah pelayanan kebaktian umum bagi orang-orang China yang pertama setelah 13 tahun ditutup.
Revolusi Kebudayaan yang berawal pada tahun 1966 telah menutup gereja-gereja dan menyiksa orang-orang Kristen. Apa saja yang berbau asing dikutuk -- dan kekristenan sebagai hasil misi asing khususnya, dibenci. Gereja harus bergerak di bawah tanah selama lebih dari satu dekade. Ketika muncul kembali ke permukaan, dengan menakjubkan gereja menjadi lebih kuat daripada sebelumnya.
Dari sejarah, kita mengetahui bahwa kekristenan mulai membuat terobosan pertamanya di China pada tahun 635 Masehi diantara orang- orang Kristen Nestorian, namun gagal berakar di antara penduduk di sana. Upaya-upaya misionaris Fransiskan pada abad ke-13 dan ke-14 serta oleh para Yesuit pada abad ke-16 dan ke-17 gagal menghasilkan penyebarluasan yang berlangsung lama. China adalah peradaban tertutup yang menentang ide-ide asing.
Perdagangan memaksa China terbuka, dan para misionaris Protestan pada tahun 1800-an datang bergandengan tangan dengan para pedagang. Hudson Taylor berbuat banyak untuk melepaskan diri dari pola-pola misi kolonial dengan mengadopsi pakaian dan kebiasaan China, serta memberanikan diri mendatangi daerah-daerah yang membutuhkan. Tetapi tahun 1800-an adalah masa-masa sulit bagi China. Dinasti Manchu luput dari beberapa pemberontakan. Dan dunia sekelilingnya, khususnya Britania Raya, sedang berupaya menarik China yang tidur untuk masuk ke zaman modern, meskipun China tidak menginginkannya. Akibatnya, orang-orang China mengalami penghinaan orang-orang asing.
Keadaan berubah dengan pesat pada tahun 1900-an. Sun Yat-sen memimpin pemberontakan yang sukses dan mendirikan republik, meskipun didominasi oleh para panglima pasukan di daerah. Chiang Kai-shek menyatukan negeri itu pada tahun 1920-an dan 1930-an, tetapi ia digulingkan oleh Mao Zedong pada tahun 1949. Mao mendirikan pemerintahan komunis yang secara resmi ateis. Gereja-gereja dibiarkan namun diawasi. Mao bertekad bahwa orang-orang asing tidak akan menghina China lagi. Komunis memaksa gereja-gereja mengambil sikap anti asing ("Christian Manifesto" tahun 1950), dan semua misionaris diusir keluar.
Three-Self Reform Movement (kemudian disebut Three-Self Patriotic Movement) berupaya membawa gereja-gereja segaris dengan tujuan- tujuan komunis -- pemerintahan sendiri, pendanaan sendiri dan penyebarluasan ide-ide sendiri. Namun, gereja bertahan di bawah tekanan-tekanan semacam itu. Terusirnya para misionaris melemahkan gereja, tetapi juga memaksa gereja China berdikari. Itu dilakukannya dengan sangat baik.
Keadaan menjadi lebih parah pada tahun 1966. Mao, revolusioner yang menua itu, mungkin merasakan bahwa revolusinya mulai menghilang. Program Loncatan Besar ke Depan (Great Leap Forward Program) pada tahun 1958 - 1960 gagal, dan kaum modernis dalam partainya mulai resah. Ia kemudian meluncurkan Revolusi Kebudayaan yang tidak beradab, yang menimbulkan histeria, khususnya di antara orang-orang muda, melawan apa pun yang berbau pengaruh asing. Para pemimpin komunis sekalipun tidak luput dari pengaduan ataupun penangkapan. Terjadilah huru-hara massal. Kegiatan di bidang seni dan akademis dibatasi, termasuk juga aktivitas-aktivitas gereja. Semua tempat ibadah ditutup dan orang-orang Kristen dilarang mengadakan pertemuan. Mao sendiri dianggap sebagai dewa. "Buku merah kecil" (little red book) yang memuat fatwa-fatwa Mao sajalah yang dibaca dan dihafal, sedangkan Alkitab dibakar.
Meskipun huru-hara itu redam, kebijakan-kebijakan tetap bertahan sampai tahun 1976. Keduanya, Mao dan orang tangan kanannya, Zhou Enlai, meninggal pada tahun itu. Deng Xiaoping, seorang moderat yang pernah disingkirkan, kembali berkuasa dan mulai memperkenalkan modernisasi. Yang paling menarik perhatian adalah "Gang of Four" (empat sekawan) yang memimpin Revolusi Kebudayaan ditangkap dan diadili.
China masih menentang kekristenan, namun histeria telah redam. Menjelang tahun 1979, gereja-gereja diizinkan dibuka kembali. (Sebenarnya, dua gereja di Beijing telah dibuka pada tahun 1972 atas permintaan para diplomat dari Afrika dan Indonesia, namun gereja- gereja ini sebagian besar dihadiri oleh orang-orang asing.) Pada tahun 1979, Three-Self Patriotic Movement dibuka juga dengan seorang juru bicara berbakat, Uskup K.H. Ting. Ia meminta semua gereja Protestan bersatu kembali. Pemerintah menyatakan toleransi resmi pada gereja-gereja yang bergabung dengan gerakan ini, namun gereja- gereja bawah tanah masih takut dengan kontrol pemerintah.
Akan tetapi, setelah ketegangan reda, banyak orang Kristen mulai membicarakan cobaan-cobaan yang mereka alami. Ketika gereja-gereja ditutup, mereka terpaksa bertemu dalam kelompok-kelompok kecil di rumah-rumah pribadi. Hal ini bukannya mematahkan semangat, tapi malah menumbuhkan. Keluarga-keluarga Kristen mendapat kekuatan dari persekutuan semacam ini dan akhirnya mempengaruhi orang-orang yang ada di sekelilingnya. Tidak ada organisasi tingkat nasional, tetapi satu jemaat rumah kadang-kadang bertemu dengan lainnya yang berdekatan. Para guru, termasuk banyak wanita, mengadakan perjalanan rahasia dari satu kelompok ke kelompok lain. Ada penyiksaan dan penangkapan, tetapi ada juga saat-saat di mana para pejabat setempat menutup sebelah mata pada pertemuan-pertemuan Kristen -- karena mereka tahu bahwa orang-orang Kristen merupakan pekerja keras dan warga yang berharga.
Sejak abad ke-4, tidak pernah ada gerakan gereja rumah setegar ini. Keadaan dan tekanan dari pemerintah sama -- begitu juga dampaknya. Jumlahnya juga mengejutkan: satu wilayah mempunyai 4.000 orang Kristen sebelum pengambilalihan komunis; sekarang satu wilayah mempunyai 90.000 orang Kristen. Di kota utama, hanya 1% warganya Kristen pada tahun 1949; kini telah menjadi 10%. Sebuah desa mempunyai 10 orang percaya pada tahun 1945, sekarang memiliki 250.
Apa yang menyebabkan pertumbuhan ini? Para pakar telah mempelajarinya. Kesederhanaan, kata mereka. Kesukaran telah menghasilkan kemurnian iman, semangat kepedulian, kepemimpinan awam yang kuat, kesungguhan berdoa dan kepercayaan akan ketuhanan Kristus. Langkah-langkah kebencian Revolusi Kebudayaan telah menghasilkan iman Kristen yang menanggalkan pakaian kebudayaan barat. Orang-orang China telah mengembangkan gereja pribumi sejati. Tak ada orang yang mengetahui jumlah orang-orang Kristen di China saat itu. Sebagai perkiraan berbeda jauh satu sama lain. Namun, semua sependapat bahwa pertumbuhan orang-orang Kristen di bawah pemerintahan komunis sungguh menakjubkan. Hal ini mungkin mewakili salah satu perkembangan iman paling dramatis dalam sejarah gereja.
Diambil dari:
Judul buku | : | 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen |
Penulis | : | A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang, & Randy Petersen |
Penerbit | : | PT BPK Gunung Mulia, Jakarta |
Halaman | : | 168 -- 170 |
Cat. Red.:
Populasi penduduk di China pada tahun 2000 mencapai jumlah 1.262.556.787 orang (1.2 Milyar). Orang Kristen di China berjumlah 7,25 persen, atau 91.535.367 orang (91 juta). Tidak tersedia statistik yang akurat tentang jumlah orang Kristen di China. Data tersebut, yang dikumpulkan/dihitung dari "reliable sources/leaders", hanya merupakan indikasi tentang betapa luar biasanya karya Roh Kudus di China. Saat ini, diperkirakan (estimasi) jumlah semua orang Kristen di China berkisar antara 30 juta orang (batas minimum) sampai dengan 150 juta orang (batas optimis/maximum).
[Sumber: buku Operation World, 21st Century Edition (2001), p. 160]
Eksposisi dari
Penyebaran Injil
Kisah tentang Yesus yang berbicara kepada perempuan Samaria dekat sebuah sumur dan tentang Filipus yang duduk di sebelah orang Ethiopia dalam keretanya, keduanya memberikan dasar Alkitab bagi penginjilan pribadi. Juga penginjilan secara masal tercatat di Alkitab seperti yang dilakukan Yesus kepada kerumunan orang Galilea, dan khotbah Paulus di tempat terbuka di Listra. Tapi penginjilan melalui gereja lokal dapat mengklaim diri sebagai cara yang paling efektif dari segala macam cara pendekatan. Jemaat Tesalonika merupakan contoh yang baik.
Di sini rasul Paulus menggariskan perkembangan Injil dalam tiga tahap yang jelas.
Jelas Injil tidak datang sendiri ke Tesalonika. Injil dibawa oleh Paulus, Silas dan Timotius (ayat 2) dalam perjalanan PI yang kedua. Lukas menulis kisah ini dalam Kis 17 awal. Dan di sini Paulus menjelaskan proklamasi Injilnya:
Benar bahwa Injil tidak datang hanya dalam kata saja. Tetapi Injil diberitakan dalam kata. Materi berbentuk kata tidak kecil peranannya dalam penginjilan. Karena Injil harus mempunyai isi yang khusus, maka harus dikemukakan dengan jelas, secara verbal. Jelas Injil juga dapat didramatisir, untuk memberikan citra yang kadang lebih berkesan ketimbang sekedar kata. Namun demikian jika berita Injil ingin dimengerti, Injil harus dituangkan dalam bentuk kata-kata.
Kata-kata mereka (rasul) sendiri lemah dan tidak efektif. Manusia tidak selalu mau mendengar mereka atau manusia tidak dapat mengerti mereka atau tidak memberikan perubahan pada mereka. Kata-kata yang diucapkan dalam kelemahan manusia perlu diperkuat dengan kuasa ilahi. Jika tidak, mereka gagal menjangkau pikiran, kesadaran, dan kehendak para pendengar.
Kuasa menunjukkan kepada akibat obyektif dari pemberitaan, keyakinan kepada kondisi subyektif dari pemberitaan. Paulus yakin akan kebenaran dan relevansi dari isi berita. Keyakinan ini yang membuatnya sangat berapi-api. Tapi keyakinan dan semangat jarang ditemukan dalam pemberitaan Injil akhir-akhir ini.
Saya memasukkan ini pada point terakhir, karena bagi saya sebenarnya ini sudah tercakup dalam tiga hal di atas. Kebenaran firman, keyakinan memberitakan dan kuasa yang mengubah semua datang dari Roh Kudus. Kebenaran, keyakinan dan kuasa adalah ciri-ciri yang tidak bisa dihapuskan dari pemberitaan otentik. Dan tiga hal ini muncul dari pelayanan Roh Kudus. Mereka sangat dibutuhkan oleh pemberita pada zaman ini.
Seperti Paulus telah memberikan penjelasan dari khotbahnya mengenai firman, maka sekarang ia menjelaskan penerimaan jemaat Tesalonika.
Ada banyak oposisi terhadap Injil, kepada mereka yang memberitakan dan mendengar Injil. Selalu ada si jahat yang membenci Injil dan kesetiaan mereka yang memberitakan Injil membangkitkan antagonismenya. Meskipun demikian, penganiayaan tidak menghalangi iman dari jemaat Tesalonika.
Kita tidak harus kehilangan referensi kedua ini dari Roh Kudus. Ia yang memberi kuasa kepada pemberita Injil, juga memberi sukacita kepada yang menerimanya. Ia bekerja pada kedua belah pihak. Juga berbicara dan sukacita adalah buah dari Roh Kudus (
Petobat mengikuti pelajaran dan teladan dari rasul-rasul dan juga Kristus, pemilik rasul-rasul itu. Untuk menerima firman lebih dari sekedar penerimaan secara intelektual dalam kebenaran, juga menyangkut satu transformasi lengkap dari kelakuan dengan menjadi pengikut Kristus dan rasul-rasulnya secara seksama.
Dr. Leon Morris menyebutkan, "peniru pada gilirannya akan ditiru." Mereka yang mengambil Kristus dan rasul-rasul-Nya sebagai model bagi diri sendiri, akan menjadi sebuah model bagi orang lain.
Mengagumkan bila melihat efek dari Injil, di dalam mereka yang menerimanya. Itu dapat berarti pertentangan, tapi juga menyangkut sukacita di dalam melalui Roh Kudus, penurut Kristus dan rasul-rasul-Nya dalam merubah hidup dan juga menjadi contoh bagi orang lain. Tapi jika pengkhotbah ditandai dengan kebenaran, keyakinan dan kuasa, petobat juga akan ditandai dengan sukacita, semangat dan ketaatan. Jangan seorangpun mengatakan bahwa Injil tidak diikuti konsekuensi-konsekuensi yang sehat.
Kata kerja Yunani "execheo" (khusus dalam Perjanjian Baru) berasal dari "echos", sebuah ekho atau gema. Menurut Kittel, berarti suara, dering, gema, dengung, dentuman. Dipakai dalam Septuaginta untuk bel, zither, trompet dan alat suara keras lainnya. Paulus menggunakannya di sini untuk Injil. Apakah ia menyamakan pemberitaan firman dengan dering bel, tiupan terompet (menurut Chrysostom) atau dentuman bass (menurut Jerome)? Pengertiannya adalah suara Injil yang menggema melalui lembah-lembah Yunani. Orang Tesalonika tidak mampu untuk berdiam diri tentang itu. Karena Tesalonika adalah ibukota dan terletak pada jalan Egna dan pelabuhan yang mempermudah jalan menyeberang laut Egea ke Asia, tidak heran kalau Injil tersebar jauh dan luas.
Lebih dari itu petobat baru tidak hanya menyebarluaskan Injil dengan mulut tetapi berita pertobatan mereka, iman mereka yang baru dalam Tuhan, diketahui di mana saja (ayat 8). Di dalam sebuah pelajaran yang penting bagi kita. Kita adalah generasi media-penyadar. Kita tahu kuasa dari media-massa pada pemikiran publik. Konsekuensinya kita harus menggunakan media ini untuk penginjilan dengan cetakan, kaset, dan film, dengan radio dan video, kita ingin memenuhi dunia dengan kabar baik. Tekhnologi modern di bawah pimpinan Allah yang dikembangkan manusia, harus dimanfaatkan untuk penginjilan.
Tapi ada cara lain yang jika kita bandingkan lebih efektif, tidak memerlukan perlengkapan elektronik; sederhana saja, juga tidak perlu organisasi maupun komputerisasi; spontan. Tidak mahal, tidak butuh biaya: gosip yang kudus! Transmisi mengagumkan dari mulut ke mulut sebagai hasil kabar baik atas manusia. "Sudah dengar peristiwa ini dan itu? Sesuatu sedang terjadi di Tesalonika!"
[Penulis adalah Ketua dari 'The London Institute for Contemporary Christianity'. Judul asli artikel ini "Evangelization Through The Local Church" dalam majalah "World Evangelization", March - April 1989.]
Sumber:
Judul Buletin | : | Momentum 6, September 1989 |
Judul Artikel | : | GEREJA TESALONIKA SETELAH PI PAULUS -- (Bag. I) |
Penulis | : | Dr. John R.W. Stott |
Penerbit | : | Lembaga Reformed Injili Indonesia |
Halaman | : | 29 - 31 |
Eksposisi dari
Signifikansi Pertobatan dalam Perjanjian Baru
Kemudian, berita apa yang tersebar dari Tesalonika? Menurut ayat 8 yaitu iman mereka kepada Tuhan. Dalam ayat 9-10, Paulus melanjutkan uraiannya mengenai hal itu, yang dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran lengkap mengenai pertobatan dalam Perjanjian Baru.
"Bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan benar" (ayat 9).
Sulit untuk menjelaskan dengan kata-kata bagaimana radikalnya perubahan dalam kesetiaan yang terkandung dalam kata-kata ini karena berhala-berhala adalah mati, sedangkan Allah adalah hidup; berhala salah, Allahlah yang benar; berhala banyak, Allah hanya satu. Berhala dapat dilihat dan nyata, Allah tidak. Berhala adalah ciptaan, hasil pekerjaan tangan manusia, sementara Allah adalah Pencipta alam semesta dan seluruh umat manusia. Misionari Kristen dalam lingkungan animisme atau agama tradisional mengenal tentang semua kuasa berhala dan roh-roh yang bersembunyi di belakang mereka. Praktek penyembahan berhala secara tradisional dari satu suku tampaknya sebagai suatu hal yang tidak dapat dikalahkan yang menguasai pikiran, hati, dan hidup penduduk. Berabad-abad mereka hidup dalam kepercayaan terhadap takhyul yang menakutkan dan kepatuhan yang menjilat. Ide untuk melepaskan diri tertahan karena mereka takut akan pembalasan roh-roh.
Berhala-berhala yang lebih canggih (pengganti Allah) dalam dunia sekuler Barat dapat disamakan dengan tirani. Manusia dikonsumsikan dengan ambisi terhadap kuasa, kekayaan atau kemasyuran. Lainnya dihantui oleh pekerjaan mereka atau kecanduan pada makanan, obat- obatan, alkohol atau seks. Inilah masalah penyembahan berhala, yang menuntut kesetiaan yang sejajar seperti kepada Allah sendiri.
Lantas dalam banyak kasus, yang mendadak dan komplit, perhatian mereka berbalik kepada Allah dari berhala-berhala yang lebih dahulu mendominasi hidup mereka, ikatan terputus dan mereka dibebaskan. Pada ahli menyebut hal itu peraduan kuasa, di mana kuasa yang lebih superior dari Allah yang hidup dan yang benar didemonstrasikan atau dinyatakan. Saksi mata menjadi takjub dan tersebarlah berita.
Pernyataan manusia untuk berpaling dari berhala-berhala kepada Allah adalah suatu kepalsuan kecuali mereka melanjutkan dengan melayani Allah yang hidup dan benar, yang kepada-Nya mereka berpaling. Pertobatan tidak hanya melihat secara negatif (berpaling dari berhala atau dari dosa atau bahkan pelarian dari murka yang akan datang, ayat 10), tapi juga positif (awal dari suatu hidup pelayanan yang baru). Biarkan saja seseorang mengatakan itu sebagai perubahan dari satu perbudakan ke perbudakan lainnya, sejauh kita cepat menambahkan bahwa perbudakan baru itu adalah sebuah pembebasan yang benar.
"Mereka yang melayani Allah juga menantikan Anak-Nya dari surga, yaitu Yesus" (ayat 10).
Satu hal yang layak diperhatikan bahwa melayani dan menantikan berjalan bersama dalam pemuridan Kristen. Melayani adalah aktif, sibuk bagi Kristus di dunia, sementara menanti adalah pasif, memandang kepada Kristus yang akan datang dari surga.
Sebenarnya pengekspresian pasangan ini penting sekali. Satu pihak bagaimanapun sibuknya kita melayani dan bekerja, jangkauan kita terbatas. Kita tidak akan pernah berhasil mendirikan sebuah masyarakat utopia yang sempurna. Oleh sebab itu kita menanti Kristus kembali. Pada saat itulah Ia menjamin kemenangan puncak dari keadilan dan kedamaian Allah. Lagipula kita dapat diyakinkan mengenai kedatangan-Nya karena Allah telah membangkitkan-Nya dari kematian (ayat 10).
Di lain pihak meskipun kita harus menanti dengan sabar, kita tidak memiliki kebebasan untuk menanti dengan malas, dengan menutup mata dan berpangku tangan. Tidak, sementara menanti, kita harus bekerja, melayani Allah yang hidup dan yang benar. Berarti bekerja dan menanti saling berkait. Dalam variasinya, mereka akan membebaskan kita dari anggapan bahwa segala sesuatu dapat kita kerjakan dan juga dari rasa pesimis bahwa kita tidak dapat melakukan apa-apa.
Kesimpulan Laporan Mengenai Jemaat Tesalonika
Menoleh ke belakang, kita sekarang menyimpulkan laporan mengenai jemaat Tesalonika yang menyebarkan berita di seluruh dan ke luar dari Yunani, juga 3 hal penting dari pertobatan Kristen -- berbalik dari berhala-berhala, melayani Allah dan menantikan Kristus. Jelas berbeda dengan berhala-berhala dari orang yang berbalik, juga bentuk dalam pelayanan mereka kepada Tuhan. Tapi selalu pemutusan dengan yang masa lalu secara tegas ("kamu berpaling dari berhala-berhala kepada Allah"), dan pengalaman sekarang akan membebaskan (untuk melayani Allah yang hidup dan benar"), dan memandang ke masa depan yang dinantikan ("untuk menanti Anak-Nya dari surga"). Tanpa perpalingan ini, melayani dan menanti, tidak ada klaim pertobatan yang diakui.
Hasil dari Penyebaran Injil
Dua pelajaran mengenai pengabaran Injil melalui gereja lokal dari pasal ini:
Tidak ada yang lebih ditekankan dalam 1 Tesalonika pasal 1 daripada urutan peristiwa: "Injil kami datang kepadamu ... dan engkau menerimanya, dan bergema melalui engkau."
Setiap gereja lokal diharuskan Allah menjadi transmiter, penerima pertama berita, dan melanjutkannya. Inilah rencana Allah yang sederhana untuk dunia penginjilan. Jika setiap generasi menerimanya dengan tanggung jawab, dunia sejak dulu telah di-Injili.
Kita telah melihat tidak hanya berita ditransmisikan dari Tesalonika, tidak hanya orang Tesalonika yang menggemakan Injil (penginjilan secara verbal), tapi berita pertobatan mereka sampai ke mana-mana (Penginjilan desas-desus). Mungkin banyak yang mendengar mengenai pemutusan orang Tesalonika terhadap penyembahan berhala dan hidup baru nampak jelas dalam mereka. Maka mereka diyakinkan tidak hanya melalui pendengaran tapi juga melalui penglihatan. Tidak ada gereja yang dapat menginjil dengan memakai tingkatan masyarakat, kecuali mereka dapat dipercaya dalam pewujudan nyata dari Injil yang diberitakan. Manusia perlu melihat mengenai yang kita katakan. Tanpa suatu penyajian secara audio-visual berita kita kehilangan keasliannya.
Kiranya Allah memampukan gereja kita untuk menerima Injil dengan sungguh-sungguh, menggemakan dengan keras dan jelas dan mewujudkannya dalam hidup kita sehari-hari dalam iman dan kasih, sukacita dan damai, kebenaran, pelayanan dan kebebasan!
[Penulis adalah Ketua dari The London Institute for Contemporary Christianity. Judul asli artikel ini "Evangelization Through The Local Church" dalam majalah World Evangelization March-April 1989.]
Sumber:
Judul Buletin | : | Momentum 6, September 1989 |
Judul Artikel | : | Gereja Tesalonika Setelah PI Paulus (Bag. II) |
Penulis | : | Dr. John R.W. Stott |
Penerbit | : | Lembaga Reformed Injili Indonesia |
Halaman | : | 31 - 32 |
Ketika Yesus mengutus murid-murid-Nya dengan mengatakan "Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu" (Yohanes 20:21). Dia menegaskan agar para murid dan pengikut-Nya melanjutkan pekerjaan yang telah Ia mulai. Sebagaimana Kristus telah diutus ke dunia oleh Bapa untuk "mencari dan menyelamatkan" mereka yang terhilang, secara tak langsung Ia juga mengutus gereja yang telah Ia dirikan untuk melakukan hal yang sama. Tuhan telah membuat gereja untuk menjadi saksi lewat perkataan dan perbuatan mereka kepada dunia.
Gereja adalah `yang terutus` untuk melanjutkan pekerjaan Yesus dalam mencari mereka yang terhilang sehingga mereka dapat diselamatkan dan turut serta dalam Kerajaan Surga. Ini, dalam kata lain, disebut sebagai pekerjaan misi. Misi adalah segalanya tentang gereja, orang-orang yang telah ditebus, yang dikirim atau diutus ke dunia untuk melaksanakannya. Gereja tidak dibuat untuk melakukan pekerjaan misi karena gereja itu sendiri adalah misi. Dengan kuasa Roh Kudus, gereja adalah alat dimana Kristus dapat melanjutkan pemenuhan misi-Nya. "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8)
Selain dalam ayat-ayat yang disebutkan di atas, Amanat Agung tersebut juga tertulis di kitab Matius 28:18-20, Markus 16:15, dan Lukas 24:47. Tidaklah penting untuk mempersoalkan keyakinan bahwa ayat-ayat tersebut adalah 5 versi berbeda dari sebuah perintah yang diberikan satu kali. Karena keempat penulis Injil itu telah mengutip Amanat Agung, wajar jika kita menganggap bahwa Amanat Agung tersebut adalah sebuah bagian penting dari perintah yang diberikan Kristus yang telah bangkit kepada para murid sebelum Dia terangkat ke surga.
Mari kita membaca kembali Matius 28:18-20, versi Amanat Agung terpanjang dan yang paling sering dikutip: "Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Perlu dicatat bahwa perintah itu dimulai dengan pendeklarasian kebesaran kuasa Kristus dan kemudian diikuti kata "karena itu" yang berarti bahwa kuasa itulah yang menjadi dasar dari perintah untuk pergi, memuridkan, membaptis dan mengajar. Selanjutnya perintah itu pun ditutup dengan sebuah janji.
Dengan memberikan Amanat Agung, Yesus memberikan pada para murid-Nya perintah berkelanjutan untuk sepanjang masa dan segala tempat.
Dalam Perjanjian Baru, kita membaca bahwa gereja dengan penuh iman dan kuasa bersaksi pada orang-orang di seluruh daerah kekaisaran Romawi. Mereka terlibat dalam pekerjaan misi -- yakni mengirimkan orang-orang yang memenuhi syarat ke berbagai masyarakat di daerah dan budaya yang berbeda untuk mengabarkan dan menunjukkan kasih Kristus. Dengan melakukannya, Kerajaan Allah pun berkembang ke dalam jumlah yang mencengangkan.
GEREJA DAN ORGANISASI MISI SEBAGAI MITRA
Misi adalah tanggung jawab utama gereja. Meski demikian, akhir-akhir ini, sepertinya gereja telah memberikan tanggung jawab tersebut pada organisasi-organisasi misi yang mengambil peran besar dalam pengiriman misionaris.
Meski gereja harus memikul tanggung jawab utama dalam pengiriman misionaris, masih ada ruang untuk membina kerjasama yang baik dengan organisasi-organisasi misi dan organisasi pelayanan lainnya. Tidak ada gereja lokal yang benar-benar mengerti tentang kemungkinan situasi di suatu daerah misi yang terletak jauh dan begitu luas itu, dan organisasi misi di sini dapat membantu dengan segala pengetahuan dan pengalamannya. Bermodal fokus pada bidang dan pengalaman mereka, organisasi-organisasi misi telah mengembangkan pemahaman tersendiri mengenai suatu daerah misi tertentu, serta dapat memberikan bantuan dan fasilitas administratif untuk para pekerja. Dalam banyak kasus, organisasi misi telah lebih mempunyai pengalaman dengan "kebudayaan daerah sasaran", dan dapat membantu para misionaris pemula dalam hal pengurusan visa, pengetahuan bahasa, pemahaman budaya dan lainnya.
MENGAPA GEREJA PERLU MENGUTUS MISIONARIS?
Karena misi adalah hakikat alami dari Tuhan. Misi adalah hati, sifat dan perbuatan Tuhan. Suatu dorongan untuk menyemaikan sifat alamiah Tuhan, dan yang melambangkan segala pekerjaan-Nya. Bapa adalah Tuhan yang diutus (Yohanes 20:21). Dan Ia adalah Bapa yang karena kasih, mengutus Yesus untuk menjangkau dunia
Karena misi sebagai sifat alamiah gereja. Tujuan dari gereja untuk menyebarkan Injil Kristus dan melebarkan Kerajaan Tuhan. Kegagalan dalam melakukan tugas ini sama dengan kegagalan tujuan utama yang semula dicanangkan Kristus ketika mendirikan gereja. Kita diperintahkan untuk "mengabarkan" Kabar Baik atau seperti dikatakan penulis lagu "beritakan kabar baik". (1Petrus 2:9; Yesaya 43:10,21)
Karena perintah Tuhan. Amanat Agung adalah perintah yang harus dituruti, bukan sekedar satu permintaan atau nasihat yang bisa tidak dituruti. John Stott menulis: "Gereja telah ada di bawah perintah. Tuhan yang telah bangkit telah menyuruh kita untuk pergi, berkhotbah, memuridkan dan itu telah cukup bagi kita."
Meski demikian, motivasi kita hendaknya bukan bersumber dari kepatuhan atas perintah yang kaku namun lebih dari kasih kita pada Yesus yang telah mengasihi para pendosa yang merindukan keselamatan. Harus bersumber dari hasrat kita yang menyala-nyala untuk melihat jiwa-jiwa datang pada Tuhan.
SIAPA YANG HARUS DIUTUS GEREJA?
Sikap alami yang harus dimiliki mereka yang telah diselamatkan seharusnya adalah keinginan untuk membagikan sukacita yang telah mereka rasakan dalam Yesus. Gereja, oleh karenanya, harus mengatur, melatih, memperlengkapi dan menggerakkan anggotanya untuk ambil bagian dalam setiap aspek di dunia misi. Setiap orang Kristen memiliki bagian dalam tugas besar misi dan kita harus bertanya pada Tuhan dan diri sendiri tentang hal ini.
Setiap tugas tertentu memerlukan orang tertentu pula. Kita perlu mempertimbangkan talenta rohani tiap orang, selain juga latihan, kemampuan, dan apakah ia mampu bekerja baik dalam kelompok, dengan partner, atau sendirian. Normalnya, persyaratan bagi misionaris meliputi pelatihan Alkitab resmi selain juga pengalaman dalam melayani di gereja. Fisik yang prima, kondisi kejiwaan dan emosi yang sehat juga penting. (Catatan: dalam artian lain, calon misionaris yang terbaik adalah yang dengan rendah hati menyadari bahwa ketaatan adalah yang lebih penting dari segala `persyaratan` yang ia miliki.) Persyaratan lain tergantung pada jenis tujuan pelayanan dari tiap misionaris, terutama di negara yang aturan visanya membatasi jumlah pengunjung yang tak terlatih atau tak memenuhi syarat. Status perkawinan juga harus dipertimbangkan bagi misionaris untuk disesuaikan dengan jenis masyarakat dan bidang pelayanan yang akan ia lakukan di ladang misi. Pergi sebagai lajang atau pasangan menikah masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian sendiri.
Di daerah dengan budaya non-Kristen, misalnya, seorang misionaris wanita lajang mungkin hanya akan memiliki sedikit kesempatan untuk berbicara dengan pria, dan di banyak kasus, misionaris wanita juga harus lebih mempersiapkan diri untuk lebih banyak melayani wanita dan anak-anak. Di hampir kebanyakan situasi, pasangan misionaris yang menikah mungkin akan mendapati bahwa anak mereka pun dapat membantu dalam hal menjalin hubungan atau persahabatan. Di lain pihak, misionaris yang menikah juga harus meluangkan waktu untuk pasangan atau anaknya, yang karenanya akan membuatnya tak selalu siap sedia atau fleksibel.
Status lajang juga dapat disalahpahami di beberapa budaya dimana pria dan wanita menikah di usia muda. Bahkan ada juga budaya yang menganggap jika ada seseorang yang masih belum menikah di usia tertentu, pasti ada sesuatu yang salah dengan dirinya. Hal-hal seperti ini dan lainnya harus dipahami terlebih dulu.
Tuhan memanggil para misionaris. Tuhan pulalah yang menyatukan Paulus dan Barnabas dan bukannya pasangan lain yang mungkin memiliki kemampuan yang sama. Gereja di Antiokhia mengutus mereka karena menaati perintah Roh Kudus (Kisah Para Rasul 13).
Saat ini, Tuhan terus memanggil orang-orang tertentu untuk menjadi misionaris. Sebagai umat Tuhan, kita hendaknya tidak menahan namun bersedia melepaskan dan mendukung para hamba yang telah Ia utus untuk pelayanan tertentu.
GEREJA BERTANGGUNG JAWAB ATAS MEREKA YANG DIUTUS
Gereja harus mengutus para misionaris dengan diiringi banyak doa dan puasa (Kisah Para Rasul 13). Beberapa gereja mengadakan "Ibadah Pengutusan" untuk para misionaris mereka di tengah ibadah raya sehingga seluruh jemaat dapat terlibat dalam mendoakan dan mengirimkan orang tersebut. Berdoa secara teratur dan sungguh-sungguh bagi misionaris kita harus menjadi prioritas utama. Kita tidak boleh, setelah mengirim misionaris, kemudian tak peduli lagi dengan keadaannya, dengan tidak banyak mendoakannya. "... jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu ...." (1Samuel 12:23)
Gereja harus mengutus misionaris dengan dukungan praktis. Hal ini meliputi dukungan keuangan, perhatian pribadi dan gembala lewat jalinan komunikasi yang teratur via surat atau telepon; dan menjenguk jika ada kesempatan.
Gereja hendaknya juga melihat apakah kebutuhan mendasar dan kebutuhan jasmani misionaris telah tercukupi. Hal ini meliputi makanan, pakaian, kebutuhan rumah tangga, transportasi, pendidikan anak-anak dan sebagainya. Seorang misionaris pernah bercerita betapa leganya ia ketika seseorang memberikan koper sebelum ia pergi. Hal itulah yang ia butuhkan pada saat itu karena ia mengalami kesulitan membawa barang-barangnya dalam tas kecil yang ia miliki.
Biaya yang dibutuhkan untuk mengirim misionaris memang tinggi, karenanya banyak gereja terhalang masalah dana ini. Namun, beberapa gereja masih dapat melakukannya dengan cara mengumpulkan sumber-sumber yang dimiliki untuk mendukung kebutuhan pekerjanya. Dana yang kurang tidak boleh menghalangi kita untuk menjadi gereja misi.
KAPAN GEREJA MELAKUKAN PENGUTUSAN?
Bagi mereka yang telah diberkati lebihlah, harapan ini digantungkan. Gereja-gereja yang memiliki banyak sumber dana dan sumber daya hendaknya mau melakukan pengutusan dan dukungan bagi kegiatan misi.
Penderitaan bukanlah alasan untuk tidak terlibat dalam kegiatan misi. Seringkali saat gereja sedang sangat membutuhkan baik sumber daya manusia atau materi, mereka cenderung hanya akan memikirkan kebutuhannya sendiri. Namun Alkitab mengatakan bahwa seharusnya bukan ini yang dilakukan.
Kitab Wahyu mungkin ditulis pada masa penganiayaan gereja di bawah kekaisaran Romawi pada abad pertama. Walau demikian kita dapat melihat bahwa meski gereja sedang menderita, orang Kristen tetap mengemban tanggung jawabnya untuk menjadi kesaksian hidup untuk melaksanakan Firman Tuhan dan karya-karya-Nya di bumi.
Gereja di Makedonia sedang dalam ancaman hukuman dan kemiskinan ketika mereka dengan tulus mengirimkan bantuan keuangan pada Paulus. Bahkan mereka berkorban dengan "sukacita meluap". Mereka menganggap bahwa adalah kesempatan istimewa untuk ikut ambil bagian dalam pelayanan Paulus dan rekan. (2 Korintus 8:1-4) (t/Ary)
Bahan diterjemahkan dari sumber:
Judul Buku | : | Mission is for Every Church |
Judul Artikel Asli | : | The Church and Mission |
Penulis | : | Jojo Manzano |
Penerbit | : | OMF Literature Inc, Philippines, 1994 |
Halaman | : | 37 - 45 |
Artikel ini ditulis oleh Pdt. Bob Jokiman dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun GKI Monrovia yang ke-18.
Dua minggu lalu ribuan pemimpin gereja memadati kampus Saddleback Community Church yang digembalakan oleh Pdt. Rick Warren di Lake Forest California, mengikuti "Purpose-Driven Church" Conference untuk mempelajari formula atau rumus-rumus yang ampuh untuk menumbuhkan dan menyehatkan gereja.
"Gereja di sini sangat terkenal karena pertumbuhannya," komentar Pdt. Michael Chua, salah seorang peserta Conference dari Makati Gospel Church di Manila, Filipina. "Saya ingin belajar bagaimana mereka dapat melakukan semuanya itu," lanjut Pastor Chua yang menemukan dan mendaftarkan diri sebagai peserta Conference tersebut melalui internet bersama dengan para pemimpin gereja dari 34 negara dari seberang benua lainnya. Tidak dapat disangkal bahwa formulasi atau perumusan pertumbuhan gereja yang dipopulerkan oleh Pastor Rick Warren tersebut sangat efektif. Saya berharap suatu saat kelak saya juga akan menghadiri Conference tersebut.
Namun demikian sekali pun kita belum sempat mengikuti Conference tersebut untuk menumbuhkan gereja kita, saya ingin mengajak kita semua untuk mempelajari Formulasi Gereja yang bertumbuh dengan meneliti pertumbuhan gereja di masa Rasul-rasul, di mana segala macam teori pertumbuhan gereja modern belum mereka kenal!
Gereja mula-mula bukan hanya bertumbuh secara jumlah tetapi juga dalam mutu iman anggota-anggota jemaat seperti yang dicatat oleh dokter Lukas: "Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan" (
Formulasi apakah yang mereka gunakan sehingga terjadi pertumbuhan demikian? Mengingat ruang yang terbatas dalam kesempatan ini kita hanya akan belajar beberapa formula atau rumus secara singkat dan sederhana.
Gereja yang Mengabarkan Injil
Gereja mula-mula lahir pada Hari Pentakosta atau Hari Pencurahan Roh Kudus melalui Pekabaran Injil yang dilakukan oleh Rasul Petrus. Setelah ia berkotbah tercatat ada 3000 orang yang percaya, bertobat, diselamatkan dan dibaptis (
Berita itulah yang diproklamirkan oleh Gereja-gereja Tuhan sepanjang Kitab Kisah Para Rasul, berita itu adalah berita penuh kasih karunia dan kuasa Allah. Sehingga setiap orang yang mendengarnya, percaya serta mengaku dan menerima dalam hati dan hidupnya akan diselamatkan: "Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." (
Berita itulah yang dibutuhkan oleh umat manusia sepanjang sejarah, umat manusia yang dikuasai dosa dan akan menuju kebinasaan kekal serta yang tidak sanggup dengan usaha baik apapun untuk menyelamatkan dirinya. Berita itulah yang harus terus meneruskan diberitakan oleh Gereja-gereja Tuhan sepanjang zaman; juga oleh gereja kita sampai Tuhan datang untuk kedua kalinya. Jika kita ingin gereja kita terus bertumbuh.
Pekabaran Injil adalah bagaikan peredaran aliran darah dalam tubuh manusia. Jikalau peredaran aliran darah dalam tubuh kita baik dan lancar maka kita memiliki tubuh yang sehat. Sebaliknya jika peredaran aliran darah tidak lancar dan terganggu maka kita menjadi orang yang sakit. Demikian juga dengan gereja, jika gereja tidak mengabarkan Injil maka gereja akan sakit dan lama-kelamaan kalau tidak disehatkan kembali maka gereja akan mati. Jikalau kita ingin gereja kita tetap hidup dan bertumbuh maka kita harus terlibat dan mendukung semua usaha pekabaran Injil yang dilakukan dengan berbagai karunia yang Tuhan berikan kepada kita. Gereja yang tidak mengabarkan Injil adalah gereja yang siap untuk mati. Rasul Paulus berkata: "Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil." (
Berorientasi pada Peranan Jemaat
Catatan dari
Demikian juga dengan pertumbuhan gereja kita tidak boleh berorientasi atau berpusat pada pendeta, penginjil, majelis atau aktivis lainnya. Seharusnya seluruh anggota jemaat turut berperan. Itulah juga yang ditekankan oleh Bapak Reformasi Martin Luther (1483-1546) dengan menunjuk pada Surat
Apa sajakah yang dilakukan oleh Anggota Jemaat saat itu dengan peran mereka dalam pertumbuhan gereja? Sebenarnya apa yang dilakukan oleh anggota jemaat ketika itu dapat pula dilakukan oleh anggota jemaat sekarang. Alkitab mencatat bahwa "Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa" (
Kedua, mereka 'bertekun dalam persekutuan' atau KOINONIA, mereka saling mengenal dengan akrab. Bukan hanya sekedar tahu nama dan alamat, tetapi juga suka duka sebagai sesama anggota jemaat. Persekutuan itu mereka lakukan di saat beribadah dan doa bersama. Ibadah dan doa adalah bagaikan nafas bagi tubuh kita. Itulah hubungan vertikal yang harus ada dalam gereja dan dengan adanya hubungan vertikal tersebut maka dengan sendirinya haruslah terbentuk hubungan horisontal sesama anggota jemaat.
Persekutuan vertikal dan horizontal yang dinamis tersebut kemudian menghasilkan "banyak mujizat dan tanda" (ayat 43). Untuk gereja kita, kita patut bersyukur dengan adanya berbagai persekutuan menurut kelompok umur dan juga Persekutuan Doa Jemaat pada hari Selasa malam yang melaluinya banyak doa yang terjawab dengan menakjubkan sebagai mujizat dan tanda kuasa Allah.
Ketiga, mereka melakukan pelayanan kasih dengan tulus dan senang hati "Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah." (Ayat 44-47a). Pelayanan kasih adalah bagaikan otot dan daging pada tubuh kita dan inilah yang membuat tubuh itu menarik nafas, tulang dan peredaran aliran darah yang lancar tak akan menarik tanpa otot dan daging. Pelayanan kasih ini perlu lebih ditingkatkan dalam gereja kita, sebab orang akan berkata "I don't care how much you know until I know how much you care". Semuanya itu dapat dilakukan oleh setiap anggota jemaat dan semuanya itu dapat dilakukan tanpa harus melewati pendidikan khusus Sekolah Theologia. Semoga kita semua tanpa kecuali mempunyai tekad untuk lebih berperan dalam pertumbuhan gereja di tahun-tahun mendatang.
Bertujuan Menyelamatkan Manusia
Salah satu penyebab orang tertarik dengan "Purpose-Driven Church" Conference-nya Pastor Rick Warren karena "Purpose-Driven" tersebut adalah motivasi yang mendorong pertumbuhan gereja. "Purpose-Driven" kalau diterjemahkan bebas berarti "Didorong oleh Tujuan". Tujuan apakah yang seharusnya dimiliki oleh gereja kita? Kembali jika kita perhatikan ayat 47 "Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan." di atas kita akan menemukan bahwa tujuan gereja yang bertumbuh adalah untuk menyelamatkan manusia. Tuhan Yesus meninggalkan surga kemudian mati di kayu salib semata-mata dengan tujuan untuk menyelamatkan manusia, bukan program-program ataupun fasilitas gereja. Demikian juga dengan gereja kita yang dimulai oleh sekelompok mahasiswa/i Indonesia yang sedang kuliah di Los Angeles, mereka terdorong untuk melayani dan menyelamatkan sesama rekan-rekan mahasiswa/i lainnya yang belum mengenal Tuhan. Mereka tidak pernah mimpi untuk memiliki gedung ibadah serta fasilitas seperti keadaan gereja kita sekarang. Tujuan mereka hanya untuk menyelamatkan manusia, khususnya mahasiswa/i Indonesia yang sedang melanjutkan kuliah di Amerika. Tuhan memberkati hati mereka, Tuhan telah memberkati pelayanan mereka. Melalui persekutuan dan Pemahaman Alkitab kemudian berlanjut dengan terbentuknya gereja yang banyak menyelamatkan jiwa-jiwa, bukan hanya mahasiswa/i tetapi mereka yang telah berkeluarga dan berimigran ke California. Di antara mereka ada yang sudah kembali ke Indonesia serta banyak juga yang tetap setia sebagai anggota jemaat kita sampai sekarang. Semua program gereja maupun pembangunan gedung ibadah hendaknya dilakukan dengan tujuan menyelamatkan manusia, pasti Tuhan memberkatinya. Semoga dalam melanjutkan pelayanan serta meneruskan rencana pembangunan Gedung Ibadah Utama kita tetap menaruh dalam hati kita semua visi dan tujuan gereja untuk menyelamatkan manusia.
Bersandar pada Kuasa Tuhan
Formula atau rumus keempat dan yang terpenting untuk Gereja yang Bertumbuh adalah bersandar pada kuasa Tuhan, inilah sumber dinamika gereja yang utama seperti yang terjadi dengan gereja para Rasul "Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan." Jelas sekali dinyatakan bahwa yang menyebabkan Gereja bertumbuh adalah Tuhan. Bukan Rasul, bukan jemaat, bukan Pendeta, Penginjil dan bukan pula majelis serta aktivis. Usaha apapun yang kita lakukan jika bukan karena kemurahan dan kuasa Tuhan maka semua usaha tersebut tidak akan membawa hasil.
Selama hampir tujuh belas tahun melayani jemaat kita, filsafat pelayanan yang saya pegang adalah "Accept the reality, do your best and God will take care the rest". Kita harus menerima kenyataan yang ada pada pelayanan kita, orang-orang yang dihadapi dan juga fasilitas yang tersedia. Kita juga harus sadar bahwa kita hidup dalam dunia yang tidak ideal oleh karena itu kita jangan mengharapkan yang ideal dalam pelayanan kita. Namun yang penting kita harus melakukan dengan seoptimal mungkin apa yang harus dan dapat kita lakukan. Kerjakanlah yang terbaik yang dapat kita kerjakan dan percayalah Tuhan yang akan menyempurnakan yang masih kurang.
Tugas dan panggilan gereja kita ke depan dan tahun-tahun mendatang akan makin banyak serta makin menantang. Kita harus berusaha melakukan apa yang dapat kita lakukan semaksimal mungkin dan dengan sebaik-baiknya untuk keselamatan manusia dan demi kemuliaan nama Tuhan. Tugas dan panggilan itu agung dan besar, kita tidak boleh bersandar pada kepandaian, pengalaman dan ketrampilan sendiri. Semoga gereja dalam melaksanakan dan mewujudkan tugas serta panggilannya sungguh-sungguh hanya bersandar pada kuasa Tuhan. Selamat HUT XVIII GKI Monrovia. Amin,
Sumber: Newsletter GKI Monrovia, Juni 2002, Tahun XVI No. 6
==> http://www.gki.org/
DEFINISI MISI
Pengertian dan paradigma yang keliru tentang misi dan pekerja misi banyak terdapat di gereja-gereja. Misi seakan menjadi satu kata yang asing atau menakutkan dan harus dijauhi. Bahkan, mungkin masih banyak yang menganggap misi adalah kategori pelayanan yang dikerjakan oleh orang-orang Barat. Sementara itu, yang lain berpikir bahwa misi itu pekerjaan yang hanya bisa dikerjakan oleh gereja yang besar dan kaya. Mustahil gereja kecil dan miskin bisa terlibat dalam pekerjaan misi. Lebih banyak lagi yang beranggapan bahwa mereka yang terlibat dalam pekerjaan misi adalah orang-orang tertentu saja, bukan bagianku. Bahkan ada gereja-gereja yang sama sekali tidak menaruh peduli dengan misi. Tidak ada waktu bagi mereka untuk memikirkan pekerjaan misi apalagi terlibat di dalamnya karena terlalu banyak yang harus dipikirkan oleh gereja. Singkatnya, banyak alasan bisa diangkat untuk menghindar dari misi. Padahal, bukankah misi adalah tugas dan tanggung jawab gereja yang paling utama?
Dari sekian banyak definisi misi yang ada, saya mengutip dua definisi yang sering saya pakai, yaitu definisi dari Advancing Church Mission Commitment (ACMC). Definisi ini dibuat dan disepakati oleh kira-kira 170 orang pimpinan gereja dan badan-badan misi. Yang pertama, misi adalah:
"Setiap usaha yang ditujukan dengan sasaran untuk menjangkau melampaui kebutuhan gereja Anda dengan tujuan untuk melaksanakan Amanat Agung dengan menyatakan Kabar Baik dari Yesus Kristus, menjadikan murid dan dikaitkan dengan kebutuhan yang utuh dari manusia baik jasmani maupun rohani."
Yang kedua, mengenai gereja misioner yang aktif dan sehat, digambarkan sebagai:
"Gereja yang mengambil sikap agresif dalam penginjilan sedunia. Setiap anggota jemaat melihat dirinya sebagai komponen kunci dalam menggenapi Amanat Agung dan memobilisasi sumber-sumber dayanya semaksimal mungkin untuk tugas ini."
Bishop Stephen Neil mengatakan, "Mission is the intentional crossing of barriers from church to non-church in word and deed for the sake of the proclamation of the Gospel." (Misi adalah setiap usaha sengaja untuk melintasi atau menerobos rintangan-rintangan dari gereja kepada non-gereja demi memproklamirkan Injil dalam kata dan karya.) Jadi, yang dikategorikan sebagai misi adalah pekerjaan yang memikirkan kebutuhan di luar tembok gereja. Berangkat dari definisi tersebut, setiap orang percaya mendapat hak istimewa untuk ambil bagian dalam pekerjaan misi, siapa pun dan apa pun kondisi kita, di mana pun dan kapan pun, masing-masing dengan cara dan ukuran yang sesuai dengan talenta yang Tuhan percayakan.
"WE ARE IN THE WORLD, BUT NOT OF THE WORLD"
Ungkapan ini berarti bahwa kita berada di dalam dunia, tapi bukan berasal dari dunia. Hal ini menegaskan bahwa gereja diciptakan oleh Allah sendiri, tidak seperti lembaga-lembaga lain di dunia ini. Gereja adalah kumpulan orang-orang percaya yang ditebus oleh darah Yesus Kristus dan menjadi milik Allah demi kemuliaan-Nya. Gereja bukanlah gedungnya sekalipun gedung adalah sarana fisik yang diperlukan sebagai wadah bagi jemaat bersekutu dan tumbuh bersama sebagai murid-murid Kristus.
Walaupun demikian, cerita dalam Perjanjian Lama tentang tempat ibadah umat Allah yang berkaitan dengan bangunan fisik patut disimak. Kitab 1Tawarikh 29 menyaksikan Bait Allah dibangun dengan biaya (menurut perhitungan mata uang Indonesia waktu berada dalam puncak krisis ekonomi) lebih dari 20 trilyun rupiah. Dari sekian besarnya biaya itu, Raja Daud menyumbang kira-kira 100 ton emas dan kira-kira 200 ton perak murni ditambah dengan persembahan kasih dari jemaat yang menyumbang ratusan ton emas, ratusan ton perak murni, tembaga, dan barang-barang berharga yang lain. Ketika Bait Allah telah selesai dibangun dan ditahbiskan dalam 2 Tawarikh 6, Salomo berdoa, isinya antara lain penyataan dan permohonan kepada Tuhan untuk mendedikasikan tujuan dari pembangunan Bait Allah itu. Tujuan itu tercakup dalam 2Tawarikh 6:33, yaitu supaya melalui Bait Allah ini segala bangsa di bumi mengenal nama Allah yang disembah bangsa Israel. Kemegahan Bait Allah kemudian menjadi kesaksian bagi nama Tuhan Allah dengan luar biasa. Berikutnya, sejarah mencatat bahwa Bait Allah ini dihancurkan oleh musuh-musuh bangsa Israel. Allah tidak malu Bait Allah dihancurkan. Dia mengizinkannya. Daniel 1:2 menyaksikan bahwa Tuhan menyerahkan Yoyakim, Raja Yehuda dan sebagian perkakas rumah Allah ke dalam tangan Nebukadnezar. Salah satu sebabnya ialah karena Bait Allah tidak lagi menjadi kesaksian bagi segala bangsa di bumi seperti doa Raja Salomo dan tujuan semula Bait Allah ini didirikan.
Bait Allah Perjanjian Baru adalah tubuh kita (2Korintus 6:16). Bait Allah adalah juga gereja, dalam arti persekutuan orang-orang percaya. Bait Allah, baik tubuh kita secara pribadi maupun gereja dimaksudkan Allah agar menjadi kesaksian yang hidup tentang Allah yang hidup di dunia ini. Gereja dimaksudkan untuk menjadi "rumah doa bagi segala bangsa" dan membangun jembatan untuk memberkati dunia ini dan bukannya tembok pemisah yang membuat diri sendiri terkurung serta membuat kasih Allah tidak tampak bagi dunia ini.
Trilogi gereja harus dilakukan dengan seimbang dan penuh kejujuran di hadapan Allah, Sang Kepala Gereja. Ibadah (koinonia) yang menyangkut persekutuan jemaat, segala fasilitas dan kebutuhan di dalamnya seperti gedung gereja, kursi, alat musik, alat-alat kantor dan sebagainya harus dipenuhi dan dijalankan dengan sehat tanpa mengabaikan pelayanan sosial (diakonia) yang dilandasi kasih terhadap sesama dan tetap menaruh perhatian serius agar pelayanan misi dan penginjilan (marturia) berjalan juga. Jika salah satu dari tiang gereja ini tertinggal, kehidupan gereja akan pincang tanpa kita sadari. Perlahan-lahan hakikat gereja akan luntur, tidak lagi menjadi garam yang menggarami, tidak lagi menjadi kumpulan orang-orang kudus yang memuliakan Tuhan, tapi akan mati dan hancur serta menjadi semacam perkumpulan sosial yang bertemu setiap hari Minggu. Gereja tidak lagi menjadi refleksi keluarga Allah, tapi menjadi klub sosial. Dalam keluarga, yang paling kecil dan paling lemah akan mendapat banyak perhatian, tapi dalam klub sosial yang terkuat dan terkaya akan mendapat perhatian paling banyak.
Ketika menyucikan Bait Allah kembali kepada fungsinya yang seharusnya, Yesus mengutip Yesaya 56:7 dan Yeremia 7:11 dengan menegaskan, "Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa" (Markus 11:17). Penyataan ini sekaligus bisikan untuk gereja masa kini. Mendirikan gereja bukanlah untuk mendirikan gedung yang dibatasi tembok pemisah dari dunia luar, tapi agar orang percaya membangun rumah doa bagi segala bangsa di mana di dalamnya ada mezbah bagi Tuhan dan para imam Perjanjian Baru, yaitu orang-orang percaya, umat tebusan-Nya, yang menaikkan syafaat bagi segala suku dan bangsa.
Dari keempat Injil, hanya Injil Yohanes yang diakhiri dengan perintah penggembalaan. Sementara itu, Injil Matius, Markus, dan Lukas diakhiri dengan perintah misi dan penginjilan (PI). Bukan berarti penggembalaan mendapat tempat yang lebih kecil daripada misi dan PI, namun tugas penggembalaan tidak boleh menjadi status quo, menjadi tugas akhir tanpa tujuan. Kedewasaan jemaat harus tercermin dari keterlibatan dan perhatian mereka terhadap misi dan PI sehingga gereja tetap menjadi alat Tuhan yang membawa kasih-Nya bagi dunia ini dalam bentuk nyata, baik berkat rohani maupun jasmani untuk kemuliaan nama-Nya.
Gereja harus bisa menyuarakan firman Allah agar nama-Nya disembah di seluruh bumi. Kebenaran-Nya harus diberitakan di antara segala bangsa dan suku-suku bangsa. Gereja harus mewujudnyatakan kesaksiannya itu kepada dunia. Allah terlalu kecil jika hanya disembah di dalam gereja kita saja. Allah terlalu kecil jika hanya disembah oleh bangsa Indonesia saja. Allah kita adalah Allah yang Mahabesar yang harus diwartakan ke seluruh penjuru bumi hingga segala bangsa, suku bangsa, kaum, dan bahasa mengenal Dia dan sujud menyembah-Nya. Demikianlah seruan pemazmur:
"Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa. Sebab TUHAN Maha Besar dan terpuji sangat, ia lebih dahsyat daripada segala Allah.
Sebab segala Allah bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit.
Keagungan dan semarak ada di hadapan-Nya, kekuatan dan kehormatan ada di tempat kudus-Nya.
Kepada Tuhan, hai suku-suku bangsa, kepada Tuhan sajalah kemuliaan dan kekuatan!
Berilah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya.
Sujudlah menyembah kepada Tuhan dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi.
Katakanlah di antara bangsa-bangsa: "Tuhan itu Raja! Sungguh tegak dunia, tidak goyang. Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran ...." (Mazmur 96:3-10)
Bahan diambil dari sumber:
Judul buku | : | Misi dari dalam Krisis |
Judul artikel | : | Hakekat Gereja |
Penulis | : | Bagus Surjantoro |
Penerbit | : | Obor Mitra Indonesia, Jakarta 2003 |
Halaman | : | 27 - 33 |
Apakah mungkin Roh Kudus berhembus dan bekerja melalui pelayanan yang dilakukan anak-anak? Apakah Allah juga menggerakkan anak-anak itu untuk melakukan tujuan-Nya? Allah menarik anak-anak itu dalam penyembahan dan memenuhi mereka dengan keberanian, suatu visi bagi dunia, dan perasaan belas kasihan bagi mereka yang terhilang.
Allah juga menggunakan anak-anak untuk mendoakan orang-orang dewasa, teman-teman dan keluarga, serta negara. Pada saat yang sama, Dia membangkitkan para pemimpin dewasa agar tidak hanya bisa merasakan potensi rohani anak-anak, tetapi juga yang mau menginvestasikan hidupnya dalam melatih, memperlengkapi dan menggerakkan generasi belia ini sehingga anak-anak itu dapat dipakai untuk mewujudkan rencana-rencana Allah.
Children's Global Prayer Movement (Gerakan Doa Global Anak-anak)
Ide untuk mendirikan Children's Global Prayer Movement (CGPM), bagian dari rangkaian kegiatan anak-anak yang diselenggarakan "AD 2000 and Beyond Movement", muncul begitu kuatnya dalam hati Esther Ilnisky pada tahun 1983. Saat itu, Allah memberikan penglihatan pada Esther tentang anak-anak angkatan tahun 1990an -- bahwa mereka akan diberkati dengan urapan istimewa.
Di tahun 1991 ide pembentukan jaringan doa itu pun terwujud saat C. Peter Wagner menugasi Esther Ilnisky agar membawa 50 anak sebagai delegasi-delegasi pendoa untuk "Global Consultation on World Evangelization" yang diselenggarakan di Seoul, Korea Utara. Para delegasi pendoa muda itu berasal dari Amerika, Argentina, Australia, Brazil, Fiji, Indonesia, Jamaika, Jepang, Kanada, Korea, dan Malaysia.
Menggerakkan 1 juta anak di seluruh dunia untuk berdoa merupakan tujuan semula dari Children's Global Prayer Movement. Namun sekarang gerakan ini telah melampaui target dan berkembang dengan sangat cepat. Misalnya, di Nigeria ada lebih dari 50.000 anak yang disebut "Praying Firebrands" juga menjadi bagian dari CGPM.
Daniel Prayer Group -- DPGs (Persekutuan Doa Daniel)
Daniel Prayer Group merupakan cikal bakal dari "King's Kids", suatu bentuk pelayanan Youth With a Mission (YWAM) yang menggerakkan anak-anak muda untuk berdoa. Anak-anak yang tergabung dalam DPGs dibagi menjadi beragam bentuk: kelompok mingguan, persekutuan doa harian atau mingguan, dan pelayanan-pelayanan outreach di suatu wilayah.
DPGs memobilisasi ribuan anak dan keluarga untuk menjangkau dunia Muslim dengan doa dan kasih Allah selama Ramadan, bulan ke sembilan dalam tahun Islam, yang dianggap suci dan dilalui dengan puasa setiap hari dari dini hari sampai senja. Walaupun DPGs dimulai di Inggris, saat ini sudah ada DPGs di Kanada, Mesir, Norwegia, Swiss, Amerika Serikat, dan negara-negara lain.
The National Children's Prayer Network (Jaringan Doa Anak Nasional)
Kelompok ini menyatukan anak-anak yang berkomitmen untuk mendoakan pemerintahan nasional Amerika. "Memimpikan lahirnya suatu generasi pemimpin yang tahu bagaimana mencapai surga melalui doa syafaat," kata Lin Story, pendiri jaringan tsb. Tujuannya adalah untuk menantang anak-anak di segala umur untuk mengetahui potensi mereka dalam doa. Setiap tahun bertepatan dengan diperingatinya Hari Doa Nasional, jaringan ini bertemu di Washington, D.C. untuk mengadakan konggres doa mereka sendiri.
ANAK-ANAK PUN AKAN MEMIMPIN
Apa yang terjadi ketika anak-anak berdoa? "Aku melihat Allah mulai menyatakan diri-Nya pada anak-anak, memperlihatkan kepada mereka tentang karunia-karunia yang mereka miliki. Allah menyatakan bahwa hal-hal yang dilakukan Yesus dan para pelayan dewasa dapat juga mereka lakukan, dan Roh Kudus tidak melihat usia," kata Karen Moran dari Children's Global Prayer Movement.
"Anak-anak dari Tim SWAT telah menjadi pejuang-pejuang doa," kata David Walters dari Good News Ministries yang berkantor di Georgia. "Allah memakai anak-anak bukan hanya karena mereka masih anak-anak. Allah bisa memakai semua orang; baik tua atau muda, yang sudah dewasa atau yang belum dewasa. Selama kita berserah dan taat kepada-Nya maka Dia akan memakai kita."
Jerry Lenz, staf pengembangan dari KIDS Church (kurikulum gereja untuk anak-anak yang diterbitkan oleh Charisma Life) mengatakan bahwa gereja biasa mengajarkan bahwa anak-anak hanya perlu diawasi dan bukan didengarkan. "Tetapi waktu terus berjalan," lanjut Lenz, "tidak hanya dalam kata-kata tetapi dalam kenyataan, seorang anak bisa memimpin mereka. Allah sedang mempersiapkan anak-anak generasi ini untuk melayani dan memimpin banyak orang kepada-Nya."
Pendeta untuk anak, Nomar Banffi, dari Gereja Rey de Reyes di Buenos Aires, Argentina, menceritakan tentang sebuah keluarga yang datang ke gereja baru-baru ini. Setelah kedua orangtuanya menerima berita keselamatan, segera sesudah itu anak-anak mereka menerima Kristus juga. Tetapi anak mereka yang baru berusia 3 tahun telah bersaksi kepada anggota keluarga lainnya dan meyakinkan kakek serta neneknya untuk pergi ke gereja.
Anak-anak sangat efektif dalam pelayanan penginjilan. Banffi dan tim pelayanan anak yang dipimpinnya bersama-sama dengan para pengasuh anak-anak itu menceritakan tentang Yesus di sepanjang perjalanan mereka. "Kami sebenarnya hanya mengajak anak yang berusia 8 tahun ke atas. Namun anak-anak yang lebih kecil pun ingin ikut juga. Ketika anak-anak itu bertanya pada orang-orang yang ada di jalan apakah mereka bisa berdoa untuk mereka, orang-orang tersebut mau didoakan mereka." kata Banffi. "Dan ketika anak-anak berdoa, orang-orang itu merasakan kehadiran Allah, dan banyak diantara mereka yang di selamatkan."
Anak-anak berusia 8 - 12 tahun ikut menghadiri persekutuan doa syafaat selama tiga jam yang diadakan setiap hari Minggu. "Anda tidak bisa mengusir mereka; bahkan mereka juga minta untuk mengikuti persekutuan doa syafaat yang diadakan di hari lain di minggu itu." kata Banffi.
Di Mechanicville Christian Center di Mechanicsville, Virgina, ada 46 anak berusia 6 - 16 tahun dari tim outreach Gereja Bridge Builders, berangkat ke Chicago pada bulan Agustus 1997 bersama pemimpin mereka, Pete Hohmann, untuk melakukan 12 pelayanan outreach di berbagai tempat di kota tersebut. Satu tim, terdiri dari 2 atau 3 anak, menyatu dalam keramaian, di bawah pengawasan ketat dari seorang pemimpin dewasa. Anak-anak itu bertanya, "Apakah ada yang bisa saya doakan?" atau "Apakah Anda pernah menerima Kristus?"
Hampir setiap orang menceritakan beberapa masalah, misalnya penyakit yang dideritanya, keprihatinan mereka tentang anak-anaknya, atau kegagalan pernikahan mereka. Doa-doa yang tulus dari anak-anak ini tampaknya memberi semangat tepat di hati orang-orang tsb. Walaupun banyak orang yang belum percaya mulai mengenal Kristus melalui cara-cara seperti ini, namun dampak yang paling kuat ada dalam hidup dan hati anak-anak itu sendiri. Dalam lima tahun terakhir, Hohmann telah melihat pertumbuhan luar biasa dalam diri anak-anak yang telah menjadi bagian dari tim pelayanan penginjilan ini. Salah satu dari anak tsb. mengatakan,
"Allah telah menunjukkan padaku bahwa orang-orang yang tersesat bukanlah hanya kumpulan angka; mereka adalah orang-orang yang nyata. Dapat memimpin seseorang pada Kristus, melihat wajah mereka yang menjadi cerah ketika aku menceritakan tentang seorang Juruselamat yang mengasihi mereka, merupakan sukacita yang terbesar dalam hidupku."
Ketika pelayanan outreach di Chicago selesai, anak-anak Bridge Builders telah melayani orang-orang di sekitar Daley Center.
Sekelompok anak laki-laki berusia belasan berbincang-bincang dengan seorang tunawisma. Seorang anak perempuan pemalu menjelaskan tentang Injil pada seorang dewasa. Beberapa anak perempuan berusia 8 - 10 tahun meniup balon-balon untuk sekelompok anak Hispanic ketika mereka menceritakan tentang Yesus.
Lalu apa peran para pemimpin dewasanya? Mereka memberi semangat di sisi anak-anak itu dan menjaga keamanan di sekitar mereka. Anak-anak lah yang melakukan semua pelayanan itu. Anak-anak ini belajar bahwa mereka tidak harus menunggu bertumbuh menjadi orang dewasa dulu agar bisa dipakai oleh Roh Kudus.
Sumber diterjemahkan dan diedit dari:
Judul Buletin | : | Prayer Track News, Vol. 8, No. 1, Jan-Mar 1999 |
Judul Artikel | : | Big Things Happen When Kids Pray |
Penerbit | : | Global Harvest Ministries |
Situs | : | http://www.globalharvest.org/ |
Berikut ini adalah beberapa petunjuk praktis tentang pelaksanaan pekabaran Injil, yang didasarkan pada pengalaman D.W. Ellis dalam mengabarkan Injil selama beberapa tahun di Indonesia.
Hal-hal yang sebaiknya dihindari dalam mengabarkan Injil secara pribadi :
Kita harus mampu menyesuaikan khotbah dengan keadaan tanpa mengingkari amanat Alkitab sebagai Firman Allah yang berdaulat. Lalu kita pasrah dan tunduk pada pimpinan Roh Kudus. Sementara itu kita harus berusaha menghindari beberapa hal di bawah ini, supaya pemberitaan Injil secara pribadi itu dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya.
a. Hindari kesan dagang dan paksaan
Entah bagaimanapun juga, sikap-laku kita dan ucapan-ucapan kita jangan sekali-kali menimbulkan kesan, bahwa kita hendak memperdagangkan Injil atau hendak memaksakan Injil itu kepada teman bicara kita.
Sebagai pekabar Injil, kita harus bersikap wajar, sopan, rendah hati dan jangan bersikap sok mengetahui lebih banyak tentang segala sesuatu daripada mereka.
b. Hindari kepura-puraan
Bila memberikan kesaksian pribadi, bersaksilah dengan sejujur- jujurnya dan terus terang. Dan jika ada yang mengajukan pertanyaan yang tidak kita jawab, jujurlah mengakuinya dan berkata, "Maaf, saya belum tahu jawabnya. Saya akan berusaha mencari jawabannya dari orang lain. Bila dapat, akan saya beritahukan kepada Anda." Janganlah lupa mencari jawaban yang memuaskan, baik melalui buku atau dari seorang ahli, lalu meneruskan jawaban itu kepadanya.
c. Hindari perdebatan
Kita adalah juru berita, bukan juru debat. Adalah biasa dalam perdebatan, masing-masing pihak ngotot mempertahankan keyakinannya, bahkan dengan mencari-cari alasan. Hasil akhir debat umumnya tidak ada titik temu. Lagi pula dalam dunia komunikasi, perdebatan adalah kendala yang menjurus kepada kegagalan. Andaikata pun satu pihak menang secara logis dalam mengemukakan pendapat-pendapatnya, besar kemungkinan ia kalah secara psikologis sebagai akibatnya. Artinya, kita menang dengan imbalan yang kalah akan tersinggung dan menutup diri. Hasil akhir, kita sendirilah yang kalah sebab gagal membawa orang itu kepada Kristus.
Kita harus mengarahkan perhatian teman bicara kita kepada Kristus secara positif, dengan memakai hal-hal yang positif dari kepercayaan kita.
d. Hindari bicara terlalu banyak
Meskipun tujuan kita adalah untuk menerangkan Injil sejelas- jelasnya, kita tidak boleh memborong semua kesempatan bicara. Kita harus memberi waktu kepada teman bicara kita, supaya selain dia merasa dihormati, dia juga mendapat kesempatan mengeluarkan isi hatinya. Dengan demikian kita mengetahui bagaimana membimbing dia selanjutnya.
Setiap upaya meyakinkan seseorang, apalagi mengubah keyakinan imannya, adalah sangat berat dan sukar, dan bahkan bagi masyarakat Asia sangat peka. Karena itu kita dituntut bijaksana dan harus dipimpin oleh Roh Kudus.
e. Hindari menggunakan terlalu banyak ayat Alkitab
Lugaslah menggunakan Alkitab. Menjejali atau membanjiri seseorang dengan ayat-ayat Alkitab bisa mengakibatkan orang itu muak. Kita harus sadar bahwa ayat-ayat Alkitab masih asing bagi dia. Memahami apalagi menafsirkannya masih sangat sukar baginya. Karena itu cukuplah mengemukakan ayat-ayat yang terkait dengan penjelasan sederhana.
Satu atau dua ayat yang jelas dimengerti karena diterangkan dengan tepat dan sederhana, dampaknya akan jauh lebih baik. Ayat yang tepat adalah ibarat sejemput garam yang menggiurkan cita rasa dan selera.
f. Hindari banyak orang
Mengabarkan Injil secara pribadi sifatnya memang sangat pribadi. Penuh kesungguhan namun santai, bebas dan bersahabat. Suasana demikian dapat terganggu dalam pertemuan lebih dua orang. Karena MIP (mengabarkan Injil secara pribadi) diharapkan akan sampai pada tahap pertobatan dan pengambilan keputusan, yang sangat penting dan sangat pribadi. Maka pertemuan lebih dari dua orang perlu dihindari karena akan mengganggu, apalagi kehadiran orang ketiga, keempat dan seterusnya.
Namun, karena sifatnya yang sangat pribadi itu, baiklah kita bijaksana supaya MIP ini berlangsung antara orang sejenis, dan bila mungkin sebaya. Tapi ini bukanlah syarat mutlak, melainkan kebijaksanaan.
g. Hindari pemakaian 'istilah-istilah rohani'
Istilah-istilah teologis dan dogmatis (misalnya pembenaran, pengudusan, penebusan) besar kemungkinannya akan membingungkan orang-orang yang belum pernah mengerti hal-hal rohani, terutama orang-orang yang berpendidikan sederhana. Istilah-istilah yang lazim dalam dunia Kristen dengan makna bahkan dengan ajaran tertentu, belum tentu dinalar dengan pengertian yang sama oleh teman bicara kita. Karena itu adalah bijaksana menggunakan bahasa sehari-hari.
Ungkapan yang lazim pun, seperti 'percaya' misalnya, menuntut kehati-hatian. Mengatakan kepada teman bicara yang kita kabari Injil, bahwa dia harus 'percaya' kepada Tuhan Yesus, bisa menjurus ke pemahaman yang dangkal sebelum ia memahami makna yang dikandung dalam kata 'percaya' sebagaimana dimaksudkan dalam Firman Allah.
h. Hindari memberikan kepastian yang palsu
Bukanlah hak seseorang mengatakan kepada siapa pun juga, 'Sekarang Anda sudah beroleh keselamatan'. Kita tidak dapat membaca isi hati orang lain dan mengetahui apakah ia sungguh-sungguh percaya sehingga diterima Tuhan.
Dasar kepastian adalah Firman Allah, perubahan hidup dan kesaksian Roh dalam hati orang-orang yang bertobat. Yang dapat kita lakukan ialah membantu mereka dengan menunjuk ayat-ayat dari Firman Allah dan menanyakan,
"Apa yang dikatakan Firman Tuhan tentang hal keselamatan?", "Bagaimana pengertian Anda mengenai hal ini?"
Kepastian akan keselamatan harus timbul langsung dari Firman Allah yang diterapkan dalam hati seseorang oleh Roh Kudus, bukan berdasarkan kata-kata kita.
i. Hindari keputusasaan
Belum tentu kita akan berhasil membawa seseorang kepada Kristus. Ternyata dalam hal ini ada orang yang dikaruniai lebih besar dibandingkan orang lain. Namun ketidaksamaan itu bukan berarti kita bebas dari tanggung jawab dan kesetiaan memberitakan Injil. Kita wajib setia, dan hasilnya kita serahkan kepada Allah.
Peranan kita sering hanya merupakan satu mata rantai dari untaian rantai yang panjang, yang pada akhirnya akan berhasil membawa seseorang kepada Kristus. Yang perlu kita sadari ialah, apabila satu mata rantai itu tidak berperan, maka akibatnya rantai itu akan putus.
j. Sumber kuasa -- jangan dilupakan
Senjata rohani, yaitu 'pedang Roh' dan 'segala doa' (Efesus 6:17-18), tidak boleh dilupakan. Hanya Roh Kudus-lah yang dapat menghidupkan kembali orang yang mati secara rohani. Tanpa Roh segala sesuatu yang kita kerjakan tidak akan berhasil.
Diringkas dari:
Judul buku | : | Metode Penginjilan |
Penulis | : | D.W. Ellis |
Penerbit | : | Yayasan Komunikasi Bina Kasih (YKBK), 1993 |
Halaman | : | 171 -- 175 |
Ada beberapa perkara yang dapat menghalangi doa. Hal ini diterangkan oleh Allah dengan sangat jelas di dalam firman- Nya.
1. Yakobus 4:3, "Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu."
Kehendak yang menurut diri sendiri dapat merampas kuasa doa. Banyak sekali orang yang berdoa menurut kehendak diri sendiri. Doa-doa ini boleh jadi doa untuk perkara-perkara yang sungguh-sungguh layak untuk diminta, yaitu perkara-perkara yang menurut kehendak Allah, tetapi alasan dari doa itu sama sekali salah. Karena itu, doa yang demikian tidak berkuasa. Maksud yang sebenarnya dari doa ialah supaya Allah dipermuliakan oleh jawaban atas doa itu. Jika kita minta sesuatu dengan tujuan supaya kita boleh menerimanya untuk kita gunakan bagi kesukaan kita sendiri atau kepuasan diri sendiri, kita telah "salah meminta" dan tidak perlu mengharapkan jawaban untuk permintaan kita tersebut. Hal ini menerangkan mengapa banyak doa tidak mendapat jawaban.
Sebagai contoh, banyak perempuan berdoa untuk suaminya supaya bertobat. Hal ini adalah hal yang patut sekali untuk diminta; tetapi alasan dari permintaan tersebut sama sekali tidak patut dan menurut kehendak diri sendiri. Ia mengharap suaminya bertobat sebab baginya hal itu jauh lebih menyenangkan, yaitu memiliki suami yang mengasihi dia; atau betapa susahnya untuk memikirkan bahwa seandainya suaminya meninggal, dia akan terhilang selama-lamanya. Untuk beberapa sebab yang serupa itu, yang mementingkan diri sendiri, ia berharap suaminya bertobat. Doanya semata-mata untuk kepentingan dirinya sendiri. Mengapa seorang perempuan berharap suaminya bertobat? Pertama-tama dan terutama, supaya Allah dipermuliakan; sebab ia tak dapat memikirkan betapa Allah Bapa akan dipermalukan karena suaminya tidak mengindahkan nama Anak Allah.
Banyak orang berdoa untuk kegerakan. Tentu saja hal itu adalah doa yang memperkenankan Allah; hal itu seturut dengan kehendak Allah; tetapi banyak doa untuk kegerakan-kegerakan hanya menurut keinginan diri sendiri. Gereja-gereja mengharap adanya kegerakan supaya anggotanya semakin bertambah-tambah, supaya gereja boleh memunyai kedudukan yang lebih berkuasa dan berpengaruh di dalam masyarakat, supaya perbendaharaan gereja dapat bertambah, supaya nanti ada laporan baik kepada pimpinan pusat atau yayasan atau perkumpulan. Bagi cita-cita yang rendah seperti ini, sering kali gereja-gereja dan pendeta-pendeta berdoa untuk kegerakan, dan sering kali juga Allah tidak menjawab doa-doa mereka itu. Mengapa kita berdoa untuk kegerakan? Untuk kemuliaan Allah, sebab kita tidak tahan Allah terus-menerus dipermalukan oleh keduniawian gereja, oleh dosa-dosa orang-orang tak beriman, oleh ketiadaan iman dan yang tinggi hati dari zaman ini. Firman Allah tidak dihargai; Allah tidak dipermuliakan oleh pencurahan Roh Kudus di dalam gereja Tuhan Yesus Kristus. Karena sebab-sebab yang paling terutama inilah, kita harus berdoa untuk kegerakan.
Banyak doa kepada Roh Kudus hanya menurut kehendak diri sendiri. Sesungguhnya kehendak Allah memberi Roh Kudus kepada mereka yang meminta -- Ia telah mengatakan hal itu dengan jelas di dalam firman-Nya (Lukas 11:13), tetapi banyak doa untuk Roh Kudus terhalang oleh alasan kepentingan diri sendiri, yang terdapat di belakang doa itu. Orang laki-laki dan perempuan berdoa untuk Roh Kudus agar mereka selalu berbahagia, atau supaya mereka diselamatkan dari kecelakaan atau kekalahan di dalam hidup mereka, atau supaya mereka boleh mendapat kuasa sebagai pengerja-pengerja Kristen, atau untuk sesuatu alasan lain yang sama sekali menurut diri sendiri. Mengapa kita berdoa bagi Roh Kudus? Supaya Allah tidak lagi dipermalukan oleh kehidupan Kristen kita yang rendah dan oleh pelayanan kita yang tidak berhasil; supaya Tuhan dipermuliakan oleh keindahan hidup baru yang Tuhan berikan dan tenaga baru di dalam pelayanan kita.
2. Yesaya 59:1-2, "Sesungguhnya, tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu."
Dosa menghalangi doa. Banyak orang berdoa dan berdoa dan sekali lagi berdoa, tetapi sama sekali tidak mendapat jawaban. Barangkali ia digoda untuk berpikir, bahwa bukan kehendak Allah untuk menjawab atau boleh jadi ia berpikir bahwa hari-harinya telah lalu untuk Allah menjawab permintaan doa. Demikianlah yang orang Israel pikirkan. Mereka berpikir bahwa tangan Allah telah menjadi pendek, sehingga tidak dapat menyelamatkan dan telinga-Nya telah menjadi berat untuk mendengar. "Tidak begitu," kata Yesaya, "telinga Allah terbuka seperti sediakala untuk mendengar, tangan-Nya tetap berkuasa untuk menolong; tetapi ada suatu halangan. Halangan itu ialah dosa-dosamu sendiri. Dosa-dosamu telah menceraikan dirimu dengan Tuhanmu, dan dosa-dosamu telah menutupi wajah-Nya dari padamu, sehingga Ia tidak mau mendengar."
Demikianlah keadaannya hari ini. Banyak sekali orang yang berteriak kepada Allah dengan sia-sia, tidak lain karena ada dosa di dalam hidup mereka. Boleh jadi dosa itu dosa di dalam hidup mereka yang telah lalu, yang belum diakui dan diadili, boleh jadi suatu dosa pada masa ini yang sedang dikasihinya, bahkan sama sekali tidak dipandang sebagai dosa; tetapi di mana ada dosa, tersembunyi di dalam hati atau hidup kita, Allah "tidak mau mendengar". Seorang yang mendapati doa-doanya tidak berhasil baiklah jangan menarik kesimpulan bahwa perkara yang dimintanya tidak disetujui oleh Allah, bukan kehendak-Nya, ya. tetapi baiklah ia berdoa menghadap Allah sendiri dengan doan Penulis Mazmur, "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" (Mazmur 139:23-24), dan tunggulah pada-Nya, sampai Ia menunjukkan segala sesuatu yang tidak disetujui-Nya. Kemudian dosa ini akan diakui dan ditinggalkan.
Saya ingat betul suatu waktu di dalam hidup saya ketika saya sedang berdoa untuk dua perkara yang pasti, yang rupanya harus saya terima, karena jika tidak maka Allah akan dipermalukan, tetapi jawabannya tidak datang. Saya bangun pada tengah malam dalam penderitaan jasmani dan kesedihan yang besar. Saya berseru kepada Allah untuk perkara-perkara ini, bersoal jawab dengan Dia tentang betapa perlunya dan segeranya Ia harus menjawab doa saya; tetapi tidak ada jawaban yang datang. Saya minta kepada Tuhan untuk menunjukkan kepada saya, kalau-kalau ada sesuatu yang salah di dalam hidup saya. Ada sesuatu yang timbul di dalam pikiran saya -- yang telah timbul beberapa kali sebelum itu -- sesuatu yang pasti, tetapi yang tidak mau saya akui sebagai dosa. Saya berkata kepada Tuhan, "Jika hal ini salah, saya akan berhenti berbuat itu." Tetapi jawaban belum datang juga. Di dalam hati, saya tahu hal itu salah walaupun saya tidak pernah mengakuinya sebagai dosa. Akhirnya saya berkata: "Ini salah. Saya telah berdosa. Saya mau berhenti berbuat itu." Saya mendapat damai, dan tak lama kemudian saya tidur seperti seorang anak kecil. Pagi-pagi hari saya bangun dengan sehat, dan uang yang sangat dibutuhkan untuk kemuliaan nama Tuhan datanglah.
Dosa itu suatu perkara yang sangat mengerikan, dan salah satu dari kengeriannya yang paling besar ialah karena ia menghalangi doa, dan bagaimana ia menceraikan perhubungan antara kita dengan sumber dari segala anugerah kuasa dan berkat. Seorang yang ingin berkuasa di dalam doa harus tidak mengenal kasihan dengan dosa-dosanya sendiri. "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar" (Mazmur 66:18). Selama kita terus berdosa atau memunyai perselisihan dengan Tuhan, kita tidak dapat mengharap dari Dia untuk memerhatikan doa-doa kita. Apabila ada sesuatu yang selalu timbul dalam masa-masa persekutuan Anda yang erat dengan Allah, buanglah hal itu, karena hal itu menghalangi doa Anda.
3. Yehezkiel 14:3, "Hai anak manusia, orang-orang ini menjunjung berhala-berhala mereka dalam hatinya dan menempatkan di hadapan mereka batu sandungan, yang menjatuhkan mereka ke dalam kesalahan. Apakah Aku mau mereka meminta petunjuk dari pada-KU?"
Berhala-berhala di dalam hati menyebabkan Allah tidak mau mendengar doa-doa kita. Apakah berhala itu? Berhala ialah sesuatu yang mengambil tempat Allah, yaitu sesuatu yang menjadi tujuan yang terutama dari kasih kita. Allah sendiri yang berhak mendapat tempat yang tertinggi di dalam hati kita. Segala sesuatu dan semua orang harus di bawah Dia. Banyak laki-laki menjadikan istrinya sebagai berhala. Bukan karena seorang laki-laki sangat mengasihi istrinya, tetapi karena ia menempatkan dia di tempat yang salah; ia menempatkan istrinya lebih terkemuka daripada Allah; dan jika seorang laki-laki memerhatikan kesukaan istrinya lebih dari kesukaan Allah; jika ia memberikan istrinya tempat pertama dan Allah tempat yang kedua, istrinya menjadi berhala dan Allah tak dapat mendengarkan doa-doanya.
Banyak perempuan menjadikan anak-anaknya berhala. Bukan karena mereka terlalu mengasihi anak-anak mereka, tapi lebih banyak daripada mengasihi Kristus. Kita dapat menempatkan mereka di tempat yang salah karena kita menempatkan mereka lebih terkemuka daripada Allah, dan kepentingan mereka lebih daripada kepentingan Allah. Jika kita berbuat demikian, anak-anak kita menjadi berhala kita. Banyak laki-laki menjadikan nama baiknya atau pekerjaannya menjadi berhala. Nama baik atau pekerjaan ditempatkan lebih terkemuka daripada Allah. Allah tak dapat mendengar doa orang semacam itu. Satu pertanyaan besar untuk kita putuskan supaya kita mendapat kuasa di dalam doa ialah: Apakah Tuhan Allah kita tempatkan di tempat yang terkemuka? Adakah Ia di atas istri, anak-anak, nama baik, pekerjaan atau kehidupan kita sendiri? Jika tidak, maka doa yang berkemenangan mustahil kita kerjakan. Allah sering kali mengundang perhatian kita kepada berhala di dalam hati kita, dengan jalan tidak menjawab doa-doa kita, dengan demikian memimpin kita untuk menyelidiki mengapa doa-doa kita tidak dijawab; demikianlah kita mengetahui berhala itu, kemudian kita buang supaya Tuhan mendengarkan doa-doa kita.
4. Amsal 21:13; "Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru."
Barangkali tak ada suatu halangan yang lebih besar bagi doa daripada kekikiran; kurang murah hati terhadap orang miskin dan terhadap pekerjaan Allah. Barang siapa memberi dengan murah hati, akan menerima dari Allah dengan murah hati pula. "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu" (Lukas 6:38). Orang yang dermawan adalah orang yang berkuasa di dalam doa. Orang yang kikir adalah orang yang lemah di dalam doa. Salah satu dari pernyataan yang paling mengherankan tentang doa yang berkemenangan ialah 1 Yohanes 3:22, "dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya daripada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada- Nya", yang langsung berhubungan dengan kemurahan hati terhadap orang yang berkekurangan. Berhubungan dengan hal itu dikatakan kepada kita, bahwa jika kita mengasihi, bukan dengan perkataan atau lidah, tetapi dengan perbuatan dan kebenaran, yaitu jika kita membuka hati kita terhadap saudara yang di dalam kekurangan, dan hanya dengan demikianlah kita memunyai keluasan hati terhadap Tuhan di dalam doa.
Laki-laki dan perempuan yang mencari rahasia dari kelemahan mereka di dalam doa, tidak perlu mencari jauh-jauh; mereka hanya harus berterus terang, bahwa kekikiranlah sebabnya. George Mueller adalah seorang yang doanya berkuasa, karena ia seorang dermawan yang besar. Apa yang diterimanya dari Allah, tidak pernah berhenti di dalam tangannya; ia dengan segera menyampaikannya kepada orang lain. Ia selalu menerima sebab ia selalu memberi. Bila seseorang memikirkan tentang gereja pada hari ini yang hanya memikirkan diri sendiri saja, dan gereja-gereja yang tak pernah berkorban untuk pekabaran Injil, tidaklah mengherankan jika bahwa gereja-gereja hanya memunyai sedikit tenaga di dalam doa. Jika kita mau menerima dari Allah, kita harus memberi kepada orang-orang lain. Barangkali perjanjian yang paling mengherankan di dalam Alkitab mengenai bagaimana Tuhan akan mencukupi keperluan-keperluan kita tertulis di dalam Filipi 4:19, "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus." Perjanjian yang diberikan kepada jemaat Filipi, dan dibuat langsung berhubungan dengan kemurahan hati mereka.
5. Markus 11:25, "Jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan- kesalahanmu."
Suatu roh yang tidak mengampuni adalah salah satu dari halangan-halangan yang biasa ada di dalam doa. Doa itu dijawab dengan alasan, bahwa dosa-dosa kita telah diampuni; tetapi Tuhan tak dapat bersekutu dengan kita atas dasar pengampunan apabila kita sedang mengerjakan kehendak jahat terhadap mereka yang berbuat salah kepada kita. Seseorang yang memelihara suatu kebencian di dalam hatinya terhadap saudaranya, telah menutup rapat telinga Allah terhadap permohonan-permohonannya sendiri. Betapa banyak orang yang berteriak kepada Allah supaya suaminya, anak-anaknya, dan teman- temannya bertobat, dan bertanya-tanya mengapa doa mereka tidak dijawab, sedang rahasianya ialah sedikit kebencian di dalam hati mereka terhadap seorang saudara yang telah menyakiti hati mereka, atau telah mereka kira menyakiti mereka itu. Banyak sekali ibu dan bapak membiarkan anak-anak mereka tidak diselamatkan hanya karena pemuasan hati yang celaka di dalam hal membenci seorang saudara.
6. Petrus 3:7; "Hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang."
Di sini diterangkan dengan jelas, bahwa suatu hubungan yang salah di antara suami dan istri adalah halangan bagi doa. Banyak sekali terjadi doa-doa suami terhalang karena kegagalan mereka dalam melaksanakan kewajiban mereka terhadap istri mereka. Begitu juga sebaliknya, istri gagal memenuhi kewajiban mereka terhadap suami mereka. Jika suami-suami dan istri-istri mau mencari hal yang membuat doa-doa mereka yang tidak mendapat jawaban dengan rajin, sering kali mereka mendapati sebab-sebabnya ada dalam hubungan mereka yang tidak benar.
Banyak laki-laki yang suka menuntut kealiman (kesalehan) dan sangat aktif (rajin) di dalam pekerjaan kekristenan, hanya menunjukkan sedikit perhatian di dalam hal memelihara istrinya, dan sering kali kurang baik hati atau kasar; kemudian ia bertanya-tanya mengapa doanya tidak mendapat jawaban. Ayat yang telah kita kutip di atas menerangkan rahasianya. Sebaliknya, banyak orang perempuan yang sangat rajin dan cinta kepada gereja dan sangat beriman di dalam segala pelayanan gereja, mempermalukan suaminya dengan kelalaian yang tidak mengenal maaf, bersungut-sungut dan menyesal terhadap dia, melukai dia dengan kata-kata yang tajam dan amarahnya yang tak dapat dikendalikan itu; kemudian ia bertanya- tanya mengapa ia tidak mendapat kuasa di dalam doanya. Ada perkara- perkara lain yang berhubungan dengan suami-istri yang tak dapat dibicarakan kepada umum, tetapi yang pasti, sering kali hal itu merupakan halangan di dalam kita menghampiri Allah di dalam doa. Ada banyak dosa yang terselubung di bawah kesucian perkawinan, yang dapat menyebabkan kematian rohani dan kelemahan di dalam doa. Seorang laki-laki atau perempuan yang doa-doanya seakan-akan tidak mendapat jawaban, baiklah menghadapkan seluruh kehidupan perkawinannya di hadapan Tuhan, dan minta kepada Dia supaya Ia menunjukkan segala sesuatu yang tidak memperkenankan Dia.
7. Yakobus 1:5-7, "Apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikannya kepadanya. Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang- ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan."
Doa-doa dapat dihalangi oleh "ketiadaan iman". Allah menuntut supaya kita percaya kepada firman-Nya. Bersoal jawab tentang hal ini menjadikan Dia pendusta. Banyak di antara kita meragukan perjanjian Allah tatkala kita memohon perjanjian itu. Karena itu, tidak heran kalau doa-doa kita tak mendapat jawaban. Banyak doa kita terhalang oleh kelemahan iman kita yang celaka itu! Kita menghadap Tuhan dan minta kepada-Nya sesuatu yang pasti dan telah dijanjikan di dalam firman-Nya, tapi kemudian kita mengharap agar tidak lebih dari seperdua dari pengharapan itu digenapkan-Nya. "Maka orang yang semacam itu janganlah menyangka bahwa ia akan beroleh suatu barang dari Tuhan."
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku | : | Bagaimana Kita Patut Berdoa |
Judul asli buku | : | How to Pray |
Judul asli artikel | : | Halangan-Halangan di dalam Doa |
Penulis | : | R.A. Torrey |
Penerjemah | : | R.G. Yohanes |
Penerbit | : | YAKIN, Surabaya |
Halaman | : | 61 -- 71 |
"Segala bangsa yang Kaujadikan akan datang sujud menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan, dan akan memuliakan nama-Mu." (Mazmur 86:9)
Pandangan Tuhan Semula
Sejak semula Tuhan mempunyai satu kehendak untuk dunia ini, yaitu wawasan ujung bumi. Ia mau mengisi seluruh dunia dengan mereka yang menyembah kepada-Nya. Dalam Kejadian 1:28, Tuhan memberikan satu perintah yang jelas, "Beranak-cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Perintah ini diulangi lagi kepada Nuh tatkala ia keluar dari bahtera sesudah air bah, "Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi" (Kejadian 9:1). Dan, ketika Tuhan memanggil Abraham Ia berkata, "Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat" (Kejadian 12:3). Dalam surat Galatia (3:9,14), Paulus menjelaskan bahwa dengan berkat tersebut suku-suku bangsa di dunia ini akan diselamatkan.
Tidak hanya dalam kitab Kejadian saja kita melihat Tuhan mempunyai satu penglihatan yang mencakup seluruh dunia. Dalam Mazmur 86:9 kita pun mendengar bahwa suku-suku bangsa di dunia ini diciptakan Tuhan untuk satu maksud saja, yaitu supaya mereka memuliakan dan menyembah Dia. Dengan kata lain, Tuhan tidak puas kalau hanya satu golongan saja memuliakan Dia. Ia ingin semua suku bangsa masuk dalam koor yang menyembah-Nya sehingga dalam Mazmur 2:8 Tuhan berkata, "Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu."
Nabi Yesaya memberitakan satu pesan Tuhan, "Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi" (Yesaya 49:6). Dalam khotbahnya di Antiokhia, di Pisidia (Kisah Para Rasul 13:47-49), Paulus mengutip ayat ini untuk menjelaskan kepada penduduk kota yang majemuk itu bahwa ia dipanggil Tuhan untuk memberitakan Injil kepada semua suku bangsa. Masyarakat di Antiokhia pun sangat senang mendengar berita ini. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai wawasan ujung bumi dan Injil meluas di seluruh daerah itu.
Nabi Zakharia menjelaskan kepada kita (9:9-10), "Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya, Ia lemah lembut ... ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa. Wilayah kekuasaannya akan terbentang dari laut sampai ke laut dan dari sungai Efrat sampai ke ujung-ujung bumi."
Pesan yang sudah Tuhan berikan dalam PL ini diulangi/ditegaskan kembali oleh Tuhan Yesus Kristus dalam Amanat Agung-Nya dalam Kisah Para Rasul 1:8, "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."
Manusia Merupakan Seorang Pelanggar Hukum yang Membutuhkan Pembenaran
Meskipun Tuhan sudah memberikan ketentuan-ketentuan yang jelas tentang apa yang benar dan yang tidak benar, seluruh manusia masih hidup menurut kemauannya sendiri. Dengan mulutnya mereka mengakui adanya Tuhan, tetapi dalam praktiknya, kehendak Tuhan tidak dihiraukan (Markus 7:6-8). Akhirnya, daftar dosa manusia sangatlah panjang. Karena semua manusia berada di bawah kuasa dosa, seperti tertulis, "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang yang mencari Allah. Semua telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak ... rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu ... dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah" (Roma 3:9-19).
Di mana ada dosa di sana pula hukuman harus dijatuhkan. Tuhan tidak bisa menerima manusia yang berada dalam keadaan berdosa. Karena manusia yang sudah berdosa itu sudah menjadi najis, ia tidak bisa bertahan di hadapan kesucian Tuhan. Atas kemauannya sendiri, manusia sudah melanggar perintah Tuhan. Hukuman kekal di nerakalah yang menanti.
Banyak orang menghibur diri dengan harapan yang palsu bahwa Tuhan dipenuhi rahmat dan kemurahan. Memang Tuhan adalah panjang sabar, tetapi kesabaran-Nya hanya ditujukan untuk mengantar orang kepada pertobatannya. Demikianlah tertulis dalam Roma 2:4, "Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?"
Kehidupan yang kekal tidak diperoleh sebagai warisan turun-temurun. Aliran sungai di suatu kota tentulah berasal dari daerah pegunungan. Dan air yang jernih tentunya hanya bisa ditemukan di tempat yang menjadi sumbernya. Demikian pula bila hendak mencari kehidupan yang kekal. Pekerjaan Roh Kudus akan menuntun kita kepada sumber kehidupan, yaitu Yesus (Yohanes 1:12-13). Sebagai benih keselamatan, firman Tuhan harus didengarkan oleh setiap manusia. "Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Tuhan yang hidup dan yang kekal" (1 Petrus 1:23).
Keadaan Dunia Sekarang Ini
Bila melihat dunia saat ini, setidaknya enam ribu suku bangsa belum mengenal nama-Nya, apalagi menyembah-Nya. Dari sekitar 6,5 milyar umat manusia, tidak sampai setengah milyar yang menyembah Yesus dalam Roh dan kebenaran. Padahal Ia merindukan ciptaan-Nya untuk memuji dan menyembah Dia.
Di Indonesia sendiri masih ada 127 suku bangsa yang belum mengenal Tuhan Yesus Kristus secara pribadi. Mereka ini sama sekali tidak memedulikan pencipta-Nya. Hal ini tentu saja membuat sedih Sang Pencipta. Ia menciptakan manusia dalam berbagai bahasa dan kebudayaan agar mereka dapat menyembah Dia dalam keberagaman tersebut. Namun, masih banyak suku bangsa yang belum mau mengakui Yesus sebagai Tuhannya (band. Wahyu 7:9-10).
Kita patut bersyukur kepada Tuhan karena hidup dalam satu masa di mana Injil paling luas diberitakan di seluruh dunia. Diperkirakan empat juta hamba Tuhan bekerja keras untuk memberitakan Injil. Biasanya pemberitaan ini dilakukan secara lisan, tetapi ada juga yang memakai lebih dari dua ribu stasiun radio sebagai penyalur berita Injil. Banyak pula hamba Tuhan yang memakai literatur sebagai siaran Injil. Setiap tahun, 70.000 judul buku Kristen diterbitkan dan diedarkan. Sekarang ini, Alkitab atau sebagian dari Alkitab sudah diterjemahkan ke dalam 2.355 bahasa, dengan rincian: seluruh Alkitab 414 bahasa, hanya PB saja 1.068 bahasa, hanya sebagian saja 873 bahasa. Sementara itu, upaya penerjemahan ke dalam 720 bahasa lainnya sedang dilakukan oleh Lembaga Alkitab Sedunia.
Dari segi pendistribusian, puluhan juta Alkitab dan PB diperkirakan telah disebarluaskan. Sedangkan ratusan juta eksemplar dari bagian-bagian Alkitab lain telah tersebar. Pemanfaatan film Yesus juga dianggap sangat efektif. Film ini telah diterjemahkan ke dalam 910 bahasa di 101 negara sehingga banyak orang yang bisa menikmati film ini dalam bahasa mereka sendiri. Film ini sendiri sering ditayangkan di TV, meskipun videonya dapat dimiliki oleh setiap orang.
Bagaimanapun juga, jumlah orang Kristen belum pernah setinggi pada masa sekarang, yaitu sejumlah lebih kurang 200 juta orang Injili. Dari sudut geografis, Injil telah menjangkau semua negara dengan satu jemaat dan setidaknya satu persekutuan, meski di beberapa negara dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Beberapa tahun yang lalu di salah satu negara di Afrika, sebanyak lima puluh orang Kristen dipenjarakan. Sebelumnya, negara tersebut hanya memiliki segelintir orang yang percaya kepada Kristus. Namun, karena sudah pernah dipenjarakan demi Kristus, mereka tidak harus bersembunyi lagi.
Sekarang di mana-mana ada Persekutuan Doa Penginjilan Sedunia yang menggumuli penginjilan, khususnya di negara-negara yang susah dimasuki Injil. Sebelumnya, negara Albania dan Mongolia termasuk negara yang sulit bagi Injil. Bila sebelumnya tidak terdapat jemaat Kristus, kini sejumlah orang di sana telah menjadi orang percaya. Tuhan merindukan orang-orang Kristen yang memiliki kerinduan yang sama dan mulai mengerjakan sesuatu demi perluasan kerajaan Allah.
Kalangan Lain Perlu Mendengar Injil
"Untuk kalangan sendiri." Catatan ini sering kita lihat di atas bacaan Kristen. Akan tetapi, Tuhan Yesus Kristus mengungkapkan, "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." Mereka yang sudah menjadi warga surga (Filipi 3:20) tidak lagi memerlukan berita keselamatan dari Yesus Kristus karena mereka sudah memilikinya. Akan tetapi, masih ada orang yang merupakan warga asing kerajaan Allah, alias tidak memiliki hak untuk tinggal di surga; mereka adalah kalangan lain. Justru merekalah sasaran yang dikehendaki Tuhan Yesus Kristus supaya diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1 Timotius 2:4).
Siapakah yang harus membawa Injil kepada mereka yang masih di luar kerajaan Tuhan? Paulus berkata, "Aku berhutang, baik kepada orang Yunani maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar maupun kepada orang tidak terpelajar. Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma" (Roma 1:14-15). Dalam dunia ini ada dua macam hutang, yang pertama karena seseorang meminjam uang. Yang kedua kalau sesuatu dititipkan kepada seseorang untuk diteruskan kepada orang lain, jadi selama ia belum meneruskan titipan ini, ia berhutang. Paulus berhutang karena Injil dititipkan kepadanya supaya diberikan kepada mereka yang belum pernah menerima berita tentang Dia, akan melihat Dia, dan mereka, yang tidak pernah mendengarnya, akan mengertinya (Roma 15:21). Kita yang percaya juga berhutang terhadap semua orang lain yang belum menerima Yesus sebagai Juru Selamat pribadi. Sebenarnya, kita tidak memiliki Injil karena Injil hanya dititipkan kepada kita supaya kita meneruskannya kepada kalangan yang lain.
Bagaimana Respons Kita?
Bagaimana kehendak Allah untuk dunia? Tuhan menghendaki agar semua suku bangsa, sampai ujung bumi, diselamatkan dan mereka memuliakan nama-Nya! Bagaimana dengan bagian kita? Semua suku bangsa sampai ujung bumi ini pasti akan dijangkau oleh Injil; firman Tuhan menceritakan hal ini. Akan tetapi, apakah Saudara/i ikut ambil bagian dalam usaha Ilahi yang agung ini? Apakah Saudara/i hanya akan duduk saja dengan enak di kursi dan menonton perbuatan Tuhan sampai suku bangsa terakhir tercapai dengan Injil? Tentu saja hal ini tidak mungkin menjadi rencana Allah untuk kita.
Para Rasul memberi respons yang lain, mereka menaati Amanat Agung yang diberikan kepada mereka. Yesus berkata, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu" (Matius 28:18-20). Dan, mereka pun memberitakan Injil ke segala penjuru (ujung bumi) dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya (Markus 16:20). Tentu saja Yesus bisa bekerja tanpa kita. Ia akan bertemu dengan orang percaya lain yang setia dalam tugas yang mulia ini, tetapi apakah kita dapat hidup kekal tanpa menjalankan Amanat Agung Tuhan lebih dahulu? (Perhatikanlah tantangan ini dalam renungan pribadi dengan membaca Yehezkiel 3:16- 21; 33:1-9.) Lebih baik kita berseru kepada Tuhan, supaya kita mendapat hak istimewa mengambil bagian dalam usaha yang mulia ini. Lebih baik pula bila kita memberi diri untuk menjadi bagian dalam rencana Tuhan Yesus Kristus.
Mari menjadi orang yang berbeban untuk suku-suku bangsa yang belum terjangkau oleh Injil dan memulai merencanakan satu usaha pekabaran Injil untuk memberitakan Injil Keselamatan surgawi kepada mereka.
Sumber:
Artikel ini ditulis oleh WJ, seorang pengamat setia e-JEMMi dan pelayan pada sebuah organisasi misi.
Apakah yang Anda perlukan bila Tuhan memanggil Anda menjadi hamba-Nya?
Alkitab mencontohkan banyak orang yang dipanggil Tuhan. Kita dapat melihat karakter mereka dan bagaimana Tuhan mempersiapkan mereka untuk bekerja bagi-Nya. Salah satu tokoh terkenal yang dipanggil Tuhan dalam Perjanjian Lama adalah Musa. Kisah pemanggilannya dapat kita lihat dalam Keluaran 3.
Musa lahir sebagai orang Ibrani yang diperbudak oleh orang Mesir. Dengan cara yang unik ia menjadi pangeran di istana Firaun. Upayanya membantu saudara sebangsanya memaksanya menjadi pelarian. Ia menetap di padang gurun dan menikahi gadis setempat. Selama empat puluh tahun ia menjalani hidup sederhana sebagai gembala yang menjaga ternak mertuanya.
Saat menggembalakan kawanan ternaknya, ia berjumpa dengan Tuhan, dan hidupnya pun berubah. Perhatikan: Musa tidak sedang berdoa dan tidak sedang mencari Allah, juga tidak sedang ziarah. Allahlah yang mencarinya. Perhatikan apa yang Allah katakan pada Musa dan apa yang Musa katakan kepada Allah.
APA YANG ALLAH KATAKAN KEPADA MUSA
Tuhan membuat semak duri yang terbakar tanpa membuat daunnya terbakar dan dahannya menghitam. Musa berpikir bahwa hal itu aneh dan ia mendekat untuk melihat lebih jelas. Kemudian Allah memanggilnya, "Musa, Musa."
Tuhan berbicara dengan kita. Ia mengenal kita secara pribadi dan memanggil kita dengan nama. Itulah cara Pencipta alam semesta berkomunikasi dengan kita. Ia ingin kita berkomunikasi secara pribadi dan khusus dengan-Nya. Ia ingin kita berbicara dengan-Nya dan Ia akan berbicara dengan kita.
Tuhan ingin menarik perhatian kita dan berbicara dengan kita. Tetapi seringkali kita terlalu sibuk atau terlalu dibingungkan oleh masalah kita sendiri. Kita berkata, "Tuhan, aku tidak bisa berbicara sekarang. Aku punya banyak sekali masalah." Kita mendapati betapa sulit untuk mendengarkan Allah. Kadang kita hanya mendengarkan Allah ketika kita sedang sakit. Jika harus menghabiskan waktu beberapa minggu di rumah sakit sehingga tidak punya hal lain untuk dikerjakan, barulah kita mau mendengarkan-Nya.
Lalu Tuhan pun membagikan hati-Nya (ayat 7), "Aku telah melihat, Aku telah mendengar."
Tuhan tahu apa yang telah terjadi dan Ia peduli.
Tuhan tahu apa yang telah terjadi pada umat-Nya.
Tuhan tahu apa yang sedang terjadi di dunia-Nya.
Tuhan melihat penderitaan yang sangat besar di dunia-Nya.
Ia melihat mereka yang berjalan dalam kegelapan, bagai domba tanpa gembala. Tuhan tahu, peduli, dan membagikan keprihatinan-Nya dengan Musa. Ia peduli pada mereka yang menderita di dunia-Nya dan Ia memanggil kita, sebagai anak-anak-Nya untuk menunjukkan belas kasihan-Nya.
"Aku mengutus engkau ...." (ayat 10). Aku mengutus engkau untuk memenuhi kebutuhan itu. Itulah hal yang tidak ingin didengar oleh Musa. Tuhan berkata kepada kita, "Lihatlah kebutuhan di sekelilingmu. Lihatlah berjuta-juta orang yang tidak mengenal-Ku. Lihatlah pada sekitar 1,2 milyar orang di Cina yang tidak mengenal Kristus. Lihatlah anak yatim piatu, gelandangan, orang miskin, mereka yang ada di penjara, orang sakit, orang yang kelaparan. Aku mengutusmu untuk mereka."
Yesaya melihat Tuhan di Bait Allah dan ia mendengar Tuhan berkata, "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Respon Yesaya adalah, "Ini aku, utuslah aku!"
Inilah yang telah Ia lakukan sejak permulaan Alkitab. Ia telah memanggil pria dan wanita untuk melayani-Nya - Abraham, Musa, Daud, Elia, Petrus, Paulus. Ia memanggil mereka untuk melakukan pengorbanan besar dan menghadapi risiko yang sangat besar. Saat ini Ia memanggil setiap kita yang mengenal-Nya untuk hidup menyenangkan- Nya. Itulah panggilan kita yang mendasar.
YANG MUSA KATAKAN KEPADA ALLAH
Musa berkata, "Aku orang yang keliru. Aku sungguh-sungguh tidak tepat. Aku tidak ingin melakukannya." Ia benar-benar merasa tidak cakap meski suatu waktu ia merasa benar-benar penting dan percaya diri. Tapi setelah empat puluh tahun di padang gurun, ia sadar bahwa ia bukan orang yang istimewa. Ia hanyalah seorang gembala dan ia jauh lebih rendah hati. Kita perlu kerendahan hati untuk melayani Tuhan. Paulus mengatakan bahwa kita tidak seharusnya memikirkan diri kita lebih tinggi daripada yang seharusnya kita pikirkan. Kerendahan hati menjadi kualitas dasar dalam pelayanan kepada Tuhan.
Musa berkata, "Siapakah aku ini sehingga aku harus pergi? Aku tidak cakap."
Banyak tokoh Alkitab yang berkata demikian. Kapan pun kita berkata bahwa kita lemah dan tidak cakap, Tuhan tidak pernah setuju. Ia berkata, "Aku tahu bahwa Anda tidak cakap. Engkau sedang melihat kepada dirimu sendiri dan kemampuanmu. Engkau perlu melihat kepada- Ku dan memercayai-Ku." Ia berkata, "Aku akan menyertaimu. Suatu hari nanti Aku akan membawamu kembali ke gunung ini."
Siapa namamu? Ketika menanyakan nama seseorang dalam bahasa Ibrani, sesungguhnya Anda sedang menanyakan karakter mereka. Sebenarnya yang ditanyakan Musa adalah, "Tuhan seperti apakah Engkau? Apa yang akan Kau lakukan bagi kami?" Ia sedang berkata kepada Allah, "Aku tidak tahu banyak tentang Engkau. Kita mungkin sering merasa seperti itu. Karena itu, kita perlu mengetahui Alkitab dengan baik dan akrab dengan doktrin utama iman Kristen.
Tuhan tidak langsung menjawab pertanyaan Musa. Ia memberi suatu janji bahwa Ia akan menyertai Musa. "Percayalah bahwa apa pun yang akan kau hadapi, apa pun masalah dan kesulitan yang kau hadapi, Aku akan ada di sana dan kau akan melihat-Ku bekerja." Jika Anda akan melayani Tuhan, Anda harus memiliki hubungan yang bertumbuh dan semakin dalam dengan Tuhan. Anda harus tahu tentang Alkitab tapi yang lebih penting lagi adalah sikap bahwa Anda bermaksud untuk terus berjalan semakin dekat dengan Tuhan.
Mereka tidak akan percaya. Itu bukan tak beralasan. Jika Musa keluar dari padang gurun dan mengklaim bahwa ia telah melihat visi dari Tuhan, sebagian besar orang tidak akan percaya. Orang tidak memercayai Yohanes Pembaptis atau Tuhan Yesus untuk alasan yang sama. Inilah masalah sesungguhnya saat ini. Kita tidak dapat meyakinkan orang dengan hikmat atau kepandaian kita sendiri. Kita hanya dapat percaya bahwa Tuhan akan mengubah mereka. Kita perlu bersandar pada kuasa Roh Kudus. Inilah yang Tuhan katakan kepada Musa, "Kau harus belajar menggunakan kekuatan-Ku dan tidak memercayai kekuatanmu." Jadi, Tuhan memberi Musa kemampuan untuk melakukan tiga mujizat untuk mendemonstrasikan kuasa-Nya.
Pertama dengan memasukkan tangan Musa ke jubahnya dan menjadi terkena penyakit lepra. Ini adalah gambaran kuasa-Nya untuk membersihkan.
Kedua, mengubah tongkat menjadi seekor ular. Ini adalah gambaran kuasa-Nya untuk mengatasi ketakutan kita.
Terakhir, mengubah air menjadi darah. Ini adalah gambaran kuasa Tuhan melawan kekuatan jahat - karena sungai Nil disembah sebagai tuhan oleh bangsa Mesir.
Ketiganya adalah peringatan bagi kita tentang perlunya bersandar pada kuasa Tuhan. Orang-orang sudah bosan dengan kata-kata. Mengapa mereka harus mendengarkan kata-kata Anda? Orang harus bisa melihat kehadiran Yesus di dalam hidup Anda. Jika Anda akan melayani Tuhan, ada kualitas penting, yaitu mendemonstrasikan kuasa Tuhan dan kehadiran Yesus di dalam hidup Anda.
"Tuhan," katanya. "Aku tidak memiliki karunia yang tepat. Aku tidak memiliki kualifikasi-kualifikasi yang tepat." Adalah penting untuk memiliki karunia-karunia dan kualifikasi-kualifikasi yang tepat. Dan Musa memiliki beberapa kualifikasi yang sangat bagus untuk pekerjaannya. Musa juga memiliki latar belakang yang tepat. Ia besar di istana dan tahu bagaimana segala sesuatu dijalankan di istana. Itu penting. Musa memiliki pendidikan yang bagus, pendidikan terbaik yang ada saat itu. Ia dididik dalam segala hikmat orang Mesir, menurut Kisah Para Rasul 7:22, termasuk pendidikan pemerintahan, hukum, strategi militer, dll. Memiliki kualifikasi yang baik masih menjadi hal yang penting. Bagi beberapa negara, tidak mungkin mendapatkan izin masuk tanpa memiliki kualifikasi yang baik.
Musa pun memiliki pengalaman praktis yang baik. Ia telah mengembara selama empat puluh tahun di padang gurun. Tahu setiap jalan, setiap oasis, dan setiap bahaya. Pengalaman ini penting karena ia akan memimpin orang Israel melalui padang pasir selama empat puluh tahun dan membantu mereka untuk bertahan hidup. Kita memerlukan pengalaman praktis. Jika Anda mau pergi ke Cina atau Vietnam untuk meneruskan profesi, Anda harus mendapat pengalaman tentang bidang tersebut di negara Anda. Baik juga untuk mendapatkan pengalaman praktis dalam pelayanan Kristen, pengalaman dalam mengajar dan memimpin pendalaman Alkitab, pemuridan, dll.
Anda perlu memiliki karunia yang tepat tapi Musa tidak berpikir bahwa ia memiliki karunia yang tepat. Ia berkata kepada Tuhan, "Jangan memintaku melakukan hal ini. Aku tidak bisa berbicara dengan benar." Beberapa orang mendapat kesan bahwa ia gagap. Perhatikanlah bahwa ia sedang berbicara dengan Pencipta yang menciptakannya. Ia juga tidak percaya bahwa Tuhan dapat mengubah keberadaannya. Tuhan dapat mengubah kita. Kita harus percaya hal itu. Tuhan dapat menolong kita mengembangkan karunia kita. Tuhan dapat memberi kita karunia-karunia yang kita tidak pernah tahu. Jika mau menjadi hamba Tuhan, kita harus tahu apa karunia-karunia kita. Anda harus mengembangkan karunia-karunia yang Anda miliki dan mulai menggunakannya. Anda harus percaya bahwa Tuhan dapat mengubah dan membantu melakukan banyak hal yang Anda pikir tidak bisa dilakukan.
Musa berkata, "Aku tidak mau pergi. Tolong kirim orang lain saja." Ia tidak mau pergi. Ia merasa takut. Musa merasa nyaman di tempat ia berada. Ia tidak mau meninggalkan rumah atau keluarganya. Meninggalkan rumah dan keluarga memang sulit. Tapi kadang, ada klaim yang lebih tinggi. Yesus mengatakan bahwa Anda harus mengasihi Dia lebih dari kasihmu pada ibu atau ayah atau saudara laki-laki atau perempuan. Meninggalkan rumah memang berbahaya. Musa pun menghadapi banyak bahaya. Yesus mengatakan bahwa mengikut Dia memang akan berbahaya. Tapi kita percaya bahwa hidup kita ada di tangan-Nya dan Ia akan menjaga kita.
Mengikut Yesus memang mahal. Jika kita berkata "ya" pada Tuhan, ada suatu harga yang harus dibayar. Jika kita berkata "tidak" pada Tuhan, ada suatu harga yang harus dibayar pula. Jika Musa berkata tidak dan tidak mengubah pikirannya, ia akan kehilangan semua berkat yang akan ia terima sebagai pemimpin umat Tuhan. Ia akan kehilangan hak istimewa untuk melihat kuasa Tuhan yang sedang bekerja di Mesir, mengalami keajaiban Paskah, menyeberangi Laut Merah, penyediaan makanan dan minuman di padang gurun, menikmati delapan puluh hari di hadapan Allah, dll. Jika kita ingin melayani Tuhan, ada kualitas yang harus kita perlihatkan. Kita harus realistis tentang harga. Kita harus bersedia berkorban. Kita harus mau meletakkan Yesus di atas keluarga, keselamatan, atau kenyamanan.
(Oleh: Christopher David Harley)
Bahan diringkas dan diedit dari:
Bahan Seminar Mahasiswa Indonesia Menuai (MIM), Yogyakarta, 22-25 Agustus 2005
TINJAUAN UMUM
Secara umum tinjauan IDOP 2006 tentang penganiayaan berfokus pada masalah-masalah keterbukaan dan kebebasan beragama yang sedang menjadi tren dunia. Namun, karena keterbatasan tempat, hanya kasus yang paling kritis dan strategis saja yang akan dibahas di sini. Secara garis besar, penganiayaan orang Kristen di berbagai negara rata-rata situasinya mirip dengan deskripsi berikut.
KETERBUKAAN DAN KEBEBASAN BERAGAMA
Kebebasan beragama telah membuat gereja-gereja bawah tanah muncul sebagai saluran berkat bagi komunitas mereka, termasuk bagi perluasan kerajaan Allah. Ideologi dan politik yang menentang kebebasan beragama adalah pekerjaan setan dalam melawan perluasan kerajaan Allah sekaligus penyebab utama penganiayaan terhadap gereja.
Dalam sistem politik dan agama yang diktator, penindasan - penolakan terhadap kebebasan - adalah poros kekuasaannya. Para diktator agama dan politik mengesampingkan hak-hak asasi manusia demi mempertahankan kerajaan mereka. Dengan sistematis mereka menolak kebebasan beragama untuk melindungi diri mereka dari berbagai pandangan kritis, juga agar tidak kehilangan pengikut.
Mereka yang menolak kebebasan akan berusaha menekan keterbukaan dalam rangka menghapus pilihan-pilihan. Tapi saat ini, derasnya informasi makin susah dibendung. Sekali ada kesempatan untuk keterbukaan, orang-orang akan dengan segera ingin menyuarakan pendapatnya dan memberi tanggapan berdasar informasi yang mereka terima dengan bebas.
Dunia sedang bergerak menuju keterbukaan. Globalisasi dan perkembangan teknologi tinggi, terutama teknologi informasi dan komunikasi seperti internet, radio, satelit, dan telepon genggam telah membuat transisi ke era serba terbuka ini tak bisa dihindari. Perlawanan terhadap tren ini menyebabkan jumlah penganiayaan meningkat.
Banyak orang maupun bangsa yang mulai melihat bahwa keterbukaan dan kebebasan amat penting bagi modernisasi, kerja sama ekonomi global, dan kemakmuran. Di beberapa negara terdapat masyarakat yang menginginkannya namun pemerintahnya menentang. Sementara itu, di negara lain, pemerintahnya mendukung tapi rakyatnya menentang hal itu.
Tren dunia yang serba terbuka mendapat reaksi keras dari pihak yang terancam. Tapi arus informasi yang makin deras lewat teknologi informasi dan komunikasi kian memicu keberanian dalam mengungkapkan pendapat yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada dekade mendatang.
Tahun-tahun ini adalah masa-masa penting bagi gereja untuk waspada dan berdoa bagi bangsa-bangsa dan gereja-gereja yang teraniaya. Mereka harus menyikapi peranannya sebagai saluran berkat bagi dunia dengan serius.
Di Bhutan, pemerintah yang telah tercerahkan akan berusaha dengan tekun untuk menciptakan kemajuan, kemakmuran, dan kebebasan bagi rakyatnya. Pemerintah dari negara yang mayoritas penduduknya beragama non-Kristen ini telah memperkenalkan konstitusi yang baru dan positif untuk negara yang dulunya tertutup ini. Bahkan, Raja Bhutan telah mengubah bentuk pemerintahan dari monarki absolut ke demokrasi konstitusi. Namun, tentu saja pengikut agama non-Kristen yang nasionalis akan menentang perubahan ini. Tidak ada transisi yang tanpa perlawanan.
Sementara itu, masyarakat Nepal yang mayoritas penduduknya beragama non-Kristen, yang juga merindukan kedamaian, keterbukaan, persamaan, dan kebebasan telah melengserkan raja yang diktator dan mengubah bentuk pemerintahan menjadi negara bebas. Kaum nasionalis Nepal dan India menyulut konflik dan berusaha membangkitkan partai politik non-Kristen. Rakyat Nepal dan pemerintahnya yang baru jelas tidak akan melalui jalan yang mulus untuk mencapai kedamaian, keadilan, kesamaan, keterbukaan, dan kebebasan beragama tanpa sebuah perjuangan.
Adapun pemerintah liberal Maroko, negara yang mayoritas penduduknya bukan orang percaya, sedang berusaha membawa bangsanya pada keterbukaan dan persamaan. Perlindungan terhadap agama dan hak asasi telah meningkat atau paling tidak kebebasan beragama telah tercipta. Namun, beberapa kelompok orang yang belum percaya memandang perubahan ini sebagai sesuatu yang berlawanan dengan kepercayaannya. Oleh karena itu, perubahan yang perlu terjadi di sana bukanlah perubahan tanpa suatu perjuangan.
Hal yang serupa terjadi di India yang mayoritas penduduknya beragama non-Kristen. Pemerintah federal India sekarang telah mendukung keterbukaan dan menjunjung tinggi kebebasan beragama sebagai sesuatu yang penting dan secara hukum merupakan hak asasi. Tapi kelompok nasionalis non-Kristen menentang hal ini. India yang dipimpin oleh kaum nasionalis non-Kristen menekan orang Kristen meski tanpa hukuman. Mereka berusaha memengaruhi situasi politik secara luas untuk meraih suara dalam pemilu 2009. Jika pemerintah nasionalis non-Kristen kembali memegang kekuasaan, India akan kembali menjadi negara non-Kristen. Keterbukaan dan kebebasan beragama pun akan terancam oleh kekuatan nasionalis non-Kristen. India sedang berada pada masa kritis.
Di negara-negara Barat, di mana kekristenan diperjuangkan sepanjang sejarah, kebebasan beragama dinodai oleh pertikaian antara kelompok pro-agama dan kontra-agama. Mereka yang ingin memanfaatkan atau menghapuskan kebebasan Barat menghadapi pertentangan dari masyarakat yang berkeinginan menghancurkan pendirian sistem masyarakat liberal. Dengan dihapusnya fondasi liberalisme Barat, akar kebebasan beragama tidak dapat menancap kuat. Hasutan-hasutan dari gerakan anti liberalisme akan menghancurkan para pendukungnya. Keterbukaan dan kebebasan beragama di Barat mengalami ancaman yang lebih dari yang dikira masyarakat Barat - bukan karena kekuatan lain akan mencuri hak itu, tapi karena bangsa Barat menyerah pada mereka.
Di negara Cina yang diperintah Partai Komunis Cina (PKC), jumlah elemen masyarakat yang terdidik semakin banyak dan semakin terbuka pada dunia luar. Mereka ini menuntut keterbukaan dan kebebasan yang lebih luas. Sementara itu, pihak pemerintah berusaha untuk menyeimbangkan sektor ekonomi, sosial, keagamaan, dan politik agar kekuasaan PKC tetap kuat dalam mengatur perekonomian. Kini PKC merasa terancam oleh berkembangnya tuntutan untuk pembaruan. Kaum Maois sekarang menjadi minoritas. Bahkan mantan tokoh aliran Maois penting juga menyerukan keterbukaan dan kebebasan demi kemakmuran ekonomi. PKC mengontrol kekuatan-kekuatan dan pergerakan sosial dengan menekan para intelektual dan keterbukaan serta kebebasan politik dan agama. Usaha untuk menentangnya sedang dilakukan dan tekanan dari kaum Komunis sedang terancam!
Sementara itu, makin banyak mahasiswa dan perempuan di Iran yang mempertaruhkan nyawanya untuk menyerukan pembaruan dalam kesetaraan, keterbukaan, dan kebebasan. Aksi protes yang berani mereka lakukan harus berbenturan dengan kekuatan Pasukan Revolusioner dan milisi- milisi bersenjata. Keputusasaan menyebabkan bunuh diri dan meningkatnya pembuatan roket udara. Kejayaan budaya Persia yang kaya dengan kreasi seni dan kemajuan intelektual telah ditekan oleh kekuatan aliran garis keras sejak revolusi tahun 1979. Perjuangan untuk keterbukaan dan kebebasan sangat diperlukan. Ini ibarat perjuangan Daud melawan Goliat, yang akan berhasil jika Tuhan ikut campur tangan dalamnya.
Di Korea Utara, lewat pemerintahan junta Stalinis, mereka yang mengusulkan keterbukaan dan kebebasan telah dihantam dan dicuci otak. Namun, setelah lebih dari separuh abad mengisolasi diri, ada celah yang muncul untuk melihat dunia luar. Kesulitan terbesar terletak pada manusia-manusia yang telah kebal akibat kebohongan dan propaganda selama lima puluh tahun. Namun, Tuhan menciptakan manusia untuk berhubungan dengan-Nya dan dengan kerinduan untuk kebenaran rohani. Usaha perlawanan untuk keterbukaan dan kebebasan sangat dibutuhkan.
Saat bangsa-bangsa di dunia terbuka, mau tidak mau, masalah utama di antara berbagai hasutan dan konflik adalah kebebasan beragama. Tiap orang harus mempunyai hak untuk memilih Kristus, menyembah dan mempelajari Alkitab, berdoa bersama orang percaya yang lain, dan melayani Tuhan melalui misi dan pelayanan sesuai dengan talenta dan panggilannya. Yesus memanggil, "Datang dan terimalah dengan cuma-cuma." Gereja berdiri di garis depan dalam pertempuran jasmani dan rohani untuk kebebasan ini!
Orang Kristen harus memiliki kebiasaan melihat dan membaca berita dengan pertanyaan di benak mereka, "Bagaimana hal ini memengaruhi gereja?", sambil berdoa dalam hati, "Tuhan bagaimana perasaan-Mu tentang semua ini?" Hal ini akan membantu kita dalam membaca perubahan zaman (Lukas 12:54-56) agar doa kita cerdas, penuh strategi, dan bernilai. Tidak ada yang lebih buruk daripada gereja yang tidak mau ikut dalam peperangan rohani hanya karena mereka tidak tahu di manakah garis depan itu! (t/dian&ary)
Sumber diterjemahkan dan disunting dari:
Judul asli | : | International Day of Prayer (IDOP) |
Penulis artikel | : | tidak dicantumkan |
Alamat situs | : | http://www.idop.org/overview.html |
Berikut ini adalah 50 "gejala" kebutuhan lawatan baru dari Roh Kudus!!
Kita Membutuhkan 'REVIVAL' (Kebangunan Rohani) ...
... ketika kita tidak mengasihi Dia seperti yang dulu kita lakukan.
... ketika kepentingan dan kesibukan duniawi lebih penting bagikita daripada kekekalan.
... ketika kita lebih suka melihat televisi, membaca buku dan majalah sekuler daripada membaca Alkitab dan berdoa.
... ketika kita lebih suka menghadiri aktivitas sosial atau jamuan makan malam di Gereja daripada menghadiri persekutuan doa.
... ketika konser lebih menarik daripada persekutuan doa.
... ketika kita hanya memiliki sedikit keinginan atau bahkan tidak memiliki keinginan sama sekali untuk berdoa.
... ketika kita lebih suka menerima uang daripada membagikan uang.
... ketika kita memilih orang yang tidak memenuhi standar Alkitab dan menempatkannya sebagai pemimpin di gereja kita.
... ketika kehidupan Kekristenan kita tidak memiliki sukacita dan semangat.
... ketika kita mengetahui kebenaran di dalam benak kita namun tidak menerapkan kebenaran itu dalam hidup kita.
... ketika kita hanya memiliki sedikit usaha untuk bersaksi bagijiwa yang tersesat.
... ketika kita punya waktu untuk olah raga, rekreasi dan hiburan, tetapi tidak ada waktu untuk mempelajari Alkitab dan berdoa.
... ketika hati kita tidak lagi tergetar saat mendengar Firman Allah.
... ketika khotbah tidak lagi menyadarkan akan dosa kita atau membuat kita bergumul karena tidak ada api dan urapan Roh Kudus yang membakar semangat rohani.
... ketika kita jarang memikirkan kekekalan.
... ketika umat Allah lebih memperhatikan pekerjaan dan karir daripada Kerajaan Kristus dan keselamatan orang yang terhilang.
... ketika umat Allah berkumpul bersama dengan sesama umat percaya.iman, namun pembicaraan utamanya adalah berita TV, cuaca, olah raga dan tidak membicarakan tentang kekekalan.
... ketika pelayanan gereja dapat diramalkan dan dianggap sebagai rutinitas biasa.
... ketika sesama saudara seiman saling berselisih dan tidak merasa perlu untuk mengadakan rekonsiliasi.
... ketika suami dan istri Kristen tidak lagi memiliki waktu untuk berdoa bersama.
... ketika pernikahan adalah simbol kasih tapi tidak lagi dipenuhi oleh kasih Kristus.
... ketika anak-anak kita bertumbuh dan mulai mengadopsi nilai-nilai dunia, filosofi sekuler, dan gaya hidup orang-orang yang tidak mengenal Tuhan.
... ketika kita lebih memperhatikan pendidikan dan kegiatan atletik/sosial anak-anak kita daripada memperhatikan kebutuhan jiwanya.
... ketika dosa di gereja disembunyikan/ditutup-tutupi.
... ketika dosa-dosa yang kita sadari tidak segera dibereskan dengan proses disiplin alkitabiah untuk memperbaiki kehidupan rohani.
... ketika kita mentolerir 'dosa kecil' seperti gosip, kritikan, dan kurangnya kasih.
... ketika kita mulai suka melihat sajian yang tidak kudus dalam TV dan film-film bioskop.
... ketika puji-pujian kita naikkan dengan setengah hati dan penyembahan kita berikan dengan tidak tulus.
... ketika doa kita merupakan kata-kata kosong yang dibuat sedemikian rupa untuk membuat orang lain terkesan.
... ketika doa-doa kita kurang bersungguh-sungguh.
... ketika hati kita beku dan mata kita kering.
... ketika kita tidak lagi melihat bukti dari kuasa supranatural Allah.
... ketika kita berhenti menangis, meratap dan bersedih atas dosa kita dan dosa orang lain.
... ketika kita menghadapi hidup dengan kekristenan yang masuk akal dan biasa-biasa saja.
... ketika kita bosan untuk menyembah Tuhan.
... ketika orang harus diberi hiburan agar tertarik ke gereja.
... ketika musik dan pakaian kita mulai mengikuti pola dunia.
... ketika kita mulai cocok dan beradaptasi dengan dunia daripada mengajak dunia untuk mengadaptasi standar kekudusan Allah.
... ketika kita tidak memiliki kerinduan untuk berkumpul dan bersekutu dengan sesama umat Allah.
... ketika orang harus diminta dan dimohon untuk memberi dan melayani di gereja.
... ketika pemberian kita diukur dan dikalkulasi, tapi pemborosan kebutuhan pribadi dianggap sudah sewajarnya.
... ketika kita tidak lagi melihat orang-orang yang terhilang dibawa pada Yesus.
... ketika kita tidak melatih iman dan percaya kita pada Allah sebab dianggap mustahil.
... ketika kita lebih memperhatikan apa yang dipikirkan orang tentang kita daripada apa yang Allah pikirkan tentang kita.
... ketika kita tidak tergerak oleh kenyataan bahwa 2,5 milyar orang di dunia ini belum pernah mendengar nama Yesus.
... ketika kita tidak tergerak untuk memikirkan tetangga, relasi bisnis dan sahabat yang terhilang dan tanpa Kristus.
... ketika dunia di sekitar kita tidak tahu atau tidak peduli akan keberadaan kita.
... ketika kita tidak tampil beda atau hanya membuat sedikit perbedaan dengan dunia sekuler di sekitar kita.
... ketika api semangat hilang dari dalam hati, perkawinan, dan gereja kita.
... ketika kita buta akan kebutuhan kita dan tidak pernah berpikir bahwa sebenarnya kita membutuhkan REVIVAL (kebangunan rohani).
Sumber: Nancy Leigh DeMoss; "When Do We Need Revival?, Fifty Evidences of the Need for a Fresh Visitation of the Spirit in Revival" [Untuk versi bahasa Inggris, minta ke saya
Mari kita bersama mengoreksi diri kita pribadi secara jujur. Apakah kita punya atau kehilangan semangat 'REVIVAL' dalam kehidupan kita? Marilah kita menyediakan diri untuk mau menerima kebangunan dari Roh Kudus! Dan marilah kita hidup dalam kemenangan dan sukacita melayani Tuhan dan jiwa-jiwa yang terhilang.
Sejak pertengahan bulan November, suasana Natal sudah mulai dihembuskan oleh pusat-pusat perbelanjaan di kota-kota besar. Pada saat itu, gereja sendiri mungkin baru membentuk panitia Natal. Seakan tidak mau kehilangan waktu, dunia bisnis, melalui dekorasi pohon cemara bersalju, rusa, dan kereta salju serta bingkisan hadiah memberikan dorongan psikologis kepada calon pembeli untuk segera berbelanja. Suasana serba putih yang diciptakan dari tahun ke tahun itu juga membentuk citra bahwa Kristus lahir pada musim dingin yang bersalju di kota kecil bernama Betlehem.
Pemandangan demikian jelas tidak sesuai dengan gambaran yang dilukiskan oleh Lukas mengenai peristiwa besar itu. Injil ini menulis, "Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam" (Lukas 2:8). Sejak zaman Alkitab sampai sekarang, gembala di Betlehem meninggalkan padang penggembalaan musim dingin dengan berlindung di gua-gua, yang disebut grotto, yang banyak terdapat di sekitar Betlehem. Karena malam yang dingin itu, dalam bulan Desember, apalagi tanggal 25 tidak akan ada gembala-gembala yang berada di padang bersama domba-domba. Biasanya mereka menggiring kawanan domba mereka ke padang setelah hari raya Paskah sampai hujan pertama atau salju tipis pada bulan Oktober. Ini berarti peristiwa kelahiran Yesus terjadi dalam selang waktu di antara Paskah pada awal April sampai awal Oktober. Usaha untuk mendapatkan tanggal dan bulan kelahiran-Nya yang tepat ternyata tidak membuahkan hasil yang memuaskan, sehingga tanggal 25 Desember tetap dipakai sebagai patokan. Alasan yang dikemukakan biasanya, "Tidak ada seorang pun tahu kapan Dia lahir. Karena sudah ada yang menetapkan lebih dulu 25 Desember, maka kita pakai saja, yang penting kita memberikan satu hari dalam satu tahun untuk merayakan kelahiran-Nya." Bagi orang yang memiliki sikap kritis dalam mencari kebenaran sejarah, jawaban ini tentu belum cukup memuaskan. Penyelidikan di lingkungan Kristen selama ini dilakukan dengan melupakan suatu prinsip penting dalam kehidupan Yesus bahwa Dia datang untuk menggenapi Taurat dan bukan meniadakannya (Matius 5:17). Hal ini berarti semua kejadian penting dalam kehidupan Kristus sudah dinubuatkan oleh Taurat Musa. Dalam hal ini, Hukum Taurat merupakan tolok ukur untuk menunjukkan siapa Mesias yang sesungguhnya akan datang.
Tujuh Hari Raya Tuhan
Hukum Taurat dalam Imamat 23 menetapkan 7 hari raya untuk diperingati dan dirayakan pada waktu tertentu setiap tahun. Hari-hari raya tersebut meliputi Paskah, Roti tidak Beragi, Buah Sulung, Pentakosta, Sangkakala, Pendamaian, dan Tabernakel. Orang Kristen secara keliru menyangka bahwa semuanya itu adalah hari-hari raya Israel. Firman Tuhan mengatakan, "Hari-hari raya Tuhan yang kamu maklumkan untuk dikuduskan, semuanya itu adalah hari-hari raya-Ku" (Imamat 23). Semuanya itu adalah hari-hari raya TUHAN. Setiap hari raya mengungkapkan satu segi kehidupan Yesus, yaitu firman Tuhan yang untuk sementara waktu datang ke planet bumi dalam wujud manusia. Bahwa 7 hari raya tersebut merupakan nubuatan tentang Mesias yang semuanya digenapi secara utuh oleh Yesus dapat dijelaskan sebagai berikut:
Paskah (Pesach): Yesus adalah domba Paskah kita. Inilah hari kematian-Nya.
Roti tidak Beragi (Hag HaMatzah): Yesus adalah Roti Hidup, Roti tidak Beragi yang turun dari surga. Ia tidak berdosa karena ragi menyatakan dosa.
Buah Sulung (Sfirat Haomer): Yesus adalah Buah Sulung kebangkitan dari kematian.
Pentakosta (Shavuof): Yesus adalah Pembaptis dengan Roh Kudus.
Sangkakala (Rosh HaShanah): Yesus adalah Mempelai Pria yang menjemput mempelai perempuan (gereja) dalam "Pengangkatan Gereja" (rapture).
Pendamaian (Yom Kippur): Yesus adalah Mesias orang Yahudi yang datang kedua kalinya.
Tabernakel (Sukot): Yesus akan memerintah sebagai Raja Damai dalam Kerajaan 1000 Tahun.
Dalam 7 hari raya tersebut, semua segi kehidupan Yesus yang penting sudah dan akan diungkapkan. Kematian dan kebangkitan-Nya telah dinubuatkan dalam Taurat. Pengangkatan gereja dan kedatangan-Nya yang kedua telah dinubuatkan dalam 7 Hari Raya itu. Namun, adakah petunjuk tentang hari kelahiran-Nya? Tentu saja, pada hari raya yang ke-7 yaitu hari raya Tabernakel. Hal ini membentuk suatu pola, kalau hari raya pertama menunjuk pada kematian-Nya, maka hari raya terakhir menunjuk pada kelahiran-Nya; kalau hari raya ke-6 menunjuk pada kedatangan-Nya yang kedua, maka pada hari raya ke-7 menunjuk pada kedatangan-Nya yang pertama.
Hari raya Tabernakel merupakan hari raya yang paling meriah di antara ke-7 hari raya dan disebut juga sebagai "Festival Cahaya". Saat itu, Bait Suci bagaikan bermandikan cahaya, di Serambi Wanita dipasang 4 kandil pada empat penjuru seakan-akan ingin menerangi bangsa-bangsa. Ini merupakan petunjuk bahwa Terang Dunia itu sedang datang menerangi bangsa-bangsa yang masih berada dalam kegelapan dosa. Hari raya Tabernakel juga merupakan suatu masa raya yang penuh sukacita. Dalam suasana itulah, malaikat datang kepada para gembala di padang bersama kawanan domba mereka dan berkata, "Jangan takut karena sesungguhnya aku memberitakan kesukaan besar bagi seluruh bangsa" (Lukas 2:10). Bagaimana perhitungan tanggalnya? Injil Lukas 1:5 mencatat bahwa Zakaria, suami Elisabet, kakak ipar Maria ibu Yesus, menjadi imam dari rombongan Abia. Menurut 1 Tawarikh 24:10 rombongan Abia mendapat urutan ke-8 dalam tugas di Bait Suci. Tiap rombongan bertugas rutin satu minggu, dua kali dalam setahun.
Jadwal tugas imam ditetapkan menurut kalender keagamaan yang dimulai dengan bulan Nisan, yaitu pertengahan Maret. Jadi, Zakaria bertugas pada pertengahan Mei. Namun, karena hari raya Shavuot (Pentakosta) jatuh pada akhir Mei dan semua imam diminta bertugas bersama, Zakaria harus menetap di Bait Suci untuk tambahan dua minggu. Akibatnya, dia baru pulang ke rumah untuk menemui isterinya pada awal minggu kedua bulan Juni.
Elisabet mulai hamil pertengahan Juni (Lukas 1:24). Pada saat Elisabet hamil 6 bulan, malaikat Gabriel datang kepada Maria, yaitu pertengahan Desember. Maria mulai mengandung saat itu (Lukas 1:36). Walaupun Yesus dikandung dari Roh Kudus (Lukas 1:35), Yesus dilahirkan pada akhir bulan September atau awal Oktober dan saat itulah orang Yahudi merayakan hari raya Tabernakel (Honorof, R.A., 1997, The Return of the Messiah).
Hari raya Tabernakel setiap tahun pada tanggal 15 bulan Tishri dan dirayakan selama satu minggu. Ini berarti menurut ketentuan Taurat tanggal kelahiran Yeshua HaMashiach (Yesus Kristus) jatuh pada tanggal 15 Tishri menurut kalender Yahudi. Menurut kalender internasional (Gregorian), pada tahun 1998, tanggal 15 Tishri jatuh pada 5 Oktober; sedangkan pada tahun 1999 jatuh pada 25 September. Pada tahun 2000 jatuh pada 14 Oktober, sedangkan pada tahun 2001 jatuh pada 2 Oktober 2001 lalu.
Kalau begitu, mengapa dunia merayakan kelahiran Yesus pada 25 Desember? Kelahiran Yesus tidak pernah dirayakan sampai tahun 336. Kelahiran-Nya mulai dirayakan setelah kaisar Roma yang bernama Konstantin (285-337) menyatakan diri menjadi pemeluk agama Nasrani. Sudah menjadi tradisi setiap 25 Desember penduduk kota Roma merayakan pesta besar yang disebut "Saturnalia Romawi" untuk menyambut kembalinya matahari ke belahan bumi utara setelah mencapai garis balik selatan. Ketika siang hari menjadi lebih panjang, dewa matahari dianggap telah lahir kembali dan mereka bergembira-ria sambil tukar-menukar hadiah.
Ketetapan untuk mengkonversikan 25 Desember menjadi hari raya Nasrani dengan menjadikannya sebagai hari kelahiran Yesus dilakukan oleh Paus Julius I pada pertengahan abad ke-4 di kota Roma (Worldwide Church of God, 1985 The Plain Truth About Christmas). Ketetapan tersebut tidak dapat diterima oleh gereja-gereja di Yerusalem yang menolaknya sampai abad 6 (Wagner, C. 1995 Bridges for Peace). Setelah itu, secara tidak resmi, umat Nasrani menerima 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus, walaupun banyak yang mengetahui bahwa itu bukan tanggal yang sesungguhnya.
Bagaimana Perhitungan Tahunnya?
Kelahiran Yesus jelas harus terjadi sebelum kematian Raja Herodes Agung yang ingin membunuhnya dengan memerintahkan pembunuhan semua bayi berumur di bawah 2 tahun di Betlehem (Matius 2:16). Flavius Josephus (37-100), sejarawan Yahudi abad pertama, mengatakan bahwa sesaat sebelum Herodes meninggal telah terjadi gerhana bulan yang menurut para pakar perbintangan terjadi pada 13 Maret tahun ke-4 sebelum Masehi (Antiquities of the Jews, XVII, vi, 167). Dengan mengacu pada taksiran Herodes bahwa bayi yang baru lahir itu tidak lebih dari 2 tahun usianya, maka taksiran intelektual tahun kelahiran Yesus sekitar tahun 4-5 sebelum Masehi.
Kekeliruan penetapan tahun 1 tarikh Masehi oleh imam Italia Dionysius Exiguus yang hidup di abad 6 mengakibatkan kelahiran Yesus tidak terjadi pada tahun 0 (nol) Masehi, Anno Domini (op cit, 1985). Ini berarti, 2000 tahun sebelum Yesus lahir adalah tahun 1996; sedangkan tahun 2000 kemarin yang dihebohkan dengan "kutu mileniumnya" tidak lain adalah tahun 2004 setelah Kristus lahir.
Diambil dari: | ||
Judul Artikel | : | Kapan Yesus Lahir? |
Penulis | : | Benyamin Obadyah (Gembala Sidang GBI Exousia Agape, Jakarta) |
Alamat Situs | : | http://www.bahana-magazine.com/des2001/artikel1.htm |
Dapatkah kita mengasihi musuh-musuh kita, apalagi mendoakan mereka? Kalau Saudara bertanya pada diri Saudara sendiri, "Dapatkah saya dengan kemampuan saya sendiri mengampuni bahkan mengasihi musuh saya?" Jawabannya tentu tidak atau tidak mungkin. Tidak percaya? Silakan mencobanya.
Saya mau menantang saudara-saudara dalam suatu game. Sebelumnya saya minta maaf, pertama karena saya lancang main tantang seenaknya saja, kedua, karena saya sendiri juga belum tentu bisa melakukan tantangan ini. Begini aturan mainnya: tanggal 14 Februari adalah Hari Valentine, bukan? Saya percaya banyak yang sudah membeli kartu atau hadiah untuk do'i, papi-mami, kakak adik, atau sahabat-sahabat lain. Itu adalah hal yang biasa. Bagaimana kalau kita menambahkan sesuatu yang lain?
Coba pikirkan, selama satu tahun terakhir ini, siapa saja orang yang Saudara benci, siapa yang tidak Saudara sukai, siapa yang selalu ingin Saudara hindari, pendeknya, siapa yang tidak Saudara anggap teman yang baik? Sekarang coba Saudara pikirkan, apa yang disukai orang itu, apa hobinya, lalu, berilah satu hadiah kecil yang disukai itu. Apakah terlalu berat dan sulit? Oke, oke.... Bagaimana kalau Saudara mengirimkan kartu Valentine mungil yang di dalamnya berisi kata-kata apresiasi tulisan Saudara kepada orang itu? Dan jangan lupa, doakan pula orang itu: kehidupannya, keluarganya, studi atau pekerjaannya, dan hubungannya dengan Tuhan. Yang gagal melakukan ini semua, akan dihukum. Bukan saya atau majelis atau pak pendeta yang menghukum. Saudara sendiri yang memberi hukuman karena saudara sendiri jurinya. Bagaimana? Saudara punya cukup keberanian untuk menerima tantangan ini?
Selama berabad-abad salah satu misteri kekristenan terbesar adalah sabda Tuhan Yesus dalam Matius 5:44, "Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." "Itu tidak praktis," pendapat beberapa orang. Yang lebih ekstrim lagi berkata, "Itu gila!" Confucius ditanya oleh seorang muridnya, "Apakah kita harus berbuat baik pada musuh kita?" Dia menjawab tegas bahwa kita harus membalas kebaikan dengan kebaikan dan kejahatan dengan keadilan.
Memang, mana mungkin kita bisa mengasihi musuh kita? Jika seseorang sudah menipu kita, sombong, tidak tahu aturan, egois, lebih-lebih mau mencelakakan kita; tukang sulap dari mana yang bisa membuat kita mengasihi dia? Apa Yesus tidak asal omong? Jawabnya jelas tidak. Tuhan tahu apa yang diucapkan-Nya. Dia mengerti sungguh-sungguh dan mau membantu kita melaksanakan perintah-Nya ini.
Kenapa kita perlu mengasihi musuh kita? Yang pertama, seperti yang tertulis dalam Matius 5:46-47, semua orang dapat membalas kebaikan dengan kebaikan. Kebaikan dibalas dengan kebaikan itu sudah lumrah. Bos mafia juga berbuat demikian. Pemungut cukai yang paling serakah juga berbuat demikian. Tidak ada yang aneh. Demikianlah sifat dunia. Yang bukan sifat dunia adalah bila kita bisa mengasihi musuh kita. Tuhan berkali-kali menekankan dalam Alkitab bahwa kita bukan berasal dari dunia ini. Kita ciptaan Tuhan Mahasuci yang bukan dari dunia ini -- bahkan dunia ini diciptakan oleh-Nya. Oleh sebab itu, janganlah menuruti arus dunia yang merupakan ciptaan. Turutilah kehendak Sang Pencipta.
Yang kedua, dalam Roma 5:8 ditekankan bahwa Kristus mati bagi kita ketika kita masih berdosa. Bukan setelah kita bertobat, Kristus mati buat kita, tetapi Tuhan sendiri telah memberi contoh dengan mati bagi musuh-musuh-Nya, yaitu kita, manusia berdosa. Kita musuh Tuhan? Ya! Ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, saat itulah kita telah menjadi musuh Tuhan. Saat itulah seluruh diri kita berontak tak mau mendekati Tuhan. Paulus menegaskan dalam Roma 8:7, "Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah; karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya."
Sepanjang sejarah Perjanjian Lama kita membaca pengkhianatan umat manusia yang tak terhitung banyaknya terhadap Tuhan, sampai sekarang! Tetapi Tuhan mau membalas kejahatan manusia itu dengan cinta kasih-Nya. Tidak mudah bagi seorang untuk bersedia mati bagi orang benar, kata Paulus, apalagi sangat amat sukar bagi seseorang untuk mati bagi musuhnya. Inilah perwujudan kasih Allah yang tak terbatas bagi manusia. Dapatkah kita sekarang mewujudkan kasih Allah itu terhadap sesama kita? Mengapa Paulus dalam suratnya kepada umat di Korintus berkata bahwa di antara iman, pengharapan, dan kasih, yang terbesar adalah kasih? Dengan iman kita menerima Yesus; dengan pengharapan kita menantikan Dia, tetapi dengan kasih kita dapat menyatakan bahwa Tuhan telah hidup dalam hati kita.
Pertanyaannya sekarang adalah: Dapatkah kita mengasihi musuh-musuh kita, apalagi mendoakan mereka? Kalau Saudara bertanya pada diri Saudara sendiri, "Dapatkah saya dengan kemampuan saya sendiri mengampuni bahkan mengasihi musuh saya?" Jawabannya tentu tidak atau tidak mungkin. Tidak percaya? Silakan mencobanya. Lalu, bagaimana? Kita memang tak bisa mengampuni dan mengasihi dengan usaha kita sendiri, tetapi dalam Roma 5:5 dikatakan bahwa "Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita."Kalau kita begitu terbatas hingga tak dapat mengasihi musuh kita, gunakanlah kasih Allah yang telah dicurahkan bagi kita itu. Dengan rendah hati kita datang ke hadirat Tuhan, minta Dia membantu kita. Tuhan pasti mendengar doa kita.
Ah, saya sudah berusaha, tapi tetap tidak bisa tuh? Yang biasanya terjadi adalah bukannya kita tidak bisa, tetapi kita tidak mau. Kita tidak mau mencurahkan kasih Tuhan. Kita mau menyimpan sendiri kasih Tuhan. Dengan kata lain kita seperti orang yang telah menerima pengampunan atas utang jutaan dollar pada bank tetapi kita memukuli orang yang berhutang sepuluh dollar pada kita.
Jadi pertanyaan terakhir yang harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan adalah: Maukah saya membiarkan Tuhan memakai saya sebagai alat cinta kasih-Nya? Maukah saya mengampuni bahkan mengasihi musuh saya? Tuhan Yesus, saya ingat kasih-Mu, saya mau coba mengasihi. Mampukanlah saya, Tuhan, dan hidupkanlah terus semangat kasih dari-Mu ini.
Sumber: | ||
Judul Buletin | : | Newsletter GKI Monrovia, Feb 1997, Tahun XVII No. 1 |
Alamat situs | : | http://www.gki.org/ |
Judul Artikel | : | "Kasihilah Musuhmu .... ???" |
Penulis artikel | : | Leonard Giarto |
Siapakah tokoh utama dalam Alkitab? Apa jawaban Saudara untuk pertanyaan ini? Mungkin Saudara akan menjawab Musa, Abraham, Daud, mungkin juga Paulus. Atau jika kita ditanya, untuk apakah Yesus mati di kayu salib? Dapat dipastikan kita akan menjawab untuk menebus dan menyelamatkan saya. Jawaban ini tidak salah. Tetapi jawaban ini adalah jawaban yang hanya dilihat dari satu sisi, yakni dari sudut pandang manusia. Bagaimana jika kita lihat dari sudut pandang Allah?
Jawaban untuk hal ini adalah: Yesus mati di kayu salib untuk kemuliaan Bapa. Dalam Yohanes 12:27-28b, dikatakan: "Sekarang jiwa- Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. Bapa muliakanlah nama-Mu!" Yesus mati untuk menunjukkan kasih- Nya kepada kita, tetapi di atas semuanya itu, tujuan utama-Nya adalah menunjukkan kasih-Nya kepada Bapa, membawa kemuliaan kepada Bapa-Nya.
Mari kita lihat suatu ilustrasi dari bulan dan matahari. Sinar bulan adalah seperti kasih Yesus kepada kita dan sinar matahari adalah kasih dan kemuliaan yang Yesus berikan kepada Bapa. Kita melihat bulan, padahal itu adalah pantulan dari sinar matahari. Kita hanya berpikir bagaimana Allah mengasihi kita tetapi jarang berpikir bagaimana kita mengasihi Bapa, bagaimana kita memuliakan Bapa?
Lewat pengorbanan dan kematian Yesus di kayu salib, Allah dipermuliakan. Allah bukan saja Allah yang baik, tetapi Dia juga Allah yang adil. Dengan karya Kristus di kayu salib, Allah mendapatkan pujian kekal dari malaikat-malaikat. Dia kudus, adil, dan Dia hidup untuk mewahyukan kemuliaan-Nya. Allah ingin memiliki semua kemuliaan bukan karena ego, tetapi Dia tahu, ciptaan-Nya akan hidup dan berfungsi dengan baik jika memiliki kemuliaan Allah.
Kemuliaan Allah adalah seperti kaca mozaik. Setiap keping kaca memancarkan kemuliaannya yang unik. Ciptaan-Nya, surga, bintang- bintang, alam semesta, semuanya memancarkan kemuliaan Sang Pencipta. Demikian juga bangsa-bangsa, semuanya memancarkan kemuliaan Allah.
Jika kita bisa mengumpulkan bangsa Irak dan Kuwait untuk berkumpul bersama dan dalam satu harmoni bersama-sama menyembah Allah, maka hal itu akan memancarkan kemuliaan Allah. Jika ada orang-orang dari Afrika, Asia, Australia, Eropa, Amerika berkumpul bersama untuk memuliakan Allah maka hal itu akan membawa kemuliaan kepada Allah yang lebih besar lagi. Makin banyak keanekaragaman yang bisa dikumpulkan maka makin banyak kemuliaan yang akan diberikan kepada Bapa.
Sebaliknya, jika kita melihat kemuliaan Allah tidak bersinar di Aceh, Timor Timur, kita harus berdoa, supaya Tuhan menggerakkan kemuliaan- Nya di sana. Seluruh bangsa akan sujud menyembah Allah, itulah kemuliaan terbesar. Itulah sebabnya Tuhan berkata, "Setiap suku, kaum, dan bahasa dari seluruh bangsa akan sujud menyembah- Ku..." Tuhan bisa saja berbicara: "Pergilah dan jangkaulah 75% dari seluruh bangsa atau 90% dari seluruh bangsa." Tidak! Tuhan tidak sedang berbicara tentang persentase tapi dia berbicara tentang sesuatu yang sangat spesifik, yaitu setiap suku, kaum dan bahasa yang berbeda. Mengapa harus sesuatu yang spesifik? Karena dengan cara itu dan hanya dengan cara itu saja, seluruh keanekaragaman itu bisa dikumpulkan bersama-sama dalam satu harmoni, dan akibatnya adalah menghasilkan kemuliaan yang TERBESAR bagi Allah.
Jadi, Motivasi yang paling tepat untuk mendorong setiap orang supaya terlibat dalam penginjilan dunia adalah untuk membawa kemuliaan Allah yang TERBESAR. Hal ini akan sangat menggairahkan kita, karena kita tidak akan lagi melihat misi itu sebagai suatu beban atau kewajiban tapi menjadikannya sebagai suatu hasrat dan kerinduan yang amat dalam supaya, membawa kemuliaan yang TERBESAR bagi Allah, supaya kemuliaan Allah dinyatakan di antara setiap suku bangsa.
Dalam Kejadian 1:28 dikatakan, "Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhi bumi dan taklukkanlah itu..." Dengan demikian perintah itu berarti "Hai Manusia! Menyebarlah ke seluruh bumi." Kira-kira apa yang akan terjadi jika terjadi penyebaran umat manusia ke seluruh penjuru bumi? Jawabannya adalah akan makin banyak timbul bahasa dan dialek yang berbeda sehingga akan terjadi suatu keanekaragaman. Kerinduan Allah adalah supaya keanekaragaman itu membawa kemuliaan terbesar kepada Allah.
Ayat ini menjadi satu hal yang harus mendasari setiap pekerjaan misi ".., kesukaan kami ialah menyebut nama-Mu dan mengingat Engkau" (Yesaya 26:8). Hanya Kemuliaan Allahlah yang menjadi satu-satunya kerinduan kita untuk melakukan pekerjaan misi. Kita hidup bagi kemuliaan Allah. Sekali lagi jika ditanyakan kepada Saudara: "Siapakah tokoh utama dalam Alkitab Saudara?" Allah! Ya, itulah jawabannya. Dan jika ditanya akan: "Apakah Saudara pernah hidup dengan berpusat pada diri sendiri?" Jika jawaban Saudara adalah ya, maka mulailah saat ini hidup hanya bagi kemuliaan Allah.
Catatan Redaksi: Bahan di atas diadaptasi dari presentasi Bob Sjogren saat seminar "Biblical Basis for Missions" di Persekutuan Jaringan Riset Nasional.
Bahan diedit dari sumber:
Judul Majalah | : | Abbavoice, Volume 3 |
Judul Artikel | : | Keanekaragaman yang Mendatangkan Kemuliaan |
Penulis | : | Bob Sjogren |
Penerbit | : | Abbalove Ministry |
Halaman | : | 27 - 28 |
Doktrin kelahiran Kristus dari anak dara menyatakan bahwa kelahiran Kristus adalah akibat dari suatu mukjizat yang terjadi pada Maria. Anak dara Maria mengandung seorang bayi dengan kuasa Roh Kudus, tanpa peran serta dari seorang bapak. Mukjizat kelahiran Kristus menjelaskan kepada kita mengenai natur yang dimiliki-Nya. Kelahiran-Nya dari seorang perempuan menunjukkan bahwa Dia adalah benar-benar manusia dan menjadi sama dengan kita. Kemanusiaan Kristus tidaklah sama dengan kita, sebab kita lahir dengan dosa-asal kita, sedangkan Kristus tidak demikian.
Kelahiran dari anak dara juga berkaitan dengan keilahian Kristus. Yang Ilahi mungkin datang ke dunia melalui kelahiran dari anak dara, dan mukjizat kelahiran-Nya menunjuk pada keilahian Kristus. Pengumuman dari malaikat Gabriel kepada Maria menggarisbawahi hal ini. Pada waktu dia memberitahu bahwa Maria akan melahirkan seorang anak laki-laki, Maria sangat terkejut: "Bagaimana mungkin hal itu terjadi, karena aku belum bersuami?" (Lukas 1:34).
Jawaban Gabriel merupakan hal yang penting untuk kita memahami kelahiran dari anak dara: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan dilahirkan itu akan disebut Kudus, Anak Allah." (Lukas 1:35). Tidak lama kemudian,, malaikat itu melanjutkan perkataannya: "Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." (Lukas 1:37).
Kelahiran Yesus tidaklah sama dengan pembuahan buatan yang merupakan penemuan teknologi modern pada zaman ini. Pembuahan buatan semacam ini hanya merupakan salah satu variasi dari pembuahan dan bukan merupakan suatu mukjizat. Pembuahan seorang bayi pada dasarnya merupakan suatu hal yang alamiah. Bagi seorang perempuan, menjadi mengandung tanpa berhubungan dengan seorang laki-laki bukan sekadar tidak biasa secara biologis, tetapi juga merupakan sesuatu hal yang melawan natur.
Anak dari Maria tidak dihasilkan oleh Maria sendiri. Ayah dari bayi itu adalah Roh Kudus. Pernyataan bahwa Roh Kudus datang atas Maria mengingatkan kita akan penjelasan dari pekerjaan Roh Kudus pada waktu permulaan penciptaan dunia ini. Hal itu menyatakan bahwa bayi itu merupakan ciptaan yang khusus, di mana Bapa-Nya adalah Allah sendiri. Mereka yang tidak percaya pada kelahiran anak dara biasanya tidak percaya bahwa Yesus adalah benar-benar Anak Allah. Jadi, kelahiran anak dara merupakan doktrin penentu yang membedakan orang Kristen ortodoksi dengan mereka yang tidak percaya pada kebangkitan dan Penebusan.
Ayat-Ayat Alkitab untuk Bahan Refleksi:
1. Yesaya 7:10-16
2. Matius 1:23
3. Roma 1:3-4
4. 1 Korintus 15:45-49
5. Galatia 4:4
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku | : | Seri Teologi Sistematika: Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen |
Judul asli buku | : | Essential Truths of The Christian Faith |
Penulis | : | R.C. Sproul |
Penerjemah | : | Dr. Rahmiati Tanudjaja |
Penerbit | : | Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang 1997 |
Halaman | : | 119 -- 120 |
Saya menemukan paling tidak ada dua belas kelebihan pergerakan gereja rumah dengan dasar sel bila dibanding dengan gereja tradisional kongregasional.
Multiplikasi dan Pemuridan
Gereja rumah adalah suatu acuan yang mengutamakan multiplikasi dan pemuridan dengan potensi pertumbuhan yang besar, karena "sel" sendiri merupakan bagian yang dapat memultiplikasikan dirinya sendiri. Pembinaan, multiplikasi, dan pemuridan adalah inti dari konsep ini. Sidang jemaat sama sekali bukanlah sebuah acuan atau model pemuridan, dan secara struktural cenderung mencegah terjadinya pembinaan dan pemuridan. Pemuridan tidak pernah hanya berarti satu-sama-satu: sesungguhnya pemuridan merupakan tugas komunitas. Selain karena Roh Kudus, pengaruh dari teman sebaya merupakan guru yang paling handal di muka bumi, dan hal ini tidak dapat dipungkiri oleh orangtua yang memiliki anak remaja. Gereja rumah juga menerapkan cara ini. Orang-orang yang telah ditebus saling bertanggung jawab satu sama lain, dengan cara yang sehat dan penuh kasih, saling menimba pelajaran tentang nilai-nilai kerajaan baru, menjadi teman dan keluarga bagi teman yang lain, dan saling menolong dalam kehidupan baru mereka. Tidak ada seorang pun yang dibiarkan bergumul sendirian dan menyembunyikan masalah-masalahnya, dan karena hal itulah, setiap orang cepat menjadi dewasa.
Struktur yang Tahan Aniaya
Melalui cara hidup mereka yang sederhana dan fleksibel, juga roh tahan aniaya yang mereka miliki, gereja-gereja rumah dapat berkembang sampai pada tahap menjadi struktur yang tahan terhadap aniaya, atau setidaknya melawan aniaya sebagai sebagai kebalikan dari jenis tradisional yang sangat mudah terlihat dan tidak bisa dipindah-pindahkan dari "gereja dengan salib di puncak menara".
Bebas dari Penghalang-penghalang Pertumbuhan Gereja
Begitu ada perhatian penuh untuk mencegah beralihnya gereja rumah dari suatu organisme menjadi organisasi, gereja rumah dapat bermultiplikasi secara mitosis, suatu proses reproduksi sel, dan pertumbuhan pergerakan benar-benar akan terbebas dari penghalang-penghalang pertumbuhan gereja.
Semakin Banyak yang Terlibat, semakin Efisien
Gereja kongregasional seringkali bertumpu pada suatu program. Sebagian besar program itu diatur oleh anggota jemaat. Hal ini telah terbukti bahwa hal tersebut tidak efisien dan sumber daya manusianya seringkali tidak cukup, biasanya hanya melibatkan 20 persen dari jumlah anggota jemaat ada, yang sudah kelelahan mengerjakan pekerjaan pelayanan bagi anggota lain yang lebih pasif, yaitu sekitar 80 persen jemaat yang tersisa. Dalam gereja rumah, hampir setiap orang dengan mudah dan secara alami akan terlibat, ranting yang mati dipangkas. Karena mereka yang terlibat merasa dipuaskan, jadilah mereka orang- orang yang bahagia, sehingga kualitas dan efisiensi gereja secara keseluruhan terus bertumbuh.
Menghancurkan Dilema Pelayanan Pastoral
Model gereja rumah akan menghancurkan dilema pelayanan pastoral, suatu masalah yang umum dan menggerogoti gereja kongregasional; seiring dengan pertambahan jumlah anggota, kualitas pelayanan pastoral biasanya menurun. Hal tersebut disebabkan karena gembala sidang tidak sanggup lagi memelihara domba-dombanya dengan baik.
Menyediakan Wadah untuk Transformasi dan Tanggung Jawab Kehidupan
Gereja rumah merupakan landasan ideal untuk mengubah nilai atau pandangan hidup, memindahkan kehidupan yang pada akhirnya akan mengubah gaya hidup. Analisis terhadap gereja-gereja di negara barat menunjukkan bahwa gereja kongregasional hampir pasti tidak efektif di dalam hal mengubah nilai-nilai dasar dan gaya hidup anggota jemaat. Banyak orang Kristen yang mengikuti gaya hidup orang-orang di sekitarnya, sehingga mereka tidak bisa lagi dibedakan dalam masyarakat dan kehilangan ketajaman profetisnya. Gereja rumah memberi tempat bagi transformasi nilai yang radikal, serta penataan ulang kehidupan. Selain itu, juga menawarkan kehidupan yang bertanggung jawab, yang sifatnya saling menguntungkan dan hidup, di mana terdapat pengaruh teman sebaya yang telah ditebus, yang memang ditolong untuk melakukan hal-hal yang baik, bukan yang buruk.
Rumah adalah Tempat Paling Efektif bagi Orang Kristen Baru
Banyak hal mengenai mentalitas yang berfokus pada diri sendiri dalam gereja kongregasional yang telah ditulis, di mana gereja dan programnya menjadi pusat, dan hal-hal lain senantiasa berputar di sekelilingnya. Struktur ini tidak menyukai orang-orang baru yang datang "memporakporandakan aturan dan situasi". Dengan kata lain, gereja kongregasional adalah zona yang kurang ramah bagi orang-orang Kristen baru, berdasarkan laporan tentang besarnya jumlah, hampir mencapai 99 persen mereka yang meninggalkan apa yang dinamakan "program follow-up kegiatan penginjilan". Sebaliknya, gereja sel atau gereja rumah adalah zona paling efektif, alami, dan ramah bagi orang-orang baru untuk datang dan membina hubungan dalam komunitas Kristen. Gereja rumah menyediakan orangtua (ayah dan ibu) rohani, bukan guru-guru dan kertas. Gereja rumah juga membalikkan arah pandang orang-orang Kristen, dan tidak membawa orang ke dalam gereja, melainkan membawa gereja kepada masyarakat.
Menjadi Jalan keluar bagi Krisis Kepemimpinan
Gereja rumah dipimpin oleh para penatua, dan bukan sekadar itu saja, lebih tua daripada sebagian besar orang di dalam komunitas, tanpa harus berlagak "dituakan". Para penatua itu tidak harus menjadi pembawa acara yang trampil dan guru yang pandai: ayah dan ibu rohani sejati dan rendah hati dengan anak-anak yang taat merupakan modal awal yang baik. Orang-orang seperti itu telah bertahun-tahun menjalani kehidupan yang mendewasakan dan teruji oleh waktu, bukannya seorang lulusan sekolah Alkitab yang mampu menjalankan beberapa fungsi rohani. Kepemimpinan seperti ini dapat dengan mudah ditemukan dan dikembangkan di mana saja tanpa harus menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk sekolah teologi. Dia bergantung pada masukan dan dukungan kerasulan serta profetik, yang pertama kali dan terus-menerus dia terima, pelayanan yang ada di dalam diri mereka dapat berkembang dan akan berpadu serasi serta bertumbuh secara eksponensial (bilangan berpangkat) bersamaan dengan pergerakan gereja rumah yang bermultiplikasi. Apa yang kita kenal sebagai Sekolah Minggu, Sekolah Alkitab, dan seminari kebanyakan bersifat statis, suatu sistem pengembangan kepemimpinan yang pada dasarnya bersifat tambahan, yang bila bertumbuh, paling-paling secara linier dan tidak secara eksponensial. Lembaga-lembaga di atas merupakan sistem yang bersifat informasional, bukan sistem yang transformasional, seperti yang dengan tepat ditunjukkan oleh Beckham. Oleh karena itu, mereka tidak dapat menandingi multiplikasi pergerakan gereja rumah dengan kebutuhan akan para penatua yang juga bertumbuh secara eksponensial.
Mengatasi Perbedaan antara Hamba Tuhan dan Orang Awam
"Di dalam Perjanjian Baru, kita tidak akan menemukan ayat-ayat petunjuk tentang seorang gembala sidang memimpin sebuah sidang jemaat," kata Barney Coombes. Gereja rumah sama sekali tidak memerlukan seorang gembala sidang seperti yang kita pahami selama ini, sebab para penatua berfungsi, bersama-sama dalam karunia- karunia gereja rumah yang saling menyokong, untuk memelihara dan memultiplikasikan kehidupan gereja. Kenyataan ini mematahkan kutuk perbedaan hamba Tuhan dengan kaum awam, yang justru ditekankan oleh gereja kongregasional.
Gereja Rumah lebih Alkitabiah
Kita tidak bisa mengabaikan pewahyuan alkitabiah lebih lama lagi sambil berharap bisa berlalu begitu saja. Tradisi memang merupakan guru yang tangguh, tetapi Firman Allah lebih dapat dipercaya dan jauh lebih baik. Bahkan, pada era pasca modernisme dan relativitas, Alkitab tetap mengajarkan hal-hal yang absolut, tidak terbantah. Alkitab sama sekali tidak mengajarkan bahwa sebuah kumpulan kudus yang berkumpul pada hari dan jam kudus di tempat yang kudus untuk berpartisipasi dalam sebuah upacara kudus yang dipimpin oleh orang- orang kudus berpakaian kudus demi gaji yang kudus adalah gambaran dari sebuah gereja Perjanjian Baru. Pekerjaan Allah yang dilakukan dengan cara Allah, sampai kini tetap mendatangkan berkat Allah. Bahkan di zaman Musa, Allah menyuruhnya membangun "seperti contoh yang telah Kutunjukkan". Kita tidak akan rugi jika kita bergumul dengan tradisi yang kita yakini demi mendapatkan kebenaran alkitabiah, sebab bukan tradisi yang akan membebaskan kita, melainkan Firman Allah.
Tidak bisa Disangkal, lebih Murah
Gereja kongregasional dapat didefinisikan sebagai "rencana ditambah gedung ditambah pendeta ditambah gaji ditambah program". Definisi dari gereja rumah adalah "orang ditambah rumah biasa ditambah iman ditambah membagikan kehidupan", yang jelas-jelas lebih murah. Jika gereja-gereja kongregasional membutuhkan dana yang luar biasa untuk berdiri, dan lebih banyak uang lagi untuk memelihara serta menyebarluaskannya, maka sel dan gereja rumah sebenarnya justru menghasilkan uang, karena mereka memproduksi lebih banyak daripada yang dikonsumsi. Pada zaman yang banyak memperdengarkan jeritan yang tidak pernah berhenti meminta lebih banyak uang bagi "pelayanan gereja", kita tidak boleh menganggap remeh pilihan-pilihan yang ada, tetapi kita seharusnya menjadi hamba yang setia dari talenta keuangan yang telah Allah berikan kepada kita.
Gereja Rumah Membangkitkan Gereja Kota
Saya menemukan bahwa gereja sekarang mengatur diri mereka dalam empat tingkatan:
Di rumah (dimana sebuah persekutuan yang hidup dapat berlangsung, terlepas dari nama yang kita berikan);
Gereja kongregasional (gereja denominasi yang berorientasi pada pertemuan ibadah atau kebaktian tradisional);
Denominasi (jaringan kerja, konferensi, atau organisasi dari gereja-gereja denominasi dalam suatu daerah).
Jika gereja tradisional, terutama berfokus pada tingkatan b dan d, maka gereja sel berfokus pada tingkatan a dan b. Di sisi lain, gereja rumah membuat kita terfokus pada tingkatan a dan c. Gereja dalam Perjanjian Baru dinamakan sesuai dengan lokasi geografisnya, bukan atas denominasi. Bersama gelombang pergerakan baru gereja rumah ini, terbuka pula sebuah jalan pulang menuju bentuk "gereja kota", yang artinya gereja dari sebuah kota semua orang Kristen dari kota atau wilayah itu, bertemu secara rutin atau pun tidak dalam pertemuan raya sekota. Dalam pertemuan tersebut, orang-orang Kristen yang paling berkarunia di kota itu dan para hamba Anak Domba yang rendah hati melupakan semua gelar dan aliran politik, lalu, dalam kedewasaan rohani yang baru, mempersembahkan nama, denominasi, reputasi, dan kesuksesan pribadi demi kemajuan Kerajaan dengan satu orang Raja, sang Anak Domba.
Bayangkanlah kegemparan yang terjadi saat orang banyak ini berkumpul, mereka datang dari seluruh penjuru kota, lalu pemimpinnya secara tetap memberikan visi-visi profetik, mengajarkan dasar-dasar kerasulan, berdiri dalam satu kesatuan, saling memberkati, dan berbicara kepada dunia dengan satu suara. Apa yang telah iblis upayakan dengan segala cara agar tidak terjadi akan kembali menjadi kenyataan: "jemaat Roma", "jemaat Efesus", "jemaat Korintus", "jemaat Yerusalem", Wina, Singapura, Baghdad, Kartoum, atau Montevideo akan terjalin kembali satu dengan yang lain, akan saling berkait, membentuk sebuah identitas rohani dan pergerakan bersama dalam satu Tuhan dan Tuan, dan juga berbicara dengan satu suara yang penuh kuasa kepada bangsa dan kotanya.
Apa yang terjadi pada tingkatan gereja rumah yang kecil akan tertumpah pada pertemuan yang lebih besar pada skala kota, dimana gereja akan "unggul dalam hal kecil yang kemudian unggul di dalam hal yang besar". Kegembiraan dan sukacita orang-orang Kristen pada tingkat rumah akan berkembang dan menggambarkan kegembiraan seluruh kota. Sehingga tidak seorang pun yang tidak menyadarinya, dan orang akan mengulangi pernyataan yang pertama kali diucapkan di Yerusalem: "Kamu telah memenuhi kota ini dengan pengajaranmu!" Jadi, ini bukan kegairahan yang digerakkan dari atas oleh para motivator dan pembicara impor lewat konferensi-konferensi tiruan yang diselenggarakan berdasarkan nama-nama besar dan tema-tema, sehingga bila Allah memutuskan untuk mengulang lagi contoh-contoh yang terjadi pada hari Pentakosta, yaitu ketika 120 orang Kristen di Loteng Yerusalem tiba-tiba diperhadapkan dengan tantangan untuk mengakomodasi 3.000 orang petobat baru dalam satu hari, mereka akan siap, sebab struktur multiplikasi gereja rumah yang fleksibel akan segera tersedia dan berjalan.
Pada banyak tempat di dunia, persekutuan-persekutuan pelayanan rohani (pastoral) dan jaringan doa, baik lokal maupun regional mulai bermunculan. Saya yakin, hal ini dapat menjadi awal bagi suatu proses regional, suatu perhimpunan besar yang dipimpin oleh Roh, yang terjadi secara intuitif dan perlahan dari orang-orang yang memiliki roh yang sama, yang pertama-tama menciptakan hubungan- hubungan yang sehat, lalu bergerak ke arah pembentukan identitas rohani bersama (kolektif), sebuah bejana persatuan, yang di dalamnya, pada suatu titik kairos tertentu dalam sejarah, dapat ditempatkan suatu tantangan yang lebih besar: sebagai suatu kesatuan untuk menerima tantangan untuk memuridkan kota atau wilayah kita -- bersama-sama!
Diedit dari sumber:
Judul buku | : | Gereja Rumah yang Mengubah Dunia |
Judul artikel | : | Kelebihan Gereja Rumah Dibandingkan dengan Gereja Tradisional |
Penulis | : | Wolfgang Simson |
Penerbit | : | Metanoia Publishing, 2003 |
Halaman | : | 38 -- 45 |
Di dalam pelayanan untuk Tuhan, kita sering menghadapi kendala-kendala. Kita perlu mengenal kendala itu dan bagaimana mengatasinya supaya kita boleh menjadi saksi Tuhan yang betul-betul terlibat dalam pekerjaan Tuhan.
Melihat konteks dari
Berbicara mengenai pencobaan, sebenarnya pencobaan sudah ada sejak ribuan tahun yang lampau. Inti dari pencobaan itu sendiri dari dulu sampai sekarang tetap sama. Yang berubah adalah jubah pencobaan dari Iblis, yang makin menarik dan makin menggoda -- ini memang merupakan kekuatannya. Iblis membungkus pencobaan dengan tipu muslihat yang berupa bujukan mempesonakan.
Satu perbedaan dari pencobaan pada jaman dulu dan sekarang adalah bahwa pencobaan pada masa sekarang lebih dimungkinkan untuk tersebar luas. Visual aids lewat alat-alat transportasi dan komunikasi, film, video, iklan, literatur, yang semuanya makin menggelitik dan membuat kita lemah dan jatuh. Perbedaan lainnya adalah masyarakat sekarang lebih permisif. Beberapa puluh tahun yang lalu belum pernah kita mendengar ada pembunuh yang mencincang istrinya sendiri atau keluarga Kristen yang bercerai. Tapi masa kini makin banyak peristiwa-peristiwa sedemikian yang terjadi, membuat godaan yang menurunkan standar iman, dan etika Kristen kita. Iblis sekarang datang mencoba dalam bentuk tekhnologi yang lebih canggih.
Dari
Tuhan Yesus dibawa oleh Roh Kudus dan waktu itu Yesus baru selesai berpuasa selama 40 hari 40 malam. Satu titik klimaks dekat dengan Allah, mengalami hadirat Allah dengan hati yang penuh dan meluap-luap. Pada saat itulah datang pencobaan. Inilah satu paradoks mengenai pencobaan. Pada titik klimaks yang tinggi dalam kerohanian, pada waktu itu juga dapat menjadi titik rapuh yang bisa dimanfaatkan oleh Iblis. Jika pada titik tinggi rohaninya seorang kurang waspada dan waktu itulah Iblis datang. Pada saat itu Iblis tidak senang dan mencari lubang-lubang tertentu. Beberapa kelemahan yang harus kita ketahui:
Kita semua telah mengalami kejatuhan dan menjadi budak Iblis. Karena dia bekas tuan kita, maka dia tahu kelemahan-kelemahan kita dan mengirimkan kegemaran kita dulu. Ia, yang tidak bodoh, menjerat kita dengan cara yang kita sukai.
Kita memiliki keistimewaan sifat fisik tertentu, seperti gemar makan. Berarti kelemahannya sekaligus adalah makanan. Ada orang yang meyakinkan dalam penampilan fisik, cenderung menjadi pesolek. Maka kelemahannya di bidang tersebut.
Ada orang yang mudah terganggu emosinya, ketika musim hujan maka perasaannya menjadi sendu, ketika musim panas, ia akan meledak-ledak. Atau orang yang cenderung sombong, nurani yang lemah, dorongan sexual yang tidak terkendali atau ketakutan-ketakutan tertentu dan temperamen yang kurang menguntungkan yang bisa dipakai Iblis untuk menjerat kita.
Orang yang kurang terlibat dalam kesempatan-kesempatan yang bisa mencurahkan berkat Tuhan dalam hidupnya seperti mengikuti persekutuan, menggali Alkitab, berdoa, atau ke gereja dapat membuatnya gampang jatuh dalam dosa.
Nuraninya terbiasa melakukan dosa, ketajaman nuraninya sudah menjadi tumpul. Akibatnya terbiasa dengan dosa dan tidak lagi merasa berdosa bila jatuh dan larut dalam pencobaan. Bila tidak ada sistem dalam diri untuk melawan dosa dengan tekun, kita akan gampang tersapu oleh pencobaan. Di samping itu perlu juga seorang anak Tuhan mempersekutukan diri bersama jemaat Tuhan dalam doa. Kesendiriannya akan menyebabkan kehancuran bila pencobaan menghantam hidupnya.
Kekuatan-kekuatan kita juga menjadi kelemahan kita. Daud, seorang yang mendapat kekuatan berlimpah dari Tuhan dan juga bermacam-macam bakat. Bila kita membaca Mazmur, lagu-lagunya menunjukkan bahwa Daud diberi getar seni yang sangat peka. Tapi kepekaannya akan keindahan membuatnya jatuh pada keindahan wanita.
Kita perlu mengenali kelemahan-kelemahan itu, karena jika tidak kenal bagaimana kita dapat menahan serangan Iblis itu. Supaya menang dalam pencobaan maka kita harus tahu siapa musuh dan senjatanya.
Perlu kita ingat bahwa Iblis itu ada, bukan takhyul atau mitos. Dia adalah makhluk yang sangat cerdas. Sanggup membungkus pencobaan-pencobaan dengan Firman Tuhan. Kita harus waspada dan perlu mempunyai teologi yang tepat mengenai Iblis. Ia ada sebagai makhluk ciptaan Tuhan, tetapi di bawah Allah. Setiap kali mencobai manusia, ia harus minta ijin kepada Allah. Hanya sejauh Allah mengijinkan dan memberikan batas, ia mempunyai ruang gerak yang bebas. Selebihnya ia tidak mempunyai kebebasan. Dia jahat dan juga penuh kuasa tetapi dikalahkan oleh Tuhan Yesus. Di kayu salib kuasanya dihancurkan. Tapi saat ini Iblis masih mempunyai waktu sisa yang digunakannya untuk menjerat sebanyak mungkin orang. Orang percaya yang tidak dapat lagi direbut keselamatannya masih dicobainya supaya orang tersebut tidak bisa menikmati secara penuh pengalaman sebagai anak- anak Allah.
Tiga pencobaan Iblis kepada Tuhan Yesus secara berturut-turut dapat disebut dengan tiga P: Pemeliharaan Allah, Proteksi Allah, dan Pimpinan Allah dalam hidup Tuhan Yesus. Banyak orang Kristen yang tidak bergerak dalam misi dan lumpuh total serta tidak dapat bersaksi bagi Kristus karena terikat dalam tiga pencobaan tadi. Mereka terlibat oleh harta, kekuatiran dalam dunia ini, sehingga tidak punya waktu lagi untuk misi, untuk berdoa, dan tidak berguna dipakai Tuhan. Banyak orang Kristen yang terlalu memikirkan mengenai sekuritinya, masa depannya akhirnya mengokohkan istana sendiri, kuasanya sendiri, dan bergantung pada lengannya sendiri. Kata Firman Tuhan, "Terkutuklah orang demikian karena ia tidak mengenal kuasa Allah." Tetapi Tuhan Yesus menolak dan menang atas pencobaan. Caranya dengan mengutip Firman Tuhan. Dari tindakan ini mengindikasikan beberapa hal:
Menunjukkan ketaatan Tuhan Yesus pada Firman Tuhan, penghargaan dan cinta-Nya dalam setiap masalah dan persimpangan jalan (
Menunjukkan bahwa dalam seluruh hidup Tuhan Yesus hanya memikirkan satu hal yaitu bagaimana dapat lebih taat kepada Allah dan hanya menggenapi misi Allah, dapat hidup lebih dalam pada kebenaran Allah.
Menunjukkan sistem mempelajari Firman Tuhan yang sangat trampil. Umur 12 tahun kita tahu Tuhan Yesus sudah menguasai hukum Taurat. Bukan hanya tahu tapi juga menghafal dan tahu benar Firman Allah harus ditaati dengan cara menaklukkan hidup-Nya kepada Tuhan dan mempraktekkan dengan konsekuensi. Ketika pencobaan datang, Firman itu keluar seperti pedang bermata dua yang menghantam balik setiap pencobaan.
Orang Kristen sekarang bersemangat dalam memuji Tuhan, bergelora mengikuti persekutuan tapi hanya sedikit yang dengan diam-diam mau tekun mempelajari Firman Tuhan.
Sikap Tuhan Yesus memberikan dampak pada pengakuan kita atas ketuhanan-Nya. Dia dalam ketuhanan-Nya menaklukkan diri pada Tuhan, maka setiap anak Tuhan harus meneladani-Nya.
Setelah Tuhan Yesus menang menghadapi pencobaan, Ia meninggalkan Nazaret untuk menyampaikan Firman Tuhan bahwa Terang telah terbit dari tengah kegelapan. Karena Ia telah teruji dan siap sebagai Mesias, Imam, Nabi, dan Raja.
Diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Momentum 6 |
Judul Artikel | : | Kendala dalam Pelayanan |
Penulis | : | Paul Hidayat, S.Th. |
Penerbit | : | Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta, 1989 |
Halaman | : | 2 -- 4 |
Kita tahu bahwa pendidikan misi disebut sukses jika dapat membawa hasil. Teologi yang bagus menghasilkan sosiologi yang bagus pula. Dasar Alkitab yang kuat bila diikuti dengan fakta-fakta yang tepat dan diskusi yang berbobot akan memunculkan buah yang seturut dengan Amanat Agung dalam segala segi kehidupan. Beberapa petunjuk berikut akan menolong gereja dalam mengembangkan kerjasama antara anggota gereja lokal dengan pelayanan misi.
Kerjasama misi harus melibatkan orang-per-orang.
Kerjasama dalam misi dimulai dari tanggapan pribadi seseorang terhadap panggilan Tuhan atas satu jiwa dan kesempatan untuk menjadi seorang rekan kerja Tuhan. Ada begitu banyak cara dan sumber yang tak ada habis-habisnya bagi seseorang yang mau bekerja untuk Tuhan dalam bidang misi. Beberapa diantaranya dijelaskan dalam bagian berikut ini.
Mengajarkan sebuah kerjasama yang berkomitmen.
Setiap orang Kristen kelak harus memberikan sebuah penjelasan kepada Tuhan tentang seberapa dalam mereka menyerahkan hidup mereka pada-Nya serta bagaimana mereka menanggapi perintah Tuhan untuk mengabarkan Injil ke seluruh dunia.
"Sebab kita semua harus menghadap tahta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat." (2Korintus 5:10)
Tiap orang berhutang nyawa pada Kristus; tiap orang diperintahkan untuk bersandar sepenuhnya kepada kehendak Tuhan dan menyediakan diri untuk melayani dalam misi agung yang direncanakan-Nya. Tidak ada yang dapat dilakukan selain dengan menjadi hamba-Nya, melayani sepenuhnya kepada apa yang diperintahkan Tuhan Yesus. Walau semua harus bersandar dan membuka diri untuk melakukan apa saja, kapan saja, dan dimana saja bagi Kristus, kebanyakan kita akan diberi tanggung jawab di rumah. Gembala adalah satu kelas khusus bagi pribadi yang dituntut Tuhan supaya hidup sebagai teladan bagi jemaatnya, agar mereka mengerti apa maksud dari penyerahan diri. Beberapa menolak untuk menyerahkan dirinya secara pribadi dalam misi karena takut Tuhan akan memerintahkan mereka menjadi bagian dari padanya, untuk meninggalkan gereja serta kampung halamannya untuk melakukan pelayanan yang mereka anggap kurang glamour. Beberapa gembala hanya akan mengizinkan penginjil berbicara pada jemaatnya ketika mereka sedang di luar kota. Sangat sedikit pengajar sekolah seminari yang menekankan pengajaran tentang misi secara serius. Namun, gembala yang menanggapi masalah ini secara menyeluruhlah yang akan mempunyai pengalaman kekuatan spiritual yang dinamis dan efektivitas yang luar biasa -- saat-saat dimana Tuhan bisa mencurahkan api-Nya.
Mengajarkan kerjasama melalui doa syafaat.
Tiap hari seseorang dapat memberitakan Injil di Brazil, Jepang, dan daerah lain di dunia. Hal itu dapat dilakukan dari kursi di ruang tamu mereka. Orang tersebut dapat melakukan perjalanan ke daerah- daerah melalui doa syafaatnya. Orang Kristen yang memahami dampak nyata dari percakapan dengan Bapa tidak akan menemui kesulitan dalam mengatur waktu untuk menemui-Nya dalam doa. Banyak orang yang memakai banyak alat pengingat untuk membantu mereka mendoakan orang lain. Ada yang menggunakan alat pengingat doa berbentuk gambar, kartu, surat misi, informasi berita misi, berita, dan nama orang- orang yang menjadi beban doa mereka, menyerahkan semuanya dalam tangan Tuhan melalui doa syafaat yang penuh kasih. Ada juga yang biasa membuat sebuah daftar pokok doa pribadi, membagi daftar itu dalam 5 hari atau lebih untuk menciptakan kebiasaan mendoakan orang lain. Para pendoa tersebut telah mengalami kemenangan dan berkat Tuhan sekarang ini, yang pada akhirnya juga akan menerima bagian dari keselamatan kekal.
Mengajarkan kerjasama melalui korespondensi misi.
Setiap orang Kristen yang dewasa sebaiknya mengadopsi seorang misionaris dan memberinya perhatian khusus secara istimewa, menjadikannya fokus doa, berkorespondensi, mengingat ulang tahunnya dan hari-hari yang dirayakannya, mengingatnya saat Natal, dan memberinya paket-paket "kasih" istimewa. Anak-anak dan pemuda juga hendaknya didorong untuk berkorespondensi dengan para misionaris. Suatu ikatan yang kuat akan terjalin diantara mereka, dan memungkinkan terjadinya pertemuan yang hangat antara misionaris yang diutus dengan mereka yang mengutusnya waktu sang misionaris pulang nanti.
Mengajarkan kerjasama melalui keuangan.
Sebagaimana doa syafaat, melalui partisipasi dalam dana bagi kegiatan misi, seseorang juga telah turut memberitakan Injil dan mendirikan gereja di seluruh dunia. Karena tidak semua orang percaya dapat pergi dan turun tangan langsung dalam penginjilan di lapangan, dengan memberikan bagian yang terbaik dari apa yang mereka dapat untuk mendukung orang lain, mereka juga dapat melayani lewat keuangan. Sistem pembukuan Tuhan juga memperhitungkan mereka yang harus tinggal di rumah untuk menanti hadiah kemenangan rohani bagi mereka (lih. 1Samuel 30:24). Sangat menarik untuk diamati jika mereka yang mulai dengan menerapkan doa syafaat sebagai gaya hidup biasanya akan menjadi pendukung setia bagi hal yang berhubungan dengan pelayanan misi, terlepas dari berkat istimewa yang akan didapatkannya.
Mengajarkan kerjasama melalui pengalaman.
Orang-orang yang mendapat kesempatan melakukan kunjungan ke luar negeri untuk menyaksikan sendiri ladang-ladang misi, biasanya akan segera mengalami perubahan cara pandang secara drastis karena pengalaman itu. Tidak ada yang dapat memberi dampak sebesar dan sedramatis ketika mereka melihat sendiri pekerjaan itu. Biaya transport biasanya tidak akan terlalu membebani orang muda atau pasangan muda. Perjalanan kerja, satu cara lain untuk mendapatkan pengalaman langsung dengan ladang misi, telah menetapkan sasaran dalam menyelesaikan tugas atas nama pelayanan. Perjalanan- perjalanan macam itu biasanya berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu. Ahli bangunan, guru, tenaga medis profesional, mekanik, tenaga-tenaga semi terlatih atau yang tak terlatih dapat menawarkan waktu mereka dalam perjalanan semacam itu untuk memberi bantuan di mana mereka dibutuhkan. Hasilnya akan dapat mempengaruhi diri mereka sendiri serta gereja mereka.
Dewasa ini, semakin banyak orang yang memberikan waktu satu atau dua tahun bagi pelayanan misi jangka pendek. Tanpa harus merasa dipanggil Tuhan untuk menjadi pelayan Tuhan seterusnya, mereka hanya ingin memberikan sebagian dari hidupnya bagi pekerjaan misi. Pilihan seperti ini hendaknya dapat ditekankan pada jemaat muda atau tua, lajang atau sudah menikah, mahasiswa atau pensiunan. Gereja-gereja hendaknya dapat menyemangati orang-orang Kristen untuk mempertimbangkan gagasan ini. Banyak dari mereka yang telah menjalani pelayanan jangka pendek ini, kemudian kembali lagi untuk berkarir dalam bidang sekuler, karena mereka menangkap visi mereka dalam pekerjaan itu. Sementara yang lain juga ada yang kemudian menjadi pekerja misi dan pemimpin dalam gereja yang berorientasi pada misi.
Ada banyak cara untuk belajar tentang misi selain dari program pendidikan di gereja lokal. Menyadari bahwa pengajaran dan khotbah yang baik tentang misi dapat membawa dampak yang mengejutkan, sedang akibatnya yang paling luar biasa adalah saat seseorang dapat "terlibat secara pribadi" dalam pelbagai kerjasama -- yang menunjukkan bahwa Tuhan turut bekerja dalam hidup anak-anak-Nya yang mengabarkan Injil ke seluruh dunia.
KERJASAMA MISI HENDAKNYA MELIBATKAN KELUARGA
Kesempatan misi yang sesuai diterapkan bagi seseorang juga dapat diterapkan pada keluarganya. Lagipula keluarga dapat mengerjakan sesuatu yang dirasa sulit untuk dilakukan satu orang, dengan cara gotong royong. Tidak ada yang dapat menyamai kekuatan pembentukan yang dimiliki rumah tangga Kristen pada generasi mendatang. Petunjuk berikut dapat membantu keluarga yang ingin lebih terlibat dalam misi.
Mengajarkan kerjasama keluarga dalam pemikiran tentang misi.
Seorang misionaris veteran pernah ditanya, di mana ia mendapatkan pelatihan yang mendasari pelayanan misinya yang begitu berbuah selama bertahun-tahun. "Kebanyakan latihan nyata misi saya," jawabnya, "saya dapatkan dari rumah." Walaupun ia juga mendapatkan pelatihan dari kampus dan seminari, minatnya yang mendalam berasal dari rumah yang dikelilingi oleh hal-hal yang berhubungan dengan misi, di mana plakat dan gambar-gambar mengenai misi digantung di dinding, surat-surat misi secara teratur dibacakan pada kebaktian keluarga dan misionaris diundang pada acara makan malam.
Keluarga yang bersatu dalam kepentingan pekerjaan Tuhan menemukan bahwa dampak yang terbesar muncul dalam keluarga itu sendiri. Hubungan kekeluargaan yang makin dekat tercipta karena adanya kesamaan tujuan. Setiap anggota memiliki potensi untuk memusatkan diri pada misi sepenuh waktu, yang berfokus pada Kristus. Anak-anak diajarkan nilai-nilai dari Tuhan daripada dari dunia. Misalnya, mengajarkan tentang bagaimana membuat bank misi, yaitu menyimpan uang mereka bagi kepentingan misi, hal itu juga merupakan proyek Sekolah Minggu yang bagus. Anak-anak dapat mulai belajar akan berkat dari investasi keuangan di surga.
Mengajarkan kerjasama keluarga mengenai adopsi misi.
Sebuah keluarga dapat "mengadopsi" seluruh keluarga seorang misionaris, secara kolektif bergabung dan memfokuskan diri pada doa dan kegiatan untuk melayani keluarga tersebut dalam nama Yesus. Baik pelayanan fokus doa dan surat-menyurat itu akan membawa semangat luar biasa bagi pekerjaan misionaris tersebut. Jika sebuah keluarga yang mempunyai anak mengadopsi sebuah keluarga misionaris yang juga mempunyai anak sebaya, ikatan tersebut dapat membawa kepada sebuah persahabatan jangka panjang dan memberikan anak-anak itu sebuah visi yang lebih besar dan kesediaan untuk melayani Tuhan.
Mengajarkan kerjasama keluarga dalam kunjungan misionaris.
Satu cara yang menakjubkan dalam memperkenalkan anak pada dunia misi adalah dengan mengundang misionaris dalam sebuah acara kunjungan. Baik dalam jamuan makan atau sebagai tuan rumah, tidak ada yang dapat menggantikan interaksi pribadi dengan seorang misionaris atau sebuah keluarga misionaris dalam menanamkan ketakjuban akan Tuhan dan tantangan sejak muda. Orang dewasa, pemuda, dan anak-anak semuanya mendapat manfaat dari pengalaman ini. Ini adalah berkat dua arah, dengan membantu misionaris kita membantu hamba Tuhan merasa dipulihkan, dicintai dan disegarkan sementara keluarga tuan rumah sendiri merasa dikuatkan. Karena tamu sesungguhnya adalah Kristus sendiri (Matius 10:41-42). (t/Ary)
Sumber diterjemahkan dari :
Judul Buku | : | Foundations of Ministry |
Judul Artikel Asli | : | Local Church Partnership in Mission Education |
Pengarang | : | Michael J. Anthony |
Penerbit | : | Bridgepoint Book, illinois (USA), 1992 |
Halaman | : | 350 - 353 |
Saat kita memikirkan bahwa masih ada 12.000 kelompok orang lagi untuk dicapai, tugas itu tampaknya bisa mengecilkan hati kita, sampai kita menyadari sumber daya yang telah dipercayakan Allah kepada kita. Contohnya, pada tahun 100 Masehi, ada sekitar 12 kelompok orang yang belum dijangkau Injil oleh setiap satu dari jemaat orang percaya yang ada. Setiap jemaat saat itu memiliki target 12 kebudayaan, bahkan mereka mulai memuridkan bangsa-bangsa! Itu adalah sesuatu yang tampaknya mematahkan semangat. Namun, pada tahun 1950, rasio itu telah berubah sampai sekitar 33 jemaat orang percaya di antara setiap sisa kelompok orang yang belum dijangkau di dunia! Dan sekarang ini jumlahnya, bahkan lebih membesarkan hati! Bagi setiap sisa kelompok orang yang belum dijangkau, ada sejumlah total 583 jemaat Kristen (rata-rata 80 anggota per gereja).
Apakah yang dapat terjadi jika 583 gereja bergabung bersama untuk bertanggung jawab terhadap satu kelompok orang yang belum dijangkau seperti suku Ewenki di Cina, orang-orang Bozo di Mali? Apakah yang tidak mungkin jika mereka memadukan potensi jemaat mereka untuk melakukan penanaman-gereja, apalagi jika mereka secara bersama mempersiapkan kekuatan doa pendukung serta mengumpulkan sumber daya untuk menyediakan dukungan keuangan di tanah air mereka?
Bagaimana jika hanya 100 gereja yang menyerahkan diri mereka untuk mencapai satu kelompok orang seperti orang Bozo? Bagaimana jika hanya sepuluh jemaat memutuskan untuk mencoba kesatuan fungsional yang cukup untuk berhubungan dengan satu lembaga misi dan mencapai orang itu? Atau tiga atau dua? Atau satu yaitu gereja Anda?
Adalah mustahil untuk menjangkau orang Bozo dan 11.999 kelompok lainnya yang belum dijangkau, tetapi mungkin untuk menempatkan tim penanaman-gereja yang perlu dalam beberapa tahun! Para ahli misi (misiolog) menyatakan bahwa kita bisa mengutus tim penanaman-gereja kepada setiap kelompok yang belum dijangkau dalam periode tujuh tahun. Untuk melakukan hal itu, gereja kita secara keseluruhan haruslah:
Meneliti dan menetapkan 100.000 misionaris baru.
Berdoalah lebih lama lagi, paling sedikit beberapa jam per hari bagi setiap misionaris baru.
Allah akan menyelesaikan tujuan-Nya. Gerbang neraka yang menyekat kelompok orang yang belum dijangkau di dunia, tidak akan bertahan menghadapi gerejaNya. Pada akhir zaman, Kristus akan dimuliakan dengan lagu: "Engkau telah disembelih dan dengan darahMu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa serta kaum dan bangsa" (Wahyu 5:9). Jadi, persoalannya hanyalah masalah waktu dan melalui/oleh siapa.
Kenyataannya, di Amerika Serikat saja kita memiliki sumber daya yang lebih dari cukup untuk menggenapkan tugas itu:
Dari 70 juta orang Injili di Amerika, 17,5 juta berusia 18-35 tahun. 100.000 misionaris baru yang diperlukan hanyalah setengah dari 1% jumlah orang percaya muda di AS.
Orang Injili Amerika memiliki pendapatan tahunan mencapai sekitar $ 850 miliar. Sekitar seperlima dari 1 persen dari pendapatan itu yakni hanya $ 1,5 miliar bisa mendukung 12.000 tim penanaman- gereja yang dibutuhkan.
Berdasarkan survei, waktu doa orang-orang Kristen Injili hanya memakan 2% dari waktu yang mereka habiskan setiap hari untuk menonton TV dan berbelanja.
Namun, pekerjaan besar ini bukanlah ditujukan hanya untuk orang Amerika saja. Dengan 430 juta orang percaya lainnya di seluruh dunia, jelas sekali sumber daya itu tersedia. Contohnya, diperkirakan bahwa pada tahun 2000 akan ada 83.500 misionaris asal Asia dalam pekerjaan ini. Dalam tahun 1980, gereja-gereja Korea berikrar untuk mengutus 10.000 misionaris baru sampai tahun 2000 Masehi; tetapi jika mereka melanjutkan tingkat rata-rata pertumbuhan mereka yang mencapai 725% per dekade, mereka akan melampaui sasaran itu pada tahun 1995!
Kita juga bisa menetapkan satu kegerakan gereja untuk setiap sisa kelompok orang yang belum dijangkau, kemudian membantu orang-orang percaya baru itu untuk menginjili kelompoknya sendiri. Hal itu bisa dikerjakan! Namun, akankah kita menjadi bagian darinya?
Sumber:
Judul Buku | : | Melayani sebagai Pengutus |
Judul Artikel | : | Di Manakah Posisi Anda dalam Rencana Agung? [Bab 8] |
Judul Artikel | : | Kita Memiliki Sumber Daya |
Penulis | : | Neal Pirolo |
Penerbit | : | OM Indonesia |
Hal | : | 169 - 171 |
Apakah Anda pernah menjumpai seorang yang tidak bersedia mendengar ketika Anda memberitakan Injil? Pernahkah Anda merasa frustrasi dengan seorang yang tidak mau mengerti atau sulit mengerti sekalipun penyampaian Anda sudah jelas? Atau, apakah Anda pernah bahkan sekarang ini sedang kesal karena melihat orang yang Anda layani belum juga mengambil keputusan untuk berubah? Jika ya, berarti Anda sedang berurusan dengan masalah komunikasi.
Komunikasi? Bukankah itu sesuatu yang tidak perlu dipersoalkan? Nah, justru di sinilah persoalannya, yakni ketika Anda merasa komunikasi tidak perlu dipersoalkan.
Komunikasi sering dipahami sebagai sesuatu yang biasa saja, sama seperti sistem peredaran darah dalam tubuh dan sistem pernafasan. Tetapi ketika yang "biasa" itu mengalami gangguan, barulah orang sadar bahwa ia sedang berhadapan dengan sesuatu yang menentukan, mati atau hidup, sesuatu yang vital.
Komunikasi merupakan bagian yang sangat vital dalam berhubungan dengan orang lain. Begitu banyak persoalan yang muncul di tengah kehidupan manusia gara-gara masalah komunikasi. Kesalahpahaman telah menimbulkan masalah-masalah sekunder seperti sakit hati, kecewa, marah, bahkan pembunuhan. Begitu juga dalam pelayanan gerejawi. Tidak jarang terjadi, hanya karena masalah komunikasi, gereja pecah, iman menjadi luntur, orang tidak mengerti, satu dengan lainnya menjadi tersinggung, dan sebagainya.
Tetapi berapa banyak di antara kita yang telah sadar dan mulai membenahi komunikasi dan sistem komunikasi agar pelayanan kita bisa efektif, dan lebih dari itu, memuliakan nama Tuhan? Memang keberhasilan suatu pelayanan pekerjaan ditentukan oleh Allah sendiri melalui kuasa Roh Kudus. Namun demikian, kita juga diberi tanggung jawab dalam pelayanan oleh-Nya. Rasul Paulus adalah orang yang sangat bergantung kepada kuasa Roh Kudus dalam pelayanannya, namun sebagai hamba Tuhan yang bersungguh-sungguh ia "berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani" tentang Injil (Kisah Para Rasul 18:4).
"Berusaha meyakinkan" Injil kepada orang lain merupakan usaha untuk mengomunikasikan firman Tuhan kepada orang lain. Allah sudah menyediakan Injil yang berkuasa mengubah hati orang. Kita tinggal mengomunikasikan Injil itu kepada orang lain. Kalau Injil itu sampai, hati orang akan berubah; bukan karena usaha kita, tetapi karena kuasa Firman itu.
PENGERTIAN
Kalau Si Andi dan Si Susi sedang bercakap-cakap, kita akan berkomentar bahwa mereka sedang berkomunikasi. Pengertian yang sederhana ini membuat kebanyakan orang beranggapan bahwa semua orang dapat berkomunikasi tanpa diajar dan tanpa belajar.
Sebenarnya, istilah komunikasi dalam bahasa Latin (comunicare) berarti "kesamaan". Berkomunikasi berarti kedua pihak ikut terlibat di dalam usaha mencari kesamaan. Dengan demikian, komunikasi itu lebih dari sekadar berkhotbah, berceramah, berbicara, dan sebagainya.
Kesamaan itu dapat berupa rasa kesamaan daerah atau suku, juga rasa sepenanggungan, seperasaan, sepikir, sehati, sejenis. Kesamaan tersebut akan membesar jika keduanya berusaha memahami latar belakang keluarga, budaya, dan pendidikan masing-masing. Semakin besar kesamaan di antara dua orang yang berkomunikasi, semakin memungkinkan keduanya untuk efektif dalam berkomunikasi. Dapat dikatakan bahwa kesamaan itu merupakan jembatan komunikasi.
Kekeliruan kita di dalam berkomunikasi ialah mengabaikan partisipasi pihak lain. Kita sering merasa tidak perlu untuk memahami orang lain; yang penting bahwa "kabar baik" ini harus didengar. Benar, bahwa firman Tuhan itu harus didengar, tetapi bagaimana mereka mendengar jika pengomunikasiannya sudah salah, yakni tidak memperhitungkan pihak lain!
Pengomunikasian Injil tanpa memperhitungkan pihak "pendengar` adalah suatu pemaksaan yang kadang-kadang berbentuk manipulasi. Yesus adalah komunikator yang agung. Ia memahami keadaan manusia (Yohanes 2:25). Ia, tahu setiap orang adalah berdosa dan membutuhkan Juruselamat (Lukas 5:30-32). Yesus berjalan bersama dengan orang- orang berdosa, berbicara dengan mereka, dan ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Ia mendatangi orang-orang itu di pinggir jalan, di ladang, di pesta pernikahan. Ia betul-betul mengenal audience-Nya.
AUDIENCE ORIENTED
Dr. Charles H. Craft, mahaguru di bidang Antropologi dan Komunikasi Antarbudaya dari Fuller Theological Seminary, Amerika Serikat, mengemukakan bahwa Alkitab kita tidak hanya berisi berita yang baik dan menyelamatkan, tetapi juga berisi metode penyampaian berita itu. Allah tidak hanya memikirkan apa yang harus disampaikan tetapi juga metode untuk menyampaikannya.
Kita sering terjebak ke dalam "message oriented". Kita mengutamakan berita itu dengan beranggapan bahwa firman Tuhan adalah seperti pedang yang bisa mengoyakkan hati orang ketika mendengarkannya. Memang keyakinan kita yang demikian tidaklah salah, namun kalau hanya memandang demikian, kita menjadi berat sebelah.
Kedatangan Yesus ke dalam dunia merupakan metode Allah untuk berkomunikasi dengan manusia. Allah mempunyai berita, pesan, firman yang harus disampaikan kepada manusia. Tetapi Ia juga tidak mengabaikan metode penyampaiannya. Cara Tuhan menyampaikan firman kepada manusia pun beraneka ragam. Kepada Adam dan Hawa, Allah menyampaikan perintah-Nya dengan suara yang jelas. Kepada Raja Daud, Allah menegur melalui Nabi Natan dengan sindiran yang tegas dan keras. Kepada orang banyak, Yesus banyak menyampaikan perumpamaan- perumpamaan. Dan itu baru sebagian dari cara Tuhan kita berkomunikasi.
Tetapi di balik semua metode yang kreatif itu, Yesus memulai dari pengenalan dan pemahaman mengenai manusia yang dihadapi-Nya. Berita yang disampaikan-Nya selalu berorientasi kepada kebutuhan audience- Nya. Perhatikanlah bagaimana Ia mendekati perempuan Samaria sebagaimana yang dikisahkan dalam kitab Injil Yohanes pasal 4. Yesus tidak mulai dengan "message" atau berita atau firman yang hidup itu. Memang Kabar Baik itulah yang menjadi kebutuhan utama wanita Samaria tersebut. Itu juga yang menjadi kebutuhan yang sebenarnya (real need) dari manusia. Tetapi dalam pendekatan-Nya, Yesus mulai dengan apa yang dirasakan (felt need) perempuan Samaria itu. "Berilah Aku minum" adalah kata-kata pembukaan Yesus ketika Ia mendekati perempuan Samaria itu pada waktu terik matahari di pinggir sumur Yakub. Kalimat itu tidak sekadar menyatakan bahwa Yesus membutuhkan air minum, tetapi kata-kata itu bisa juga berarti "Aku mau bersahabat denganmu". Ungkapan ini sungguh menggetarkan hati perempuan Samaria itu. Sebab baginya tidak mungkin seorang Yahudi mengungkapkan kata-kata seperti yang Yesus ucapkan kepada seorang Samaria.
Pendekatan Yesus kepada perempuan Samaria langsung menyentuh kebutuhannya. Rupanya wanita Samaria itu merasa tertolak oleh kaum Yahudi yang, sebagaimana kebanyakan kita, tidak senang dengan sikap penolakan oleh orang lain. Manusia membutuhkan penerimaan dan pengakuan orang lain. Ia akan merasa tidak aman kalau ditolak. Nah, Yesus mengetahui keadaan ini. Karena itu, Ia mulai dengan suatu sikap bersahabat, "Berilah Aku minum."
Komunikasi dikatakan sukses bila pihak lain (dalam hal ini pendengar atau audience, ada juga yang mengistilahkannya dengan komunikan), mengerti maksud kita sebagai pembawa pesan (komunikator) dan bertindak sesuai dengan keinginan kita terhadapnya. Namun untuk sampai kepada taraf itu, kita harus mulai memahami kebutuhan audience.
Bahan diambil dan diedit dari sumber:
Judul MAjalah | : | Sahabat Gembala, Juli 1992 |
Judul Artikel | : | Komunikasi yang Efektif Dalam Pelayanan |
Penulis | : | Yopie F.M Buyung |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung |
Halaman | : | 65 - 68 |
Yang membedakan gereja yang maju dengan gereja yang membosankan dan mandek ialah dalam hal kreativitas. Memang unsur ini bukanlah satu- satunya, namun sangat banyak memengaruhi maju-mundurnya suatu pelayanan.
Gereja yang mengabaikan kreativitas cepat atau lambat akan ditinggalkan jemaatnya. Situasi inilah yang kita saksikan sekarang ini, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Tiba-tiba saja sebuah gereja dijubeli oleh jemaat yang hadir, bahkan beberapa gereja tertentu harus menyelenggarakan empat sampai lima kali kebaktian pada satu hari Minggu. Sementara gereja yang lain dicap "membosankan", tidak punya Roh Kudus, dan "mati". Sikap jemaat yang demikian bisa menyebabkan pertikaian antarpemimpin gereja. Padahal, kebanyakan persoalan terletak pada kreativitas pelayanan.
Kalau dalam dunia perniagaan pembeli itu raja, demikian pula di gereja, dalam konteks tertentu jemaat itu raja. Ia tidak peduli dengan kesulitan seorang pendeta atau para majelis di dalam mengatur pelayanan. Pokoknya, ia dilayani dengan baik. Kalau tidak, seiring dengan kecenderungan untuk bersikap individualistis, terutama di kota-kota besar, seorang anggota gereja tidak segan-segan meninggalkan gerejanya dan berpindah ke gereja yang dirasakannya cocok.
Tentu saja kita boleh mengecam sikap oportunis itu. Tetapi, kita pun tidak dapat berbuat apa-apa dengan tren yang tengah melanda orang Kristen di berbagai kota besar itu. Kecaman terhadap gereja yang "mencuri domba" tidak akan pernah menyelesaikan persoalan ini. Saya pernah bertanya kepada seorang pengusaha muda mengapa ia berpindah gereja. Jawabannya, "Di gereja saya yang dahulu, rohani saya tidak bertumbuh. Nanti setelah di gereja yang baru inilah iman saya maju." Jawaban ini tentu subjektif sekali, tetapi jangan lupa ini adalah jawaban klasik.
Sebagai pelayan sekaligus gembala jemaat, kita tidak dapat mengabaikan begitu saja apa yang dirasakan/dibutuhkan oleh jemaat. Mereka umumnya membutuhkan pelayanan yang segar agar ia betah. Memang tidak semua orang keluar dari sebuah gereja karena alasan bosan, "mati", dan tidak membawa "berkat". Namun, sangat disayangkan kalau hanya karena masalah kreativitas lalu orang pergi meninggalkan gereja itu.
PENGERTIAN
Salah satu perbedaan antara manusia dengan binatang adalah dalam hal kreativitas. Seekor anjing dapat saja melakukan keterampilan mengendarai sepeda. Ia melakukannya karena ia dilatih bertahun-tahun sehingga terampil. Tetapi anjing tidak dapat mengembangkan keahliannya itu. Berbeda dengan manusia. Ia tidak hanya terampil, tetapi sanggup mengembangkan apa yang diperolehnya dari latihan, bahkan ia bisa menciptakan permainan yang lain. Ia mampu berkreasi. Inilah beberapa ciri pokok manusia kreatif.
Berpikir dari segala arah.
Seorang yang kreatif mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi. Ia akan mengumpulkan berbagai fakta untuk memecahkan persoalan itu. Bagi seorang yang kreatif sebuah pensil tidak hanya untuk menulis, tetapi juga untuk menggaruk, mengorek kuping, mengukur, mengganggu teman, menggaris, bahkan bisa dipakai sebagai alat untuk makan. Jadi, satu bahan bisa digunakan untuk banyak fungsi.
Fleksibel tanpa menyalahi aturan.
Dr. Campbell memberikan contoh, seorang pegawai kantor sebuah yayasan pendidikan swasta di suatu pelosok ditugaskan majikannya mengurus perkara di sebuah ibu kota provinsi. Dalam rangka penyelesaian perkara itu ternyata dia harus membuat surat baru dan harus diberi cap yayasan. Padahal ia tidak membawa cap yang dibutuhkan. Untuk kembali ke kantor jauh, memakan waktu dan biaya. Maka, daripada kembali ke kantor, dia memesan cap yayasan yang baru di ibu kota dan sesampai di kantor kembali, ia memberitahu instansi pemerintah dan relasi bahwa cap resmi yayasan diganti.
Orisinalitas.
Orang kreatif mampu menelurkan ide, gagasan, dan cara kerja yang tidak lazim, yang tidak terpikirkan sebelumnya. Barangkali bagi kebanyakan orang, untuk mengambil bola pingpong yang jatuh ke dalam lubang harus menggunakan tongkat. Tetapi seorang yang kreatif akan dapat memakai air. Lubang itu diisi air sampai penuh dan bola pingpong itu akan timbul dengan sendirinya.
Senang dengan hal-hal yang rumit.
Orang kreatif umumnya senang dengan hal-hal yang menantang ketimbang kesederhanaan dan jalan pintas. Di dalam situasi inilah muncul gagasan-gagasan "aneh".
Tidak puas dengan yang monoton.
Ia merasa gelisah dengan pekerjaan yang itu-itu saja. Orang kreatif tidak senang pada hal-hal yang bersifat rutinitas tanpa menghasilkan yang lebih baik. Ia selalu berada pada pekerjaan yang menghasilkan sesuatu yang baru misalnya, menulis, studi, penelitian, kesenian, dan sebagainya. Dan ia tidak senang pada pekerjaan-pekerjaan yang menyangkut keterampilan rutin.
KREATIVITAS DALAM PELAYANAN
Mendirikan gereja baru tidak selamanya merupakan perbuatan yang kreatif. Bisa saja hal itu dilandasi oleh motivasi pemberontakan. Begitu juga dengan acara yang aneh-aneh. Misalnya, seorang pemuda hadir di sebuah persekutuan yang setiap kali pertemuan dihadiri sekitar lima ratus orang. Bagi dia jumlah ini sangat banyak dibandingkan dengan persekutuan pemudanya yang hanya dihadiri sepuluh orang.
Kemudian ia mengusulkan agar pengurus persekutuan pemudanya membeli alat musik listrik (band) sebab ia lihat di persekutuan besar itu memakai alat musik tersebut. Ide ini tentu saja bukan ide yang kreatif. Ini adalah peniruan. Karena di sana begitu, di sini juga begitu. Tidak harus sama.
Kecenderungan pelayanan gerejawi kita bukanlah bersifat kreatif tetapi peniruan. Di Korea, pengkhotbah seperti Paul Yonggi Cho selalu mendapat aplaus begitu ia naik ke mimbar atau menyampaikan pernyataan-pernyataan yang mengesankan dalam khotbahnya. Kebiasaan ini ditiru oleh beberapa gereja di Indonesia. Ini bukanlah kreativitas.
Roh Kudus adalah Roh yang kreatif. Sejak semula, ketika dunia ini diciptakan, Ia menyatakan diri sebagai Allah yang kreatif. Tidak ada yang membosankan bagi Allah kita, "selalu baru tiap pagi". Karena itu, pelayanan yang tiruan tidak sesuai dengan semangat Roh Kudus.
Tetapi jangan salah mengerti. Yang saya maksudkan adalah peniruan terhadap metode pelayanan dan bukan pada ajaran atau keteladanan. Meneladani Yesus dalam pelayanan-Nya, itu merupakan patokan atau "frame of reference". Dalam hal prinsip kita tidak mengubahnya, tetapi dalam hal metode harus. Penginjilan, misalnya. Semua orang percaya harus memberitakan Injil kepada semua bangsa. Tetapi cara memberitakan Injil tidak harus dengan mengumpulkan massa di satu tempat dan dikhotbahi oleh satu orang. Banyak sekali metode kreatif yang dapat dipakai untuk memberitakan Injil.
BEBERAPA KESEMPATAN
Ada orang yang diberi kemampuan khusus sebagai orang kreatif, tetapi tidak semua demikian. Namun, setiap orang mempunyai kesempatan untuk berkreasi dalam menemukan sesuatu yang baru, berguna, dan dapat dimengerti. Kesempatan-kesempatan itu bisa didapat dari:
Salah satu penghambat kreativitas adalah takut gagal. Orang yang takut gagal cenderung untuk menetapkan tujuan-tujuan yang biasa- biasa saja. Ia merasa lebih aman untuk menetapkan target yang kecil-kecil.
Kalau kita hanya menargetkan apa yang dapat kita capai, ketergantungan kepada Tuhan tidak akan ada sebab untuk apa menyerahkan kepada Tuhan apa yang dapat kita capai? Tetapi kalau kita membuat rencana-rencana yang melampaui kemampuan-kemampuan kita, sikap kita cenderung berserah kepada Tuhan. Sebab, "Ini bukan rencana saya, tetapi ini pekerjaan Dia."
Bapak misi modern, William Carey (1761) pernah melakukan pekerjaan besar di India dengan menerjemahkan Alkitab ke dalam 24 bahasa, dan membagikan Alkitab kepada tiga ratus juta orang. Pada tahun 1792, dalam khotbahnya ia berkata, "Expect great things from God, attempt great things for God (harapkanlah hal- hal besar dari Allah, lakukanlah hal-hal besar bagi Allah)."
Hanya orang-orang yang berani menanggung risiko yang mampu melakukan hal-hal besar. Keberanian ini tentulah keberanian yang bergantung kepada Allah. Keberanian seperti ini pula yang memungkinkan seseorang menjadi kreatif.
Tetapi keberanian mengambil risiko ini tidak ngawur. Kita harus membuat pertimbangan akal sehat. Tuhan tidak setuju kalau kita berani tanpa pertimbangan yang matang. Ia menghargai akal sehat manusia (Matius 22:37). "Dalam hal-hal di mana kita mampu menanggung kerugian, sebaiknya kita sering mengambil risiko. Tetapi di mana terdapat malapetaka, sebaiknya kita jarang mengambil risiko," demikian saran David Campbell.
Kita sering mendengar orang berkata di kala menghadapi kepanitiaan Natal atau Paskah, "Bentuk acaranya harus begini, soalnya yang dahulu-dahulu juga begitu." Ia tertutup pada ide-ide baru dan hanya terpaku kepada apa yang sudah dilakukan para pendahulu. Seorang kreatif senang menerima hal-hal baru dan bermain-main dengannya.
Kalaupun pekerjaan yang dihadapi sekarang ini tidak menyenangkan, bekerjalah dengan rela hati. Pekerjaan akan menjadi lebih efektif kalau dikerjakan dengan rela dan orang yang mengerjakannya merasa ringan sehingga besar kemungkinan untuk lebih kreatif.
"Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya. Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu." (2 Timotius 2:6,7)
Bahan diambil dan diedit dari sumber:
Judul MAjalah | : | Sahabat Gembala, Juli 1992 |
Judul Artikel | : | Kreativitas dalam Pelayanan |
Penulis | : | Yopie F.M Buyung |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung |
Halaman | : | 52 - 57 |
Dalam setiap denominasi, pada setiap gereja, ada ladang misi yang tersembunyi. Ada banyak orang yang namanya tertulis dalam daftar gereja, namun tidak memiliki hubungan dengan Kristus.
Kita tidak perlu menghakimi siapa yang Kristen dan siapa yang tidak -- itu urusan Tuhan. Tetapi Yesus berkata, "Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenai mereka" (Matius 7:20). Kita bisa menjadi pengawas buah. Jikalau anggota gereja tidak bertumbuh di dalam Kristus, jika mereka membenci setiap orang dan tidak mengasihi, jika tidak ada buah-buah dalam hidup mereka, mungkin mereka bukan orang Kristen.
Saya melihat bahwa tiga perempat dari para pengunjung gereja yang hadir dalam seminar saya berdoa keras-keras untuk memastikan bahwa mereka mempunyai hubungan dengan Allah. Inilah orang-orang yang berusaha keras untuk berubah, tetapi mereka belum yakin apakah mereka mengenal Yesus Kristus.
Ini terjadi di Australia dalam sebuah seminar yang disponsori oleh kelompok pemahaman Alkitab bagi wanita. Lima ratus dari seribu wanita yang datang ke seminar itu berdoa keras-keras untuk memastikan bahwa mereka mempunyai hubungan dengan Tuhan Yesus. Setelah itu, saya bertemu dengan para pemimpin kelompok itu. Mereka terkejut, karena sebagian besar dari orang-orang yang berdoa keras- keras untuk menerima Kristus itu sebenarnya adalah wanita-wanita yang telah bertahun-tahun mengikuti pendalaman Alkitab. Para pemimpin itu berkata kepada saya, "Ada satu hal yang telah Anda ajarkan kepada kami, yaitu bahwa kami belum menjelaskan dalam bahan- bahan pelajaran kami bagaimana menemukan Yesus Kristus. Kami membiarkan orang-orang ini belajar Alkitab, dengan anggapan bahwa mereka telah memiliki hubungan pribadi dengan Kristus."
Hal yang sama berlaku juga di gereja-gereja kita. Salah satu denominasi gereja yang terbesar di Amerika memperkirakan bahwa 30 persen dari anggotanya bukan orang Kristen. Denominasi lain memperkirakan bahwa sampai 70 persen anggotanya adalah orang Kristen karena tradisi: yaitu anggota gereja yang pergi ke sekolah Minggu dan berpartisipasi dalam kelompok kaum muda dan telah melewati semua persyaratan menjadi anggota gereja, tetapi tidak pernah memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan Yesus. Inilah alasan utama mengapa para anggota gereja tidak bisa bertumbuh. Mereka tidak mengenal Kristus sebagai Juruselamat mereka.
Bagaimana kita menjangkau ladang misi yang tersembunyi dalam gereja- gereja kita ini?
Satu-satunya yang berhak menghakimi adalah Tuhan. Tugas kita adalah mendorong orang untuk bertumbuh. Tetapi, kita tidak boleh melarang orang masuk hanya karena kita pikir, mereka tidak mengenai Kristus. Jikalau mereka mengatakan mengenal Kristus, kita harus percaya.
Dalam pelayanan, dalam pelajaran Alkitab, dalam kelas sekolah Minggu, kita hendaknya pada waktu-waktu tertentu menerangkan dasar-dasar keselamatan dan memberikan kesempatan kepada orang- orang yang belum yakin akan hubungan mereka dengan Tuhan agar bertobat dan percaya.
Kita hendaknya jangan mau menjadi nomor dua dalam pertumbuhan rohani kita atau pertumbuhan rohani orang-orang yang ada di sekitar kita. Dalam kelompok-kelompok kecil dan dalam persekutuan doa, kita bisa menganggap satu sama lain bertanggung jawab atas tugas mulia yang sudah diberikan Tuhan kepada kita.
Kita harus mengasihi, baik orang Kristen maupun orang non- Kristen. Kita wajib memenuhi kebutuhan mereka entah mereka memiliki hubungan dengan Tuhan atau tidak.
Judul Buku: | : | Pola Hidup Kristen -- Penerapan Praktis |
Penyusun Buku | : | Josh McDowell |
Judul Artikel | : | Ladang Misi yang Tersembunyi di Gereja Kita |
Penerbit | : | Yayasan Penerbit Gandum Mas bekerja sama dengan Lembaga Literatur Baptis dan Yayasan Kalam Hidup YAKIN -- 2002 |
Penulis Artikel | : | Richard Lovelace |
Halaman | : | 1020 - 1021 |
Kita tentu akan merasa ada sesuatu yang kurang kalau ada perayaan Natal tanpa menyanyikan "Malam Kudus," bukan?
Terjemahan-terjemahan lagu Natal kesayangan itu sedikit berbeda satu dari yang lainnya, namun secara umum semuanya hampir serupa. Hal itu berlaku juga dalam bahasa-bahasa asing. Lagu itu begitu sederhana, sehingga tidak perlu ada banyak selisih pendapat atau perbedaan kata dalam menerjemahkannya.
"Malam Kudus" sungguh merupakan lagu pilihan, karena dinyanyikan dan dikasihi di seluruh dunia. Bahkan para musikus ternama rela memasukkannya pada acara konser dan piringan hitam mereka.
Anehnya, nyanyian yang terkenal di seluruh dunia itu sesungguhnya berasal dari sebuah desa kecil di daerah pegunungan negeri Austria. Inilah ceritanya ....
Orgel yang Rusak
Orgel di gereja desa Oberndorf sedang rusak. Tikus-tikus sudah mengunyah banyak bagian dalam dari orgel itu.
Seorang tukang orgel telah dipanggil dari tempat lain. Tetapi menjelang Hari Natal tahun 1818, orgel itu masih belum selesai diperbaiki. Sandiwara Natal terpaksa dipindahkan dari gedung gereja, karena bagian-bagian orgel yang sedang dibetulkan itu masih berserakan di lantai ruang kebaktian.
Tentu tidak ada seorang pun yang mau kehilangan kesempatan melihat sandiwara Natal. Pertunjukan itu akan dipentaskan oleh beberapa pemain kenamaan yang biasa mengadakan tour keliling. Drama Natal sudah menjadi tradisi di desa itu, sama seperti di desa-desa lainnya di negeri Austria.
Untunglah, seorang pemilik kapal yang kaya raya mempunyai rumah besar di desa itu. Jadi ia mengundang para anggota gereja untuk menyaksikan sandiwara Natal itu di rumahnya.
Tentu saja Josef Mohr, pendeta pembantu dari gereja itu, diundang pula. Pada malam tanggal 23 Desember, ia turut menyaksikan pertunjukan di rumah orang kaya itu.
Sesudah drama Natal itu selesai, Pendeta Mohr tidak terus pulang. Ia mendaki sebuah bukit kecil yang berdekatan. Dari puncaknya ia memandang jauh ke bawah, dan melihat desa di lembah yang disinari cahaya bintang yang gemerlapan. Sungguh malam itu indah sekali ... malam yang kudus ... malam yang sunyi ....
Hadiah Natal yang Istimewa
Pendeta Mohr baru sampai ke rumah tengah malam. Tetapi ia belum juga siap tidur. Ia menyalakan lilin, lalu mulai menulis sebuah syair tentang apa yang telah dilihatnya dan dirasakannya pada malam itu.
Keesokan harinya pendeta muda itu pergi ke rumah temannya. Franz Gruber, yang juga masih muda, seorang kepala sekolah di desa Arnsdorf yang letaknya tiga kilometer jauhnya dari Oberndorf. Franz sendiri juga seorang pemimpin musik di gereja yang dilayani oleh Josef Mohr.
Pendeta Mohr lalu memberikan sehelai kertas lipatan kepada kawannya. "Inilah hadiah Natal untukmu," katanya, "sebuah syair yang baru saja saya karang tadi malam."
"Terima kasih, pendeta!" balas Franz Gruber.
Setelah mereka berdua diam sejenak, lalu pendeta muda itu bertanya: "Mungkin engkau dapat membuat lagunya, ya?"
Franz Gruber senang atas saran itu. Segera ia mulai bekerja dengan syair hasil karya Josef Mohr.
Pada sore harinya, tukang orgel itu sudah cukup membersihkan ruang kebaktian sehingga gedung gereja dapat dipakai lagi. Tetapi orgel itu sendiri masih belum dapat digunakan.
Penduduk desa berkumpul untuk merayakan Malam Natal. Dengan keheranan mereka menerima pengumuman, bahwa termasuk pada acara malam itu ada sebuah lagu Natal yang baru.
Franz Gruber sudah membuat aransemen khusus dari lagu ciptaannya Mohr -- untuk dua suara, diiringi oleh gitar dan koor. Mulailah dia memetik senar pada gitar yang tergantung di pundaknya dengan tali hijau. Lalu ia membawakan suara bas, sedangkan Josef Mohr menyanyikan suara tenor.
Paduan suara gereja bergabung dengan duet itu pada saat-saat yang telah ditentukan. Dan untuk pertama kalinya lagu "Malam Kudus" diperdengarkan.
Bagaimana Tersebar?
Tukang orgel turut hadir dalam kebaktian Malam Natal itu. Ia senang sekali mendengarkan lagu Natal yang baru. Mulailah dia bersenandung, mengingat not-not melodi itu dan mengulang-ulangi kata-katanya.
"Malam Kudus" masih tetap bergema dalam ingatannya pada saat ia selesai memperbaiki orgel di Oberndorf, lalu pulang.
Sekarang masuklah beberapa tokoh baru dalam ceritanya, yaitu: Strasser bersaudara. Keempat gadis Strasser itu adalah anak-anak seorang pembuat sarung tangan. Mereka berbakat luar biasa di bidang musik.
Sewaktu masih kecil, keempat gadis cilik itu suka menyanyi di pasar, sedangkan ayah mereka menjual sarung tangan buatannya. Banyak orang mulai memperhatikan mereka, dan bahkan memberi mereka uang atas nyanyiannya.
Demikian kecilnya permulaan karier keempat gadis Strasser itu, hanya sekedar menyanyi di pasar. Tetapi mereka cepat menjadi tenar. Mereka sempat berkeliling ke banyak kota. Yang terutama mereka tonjolkan ialah lagu-lagu rakyat dari tanah air mereka, yakni dari daerah pegunungan negeri Austria.
Tukang orgel tadi mampir ke rumah keempat Strasser bersaudara. Di hadapan mereka, ia pun menyanyikan lagu Natal yang baru saja ia pelajari dari kedua penciptanya di gereja desa itu.
Salah seorang dari keempat wanita itu menuliskan kata-kata dan not- not yang mereka dengarkan dari tukang orgel teman mereka. Dengan berbuat demikian mereka pun dapat menghafalkannya.
Keempat wanita itu senang menambahkan "Malam Kudus" pada acara mereka. Makin lama makin banyak orang yang mendengarnya, sehingga lagu Natal itu mulai dibawa ke negeri-negeri lain pula.
Pernah seorang pemimpin konser terkenal mengundang keempat kakak- beradik dari keluarga Strasser itu untuk menghadiri konsernya. Sebagai atraksi penutup acara yang tak diumumkan sebelumnya, ia pun memanggil keempat wanita itu untuk maju ke depan dan menyanyi. Antara lain, mereka menyanyikan "Malam Kudus," yang oleh mereka diberi judul "Lagu dari Surga."
Raja dan ratu daerah Saksen menghadiri konser itu. Mereka mengundang rombongan penyanyi Strasser itu untuk datang ke istana pada Malam Natal. Tentu saja di sana pun mereka membawakan lagu "Malam Kudus."
Rahasia Asal Usulnya
Lagu Natal yang indah itu umumnya dikenal hanya sebagai "lagu rakyat" saja. Tetapi sang raja ingin tahu siapakah pengarangnya. Pemimpin musik di istana, yaitu komponis besar Felix Mendelssohn (lihatlah pasal 14 dari JILID 3 dalam seri buku ini), juga tidak tahu tentang asal usul lagu Natal itu.
Sang raja mengirim seorang utusan khusus untuk menyelidiki rahasia itu. Utusannya hampir saja pulang dengan tangan kosong. Lalu secara kebetulan ia mendengar seekor burung piaraan yang sedang bersiul. Lagu siulannya tak lain ialah "Malam Kudus"!
Setelah utusan raja tahu bahwa burung itu dulu dibawa oleh seseorang dalam perjalanannya dari daerah pegunungan Austria, maka pergilah dia ke sana serta menyelidiki lebih jauh. Mula-mula ia menyangka bahwa barangkali ia akan menemukan lagu itu dalam naskah-naskah karangan Johann Michael Hayden, seorang komponis bangsa Austria yang terkenal. (Lihatlah pasal 6 dari JILID 3 dalam seri buku ini.) Tetapi semua penelitiannya itu ternyata sia-sia.
Walau demikian, usaha utusan raja itu telah menimbulkan rasa ingin tahu pada penduduk setempat. Seorang pemimpin koor anak-anak merasa bahwa salah seorang muridnya mungkin pernah melatih burung yang pandai menyanyikan "Malam Kudus" itu. Maka ia pun menyembunyikan diri sambil bersiul meniru suara burung tersebut.
Tak lama muncullah seorang anak laki-laki, mencari burung piaraannya yang sudah lama lolos. Ternyata anak itu bernama Felix Gruber. Dan lagu yang sudah termasyhur itu, yang dulu diajarkan kepada burung piaraannya, ditulis asli oleh ayahnya sendiri!
Demikianlah seorang bocah dan seekor burung turut mengambil peranan dalam menyatakan kepada dunia luar, siapakah sebenarnya yang mengarang "Lagu Natal dari Desa di Gunung" itu.
Tanda Pengenal Orang Kristen
Setelah satu abad lebih, "Malam Kudus" sesungguhnya menjadi milik bersama seluruh umat manusia. Bahkan lagu Natal itu pernah dipakai secara luar biasa, untuk menciptakan hubungan persahabatan antara orang-orang Kristen dari dua bangsa yang sangat berbeda bahasa dan latar belakangnya.
Pada waktu Natal tahun 1943, seluruh daerah Lautan Pasifika diliputi oleh Perang Dunia Kedua. Beberapa minggu setelah Hari Natal itu, sebuah pesawat terbang Amerika Serikat mengalami kerusakan yang hebat dalam peperangan, sehingga jatuh ke dalam samudra di dekat salah satu pulau Indonesia.
Kelima orang awak kapal itu, yang tubuhnya penuh luka, terapung- apung pada pecahan-pecahan kapalnya yang sudah tenggelam. Lalu nampak pada mereka beberapa perahu yang makin mendekat. Orang-orang yang asing bagi mereka itu mendayung dengan cepatnya dan segera mengangkat mereka masuk ke dalam perahu-perahunya.
Penerbang-penerbang bangsa Amerika itu ragu-ragu dan curiga:
Apakah orang-orang ini masih di bawah kuasa Jepang, musuh mereka? Apakah orang-orang ini belum beradab, dan hanya menarik mereka dari laut untuk memperlakukan mereka secara kejam?
Segala macam kekuatiran terkilas pada pikiran mereka, karena mereka sama sekali tak dapat berbicara dalam bahasa para pendayung berkulit coklat itu. Sebaliknya, orang-orang tersebut sama sekali tak dapat berbicara dalam bahasa Inggris. Rupa-rupanya tiada jalan untuk mengetahui dengan pasti, apakah tentara angkatan udara itu telah jatuh ke dalam tangan kawan atau lawan.
Akhirnya, sesudah semua perahu itu mendarat di pantai, salah seorang penduduk pulau itu mulai menyanyikan "Malam Kudus." Kata-kata dalam bahasa Indonesia itu masih asing bagi para penerbang yang capai dan curiga. Tetapi lagunya segera mereka kenali. Dengan tersenyum tanda perasaan lega, turutlah mereka menyanyi dalam bahasa mereka sendiri. Insaflah mereka sekarang bahwa mereka sudah jatuh ke dalam tangan orang-orang Kristen sesamanya, yang akan melindungi dan merawat mereka.
Lagu Duniawi dan Surgawi
Bagaimana dengan sisa hidup kedua orang yang mula-mula menciptakan lagu "Malam Kudus"?
Josef Mohr hidup dari tahun 1792 sampai tahun 1848. Franz Gruber hidup dari tahun 1787 sampai tahun 1863. Kedua orang itu terus melayani Tuhan bertahun-tahun lamanya dengan berbagai-bagai cara. Namun sejauh pengetahuan orang, mereka tidak pernah menulis apa-apa lagi yang luar biasa. Nama-nama mereka pasti sudah dilupakan oleh dunia sekarang ... kecuali satu kejadian, yaitu: Pada masa muda mereka pernah bekerja sama untuk menghasilkan sebuah lagu pilihan.
Gereja kecil di desa Oberndorf itu dilanda banjir pegunungan pada tahun 1899, sehingga hancur luluh. Sebuah gedung gereja yang baru sudah dibangun di sana. Di sebelah dalamnya ada pahatan dari marmer dan perunggu sebagai peringatan lagu "Malam Kudus."
Pahatan itu menggambarkan Pendeta Mohr, seakan-akan ia sedang bersandar di jendela, melihat keluar dari rumah Tuhan di surga. Tangannya ditaruh di telinga. Ia tersenyum sambil mendengar suara anak-anak di bumi yang sedang menyanyikan lagu Natal karangannya. Di belakangnya berdiri Franz Gruber, yang juga tersenyum sambil memetik gitarnya.
Sungguh tepat sekali kiasan dalam pahatan itu! Seolah-olah seisi dunia, juga seisi surga, turut menyanyikan "Lagu Natal dari Desa di Gunung" itu.
Sumber diambil dari:
Situs GEMA (Gudang Elektronik Media Audio)
==> http://www.sabda.org/gema/index.php?n=artikel&id=28
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mengatasi "alasan-alasan" yang merintangi tugas-tugas misi. Ada 4 alasan utama yang merintangi gereja lokal dalam memenuhi tugas misinya.
Alasan pertama: "Kami tidak mengerti misi itu apa?"
Pimpinan jemaat dan anggota merasa belum mengerti Misi itu apa?
Jemaat tidak merasa tertarik pada pokok Misi.
Jemaat hanya mengetahui sedikit tentang tugas Misi.
Jemaat merasa tidak punya waktu untuk menyibukkan diri dengan Misi.
Alasan kedua: "Kami belum siap!", sebab:
Jemaat tidak mendapat kesempatan untuk belajar tentang Misi.
Gembala merasa seluruh perhatian jemaat saat ini harus dicurahkan pada usaha mendewasakan para anggotanya.
Ketua Majelis mengatakan, "Jemaat kami baru dibuka dua tahun yang lalu, dan kami belum mempunyai gedung gereja sendiri. Jadi kurang tepat bicara soal Misi dengan kami".
Alasan ketiga: "Kami terlalu sibuk!", "Gereja kami sedang menjalankan program besar agar anggota kami menjangkau tetangga mereka untuk Kristus, jadi tak mungkin tahun ini kami memikirkan masalah Misi."
Alasan keempat: "Kepemimpinan gereja kami tidak terbeban!", "Masih ada jutaaan orang di daerah kita sendiri yang belum mengenal Kristus, saya tidak bisa merepotkan diri dengan pulau atau negara yang lain", keluh seorang pendeta.
Bagaimana cara mengatasi keempat alasan tersebut?
Berdoalah buat para pemimpin jemaat agar mendapat beban untuk Misi.
Berdoa agar para pemimpin mulai terbeban untuk Misi, sambil membagi beban Misi secara bijaksana dengan mereka.
Terus menerus mendekati pemimpin gereja agar gereja mengadakan program Misi.
Membagikan literatur, baik buku atau majalah misi, kepada teman-teman di gereja.
Berdoa agar gereja membuka komisi atau seksi Misi.
Bersedia untuk dipilih sebagai pengurus komisi atau seksi Misi.
Mengumpulkan dana untuk Misi lintas budaya.
Sumber: Terang Lintas Budaya edisi 44
Judul Asli: Lima Cara Untuk Menjangkau Dunia Dewasa Ini ]
Paling tidak ada lima cara dimana gereja lokal dapat bertumbuh secara sehat: Paling tidak ada lima cara dimana gereja lokal dapat bertumbuh secara sehat:
Gereja yang sehat harus bertumbuh secara jumlah dan secara kedewasaan rohani.
Gereja yang sehat harus mengalami pertumbuhan keluar (tidak hanya ke dalam), yaitu dengan terlibat dalam pengutusan misi dunia.
Gereja yang sehat harus mendirikan gereja-gereja baru di daerah sekitar yang tidak jauh dari tempat dimana gereja itu berada.
Gereja yang sehat harus memberikan dorongan semangat dan contoh teladan bagi gereja-gereja lain.
Gereja yang sehat harus mengembangkan pengaruh sosialnya di masyarakat di mana gereja itu berada.
1. Mendorong Adanya Pertumbuhan Baik Secara Jumlah Dan Secara Rohani
PEMBERITAAN INJIL. Adalah sangat penting bagi pendeta dan anak buahnya untuk membuat rencana-rencana yang dapat memberikan dorongan semangat khususnya di dalam bidang penginjilan untuk jemaat lokal. Dan pekabaran Injil ini harus secara kultural dapat diterima. Terlalu sering gereja-gereja lokal tidak mempunyai kepekaan terhadap masyarakat di sekitar mereka sendiri dengan mengesampingkan kelompok-kelompok masyarakat yang secara geografis berdekatan. Tetapi orang-orang Kristen akan menunjukkan sikap kritis mereka, bilamana melihat adanya seorang penginjil yang melangkah keluar untuk melayani di luar lingkungan budayanya sendiri. Tuhan menemui orang-orang di tempat mana mereka berada/tinggal. Dia makan dan minum bersama-sama mereka dan menghadiri pesta jamuan makan yang mereka adakan. Dia berada bersama orang-orang yang lapar, orang- orang yang sakit, para bangsawan, orang-orang kaya, seseorang yang sudah lima kali mengalami kawin cerai. Pendeta dengan rekan-rekan seimannya harus dapat menemukan alat atau sarana yang melaluinya Injil dapat disampaikan dan didengar dengan sebaik-baiknya.
PEMURIDAN. Gereja harus terlibat di dalam tugas pemberitaan Injil. Tetapi, jika hanya membuat keputusan-keputusan saja, dan tidak mengadakan langkah pemuridan, maka ini merupakan kesalahan yang tragis. Yesus memerintahkan kepada murid-murid-Nya untuk memandang sekelilingnya, pergi dan menjadikan murid, membaptiskan dan mengajar (Matius 28:19-20). Proses untuk menempatkan domba-domba baru masuk ke dalam kawanan domba harus dilaksanakan dengan hati-hati. Sebuah gereja lokal harus mengembangkan suatu proses pemikiran mengenai hal pemuridan untuk menolong mengarahkan dan menangani hasil-hasil dari pekabaran Injil dan memantapkan orang-orang yang baru percaya tersebut ke dalam persekutuan. Berikut ini beberapa saran tentang langkah-langkah di dalam pekabaran Injil/proses pemuridan sebagaimana sudah dikembangkan oleh dua belas anggota dari team pastoral (pelayanan penggembalaan) di sebuah gereja yang pernah digemabalakan oleh si penulis artikel ini:
Langkah 1: Setiap pengunjung yang hadir di dalam semua kegiatan kebaktian, pagelaran musik rohani dan acara-acara kebaktian khusus lainnya diminta untuk mengisi kartu-kartu isian yang sudah disediakan.
Langkah 2: Selama minggu berikutnya satu team pemberita Injil mengunjungi rumah-rumah para pengunjung yang hadir (berdasarkan kartu-kartu yang sudah diisi) dan menyampaikan berita Injil.
Langkah 3: Jika pengunjung yang dikunjungi itu menunjukkan sikap tertarik terhadap Injil, maka dia didorong untuk bersedia datang lagi di dalam kebaktian gereja. Dia juga diundang untuk menghadiri kelas-kelas pemahaman Alkitab -- yang terdiri dari beberapa kelompok kecil, yang disediakan selama lima minggu secara berurutan, yang khusus membahas mengenai pokok-pokok dasar Alkitab dan Injil, sehingga dalam suasana seperti itu anggota- anggota yang hadir di dalam kelas pemahaman Alkitab mendapat kesempatan untuk menerima Kristus.
Langkah 4: Proses pemuridan berjalan terus, sementara setiap pribadi diundang untuk menghadiri kelas-kelas dewasa pada hari Minggu sesuai dengan pilihan masing-masing. Kelas-kelas ini mengajarkan hal-hal seperti bagaimana hidup di tengah-tengah masyarakat sebagai orang yang beriman, bagaimana melakukan tindakan-tindakan sosial, kegiatan cell-group, team-team doa, dan lain sebagainya, dimana para pendatang baru dapat mengembangkan rasa ikut memiliki dari bagian persekutuan dan mengembangkan hubungan antara satu dengan yang lain.
Langkah 5: Keanggotaan Gereja disampaikan setiap kali pribadi- pribadi menjadi orang percaya. Penulis yakin apabila hal keanggotaan gereja terlalu ditekankan, dapat juga terjadi bahwa hal keanggotaan gereja ini tidak mendapatkan perhatian sama sekali. Keanggotaan gereja dan baptisan adalah penting bagi komitmen kepada gereja lokal.
Langkah 6. Proses penginjilan dan pemuridan terselesaikan bilamana orang percaya baru sudah dimantapkan di dalam kegiatan-kegiatan kebaktian umum secara reguler; dan di dalam kelas-kelas Sekolah Minggu dewasa untuk bersekutu, saling memberikan perhatian, dan belajar bersama, disamping saling menasehati dan mendoakan. Juga dimantapkan di dalam kegiatan kelompok-kelompok kecil di rumah-rumah yang terdiri dari empat sampai delapan orang anggota (cell-group). Kelompok-kelompok kecil ini sangat perlu untuk mengembangkan adanya komitmen yang dalam, baik untuk perkembangan spirituil masing-masing pribadi, ataupun di dalam hal untuk saling merawat dan memelihara kehidupan rohani dalam kebersamaan.
Pekerja gereja, di mana penulis pernah menjadi gembalanya, menemukan juga bahwa pada dasarnya Tuhan sudah menetapkan bagi kehidupan gereja tiga tingkatan kontak yang dapat memenuhi kebutuhan spirituil masing-masing anggota dan juga menolong mengembangkan persekutuan dan pemuridan yang sungguh sangat diperlukan bagi suatu pertumbuhan gereja yang sehat.
Tingkatan pertama: Kontak-kontak yang terjadi selama kegiatan kebaktian Minggu pagi. Kontak-kontak ini menolong orang-orang percaya untuk memelihara hubungan mereka dengan Kristus. Suatu kebaktian yang besar, yang terdiri dari jumlah anggota yang banyak, dimana di dalam kebaktian seperti itu diusahakan agar setiap anggota jemaat mengalami kontak langsung secara pribadi dengan Allah sendiri dan semua aspek dari kebaktian sehingga penyembahan berjalan terus dan bekerja di dalam pribadi setiap anggota jemaat sampai pada akhir kebaktian.
Tingkatan kedua: Kontak terjadi selama diselenggarakannya kelas- kelas Sekolah Minggu untuk orang-orang dewasa. Jumlah yang hadir di kelas-kelas Sekolah Minggu dewasa bervariasi di setiap kelas yang ada, mulai dari 25 sampai dengan 175 dan sengaja diadakan dengan cara membagi kelompok-kelompok yang jumlah anggotanya besar, menjadi beberapa kelompok-kelompok yang lebih kecil. Kelompok-kelompok kecil ini bersatu dan bersehati untuk berakar dan bersekutu, bersaksi bersama pada tiap akhir minggu, mengunjungi orang-orang sakit, mengadakan perwujudan kasih bagi mereka-mereka yang diperhadapkan pada suatu kebutuhan, melakukan kegiatan retreat, kebaktian bersama akhir tahun dan berbagai langkah kegiatan lainnya di mana melalui kesemuanya itu suasana rasa memiliki satu dengan yang lain, saling memperhatikan, saling bertanggung jawab dapat dikembangkan dan dimantapkan.
Tingkatan ketiga: Kontak yang dipusatkan pada kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil ini memberikan kesempatan kepada orang- orang percaya untuk mengenal satu dengan yang lain secara dekat dan saling mengasihi. Di sini mereka dapat mengakui dan membereskan dosa-dosa mereka, mendapatkan dukungan rohani dan doa- doa di dalam mencapai sasaran-sasaran masing-masing secara pribadi, dan melayani Allah sebagai bagian dari satu team.
2. Menekankan Hal Penginjilan Sedunia
Sebagai tambahan atas pertumbuhan baik secara jumlah maupun rohani, satu jemaat harus bertumbuh juga di dalam keterlibatannya untuk penginjilan dunia. Gereja yang sehat harus mempunyai visi untuk menjangkau dunia dan membuat rencana untuk menerangi dan menggarami dunia. Pendeta berkewajiban untuk memberikan tantangan sehubungan dengan hal ini kepada anggota-anggota jemaat, tantangan untuk memberikan perhatian dan ikut mengambil bagian dalam Amanat Agung. Mengarahkan fokus di bidang misi (pengutusan) bukannya sekedar pilihan tetapi merupakan suatu perintah atau amanat yang harus ditaati. Hal ini memerlukan adanya pemeliharaan secara terus-menerus agar visi yang terarah itu tidak pudar ataupun menyimpang; dan pendeta harus memberikan teladan serta membuka jalan dengan melangkah pergi, melayani, dan mendoakan. Dia sebagai pendeta perlu mengembangkan adanya roh kesediaan untuk memberi di dalam gereja sehingga dengan demikian anggota-anggota jemaat akan bersedia untuk ikut mengambil bagian, baik dengan uang mereka untuk mengambil bagian dalam kebutuhan dunia.
3. Mendirikan Gereja-Gereja Baru
Prioritas ketiga dari suatu gereja yang sehat adalah mendirikan gereja-gereja baru. Jika orang-orang Kristen yang sehat berlipat ganda dengan sendirinya, maka demikian juga dengan jemaat yang sehat. Gereja dimana penulis pernah menjadi gembalanya sudah mendirikan beberapa gereja-gereja muda dengan cara yang pada mulanya agak serampangan, tetapi gereja tersebut akhirnya mengalami keberhasilan dan mengusahakan yang terbaik. Pertama, diadakan penelitian terhadap suatu daerah tertentu, untuk mengetahui apakah sebenarnya kebutuhan yang mendesak dan potensial dari daerah tersebut. Dipilih satu letak yang strategis, dan usaha penginjilan pribadipun dilakukan. Daftarkan orang-orang di sekitar tempat tersebut yang merasa tertarik dan bersimpati. Anggota-anggota jemaatpun juga mengadakan penelitian, untuk mencari tahu siapakah anggota-anggota jemaat yang merasa terbeban untuk menolong mendirikan serta memperkuat gereja baru ini. Pada kelas Sekolah Minggu baru yang diadakan berikutnya di gereja "induk", ajaklah orang-orang yang berasal dari tempat baru, yang tertarik untuk bergabung dalam gereja baru dan juga anggota-anggota gereja induk itu sendiri yang menyatakan kesediaan, untuk mengambil bagian untuk memperkuat gereja yang baru dimulai ini.
Sebagaimana halnya bayi manusia, kelompok ini untuk selama sembilan bulan berada di dalam rahim "gereja induk" di mana mereka saling berdesakan dan merasa nyaman serta saling akrab satu dengan yang lain. Kelas baru ini diberi nama "Gereja Kecil di Lantai Tiga", dan pengajar-pengajarnya adalah anggota team penggembalaan dari gereja "induk" yang sudah dipilih untuk mendampingi, membimbing "gereja yang masih baru" tersebut dan menjadi pendeta (gembala) pertama yang penuh waktu. Sesudah mengadakan pertemuan selama sembilan bulan dan meulai membentuk kelompok-kelompok kecil di antara mereka, maka gereja baru tersebut diluncurkan melalui kebaktian pelepasan yang meriah dan doa-doa bersama. Dewasa ini, sesudah tiga tahun, gereja tersebut memiliki jumlah anggota sebanyak dua ratus. Dan gereja tersebut belum lama ini juga mengangkat pendeta-pendeta pembantu.
4. Membantu, Memberikan Dorongan Semangat Kepada Gereja-Gereja Yang Ada
Prioritas keempat untuk suatu gereja yang sehat adalah membantu, memberikan dorongan semangat kepada gereja-gereja yang lain. Pendeta gereja setempat harus terbuka, bersedia untuk mendoakan dan mengusahakan yang terbaik untuk membantu pertumbuhan gereja-gereja di sekitar daerah di mana gereja yang digembalakannya berada. Penulis ini sudah sepuluh tahun lamanya menjadi anggota kelompok pendeta-pendeta di daerah lokal di mana dia menggembalakan. Setiap pendeta yang menjadi anggota dari kelompok pendeta-pendeta gereja lokal di daerah tersebut, bersatu hati untuk menjaga dan memelihara keberadaan dan kebaikkan gereja-gereja satu dengan yang lain dan dengan secara jujur, tulus dan murni mengusahakan pertumbuhan dari gereja-gereja di sekitar daerah tersebut. Seringkali penulis mengadakan waktu dalam satu team, untuk melayani gereja-gereja lokal yang lain ataupun mengundang satu kelompok atau team dari gereja yang lain untuk datang dan saling bersekutu satu dengan yang lain.
5. Mengembangkan Perhatian Sosial
Prioritas kelima untuk suatu gereja lokal yang sehat adalah adanya kesadaran sosial. Di sekitar gereja, senantiasa dijumpai banyak orang yang miskin, sakit secara mental, sakit secara tubuh di rumah- rumah perawatan tertentu, mereka yang berada di dalam penjara dan rumah-rumah sakit, dan mereka yang menderita karena masalah-masalah keluarga. Gereja-gereja harus melatih anggota-angota jemaatnya untuk menjadi kelompok-kelompok dengan tugas pelayanan khusus secara lokal dan mengarahkan perhatian gereja untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial yang timbul di daerah di mana gereja berada.
Diambil dari:
Judul buku | : | Filsafat Pelayanan Berdasarkan Alkitab |
Penulis | : | Raymond C. Ortlund |
Penerbit | : | Yakin, Surabaya |
Halaman | : | 65 -- 69 |
Tahukah Anda bahwa ada sekitar 1 milyar orang dewasa di dunia ini yang buta huruf atau tidak bisa membaca? Dan 98 persen dari jumlah itu berada di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Tahukah Anda bahwa kemampuan membaca berarti kemampuan untuk membuka berbagai pintu? Literasi (baca-tulis) adalah kemampuan dasar yang membuka pintu masuk menuju berbagai dunia termasuk dunia buku, internet, dan juga Firman Tuhan dalam bahasa seseorang.
Kemampuan membaca memberikan akses untuk informasi pengajaran dan kemajuan. Sedangkan kemampuan menulis menyediakan sarana untuk mengungkapkan berbagai ekspresi, penyebaran informasi, dan juga sebagai metode pelestarian budaya.
Sampai saat ini tenaga-tenaga literasi Kartidaya bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk mengajar "membaca dan menulis", dan berusaha membangun literasi agar menjadi nilai dalam masyarakat.
Pekerjaan literasi berjalan berdampingan dengan penerjemahan Alkitab. Apa gunanya Alkitab diterjemahkan sampai selesai ke dalam bahasa masyarakat tertentu kalau kemudian orang-orang itu tidak bisa membacanya? Firman Tuhan yang selama belasan atau bahkan puluhan tahun diterjemahkan dengan susah payah itu akhirnya hanya akan menjadi pajangan berdebu di dalam rumah-rumah mereka.
Berikut ini adalah beberapa kisah pekerjaan literasi dan buah yang dihasilkannya. Kesaksian-kesaksian ini terjadi di berbagai tempat di seluruh belahan dunia. Kesaksian-kesaksian ini menunjukkan begitu luar biasanya Tuhan bekerja, menjangkau hati manusia yang ada di pedalaman paling jauh sekalipun, untuk dibawa kepada terang-Nya yang kekal.
FILIPINA: SESUAI DENGAN BUDAYA MEREKA
Saat tinggal dan bekerja di suatu desa, kami (tim literasi Kartidaya) belajar bahasa dan budaya setempat supaya kami bisa memperkenalkan literasi dengan cara yang sesuai dengan budaya mereka. Kami bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk memproduksi bahan-bahan bacaan serta mengajar mereka membaca dan menulis. Kami juga melatih guru-guru lokal yang akan mengawasi kelas-kelas literasi dan melatih orang lain lagi untuk bisa mengajar.
KONGO: HIDUP BARU LEWAT LITERASI
Sejak kecil, Kpawenu selalu ingin belajar membaca, tetapi karena ia tinggal di sebuah desa kecil, tidak ada sekolah dimana ia bisa belajar. Namun di desanya ada sebuah gereja. Ia selalu hadir dalam setiap kebaktian bahkan sampai ia dewasa. Di gereja ia mendengar berbagai kotbah dari Alkitab yang tidak bisa dibacanya sendiri. Walaupun begitu, sulit bagi Kpawenu untuk benar-benar memahami pesan keselamatan yang dikatakan Alkitab, karena Alkitab tidak dibacakan dalam bahasanya sendiri, bahasa Ngbaka.
Suatu hari Kpawenu mendengar tentang kelas literasi bahasa Ngbaka yang akan dimulai di desanya. Dengan semangat berkobar, ia menghadiri kelas-kelas yang diadakan. Tidak lama kemudian ia mulai belajar membaca Alkitab dalam bahasanya sendiri. Ketika akhirnya ia memahami pesan keselamatan dalam Alkitab, ia menyerahkan hidupnya pada Kristus.
Iman baru Kpawenu membawanya pada keinginan untuk melayani orang lain. Kemampuan membaca yang dimilikinya dipakainya dalam pelayanan untuk mengajar dan membantu para wanita di gerejanya dimana ia baru saja diangkat sebagai salah seorang anggota majelis.
Menyadari betapa pentingnya pelayanan literatur Kristen, maka kita tidak boleh jemu mendoakan pelayanan ini. Dalam bukunya "Operation World", Patrick Johnstone dan Jason Mandryk menguraikan tentang beberapa pokok doa yang bisa didoakan sehubungan dengan pelayanan literatur Kristen:
Selain kemajuan di bidang elektronik, produksi buku juga meningkat dengan cepat dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya, dan buku masih menjadi alat kunci dalam komunikasi -- baik dalam dunia sekuler maupun dalam kekristenan. Program- program literasi besar-besaran yang diselenggarakan di berbagai negara telah menciptakan keinginan yang besar akan tersedianya banyak literatur di kalangan orang-orang terpelajar. Literatur juga masih memainkan peran penting dalam mensharingkan Injil di negara-negara yang tertutup bagi pelayanan misionaris konvensional.
Banyaknya literatur Kristen dalam bahasa Inggris, Spanyol, dan Jerman menciptakan kontras bila dibandingkan dengan sedikitnya literatur dalam bahasa-bahasa lain. Kebanyakan literatur yang tersedia saat ini merupakan terjemahan dari literatur-literatur bahasa Inggris. Namun hal ini tidak menjadi pengganti yang memadai bagi materi-materi tertulis lokal. Doakan agar banyak bermunculan penulis Kristen di seluruh dunia yang bersedia menulis dalam bahasa-bahasa mereka sendiri.
Literatur Penginjilan
Every Home for Christ (EHC) mempunyai visi global untuk mendistribusikan berita Injil secara sistematis ke setiap kota, desa, sampai semua bangsa mendengar berita Injil. Diperkirakan ada sebanyak 52.000 rumah yang dijangkau setiap harinya oleh 3600 sukarelawan. EHC bekerja secara aktif untuk melayani di 100 negara, dan telah mendistribusikan 2 juta literatur Injil. Sebagai hasilnya diperkirakan 26 juta orang membuat keputusan untuk mengikut Kristus dan menerima follow- up dengan menggunakan materi-materi pemuridan.
Selebaran Injil telah berkembang secara dramatis. WEC sangat terlibat dalam pelayanan ini dengan memproduksi sekitar 6 juta selebaran Injil per tahunnya. Tidak seperti traktat, selebaran Injil bentuknya menyerupai majalah dan didistribusikan ke seluruh dunia via pos. Selebaran Injil yang berjudul SOON ini telah diterbitkan dalam bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Portugis, dan Swahili. Selebaran ini juga dibuat dalam bahasa Nepal, Italia, dan Rusia/Inggris yang didistribusikan oleh pihak-pihak terkait. Selebaran ini secara garis besar berisi kesaksian, artikel yang kontekstual, materi follow-up, dan alamat pos yang dapat dihubungi oleh para individu yang tertarik untuk mendapatkan follow-up.
Persediaan Literatur Kristen sangat sulit dilakukan di tempat- tempat yang sebenarnya banyak membutuhkan literatur tersebut. Hal ini disebabkan karena faktor kemiskinan, kesulitan distribusi, biaya cetak, dan terjadinya inflasi. Doakan tersedianya dana yang cukup di Eropa Timur, Afrika, dan negara-negara miskin di Asia sehingga bisa mendukung berdirinya percetakan dan penerbitan lokal. Berdoa juga untuk BookAid, suatu metode inovatif dalam hal memberikan buku-buku bekas kepada negara-negara miskin, baik untuk dijual maupun untuk mendukung agen-agen literatur lokal. CLC juga bekerja sama dengan penerbit-penerbit Barat untuk membuat buku-buku baru yang berkualitas bagus dengan harga yang bisa dijangkau oleh negara-negara berkembang.
Sumber:
1. Berita KARTIDAYA, Edisi II/2003
2. Diterjemahkan dan diringkas dari salah satu artikel di:
Judul Buku | : | Operation World |
Judul Artikel | : | Christian Literature |
Penulis | : | Patrick Johnstone dan Jason Mandryk |
Penerbit | : | Paternoster Lifestyle, UK; dan WEC International, 2001 |
Halaman | : | 699 |
Situs Web | : | http://www.operationworld.org/ |
Oleh: Pdt. Bob Jokiman
Joseph Stowell, president Moody Bible Institute di Chicago dalam bukunya berjudul 'Simply Jesus', menceritakan bagaimana ia begitu bergairah ketika menerima undangan untuk bertemu dengan presiden Amerika di Gedung Putih. Ia lalu menyiapkan diri sebaik-baiknya untuk mengunjungi Gedung Putih dan bertemu dengan Presiden. Seperti kebanyakan pendukung presiden terpilih, Joseph Stowell telah banyak membaca tentang presiden tersebut. Sudah tak terhitung berapa banyak kali ia melihat gambarnya dan menyaksikannya di TV. Jikalau ada yang bertanya kepadanya berapa banyak ia tahu tentang presiden tersebut maka dengan lancar ia dapat mengutarakan dengan berlimpah mengenai latar belakang, filsafat serta kebijaksanaan politik presiden itu. Namun kali ini lain sebab ia akan bertemu langsung dengan presiden tersebut. Maka dengan pakaian yang terapi dan yang telah dipersiapkan secara khusus ia menuju ke Gedung Putih. Hampir kepada setiap orang yang menyiapkan pakaian dan sepatunya dengan antusias ia ingin berkata:
"Kerjakan semuanya dengan baik, karena aku akan menuju Gedung Putih untuk bertemu dengan presiden."
Joseph Stowell merasa begitu tenangnya ketika berjalan menuju ruang tunggu yang begitu megah dari rumah kediaman presiden. Dalam hatinya ia berkata: "Sungguh ini adalah serambi kekuasaan. Di balik pintu-pintu yang tertutup itu dihasilkan keputusan-keputusan yang sangat penting; perang diumumkan dan sejarah dibuat."
Kerumunan orang yang sedang menunggu tiba-tiba menjadi senyap ketika terdengar suara lantang mengatakan, "Tuan-tuan dan nyonya-nyonya sekalian; Presiden Amerika Serikat!" yang mewartakan kedatangan presiden memasuki ruang tunggu tersebut. Semua hadirin kemudian berdiri dengan penuh hormat ketika ia berjalan menuju ke podium yang telah disediakan.
Joseph Stowell melanjutkan kesannya: "Saya tidak bisa mengalihkan pandangan mata saya daripadanya. Saya berada di hadapannya dan terus mengikuti gerakannya dengan penuh minat. Kemudian menyusul percakapan pribadi yang singkat dengannya, saya menjadi begitu kagum betapa mengesankannya berbicara dengan dia. Apalagi ketika ia melihat kepada saya dan memberikan perhatiannya. Terus terang mengalami sendiri dengan nyata berada di hadapan presiden maka saya tidak akan memandang presiden kita dengan pandangan yang sama lagi. Saya meninggalkan Gedung Putih dengan harapan untuk lebih mengenal dia lagi."
Saudara, demikian pula seharusnya hubungan kita dengan Kristus. Ada orang yang sudah cukup puas jika hanya mengetahui tentang Kristus atau Anda dapat lebih dalam lagi mengenal Dia melalui pengalaman nyata secara pribadi, itu adalah pilihan Anda. Hanya Anda-lah yang dapat menentukan pilihan tersebut. Pilihan tersebut akan menentukan perbedaan antara penganut agama pada umumnya atau pengikut Kristus yang mempunyai hubungan yang intim dengan Dia yang menghendaki kita sungguh-sungguh menikmatinya!
Kerinduan untuk lebih mengenal Kristus
Selama dua ribu tahun ini tidak ada pribadi yang begitu dikenal baik di dunia Barat maupun Timur selain Yesus Kristus. Pergumulan manusia selama dua ribu tahun ini dalam masalah hukum, etika dan moral tidak bisa dilepaskan dari pengajaran-pengajaran Kristus. Dalam dunia seni selama dua milenium ini sangat kental dengan lukisan-lukisan yang berhubungan dengan kelahiran, kematian dan kebangkitan Kristus. Tidak sedikit karya-karya musik yang anggun dan agung dicipta serta kita nikmati yang tidak dapat dilepaskan dari kisah kehidupan Kristus. Bagi yang mengalami pembebasan melalui pengampunan Kristus di atas salib tentu memberikan makna tersendiri pula bagi hidup mereka. Kita juga sudah sering mendengar kotbah atau pengajaran mengenai kehendak dan rencana-Nya untuk hidup kita. Banyak kali kita dapat menceritakan di luar kepala kisah pengorbanan-Nya serta pelayanan-Nya dengan penuh antusias. Namun dalam semuanya itu di dasar lubuk hati kecil kita yang terdalam sering masih ada sesuatu kerinduan yang kita rasakan bahwa kita masih belum mengenal Kristus lebih dalam dan nyata. Sering kali terasa Dia begitu jauh. Dia hanyalah tokoh sejarah yang hidup sekian ribu tahun lalu. Suatu perasaan yang dialami banyak orang Kristen termasuk Rasul Paulus ketika ia berkata: "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, dimana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya," (
Rasul Paulus mengucapkan jeritan hati tersebut bukan sebagai seorang Kristen yang baru mengenal Tuhan. Ketika ia mengucapkan kalimat tersebut ia telah menjadi pengikut bahkan rasul selama puluhan tahun. Ia sudah berkarya bagi Kerajaan Allah dan menderita bagi Kristus dengan hasil yang melebihi semua rasul yang lain, namun demikian ia masih merasa kurang: "...aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang ada di hadapanku," (
Jikalau Rasul Paulus saja begitu merasa kurang dalam pengenalannya akan Kristus, bagaimana pula dengan saudara dan saya? Tentu lebih parah lagi bukan? Oleh karena itu apa yang menjadi tekad Rasul Paulus untuk mengenal Kristus dan kebenaran-Nya lebih dalam dan nyata kiranya menjadi tekad kita juga dalam memasuki tahun yang baru ini: "...segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus," (
David Roper salah seorang penulis Buku Renungan Our Daily Bread menceritakan bagaimana pada suatu hari ketika ia membongkar garasi putranya, ia menemukan semua trofi yang pernah dimenangkan putranya melalui berbagai macam pertandingan atletik selama bertahun-tahun. Semuanya itu dimasukkan ke dalam sebuah kotak kardus, dan siap untuk dibuang. Ia mengenang darah, keringat dan air mata yang dikucurkan putranya demi mendapatkan semua penghargaan itu. Namun sekarang ia akan membuangnya. Semuanya itu tidak berharga lagi baginya.
Saudara, sebenarnya seperti itulah nantinya akhir hidup kita. Semua milik kita, semua benda yang kita perjuangkan disepanjang hidup kita, manjadi tidak berarti apa-apa kecuali sampah. Saat itulah kita diyakinkan bahwa harta bukanlah hal yang paling berharga dalam hidup ini.
Hendaklah kita memiliki pandangan yang benar, seperti cara pandang Paulus. "Apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus" (
Perhatikan pesan Allah yang disampaikan kepada Nabi Yeremiah, yang walaupun telah berusia ribuan tahun namun masih relevan, dapat diaplikasikan dalam hidup kita: "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN" (
Manfaat lebih mengenal Kristus.
Madame Jeanne Guyon (1648-1717) seorang spiritualis abad pertengahan ketika berusia 16 tahun, dipaksa menikah dengan pria cacat berusia 22 tahun. Namun dalam pernikahannya itu ia merasa sangat direndahkan. Suaminya kerap marah-marah dan bersikap melankolis. Ibu mertuanya seorang pengkritik yang kejam. Bahkan pembantunya pun merendahkan dia. Meski telah berusaha keras membaktikan diri kepada suami dan keluarganya, ia tetap dikecam dengan kejam.
Karena dilarang ke gereja oleh suaminya, ia mencari Allah melalui Alkitab dan beribadah secara sembunyi-sembunyi. Ia belajar bahwa di tengah keadaannya yang suram sekalipun, ia "berada dalam kondisi sangat baik, dalam tangan Allah yang aman". Dalam bukunya "Experiencing The Depths of Jesus Christ (Mengalami Kedekatan yang Dalam Dengan Yesus Kristus), ia menulis, "Sikap berserah penuh [kepada Kristus] merupakan kunci untuk mendapat pemahaman yang sulit dimengerti. Sikap berserah adalah suatu kunci dalam kehidupan rohani." Itulah salah satu manfaat jika kita lebih mengenal Kristus dan kebenaran-Nya.
Rasul Paulus menulis kepada jemaat di Roma bahwa sekalipun tidak ada lagi penghukuman bagi orang-orang percaya dalam Kristus (Roma 8:1) namun tidak berarti bahwa hidup orang percaya tidak ada lagi keluh kesah. Rasul Paulus juga menegaskan dalam pasal yang sama bahwa: "Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita" (
Saudara, kita telah memasuki tahun yang baru 2004. Memang kita tidak tahu akan hari esok, namun kita tahu siapa yang memegang hari esok. Keyakinan tersebut mengajak kita untuk menghadapi hari esok dengan benar:
Billy Graham ketika ditanya selama ini pertemuan dengan tokoh-tokoh dunia siapa sajakah yang paling menyenangkan? Jawabnya:
"Tak seorang pun diantara mereka. Sampai sekian lama hidupku, persekutuan dengan Kristuslah yang paling menyenangkan. Mendengar Ia berbicara padaku, dipimpin oleh-Nya, merasakan kehadiran-Nya serta kuasa-Nya melalui hidupku. Ini adalah kenikmatan terbesar dalam hidup saya!"
Bagaimanakah dengan saudara dan saya di tahun baru ini? Pengalaman paling menyenangkan apakah yang kita harapkan? Semoga kita dapat lebih mengenal Kristus dan kebenaran-Nya sehingga kita pun dapat berkata: "Itulah pengalaman yang paling menyenangkan!" Amin.
Sumber: Newsletter GKI Monrovia, Januari 2003, Tahun XVII No. 1
==> http://www.gki.org/
Yang menjadi tujuan diselenggarakannya KDL VII ini adalah:
Diperkuatnya KEGERAKAN DOA melalui jaringan doa di kota-kota baik yang telah terbentuk maupun yang perlu dirintis (tujuan jangka pendek).
Dibangunnya KESATUAN UMAT melalui visi yang dinyatakan Tuhan melalui Firman dan Kesaksian dalam kebersamaan umat dari berbagai kota di seluruh tanah air maupun di luar negeri (tujuan jangka menengah).
Diperbaharuinya panggilan dan komitmen para peserta/fasilitator untuk terlibat secara aktif dalam Gerakan Doa di kota-kota yang berdampak pada TRANSFORMASI MASYARAKAT/KOTA secara nyata (jangka panjang).
Ada tiga hal yang menandai sebuah kota bila telah mengalami transformasi:
Langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun Gerakan Doa Sekota.
Pemetaan Rohani ini dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi suatu kota baik secara:
Ilmu Pengetahuan
Mengetahui secara detail kondisi kota secara fisik (tingkat kesejahteraan, tingkat kriminalitas, bangunan bersejarah, jumlah gereja, tempat-tempat hiburan, dsb.)
Doa Terobosan Doa ini dilakukan untuk mengetahui/melihat kondisi "rohani" dari kota itu (mengetahui tempat-tempat pemujaan yang ada serta roh-roh jahat yang ada/yang menguasai kota itu).
Setelah mengetahui tentang kondisi "rohani" yang ada di kota tersebut maka perlu diadakan peperangan rohani untuk menghadapi roh-roh jahat yang ada. Peperangan rohani dapat dilakukan dengan mengadakan doa bersama, doa keliling kota, dsb.
Perlunya dibentuk jaringan doa sekota yang melibatkan semua gereja/denominasi yang ada di sebuah kota.
Kemitraan antar gereja/denominasi perlu dibangun untuk menghindari terjadinya program yang tumpang tindih.
Membawa Mahasiswa Kepada Yesus.
Mahasiswa merupakan bagian dari umat manusia di muka bumi, yang sama dengan manusia berdosa lainnya (Roma 3:23). Keselamatan jiwanya juga menjadi kebutuhan mereka yang hakiki. Untuk apa mereka memiliki ilmu dan kemampuan yang terus berkembang, atau berhasil menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mutakhir dewasa ini, namun jiwanya tidak selamat. Mereka semua membutuhkan Injil.
Masa mahasiswa merupakan masa yang cukup rawan, sebab pada masa ini, terjadi kristalisasi nilai hidup dan kepribadian, yang akhirnya akan memengaruhi setiap pengambilan keputusan atau karier. Dalam situasi seperti ini, mereka perlu mendapatkan penjelasan mengenai kasih karunia Allah dalam Yesus, yang menyediakan keselamatan dan hidup kekal. Kasih Yesuslah yang akan membuat hidup mereka menjadi terarah, berarti, dan bermakna.
Hamba Tuhan, pendeta, ataupun majelis akan kesulitan untuk menjangkau mahasiswa. Untuk itu mahasiswa Kristen yang sudah Allah tempatkan di kampus, seharusnya mengambil bagian dalam tugas membawa sesama mahasiswa kepada Yesus di kampus. Ladang pelayanan mahasiswa ini cukup strategis, bila dijangkau oleh mahasiswa sendiri.
Untuk dapat menuai, kita harus menabur. Bila kita tidak mau menabur, maka tidak mungkin kita mengharapkan pohon yang tumbuh subur dan berbuah lebat. Jika kita mau mendapatkan benih yang sungguh-sungguh dapat bertumbuh dan nantinya diharapkan berbuah lebat, kita harus menabur banyak. Hal ini mengingatkan bahwa tidak setiap benih yang kita tabur, semua akan bertumbuh baik (Matius 13:1-23).
Diambil dari:
Judul jurnal | : | Aletheia, Edisi 02, Tahun II |
Judul asli artikel | : | Membawa Mahasiswa Kepada Kristus |
Penulis | : | Hery Harjanto, SE |
Penerbit | : | Persekutuan Mahasiswa Kristen Surakarta |
Halaman | : | 19 -- 20 |
Saya dan istri memiliki enam orang anak. Sesungguhnya, merupakan kegembiraan yang tidak terhingga, melihat anak-anak tumbuh secara jasmani dan rohani. Rasul Yohanes mengatakan, "Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar daripada mendengar bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran" (3 Yohanes 4). Dalam suratnya yang terdahulu, Yohanes menulis hal yang sama. "Aku sangat bersukacita bahwa aku mendapati separuh dari anak-anakku hidup dalam kebenaran sesuai dengan perintah yang kita terima dari Bapa" (2 Yohanes 4).
Tindak Lanjut
Selama dua tahun saya tinggal di rumah Dawson Trotman dan tahun- tahun berikutnya, saya melayani langsung di bawah kepemimpinannya. Pada waktu itu, saya banyak mendengar tentang suatu konsep yang dilalaikan oleh sebagian besar kelompok Kristen pada saat mereka menjalankan program-program reguler mereka. Dawson menamakan konsep itu "tindak lanjut", dan ia selalu berbicara tentang konsep itu.
Saya belum pernah mendengar istilah ini digunakan di berbagai kalangan gereja. Sebenarnya, sepengetahuan saya istilah tersebut tidak ada dalam teologi mana pun yang ditulis sebelum Perang Dunia II. Tetapi, Dawson mengajarkannya sebagai prinsip "tindak lanjut" dengan penuh semangat.
Sebagian besar yang saya tulis, sesungguhnya, boleh dikatakan merupakan suatu adaptasi ide-ide Dawson yang disampaikan kepada saya (2 Timotius 2:22). Ide-ide ini Allah berikan melalui bermacam-macam pengalaman dan ujian dalam hidup saya.
Tindak lanjut dapat didefinisikan sebagai proses bimbingan bagi seorang bayi rohani dalam Kristus menuju kedewasaan rohani. Yang perlu diperhatikan bahwa tindak lanjut adalah suatu proses. Keselamatan adalah suatu tindakan. Dalam sedetik seseorang dapat berpindah dari maut pada hidup melalui iman kepada Yesus Kristus -- lahir baru pada suatu waktu yang pasti. Tetapi, tindak lanjut adalah proses yang memerlukan waktu dan pengulangan. Pertumbuhan jasmani dan rohani memang lamban.
Dawson sering menjelaskan, "Untuk membawa seseorang kepada Kristus memerlukan waktu dua jam. Akan tetapi, untuk membawa seseorang menuju kedewasaan rohani memerlukan waktu enam bulan sampai dua tahun." Menurut Dawson, seseorang yang dewasa kekristenannya sanggup menjadi orangtua rohani dan bertanggung jawab menolong orang lain menjadi dewasa di dalam Kristus. Ini yang dimaksud pelipatgandaan secara rohani.
Dua Macam Tindak Lanjut
Pada dasarnya ada dua macam tindak lanjut: pastoral (penggembalaan) dan personal (pribadi atau orangtua).
Tindak lanjut penggembalaan sebagian besar dilakukan melalui gereja setempat. Tuhan memberikan kepada pendeta dan pengajar gereja-Nya tanggung jawab untuk memberi makan dan menggembalakan jemaat.
Tuhan menekankan hal ini kepada Petrus ketika sedang makan bersama- sama dengan para murid-Nya di tepi danau Galilea setelah kebangkitan-Nya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?" Yesus bertanya hal yang sama sampai tiga kali, dan Petrus tiga kali menjawab "Ya". Kemudian, tiga kali Tuhan dengan khidmat meminta kepada Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya (Yohanes 21:15-17).
Penekanan dalam ayat-ayat ini bukan pada arti kata Yunani mengenai kasih: phileo dan agapao. Pelajaran utama di sini jelas: "Gembalakanlah domba-domba-Ku". Pertama-tama, Tuhan ingin Petrus menaruh perhatian yang serius; kemudian Ia menggarisbawahi pentingnya tindak lanjut.
Dalam percakapan di ruang atas tertulis dalam Yohanes 14-16, lima kali Yesus menjelaskan, bahwa bukti kasih kita kepada-Nya ialah ketaatan pada perintah-Nya (Yohanes 14:15,21,23; 15:10,14). "Gembalakan domba-domba-Ku." Peliharalah mereka dengan kasih melalui Firman Allah.
Petrus tidak pernah lupa pada pelajaran yang sangat jelas ini. Di akhir hidupnya, ia meminta dengan sangat kepada rekan-rekan penatua, "Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu" (1 Petrus 5:2-3). Petrus menambahkan, bahwa sebuah "mahkota kemuliaan" akan diterima oleh setiap pendeta dan guru-guru yang dengan setia menggembalakan domba-domba-Nya (1 Petrus 5:4). Suatu tindak lanjut penggembalaan begitu penting bagi pertumbuhan seorang Kristen.
Tindak lanjut pribadi yang juga sangat penting untuk pelatihan rohani sebaiknya berlangsung di rumah dan di gereja. Sungguh merupakan suatu keberuntungan bila seorang petobat baru tidak hanya mendapat seorang pendeta yang baik, tetapi juga bersedia menjadi orangtua rohani baginya. Pendeta harus melayani banyak orang; ia memiliki waktu yang sangat terbatas untuk melayani jemaat pribadi lepas pribadi. Jadi, seluruh Tubuh Kristus perlu dilibatkan dalam upaya tindak lanjut. Setiap orang Kristen yang dewasa, setiap murid Yesus yang sejati, baik pria maupun wanita, hendaknya menunjukkan fungsi sebagai seorang ayah yang mampu memberi nasihat (1Tesalonika 2:11) atau seorang ibu yang mendidik (1 Tesalonika 2:7).
Yesus telah memanggil semua murid sejati-Nya untuk memuliakan Allah dengan jalan menghasilkan buah yang tetap (Yohanes 15:8,16). Tindak lanjut bukan merupakan suatu teori abstrak atau kebenaran rohani yang mati. Upaya tindak lanjut menuntut suatu tindakan. Saya telah menerima tanggung jawab menjadi orangtua yang membesarkan enam anak secara jasmani yang telah Allah berikan kepada saya. Saya juga telah menerima dengan sungguh-sungguh hak menjadi orangtua rohani bagi individu-individu tertentu yang telah Tuhan percayakan dalam hidup saya. Ada yang menjadi anak rohani karena saya pribadi membawa mereka kepada Kristus. Ada juga yang menjadi anak rohani saya karena Allah membangkitkan minat dalam hati saya setelah melihat kebutuhan mereka.
Empat Cara Melakukan Tindak Lanjut
Ada empat cara dalam tindak lanjut. Keempat cara tersebut ditulis oleh Paulus dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika: Doa, kontak pribadi, pena, dan orang yang mempunyai otoritas.
Doa -- Paulus berkata kepada jemaat di Tesalonika bahwa ia berdoa siang dan malam supaya mereka menjadi dewasa dalam iman (1 Tesalonika 3:10). Di depan umum, Dr. Billy Graham pernah berkata bahwa para pendoa kampanye penginjilan sangat ditentukan oleh ribuan orang Kristen yang setia. Dari sinilah bisa terjadi pertobatan.
Kontak Pribadi -- Doa dan kunjungan berjalan bersama. Paulus berulang-ulang mengatakan di Tesalonika, "Kami berdoa sungguh-sungguh supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu" (1 Tesalonika 3:10). Kepada orang-orang di Roma, Paulus menyatakan kekecewaannya karena halangan-halangan yang ada sehingga ia tidak berkesempatan mengunjungi mereka (Roma 1:10-13). Pernyataan yang sama juga dituliskan Paulus kepada orang-orang di Korintus, Filipi, dan Kolose.
Dalam kampanye pekabaran Injil yang mendapat sponsor dari TEL (Training Evangelistic Leadership) di Asia, kami selalu berusaha mengadakan kontak pribadi dengan setiap orang yang menjawab panggilan untuk menerima Kristus.
Pertama, setiap petobat akan dibebankan kepada seorang pembimbing yang akan meluangkan waktu tiga puluh menit untuk menjelaskan keselamatan dengan gambar ilustrasi jembatan sebagai sebuah pola dasar. Setelah bimbingan selesai, ada doa pribadi oleh si petobat baru ini. Pembimbing berdoa bagi si petobat baru dengan menyebut namanya. Si petobat baru didorong untuk berdoa dengan bersuara dan dengan kata-katanya sendiri. Berdoa dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus, yang ia terima di dalam hatinya sebagai juru Selamat pribadi.
Dalam waktu seminggu, kami juga mencoba mengunjungi rumah masing-masing orang yang telah menulis suatu keputusan menerima Kristus, khususnya setiap orang yang berasal dari suatu latar belakang non-Kristen. Dalam KKR-KKR TEL, setiap petobat diserahkan kepada sebuah gereja setempat yang khusus, menurut petunjuk-petunjuk yang diatur sebelumnya. Para staf TEL menawarkan pelayanan-pelayanan mereka untuk membantu dan melatih para anggota gereja untuk program kunjungan kepada para petobat baru.
Di suatu KKR di Jepang utara, para anggota gereja setempat mengunjungi 55 orang petobat baru yang berlatar belakang nonKristen. Empat puluh empat dari jumlah itu memberikan tanggapan dengan menghadiri, untuk pertama kalinya, salah satu kebaktian gereja setempat. Orang memberikan tanggapan apa bila dikunjungi secara pribadi, khususnya pada saat mereka merasakan kasih dan perhatian.
Pena -- Pena dapat melengkapi kunjungan-kunjungan pribadi. Banyak surat kiriman dalam Perjanjian Baru sesungguhnya merupakan surat-surat tindak lanjut yang ditujukan kepada kelompok jiwa baru. Paulus berkomunikasi melalui surat-surat ketika ia berkeliling dari kota ke kota, dan bahkan ia tetap mengirim surat-surat ketika ia berada dalam penjara.
Dalam pelayanan kami di Asia, kami mengirimkan bahan Pemahaman Alkitab kepada setiap petobat baru dan menganjurkan mereka agar ikut program penghafalan ayat Alkitab. Itu semua dilakukan dengan kontak pribadi dan kursus tertulis. Seorang pria Jepang bertobat ketika ia mengikuti Pemahaman Alkitab Para Navigator dari dalam penjara. Ia mengirim setiap pelajaran berikutnya ke kantor kami. Kami memberikan koreksi setiap pelajaran, dan mengirimkan lagi bahan-bahan pelajaran. Dua tahun kemudian, tiba-tiba ia muncul di rumah saya. Ia memerlukan tempat tinggal. Seorang residivis yang tidak dapat dipercaya? Bukan, ia adalah seorang saudara Kristen yang telah ditebus dengan anugerah-Nya!
Saya menerimanya dalam rumah saya yang bergaya Jepang dengan pintu kayu dorong yang tidak pernah dikunci. Ia menjadi orang kepercayaan keluarga. Saya memberinya pekerjaan di kantor kami untuk memeriksa, memberikan nilai pelajaran kursus tertulis Alkitab seperti yang pernah diikutinya selama di penjara dan ia juga bersaksi di penjara-penjara dan pertemuan pekabaran Injil lainnya. Pada suatu ketika ia jatuh cinta dan menikah dengan rekan kerjanya, seorang wanita yang penyerahan hidupnya tinggi. Mereka berumah tangga dan menjadi saksi yang sangat baik mengenai anugerah Allah. Tsuchiya, yang menjadi seorang majelis gereja, -- karena anugerah -- adalah hasil buah pemahaman Alkitab tertulis, metode tindak lanjut pena.
Perwakilan -- Tiga metode pertama adalah sarana paling baik dalam mengadakan tindak lanjut. Tetapi, kadang-kadang kita dihadapkan dengan kurangnya waktu dan keadaan yang tepat, sehingga kita tidak mungkin menindaklanjuti secara langsung semua orang yang telah menjadi perhatian kita. Oleh sebab itu, saya kadang-kadang mengunjungi seorang teman untuk membantu tugasnya. Ini merupakan upaya tindak lanjut melalui orang yang mempunyai otoritas.
Paulus meminta Filemon untuk menerima kembali dan menolong Onesimus, budaknya yang lari dan telah dibawanya kepada Kristus. Filemon menggantikan Paulus untuk menindaklanjuti Onesimus. Ketika Paulus tidak dapat mengunjungi jemaat di Korintus dan Efesus, ia mengirim Timotius untuk mewakilinya (1 Korintus 4:17; 1 Timotius 1:3). Demikian pula ia mengirim Tikhikus ke Kolose (Kolose 4:7) dan meninggalkan Titus di Kreta (Titus 1:50). Dalam 1 Tesalonika kita belajar bahwa Paulus mengutus Timotius, wakilnya, untuk mengetahui pertumbuhan iman jemaat di Tesalonika.
Saya berusaha menindaklanjuti orang-orang yang berpapasan di jalan kehidupan ini supaya mereka membuat komitmen (tekad setia) baru kepada Kristus -- melalui kontak pribadi, pena, doa atau orang yang punya otoritas.
Rasul Yohanes yang sudah berusia lanjut mengingatkan kita, "Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar daripada mendengar bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran" (3 Yohanes 1:4). Adalah sukacita kita juga, kalau dapat melihat anak-anak rohani kita tetap setia dalam iman.
Sumber::
Judul Buku | : | Pemuridan dengan Prinsip Timotius |
Judul Artikel | : | Membesarkan Anak-Anak Rohani |
Penulis | : | Roy Robertson |
Penerbit | : | Yayasan Andi - 2001 |
Halaman | : | 87 -- 94 |
Tahun 1980, N (nama samaran) adalah seorang gadis muda yang baru lulus dari sekolah Alkitab. Saat ia sedang memikirkan ke arah mana Tuhan hendak memanggilnya secara khusus, ia mendengar kabar tentang banyaknya orang di Indonesia yang tidak bisa mempelajari Firman Tuhan karena mereka tidak bisa berbahasa Indonesia. Untuk memastikan fakta ini, bersama seorang rekan perempuannya, N pergi ke daerah W di salah satu pedalaman di Indonesia untuk melihat situasi.
Ternyata benar. Sebagian besar dari masyarakat setempat tidak bisa berbahasa Indonesia. Kebetulan ada seorang ibu yang bisa berbahasa Indonesia karena suaminya adalah guru yang pernah di tempatkan di Kota M (salah satu kota di daerah W). Ibu ini lalu diutus oleh masyarakat W untuk bicara kepada N dan rekannya.
"Orang-orang minta saya untuk bertanya pada Nona berdua karena biasanya yang datang kemari adalah laki-laki dan mereka umumnya pegawai pemerintah. Karena itu kami heran sekali, mengapa kalian datang ke sini?" kata ibu itu.
"Kami ke sini karena kami ingin belajar bahasa W!" jawab N terus terang.
"Oh, mengapa bahasa W? mengapa tidak bahasa Inggris atau bahasa Belanda saja yang lebih berguna?" tanya ibu ini keheranan.
"Sebab kami ingin menerjemahkan Firman Tuhan ke dalam bahasa W," jawab N.
Pada waktu itu, air muka sang ibu yang tadinya penuh dengan tanda tanya langsung berubah. Air matanya mengalir dan ia pun berkata "Kami sudah lama berdoa untuk hal ini. Di sini memang ada gereja yang memakai bahasa Indonesia, tapi setelah keluar dari gereja, kami tidak bisa membaca Alkitab. Bukan karena tidak mau, tapi karena tidak mengerti. Kebetulan suami saya guru, jadi dia bisa membaca Alkitab bahasa Indonesia, tapi dia harus selalu menerjemahkannya ke dalam bahasa W. Jadi, kami berdoa agar pada suatu hari kami bisa punya Firman Tuhan dalam bahasa kami," ujar ibu itu dengan bersemangat.
Setelah peristiwa itu, N diyakinkan bahwa Tuhan memanggilnya untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa daerah di Indonesia. "Sejak itu saya mulai bertemu dengan para penerjemah lain dan saya mendengarkan cerita serupa."
"Di daerah suku A di Provinsi P, misalnya, ada seorang ibu yang terkaget-kaget waktu membaca 1 Yohanes 1:9 dalam bahasa sukunya. Ayat itu menyatakan: Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
"Ibu ini yakin ia tidak pernah mendengar ayat ini. Padahal, pendeta dari gereja sang ibu mengatakan bahwa ayat ini sering dibacakan dalam acara pengakuan dosa. Ternyata ibu ini memang bisa bahasa Indonesia dengan kosa kata yang dipakai dalam percakapan sehari-hari saja, sehingga ia tidak mengerti arti kata `dosa`, `pengampunan`, `setia`, dan `adil`. Barulah setelah Firman itu diterjemahkan ke dalam bahasa sukunya, ia dapat sungguh-sungguh mengerti arti dari kata-kata tersebut. Ibu ini, suaminya, dan kedelapan orang anaknya sekarang selalu membaca Firman Tuhan setiap malam dan iman mereka pun bertumbuh," cerita N panjang lebar.
N percaya kebenaran Firman Tuhan dapat mengubah hidup seseorang dan orang yang diubahkan itu akan membawa perubahan di dalam masyarakat. Karena itu, lebih dari 10 tahun sejak kejadian di kota W tersebut, bersama suaminya, N memimpin sekitar 30 orang staf yang sebagian di antaranya adalah penerjemah, untuk menerjemahkan Firman Tuhan ke dalam berbagai bahasa daerah di Indonesia lewat payung lembaga `Kartidaya` (Wycliffe Bible Translator Indonesia).
MEMBUTUHKAN BANYAK SDM
Mengingat di Indonesia ada lebih dari 700 bahasa daerah, N mengakui ada banyak sekali hal yang perlu dikerjakan karena masih minimnya sumber daya manusia yang tesedia. "Sekarang kami baru memiliki 6 tim untuk melayani 8 proyek bahasa di berbagai provinsi yang ada di Indonesia. Dan kami bukan cuma butuh penerjemah tapi juga tenaga dari berbagai bidang lain. Saat ini, misalnya, kami sedang mencari orang yang menguasai ilmu komputer karena proyek-proyek penerjemahan dapat dipercepat berkali-kali lipat dengan bantuan teknologi komputer.
Selama ini orang berpikir mereka yang jadi penerjemah haruslah lulusan fakultas sastra. Tapi sebetulnya mereka yang dari fakultas teknik atau latar belakang pendidikan apa pun juga bisa dipakai Tuhan untuk menjadi penerjemah Alkitab. Yang penting, mereka yang mau mengikuti panggilan Tuhan sebagai penerjemah bahasa Alkitab akan dilatih agar bisa menganalisa bahasa.
Selain menerjemahkan, kami juga memiliki pelayanan literasi (pengajaran baca tulis) yang tugasnya mengajari orang-orang untuk dapat membaca dan juga pelayanan pemberdayaan masyarakat. Jadi, memang dibutuhkan orang dari berbagai bidang. Biasanya sebelum menerjemahkan Alkitab, seorang penerjemah terlebih dahulu menerjemahkan buku-buku praktis yang dibutuhkan masyarakat (seperti misalnya buku kesehatan, pertanian, perikanan), dan cerita-cerita pendek dari Alkitab seperi kisah Musa, Yakub, dan kehidupan Yesus. Baru setelah itu mereka masuk ke tahapan berikutnya dengan menerjemahkan Perjanjian Baru. Jika tidak ada hambatan, sebuah program penerjemahan Alkitab (PL & PB) akan selesai 10-15 tahun.
Untuk menghindari duplikasi, Kartidaya kini bergabung dengan forum `Bible Agency`, yang merupakan forum kerjasama antara berbagai lembaga penerjemahan Alkitab di Indonesia. Dengan begitu, Kartidaya bisa saling bertukar informasi sehingga bisa saling mendukung jika ada proyek penerjemahan yang sudah dilakukan oleh lembaga lain.
Masih banyak orang di Indonesia yang butuh kebenaran Firman Tuhan. Anda juga bisa ikut berperan untuk membuka mata hati mereka dengan kemampuan Anda.
Bahan diedit dari sumber:
Judul Majalah | : | getLIFE! Edisi 16/2005 |
Judul Artikel Asli | : | Kartidaya: Membuka Mata Hati Masyarakat Pedalaman |
Penerbit | : | Yayasan Pelita Indonesia |
Halaman | : | 14 - 16 |
Telah banyak digunakan dalam usaha mengajak orang percaya untuk terjun ke dalam pekerjaan penginjilan pribadi seperti:
Menegaskan bahwa penginjilan adalah suatu tugas dan perintah dari Tuhan Yesus yang harus dijalankan.
Pembentukan regu-regu yang berlomba-lomba mencari jiwa dengan disediakan hadiah-hadiah bagi regu pemenang.
Diajarkan bahwa usaha mencari jiwa akan menambah pahala di surga.
Bagaimana pendapat saudara? Tepatkah semua pendorong yang diajukan di atas? ... Tidak! Hanya satu saja yang sesuai dengan Firman Tuhan, yaitu dorongan Kasih.
"Karena kasih Kristus itu menggerakkan hati kami, ... dan sudah menanggungkan ke atas kami kabar perdamaian itu. Sebab itu kami menjadi utusan bagi pihak Kristus, ...."
(Lihat ayat2 Korintus 5:14,19,20 TL)
Kalau saudara pergi mencari jiwa-jiwa yang sesat dengan dorongan yang lain dari Kasih Kristus, maka sikap saudara terhadap orang yang dilayani tidak akan sesuai. Tetapi, kalau saudara memberikan cukup waktu dan dengan tenang merenungkan sengsara Yesus pada salib, dan merenungkan keadaan manusia yang belum percaya kepadaNya, pasti dengan segera saudara akan tergerak oleh kasih itu untuk pergi. Siapakah, yang walaupun hanya memiliki sedikit kasih akan dengan sadar membiarkan teman-temannya menuju ke kebinasaan? Tentu, semua akan diajak untuk melarikan diri ke tempat yang aman, bukan?
Apa sebabnya peristiwa penyaliban Yesus harus direnungkan sedalam-dalamnya sebagai penggerak kasih? Apakah hal ini suatu disiplin psikologis untuk membangkitkan perasaan ...? Tidak! Perasaan hanya akan bertahan sesaat saja, lalu menghilang. Pengetahuanlah yang akan bertahan lama sebagai pembangkit Kasih. Sebabnya dapat kita lihat dalam ayat yang berikut ini.
"Karena kasih Kristus itu menggerakkan kami ... sebab kami yakin Seorang telah mati karena orang sekalian, ..." (2 Korintus 5:14 TL)
Demikianlah hubungan antara pengetahuan ("yakin") dan penggerak kasih. Dan pengetahuan itu tidak akan datang melalui khayal, melainkan telah disediakan bagi saudara di dalam Alkitab. Selidikilah nats-nats dasar dalam pelajaran ini, yakni
Tetapi Tuhan Allah tidak akan memberikan tugas tersebut tanpa adanya kerelaan dari saudara sendiri. Panggilan terhadap nabi Yesaya merupakan contoh baik dari sikap terhadap panggilan Allah itu. Allah bertanya:
"... siapakah akan menjadi utusan-Ku? Maka jawabku: Bahwa aku ini hamba-Mu, suruhkanlah aku!"
(Yesaya 6:8 TL)
A. KEINSYAFAN AKAN RENCANA ALLAH BAGI SAUDARA
Manusia berkeadaan "mati dalam dosa" (
Yesus melukiskan keadaan itu dalam Injil Yohanes pasal 15. Dalam perumpamaan "Pokok Anggur yang Benar" itu terlihat bilamana seseorang mempunyai hubungan dengan Yesus, barulah ia memiliki hidup. Kalau hubungan tersebut putus, ia menjadi kering serta tidak berguna bagi pemilik kebun (bandingkan
Tentu saja manusia yang berada di luar persekutuan dengan Allah memiliki sifat-sifat dan kelakuan-kelakuan yang najis; dan tentu juga bahwa Tuhan Allah akan menentukan beberapa batas kesanggupan bagi mereka. Sebagai perincian dari sifat-sifat tersebut perhatikanlah pernyataan-pernyataan Tuhan yang berikut. Dan bila saudara belum melihat persesuaian antara penjelasan ini dengan pengalaman saudara dalam pergaulan sehari-hari periksalah diri saudara. Mungkin saudara masih mempunyai cita-cita dan sentimen- sentimen yang mengelabuhi pengertian saudara yang seharusnya.
Orang berdosa gemar melakukan yang jahat. Mereka memberontak, melanggar setiap pernyataan dan kehendak Allah; malah mereka demikian bermusuhan dengan Allah, sehingga sering membenci orang-orang yang memihak Yesus (
Mereka belum mempunyai panca indra rohani. Mereka tidak dapat melihat ataupun mengerti perkara-perkara rohani (
Sia-sialah segala usaha, amal dan kebenaran dirinya. Semua jalan keagamaan yang ditempuhnya ternyata buntu (
Meskipun setiap bagian dari hidup manusia itu merosot serta segala perbuatannya najis, Tuhan tetap menganugerahkan dua pernyataan kasih untuk mendorong manusia kepada kesadaran dan kepercayaan. Selama hubungan dengan Yesus ini belum tercapai, seseorang tidak akan pernah puas bahkan akan tetap gelisah.
Yang pertama, bahwa setiap orang yang belum memperoleh keselamatan dalam Yesus akan merasakan suatu kekosongan dalam dirinya. Kekosongan yang seharusnya menjadi tempat kediaman Roh Yesus. Kekosongan itulah yang telah menggerakkan manusia untuk mencari-cari melalui macam-macam agama, tetapi keagamaan ternyata tidak memberi kepuasan.
Yang kedua, adalah "hati kecil." Fungsi hati kecil menjadi jelas bagi kita dalam
Kita yang percaya mengetahui bahwa segala sesuatu yang mustahil bagi orang berdosa telah dilaksanakan oleh Yesus. Orang yang najis sekalipun dapat dilepaskan dari hukuman maut melalui iman kepada Yesus Kristus. Yesus telah menggenapkan semua syarat yang dari Tuhan Allah kita. Di dalam Yesus setiap orang dapat memperoleh penebusan dan keselamatan.
Bacalah surat
Tetapi siapakah orang itu yang akan memperkenalkan mereka kepada Kristus? Apakah setiap orang layak memangku jabatan yang luhur itu? Bukankah tugas itu sedemikian mulia, sehingga Tuhan hanya memilih petugas-petugas tertentu saja untuk melaksanakannya? ... Tidak demikian, Saudara! Kalau Tuhan harus menunggu orang yang cukup layak dan suci, Injil tidak akan sampai terberitakan. Hanya Yesuslah orang yang layak dan suci. Yesuslah Penebus! Kita hanya alat pemberita saja.
Saudara boleh memberitahukan jalan keselamatan itu. Sebab Tuhan Allah tidak melarang seorangpun dari anak-anak-Nya untuk menikmati sukacita sebagai pemberita Injil. Kita mempunyai contoh yang baik dalam Alkitab. Perhatikan
Roh Kudus merupakan kunci pengertian, apakah sebabnya orang-orang biasa juga dapat memberitakan Injil. Kalau pemberita Injil itu tergantung pada kesanggupan dan tenaga si pemberita Injil sendiri, maka hanya sedikit saja yang dapat menjalankannya. Kebanyakan orang merasa tidak mampu untuk belajar dan melatih diri dalam penginjilan sampai merasa cukup lancar.
Tetapi saudara boleh bersyukur kepada Tuhan bahwa tidaklah demikian halnya. Roh Kudus yang mempunyai peranan utama, dan Saudara yang mempunyai peranan pelengkap. Saudara yang pergi, Roh yang melaksanakannya. Yang perlu bagi Saudara hanyalah memberitahukan tentang jalan keselamatan kepada orang yang sesat dan Roh Kudus yang akan bekerja untuk meyakinkan dia. Dan kalau orang itu mau menerima Kristus, Roh Kuduslah yang akan mengerjakan mujizat pembaruan didalam batinnya. Dalam penginjilan hanya perlu supaya Injil diberitakan dengan sangat sederhana, serta mengajak orang itu untuk percaya.
B. PERSIAPAN ROHANI UNTUK MENJADI PEMBERITA INJIL
Dalam mencari jiwa-jiwa, saudara akan menemukan bermacam-macam penyakit rohani. Di kemudian hari, setiap jiwa yang saudara telah perkenalkan kepada Yesus Kristus akan menghadapi bermacam-macam pencobaan dan rintangan yang lain lagi. Orang buta tidak dapat menolong orang buta (
Beberapa pemberian rahmat Yesus yang saudara perlu alami adalah:
Kalau saudara sendiri belum diselamatkan menjadi Anak Allah, saudara perlu dilayani, bukan melayani. Kalau kelahiran baru belum saudara alami, betapa baiknya untuk menerima Yesus sekarang karena tak mungkin saudara selamat tanpa pembaharuan itu (
Apakah saudara telah mendapatkan kepastian bahwa dosa-dosa saudara telah diampuni dan bahwa saudara telah memiliki tempat di sorga? Kepastian yang mutlak hanya diperoleh melalui Firman Allah. Kalau Tuhan mengatakan bahwa saudara telah selamat tentu saudara telah selamat (
Saudara telah disuruh supaya hidup dengan suci serta sempurna (
Yesus tidak bermaksud supaya saudara hidup dan bertahan seorang diri. Ia telah merencanakan suatu lingkungan khusus demi pertumbuhan iman saudara. Persekutuan itu menggantikan segala kerugian di dunia luar (
Bersediakah saudara dilengkapi untuk pekerjaan penginjilan pribadi? Roh Kudus menunggu untuk memberikan pertolongan-Nya atas dasar kerelaan dan ketaatan saudara. Fungsi utama Roh ialah untuk memasyhurkan nama Yesus. Jadi Roh itu hanya memberikan kuasa kepada seseorang yang "rela" dan "taat" memberitakan Injil.
Apakah saudara merasa tidak sanggup meyakinkan orang-orang lain? Sebenarnya hal "meyakinkan" bukanlah urusan saudara melainkan peranan Roh Allah. Menurut janji-janji dalam Firman Tuhan (
Kuasa ilahi adalah sesuatu yang dialami "sementara berjalan." Kuasa itu bukanlah milik saudara yang dapat dipegang-pegang dan dirasa terlebih dahulu, melainkan mempunyai maksud tertentu: "kuasa dalam bersaksi" yang tidak terlihat jelas terpisah dari aktivitas pemberitaan Injil. Kuasa itu bukan bagi saudara melainkan bagi kemuliaan Kristus.
Hanya satu senjata yang diberikan kepada orang-orang percaya untuk menyerang, yaitu Alkitab. Tidak perlu saudara menunggu untuk diperlengkapi dengan Firman Tuhan. Ambil saja dan pakailah!
Paulus pernah melukiskan perlengkapan rohani yang diperuntukkan bagi kita sebagai persenjataan (
C. DISIPLIN ROHANI SEHARI-HARI
Hanya sejauh mana saudara menyediakan diri untuk diperlengkapi, sejauh itu pula Roh Kudus dapat bekerja di dalam diri saudara. Anak- anak Allah yang biasa menginjili telah mengalami bahwa hal-hal yang berikut perlu dilakukan sebagai langkah-langkah penyerahan rohani.
Secara teratur dan terus menerus. Jangan hanya membaca saja, melainkan renungkan dan bandingkanlah nats dengan nats sampai ajaran-ajaran pokok meresap dan menjadi darah daging saudara (
Roh Kudus akan bekerja dalam batas pengetahuan saudara tentang Firman Tuhan. Dalam hal ini saudara seumpama sebuah komputer di mana segala sesuatu yang telah tersimpan di dalamnya dapat diambil kembali oleh Roh Kudus untuk dipergunakan. Makin banyak ayat yang telah terhafalkan, berarti makin banyak pula ayat yang dimiliki oleh Roh Kudus sebagai persediaan dalam penginjilan. Menghafal merupakan hal yang penting sekali supaya saudara selalu dapat mengingat kembali letaknya suatu keterangan dari Firman Tuhan.
Berikanlah waktu-waktu tertentu pada setiap hari untuk bersekutu dengan Tuhan melalui doa. Jangan terburu-buru, melainkan dalam waktu yang tenang supaya Tuhan berkesempatan berbisik kepada saudara mengenai tugas-tugas yang akan dilaksanakan dan rintangan-rintangan pribadi yang harus diserahkan. Buatlah suatu daftar pokok doa yang penting yang perlu didoakan setiap hari.
Sumber:
Judul Buku | : | Penginjilan dan Pelayanan Pribadi |
Judul Artikel | : | Mempersiapkan Diri Menjadi Penginjil Pribadi (Pel. 1) |
Pengarang | : | W. Stanley Heath, Ph.D., M.Div. |
Penerbit | : | YAKIN, Surabaya |
Halaman | : | 7 - 11 |
Sejak berjanji di malam Natal, tekad saya untuk kelak menjadi misionaris sudah bulat. Saya yakin saya tidak akan memilih jalan hidup yang lain. Tapi berbagai pertanyaan memenuhi pikiran saya, "Ke mana saya akan pergi? Mungkinkah anak desa seperti saya menjadi misionaris? Bagaimana caranya menjadi misionaris? Akankah keluarga saya mengizinkan saya pergi jauh dari mereka? Gadis Nias tidak boleh jauh dari orang tuanya, dan saya anak perempuan bungsu. Bagaimana caranya mengatakan keinginan ini kepada orang tua saya?" Hati saya berdebar-debar setiap kali memikirkan hal ini.
Saya belum dapat membicarakan kerinduan saya kepada orang tua saya. Namun, Tuhan mulai membuka jalan. Setamat SMA, saya diterima di universitas negeri sebagai lulusan PMDK (Program Penelusuran Minat dan Kemampuan), suatu kesempatan langka yang banyak siswa bahkan takut memimpikannya. Tapi saya telah memilih impian lain, impian yang lebih besar.
Berita kelulusan itu saya beritahukan kepada orang tua saya. Di saat mereka sedang bersyukur kepada Tuhan, saya katakan juga bahwa hati saya sudah bulat, saya hanya mau masuk ke sekolah teologi. Mereka kecewa tapi saya tidak berani mengecewakan hati Tuhan yang telah memanggil saya.
Waktu itu, dua saudara saya sedang kuliah di universitas swasta di Yogyakarta sehingga orang tua saya tidak sanggup lagi menyekolahkan saya. Saya terus berdoa dan menunggu selama dua tahun. Dan ketika akhirnya saya masuk Fakultas Teologia Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, saya merasa telah berada di jalur yang benar.
Selagi kuliah di Duta Wacana, saya kembali bertanya-tanya, "Bagaimana caranya menjadi misionaris?"
Saya bertanya ke sana-sini, kepada teman-teman kuliah dan dosen, ... buntu! Tidak ada yang dapat memberi petunjuk. Namun, saya tidak menyerah. Saya terus bertanya kepada teman-teman kuliah, "Saya ingin sekali menjadi misionaris, tapi saya tidak tahu bagaimana caranya. Apakah kamu tahu badan misi yang bisa menerima saya?"
Salah seorang teman berkata, "Di dekat rumah kami di Jakarta ada satu badan misi. Namanya OMF. Nanti kalau saya pulang dari liburan, saya akan ambilkan brosurnya."
Saya tidak sabar menunggu brosur itu datang. Tapi ketika teman saya itu kembali ke Yogyakarta, ia tidak membawa brosur itu. Ia belum sempat ke kantor OMF. Saya sangat kecewa.
Tuhan tidak pernah lupa menyelesaikan apa yang telah dimulai-Nya. Dari takhta-Nya Ia akan menggenapi rencana-Nya. Beberapa bulan kemudian, saat mengambil surat, saya melihat brosur berwarna kuning di dekat keranjang surat. Karena ingin tahu, saya ambil satu, dan alangkah senangnya hati saya melihat bahwa brosur itu adalah brosur OMF.
"Ini dia yang saya cari-cari!" seru hati saya girang.
Saya langsung menulis surat ke OMF untuk menceritakan kerinduan hati saya menjadi misionaris dan bertanya apakah mereka bersedia menerima saya. Tentu badan misi itu tidak bisa berjanji banyak sebab mereka belum mengenal saya. Karena tidak langsung diterima, saya sangat kecewa dan tertekan. Saya merasa ditolak.
Namun, ditolak badan misi bukan berarti ditolak Tuhan. Bila Ia sudah memanggil, Ia akan membuka pintu-pintu yang tanpa celah sedikit pun supaya rencana-Nya digenapi. Saat itu, saya membutuhkan beasiswa untuk kuliah dan saya diminta menemui Ibu A, Direktur Pusat Pengembangan Pribadi Duta Wacana.
Saat berkenalan dengan Ibu A, saya terkejut. Ternyata ia anggota OMF! Dalam hati muncul keinginan untuk mengungkapkan kerinduan saya, tapi kemudian niat itu saya batalkan. "Tidak ada gunanya membicarakan hal itu. Saya telah menyurati mereka dan mereka menolak saya."
Namun, saya tetap mengingat Ibu A. Sebulan kemudian saya menemuinya dan menceritakan kerinduan saya untuk bergabung dengan OMF "Saya telah menyurati mereka," jelas saya, "tapi saya tidak diterima."
"Jangan khawatir," jawabnya, "saya akan mengikuti pertemuan kami di Jakarta. Saya akan berbicara kepada pimpinan di sana."
Dua bulan kemudian ia memanggil saya dan berkata, "Anda telah menceritakan keinginan Anda menjadi misionaris. Saya baru mendapat kabar bahwa ada satu kelompok mahasiswa dan orang-orang muda dari Australia, yang akan datang untuk studi tur di Indonesia. Barangkali Anda tertarik untuk ikut."
"Ya! Saya ingin ikut!"
"Tapi Anda perlu belajar bahasa Inggris," katanya mengingatkan.
"Tidak apa-apa. Saya akan belajar," saya meyakinkannya.
Saya tidak punya uang untuk kursus bahasa Inggris, maka saya bertanya kepada kakak kelas saya, yang saya tahu bisa berbahasa Inggris.
"Saya mau belajar bahasa Inggris, bagaimana caranya?"
"Dengarkan lagu-lagu berbahasa Inggris, hafal kata-katanya dan cari artinya di kamus," jelas kakak itu. Saya langsung melakukannya. Tapi ketika bertemu dengan Ibu A, ia selalu bicara dalam bahasa Inggris, dan saya tidak mengerti sama sekali. Maka, saya bongkar buku pelajaran bahasa Inggris semester pertama saya; saya pelajari kembali dengan tekun.
Ketika beliau kembali dari pertemuan OMF di Jakarta, ia memberi saya formulir lamaran menjadi anggota OMF.
"Saya sudah bicara dengan pimpinan di sana," katanya menjelaskan, "Anda bisa menuliskan lamaran.".
Saya gembira luar biasa! Tapi ketika membaca formulir itu, ternyata semuanya tertulis dalam bahasa Inggris!
Ibu A tampaknya memahami kesulitan saya. "Kerjakan apa yang Anda bisa," usulnya. "Saya akan berusaha membantu sebelum Anda mengirimnya."
Pada saat hampir bersamaan, ia juga menolong saya mengisi formulir untuk studi tur. Dan beberapa bulan kemudian ia memberi tahu saya, "Pimpinan tur itu adalah Ibu B, ia sahabat dekat saya. Dulu ia lama melayani di Indonesia. Ia bisa berbahasa Indonesia."
Hati saya terangkat. "Bagus," pikir saya. "Kalau saya kesulitan berbahasa Inggris, masih ada yang bisa mengerti saya!"
Selama lima minggu mengikuti studi tur itu saya mendapat banyak kesempatan untuk mendengar dan berbicara dalam bahasa Inggris. Saya juga banyak belajar tentang pelayanan misi dan OMF. Dari Ibu A dan Ibu B saya belajar untuk semakin mengasihi Tuhan dan pelayanan misi. Mereka berdoa bersama saya untuk mencari pimpinan Tuhan, suatu pengalaman yang sangat menyenangkan.
Menjelang lulus dari Duta Wacana, saya merasa perlu memberi tahu orang tua saya bahwa saya akan melayani Tuhan sebagai misionaris di negara lain. Kembali saya berhadapan dengan tugas yang mendebarkan. "Bagaimana tanggapan mereka nanti?"
Saya menyurati mereka sambil terus berdoa supaya Tuhan memberi mereka pengertian. Tidak ada tanggapan. Saya menulis beberapa surat lagi, tapi tak satu pun dibalas.
Saya sama sekali tidak bisa menebak isi hati orang tua saya. Tapi dua bulan kemudian saya mendapat berita bahwa papa saya sakit keras. Saya menelepon ke rumah pada hari ulang tahunnya. Sesudah mengucapkan selamat ulang tahun, saya berkata, "Papa sedang sakit. Biarlah saya pulang untuk mengurus Papa. Saya bisa menunda penulisan skripsi saya."
Sudah lima setengah tahun kami tidak bertemu. Saya rindu sekali untuk pulang ke rumah. Tapi papa menjawab, "Kami telah menyerahkan kau kepada Tuhan, kau harus menyelesaikan kuliahmu."
Kemudian saya bertanya, "Kalau saya menjadi misionaris ke luar negeri, menurut Papa bagaimana?"
Di gagang telepon saya mendengar suara papa begitu tenang. "Kau adalah persembahan saya kepada Tuhan," ungkapnya. "Bila ini kehendak Tuhan bagimu, pergi dan lakukanlah dengan sungguh-sungguh."
Enam hari kemudian papa saya meninggal dunia. Saya sangat sedih. Saya tidak akan pernah melihatnya lagi. Tapi restunya telah menjadi pendorong yang kuat bagi saya untuk melangkah lebih maju di dunia misi.
Saya telah diberi tahu bahwa saya perlu dukungan dari gereja asal saya, Banua Niha Keriso Protestan (BNKP). Kebetulan putri Ephorus kami kuliah bersama saya. Sewaktu ia pulang ke Nias untuk praktik tiga bulan, saya memintanya untuk bicara kepada Ephorus kami, ayahnya, tentang kerinduan saya menjadi misionaris.
Sekembalinya dari Nias, ia memberi tahu saya bahwa Sinode BNKP tidak keberatan dengan kerinduan saya, dan saya diminta menyurati mereka kalau sudah hampir lulus. Berita tersebut memberi saya semangat, tapi saya masih belum yakin betul. Beberapa bulan kemudian, Ephorus kami datang ke Yogyakarta untuk melihat putrinya dan menghadiri wisuda kami. "Ini kesempatan yang baik untuk bertanya langsung kepadanya," pikir saya.
Dengan harap-harap cemas saya mendekatinya dan bertanya, "Apakah BNKP bersedia mengutus saya sebagai misionaris?"
Jawabannya sungguh tidak pernah terlintas dalam pikiran saya, "Sinode kita sedang mencari orang yang bersedia diutus sebagai misionaris," jelasnya kepada saya. "Kita akan melakukan pengutusan ini pada ulang tahun ke-130 berita Injil di Nias," tegasnya pula.
Sinode BNKP mau mengutus saya! "Oh, Tuhan, terima kasih. Sungguh indah pekerjaan-Mu."
Sekembalinya saya ke Nias, sinode meminta saya melayani selama satu setengah tahun sebagai persiapan untuk penahbisan. Kesempatan pelayanan ini menolong saya kembali mengalami kehidupan desa, khususnya setelah enam setengah tahun hidup di kota Yogyakarta.
Pada masa ini juga, tidak hanya sekali saya mencoba menampik tangan Tuhan yang ingin segera membawa saya ke ladang misi-Nya. Sering terpikir betapa lebih menyenangkan tinggal di negeri sendiri; ada banyak kemudahan yang bisa saya miliki, tidak perlu bersusah susah mempelajari bahasa lain, tidak perlu mengalami sakitnya perpisahan dengan ibu dan saudara-saudara, lagipula akan lebih mudah untuk menikah.
Menikah? Saya merindukannya. Namun, bagaimana dengan sekian banyak jiwa yang belum pernah mendengar tentang kasih dan pengampunan Kristus?
"Saya tidak rela membiarkan ribuan jiwa itu mati dalam dosa hanya demi saya bisa bersuami," cetus hati saya. "Mereka terlalu berharga bagi Tuhan. Untuk apa saya menikah bila harus melawan Tuhan yang telah memberi nyawa-Nya untuk saya?"
Rasa takut juga beberapa kali hendak menghentikan langkah saya menaati Tuhan. "Sanggupkah saya melakukan tugas ini sendirian, Tuhan?" tanya saya berulang-ulang.
Sebagai jawaban, Tuhan membawa Matius 28:18-20 dalam renungan saya. Ayat itu membuat jiwa saya tenang, setenang jawaban Tuhan Yesus, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu, pergilah ... Aku menyertai kamu senantiasa!"
Saya menetapkan hati, "Saya akan pergi. Tuhan yang empunya segala kuasa, di surga dan di bumi, akan menyertai saya."
Pintu demi pintu telah dibukakan oleh Tuhan. Pertanyaan yang masih tersisa adalah "Ke mana saya akan pergi?"
Saya teringat pada buku yang diberikan Ibu B, buku tentang profil suku-suku terbelakang di Filipina. Saya membaca profil suku Mangyan dan "jatuh cinta" kepada mereka. "Mungkin ke sanalah Tuhan mau mengutus saya," pikir saya.
Sejak itu, negeri Filipina dan suku terbelakang yang tinggal di pedalaman selalu memenuhi hati dan doa-doa saya.
Sumber diambil dari bahan:
Judul buku | : | Sampah Menjadi Persembahan |
Judul artikel | : | Mencari Kehendak Tuhan |
Penulis | : | Ria Zebua |
Penerbit | : | Yayasan Komusikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta 2006 |
Halaman | : | 14--23 |
Mengapa Allah tidak segera menyediakan uang yang kita perlukan bagi pekerjaan-Nya di atas muka bumi? Tentu Dia dapat menyuruh para milyuner yang mengasihi-Nya untuk menuliskan selembar cek bernilai besar untuk membiayai pemenuhan Amanat Agung. Dia tentunya juga mampu membuat seseorang yang mengasihi-Nya dan bisa dipercayai, untuk menemukan harta karun terpendam atau dalam sekejap menjadikannya kaya supaya dapat memberikan hartanya bagi pekerjaan Tuhan. Mengapa Tuhan tidak membuat seorang di antara mereka yang dikasihi-Nya memenangkan undian sebesar Rp 20 milyar yang tiba-tiba datang lewat surat?
Setiap orang di dalam pelayanan yang pernah bergumul sambil mencucurkan air mata, yang bertanya-tanya bagaimana dia dapat pergi memenuhi panggilan-Nya, pasti pernah menanyakan pertanyaan- pertanyaan seperti ini. Dalam keputusasaannya, seorang misionaris pernah berseru, "Kami tidak pernah memiliki cukup uang untuk melakukan apa yang seharusnya kami lakukan. Seakan-akan Allah telah mengikat tangan saya di belakang punggung saya dan kemudian menyuruh saya melakukan pekerjaan sebesar itu. Sungguh tidak adil!"
Mengapa para misionaris harus membuat surat doa? Saya yakin setiap misionaris kadang-kadang juga jengkel pada pekerjaan menulis surat yang terus-menerus itu atau membuat surat doa bagi para sponsornya. Pada akhirnya, sebagian besar dari mereka tidak pernah menuliskannya kembali. Sebab, waktu satu atau dua hari yang disisihkan dalam satu bulan untuk komunikasi semacam ini ternyata sia-sia saja. Bagaimanapun, dengan sedikitnya pekerja yang terlibat dalam pekerjaan Allah ini, beban pekerjaan menjadi terasa amat berat bagi mereka. Jadi mengapa kita harus melakukan pekerjaan yang paling penting di dunia dengan cara ini?
Kita perlu untuk mempunyai pikiran yang benar-benar mengerti cara Allah melihat pelayanan dan uang. Dengan itu, kita akan mempunyai kepedulian dalam melihat pekerjaan yang sedang dilakukan dan bagaimana memperoleh uang untuk membuat tujuan kita tercapai. Bagaimanapun, semua itu bertujuan bagi pekerjaan Allah, bukan?
Bagaimanapun, Tuhan mempunyai dasar yang jauh berbeda. Kepedulian- Nya yang utama adalah untuk memulihkan hubungan -- antara kita dan Dia dan antara kita dan sesama. Itulah sebabnya mengapa Dia sedemikian rupa merancang semua ini, supaya kita dapat saling bergandeng tangan secara finansial dalam melakukan pekerjaan-Nya.
Yesus memberikan teladan ini bagi kita. Dia membiayai Diri-Nya sendiri dengan menjadi tukang kayu pada masa-masa awal kedewasaan- Nya. Namun selama tiga tahun pelayanan-Nya sepenuh waktu, Dia dan para murid-Nya memiliki "Yohana istri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain ... [untuk] melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka" (Lukas 8:3).
Ketika orang memberi bagi pekerjaan Tuhan, banyak hal yang ajaib terjadi. Sebuah kisah dari New Orleans menggambarkan apa yang Allah kerjakan lewat pemberian. Lisa yang berusia sepuluh tahun berhasil memperoleh sejumlah uang dari penjualan barang-barang bekas. Tapi ia tidak membelanjakan uang itu untuk membeli permen, mainan atau pakaian. Lisa memutuskan untuk memberikannya kepada seorang misionaris pelayanan kota dari YWAM bernama Chuck Morris, yang melayani di daerah kumuh suatu kota. "Pakai ini untuk pekerjaan misi," kata gadis belia itu, sambil menyerahkan uang itu ke tangan Chuck.
Karena menyadari bahwa uang sebesar itu amat berarti bagi seorang anak usia sepuluh tahun, Chuck dengan berhati-hati mempertimbangkan di mana dia akan menginvestasikan uang itu. Kemudian dia teringat tentang David, seorang laki-laki yang baru saja dipimpin Chuck kepada Tuhan, yang mungkin tidak pernah memiliki kesempatan untuk dapat menjumpai gadis belia itu. David tidak memiliki pekerjaan dan tidur di sebuah taman kota. Ia ingin memperoleh sebuah pekerjaan, tetapi tidak mampu mempunyai uang untuk ongkos pembuatan kartu identitas yang diperlukan supaya dapat bekerja di Lousiana. Chuck memutuskan untuk memakai uang Lisa guna mengurus kartu identitas yang diperlukan David agar dia dapat memiliki rasa percaya diri dalam mencari kerja.
Chuck lalu mengirimkan kepada Lisa sebuah potret David dan sepucuk surat yang menjelaskan betapa pentingnya uang yang dia kirimkan bagi David. Beberapa minggu kemudian, David juga menulis surat kepada Lisa untuk mengucapkan terima kasih kepadanya dan memberitahu Lisa bahwa dia telah memperoleh pekerjaan. Saat ini, Lisa berdoa secara teratur bagi David, karena dia tahu bahwa pemberiannya kepada Tuhan telah membuat suatu perubahan di dalam hidup seseorang.
Kisah di atas hanya sebuah kisah kecil di antara jutaan kisah lain, tetapi kisah ini menggambarkan betapa Allah amat peduli terhadap masalah keuangan. Intisari dari buku besar-Nya adalah relasi. Allah menunjukkan kasih-Nya dengan memberi -- Dia tidak hanya memberikan Putra tunggal-Nya lewat sebuah tindakan kedermawanan terbesar di dalam sejarah, namun secara berkesinambungan, Dia juga memelihara tiap-tiap kita.
Firman Allah memberitahu kita bahwa setiap pemberian yang baik berasal dari Bapa Surgawi (Yak. 1:17). Sebagai gantinya, kita menunjukkan kasih kita kepada-Nya dengan memberi kepada orang lain. Pemberian kita tidak hanya memperkuat hubungan kasih kita dengan Allah, tetapi pemberian tersebut juga mengikat hati kita dengan orang yang menerimanya.
Pemberian dengan Ikatan Hati
Yesus memberitahu kita bahwa di mana harta kita berada, di situ hati kita juga berada. Jika kita memberikan "harta" kita kepada orang- orang tertentu dan pelayanan mereka, hati kita pun akan berada di sana bersama mereka. Kita akan merasa bertanggung jawab untuk berdoa bagi mereka, seperti Lisa kecil di dalam kisah dari New Orleans tadi. Harta kita mungkin akan berada di belahan dunia yang lain, di daerah yang mungkin tidak pernah kita kunjungi, tetapi kita akan lebih dekat dengan orang-orang yang kita beri dan kepada apa yang Allah lakukan di negara itu melalui pemberian kita. Inilah cara Allah menempa dan memperkuat hubungan kita satu sama lain.
Hal yang tak kalah penting juga terjadi pada mereka yang menerima suatu pemberian. Seringkali, kerendahan hati akan muncul lewat satu tindakan pemberian. Bayangkan jika seseorang memberikan sesuatu kepada Anda, dan Anda tahu bahwa untuk dapat memberikannya, ia harus melewati suatu pengorbanan tertentu. Hal tersebut tentu akan membuat Anda lebih berhati-hati dan tidak menyalahgunakan kepercayaan mereka kepada Anda. Pengalaman seperti ini penting untuk dialami setiap orang. Kebanggaan diri kita akan menyusut ketika kita menjadi penerima pemberian kedermawanan orang yang kita tidak bisa membalasnya. Kita hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada orang itu dan berdoa agar Allah memberkatinya. Oleh karena itulah kita lebih senang jika bisa mencukupi kebutuhan kita dengan usaha sendiri.
Saya sering berbicara dengan para calon misionaris yang bercita-cita untuk mampu membiayai perjalanan mereka sendiri. Tetapi di balik keinginan mereka itu, saya merasa agak sedih. Sebab, jika mereka dapat berhasil tanpa terlibat hutang karena mendapatkan jalan untuk mendapatkan uang dari dana mereka sendiri, mereka akan kehilangan hal buruk tetapi indah. Mereka akan melewatkan kesempatan untuk merasakan ikatan yang menimbulkan kerendahan hati ketika seseorang meletakkan uang ke dalam tangan Anda dan mengatakan bahwa Tuhan menyuruhnya untuk memberikannya kepada Anda.
Ada suatu ikatan khusus yang akan terjalin antara Anda dan orang yang memberikan uang itu kepada Anda. Anda akan peduli terhadapnya dan Anda akan mendoakannya dengan cara yang berbeda. Anda secara alami akan rindu membagikan berita tentang pelayanan Anda kepadanya, dan melaporkan apa yang telah terjadi berkat pemberiannya dalam pekerjaan Tuhan.
Semua hal ini terjadi karena metode Allah, agar kita saling memberi di dalam Tubuh Kristus. Karena setiap pelayanan membutuhkan dana, Dia telah menjamin bahwa kita akan selalu membutuhkan satu sama lain dan hal itu akan selalu mempengaruhi hubungan kita. Ketika pada saat yang bersamaan kebutuhan pelayanan itu akan dipenuhi, orang-orang yang memiliki pekerjaan di kota besar dan kecil akan diperluas visinya dan akan melihat dunia seperti Allah melihatnya -- semua karena pemberian mereka dan laporan yang mereka terima kembali dari para duta mereka di "luar sana". Dan doa akan dipanjatkan dari kedua belah pihak, yang berarti melakukan peperangan rohani yang memang diperlukan agar segala sesuatu dapat tercapai.
Tetapi jika dengan mudah Tuhan menyuruh suatu yayasan besar untuk membiayai pekerjaan-Nya atau beberapa orang milyuner diminta menuliskan cek dalam nilai yang besar, barangkali ini malah akan menjadi lonceng kematian dari suatu pelayanan. Karena hal ini bisa saja menyebabkan para misionaris dan gembala yang terlibat di dalamnya tidak lagi bergantung sepenuhnya pada Tuhan, karena hal terpenting yang mereka perlukan yaitu dana sudah cukup tersedia. Padahal misionaris perlu lebih dari sekadar uang. Mereka membutuhkan orang-orang yang mendukung mereka, berdoa bagi keluasan Kerajaan Allah, dan melibatkan mereka dalam peperangan rohani melalui pemberian dan doa syafaat.
Sumber:
Judul Buku | : | Berani Hidup di Saat Krisis |
Judul Artikel | : | Mendukung Misi dengan Cara Yesus |
Penulis | : | Loren Cunningham dan Janice Rogers |
Penerbit | : | Yayasan Andi, Yogyakarta, 2000 |
Halaman | : | 119 - 125 |
Pelayanan: Bagaimana Anda mendefinisikannya? Tiap orang mengartikan kata itu berbeda-beda, dan begitu banyak definisi karena begitu banyak pula bidang pelayanan. Jika Anda menjadi Kristen pada usia muda dan selanjutnya mulai menghadiri kebaktian di sebuah gereja kecil di desa, maka konsep Anda tentang pelayanan akan dibentuk oleh pengalaman itu. Tapi jika mungkin Anda menjadi Kristen ketika telah dewasa atas usaha dari sebuah organisasi pelayanan penginjilan yang tidak terikat satu denominasi gereja. Pengalaman pertama Anda tentang pelayanan mungkin terjadi di dalam konteks sebuah kegiatan pengajaran Alkitab di rumah yang diajar oleh seorang pemimpin yang tidak mewakili sebuah gereja. Dua contoh di atas menggambarkan beberapa dari banyak perbedaan yang ada pada pelayanan. Namun bukan berarti pelayanan yang satu benar dan yang lain tidak. Perbedaan itu secara sederhana telah menunjukkan banyaknya unsur-unsur yang berbeda yang ada pada sebuah pengalaman seorang terhadap pelayanan yang begitu luas itu.
Banyak orang mengalami pertobatan lewat pelayanan gereja lokal sehingga karenanya memiliki pandangan tentang metode pelayanan yang sama dengan gereja. Meski demikian, bahkan dalam lingkup ini pun, masih begitu banyak jenis pelayanan yang berbeda-beda tergantung pada ukuran gereja, denominasi, tradisi gereja, dan gaya kepemimpinan gembala sidang. Tiap-tiap unsur itu akan mempengaruhi bagaimana hal yang disebut pelayanan itu dikerjakan. Tradisi, baik yang lama atau baru, sangat mempengaruhi perspektif orang tentang pelayanan.
Ada banyak orang lain yang datang pada Kristus lewat kegiatan penginjilan misionaris dari luar negeri. Orang-orang ini melihat bahwa cara pelayanan yang dilakukan di negara mereka juga menunjukkan bagaimana seharusnya pelayanan dilakukan di seluruh dunia. Dan ketika mereka mengunjungi bagian dunia yang lain serta melihat perbedaan-perbedaan perspektif mengenai pelayanan, mereka pun mengajukan sebuah pertanyaan sederhana: "Apakah pelayanan itu? Jawabannya, bagaimana pun tidak sesederhana seperti halnya ada begitu banyak konsep-konsep umum yang kurang tepat mengenai bukti kepelayanan dalam gereja sekarang ini.
Konsep Yang Salah Tentang Pelayanan
Sebelum mencoba menjawab pertanyaan di atas, kita akan terlebih dulu mengenali mana yang pelayanan dan mana yang bukan. Mengetahui hal ini akan membantu kita dalam menghindari beberapa konsep umum yang salah mengenai pelayanan dan menolong kita menentukan mana yang benar.
Banyak gereja terlibat dalam kegiatan memberi bantuan kebutuhan masyarakat kita, (seperti pelayanan gelandangan, para janda, dan berbagai kelompok lain). Keterlibatan mereka di kegiatan-kegiatan itu sesuai dengan ajaran Alkitab tentang memberi pakaian bagi mereka yang telanjang, memberi makan mereka yang lapar, dan mengunjungi yang terpenjara, janda-janda, dan anak-anak yatim (Yakobus 1:27; Matius 25:35-36). Kesulitan timbul saat program-program ini telah menjadi yang paling utama sehingga membuat gereja berhenti memenuhi tuntutan tugas utama mereka untuk membawa jiwa-jiwa yang terhilang serta pendidikan moral. Ada beberapa fungsi dari Alkitab yang berbeda-beda, yang hanya bisa dilakukan oleh gereja. Di sini kita harus menyeimbangkan keduanya. Ketika gereja berhenti berfungsi sebagai gereja, karena program-program sosial telah mengaburkan visinya yang lebih dari sekedar badan sosial.
Ini adalah kesalahan konsepsi yang umum terjadi pada banyak murid sekolah Alkitab baru. Mereka datang ke kampus dan menikmati pengajaran Alkitab yang di ajar oleh seorang profesor terkenal; mereka mengalami jam-jam ibadah harian bersama seorang pembicara yang dinamis. Pengalaman di sekolah itu tentunya seringkali mempengaruhi mereka untuk mempraktekkan hal yang sama di gereja. Namun gereja, seperti yang Kristus inginkan, hendaknya menjadi lebih dari sebuah tempat pendidikan Alkitab. Ada banyak komponen dari gereja Perjanjian Baru yang tidak dapat dilakukan oleh sekolah Alkitab. Oleh karena itu, kita seharusnya tidak melihat hal tersebut sebagai pengganti pelayanan gereja.
Banyak gereja memiliki bermacam program yang dibuat untuk melayani kebutuhan komunitasnya (AWANA, VBS, kelompok pemuda). Beberapa gembala pada hari-hari ini mengukur efektivitas pelayanan mereka berdasarkan berapa banyak orang yang dapat mereka libatkan dalam program gereja mereka. Jika tidak hati-hati, gembala tersebut dapat jatuh ke dalam godaan untuk lebih mempromosikan program gereja mereka daripada mengenalkan Yesus, yang selanjutnya akan membawa ke asumsi yang salah bahwa pelayanan adalah sekedar menerapkan program baru setiap beberapa bulan. Namun pelayanan yang sejati adalah lebih dari sebuah program.
Bagi jemaat muda, sangat mudah untuk menyamakan pelayanan gereja dengan bangunan. Mereka berkata pada kawan mereka, "Aku akan bertemu denganmu di gereja sepulang sekolah nanti." Pernyataan itu memperlihatkan sebuah kesalahan konsep yang umum terjadi di antara orang Kristen yang seringkali membatasi pelayanan gereja mereka dalam batasan sebuah bangunan. Gereja, seperti yang disebut dalam Perjanjian Baru, tidak hanya terbatas pada sebuah gedung atau lokasi geografis. Gereja Perjanjian Baru berbicara tentang orang-orang yang percaya pada Kristus yang memilih untuk berkumpul bersama. Mereka tetap disebut gereja di mana pun mereka bertemu, di sebuah gedung, taman, atau di pinggir danau. Sebuah bangunan bukanlah persyaratan penting untuk sebuah pelayanan gereja dalam memenuhi Amanat Agung. Bangunan-bangunan memang dapat memberikan pengaruh dalam hal efektivitas pelayanan komunitas lokal. Bahayanya adalah ketika ada yang menyamakan bangunan gereja dengan pelayanan gereja.
Kesalahan konsep tentang pelayanan yang terakhir ini juga seringkali dialami orang Kristen. Hal ini sangat sering terjadi pada orang Kristen yang beribadah di gereja yang besar. Kekaguman muncul akan gaya dan cara-cara pengorganisasian gereja yang besar itu. Tuhan telah memanggil kita untuk menjadi pelayan di lingkungan kita, dan tidak ada yang salah dengan semua prinsip administrasi gereja. Bahaya muncul ketika orang Kristen melihat pelayanan gereja sebagai sama dengan lingkup dan arti sebuah organisasi. Mereka melihat bahwa keduanya memiliki anggota, dana, staf, tata tertib pekerja, pembagian kerja, struktur organisasi, tujuan, titik berat dan sebagainya. Jika tidak hati-hati, tata cara dan prosedur tersebut dapat membuat orang Kristen melihat bahwa gereja tidaklah lebih dari sekedar organisasi yang bertitik berat pada kekristenan. Namun gereja bukanlah sebuah organisasi. Berdasarkan Alkitab, gereja adalah sebuah organisme (kesatuan hidup). Gereja adalah tubuh Kristus yang berinkarnasi di dunia saat ini.
Secara teologis dikatakan, gereja bermula dari dalam pikiran Tuhan. Alkitab berkata bahwa sebelum dosa masuk ke dunia, Tuhan telah merencanakan keselamatan bagi manusia (Efesus 3:9-11; 1 Petrus 1:20). Tuhan telah mempunyai rencana bahwa Kristus akan lahir ke dunia sebagai manusia, berinkarnasi untuk tujuan penebusan. Dia adalah anak domba yang dipilih Allah untuk menghapuskan dosa manusia di dunia (Yoh 1:29) dan memulihkan hubungan manusia dengan Bapanya di surga kembali. Tuhan telah memerintahkan supaya Kristus menjadi korban penebusan bagi manusia lewat kematian-Nya di kayu salib. Dilihat dari segi sejarah, gereja dimulai pada Hari Pentakosta. Perayaan Pentakosta adalah sebuah festival hari raya panen orang Yahudi yang diadakan 50 hari setelah perayaan Paskah Yahudi. Orang-orang berdatangan ke Yerusalem setelah mereka memetik hasil panen mereka dan bersemangat untuk merayakan panen mereka yang berlimpah. Itu juga merupakan waktu bagi mereka untuk merenungkan asal mula kepercayaan mereka sambil mengucap syukur pada Tuhan yang telah memberikan mereka 10 Perintah di gunung Sinai. Pada konteks inilah kitab Kisah Rasul mencatat kelahiran gereja: "Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya"(Kisah Para Rasul 2:1-4). Pedagang dari berbagai belahan dunia yang datang ke Yerusalem untuk menghadiri festival itu menjadi begitu takjub melihat fenomena yang sedang terjadi ini. Petrus lalu berdiri di tengah-tengah keramaian ini dan mulai berkhotbah yang membuat sekitar 3000 orang bertobat. Gereja telah bangkit. Keanggotaan awal mereka terdiri lebih dari 3120 orang (bdk Kis 1:15, 2:41)(t/Ary).
Bahan diterjemahkan dari sumber:
Judul Buku | : | Foundations of Ministry -- An Introduction to |
Christian Education for A New Generation | ||
Judul Artikel | : | Putting Ministry in Perspective |
Penulis | : | Michael J. Anthony |
Penerbit | : | A BridgePoint, USA, 1992 |
Halaman | : | 13 - 15 |
Bacaan: Matius 5:13-16; 28:19,20
Pendahuluan
Siapakah yang bertanggung jawab mengabarkan Injil? Pendeta? Majelis? Misionaris? Umumnya orang Kristen menganggap bahwa kewajiban mengabarkan Injil (MI) adalah tanggung jawab para pemimpin Gereja. Alkitab tidak membenarkan anggapan ini. Alkitab tegas menandaskan bahwa:
Semua orang percaya adalah 'garam' atau 'terang dunia' (Matius 5:13-16).
'Kamu akan menjadi saksi-Ku' (Kisah Para Rasul 1:8); 'Kami ini adalah utusan-utusan Kristus' (2 Korintus 5:20).
Teladan orang Kristen pada Gereja mula-mula (Kisah Rasul 8:1,4).
Perintah Yesus Kristus (Matius 28:19-20).
Menyimak kepada keempat butir di atas, jelaslah bahwa kewajiban mengabarkan Injil adalah tanggung jawab setiap orang yang telah menerima Kristus menjadi Tuhan dan Juruselamatnya. Setiap orang percaya wajib mengabarkan Injil sesuai kemampuan dan karunia-karunia yang dianugerahkan Roh Kudus kepadanya.
Harus diakui bahwa kita sering malas atau segan melaksanakan kewajiban ini. Penyebabnya antara lain adalah:
Sikap tak acuh terhadap keadaan buruk sesama manusia Simaklah: Matius 25:31-46; Markus 9:43-48; Wahyu 20:11-15. Ingatlah:
akan kasih sayang Kristus akan manusia yang hilang (Lukas 19:41-44; Matius 23:37-39).
juga teladan Yeremia dan Paulus (Yeremia 9:1; Roma 9:1-3).
Takut kepada sesama manusia "Takut kepada orang mendatangkan jerat" (Amsal 29:25). Ketakutan kepada sesama manusia bermacam-macam bentuknya, antara lain:
Oleh penyebab seperti dikemukakan di atas, jelas pula betapa kita perlu digerakkan dan diperlengkapi untuk melaksanakan tanggung jawab untuk mengabarkan Injil dengan 'baik'. Pekerjaan di ladang Tuhan memang berat, namun mulia dan indah. Kalau kesadaran akan kemuliaan dan keindahannya mulai berkurang, kita akan segera merasa lelah dan malas melakukan tugas luhur itu.
Kita mengabarkan Injil adalah kepada dunia yang tak acuh, bahkan yang bersikap bermusuhan. Dunia tidak menghargai pelayanan kita, bahkan melawannya. Iblis senantiasa menentang setiap dan segala upaya memasyurkan nama Kristus. Dan dalam perjuangan menghadapi kendala demikian, kita akan mengalami, bahwa kendati roh kita bergelora, daging kita lemah sekali. Banyak orang yang mulai mengabarkan Injil dengan penuh gairah dan semangat, tapi lambat laun kemudian semangat mereka mengendor, dan akhirnya putus asa lalu meninggalkan tugas mengabarkan Injil.
Marilah mengamati 'motivasi-motivasi' yang dapat memacu kita tekun mengajarkan Injil, meskipun semangat kita melemah.
I. Karena kita mempercayai Tuhan Yesus, kita wajib mematuhi semua perintah-Nya.
Orang Kristen berada di bawah Penguasa. Orang Kristen adalah pelayan, bentara dari Tuhan Yesus Kristus, dan sekaligus adalah prajurit. Bila ia diperintah oleh Komandan-nya, ia harus patuh (Matius 8:9). Bila Komandan-nya menyuruh dia 'pergi', dia pun pergi. Komandan kita adalah Yesus Kristus. Ia berfirman kepada kita, pergilah ...' (Matius 28:19).
Marilah mengamati beberapa pokok penting yang terkait pada perintah ini:
II. Mengabarkan Injil adalah bagian dari tanggung jawab melayani Kristus.
Motivasi kedua pemacu dan pendorong mengabarkan Injil bukanlah melulu kewajiban kita terhadap Kristus pribadi yang mengutus kita, tapi juga kewajiban kita terhadap Injil itu sendiri, yang upaya pengkomunikasiannya telah dipercayakan kepada kita. Tentang kewajiban ini Paulus menjelaskan sebagai berikut:
III. 'Mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri' berarti juga menyampaikan Injil kepada mereka.
Kasih adalah pelayanan, bukan perasaan saja (Galatia 5:13). Mengasihi berarti mencari dan melayani seseorang demi memberlakukan yang 'terbaik' bagi diri orang itu. Khusus dalam ihwal mengasihi sesama manusia, kita wajib mencari tahu dan mengerti kebutuhan sesama kita dan bersedia memenuhi kebutuhannya itu (lihat Lukas 10:25-37). Menyimak pada Firman Allah, kita dapat mengetahui hal-hal sebagai berikut:
IV. Mengabarkan Injil berarti memuliakan nama Tuhan.
Kualitas utama dan pertama yang mendorong dan memacu Paulus maupun Yohanes melaksanakan tugas mereka sebagai utusan Kristus, ialah kasih yang tulus untuk memuliakan Nama Allah dan Kristus -- keinginan yang utuh dan bulat menghormati Nama itu. Alkitab mencatat 'kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya' (Roma 1:5); dan '... karena nama-Nya' (3 Yohanes 1:7).
Alkitab kadang-kadang menyatakan hal ini dengan istilah bernada 'cemburu'. Kecemburuan adalah keirian terhadap lawan. Apakah hal itu baik atau buruk, tergantung pada kedudukan lawan dalam perkara itu. Misalnya, bagi orang yang sudah menikah, masing- masing -- suami istri -- berhak cemburu apabila ada orang ketiga mengganggu kehidupan pernikahan mereka, karena pernikahan adalah hubungan istimewa, khas dan suci antara suami dan istri (2 Korintus 11:2,3).
Tuhan pun dikatakan cemburu (Keluaran 34:14), karena Dia adalah satu-satunya Tuhan, dan Dia tidak mau berbagi kemuliaan dengan berhala, patung, sesuatu apa dan siapa pun juga (Yesaya 42:8; 45:5; bandingkan Yehezkiel 39:25-29). Justru kita harus berperan dalam 'kecemburuan' Ilahi itu demi nama-Nya, dengan mengupayakan sesama manusia memberikan kehormatan dan kemuliaan itu adalah mutlak hak-Nya seutuhnya (1Raja-raja 19:14; 2 Korintus 11:2-3).
Dalam hal itu unsur kebaktian dan unsur kesaksian terpadu jadi satu. Ada dua aspek dalam kepercayaan diri kita, yang pertama terhadap Allah dan yang kedua terhadap sesama kita. Yang pertama, padu terkait dengan yang kedua. Kedua-duanya tidak terpisahkan. Tidak bisa kita berbakti sungguh-sungguh kepada Tuhan (mengakui dia 'patut' disembah), tanpa kita menginginkan dan mengharapkan sesama kita berbuat yang sama (misal Mazmur 34:4). Tidak bisa kita berbakti tanpa mengharapkan setiap orang yang bertobat akan berbakti juga kepada Tuhan yang telah menyelamatkannya. Karena pengkomunikasian Injil harus dinalar sebagai 'pelayanan keimanan', di mana sang komunikator berlaku sebagi imam yang mempersembahkan para petobat sebagai persembahan kepada Tuhan (Roma 15:16).
V. Mengabarkan Injil mendampakkan 'harta kekal di sorga'.
Banyak orang yang segan mencurahkan tenaganya dalam upaya mengabarkan Injil. Mereka takut menghadapi kesukaran, rugi materi, rugi kesantaian dan hura-hura duniawi. Karena itu mereka menyibukan diri meningkatkan karir dan mengumpulkan uang.
Tapi Tuhan Yesus berkata, "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:33). Sementara itu -- yakni sementara kita mencari, mensyukuri dan menyatakan Kerajaan Allah dan kebenarannya, antara lain dengan mengabarkan Injil -- Tuhan dengan tegas berkata, "... Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau" (Yosua 1:5). Justru kita dapat dengan penuh keyakinan berseru, "Tuhan adalah Penolong-ku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Ibrani 13:6).
Para Rasul mengalami nyata-nyata dalam hidup mereka kebenaran dari 'semuanya itu akan ditambahkan kepadamu', dan 'janji penyertaan Tuhan', terutama pada ketekunan dan kesetiaan mereka mengabarkan Injil. Karena itu adalah tepat dan berdasar apabila rasul berkata,
"Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu" (Ibrani 13:5); dan
"Sebab itu kami tidak tawar hati .... Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan apa yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedang yang tak kelihatan adalah kekal." (2Korintus 4:16-18)
Nampak jelas, bahwa mengabarkan Injil dalam rangka mencari atau menyatakan Kerajaan Allah, mendampakkan harta kekal di sorga -- hal yang patut kita syukuri.
Kesimpulan
Kesempatan mengabarkan Injil terbatas (Yohanes 9:4), sangat erat terkait dengan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali yang makin dekat (Wahyu 22:12), juga terkait dengan hidup kita sendiri (Yakobus 4:14) dan hidup mereka -- kepada siapa kita berutang berita Injil!
Masalah pokok ialah, apakah kita akan memanfaatkan kesempatan yang sangat terbatas itu untuk memuliakan Tuhan, ataukah hanya untuk kepentingan diri kita sendiri?
Baiklah kita mengingat dan merenungkan, bahwa
"Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, TIDAK LAGI HIDUP UNTUK DIRINYA SENDIRI, TETAPI UNTUK DIA, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka." (2Korintus 5:15)
Artikel ini diringkas dari sumber:
Judul Buku : Metode Penginjilan
Judul Artikel: [Bagian 1] Mengabarkan Injil -- Tanggung Jawab Siapa?
Penulis : D.W. Ellis
Penerbit : Yayasan Komunikasi Bina Kasih (YKBK), 1993
Halaman : 1 - 17
[Cat.Red.: Untuk memperoleh versi lengkap artikel ini, hubungi <webmaster(at)sabda.org> .]
Bagaimana sebenarnya "Mengajar Anak Berdoa"? Cheri Fuller dalam bukunya "When Children Pray" (Multnomah, 1998) memberikan beberapa petunjuk sebagai berikut:
Ajarilah anak Anda untuk berbicara dengan Tuhan semenjak mereka masih balita dan berdoalah bersama mereka selama masa kanak-kanaknya.
Anak-anak "menangkap" doa dari orangtua yang berbicara dan mendengarkan Tuhan, yang bersemangat saat berdoa bersama orang lain dan berbagi doa dengan anak-anak mereka, baik di hari-hari biasa maupun ketika dalam keadaan kritis.
Kita sebagai orang dewasa memberikan suatu "doa perlindungan" bagi fisik dan rohani mereka saat melakukan doa syafaat setiap hari. Hal tersebut berarti, kita mempersiapkan anak-anak dalam menghadapi pergumulan melalui doa kita. Bacakan Firman Allah kepada mereka sehingga mereka menyimpan Firman itu dalam hati dan mereka tidak berbuat dosa. Berdoalah seperti yang diajarkan Tuhan, sehingga mereka akan menyimpannya dalam hati agar mereka tidak berbuat dosa (
Seiring dengan pertumbuhan anak dalam pengenalannya akan Firman Allah, mereka perlu diperkenalkan dengan kosakata yang tepat supaya mereka tidak perlu bingung tentang siapakah Allah dan apa yang harus dikatakan pada-Nya.
Tanyakan pada anak apa yang mereka dengar dari Tuhan ketika mereka berdoa atau membaca Alkitab. Ketika kita menyisihkan waktu untuk bertanya pada anak-anak tentang pikiran mereka dan menganggap serius apa yang mereka sharingkan, itu adalah suatu berkat, karena Allah senang berbicara kepada dan melalui anak-anak.
Jangan abaikan anak-anak itu, ajak mereka untuk berdoa -- berikan pada mereka pokok-pokok doa sama seperti yang akan didoakan saat itu. Ketika Anda merencanakan suatu acara doa khusus atau persekutuan, ajaklah anak-anak dan para pemuda, biarkan mereka tahu bahwa kehadiran dan doa mereka sangat penting.
Berdoalah dengan singkat, memakai bahasa percakapan sehari-hari daripada memakai kalimat-kalimat yang panjang dan bertele-tele. Dengan demikian mereka diberi kesempatan untuk berdoa dengan kata-kata yang telah mereka ketahui dan dengan karunia-karunia Allah yang diberikan kepada mereka.
Jika Anda mempraktekkan hal-hal tersebut, Anda akan mengetahui, sama seperti saya, bahwa anak-anak bisa menjadi rekan doa yang sungguh menakjubkan dan bisa menjadi pahlawan-pahlawan doa yang efektif.
Sumber diterjemahkan dari:
Judul Buletin | : | Prayer Track News, Vol. 8, No. 2, Apr-Jun 1999 |
Judul Artikel | : | Teaching Kids How To Pray |
Penerbit | : | Global Harvest Ministries |
Situs | : | http://www.globalharvest.org/ |
"Apakah Saudara akan menghabiskan waktu yang sama banyaknya dalam persiapan untuk memenuhi keperluan seorang seperti dalam menyiapkan sebuah khotbah bagi lima ribu orang? Sejauh manakah kepercayaan Saudara akan potensi seseorang?" [K. Bruce Miller]
Sekurang-kurangnya ada tiga contoh utama dalam Alkitab tentang membina murid-murid, yaitu pembinaan murid dalam Perjanjian Lama, dan pelayanan Yesus secara umum dan pribadi.
Pemuridan dalam Perjanjian Lama
Konsep membagikan kepada orang lain tentang apa yang telah disampaikan Tuhan kepada kita, sudah berusia berabad-abad. Musa membukakan hati dan hidupnya kepada Yosua. Tetapi pendekatan berbagi tanggung jawab ini tidak berasal dari Musa sendiri. Allah menetapkan pola pendidikan ini dengan jalan memerintahkan Musa untuk membagi hidupnya dengan Yosua dalam Ulangan 3:28. "Dan berilah perintah kepada Yosua, kuatkan dan teguhkanLah hatinya, sebab dialah yang akan menyeberang di depan bangsa ini ...."
Segala sesuatu yang telah diajarkan Allah kepada Musa, hendaknya dilimpahkan kepada Yosua, muridnya. Ini berarti Musa menghabiskan banyak waktu pribadinya bersama Yosua agar Yosua dapat belajar dengan cara pengamatan dan percakapan. Musa, hamba Allah, menjadi saluran manusiawi untuk mengembangkan Yosua menjadi seorang hamba Allah.
Mengapa Allah harus memerintahkan Musa untuk melepaskan diri dari pola pelayanan kepada beribu-ribu orang untuk menjangkau satu jiwa saja? Karena manusia cenderung untuk melihat keperluan orang banyak secara massal daripada melihat potensi dalam kehidupan satu orang yang telah diserahkan kepada seluruh kehendak Allah. Seperti yang pernah dikatakan oleh Sam Shoemaker, "Manusia tidak dibentuk secara borongan dari massa yang bersifat sedang-sedang, tetapi dibentuk seorang demi seorang." (Sam Shoemaker, Revive The Church Beginning With Me, New York: Harper Brothers, 1948, page 112)
Elia juga mempunyai murid-murid dalam sekolah untuk nabi-nabi muda. Melalui kelompok itulah Allah akan bekerja untuk mendatangkan kebangunan rohani atau hukuman atas Israel. Di antara mereka terdapat seorang pemuda, Elisa namanya, yang sehati dengan dia. Mengherankan sekali, Elisa meminta kepada Elia untuk memberikan dua bagian dari kuasa Allah. Ia telah menyaksikan mujizat dan kuasa Allah yang bekerja melalui lengan Elia yang kuat. Melalui disiplin dan berbagai visi Elisa telah belajar untuk meminta perkara-perkara yang besar dari Allah.
Masih ada contoh-contoh lain dalam Perjanjian Lama mengenai orang yang menanam hidupnya dalam hidup orang lain: Daud dengan pahlawan- pahlawannya; para patriarkh yang mendidik anak-anak mereka; dan perintah-perintah konkrit kepada para ayah untuk mendidik anak- anaknya yang kemudian mereka juga akan mendidik anak-anak mereka juga (lihat Ulangan 4:9 dan 6:6-7). Perhatian pada hubungan guru- murid ini memberikan dasar bagi pelayanan pemuridan dalam Perjanjian Baru.
Pelayanan Tuhan Yesus kepada Umum
Tuhan Yesus mempunyai pelayanan yang luas kepada masyarakat umum, yang meliputi empat pendekatan pokok.
IA BERKHOTBAH. Orang banyak mendengar tentang kerajaan, tentang penghukuman atas kemunafikan agama, dan tentang sifat-sifat Allah melalui khotbah-khotbah Tuhan Yesus. Ia mengungkap hal-hal baru tentang konsepsi-konsepsi Perjanjian Lama yang terkubur dalam tradisi. Ia menyatakan kebenaran pokok yang lebih mulia dari konsepsi mengharapkan keselamatan dengan jalan melakukan hukum Taurat. "Orang banyak yang besar jumlahnya mendengarkan Dia dengan penuh minat" (Markus 12:37) ketika Ia berkhotbah dengan kasih dan penuh wibawa.
IA MENGAJAR. Tak pernah ada orang yang mengajar seperti Dia. Ia mengajar kepada orang banyak di lereng-lereng bukit dengan pemandangan Danau Galilea, kepada kelompok-kelompok di desa-desa, kepada orang seorang dalam rumahnya, kepada orang yang ingin tahu, dan kepada mereka yang membaktikan dirinya. Ia menyatakan kebenaran yang murni melalui perumpamaan-perumpamaan yang menerangi realitas kehidupan. Tidak mengherankan bahwa Ia menggunakan kesepuluh metode mengajar yang dicatat oleh sarjana-sarjana modern (F.H. Roberts, Master´s Thesis, Dallas Seminary, 1955, pages iii - iv).
IA MENYEMBUHKAN. Tak seorang pun yang meninggalkan Tuhan Yesus tanpa disembuhkan sama sekali. Pada suatu saat, banyak orang berkumpul di sekeliling-Nya, "Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar daripada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya" (Lukas 6:19). Dunia tanpa rumah sakit dan asuransi pengobatan telah menemukan Tabib yang Agung.
IA MENGADAKAN MUJIZAT. Orang banyak berkerumun dan menyaksikan ketika Tuhan menyembuhkan orang kusta, memberikan penglihatan kepada orang buta, memberi makan orang banyak dan membangkitkan orang mati. Murid-murid-Nya takjub ketika Ia meredakan angin ribut. Dalam keheningan setelah angin ribut diredakan, mereka melihat Yesus berjalan di atas air melalui kabut menuju perahu mereka.
Menurut sejarah, Gereja Kristus telah merangkum semua aspek dalam pelayanan Kristus kepada umum, tetapi sering kali Gereja melalaikan teladan yang diberikan Kristus dalam pelayanan-Nya kepada orang seorang.
Pelayanan Yesus kepada Orang Seorang
Yesus juga mempunyai pelayanan perseorangan yang strategis, yang begitu sederhana sehingga diabaikan sebagai suatu prinsip misi Gereja. Kristus membaktikan diri-Nya untuk membina murid-murid yang akan melipatgandakan berita tentang kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Nya kepada semua bangsa. Ia berkata,
"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:18-20)
Jika kita hendak mengikut seluruh pelayanan Tuhan Yesus, maka Gereja harus memperluas pelayanannya baik dalam penginjilan maupun dalam memantapkan orang-orang bertobat. Sewaktu para petobat bertumbuh, mereka pun harus diajar bagaimana mendidik dan melatih orang percaya yang nantinya akan menjangkau orang lain juga melalui proses pelipatgandaan rohani.
Memenangkan jiwa bukan menjadikan murid, tetapi memenangkan jiwa penting sekali agar murid-murid dapat melipatgandakan diri mereka dalam kehidupan orang lain. Penginjilan merupakan mata rantai yang pertama dalam rantai pelipatgandaan rohani.
Gereja-gereja yang terlalu mengutamakan baptisan dan program gereja, atau menaruh perhatian yang terlampau besar pada "kualitas keanggotaan" harus mempertimbangkan kembali perintah Kristus untuk menjadikan murid-murid. Menyelamatkan jiwa dan membina murid tak terpisahkan dalam Kitab Suci.
Pemuridan Merupakan Metode yang Dapat Dilaksanakan
Ketika meninjau kembali motivasi saya untuk menjadikan orang lain murid Tuhan, saya teringat bagaimana ada seorang yang memperhatikan saya. Di samping memberi perhatian yang penuh kasih, ia juga melimpahkan ke dalam hidup saya segala sesuatu yang telah dipelajarinya dari Allah. Semuanya ini telah mengubah kehidupan saya. Menjadikan murid tidak dinilai sebagai sesuatu yang mengagumkan, tidak digolongkan menurut denominasi; tetapi hasilnya selalu lebih baik dari apa pun yang telah saya alami selama tiga puluh tahun bekerja dengan orang-orang lain. Ada beberapa alasan untuk hal ini.
Pemuridan merupakan salah satu cara yang strategis untuk mendapatkan suatu pelayanan pribadi yang tak terbatas. Pelayanan ini dapat dilakukan kapan saja, oleh siapa saja, di mana saja dan di antara kelompok umur apa saja.
Pemuridan merupakan pelayanan yang paling mudah disesuaikan. Karena tidak perlu dilakukan dalam kerangka waktu atau susunan organisasi tertentu, maka orang yang menjadikan murid ini dapat bertindak dengan sangat fleksibel.
Pemuridan merupakan cara yang paling cepat dan paling terjamin untuk mengerahkan seluruh tubuh Kristus untuk penginjilan. Tujuan pemuridan bukan sekedar memperoleh lebih banyak murid, karena kelompok yang terdiri dari orang-orang yang telah diselamatkan segera akan mati jika mereka tidak berusaha secara efektif untuk merembes ke dalam dunia yang terhilang ini. Salah satu cara yang tercepat untuk meningkatkan baptisan dan memperdalam kualitas kehidupan orang-orang yang telah dimenangkan bagi Kristus ialah melalui pemuridan. Menjadikan semua bangsa murid tidak hanya menjadi hasil penginjilan, tetapi juga suatu sarana untuk menginjili dunia ini.
Dalam jangka panjang pemuridan mempunyai potensi yang lebih besar untuk menghasilkan buah daripada pelayanan lainnya. Tuhan ingin agar kita berakar dan dibangun di dalam Dia dan teguh dalam iman (lihat Kolose 2:7). Ini memerlukan waktu dan perhatian. Menaruh perhatian pada orang merupakan unsur penting. Tindak lanjut dilakukan oleh seseorang bukan oleh sesuatu.
Pemuridan akan memperlengkapi gereja setempat dengan pemimpin- pemimpin awam yang dewasa, yang berpusat pada Kristus dan Firman- Nya. Ada banyak orang yang memenuhi bangku-bangku gereja, tetapi pekerjaannya hanya sedikit. Pekerja-pekerja merupakan hasil usaha pemuridan yang dipimpin oleh Roh dalam gereja. Membangun dalam kehidupan orang lain merupakan rencana Allah untuk mendapatkan diaken-diaken baru, guru-guru, dan pemimpin gereja lainnya. Himbauan komisi pencalonan untuk pekerja-pekerja akan menjadi sorak pujian bagi Allah apabila anggota-anggota gereja melipatgandakan murid- murid yang serupa Kristus.
Diambil dari:
Judul Buku | : | Penggandaan Murid-murid |
Judul Artikel | : | Mengapa Membina Murid? |
Penulis | : | Waylon B. Moore |
Penerbit | : | Penerbit Gandum Mas - 1981 |
Halaman | : | 27-34 |
Menjadi pelayan bukanlah pekerjaan yang paling digemari di dunia. Ada yang melakukannya karena terpaksa, karena hanya itulah yang dapat mereka lakukan. Ada yang melakukannya sebagai suatu profesi sehingga mereka menjadi ahli dalam melayani, seperti halnya di Inggris. Akan tetapi, pada umumnya orang dari kebudayaan mana pun, tidak suka melayani orang lain. Namun, orang-orang Kristen dipanggil untuk melayani.
Ada tiga alasan yang dikemukakan dalam Alkitab. ALASAN PERTAMA kita dipanggil untuk melayani ialah karena kita diciptakan agar dapat mengatur hidup kita untuk kemuliaan Tuhan, "Bawalah anak-anak-Ku laki-laki dari jauh, dan anak-anak-Ku perempuan dari ujung-ujung bumi, semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku" (Yesaya 43:6,7). Jika Allah menciptakan kita untuk kemuliaan-Nya, maka Dia mempunyai hak utama atas hidup kita. Apa pun yang dikatakan orang lain agar kita lakukan dalam hidup kita, memuliakan Allah adalah hal yang paling penting bagi seorang Kristen.
Banyak di antara kita mempunyai macam-macam rencana mengenai apa yang akan kita lakukan bagi Tuhan, dan bagaimana kita akan memuliakan Dia. Rencana yang baik ini sering terbengkalai dan kita menjadi kecewa. Mengapa? Karena kita tidak menyadari bahwa Tuhan lebih memperhatikan bagaimana kita akan memuliakan Dia dalam kehidupan kita daripada apa yang dapat kita kerjakan.
ALASAN KEDUA kita dipanggil untuk melayani ialah karena Yesus Kristus telah memilih untuk diri-Nya sendiri peran sebagai pelayan, dan Ia memanggil kita untuk menjadi seperti Dia. Pada mulanya kita diciptakan serupa dengan Dia, tetapi dosa telah mencemarkan keserupaan itu. Dalam penyelamatan yang disediakan-Nya Allah membawa kita kembali kepada rencana-Nya yang semula untuk membuat kita menjadi seperti Kristus, termasuk menjadi seperti Dia dalam pelayanan kita.
Orang-orang Kristen suka berangan-angan untuk makin menjadi seperti Kristus. Memang benar, siapakah yang telah menjalani hidup yang lebih mulia daripada Dia? Kita sering bernyanyi "Ku Mau Seperti Yesus". Kita mengagumi kesucian-Nya, ketulus-ikhlasan-Nya, dan belas kasihan-Nya. Kita suka akan kelemahlembutan-Nya dan sifat-sifat lain-Nya yang mulia. Akan tetapi, kesaksian Tuhan Yesus mengenai diri-Nya sendiri tidak menonjolkan sifat-sifat ini. Sebaliknya, Tuhan Yesus menyatakan bahwa Ia datang untuk melayani.
"Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah- tengah kamu sebagai pelayan" (Lukas 22:27). Kita tidak dapat mengabaikan saja sifat Tuhan Yesus itu. Jika sikap melayani yang ada pada kita tidak makin bertambah terhadap Allah dan manusia, maka kita tidak makin menjadi seperti Yesus.
ALASAN KETIGA dan yang paling meyakinkan untuk menjadi pelayan ialah karena kekekalan itu sesuatu yang nyata, penting, dan ada untuk selamanya. "Hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap" (2 Petrus 3:10). Dalam segala hal kita harus ingat akan perkara yang kekal. C.S. Lewis pernah menyatakan, "Semua yang tidak kekal selamanya usang."
Ijazah sarjana Anda, mobil baru Anda, stereo Anda, reputasi Anda, dan pakaian Anda yang bagus-bagus, semuanya itu sebenarnya tidak mempunyai nilai yang kekal jika tidak menambahkan apa-apa kepada penyelamatan manusia. Semua itu, atau apa saja yang serupa dengan itu pada zaman Paulus, dimanfaatkan oleh sang rasul untuk pemberitaan Injil. Dan ia pun menempatkan diri sendiri serta segala keinginan dan perbuatannya untuk kepentingan itu.
"Sungguh pun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, .... Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil." (1 Korintus 9:19-20,22-23)
Pada abad ke-19, beberapa penginjil di Guyana Belanda (sekarang disebut Suriname) ditugaskan untuk memperkenalkan Injil kepada penduduk asli sebuah pulau di dekat situ. Sebagian besar penduduk itu menjadi budak di perkebunan-perkebunan besar yang terdapat di pulau itu. Pemilik-pemilik tanah takut akan Injil serta akibatnya, dan mereka tidak memperkenankan para penginjil itu berkhotbah kepada penduduk ataupun berbicara dengan para budak. Mereka hanya memperkenankan para budak itu berbicara dengan budak-budak lainnya. Karena itu, para penginjil itu menjual diri sebagai budak agar mereka dapat menyampaikan Injil kepada orang-orang itu. Dan sebagai budak, dengan bekerja keras dalam keadaan yang sulit di daerah yang panas, mereka berhasil menyampaikan Kabar Keselamatan.
Memang sulit untuk melayani orang yang mementingkan diri sendiri dan tidak ramah. Akan tetapi, Tuhan Yesus berkata bahwa Bapa-Nya selalu baik terhadap mereka yang mementingkan diri sendiri, yang tidak tahu berterima kasih dan yang sombong. Mengapa? Karena kekekalan itu sangat nyata. Jika pelayanan dan kebaikan kita terhadap orang-orang semacam itu dapat menjembatani jurang yang menghalang-halangi mereka untuk menerima Kristus, maka hal itu mengobati segala kepedihan hati serta segala pergumulan pikiran yang kita alami.
Howard Hendricks pernah mengatakan, "Jika seorang tidak mempunyai pandangan mengenai kekekalan, ia akan lebih memperhatikan apa yang diperbuat orang lain untuk dirinya, daripada apa yang diperbuatnya sendiri untuk Kristus." Hal ini tidak jauh berbeda dengan apa yang kita alami jika kita mencoba melayani orang-orang yang tidak kita sukai. Kita akan terlalu mementingkan diri sendiri -- perasaan dan hak-hak kita -- sehingga kita lupa akan kenyataan bahwa Allah memperhatikan hal-hal itu.
Bagaimana Saya Dapat Memupuk Cara Hidup Demikian?
Masalah utama yang kita hadapi untuk dapat menjalani hidup menurut kehendak Tuhan ialah karena kita orang-orang berdosa. Pada dasarnya kita ini makhluk yang hanya mementingkan diri sendiri. Kita terjebak dalam keasyikan dunia yang memikirkan siapakah yang terbesar dan bagaimanakah caranya menaiki jenjang ke arah keberhasilan. Jika kita mendengar sedikit gunjingan, maka kita langsung saja berpikir, bagaimana hal itu akan mempengaruhi saya?
Jalan keluar yang termudah dari masalah tersebut ialah menyerahkan diri dan tunduk kepada Yesus Kristus. Kita harus menyerahkan diri kepada Tuhan untuk menjadi pelayan-Nya, meski kita mengalami tekanan-tekanan dari berbagai pihak sekalipun. Di sinilah kemurnian pelayanan itu akan tampak. Kita semua dipanggil agar memberikan jawaban, dan banyak yang menjawab, "Saya mau," tetapi secara relatif hanya sedikit saja yang benar-benar menyerahkan diri. Penyerahan diri adalah suatu tindakan kemauan yang harus diulang setiap kali ada kesempatan untuk melayani. Jika penyerahan itu sudah menjadi ciri yang nyata dan sikap hidup kita, pelayanan kita pun akan tumbuh secara nyata.
Masalah kedua ialah kita harus menghadapi kehidupan, orang-orang, lingkungan, dan keadaan dengan sikap, "Saya akan melayani seseorang di sini!" Sungguh mengherankan bagaimana sikap semacam ini dapat melepaskan kita dari ketakutan-ketakutan kita. Banyak di antara kita yang merasa sangat tegang; kita tidak yakin akan berhasil; kita tidak yakin akan diterima; kita berprasangka bahwa mungkin kita akan menyinggung perasaan seseorang; kita takut akan ini, akan itu, dan akan hal-hal kecil lainnya. Akan tetapi, bila seseorang sibuk memikirkan bagaimana melayani orang lain, maka ia akan terlepas dari banyak kekuatiran. Oleh karena itu, ambillah inisiatif dan layanilah seseorang.
Dalam Kitab-Kitab Injil kita tidak membaca bahwa Yesus mencari semua orang sakit, semua yang lapar, semua yang terganggu jiwanya. Sebetulnya Ia mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan mereka semua. Akan tetapi, Ia hanya melayani kebutuhan mereka yang dijumpai-Nya dalam perjalanan-Nya. Ia melayani keperluan-keperluan mereka yang dipertemukan dengan Dia oleh Bapa-Nya.
Mengambil inisiatif tidak berarti bahwa Anda harus membebani diri dengan semua kebutuhan yang diperlukan dunia, tetapi Anda harus melangkah maju dan melayani kebutuhan mereka yang ada di sekeliling Anda. Jika Anda kecewa karena merasa tidak mampu melayani, maka tidak jarang hal itu disebabkan karena Anda mencoba melakukan terlalu banyak. Barangkali Anda mencoba menyembuhkan sekelompok orang, padahal Anda seharusnya memusatkan diri pada satu orang. Persempitlah lapangan kegiatan Anda, bukan untuk mengurangi pelayanan, melainkan untuk memusatkan perhatian pada apa yang dapat Anda lakukan secara efektif bagi mereka yang berada di sekitar Anda.
Sebelum Yesus makan jamuan Paskah terakhir bersama murid-murid-Nya, Ia mengambil air dan mencuci kaki murid-murid-Nya. Tuhan semesta alam merendahkan diri untuk mencuci kaki yang kotor dari kedua belas orang itu! Lalu, Ia berkata kepada mereka, "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." (Yohanes 13:12-15)
Yesus sangat memperhatikan kepentingan orang lain. Dan, Ia mengharapkan agar kita juga berbuat demikian. Jika kita bersungguh-sungguh ingin menjadi seperti Dia dan membawa berita Injil kepada dunia yang belum percaya, kita harus mengikuti jejak-Nya.
Rasul Paulus melakukan hal itu. Ia mengatakan, "Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus" (2 Korintus 4:5). Anda dan saya mendapat keistimewaan untuk secara sukarela menjadi pelayan-pelayan orang lain bagi kemuliaan Yesus dan keuntungannya kekal dan berarti.
Audio: Mengapa Orang Kristen Harus Melayani
Bahan diedit dari sumber:
|
Alkitab tidak lagi bersikap diplomatis ketika berbicara tentang mengapa sebagian orang tidak percaya akan keberadaan Allah. tidak menutupi sesuatu pun ketika mengatakan, "Orang bebal berkata dalam hatinya: 'Tidak ada Allah.'"
Ucapan ini tidaklah sekeras kedengarannya. Ayat ini tidak menunjuk pada keterbatasan intelektual mereka yang tidak percaya. Kata Ibrani yang diterjemahkan "bebal" di sini menunjuk pada orang yang jahat, licik dan cacat secara moral. Definisi ini didukung oleh konteksnya, karena ayat
Dalam
"... manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak."
(Yohanes 3:19-20 )
Orang yang memutuskan untuk hidup dengan cara tidak mengenal Allah akan cenderung melihat alam semesta tanpa Allah.
Kata kunci di sini bukanlah keraguan, tetapi penolakan. Kita dapat melihat sebuah ilustrasi tentang hal ini dengan meneliti sebuah kejadian dalam kehidupan Yesus. Dalam
Namun mereka tidak mau percaya. Dalam penolakan mereka untuk percaya, kita melihat suatu pola yang terulang pada setiap orang yang menolak untuk percaya bahwa Allah Ada. Inilah yang dikatakan Yesus tentang ketidakmauan mereka untuk percaya walaupun bukti-bukti telah jelas:
Inti dari ketidakpercayaan, demikian kata Yesus, adalah penolakan. Hal ini bukan masalah pengetahuan atau bukti -- kaum Farisi memiliki pengetahuan dan bukti dalam jumlah banyak. Ini masalah kemauan. Mereka melihat dengan mata kepala sendiri dan mendengar dengan telinga sendiri perbuatan-perbuatan ajaib Yesus. Mereka mengetahui nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama tentang Mesias, namun mereka mengeraskan hati untuk menyangkal keilahian Yesus.
Demikian juga halnya dengan banyak orang yang menolak untuk percaya pada Allah. Dengan sadar dan kemauan sendiri mereka menolak bukti- bukti yang meyakinkan. Mereka menjadi pemberontak terhadap apa yang mereka ketahui dan lihat sendiri.
Perhatikan perkataan Rasul Yohanes tentang mereka yang memilih untuk tidak percaya:
"Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak." (
Kata-kata tersebut cukup keras. Namun dengan jelas kata-kata itu menggambarkan masalah mereka yang dengan kemauan mereka sendiri menentukan bahwa keempat pernyataan Allah tentang diri-Nya tidaklah cukup untuk meyakinkan keberadaan-Nya.
Bagaimana Saya dapat Mengenal Allah yang Ada?
Apakah Allah ada atau tidak, merupakan pertanyaan yang penting. Namun sebenarnya, mengenal Allah ini adalah jauh lebih penting. J.I. Packer menulis:
"Untuk apa kita diciptakan? untuk mengenal Allah.
Apa yang seharusnya menjadi tujuan hidup kita? Untuk mengenal Allah.
Apakah hidup kekal yang diberikan Yesus? Untuk mengenal Allah.
Apakah yang terbaik dalam hidup? Mengenal Allah.
Apakah yang dalam diri manusia yang paling menyenangkan Allah? Pengetahuan akan diri-Nya."
Namun siapakah yang dapat memperkenalkan kita kepada Allah? Mari kita lihat apa yang dikatakan Yesus kepada murid-murid-Nya:
"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." (
Yohanes 14:1-7 )
Kami mengundang Anda untuk mengakui dosa-dosa dan kebutuhan Anda akan Juruselamat. Sadarilah bahwa Kristus telah mati untuk Anda. Dan percayalah kata-kata Yohanes:
"Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama- Nya;" (Yohanes 1:12 )
Sumber:
Judul Buku | : | Seri Mutiara Iman -- Bagaimana Membuktikan Bahwa Allah Ada |
Penulis | : | Richard W. De Haan |
Penerbit | : | Yayasan Gloria |
Pernahkah Anda ingin bersaksi tentang iman Anda tetapi tidak jadi karena takut? Ketika saya menanyakan pertanyaan ini dalam banyak acara pertemuan di gereja, pendeta pun mengakuinya. Hal ini wajar.
Apa yang menyulitkan kita untuk bersaksi tentang iman kita? Dalam sebuah seminar yang saya pimpin, orang-orang memberikan jawaban sebagai berikut:
Kita akan membahas pertanyaan-pertanyaan tersebut, tetapi sebelumnya kita perlu untuk memperjelas peran dan sikap kita yang tepat.
Kita perlu menghilangkan mentalitas "harus memenangkan mereka". Orang tidak akan beriman kepada Kristus karena kepandaian kita "memaksa" mereka untuk percaya. Kita harus menyadari bahwa jika kita "memenangkan" seseorang untuk Kristus, ia belum tentu benar-benar diselamatkan. D.L. Moody, seorang penginjil, sedang naik kereta api ketika seorang pemabuk datang kepadanya dan berkata, "Tuan Moody, saya adalah salah seorang yang bertobat karena Anda." Moody menjawab, "Saya kuatir Anda benar, karena tampak jelas Anda bukan petobat milik Tuhan."
Kita juga harus meyakini bahwa keberhasilan di mata Tuhan adalah: bersaksi tentang iman dan memancarkan hidup kekristenan kita. Dia tidak mengukur keberhasilan dengan berapa orang yang kita bawa kepada Yesus Kristus. Tugas kita adalah beriman kepada-Nya.
Tentu saja kita masih takut gagal dan ditolak. Tidak ada perasaan yang lebih kuat di dunia ini daripada perasaan-perasaan tersebut. Perasaan itu menyakitkan. Namun, kita harus ingat bahwa orang-orang dalam Injillah yang ditolak, Yesus yang mereka tolak, bukan kita. Sepertinya kita yang ditolak, tetapi kita harus membebaskan diri dari perasaan yang menyebabkan kita merasa seperti itu. Yesus berkata, "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku" (Yohanes 6:44).
Rasul Paulus menulis kepada orang-orang percaya di Korintus, "Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar" (1 Korintus 2:3). Namun, hal itu tidak membuatnya berhenti. Kenyataannya, sebagian besar kitab-kitab Perjanjian Baru ditulis oleh orang yang "penakut" itu.
Allah memahami bahwa kita mungkin merasa takut. Namun, kita tidak memiliki alasan untuk tidak bercerita kepada orang lain tentang Kristus, karena kuasa-Nya menjadi sempurna di dalam kelemahan kita (2 Korintus 12:9).
Saya merasa takut setiap kali harus ke rumah sakit. Hal itu terlalu berat buat saya. Namun, kenyataan itu tidak menjadi alasan buat saya untuk tidak menengok orang-orang yang telah Allah percayakan untuk saya layani di rumah-rumah sakit. Kita harus pergi -- baik suka maupun tidak.
Ingatlah Musa. Ia gagap. Musa tidak akan menjadi seorang penyiar TV yang baik pada masa kini. Allah memilih kelemahan-kelemahan yang ada di dunia ini untuk mempermalukan orang-orang bijak dan kuat. Dan, jika ada orang yang memenuhi kriteria untuk hal-hal tersebut di atas, sayalah orangnya.
Dan akhirnya, jika Anda berpikir bahwa orang yang kepadanya Anda ingin bersaksi adalah orang yang sulit, Anda harus percaya bahwa Allah adalah Allah dari segala hal yang mustahil. Anda dan saya perlu mengingat bagian kita dan bagian Allah dalam proses menyaksikan iman kita.
BAGIAN KITA
BAGIAN TUHAN
Keberhasilan bukanlah membawa seseorang kepada Kristus. Keberhasilan adalah memancarkan hidup kristiani, bersaksi tentang Injil, dan mempercayakan hasilnya kepada Allah.
Sumber: | ||
Judul Buku | : | Bagaimana Bersaksi Tanpa Berdebat? Seri Mutiara Iman (SMI-002) |
Penulis | : | Richard W. De Haan |
Penerbit | : | Yayasan Gloria, 1997 |
Pencobaan merupakan satu misteri yang sulit untuk ditegaskan atau dimengerti. Dalam diri kita masing-masing, ada kecenderungan untuk melakukan hal yang tidak benar, sebab kita adalah bangsa yang telah jatuh.
Seringkali, sadar atau tidak, kita cenderung untuk melakukan kesalahan karena adanya desakan dari dalam diri kita. Alkitab menyebut sumber desakan ini sebagai keinginan dari tabiat manusia lama kita. Kita terlibat dalam pergumulan seumur hidup, tetapi Tuhan mengetahui apa yang sedang kita alami. Seperti yang telah dinyatakan dalam kitab Yakobus 1:12, "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."
"Ayat itu diteruskan demikian,Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata, ´Pencobaan ini datang dari Allah!´ Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:13-15)
Jadi, Allah tidak mencobai manusia; pencobaan itu lahir dari dalam hati manusia. Namun, pencobaan itu sendiri bukanlah dosa, melainkan godaan dan bujukan ke arah perbuatan dosa. Bila kita menyerah kepada kejahatan yang menarik kita dan bila kita mengikuti bujukan itu, maka pencobaan itu menjadi dosa.
Sangat mengherankan, karena ternyata pencobaan itu dapat menghasilkan pengaruh yang positif sekali. Pencobaan dapat membangun watak, sebab pencobaan itu menguji kita. Jikalau kita menolak pencobaan untuk taat kepada larangan yang Allah berikan, kita akan berkata kepada Tuhan, demikian "Aku senang melakukan hal ini, sebab sangat menarik dan amat indah. Tetapi, karena Tuhan melarang dan kita taat kepada Allah, maka aku tidak melakukannya, sebab aku mengasihi-Mu." Allah bersuka cita atas tanggapan seperti ini. Allah senang dengan hal tersebut seperti yang tercantum dalam Yakobus bahwa Ia akan memberikan kepada kita "mahkota kehidupan".
Saya percaya bahwa mahkota kehidupan bukan saja berarti menikmati hidup kekal sepenuhnya, namun juga berarti kita dapat menikmati apa yang terdapat di muka bumi ini setiap saat karena kita telah dapat mengalahkan pencobaan dengan kuasa Roh Kudus yang tinggal di dalam hati kita. Itulah kemenangan, di mana kita benar-benar dapat menikmati kehidupan, sebab ketika kita menyerah pada pencobaan, itu berarti kita sedang memasuki suasana kematian. Kita berada di dalam kegelapan, daerah kematian. Namun, bila kita mengatasi pencobaan karena kita mengasihi Tuhan, maka kita dapat hidup di dalam terang dengan sepenuhnya.
Oleh karena pencobaan menyebabkan watak kita bertumbuh, maka Allah mengizinkan pencobaan itu terjadi, walaupun Ia sendiri tidak mencobai kita. Sewaktu kita tidak melawan pencobaan, bahkan terperdaya oleh daya tarik dan bujukan itu, kita mengalami kematian -- bukan kematian fisik atau pun seperti di dalam neraka, sebab kita adalah orang percaya, melainkan kehilangan rasa dalam kehidupan. Kita tidak lagi merasakan Allah tersenyum, juga tidak lagi merasakan bahwa kita telah menyenangkan Dia. Kita kehilangan nikmatnya kehidupan, dan sebelum kita mengakui dosa kita dan disucikan dengan segera, maka kita akan tetap berada di bawah awan-awan yang menutupi sinar matahari. Jika kita mengaku -- bahwa kita telah berdosa kepada Allah dan memohon pengampunan-Nya -- maka kita bisa kembali memulai hidup baru.
Dalam Kitab Mazmur pasal 32, Daud menjelaskan mengenai apa yang terjadi pada seseorang yang mempunyai dosa tersembunyi, seperti ketika Daud mengalami kesusahan, sebelum ia mengakui dosanya di hadapan Tuhan -- kasus perzinahannya dengan Batsyeba, walaupun dosa yang khusus itu tidak terlalu penting bagi pesan Mazmur ini. Daud berkata,
"Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata, ´Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku,´ dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku." (Mazmur 32:3-5)
Dengan berharap seperti ini maka kita, orang berdosa, juga dapat bersuka cita,
"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan, dan yang tidak berjiwa penipu." (Mazmur 32:1, 2).
Memiliki jiwa seperti itu merupakan tujuan hidup yang layak bagi orang Kristen, karena itu merupakan penipuan bila berusaha mengelabuhi diri kita dan Allah tentang dosa.
Banyak orang percaya menjadi mangsa yang mudah, khususnya berkaitan dengan tiga pencobaan. PERTAMA adalah kebenaran diri sendiri, ini semacam kesombongan. Ini berarti bahwa kita merasa diri kita lebih baik daripada orang lain, walaupun mungkin kita tidak menyadarinya, bahkan kita merasa lebih baik daripada Tuhan sendiri. Kita melakukannya pada waktu kita mengkritik orang lain dan pada waktu kita bersikap terkejut sekali ketika mendengar tentang dosa orang lain.
KEDUA, orang Kristen cenderung menolak pandangan hidup yang suka berkorban. Ada kebudayaan yang memaksa kita untuk menonjolkan diri dengan mengorbankan orang lain. Tetapi, Yesus memanggil kita untuk melayani orang lain, bahkan sampai mati sekali pun, dengan jalan memikul salib kita dan mengiring Dia (Markus 10:38).
KETIGA, orang Kristen tergoda untuk membenarkan dan membela perilaku moral yang dilarang oleh Allah. Terlalu banyak orang yang mencari- cari alasan untuk berbuat dosa dengan berkata, "Tidak ada seorang pun yang sempurna." Sangat berbahaya bila kita begitu terbiasa dengan dosa, sehingga kita tidak mampu lagi untuk membedakannya. Bahkan pornografi -- yang mudah diperoleh melalui berbagai majalah, buku yang dijual di mana-mana, film, dan video di rumah -- makin banyak dilihat oleh orang Kristen sebagai sesuatu yang menarik, hal ini akan mengakibatkan kejatuhan hidup rohani mereka.
Bagaimana orang Kristen dapat mengatasi pencobaan tersebut serta pencobaan lainnya? Hiduplah di dalam terang Firman Tuhan, sehingga Saudara tetap peka terhadap segala bentuk kegelapan. Berpegang teguh pada Alkitab setiap hari, bukan saja ketika kita mengalami tekanan - - jangan sampai terlambat.
Pada waktu Saudara jatuh dalam pencobaan, yang kecil sekali pun, akuilah kepada Tuhan dengan segera. Pengakuan haruslah merupakan bagian rutin dari kehidupan Saudara. Begitu Saudara menyadari telah melakukan sesuatu yang mendukakan Roh Kudus, akuilah kepada Tuhan pada saat itu juga. Jangan Saudara sembunyikan dan menunggu suatu hari ketika Saudara dapat mengakui segala dosa Saudara di altar. Semakin cepat Saudara mengakui, semakin kuat Saudara dapat bertahan terhadap pencobaan pada waktu berikutnya.
Kita masing-masing mempunyai kelemahan yang harus kita perangi sepanjang hidup kita, misalnya sifat pemarah, suka bicara kotor, dosa seksual, atau berdusta. Generasi dahulu menyebutnya sebagai "dosa-dosa yang menjerat," dibandingkan dengan pencobaan lain yang mungkin lebih mudah untuk diatasi.
"Karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu." (2 Petrus 2:19),
tetapi kita boleh memilih kepada siapa kita hendak menjadi hamba. Seperti yang dikatakan Yesus,
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka." (Yohanes 8:34-36; lihat juga Roma 6:16-17)
Akhirnya, taatilah nasihat dari Rasul Paulus,
"Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni." (2Timotius 2:22)
Diambil dari:
Judul buku | : | Pola Hidup Kristen -- Penerapan Praktis |
Judul artikel | : | Mengatasi Pencobaan |
Penulis | : | Luis Palau |
Penerbit | : | Gandum Mas, Lembaga Literatur Baptis, Yayasan Kalam Hidup, YAKIN, 2002 |
Halaman | : | 770 -- 774 |
Apakah KTB Kontekstual?
Kelompok Tumbuh Bersama Kontekstual (KTBK) adalah sekelompok orang -- terdiri atas tiga sampai enam orang yang telah didiami Roh Kristus, yang bersama-sama belajar Firman Tuhan. Mereka rindu dan berkomitmen untuk bertumbuh ke arah kedewasaan penuh di dalam Kristus dengan :
Kelompok ini disebut KTB Konstektual karena:
Konteks anggota sangat diperhatikan, baik kebutuhan rohani maupun kevariasian setiap pribadi.
Pemahaman Alkitab dilakukan secara induktif dengan menggunakan metode penafsiran konstektual.
Konsteks relasi kelompok antara pemimpin dengan anggota bersifat fungsional-interdependensi.
Pertumbuhan rohani hanya terjadi pada konteks tubuh Kristus.
Perencanaan program berorientasi pada tujuan dan sesuai dengan konteks kebutuhan rohani.
Misioner, dimana KTBK dapat dibagikan kepada orang lain dalam konteks yang berbeda.
Visi KTB Kontekstual
Visi KTB Kontekstual adalah orang-orang yang telah didiami Roh Kristus akan bertumbuh sampai pada tingkat kedewasaan penuh di dalam Kristus melalui ajaran Firman Tuhan di dalam persekutuan tubuh Kristus (Matius 28:19-20; Efesus 4:11-16).
Misi KTB Kontekstual
Adapun misi KTB Kontekstual:
Mendorong orang percaya bertumbuh ke arah Kristus.
Melengkapi orang percaya dengan pemahaman Alkitab.
Mengontrol orang percaya dalam ketaatan terhadap Firman Tuhan.
Melipatgandakan KTBK dengan mendorong setiap anggota menjadi pemimpin dalam KTBK baru.
Karekteristik KTB Kontekstual
Alkitabiah: KTBK didasarkan pada ajaran Alkitab dan berpusatkan pada ajaran dan pribadi Yesus Kristus sebagai kepala jemaat.
Kontekstual: KTBK memusatkan pada penyelidikan Alkitab secara induktif dengan metode penafsiran kontekstual (bukan intuitif atau rasional dan bukan dedukatif dengan type topikal).
KTBK sangat memperhatikan konteks anggota: Setiap konteks bisa berbeda kebutuhan rohani, sehingga perumusan program KTBK suatu kelompok bisa berbeda dengan kelompok yang lain. KTBK menghargai keragaman kepribadian dan fungsinya dalam tubuh Kristus.
Goal oriented: Maksudnya, KTBK berorientasi pada tujuan yang jelas. Tujuan KTBK harus sesuai dengan tujuan Allah bagi orang percaya, bukan tujuan manusia. Dalam menentukan tujuan KTBK secara spesifik selalu mengacu pada tujuan di atasnya yaitu gereja atau PMK, supaya tidak meleset dari kehendak Tuhan bagi umat-Nya.
Interdependensi: Anggota KTBK bukan independen dengan orang lain sehingga merasa tidak memerlukan orang lain. Demikian pula tidak dependen, terhadap satu orang sekalipun pembinanya. Namun, anggota-anggota KTBK saling bergantung satu sama lain sebagai bagian dari tubuh Kristus yang saling membutuhkan.
Misioner: Setiap anggota KTBK yang telah mengalami pertumbuhan rohani akan membagikan berkat rohani kepada orang lain dan mulai membentuk KTBK baru. Ia akan memimpin anggota lainnya dan berlipat ganda.
Bahan KTB Kontekstual disusun untuk memenuhi kebutuhan rohani anggota-anggotanya. Kebutuhan ini meliputi aspek: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap dan karakter), konatif (tingkah laku dan ketrampilan), dan relasi (hubungan).
Bahan KTB Kontekstual dirancang meliputi tiga scope:
Tujuan bahan scope Peneguhan adalah mengantar anggota-anggota KTBK memiliki kehidupan iman yang teguh di dalam Kristus.
Tujuan bahan scope Pembinaan Dasar adalah untuk menolong anggota-anggota KTBK bertumbuh dengan memahami dasar-dasar kekristenan.
Tujuan bahan scope Pembinaan Lanjutan adalah menolong anggota-anggota KTBK agar dapat terus bertumbuh ke arah Kristus dan melayani Tuhan.
Setiap scope tersedia tiga pilihan bahan, yaitu:
Untuk scope Peneguhan menggunakan Surat 1 Yohanes dan Injil Yohanes.
Scope Pembinaan Dasar menggunakan bahan Surat Efesus, Surat Kolose, dan Surat 1 Petrus.
Scope Pembinaan Lanjutan menggunakan bahan Kitab Nehemia, Markus, dan Surat 2 Timotius.
Bahan Penunjang adalah bahan lain yang dapat digunakan sebagai penunjang Bahan Utama KTBK. Bahan Penunjang yang ada merupakan hasil seleksi dari berbagai bahan Pemahaman Alkitab. Pemilihan dan penggunaannya disesuaikan dengan tujuan KTBK dan diserahkan sepenuhnya pada kesepakatan anggota KTBK.
Bahan Referensi adalah buku-buku rohani yang selektif. Bahan ini digunakan setiap anggota KTBK untuk memperkaya pengetahuan rohani dan Firman Allah dari setiap scope. Pemilihan dan penggunaan bahan berdasarkan kesepakatan anggota KTBK.
Desain bahan KTBK di atas akan membawa anggota KTB Kontekstual kepada tujuan pertumbuhan rohani yang dewasa dan sempurna di dalam Kristus (Roma 8:28).
Berdoalah terlebih dahulu untuk setiap pelaksanaan KTBK. Mohon pimpinan Roh Kudus agar menerangi Firman-Nya.
Rencanakanlah pelaksanaan persekutuan KTBK secara teratur seminggu sekali. Pergunakanlah waktu 2 jam untuk setiap pertemuan KTBK. Dengan alokasi waktu sebagai berikut: Pujian, penyembahan, dan doa selama 20 menit, PA induktif 60 menit, dan 40 menit untuk diskusi, aksi, evaluasi, dan doa.
Pelajarilah terlebih dahulu bahan yang akan dibahas dalam KTBK. Hal ini akan mendukung terciptanya interaksi dan komunikasi timbal balik dalam setiap persekutuan KTBK.
Aktiflah untuk membahas materi KTBK dengan bekerja sama secara seimbang antara anggota dengan pemimpin agar tujuan setiap pertemuan KTBK dapat tercapai.
Disiplinlah dalam pelaksanaannya, tepat waktu dalam memulai dan mengakhiri. Disiplinlah dalam ketaatan melaksanakan aksi yang ditugaskan berdasarkan kasih Kristus.
Kasihilah rekan anggota KTBK dengan saling menasihati, membangun, menegur, mengontrol, dan mendoakan, supaya semua menjadi dewasa dalam Kristus.
Kembangkanlah KTBK baru. Setelah selesai KTBK ini mulailah memimpin KTBK baru dengan bahan yang sudah dipahami agar berlipat ganda.
Koordinirlah semua anggota KTBK. Pemimpin berperan secara fungsional dan jadilah pendorong bagi semua anggota KTB untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap persekutuan.
Sumber:
Judul Buku | : | Seri KTB Kontekstual -- TEGUH DI DALAM KRISTUS (Surat Pertama Yohanes) |
Penerbit | : | Tim Pelayan Persekutuan Mahasiswa Kristen Surakarta (PMKS) dan Sekolah Tinggi Teologia Gamaliel (STTG) Jl. Petir 18, Surakarta 57126 |
New Tribes Mission didirikan pada tahun 1942 oleh Paul Fleming, seorang misionaris yang baru saja kembali dari pelayanan di Malaysia. Paul dibantu oleh Cecil Dye, seorang pendeta muda dari Michigan. Mereka berdua memiliki kerinduan untuk menjangkau suku- suku terpencil yang sama sekali belum pernah mendengar Injil. Setelah berdiskusi selama beberapa waktu, mereka memformulasikan panduan-panduan bagi masyarakat misi interdenominasi, khususnya untuk tujuan menjangkau suku-suku tersebut. Pada musim gugur 1942, Cecil Dye bersiap memimpin kelompok misi yang beranggotakan 16 orang (termasuk istri dan ketiga anaknya) untuk pergi ke hutan di Bolivia yang belum pernah dijamah.
Tim misi ini sampai di Bolivia pada saat Natal 1942. Mereka sendiri juga belum pasti ke mana Allah akan memimpin mereka. Setelah mendiskusikan tentang tujuan tim misi ini kepada seorang dokter berkebangsaan Bolivia yang telah mengenal seluk-beluk hutan Bolivia, tim ini merasa dipastikan bahwa suku yang dikenal dengan sebutan Barbaro adalah sasaran pelayanan mereka. Kebiasaan Suku Barbaro (nama aslinya adalah Suku Ayore) adalah menggunakan anak panah pendek yang mempunyai efek yang mematikan, bahkan suku-suku lain di sekitarnya takut menghadapi mereka. Setiap orang yang mendengar sasaran pelayanan tersebut memperingatkan tim ini tentang bahaya-bahaya yang akan mereka hadapi. Meskipun demikian, tim ini tidak pantang menyerah, walau mereka juga banyak mendengar kisah-kisah tentang suku itu, yang membuat bulu kuduk berdiri. "Allah telah memanggil kami untuk menjangkau terlebih dulu suku yang terkenal paling sulit dilayani ini. Tentu saja, banyak risiko yang akan kami hadapi, tetapi kami yakin Allah yang akan memelihara kami."
Perjuangan untuk menemukan Suku Ayore ini memakan banyak waktu. Suku ini bersifat nomaden, sehingga para misionaris ini tidak tahu di mana tepatnya tempat tinggal Suku Ayore. Pada tanggal 10 November 1943, tim yang terdiri atas Dave Bacon, Cecil Dye, George Hosback, Bob Dye, dan Eldon Hunter mulai menyusuri hutan dan berharap akan dapat segera bertatap muka dengan Suku Ayore. Cecil memberikan pesan kepada istrinya, Jean Dye. Jika dalam jangka waktu sebulan Jean tidak mendengar kabar dari tim ini, maka dia boleh memulai usaha pencarian.
Setelah sebulan berlalu, tidak ada kabar berita dari tim ini, sehingga istri Cecil Dye, Jean Dye memutuskan untuk memulai pencarian. Meskipun tim pencarian menemukan barang-barang yang tersisa dari Cecil Dye dan teman-temannya, namun mereka tidak berhasil menemukan kelima misionaris itu. Tahun-tahun berlalu, namun tidak ada hasil yang menunjukkan adanya tanda-tanda keberadaan para misionaris itu. Sampai akhir tahun 1946, Jean Dye memutuskan untuk tetap tinggal di Bolivia. Jean mengatakan bahwa fokus mereka tidak berubah. Mereka tetap ingin menjangkau Suku Ayore, meskipun dia sendiri tidak tahu bagaimana kondisi suami dan keempat temannya di hutan Bolivia. Namun, Jean Dye sendiri juga belum tahu bagaimana, di mana, dan kapan dia dan timnya akan menemukan suku itu.
Jawaban-jawaban itu mulai muncul perlahan ketika Jean Dye dan anggota tim yang masih tersisa mulai mengenal wilayah tempat di mana mereka tinggal. Jean mendengar, ada anggota Suku Ayore yang bekerja menjadi pembantu di San Jose. Jean memutuskan untuk tinggal di San Jose untuk belajar bahasa dan budaya Suku Ayore dari para pembantu tersebut. Posisinya di Bolivia digantikan oleh Joe Moreno. Joe tidak menganggap dirinya sebagai misionaris. Dia hanya menganggap dirinya sebagai orang yang menggantikan pekerjaan Cecil Dye. Namun, berkat usaha dan kesabarannya, akhirnya pelayanan itu membuahkan hasil -- pertemuan-pertemuan damai dengan Suku Ayore.
Joe segera menyadari bahwa para misionaris pionir yang akan melayani suku-suku primitif tersebut menggunakan proses yang agak lamban. Joe sendiri mencoba cara lain. Dia mulai mengikuti Suku Ayore dari kejauhan dan mempelajari pola pergerakan mereka dan arah yang mereka tuju. Dari Jean, dia belajar mengucapkan salam dalam bahasa Ayore dan kata-kata lain. Joe juga mempelajari budaya dan cara hidup Suku Ayore. Dia mempelajari bahwa pisau, kawat, dan benda-benda dari logam merupakan barang yang sangat berharga bagi Suku Ayore. Waktu terus berlalu dan Joe jadi terbiasa keluar masuk hutan. Dia seringkali hampir mendekati tempat tinggal Suku Ayore, meskipun belum pernah bertemu secara langsung. Joe mulai meninggalkan hadiah- hadiah bagi Suku Ayore di pemukiman yang telah mereka tinggalkan. Akhirnya, setelah tiga tahun lebih Suku Ayore ini menghilang tanpa jejak, ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa kesabaran dan usaha Joe membuahkan hasil. Dia sangat bersuka cita ketika melihat ada dua benda khas Suku Ayore yang ditinggalkan, tepat di tempat dia meninggalkan hadiah yang ditujukan bagi Suku Ayore.
Pada bulan Agustus 1947, barulah terjadi terobosan nyata untuk bertemu secara langsung dengan Suku Ayore. Kerja keras Joe meyakinkan orang-orang Ayore bahwa ´cojnone´ (orang-orang beradab) tidak ingin membunuh mereka telah berhasil. Pengalaman mereka dalam pertukaran hadiah mengajarkan kepada Suku Ayore untuk mempercayai orang asing. Pada tanggal 12 Agustus, sejumlah anggota Ayore muncul di dekat perkemahan dan menunjukkan minat ´ingin berteman´. Ini adalah saat pertama kalinya pertemuan tatap muka secara langsung antara Suku Ayore dengan manusia beradab (the cojnone). Untuk pertama kalinya, Joe tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Dari lubuk hatinya, Joe mengucap syukur kepada Allah yang membuat pertemuan itu terjadi. Mujizat terbesar menurut Jean adalah ketika melihat orang-orang Barbaro sendiri yang punya inisiatif untuk mengambil langkah pertama dalam menjalin kontak pertemanan dengan cojnone.
Suku Ayore dipersilakan untuk menentukan waktu dan tempat pertemuan pertama mereka. Hal ini merupakan kunci utama dari kesuksesan strategi Joe. Setelah pertemuan pertama itu, maka dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan berikutnya. Kurang dari setahun, Suku Ayore mulai membangun kepercayaan kepada cojnone. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan mereka untuk tinggal bersama di rumah para misionaris. Karena rumah menjadi terlalu padat, tim misionaris pindah ke rumah perternakan yang lebih luas dan tinggal bersama seluruh anggota Suku Ayore. Lalu bergantian, tim misionaris mengikuti Suku Ayore dan tinggal di hutan. Tentu saja, ada masalah logistik dan kesehatan. Meskipun demikian, ada suka cita ketika Injil diberitakan dan para anggota suku memberikan respon dengan baik.
Setelah persahabatan dengan Suku Ayore terbentuk, tim misionaris baru berani menanyakan tentang lima orang misionaris yang menghilang di hutan beberapa tahun yang lalu. Namun, tidak ada yang memberikan jawaban pasti. Tahun 1949, sekitar enam tahun setelah tragedi menghilangnya kelima misionaris, ada seorang anggota Suku Ayore yang tinggal di wilayah di mana kelima orang itu ditemukan. Ia memberikan informasi bahwa dialah saksi mata ketika pembantaian kelima orang misionaris itu terjadi. Berakhir sudah harapan Jean Dye untuk bertemu lagi dengan suami dan keempat temannya dalam kondisi hidup. "Apakah ini harga yang harus dibayar?" Pertanyaan tersebut terlintas dalam pikirannya. Namun, tidak ada harga yang terlalu mahal untuk membayar mujizat pertobatan yang terjadi di antara Suku Ayore.
Ada peristiwa lain dibalik menghilangnya kelima misionaris tersebut. Pada bulan Januari 1944, berita tentang menghilangnya kelima misionaris itu dibaca oleh Bruce Porterfield, seorang pekerja pabrik di Lansing, Michigan. Malam hari, setelah membaca berita itu, dia mendedikasikan hidupnya untuk menjadi seorang misionaris dan bergabung dengan tim misi yang mencari kelima misionaris itu. Dia secara aktif melayani sebagai misionaris di Bolivia. Dia menjadi perwakilan dari New Tribes Mission dan menjadi penulis buku "Commandos for Christ" dan buku-buku misi lainnya. Tidak hanya Bruce yang terinspirasi oleh keberanian kelima misionaris untuk menjadi martir di belantara Bolivia guna memberitakan Injil, banyak orang yang juga bersedia mendedikasikan hidupnya untuk terlibat dalam pelayanan misi.
Badai yang melanda perjalanan New Tribes Mission masih bertiup. Beberapa tahun setelah kematian lima misionaris itu, ada banyak tragedi yang terjadi, antara lain jatuhnya pesawat misi di Venezuela yang menewaskan semua penumpangnya, hancurnya pesawat kedua yang dikirim setelah kejatuhan pesawat pertama. Semua penumpang dalam pesawat misi kedua ini pun meninggal termasuk Paul Fleming, pendiri New Tribes Mission. Namun, dibalik semua tragedi itu, New Tribes Mission terus bertumbuh. Pada tahun 1980, organisasi misi ini telah mengirim 1600 misionaris yang siap memberitakan Injil kepada lebih dari 140 suku yang tersebar di seluruh penjuru dunia.
Diterjemahkan dan diringkas dari:
Judul buku | : | From Jerusalem to Irian Jaya -- A Biographical History of Christian Missions |
Penulis | : | Ruth A. Tucker |
Penerbit | : | The Zondervan Corporation, Grand Rapids, Michigan, 1983 |
Halaman | : | 307 -- 312 |
Seorang mobilisator misi adalah seorang Kristen yang tidak hanya ingin sekedar terlibat dalam dunia misi, namun ia juga ingin untuk dapat membuat orang lain ikut terlibat seperti dirinya. Hal ini sejalan dengan Amanat Agung dan firman Tuhan dalam 2 Timotius 2:2 yang berbunyi: "Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain." (2 Timotius 2:2)
Tuhan dapat memakai siapa pun dia yang percaya pada-Nya. Tuhan sendiri mulai memakai saya sebagai alatnya dalam tugas misi dan penggerak misi ketika saya masih berumur 16 tahun. Ketika masih berusia 19 tahun, Tuhan mengirim saya ke Meksiko (saya terlibat dalam hal pengumpulan dana bagi misi, terutama peredaran Alkitab, sebelum saya diubahkan). Hal itu pula yang menjadi cikal bakal pelayanan misi jangka pendek yang sekarang telah diterima oleh banyak organisasi misi.
Selama 4 dekade terakhir kita dapat melihat yang terjadi di organisasi Operation Mobilization (OM), yang sejak awal berdirinya telah membawa sekitar 100.000 orang pria dan wanita, yang kebanyakan, meski juga tidak mengharuskan, masih berusia muda -- untuk digerakkan ke dalam pekerjaan misi. Dalam banyak kasus, keterlibatan mereka dengan pelayanan OM hanya berlangsung selama musim panas atau selama setahun, namun, prosentase mereka yang kini terlibat dalam misi atau mobilisasi misi dengan berbagai macam caranya, sangatlah menakjubkan. Banyak dari mereka yang kembali ke pekerjaan biasa -- yang saya senang menyebutnya sebagai "pelayanan pasar" -- namun dalam tingkatan berbeda, banyak yang berusaha membantu sumber-sumber misi dunia.
Jika kita lihat sendiri ayat-ayat dimana Amanat Agung disebutkan: Matius 28:18-20, Markus 16:15, Lukas 24:47-48, Yohanes 20:21-23, dan Kisah Para Rasul 1:8, kita bisa mendapati bagaimana perintah Yesus sebelum naik ke surga. Bagaimana Ia menyuruh kita untuk mengabarkan Injil hingga ke ujung bumi. Kata-kata "hingga ke ujung bumi" inilah yang selalu menginspirasi saya. Dan atas dasar itulah saya ingin menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang diperlukan jika kita ingin menjadi mobilisator misi yang efektif, sebagai bagian dari ketaatan kita akan perintah Kristus.
BERJALAN DENGAN TUHAN
Dalam pembukaan di bukunya yang berjudul "Let the Nations be Glad" yang membahas tentang kekuasaan Tuhan dalam dunia misi, John Piper mengatakan:
Dalam pembukaan di bukunya yang berjudul "Let the Nations be Glad" yang membahas tentang kekuasaan Tuhan dalam dunia misi, John Piper mengatakan:
"Jika kerinduan akan kemuliaan Tuhan tidak diletakkan di atas segala kerinduan akan kebaikan manusia dalam hati yang penuh belas kasihan dan prioritas pada gereja, maka orang-orang tak akan dapat dilayani dengan baik dan Tuhan juga tidak akan disembah dengan benar. Saya tidak sedang berusaha untuk mengurangi aktivitas misi demi supaya kita mempunyai waktu mempermuliakan Tuhan. Ketika semangat kita untuk menyembah terbakar oleh api kebenaran dari Tuhan, dengan sendirinya jalan terang bagi kerinduan menginjil sampai ke ujung dunia akan terbuka."
Sebagaimana pelayanan Kristen lainnya, mobilisasi misi juga menuntut supaya kita terlebih dulu mengenal Tuhan, berjalan dengan-Nya dan mendapatkan pengalaman kehidupan yang berkelanjutan dengan Roh Kudus dalam hidup kita. Roh Kudus adalah CEO dalam dunia misi. Seperti dengan jelas terlihat dalam Kisah Rasul 13 dimana gereja menunggu Tuhan dalam doa dan Tuhan lewat gereja, mengirimkan kelompok misi pertama, termasuk Paulus dan Barnabas, ke ladang misi.
Setelah melihat betapa pentingnya untuk kita berjalan dengan Tuhan, sebagai mobilisator misi kita juga harus mengerti pentingnya doa. Doa harus ada dalam inti setiap perbuatan dan gerakan doa sedunia harus dilakukan sejalan dengan semua jenis gerakan misi dunia. Tiap orang mempunyai cara doa yang berbeda-beda, namun kita tetap harus menyadari bahwa mobilisasi misi tak akan pernah dapat berjalan tanpa adanya doa secara terus menerus. Seperti yang tertulis di Matius 9:37-38, menurut kata Yesus sendiri "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Mintalah pada Tuhan untuk tuaian itu dan kirimkan para pekerja untuk ladang tuaian itu.
MEMPUNYAI RASA MEMILIKI PENGINJILAN DUNIA
Orang Kristen harus mempunyai rasa memiliki dalam tugas penginjilan dunia. Selama ini banyak orang cenderung berpikir bahwa orang lain atau kelompok lain telah melakukannya. Berdasarkan berbagai pengalaman saya di berbagai pertemuan di seluruh dunia, sepertinya hanya sedikit orang yang benar-benar mempunyai rasa memiliki tugas tersebut. Untuk mempunyai perhatian dalam bidang misi sendiri, diperlukan adanya rasa keterlibatan dan tanggung jawab secara pribadi. Ketika kita menjalankan tugas penginjilan misi kita, kita juga perlu untuk turut merasa bertanggung jawab dalam setiap tindakan. Bahkan sangat mungkin jika ada seorang yang telah menjadi misionaris namun masih belum benar-benar mempunyai rasa memiliki dalam visi dan tugas yang lebih besar. Mempunyai rasa memiliki berarti juga terus berdoa untuk pengembangan sasaran dan tujuan. Namun, memang adakalanya target tujuan sebuah organisasi misi dapat menjadi terlalu tinggi, meski begitu, saya rasa sebagai seorang Kristen, sering juga kita punya target yang terlalu rendah. Yang kita perlukan adalah untuk dapat menggabungkan antara yang "mungkin" dan "tak mungkin". Kita ingin untuk dipenuhi oleh iman, namun kita juga harus tetap realistis. Ketika kita sedang berpikir dan berdoa tentang perencanaan target tersebut, kita perlu melihat satu hal penting dalam Lukas 14 yang dengan jelas mengatakan bahwa kita harus menghitung harga dari apa yang akan kita lakukan.
Dalam menentukan target dan sasaran, seringkali kita juga dihadapkan pada keruwetan dan berbagai kesulitan lainnya. Pada waktu itulah kita perlu menerapkan pengajaran Alkitab tentang kesabaran, kasih, dan pengampunan seperti terdapat dalam 1Korintus 13. Dasar Alkitab adalah penting jika kita ingin melihat tujuan dan target kita dipenuhi, dan pada waktu yang sama juga akan tidak akan membuat target itu menjadi tidak realistik, hanya membuang uang dan waktu atau tidak relevan dengan situasi yang ada sekarang.
Hikmat dan kebijaksanaan adalah dua hal penting yang diperlukan dalam mengambil tindakan dalam misi. Kita tahu bahwa seringkali pada beberapa waktu, iman seseorang dapat mengarah dalam bentuk ekstrim. Dalam dunia misi, menjadi ekstrim tentunya dapat menimbulkan bahaya tersendiri, terutama dalam hal penetapan jumlah, waktu dan metode. Saya selalu menyadari akan bahaya tersebut, namun masalah yang lebih utama saat ini juga terletak pada reaksi orang-orang yang terlalu keras pada ekstrimisme, dan menyerah pada kekakuan tradisi, penghakiman, legalisme, hukum-hukum yang kaku, dan tidak berbuat apa-apa. Oleh karena itulah saya menyarankan supaya kita memiliki target dan tujuan pribadi dalam melakukan tugas misi dan mobilisasi misi. Mobilisasi misi sendiri juga lebih membutuhkan kerja tim ketimbang kerja individu, yang kadang memang mempunyai talenta khusus dalam menggerakkan orang lain. Kita membutuhkan kesatuan dari kelompok-kelompok kecil, gereja-gereja dan komite-komite misi di seluruh dunia dalam dukungan doa serta diskusi untuk mengembangkan tujuan dan target bagi penginjilan dunia sebagai tanda ketaatan kita pada Tuhan Yesus. (Bersambung) (t/Ary)
Bahan diterjemahkan dan diringkas dari sumber:
Judul Buku | : | Out of The Comfort Zone and Into Missions |
Judul Artikel Asli | : | Being a Missions Mobiliser |
Penulis | : | George Verwer |
Penerbit | : | OMF Literature Inc., Philippines, 2000 |
Halaman | : | 64 - 72 |
MENGEMBANGKAN PENGETAHUAN YANG LEBIH LUAS TENTANG DUNIA MISI
Pengembangan pengetahuan tentang misi masih erat hubungannya dengan menumbuhkan rasa memiliki dalam pekerjaan misi. Kita dapat mengembangkan pengetahuan ini dengan membaca buku, menonton video, membaca bahan-bahan dari internet dan mendengarkan kaset. Setelah semua pengetahuan itu terserap, kita bisa mulai menggunakannya dalam menolong orang lain untuk mendapatkannya. Saya percaya jika kita perlu untuk meningkatkan jumlah informasi tentang dunia misi sepuluh kali lipat dari yang sekarang ada serta memungkinkan penggunaan semua jenis metode komunikasi jika kita ingin mencapai target yang telah ditentukan. Kita perlu memungkinkan semua orang, baik yang ada di seberang jalan atau di seluruh dunia, untuk mengalami pengalaman dengan dunia misi. Kita perlu untuk melihat bahwa bertindak secara lokal dapat memunculkan dampak yang global.
Secara khusus kita juga perlu membuka pintu selebar-lebarnya bagi para pekerja baru untuk mendapatkan informasi yang ada tersebut. Ada begitu banyak informasi tentang hal ini, namun tidak semua orang bisa mendapatkannya. Saya mengajurkan supaya setiap organisasi misi juga menjalin hubungan dengan banyak organisasi misi lainnya, bertukar informasi dan menjalin hubungan lewat korespondensi, hubungan telepon, fax dan email. Jika kita menyadari betapa banyaknya metode komunikasi yang ada sekarang ini, maka tidak ada alasan lagi untuk bersikap pasif. Dapatkah Anda bayangkan Rasul Paulus menenteng ponsel atau menggunakan komputer? Tuhan telah memberikan semua sarana ini bagi kita. Tidak seharusnya kita takut dengan perkembangan teknologi. Hal itu memang dapat disalahgunakan tapi seharusnya hal itu malah membuat kita semakin hati-hati supaya dapat menggunakannya dengan benar. Saat pintu-pintu informasi telah terbuka, saya percaya ketika itu pulalah orang-orang awam dan potensi-potensi yang ada di luar akan menanggapinya dengan baik. Namun langkah pertama untuk itu adalah tersedianya akses untuk mendapatkan informasi tersebut.
Kita hendaknya menyadari pentingnya menjalin hubungan dengan sebanyak mungkin orang atau kelompok, yang seringkali lebih dapat dilakukan dengan teknologi modern, untuk mendapatkan informasi terkini dan permohonan doa untuk orang-orang yang belum dijangkau di dunia ini. Keuntungan lain yang bisa didapat dari hubungan komunikasi yang erat ini adalah untuk menghindari ketidakpedulian yang sepertinya banyak terdapat dalam dunia misi. Beberapa artikel atau statistik yang saya lihat tidak didasari data yang valid. Kita dapat melihat betapa menakjubkannya apa yang tersaji di internet. Terutama seperti yang terjadi di sebuah konferensi besar, mengenai jumlah "orang Kristen" di Afrika, yang dihitung secara gampang-gampangan saja sehingga membuat semua orang seakan telah "lahir baru", hanya karena kesalahan satu orang. Orang seringkali tidak melakukan riset yang memadai sebelum mengumumkannya pada publik. Bahkan beberapa kisah menakjubkan tentang kejadian-kejadian luar biasa dalam dunia penginjilan, jika diadakan riset menyeluruh, dapat dibuktikan sebagai hal yang tak pernah terjadi. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpercayaan umum, kekurangpercayaan pada gerakan misi dan akan menjadi salah satu alat yang akan digunakan iblis di masa mendatang. Kita harus mengingat pengajaran Alkitab di Amsal 18 bahwa kita harus yakin pada informasi yang akan kita sampaikan sebelum membuka mulut dan bicara.
Namun, tidak berarti kita harus merasa terintimidasi oleh hal itu, sehingga membuat kita lantas tidak berusaha apa-apa. Kita tetap dapat menyebarkan informasi asalkan kita dapat secara hati-hati memilih kata yang benar-benar tepat, memeriksa fakta-faktanya, berani mengaku jika kita memang tidak yakin dan mengutamakan realita, kerendahan hati, dan kesediaan untuk diajar. Hal penting tentang ini seperti terdapat di Filipi 2:3, yang mengajarkan supaya kita menganggap orang lain lebih utama dari diri kita sendiri, adalah penting dalam kasus ini. Saat kita berhubungan dengan kelompok misi lainnya, kita pun hendaknya memberi penghargaan yang tinggi dan menaruh perhatian pada apa yang sedang mereka lakukan. Janganlah kita terpaku pada beberapa berita buruk atau hal lain yang kita baca tentang mereka sehingga membuat kita gagal melihat rencana besar Tuhan, bagaimana Tuhan memakai berbagai jenis gereja, organisasi, dan pergerakan di luar kegagalan, kelemahan dan dosa mereka.
Kita tidak dapat bekerja bersama dalam hal praktik namun kita tetap dapat memiliki sikap yang baik terhadap organisasi lain dalam Tubuh Kristus. Ada banyak tekanan dalam pekerjaan misi, namun hendaknya kita dapat menerima paradoks bahwa kesatuan kita hendaknya ditempatkan di tengah-tengah perbedaan.
MEMBUAT PERALATAN YANG TERSEDIA BERGUNA
Ada begitu banyak peralatan yang tersedia untuk melakukan tugas mobilisasi seperti video, kaset, buku, selebaran, dsb. Saya sering menulis tentang kebutuhan akan ratusan juta literatur di seluruh dunia. Namun sebenarnya, jumlah itu tidaklah sedemikian besar, sebagian besar dari jumlah itu telah diproduksi oleh lembaga-lembaga misi di seluruh dunia. Dan bila kita mau menggandakan apa yang telah tersedia itu, taruhlah 10 kali lipat saja, maka saya percaya akan timbul mobilisasi misi terbesar yang pernah ada.
Sebuah perdebatan tanpa akhir akan terjadi jika kita membicarakan tentang angka dan waktu. Namun pada dasarnya kita semua berteriak dalam hati agar tugas ini dapat dilakukan secepatnya, ini karena kita berurusan dengan kenyataan bahwa masih banyak manusia yang akan pergi kepada kekekalan tanpa sama sekali mempunyai pengenalan akan Kristus secara pribadi. Kenapa kita tidak memakai sedikit uang kita untuk mendapatkan beberapa materi misi yang dapat kita bawa kemana- mana dan dapat digunakan jika kita memperoleh kesempatan. Anda dapat mempergunakan itu untuk diri Anda sendiri, tapi bagikan juga pada orang lain sehingga mereka pun dapat menggunakannya. Akan ada dampak yang begitu besar yang dapat ditimbulkan jika setiap orang Kristen menyadari untuk mau terlibat dalam misi dengan cara yang pasti akan berdampak luas bagi jutaan orang di seluruh dunia.
Setelah banyak orang mulai menaruh minat dalam dunia misi, adalah tepat jika selanjutnya kita dapat mendorong mereka untuk menghadiri sejenis acara misi. Acara seperti ini hampir pasti ada di setiap negara dan tentunya juga di setiap gereja dan organisasi. Kita dapat membuat orang-orang tertarik dengan acara itu. Jangan menganggapnya jelek karena kita tidak suka musiknya (meski sangatlah menyedihkan jika sesama Tubuh Kristus masih mempermasalahkan jenis musik karena sejarah sendiri telah membuktikan bahwa Roh Kudus telah memakai berbagai jenis musik untuk membuat orang semakin dekat dengan Tuhan). Informasi tentang acara ini harus disebarluaskan kepada siapa saja, bahkan kepada yang terkecil pun. Untuk kita yang memimpin atau terlibat dalam kegiatan ini sendiri, perlu dikembangkan kepekaan berkenaan dengan begitu banyak jenis orang yang kita hadapi. Jangan suka menjadi pribadi yang kontroversial. Kadangkala, pribadi yang kontroversial bisa jadi adalah cerminan dari ego yang besar. Kadang itu dilakukan untuk mendapatkan perhatian dari orang lain, dan hal ini tidaklah sehat.
Kita perlu untuk mendengarkan mereka yang "tidak setuju" dengan kita, dan yang menganggap kita terlalu ekstrim dan memberikan target terlalu muluk, sehingga kita bisa membangun persatuan. Pendidikan formal adalah alat ampuh bagi mobilisasi misi. Kebanyakan sekolah Alkitab memiliki komitmen yang baik terhadap misi, dan kebanyakan organisasi misi memiliki hubungan baik dengan mereka. Jika Anda merasa sebagai mobilisator misi, jalinlah hubungan dengan mereka, pastikan untuk selalu mendapat informasi terbaru mengenai apa yang sedang mereka kerjakan.
Pertimbangkan juga untuk bersekolah selama satu atau dua tahun di situ, mungkin dengan mengambil jurusan yang ada hubungannya dengan dunia misi selain tentunya terus mempelajari firman. Namun, jangan menganggap bahwa satu-satunya yang dibutuhkan dalam misi adalah ahli teologi dan ahli pertumbuhan gereja modern yang fasih bicara dalam berbagai bahasa. Namun, kita pun membutuhkan orang-orang di belakang layar seperti para mekanik, sekretaris, pemegang pembukuan, dan programmer komputer. Kita juga sangat membutuhkan staf yang bekerja di kantor pusat di negara mereka sendiri. Sangat menyedihkan jika ada orang yang tidak peduli dengan berbagai jenis pekerjaan yang dibutuhkan tersebut.
Masalah lain yang sangat sering muncul selanjutnya adalah, "Dari mana kami mendapatkan uang untuk semua itu?" Jawaban dari pertanyaan ini terletak pada komitmen dalam doa-doa syafaat untuk membebaskan masalah keuangan dalam pelayanan misi dunia, dan komitmen akan penggalangan dunia yang Alkitabiah. Kita harus belajar dari sejarah dan dari kisah persembahan seorang janda. Tuhan dapat memakai semua orang, pria dan wanita di lapangan yang mendapatkan hartanya dari kerja keras dan air mata mereka untuk kemudian mereka bagikan pada organisasi-organisasi misi dan gereja demi penginjilan dunia. Di luar dari semua itu, hendaknya kita juga berhati-hati ketika kita mulai menuding satu organisasi atau kelompok lain menggunakan cara- cara yang tidak rohani dalam mencari dana. Dalam hal ini, semua dari kita adalah orang berdosa, jadi siapa pun yang merasa dirinya tidak berdosa, bolehlah ia yang melempar batu pertama. Kesatuan dalam Tuhan memang hendaknya muncul di tengah berbagai perbedaan itu dan untuk itulah hendaknya kita bersama merancang sebuah strategi dalam hal penggalangan dana ini.
KETERLIBATAN GEREJA LOKAL
Setiap mobilisator misi harus terlibat juga dalam pelayanan gereja lokal. Banyak orang, dengan berbagai cara merasakan panggilannya sebagai mobilisator misi saat mereka berada di gereja lokal, tanggapan dari gereja mereka pun beragam. Tanpa bermaksud menyamaratakan, menghakimi atau menilai ekstrim setiap gereja lokal. Beberapa masalah biasanya akan muncul saat seseorang menerima panggilannya untuk menjadi mobilisator misi di luar gerejanya, (misalnya di sebuah program pekerjaan misi jangka pendek) dan kemudian ingin membawa visinya itu ke gerejanya.
Banyak anak muda yang berencana untuk bekerja di ladang misi kemudian diragukan kemampuannya, ditanggapi secara negatif atau dianggap macam-macam sehingga semangatnya yang begitu berkobar sepulang dari program misi jangka pendek yang dijalaninya, perlahan meredup. Akan tetapi, hal itu tidak akan terjadi jika kita memegang kenyataan yang ada di 1Korintus 13 mengenai praktik hukum kasih Kristen bagi sesama kita. Sementara bagi mobilisator muda, fokus kegiatan mereka biasanya dimulai dari kampus. Pergerakan pemuda ini, seperti halnya kegiatan KKR anak muda dan lainnya adalah pihak yang memberikan kontribusi terbanyak bagi perkembangan misi dunia saat ini.
MEMBUAT ORANG LAIN TERLIBAT DALAM PENGINJILAN DAN PELAYANAN
Satu cara ampuh untuk membuat orang lain dapat menjadi mobilisator misi adalah dengan melibatkan mereka dari tempat mereka berada. Kita tidak boleh menganggap bahwa penginjilan dari rumah berlawanan dengan penginjilan yang dilakukan sampai ke luar negeri. Kita tahu bahwa ternyata di sekitar kita masih banyak orang yang belum dijangkau. Memang, ada nilai tersendiri untuk mereka yang mau meninggalkan tempat mereka untuk mengabarkan Injil ke daerah lain. Namun itu memerlukan panggilan tersendiri, sementara membicarakan mengenai Injil kepada tetangga Anda bukanlah sesuatu yang memerlukan panggilan khusus karena itu sudah merupakan kewajiban kita sebagai anak Tuhan. Memang, dalam menginjili orang lain, kita akan sering mendapati kegagalan dan kekecewaan, namun harus diingat pula bahwa kekecewaan dalam penginjilan seringkali berarti petunjuk dari Tuhan untuk mengajar kita lebih baik lagi. Iman yang alkitabiah dan yang mampu memindahkan gunung tidak akan didapat tanpa melalui keraguan, perjuangan atau ketidakpercayaan dan bahkan dosa. Iman itu tumbuh di tengah-tengah berbagai pengalaman buruk tersebut. Tetaplah sadar dan waspada supaya Anda tidak sampai terjatuh ke dalam cara penginjilan yang tidak alkitabiah. Sadarilah bahwa Tuhan sekarang sedang melakukan banyak hal besar di dunia ini. Dia akan bekerja melalui gereja-gereja lama, baru, serta organisasi-organisasi lama atau yang baru dengan cara-Nya yang ajaib. (t/Ary)
Bahan diterjemahkan dan ringkas dari sumber:
Judul Buku | : | Out of The Comfort Zone and Into Missions |
Judul Artikel Asli | : | Developing a Greater Knowledge of World Missions |
Penulis | : | George Verwer |
Penerbit | : | OMF Literature Inc., Philippines, 2000 |
Halaman | : | 72 - 85 |
NATS ALKITAB:
TUJUAN:
Belajar dari Nehemia, kita menemukan empat karakteristik pendoa syafaat yang baik, yaitu:
Saudara, informasi doa yang jelas itu penting sekali dalam berdoa syafaat. Hal ini penting agar kita dapat berdoa dengan baik, sungguh-sungguh dan sesuai dengan fakta.
Saya pernah beberapa kali mengalami kecelakaan dalam memimpin doa. Pernah suatu kali saya memimpin doa sebelum acara latihan koor dimulai. Saya berdoa untuk setiap kami yang menyanyi, untuk pianis dan juga untuk konduktor. Setelah selesai (amin), semua protes karena orang yang saya kira konduktor, ternyata bukan. Seharusnya orang lain yang jadi konduktor saat itu. Yah ... saya pikir bagaimana untuk meralatnya? Apa saya harus berdoa lagi untuk meralat doa saya yang keliru, ya?
Saudara, hal itu memang hal kecil saja. Tetapi hal tersebut juga sangat mempengaruhi kesungguhan kita dalam berdoa. Jika informasi itu tidak jelas atau bahkan salah, apakah kita akan mengatakan kepada Tuhan, padahal itu bukan hal yang benar?
Saudara, bagaimana halnya sikap Nehemia dalam hal ini? Saudara-saudara, Nehemia adalah seorang Yahudi yang hidup di pembuangan. Pada tahun kedua puluh pemerintahan Artahsasta I (445 SM) Nehemia ini menduduki jabatan sebagai pejabat minuman raja.
Jabatan ini adalah jabatan yang tinggi, dan orang yang menduduki jabatan ini merupakan orang yang sangat dipercaya oleh raja. Sebab tugas mereka adalah mencoba minuman yang akan diminum oleh raja, apakah minuman itu beracun atau tidak. Jadi jabatan itu merupakan jabatan yang menentukan hidup matinya seorang raja. Dikisahkan dalam pasal 1:1-2, pada bulan Kislew tahun kedua puluh pemerintahan Artahsasta, salah seorang saudaranya, Hanani, datang dari Yehuda bersama-sama dengan beberapa orang saudara. Perhatikan di ayat 2, "... Aku menanyakan keadaan orang-orang Yahudi yang terluput, yang terhindar dari penawanan dan tentang Yerusalem." Saudara, Nehemia sendiri mengambil inisiatif untuk bertanya. Ini bukan pertanyaan basa-basi. Jika kita bandingkan dengan reaksi Nehemia dan tindak lanjutnya setelah mengetahui hal ini (ayat 4), maka saya dapat simpulkan bahwa pertanyaan Nehemia bukan pertanyaan basa-basi, tetapi dia memang rindu akan informasi yang benar tentang keadaan bangsanya untuk kemudian mendoakan.
Ia tidak menunggu informasi itu diberikan. Tetapi dia sendiri bersikap pro-aktif mencari informasi yang jelas itu. Memang ia tidak pergi sendiri ke Yerusalem, tetapi kepekaannya dapat melihat peluang akan sumber informasi yang akurat. Memperlihatkan bahwa dia begitu proaktif dan memandang perlunya informasi yang akurat untuk didoakan.
Saudara, dalam kehidupan kita, jika kita mau menjadi pendoa syafaat yang baik, kita harus pro-aktif dalam mencari dan mendapatkan informasi doa yang jelas. Jangan sekedar berdoa dengan informasi yang tidak jelas. Kita perlu kejelasan informasi tersebut. Jika kita berdoa untuk pergumulan seseorang, alangkah baiknya jika kita tahu tentang pergumulan orang itu. Dan ini haruslah menjadi kebiasaan kita, yaitu aktif untuk mencari informasi doa yang jelas. Jangan tunggu orang datang minta didoakan, tetapi cari informasi tentang pergumulan orang lain, apa yang dapat kita doakan baginya. Jika kita mau proaktif mencari informasi doa yang jelas, maka kita akan menjadi seorang pendoa syafaat yang baik. Sebab hal ini menunjukkan kesungguhan kita untuk berdoa.
SEORANG PENDOA SYAFAAT yang baik memiliki empati terhadap orang yang didoakan.
Saudara-saudara, dalam ayat 3, Nehemia mendapatkan informasi dari saudara-saudaranya tentang keadaan orang-orang Yahudi yang lolos dari penawanan. Keadaan mereka sangat buruk, tercela. Mereka dalam kesukaran besar. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar. Reaksi Nehemia setelah mendengar informasi itu (ayat 4): ia sedih sekali, ia menangis, ia berkabung selama beberapa hari, ia berpuasa dan berdoa.
Saudara, sungguh suatu reaksi yang sangat dramatis. Nehemia memiliki jabatan yang tinggi, namun ia peduli dan berempati kepada saudara-saudara sebangsanya dan terhadap bangsanya. Bukankah lebih enak jika ia tidak ikut campur dengan keadaan bangsanya. Bukankah lebih baik baginya jika ia hidup tenang dengan jabatannya saat itu? Untuk apa dia bersusah payah memikirkan bangsanya (bahkan jika kita lihat dalam pasal berikutnya, nyawanya sendiri harus dipertaruhkan). Tetapi Saudara, rasa ikut memiliki, ikut merasakan inilah yang mendorong Nehemia untuk berdoa dengan bersungguh-sungguh bagi bangsanya.
Saudara, ingatkah peristiwa Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang? Tuhan Yesus melihat orang banyak yang terus mengikuti Dia, meskipun Tuhan Yesus pergi lewat danau. Mereka mengambil jalan darat. Melihat hal itu, Tuhan tergerak oleh belas kasihan. Tuhan Yesus merasakan kerinduan mereka dan bahkan kelelahan dan kelaparan mereka. Dan hal ini, pada gilirannya mendorong Tuhan Yesus untuk memberi mereka makan.
Saudara, rasa empati, rasa ikut memiliki, ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dapat mendorong seseorang untuk bertindak dengan kesungguhan dan ketulusan hati.
Bagaimana halnya dengan kita? Apakah kita dapat ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dalam berbagai permasalahan mereka? Mungkin mereka mengalami dukacita, dapatkah kita menyelami perasaan mereka? Mungkin mereka mengalami krisis dalam kehidupan rumah tangganya, dapatkan kita merasakan pergumulan mereka? Mungkin juga mereka sedang bergumul keras akan apa yang bisa mereka makan besok pagi, dapatkah kita merasakan pergumulan mereka? Masih ada begitu banyak macam pergumulan yang lain, Saudara, dapatkah kita ikut merasakannya? Mungkin ada saudara yang berkata, "Ah ... yang penting kan saya sudah berdoa bagi mereka. Bukankah itu cukup?" Pertanyaan balik, "Apakah Anda dapat berdoa dengan kesungguhan hati jika Anda tidak merasakan apa sebenarnya yang dirasakan oleh orang yang kita doakan? "
Marilah kita belajar untuk berempati terhadap orang yang kita doakan. Dengan demikian kita dapat berdoa dengan sungguh-sungguh untuk mereka dan kita menjadi seorang pendoa syafaat yang baik.
SEORANG PENDOA SYAFAAT yang baik memiliki konsep doa yang benar.
Mulai dari ayat 5-11 dicatat tentang doa Nehemia bagi pemulihan Israel. Jika kita melihat doa Nehemia tersebut kita melihat bahwa Nehemia memiliki konsep yang benar tentang doa.
Rangkaian kata-kata doa Nehemia diawali dengan pujian bagi Tuhan (ayat 5). Setelah itu dilanjutkan dengan permohonan agar Tuhan mendengar doanya (ayat 6a).
Kemudian Nehemia mengaku dosa di hadapan Tuhan, dosa nenek moyangnya, dosa bangsanya dan dosanya sendiri (ayat 6b-7). Saudara, pengakuan dosa merupakan hal yang sangat penting dalam doa kita. Tuhan Yesus dalam doa Bapa Kami yang diajarkannya juga memasukkan hal pengakuan dosa dan pengampunan dosa. Bandingkan juga dengan
Dalam doanya Nehemia memegang janji Tuhan (ayat 8-10). Segala permohonannya dilandaskan atas janji Tuhan dan dia tidak meminta yang berlebihan dari yang dijanjikan Tuhan. Di akhir doanya, Nehemia sekali lagi dengan segala kerendahan hatinya memohon kepada Tuhan untuk mengabulkan doanya. Namun dibalik kerendahan hatinya itu ada suatu keberanian untuk meminta karena dia terbuka di hadapan Tuhan (ayat 11).
Selain rangkaian doa Nehemia, hal lain yang memperlihatkan bahwa Nehemia memiliki konsep doa yang benar adalah bahwa dia berdoa dengan tak berkeputusan (ayat 4). Dan hal ini nampak pula pada pasal 2:1. Dicatat, "... Pada bulan Nisan tahun keduapuluh pemerintahan Artahsasta ..." Jika ayat ini dibandingkan dengan pasal 1:1 "... pada bulan Kislew ..." maka selang waktu yang ada dari informasi yang didapatkan (berarti juga waktu Nehemia berdoa) hingga peristiwa yang dicatat di pasal 2:1-8 yaitu sekitar 4 bulan. Dan saya yakin dalam waktu empat bulan itu Nehemia terus-menerus berdoa bagi bangsanya.
Bagaimana halnya dengan kita? Kita seringkali berdoa kepada Tuhan dengan konsep doa yang tidak benar. Kita seringkali datang pada Tuhan dengan membawa shopping list yang panjang. Kemudian kita sodorkan pada Tuhan untuk dikabulkan. Kita seringkali seolah-olah menodong Tuhan, memaksa Tuhan untuk mengabulkan permintaan kita. Ini berarti bukan kehendak Tuhan yang jadi, melainkan kehendak kita yang jadi. Kita seringkali datang kepada Tuhan dengan dosa atau kesalahan yang tidak atau belum kita bereskan. Saudara, marilah pada hari ini kita belajar dari Nehemia untuk memiliki konsep doa yang benar.
SEORANG PENDOA SYAFAAT yang baik siap untuk menjadi jawaban atas doanya sendiri jika Tuhan menghendaki.
Nehemia sungguh luar biasa. Dia tidak hanya berdoa bagi bangsanya, tetapi dia sendiri siap dipakai Tuhan untuk menjadi jawaban untuk doanya sendiri. Jika kita perhatikan pasal 2:2-10, kita melihat tindakan Nehemia bagi pemulihan bangsanya.
Diawali ketika suatu hari Nehemia sedang murung pada saat bertugas dan ini dilihat oleh raja Artahsasta. dengan ketakutan Nehemia mengatakan apa alasan dia murung yaitu karena keadaan bangsanya. Sungguh tidak terduga jika kemudian Artahsasta bertanya "Jadi apa yang kau inginkan?"
Yang dilakukan oleh Nehemia saat itu adalah berdoa. Dalam doanya Nehemia mendapatkan satu keyakinan bahwa dia dipakai oleh Tuhan sebagai jawaban atas doanya sendiri (bandingkan juga dengan ayat 2:12b). Tuhan sendiri yang menaruh beban itu dalam hati Nehemia. Karena itu kemudian dia menjawab pertanyaan Artahsasta dengan mengajukan permintaan yang boleh dibilang sangat besar nilainya. Permintaan itu kecil kemungkinannya untuk dikabulkan. Namun ternyata permintaannya dikabulkan oleh Artahsasta karena tangan Allah yang murah menyertainya. Dan Nehemia sendiri bertindak mengatur restorasi Yerusalem. ....
Saudara, ini berarti setiap kita berdoa bagi orang lain, bagi kesulitan orang lain, kita harus siap menjadi jawaban atas doa kita sendiri manakala Tuhan menghendaki. Mungkin kita berdoa bagi penginjilan di pedalaman. Kita harus siap jika Tuhan menghendaki kita sendiri untuk pergi. Jika kita berdoa untuk orang yang kekurangan, kita harus siap jika Tuhan menghendaki kita sendiri sebagai saluran berkat bagi orang tersebut.
PENUTUP
Saudara-saudara, menjadi pendoa syafaat merupakan satu bentuk pelayanan yang sangat penting dan besar artinya. Namun demikian, untuk menjadi pendoa syafaat yang baik bukan hal mudah. Hari ini kita telah belajar dari Nehemia untuk menjadi pendoa syafaat yang baik. Marilah kita ikuti teladan Nehemia. Kita dapat menjadi seperti Nehemia. Kita akan memiliki suatu relasi rohani yang indah dengan Tuhan dan sesama kita.
Diedit dari sumber:
Judul Artikel | : | Menjadi Pendoa Syafaat yang Baik |
Penulis | : | Moses David Livingstone |
URL | : | Situs 5Roti2Ikan ==> http://www.5roti2ikan.net/mimbar/21/ |
Para pendeta selalu mencari jalan untuk membuat kehidupan gereja menjadi menyenangkan, praktis, dan berharga. Membuka gereja untuk para seniman dan memasukkan kesenian -- drama, musik, pembacaan puisi, kaca berwarna atau spanduk -- ke dalam kebaktian gereja akan membuat orang-orang percaya terbuka bagi cara-cara baru untuk beribadah dan cara-cara baru untuk melihat, dan akhirnya dapat memasukkan hidup baru ke dalam gereja. Hal itu juga dapat menjadi langkah besar untuk menjembatani kesenjangan yang ada antara seniman dan gereja.
Banyak pemimpin gereja takut dan curiga kepada seniman pada umumnya. Biasanya, gereja-gereja konservatif sepenuhnya menentang teater, drama, fiksi, dan fantasi. Barangkali mereka berpendapat bahwa seni itu palsu, tidak karuan, dan sia-sia; atau mereka keliru mengira bahwa seni itu tak ada hubungannya dengan kehidupan nyata atau dengan kekristenan yang praktis. Bahkan, dewasa ini banyak gereja kelihatannya buta terhadap keindahan. Begitu banyak gereja yang mengganti keindahan dengan efisiensi.
Kecurigaan itu merembet kepada para seniman sendiri, dan dengan alasan yang kuat. Banyak seniman, terutama seniman sekuler, menjalani kehidupan yang tidak bertanggung jawab. Mereka bersifat impulsif, suka memberontak, dan hidup sebagai golongan pinggiran dalam masyarakat. Mereka cenderung menjadi tukang protes yang mengacau keadaan, dan para pendeta dan guru Alkitab menganggap hal itu sebagai ancaman. Mereka takut.
Tetapi, sifat-sifat yang diperlihatkan oleh para seniman ini -- kemampuan yang kreatif untuk melihat berbagai hal dengan cara baru walaupun hal itu menimbulkan protes atau perubahan -- dapat diarahkan untuk penggunaan yang baik dalam gereja. Namun, sering sekali, para seniman curiga terhadap gereja sama seperti gereja curiga terhadap mereka. "Gereja itu kaku dan terlalu terikat pada peraturan," kata mereka. "Kami tidak pernah mendengar bahasa yang segar; Kabar Baik itu selalu diberitakan dengan kalimat-kalimat yang itu-itu saja dan dengan nada suara yang sama. Kami ingin sesuatu yang membangkitkan semangat kami dan yang menimbulkan imajinasi kami."
Kenyataan bahwa kesenjangan antara seniman dan gereja ini ada memang merupakan ironi, karena Yesus sendiri adalah penentang pemujaan terhadap lembaga-lembaga yang telah ada sama seperti setiap seniman. Yesus melanggar tradisi dalam segala hal dan Ia memperkenalkan cara bertindak dan cara memberi reaksi yang baru. Misalnya, Ia memberikan contoh-contoh yang mengejutkan untuk menghidupkan kebenaran. Ia akan mengatakan, "Kalau matamu melakukan kesalahan, cungkillah." Atau, "Kalau tanganmu bersalah, penggallah." Yesus tidak memaksudkan hal itu secara harfiah. Ia memakai gaya bahasa hiperbolis untuk menyatakan suatu maksud. Begitu sering ketika kita terjepit dalam hal-hal rutin, para artislah yang dapat menolong kita untuk melihat kebenaran lama dengan cara baru. Dan, seringkali seni itu mengejutkan. Tetapi kita memerlukan kejutan itu, sengatan itu. Seni menonjolkan keadaan secara berlebihan untuk membantu kita melihat kehidupan dengan lebih jelas.
Seniman dapat merupakan katalisator. Sama seperti pengkhotbah yang baik membuka mata kami untuk melihat kebenaran rohani, demikian juga hal itu dapat dilakukan oleh seniman yang baik. Karya seorang seniman dapat memperkembangkan diskusi. Barangkali akan ada yang pro dan ada yang kontra -- yaitu orang yang mendukung karya itu dan orang lain yang yang menentangnya -- tetapi pendapat yang tidak sama dapat memperjelas persoalan dan mempertajam daya memahami.
Kalau jalan buntu antara seniman dan gereja itu harus diatasi, bagaimanapun, senimanlah yang harus memulai. Pemimpin-pemimpin gereja mungkin tidak dapat menjangkau para seniman secara besar- besaran, karena kekuasaan ada di tangan mereka dan biasanya mereka mendukung keadaan yang ada. Dengan demikian, para seniman perlu menemui pendeta dan berkata, "Lihat, di sini ada kelompok orang Kristen yang memiliki banyak karunia, tetapi mereka tidak menggunakan karunia-karunia yang dapat mereka sumbangkan. Bolehkah kami menjadi bagian dari gereja ini, dan menjadi hamba? Kami akan tunduk pada pimpinan Bapak dan mulai memegang tanggung jawab. Kami ingin menjadikan karunia kami makanan untuk kehidupan gereja sekarang."
Sangat sukar bagi seniman untuk tunduk pada sesuatu yang mereka anggap terlalu terikat pada peraturan atau bersifat klise namun mereka harus mulai. Kalau pemimpin-pemimpin gereja melihat bahwa para seniman itu bertanggung jawab, bekerja keras, dan bahkan bersedia melakukan tugas-tugas biasa yang dihindari orang lain, maka mereka akan mulai membangun hubungan yang menguntungkan kedua belah pihak.
Seorang seniman yang menginginkan perubahan dalam gerejanya perlu menyadari bahwa banyak hal yang harus dikerjakan, baik untuk mengakui potensi artisitik yang sudah ada di gereja itu maupun untuk mendorong daya cipta orang dewasa ataupun anak-anak. Saya kira di dalam setiap jemaat ada banyak potensi artistik yang terpendam. Potensi itu ada tetapi tertahan. Seringkali para wanita mempunyai karunia artistik tetapi di banyak gereja mereka disuruh diam dan pasif, dan itu membuat semua orang rugi. Gereja perlu memperkaya seni tetapi seringkali gereja malah menolak sumber daya yang sudah dimilikinya. Seniman dapat mencari benih-benih kreativitas yang tidak tampak itu dan mengasuh mereka sampai mereka menghasilkan buah bagi gereja dan Tuhan.
Orang-orang percaya perlu dididik kembali, untuk mengetahui bahwa kesenian dapat memperkaya hidup mereka dan membuka dunia baru bagi mereka. Pendidikan yang paling efektif dimulai dalam keluarga, dengan para orangtua yang mau memperkenalkan bermacam-macam kesenian kepada anak mereka. Misalnya, dalam keluarga tempat saya dibesarkan, kami rakus sekali membaca. Kami, anak-anak terus membaca, dan orangtua kami membaca keras-keras untuk kami. Sekarang, dengan kemajuan-kemajuan teknologi, kami dapat menyampaikan kesenian kepada anak-anak kami melalui bentuk lain juga: kaset video, pita kaset, atau piringan hitam.
Keluarga dapat diajari untuk mengembangkan anak-anak mereka kalau mereka melihat anak-anak itu memiliki karunia. Saya mengenal beberapa keluarga di Jepang yang setelah mengetahui bahwa salah seorang anak mereka mempunyai bakat musik, telah mendorong, menyokong, dan membantu anak itu dengan segala cara. Keluarga- keluarga itu menghasilkan orang-orang yang hebat, karena mereka berkeinginan menolong anak-anak mereka untuk menjadi seniman yang sebaik mungkin.
Bagi anak-anak mungkin lebih mudah untuk belajar terbuka pada kesenian karena mereka memang suka mengerjakan sesuatu secara spontan, tetapi orang dewasa pun dapat belajar. Gereja dapat membantu proses belajar itu. Misalnya, gereja dapat membantu mensponsori film-film yang baru pada hari Minggu petang, atau gereja dapat menyelenggarakan konferensi para penulis dan mengundang anggota jemaat untuk berperan serta.
Kesenian mungkin menimbulkan kecurigaan karena kesenian berhubungan dengan perubahan, dan perubahan itu mengandung risiko. Kesenian mengandung risiko. Namun, hidup sebagai orang Kristen di bawah pimpinan Roh Kudus juga mengandung risiko. (Itulah sebabnya, ada orang yang takut pada pembaharuan karismatik; mereka takut pada apa saja yang membuat kehidupan mereka terlepas dari pengendalian mereka sendiri.) Keluar ke daerah yang belum dikenal memang menakutkan, dan hal itu sangat sulit terutama bagi orang yang tidak mantap dan tidak percaya pada identitas mereka sendiri. Tetapi kalau kita memiliki identitas kuat sebagai anak-anak Allah, kita dapat menjadi lebih terbuka dan percaya diri untuk menggunakan kesempatan. Kemudian kita akan menjadi lebih terbuka untuk mendengarkan Roh Kudus dengan cara- cara yang tidak lazim -- drama, sastra, dan seni.
Bahan diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Pola Hidup Kristen |
Judul Artikel | : | Menjembatani Kesenjangan antara Seniman dan Gereja |
Penulis | : | Luci Shaw |
Penerbit | : | Gandum Mas, Yayasan Kalam Hidup, Yakin, 2002 |
Halaman | : | 582 - 585 |
Kalau pada 1-5 Mei 2005 ini kita akan merayakan (celebrate) apa yang Tuhan telah perbuat selama ini melalui Gerakan Doa dan Kesatuan Umat, maka itu bukan berarti akhir dari perjuangan dan pergumulan kita bagi lahirnya suatu bangsa yang 'diperbaharui' oleh Allah sendiri.
Pada kenyataannya, justru pada tahun 2005 ini situasi Indonesia yang terus-menerus mengalami pelbagai bencana, bukannya bertambah baik, malah semakin banyak mengalami terpaan dan goncangan yang semakin tinggi pula intensitasnya.
Beberapa hari sebelum memasuki tahun 2005, persisnya 26 Desember 2004, Aceh mengalami gempa berkekuatan 9 skala Richter disusul gelombang tsunami dahsyat yang mengakibatkan ratusan ribu nyawa melayang dan hancurnya infrastruktur bagi kehidupan masyarakat Aceh.
Belum selesai masalah Aceh, kita diterpa pula oleh dipulangkannya ratusan ribu Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal dari Malaysia. Masalahnya tidak sesederhana yang kita pikirkan. Mengapa mereka harus mencari pekerjaan di Malaysia? Karena akhir-akhir ini, banyak perusahaan di Indonesia yang gulung tikar sehingga selain ekspor yang semakin merosot (mengakibatkan berkurangnya devisa), lowongan kerja pun semakin tidak memadai. Mengapa perusahaan gulung tikar dan ekspor menurun? Salah satu penyebabnya adalah tingginya biaya produksi yang disebabkan karena KORUPSI. Mengapa para TKI menempuh jalan ilegal masuk ke negeri orang? Jawabannya kembali karena terbelit birokrasi yang mempersulit mereka untuk mendapat dokumen yang diperlukan, yang masalah dasarnya: KORUPSI.
Belum lagi masalah TKI antara Indonesia dan Malaysia diselesaikan, sudah muncul pula masalah perebutan wilayah kilang minyak di Laut Sulawesi, yang mengakibatkan kedua negara sekarang berhadap-hadapan dengan segala perlengkapan perangnya. Hubungan dengan Singapura pun menemui berbagai permasalahan. Keinginan pihak Indonesia untuk diterapkannya hukum ekstradisi di kota singa itu, masih menemui jalan buntu. Keputusan hukuman yang sangat ringan terhadap gembong al Qaeda di Indonesia, membawa permasalahan pula dengan negara tetangga, khususnya dengan Australia dan Singapura yang mempertanyakan keseriusan Indonesia melawan terorisme.
Hubungan antarnegara tetangga di Asia pun sedang 'memanas'. China dengan Taiwan, Jepang dengan Korea Selatan, Korea Utara dengan berbagai negara lainnya, dan sebagainya. Begitu pula kemelut dalam negeri khususnya dalam menghadapi terorisme, seperti yang dialami Philipina dan Thailand.
Ada yang mempertanyakan, "Transformasi apa yang terjadi di Indonesia?" Memang kalau dilihat dari luar, secara fisik, keadaan Indonesia semakin memburuk dan bukan membaik. Tetapi, justru itu menunjukkan diperlukannya Pekerjaan Allah sendiri yang melampaui kekuatan manusia. Di samping itu cara kita melihat juga memerlukan: Mata Iman. Dengan mata iman kita baru dapat melihat terjadinya perubahan yang sedang dikerjakan Allah sesuai dengan cara-Nya, yang mungkin tidak seperti yang kita inginkan. Sama halnya dengan keselamatan umat manusia melalui jalan salib; yaitu disalibkannya Anak Allah yang seolah-olah memperlihatkan 'suatu kekalahan'. Siapakah di antara murid-murid yang bisa menerima fakta itu, pada waktu Yesus menjelaskan pada mereka apa yang akan terjadi atas diri- Nya (Matius 16:21). Sampai Petrus berkata: "Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." (ayat 22) Tetapi Yesus berkata: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Matius 16:23)
Sebelum Transformasi dahsyat terjadi, setelah kematian dan kebangkitan Yesus, murid-murid diperintahkan untuk "menunggu" dalam doa bersama. Transformasi yang begitu murni dan dahsyat terjadi setelah doa yang sungguh-sungguh dinaikkan selama 10 hari sesudah kebangkitan Yesus. Karenanya dalam mempersiapkan diri kita, maka:
PERTAMA, pentingnya untuk BERDOA DALAM KESATUAN (UNITED PRAYER). Doa yang benar, bukanlah doa yang hanya melihat pada kepentingan diri/organisasi sendiri, tetapi melihat pada kepentingan keseluruhan TUBUH KRISTUS dimana diri kita adalah bagian didalamnya. Itulah doa yang diberkati oleh Tuhan (Mazmur 133:1,2).
KEDUA, doa tersebut harus didasarkan atas IMAN kepada Allah yang hidup; dengan menyadari kemahakuasaan Allah dan ketidakmampuan kita. "Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman," (Ibrani 10:38); "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." (Ibrani 11:6)
KETIGA, barulah dengan yakin kita BERTINDAK sesuai dengan iman kita, dalam pimpinan Roh Kudus dan Firman-Nya. Barulah tindakan tersebut akan menghasilkan buah yang kekal karena bukan kita sendiri yang bertindak tetapi Dia yang melakukan perkara yang besar melalui anak- anak-Nya (2Korintus 3:5,6).
Bahan dieedit dari sumber: Buletin VIP -- VISI dan PRAKARSA Tahun VII/Edisi APRIL 2005
Doa keliling memberikan kesempatan bagi kita untuk melihat suatu kota sebagaimana adanya, dan mendoakan penduduknya di tempat mereka tinggal. Tujuannya adalah memperoleh visi Tuhan untuk mendoakan tempat tersebut, sekaligus berperang melawan penguasa kegelapan di tempat tersebut. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam persiapan doa keliling.
Lakukan pemetaan rohani dan penelitian mengenai kota Anda (perhatikan pertanyaan di bawah ini) dan rangkumkan hasilnya untuk dibacakan saat tim berada di daerah tersebut untuk membantu mereka berdoa.
Doa keliling dapat dilakukan sehari penuh, seperti hari Sabtu, atau pada malam hari pada hari kerja. Diawali dengan doa bersama untuk perlindungan tiap peserta. Jika doa keliling dilakukan sehari penuh, maka dapat ditutup dengan buka puasa bersama. Akan tetapi, jika doa keliling dilakukan hari biasa, buka puasa dapat dilakukan sebelum perjalanan doa dimulai.
Doa keliling dapat dilakukan dengan menggunakan bis atau mobil. Tunjuk koordinator yang bertanggung jawab pada masing-masing bis untuk membacakan sejarah tempat itu dan pokok doa, di samping mengatur perjalanan dengan bis-bis yang lain (bila lebih dari satu). Bila doa keliling dilakukan dengan menggunakan mobil- mobil, siapkan fotocopy peta yang sudah ditandai dengan rute yang harus dilalui beserta pokok doanya.
Jika perjalanan cukup lama (seperti yang kami lakukan, yaitu 8 jam penuh mengelilingi Jabotabek), sepanjang perjalanan dapat diselingi dengan khotbah singkat dan kesaksian/kesan-kesan dari peserta di bis tersebut.
Tunjuk seorang sekretaris yang mencatat setiap petunjuk Tuhan yang didapat, seorang pemimpin pujian yang memimpin pujian dan penyembahan (bila memungkinkan seorang pemain gitar juga), dan seorang di bagian dokumentasi untuk memotret perjalanan doa.
Siapkan kaset pujian penyembahan yang bertemakan doa atau peperangan rohani untuk diputar sebagai ganti bila peserta lelah karena terlalu lama bernyanyi.
Jangan lupa, siapkan minuman karena orang akan berbicara (berdoa dan bernyanyi) selama perjalanan yang cukup panjang.
Berikut ini, pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab saat Anda mempersiapkan doa keliling bagi kota Anda.
Data Sejarah
Beberapa kota memiliki sejarah yang memberikan warna dan pengaruh yang kuat pada kota itu, seperti: sejarah perang kekerasan, upacara peringatan yang tidak sesuai dengan Alkitab, dan lain- lain. Hal-hal ini dapat mempengaruhi penyebaran Firman Tuhan di kota tersebut.
Siapakah pendiri kota Anda?
Mengapa kota tersebut didirikan?
Apakah nama/lambang/maskot kota itu memiliki arti tersendiri?
Apakah ada karakter-karakter khusus (baik yang positif maupun negatif)?
Bagaimanakah orang-orang minoritas diperlakukan di kota Anda?
Pernahkah terjadi perang, pertumpahan darah, kekerasan, bencana alam, perjanjian khusus yang dilakukan di kota Anda?
Apakah ada masalah-masalah sosial yang selalu terjadi di kota Anda? (contoh: kerusuhan, d1l.)
Data Rohani
Apakah agama yang dianut mayoritas penduduk kota Anda?
Apakah ada pusat kuasa-kuasa kegelapan di kota Anda? Di mana letaknya?
Kapan kekristenan masuk ke kota Anda?
Apakah ada sejarah perpecahan atau kerjasama antargereja di kota Anda?
Apakah gereja-gereja di kota Anda bertumbuh?
Di daerah mana gereja-gereja tidak pernah bertumbuh?
Apakah ada petunjuk-petunjuk tertentu yang Allah berikan mengenai kota Anda kepada para pemimpin rohani?
Data Demografis dan Geografis
Berapa jumlah penduduk kota Anda?
Bagaimana komposisi penduduk kota Anda? (keadaan sosial, rasial, umur, pekerjaan dll.)
Apakah kota Anda dibangun menurut bentuk dan aturan tertentu yang memiliki alasan rohani?
Apakah ada daerah-daerah tertentu yang terkenal dengan daerah kumuh, daerah makmur, daerah kriminal, daerah prostitusi dll.?
Apakah ada patung-patung dan bentuk-bentuk khusus di kota Anda yang memiliki pengaruh dalam kerohanian penduduknya?
Judul Buku | : | Kota Doa -- Mengobarkan Api Kebangunan Rohani di Komunitas Anda |
Penulis | : | Jimmy B. Oentoro |
Judul Artikel | : | Merencanakan Doa Keliling |
Penerbit | : | Harvest Publication House, Jakarta, 1998 |
Halaman | : | 285 - 287 |
Waktu-waktu yang telah kita lalui dengan bertekad untuk berdoa dan berpuasa bagi keselamatan kaum Muslim pada saat doa bulan puasa telah membuahkan beberapa hal seperti:
Kesadaran untuk mendoakan kaum Muslim dengan fokus doa yang jelas,
Banyak orang Muslim yang telah percaya Tuhan Yesus,
Ada utusan Injil yang bekerja di masyarakat Muslim yang terabaikan.
Kita bersyukur, namun semuanya ini belum berarti bahwa tugas telah selesai. Kita perlu berkomitmen untuk lebih meningkatkan intensitas doa-doa kita. Kaum Muslim dengan disiplin yang tinggi setiap harinya menunaikan sembahyang lima waktu yang dilakukan dari subuh sampai tengah malam. Mereka sangat bersungguh-sungguh dan terbuka memanggil nama Allah, dan mengharapkan jawaban dari Allah. Kesungguhan mereka diekspresikan dengan ketekunan dan berseru dengan suara yang keras. Keadaan ini menunjukkan mereka sangat membutuhkan Allah, sekaligus mendeklarasikan keyakinan iman mereka. Sebagian besar dari kita hidup dikelilingi oleh mereka, setiap hari lima kali dalam sehari kita dapat mendengar suara sembahyang mereka dengan jelas. Seringkali kita merasa terusik, dan merasakan suatu suasana yang tak nyaman kala mereka mulai memperdengarkan suara mereka, terlebih pada petang hari menjelang sembahyang "Maghrib". Sholat atau sembahyang lima waktu adalah salah satu pilar dari lima rukun iman dalam agama Islam. "Pilar Lima Waktu" ini mengandung kekuatan khusus bagi setiap orang Muslim dalam kehidupan setiap harinya.
Seirama dengan berputarnya bola bumi, waktu yang berbeda antara tempat dan negara yang satu dengan yang lainnya, maka dalam 24 jam sehari, lebih dari 14 abad suara deklarasi umat Islam yang mengatakan "Allahku besar, tiada Tuhan selain Allah", telah sambung- menyambung bagaikan gelombang yang membentuk suatu "lapisan awan kelabu" yang menyelimuti bumi, dan menutupi mata dan telinga rohani saudara sepupu dari sang Kebenaran itu. (Yohanes 14:6)
Untuk dapat menembus awan kelabu dan membuka selubung yang menutupi mata dan telinga rohani saudara sepupu kita tidaklah sulit. Mengapa? Karena kita tidak berperang sendiri.
"Tuhan Allahmu, ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan." (Zefanya 3:17)dan berbagai janji Tuhan yang telah diberikan kepada kita sebagai orang-orang yang percaya Tuhan Yesus.
"... sebab Roh yang ada di dalam kamu lebih besar dari roh yang ada di dalam dunia." (1Yohanes 4:4)
Yang diperlukan dari kita adalah komitmen dan tekad, lebih disiplin dan berani berkorban waktu. Apa yang akan kita lakukan? Kita hanya perlu mengambil waktu untuk berdoa lebih awal mendahului kaum Muslim sembahyang. Isi dari waktu doa kita selain "pujian, penyembahan dan Firman Tuhan", maka ditambahkan "Doa peperangan rohani" yang bertujuan mengadakan: "pengikatan, penerobosan dan pembersihan suasana rohani" sehingga saat kaum Muslim bersembahyang, mata dan telinga rohani mereka akan terbuka.
Mintalah Tuhan Yesus berkenan menampakkan diri-Nya secara supranatural kepada mereka, sehingga mereka akan memilih untuk percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan. (Mazmur 149:1-9; Matius 18:18-19, Matius 28:8; 2Korintus 4:3-4, 2 Korintus 10:3-5; Efesus 6:10-12, Efesus 1:16-29).
Lebih dalam lagi perhatikan penjelasan dalam artikel "Doa 5 Patok". Setiap kita dapat memulai dengan lingkungan dimana kita berada. Sebagai anak- anak Tuhan kita dapat berdoa kapan saja, di mana saja, tanpa dibatasi oleh posisi tubuh, "Allah itu Roh ...." (Yohanes 4:24), dan melalui Roh-Nya yang menyatu dengan roh kita, kita dapat berdoa kepada-Nya (Roma 8:26). Marilah kita menjadikan "doa, pujian, penyembahan dan peperangan rohani sebagai jubah dan gaya hidup kita".
Diambil dari:
Judul Buku | : | "40 Hari Doa Bangsa-bangsa" |
Penerbit | : | Doa Bangsa-bangsa, Jakarta, 2002 |
Alamat URL | : | http://www.sabda.org/publikasi/40hari/ |
Subscribe: [subscribe-i-kan-buah-doa@xc.org]
Definisi
Yang dimaksud dengan MI umum ialah memberitakan Injil kasih karunia Allah kepada sekelompok atau sejumlah orang secara umum.
Pentingnya MI umum
Betapa pentingnya upaya ini jelas dari teladan Tuhan Yesus dan rasul Paulus, misalnya Khotbah di Bukit (
Keuntungan metode ini ialah, dalam satu waktu tertentu banyak orang dapat serentak mendengar berita Injil. Pada zaman ini dunia terasa makin kecil karena segala alat komunikasi semakin canggih. Penduduk dunia bertambah terus, aliran-aliran atau lembaga-lembaga lain terus giat memberitakan ajarannya melalui media cetak dan media elektronik -- buku, majalah, surat kabar, radio, televisi, film, ceramah, kelompok studi, dll. Dan tidak dapat disangkal, bahwa zaman ini adalah zaman persaingan komunikasi yang menuntut keahlian, ketrampilan, dan alat-alat canggih. Maka kita, mau tidak mau, harus memikirkan cara yang paling tepat guna dan berhasil dengan memanfaatkan sarana dan fasilitas komunikasi canggih, untuk mengkomunikasikan terang Kristus kepada masyarakat. Sudah saatnya -- kalau tidak hendak dikatakan terlambat -- gereja, badan-badan misi, dan lembaga-lembaga penginjilan di Indonesia memikirkan peningkatan bobot pelayanan Injil melalui media komunikasi, dengan membina dan mempersiapkan komunikator-komunikator trampil dan lembaga-lembaga komunikasi tangguh yang mencakup media cetak, media elektronik, media panggung, dan bahkan media tradisional.
Pelaksanaan MI Umum
I. MI di Gereja
Apabila Alkitab diuraikan secara alkitabiah dan komunikatif dari mimbar gereja setiap minggu, maka kebaktian Minggu merupakan kesempatan emas MI bagi masyarakat umum, sebab semua khotbah alkitabiah dan komunikatif adalah pemberitaan Injil yang paling berhasil. Namun kadang-kadang khotbah perlu disederhanakan dan ditujukan secara khusus kepada orang-orang yang belum percaya, supaya mereka tergugah dan diarahkan kepada pertobatan dan iman kepada Yesus Kristus.
Misalnya, sebulan sekali adakanlah kebaktian khusus pada sore hari. Khusus untuk kebaktian itu buatlah undangan istimewa dengan catatan: 'tidak menyalahi kerukunan dan toleransi.' Untuk kebaktian demikian, pengkhotbah harus mengarahkan khotbahnya bagi pendengar non-Kristen. Kebaktian itu perlu disusuli kebaktian lanjutan pada pekan berikutnya, dengan mengundang mereka dan anjuran supaya mereka mengajak saudara atau teman mereka. Sementara kebaktian berlangsung, satu tim pengamat yang telah dipersiapkan, perlu dikerahkan untuk kemudian mengadakan pendekatan atau percakapan pribadi dengan pengunjung yang benar-benar berminat. Pendekatan ini dapat dilanjutkan antara peminat dan pengkhotbah. Dan kebaktian khusus demikian dapat diperluas menjadi suatu Kebaktian Kebangunan Rohani.
Namun, kebaktian semacam ini janganlah mengganggu apalagi menggeser pemberitaan Firman Tuhan setiap minggu. Kebaktian Minggu harus tetap berjalan dan merupakan pemberitaan Injil untuk kebangunan rohani jemaat.
II. MI di Rumah Sakit
Rumah Sakit Kristen
Kita diperintahkan oleh Tuhan Yesus untuk menyembuhkan orang sakit. Rumah sakit Kristen dengan usahanya menyatakan dan menerapkan kasih Kristus melalui pelayanan praktis dan langsung, adalah merupakan suatu pos MI yang sangat efektif dan berkesan.
Kita, sebagai orang Kristen yang awam dalam bidang medis, dapat menyumbangkan tenaga untuk menata atau mengurus rumah sakit Kristen sesuai kemampuan kita. Misalnya menjahit, muda-mudi mencat gedung rumah sakit atau merawat kebun -- pendeknya cukup banyak kemungkinan dimana kita dapat terlibat secara praktis membantu tim dokter dan jururawat.
Kesaksian di Rumah Sakit
Di samping memberikan kesaksian sosial secara praktis, rumah sakit Kristen dapat dan wajib sekaligus memberikan pemberitaan Injil, supaya para pasien dapat melihat dan mengerti motivasi yang mendasari pelayanan sosial itu, dan menyadari kebutuhan mereka akan Juruselamat.
Kita juga harus memanfaatkan kesempatan, bahwa sebagai tim Kristen kita bisa memperoleh izin untuk mengadakan kebaktian di rumah sakit pemerintah -- sejauh keadaan memungkinkan hal itu. Dalam hal ini dan untuk semua kebaktian, apakah itu akan diadakan di ruangan khusus, di bangsal atau di teras rumah sakit, maka hal-hal berikut penting kita pedomani:
Disamping izin, kebaktian itu harus didukung oleh karyawan rumah sakit.
Kebaktian harus pendek, sederhana dan teratur. Para pasien kurang kuat, tidak tahan lama mengikuti kebaktian.
Karena mereka dalam penderitaan, maka mereka memerlukan penghiburan yang ada pada Kristus. Segi-segi positif mengenai Yesus dan karya penyelamatan-Nya perlu mendapat penekanan. Maut dan penghukuman janganlah terlalu ditonjolkan.
Sediakan bacaan sederhana untuk diberikan kepada mereka seusai kebaktian. Kalau ada kesempatan berbicara dengan mereka, usahakanlah:
Bicara seperlunya -- ringkas dan pendek, dan jangan mengganggu pasien lainnya.
Jangan berdebat.
Berlakulah sopan dan bersedia mendengarkan keluhan atau apa saja yang merupakan beban hatinya.
Jangan banyak bertanya tentang penyakitnya. Usahakanlah mengarahkan pembicaraan kepada hal-hal positif yang memberi harapan, terutama perihal hidup baru dengan Yesus Kristus.
MI di Lembaga Pemasyarakatan
MI di Lembaga Pemasyarakatan menuntut persyaratan yang sangat ketat:
Harus dengan izin khusus; jangan melanggar peraturan Kehakiman.
Selalu waspada; hindari jangan sampai Injil, atau kita sebagai penginjil, diperalat untuk suatu tujuan jahat.
Bila mungkin, bentuklah kelompok penelaahan Alkitab di antara mereka. Harus diakui bahwa ini sukar sekali bagi mereka dalam keadaan demikian, apalagi untuk mandiri sebagai Kristen.
Kalau kita konsekuen memberitakan Injil, maka kita harus bersedia menolong mereka apabila mereka bebas. Dalam hal ini mungkin kita akan mengalami banyak perilaku pahit. Karena itu sebaiknya dalam kebijakan ini kita mohon didampingi orang-orang yang cukup berpengalaman dan berwibawa, terutama bila terjadi sesuatu yang sifatnya kriminal.
Dalam pemberitaan jangan sekali-kali menyinggung perasaan para tahanan. Menyinggung perasaan mereka berarti kita telah melakukan tindakan dosa. Sedapat mungkin kita harus mengindentifikasikan diri dengan mereka, guna membawa mereka kepada hidup baru dalam Kristus.
Seorang tahanan cenderung putus asa. Jadi tepat sekali apabila pemberitaan kita tekankan pada masa depannya yang penuh harapan yang hidup dan pasti dalam Kristus. Dan bahwa ia dapat menjadi 'ciptaan baru' melalui pengampunan penuh dari Allah Bapak.
Akan sangat menolong bila kita mengunjungi keluarga tahanan itu, untuk dapat lebih mengerti latar belakangnya, dan bila mungkin juga menolong mereka.
MI Rumahtangga
Kebaktian-kebaktian rumahtangga merupakan tempat yang ideal bagi pekabaran Injil kepada para tetangga yang belum Kristen. Tapi dalam hal pendekatan dengan tetangga, kita harus lugas dan bijaksana. Harus menghindari kesan 'mengkristenkan' yang begitu peka di negeri kita ini. Karena itu penting sekali memperhatikan hal-hal berikut:
Kesaksian hidup anggota keluarga kita sendiri sehari-hari harus sedemikian rupa (dalam pergaulan sehari-hari, peran serta kita dalam kegiatan sosial, dll.) sehingga tetangga tidak segan datang ke rumah kita, karena mereka sudah menyaksikan sendiri bahwa hidup kita sesuai dengan amanat Injil.
Kalau kebaktian itu diadakan setiap minggu, maka baik sekali mengundang pengkhotbah berbakat penginjil. Untuk itu acara harus dipersiapkan matang dan undangan khusus untuk mengundang tetangga-tetangga yang belum mengenal Kristus harus sopan dan bersahabat, supaya dengan demikian nyata bahwa kita menghormati mereka, dan mereka pun tergerak datang untuk mendengar berita Injil keselamatan.
Hari-hari besar seperti Paskah, Natal dan ulang tahun dapat kita gunakan untuk MI. Dalam hal ini kita wajib menghargai hari-hari besar golongan lain dan menerima undangan teman atau tetangga untuk merayakannya.
Kebaktian tidak usah terlalu formil, tapi harus tertib dan menghormati setiap peserta. Acara sederhana namun menarik seperti berikut perlu mencakup:
Pembukaan -- Bisa berupa selamat datang disertai ucapan terimakasih dan sekedar penjelasan tentang acara.
Nyanyian -- Koor atau nyanyian tunggal baik sekali dilibatkan. Nyanyian gerejawi secara bersama harus dipertimbangkan secara bijaksana. Itu perlu mengingat yang datang bukan Kristen, dan tentu bisa dimaklumi bila mereka malu atau segan ikut menyanyikan nyanyian Kristen.
Doa -- Doa hendaknya singkat, praktis dan dalam bahasa sehari- hari. Yang berdoa hendaknya menjabarkan dirinya nya dengan jemaatnya. Akan kurang bijaksana bila doa itu berbunyi, 'Ya Tuhan, bukalah mata orang-orang yang belum Kristen, supaya mereka percaya', dsb. Karena itu sebaiknyalah berdoa, 'Ya Tuhan, bukalah mata kami masing-masing supaya kami dapat percaya dan melihat Yesus sebagai juruselamat Dan doa itu janganlah dijadikan seperti khotbah.
Renungan dan khotbah -- Renungan atau khotbah harus betul- betul dipersiapkan, singkat, sederhana, tepat dan sesuai dengan daya nalar hadirin. Pengkhotbah harus menyesuaikan kata-katanya dengan suasana kebaktian itu. Dan yang terpenting ialah pimpinan Roh Kudus.
Kesaksian -- Kesaksian pribadi juga penting karena dapat membawa orang lain kepada Kristus. Tapi harus hati-hati sekali bila bersaksi, sebab yang kita saksikan adalah Kristus, bukan kehebatan dan kepintaran diri kita sendiri. Dan kesaksian itu harus pengalaman diri sendiri, jangan meniru kesaksian orang lain. Dalam bersaksi kita harus jujur dan rendah hati, jangan terjebak oleh dosa kesombongan. Acara kesaksian harus betul- betul dipertimbangkan sebelum diadakan.
Tanya jawab -- Dalam kebaktian MI, bila suasana dan waktu tidak mengizinkan acara tanya jawab lebih baik ditunda untuk kesempatan lain; jangan sampai merusak suasana. Tapi bila ada yang sungguh berminat untuk bertanya, lebih baik dilayani dengan mengatur pertemuan antara dia dengan pengkhotbah secara pribadi seusai kebaktian.
Lain-lain -- Bila mungkin menyajikan hidangan kendati sederhana. Janganlah MI rumahtangga ditiadakan hanya karena tidak mampu menyajikan makanan enak.
Film ataupun sandiwara adalah alat MI yang efektif, justru perlu dimanfaatkan. Traktat dan bacaan-bacaan lain dapat diberikan kepada orang-orang yang belum Kristen. Hendaknya kita sedia dengan buku- buku kecil untuk diberikan kepada mereka. Tapi isi buku-buku itu harus kita mengerti lebih dulu, apakah cocok dengan keadaan mereka.
MI Melalui Kelompok
Yesus memilih 12 orang untuk menyertai-Nya, dan akhirnya mereka menjadi saksi-saksi-Nya. Pada saat mereka dipilih, mereka belum mengenal Yesus dengan baik. Metode Yesus memilih suatu kelompok pengikut telah terbukti merupakan metode MI yang luar biasa efektifnya.
Ada beberapa buku mengenai metode MI kelompok. Metode-metode itu dapat disimpulkan sebagai berikut:
Bentuk kelompok kecil yang terdiri dari saudara seiman.
Berkumpul sekali seminggu untuk penelaahan Alkitab, dan untuk mendoakan soal-soal yang dihadapi setiap anggota dan membuat rencana untuk suatu kegiatan MI.
Sekali seminggu bersama-sama melakukan kegiatan MI, misalnya berkunjung ke rumah sakit atau penjara, mengajar Sekolah Minggu, dll.
Mengajak orang-orang lain, baik Kristen maupun yang hanya bersimpati; untuk mengikuti pertemuan-pertemuan maupun kegiatan itu.
Kalau kelompok itu sudah berkembang menjadi kira-kira 10 orang, kelompok itu dapat dibagi menjadi dua kelompok yang mandiri.
Tentukan jadwal pertemuan dan usahakan agar waktu pertemuan tidak terganggu.
Selalu setia pada tujuan-tujuan kelompok:
Kita harus, menjaga supaya kelompok itu jangan sampai menjadi semacam arisan atau pertemuan belaka.
Diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Pedoman Penginjilan |
Judul Artikel | : | Metode Mengabarkan Injil - Petunjuk untuk MI Umum |
Penulis | : | D.W. Ellis |
Penerbit | : | Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF - 1993 |
PENDAHULUAN
Mengabarkan Injil secara pribadi (MIP) adalah pemberitaan Injil dalam hidup sehari-hari, dimana seorang yang telah mengenal Kristus berupaya memperkenalkan Kristus kepada orang lain dan mengajaknya menerima Kristus. Lalu orang yang baru menerima Kristus itu dibimbing menjadi saksi Kristus pula.
Tidak ada dua orang yang sama, karena itu tidak ada pula satu metode MIP yang berlaku bagi semua orang. Setiap orang mempunyai kepribadian sendiri. Mereka harus didekati sesuai dengan kepribadiannya. Sangat berbahaya menganggap hanya ada satu metode yang terpaksa harus menjadi pedoman bagi setiap orang.
Kepribadian sukar dirumuskan. Unsur kepribadian antara lain adalah akal atau kecerdasan, perasaan, dan kemauan. Karena itu penginjil harus berusaha mengkomunikasikan Injil kepada akal seseorang, sehingga perasaannya digerakkan, dan kemauannya diserahkan kepada Yesus Kristus. Manusia tak mungkin mengemban tugas ini dengan kepandaiannya sendiri. 'Kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.' (
Karena itu kita harus belajar mengenal kepribadian seseorang, dan menyesuaikan pola pendekatan dan bobot berita Injil yang akan kita sampaikan dengan kepribadian orang itu. Tentang hal ini Paulus berkata, 'Aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang' (
Namun ada sifat-sifat tertentu yang umum pada semua orang. 'Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu' (
I. Contoh-contoh MIP dalam Perjanjian Baru
Tuhan Yesus dengan wanita Samaria (
Ada beberapa hal yang penting kita perhatikan dalam metode Yesus dalam peristiwa ini.
Yesus sengaja mencari wanita itu (
Yesus tidak terikat pada tradisi dan tidak terpengaruh oleh diskriminasi rasial (
Yesus memilih waktu yang tidak akan menimbulkan salah paham (4:6). Sebaiknyalah melakukan MIP kepada teman sejenis untuk menghindari motif kita disalahtafsirkan (
Yesus seorang diri bercakap-cakap dengan pendengar-Nya (
Pendekatan Yesus pada hal rohani adalah wajar dan bijaksana; misalnya, Ia minta tolong pada wanita itu (
Yesus tidak dibelokkan dari tujuan-Nya oleh pertanyaan mengenai agama (
Yesus memaparkan rahasia keinginan hati perempuan itu (
Yesus menunjuk kepada dosanya (
Yesus memperkenalkan diriNya sebagai Mesias (
Dalam peristiwa ini juga ada beberapa hal penting yang perlu kita pelajari.
Filipus dipimpin oleh Roh Kudus kepada orang yang dipersiapkan sendiri oleh Roh (
Filipus segera menanggapi pimpinan Roh Kudus (
Filipus membuka pembicaraan dengan suatu pertanyaan (
Filipus menyimak pada persoalan orang Etiopia itu sebelum menanggapinya (
Filipus menerangkan tentang Yesus dari Firman Tuhan (
Setelah orang Etiopia itu mengaku percaya, Filipus membaptiskannya (
Usai tugasnya, Filipus tidak nampak lagi (
Orang yang baru menerima Kristus berjalan pulang dengan sukacita (
II. Contoh-contoh MIP yang dapat dipakai di Indonesia
Dalam suasana kebebasan beragama di Indonesia, dan dalam rangka toleransi beragama serta saling menghormati antar sesama umat beragama, nampaknya mengabarkan Injil secara pribadi adalah yang paling 'bersahabat'. MIP dalam pola komunikasi persahabatan bisa berlangsung di mana saja. Tidak memerlukan alat-alat, gedung gereja, lembaga organisasi maupun acara dan tata kebaktian. Yang kita butuhkan adalah bimbingan Roh Kudus dan keyakinan kita pribadi, bahwa Tuhan berkenan memakai kita sebagai utusan-Nya (
Dalam rangka itu kita dapat mengabarkan Injil:
Di rumahtangga.
Di rumahtangga kita sendiri maupun tetangga atau orang lain, kita dapat memakai MIP (
Dalam MIP perilaku pribadi sebagai penginjil mempunyai peranan yang sangat penting, teristimewa dalam lingkungan rumah dan keluarga sendiri. Kalau ucapan kita tidak selaras dengan perbuatan kita, mereka tidak akan mau mendengarkan berita Injil.
Di Sekolah Minggu atau kelompok studi Alkitab ataupun katekisasi.
Kita dapat menciptakan kesempatan untuk bicara dengan murid Sekolah Minggu, seorang demi seorang dan membimbing mereka kepada pertobatan dan iman akan Yesus Kristus. Kita dapat mengundang mereka datang ke rumah kita, atau bicara dengan mereka seusai kebaktian Sekolah Minggu.
Seusai kebaktian gereja.
Kalau ada tamu atau pengunjung gereja yang kita anggap belum percaya, maka kesempatan seusai kebaktian Minggu merupakan kesempatan yang baik untuk berbicara dengan mereka. Kesempatan tersebut tepat untuk membicarakan tentang kepercayaan kepada Yesus. Sayang sekali, umumnya suasana usai kebaktian cukup ramai, sehingga sukar mengajak orang membicarakan hal-hal rohani.
Kebaktian khusus seperti perayaan Natal dan Paskah, yang biasanya dirayakan bersama undangan, adalah kesempatan yang sangat baik untuk bicara dengan orang yang belum percaya.
Dalam perjalanan.
Bis atau kereta api adalah tempat dimana kita bertemu dengan masyarakat untuk jangka waktu yang cukup panjang. Sewaktu menunggu kendaraan, kita dapat berdoa supaya Tuhan memimpin kita kepada orang yang sudah dipersiapkan oleh Roh Kudus.
Di tempat kerja (
Ini merupakan lapangan yang luas dan mempunyai tuntutan yang sangat berat. Teman sekerja tidak akan mengindahkan ucapan kita kalau kelakuan kita tidak baik, atau kalau kita malas bekerja. Hidup pribadi kita adalah kesaksian yang paling efektif karena kita tidak bisa menggunakan jam kerja untuk mengabarkan Injil.
Kepada orang sakit (
Mengunjungi pasien-pasien di rumah sakit merupakan upaya mengabarkan Injil yang sangat mengesankan. Kalau kita belum mengenal penderita, maka kita harus minta izin lebih dahulu dari rumah sakit itu. Kita wajib menaati segala peraturan yang berlaku.
III. Tanggung Jawab Umum
Setiap orang Kristen dipanggil untuk menjadi saksi Yesus Kristus (
Berdoa
Catatlah namanya (atau nama mereka) dan doakanlah dengan teratur, khususnya memohon supaya mereka bertobat.
Teladan
Mereka akan segan dan tak acuh mendengar kata-kata kita mengenai Yesus Kristus, jika mereka tidak lebih dulu menyaksikan Yesus dalam hidup kita. Teladan kekristenan tidak dapat dipaksakan atau dibuat- buat, melainkan wajar. Bahkan kita sendiri sukar menyadarinya (
Bersahabat
Kita wajib mengasihi sesama sebagai insan pribadi yang patut dihargai dan dihormati. Jadi bukan karena data statistik, yaitu seolah-olah dia tidak lebih daripada satu orang yang harus diselamatkan terlepas dari kepribadiannya seutuhnya.
Bila kita mau menjadi sahabat seseorang, kita wajib berbicara kepadanya tentang Kristus. Persahabatan Kristen yang sungguh membutuhkan banyak waktu dan adalah tantangan hebat bagi kita. Sebelum membicarakan secara khusus mengenai pertobatan dan ihwal kekristenan dengan seorang sahabat, kita dapat membawa dia ke gereja atau ke suatu kebaktian lain untuk mendengarkan Injil. Juga meminjamkan atau menyarankan dia membaca buku Kristen.
Bersaksi
Doa, teladan hidup praktis, dan persahabatan meskipun sangat perlu, tidaklah membebaskan kita dari kewajiban memberi kesaksian pribadi tentang Kristus kepada sahabat kita. Cepat atau lambat kesempatan itu akan datang. Tidak dapat dipaksakan, karena justru kurun waktu ini adalah masa yang mencemaskan. Baiklah kita menunggu kesempatan itu dengan doa dan pengharapan, dan bila tiba waktunya gunakanlah segera.
IV. Beberapa Petunjuk Pokok
Kalau kesempatan itu sudah tiba, beberapa petunjuk pembimbing bisa dijadikan sebagai pedoman.
Carilah tempat dan waktu yang tenang untuk bicara
Hindarilah hal-hal yang dapat mengganggu pembicaraan itu.
Sediakan Alkitab
Alkitab mutlak harus ada, guna memungkinkan kita dapat bersama-sama melihat ayat-ayat inti. Dari awal pembicaraan harus jelas, bahwa berita yang kita sampaikan bukan dari diri kita sendiri, melainkan Firman yang berasal dari Tuhan. Tujuan kita ialah, supaya Tuhan sendiri yang berbicara kepada sahabat itu dengan perantaraan Firman- Nya.
Berita jelas dan sederhana
Sebisa-bisa mungkin pemberitaan kita jelas, sederhana dan mudah dipahami.
Mungkin sang sahabat sedang menghadapi suatu soal atau kesukaran.
Kita tidak boleh masa bodoh terhadap hal itu. Kita harus turut prihatin merasakannya. Namun kita harus berusaha supaya tidak menyimpang dari pokok berita yang kita sampaikan. Kita harus terus melanjutkan percakapan tentang Kristus dan kebutuhan kita akan Dia.
Lugas dan sopan
Jangan lupa, seorang yang belum percaya masih 'buta'. Adalah suatu kebodohan kalau kita kehilangan kesabaran karena ia 'buta' sehingga tidak dapat melihat. Baiklah kita berusaha tidak marah. Juga menghindari perdebatan apalagi perbantahan. Kalau dia tak dapat atau sukar mengerti apalagi setuju, bahkan kalau nampak ia tidak sungguh- sungguh mencari Tuhan, baiklah dulu menghentikan percakapan itu. Dalam hal demikian kita dituntut berdoa lebih banyak, sambil menunggu kesempatan untuk bersaksi lagi.
Kesaksian pribadi menopang dan menghidupkan pemberitaan
Kita dipanggil bukan melulu hanya untuk menjelaskan siapa Kristus, apa yang telah dikerjakan Kristus dan apa yang dapat diperbuat-Nya untuk sahabat kita. Tapi kita juga wajib memberikan kesaksian kita pribadi tentang pengalaman kita sendiri dengan Kristus.
Tetap memandang kepada Tuhan selama percakapan
Hanya Roh Kudus-lah yang dapat membuka mata hati orang yang belum percaya. Kiranya Tuhan berkenan menggunakan kata-kata kita membuka mata. rohani orang itu, dan baiklah kita ingat bahwa kita adalah alat Tuhan. Tuhan sendirilah yang dapat membuka mata hati orang yang 'buta' itu.
V. Pemberitaan Injil
Ada banyak cara untuk memberitakan Injil. Namun perlu kita sadari, bahwa masalah orang-orang yang membutuhkan berita Injil adalah bermacam-macam. Kepribadian mereka juga bermacam-macam. Karena itu pola pengabaran Injil harus lugas dan bervariasi -- tidak boleh kaku dan terpaku pada satu metode.
Sekalipun demikian kita akan tertolong bila mengingat, bahwa orang yang mau datang kepada Kristus pada dasarnya menempuh tahapan- tahapan seperti dikemukakan di bawah ini. Juga penting sekali mengingat beberapa ayat yang terkait dengan tahapan-tahapan itu:
Sesuatu untuk diakui: bahwa kita adalah orang berdosa dan memerlukan penyelamatan
Menurut Firman Allah, kita adalah orang-orang yang:
Berdosa.
Alkitab memberi arti negatif, 'dosa' adalah kegagalan (
Bersalah.
Dosa-dosa kita mengakibatkan kita jatuh di bawah pengadilan Allah yang adil, dan menjauhkan kita dari Dia (
Tak berdaya.
Kita tak berdaya untuk menyelamatkan diri kita sendiri. Apa pun usaha kita, dan betapa kerasnya pun kita berusaha, kita pasti gagal; kebenaran dan kesalehan kita tidak bersih di mata Allah Yang Mahakudus (
Sesuatu untuk dipercayai: Yesus Kristus datang dan mati untuk menjadi Juruselamat kita
Orang bisa saja mengakui bahwa dia membutuhkan juruselamat. Tapi pengakuan itu belum cukup. Dia harus percaya bahwa Yesus ialah Juruselamat satu-satunya yang dia perlukan. Kemampuan Yesus menyelamatkan baru jelas bila seorang mengerti siapa Dia dan apa yang telah Dia perbuat.
Yesus adalah Tuhan dan manusia sekaligus (
Yesus telah mati untuk dosa-dosa kita (
Sesuatu untuk dipertimbangkan: Kristus bukan hanya Juruselamat kita, tapi juga Tuhan kita
Orang Kristen menyerah tanpa syarat kepada Kristus, sesuai dengan kepribadian Kristus. Artinya, kita tidak boleh mengambil dan memilih hanya segi-segi tertentu saja dari Kristus, dan menyerahkan diri hanya pada segi-segi tertentu itu karena kebetulan cocok dengan selera kita sendiri. Itu sama sekali tidak boleh, karena Yesus adalah Juruselamat sekaligus Tuhan dan Raja, yang tuntutan dan kedaulatan-Nya mutlak atas hidup kita seutuhnya.
Penyerahan yang benar dan sungguh, mustahil tanpa:
Pertobatan.
Kita harus berbalik dari dosa-dosa lama maupun dari dosa-dosa kini yang biasa kita lakukan (
Penyerahan diri.
Kita harus menyerahkan diri kepada kuasa Kristus untuk hidup kita selanjutnya (
Sesuatu untuk diperbuat: menyerahkan diri kita kepada Kristus sebagai Juruselamat pribadi dan Tuhan
Penyerahan diri meliputi baik mempercayai Kristus dan mempercayakan diri kepada Dia sebagai Juruselamat, sekaligus pasrah berserah kepada Dia dan mematuhi-Nya selaku Tuhan.
Dalam Perjanjian Baru, 'penyerahan diri' diuraikan dalam dua sisi:
'Datang' kepada Kristus, supaya Dia menerima kita (
'Menerima' Kristus, supaya Dia datang kepada kita (Yohanes 1:12;
Kalau kita yakin bahwa sahabat itu sudah siap untuk bertobat, maka baik sekali mengajak dia berdoa pada saat itu juga. Tapi janganlah memaksa dia mengambil langkah itu. Kalau dia belum yakin, maka bijaksana sekali mempersilakan dia pulang untuk mengambil keputusan sendiri. Jika yang terjadi adalah demikian, mohonlah supaya dia memberitahu bila dia telah mengambil keputusan. Kalau dia berjanji akan memberitahu kemudian, buatlah perjanjian (sebelum dia pergi) untuk bertemu lagi.
Diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Pedoman Penginjilan |
Judul Artikel | : | Metode Mengabarkan Injil - Secara Pribadi (MIP) |
Penulis | : | D.W. Ellis |
Penerbit | : | Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF - 1993 |
Hal | : | 127 - 134 |
Sidang Raya ke-4 Persekutuan Injili Afrika dan Madagaskar telah mencetuskan deklarasi: 'Jemaat lokal berdiri atas kehendak ilahi dan adalah persekutuan orang-orang kudus yang dipanggil dari dunia, untuk menyatakan kesetiaannya kepada Tuhan Yesus Kristus, dan yang bersama-sama dipanggil untuk suatu tujuan.'
Simaklah ungkapan 'bersama-sama dipanggil untuk suatu tujuan'. Hal ini jelas menunjukkan, bahwa jemaat lokal dipanggil untuk melaksanakan kehendak Allah. Dengan perkataan lain, jemaat lokal adalah jemaat yang bermisi.
Untuk memahami misi jemaat lokal, kita harus ingat bahwa misinya itu adalah bagian dari misi Gereja Am. Misi jemaat lokal di Yogyakarta tidak berbeda dengan misi jemaat lokal di Medan atau di Bangkok atau di Amerika. Perintah dan isi misi itu sama. Namun cara setiap jemaat lokal menanggapi mandat ini bisa berbeda sesuai kondisi dan situasi setempat.
Betapapun pentingnya pembebasan sosial, politik, dan ekonomi, misi jemaat tidaklah dimaksudkan terutama untuk hal itu. Tentu kesadaran orang Kristen terhadap masalah sosial, politik, dan ekonomi menjadi celik dan bangkit oleh ajaran dan pemberitaan Injil, sehingga mereka peka terhadap situasi nasional dan internasional (Matius 5:13). Garam berfungsi mencegah pembusukan. Kita juga, sebagai murid Kristus, harus bersikap tegas menentang kejahatan perseorangan, kejahatan sosial, dan struktural. Kita tidak dapat tinggal diam menyaksikan kejahatan dan ketidakadilan.
Tapi hal ini sekali-kali tidak berarti bahwa jemaat lokal harus mengorganisir dirinya menjadi organisasi massa yang terlibat dalam gerakan sosio-politik praktis. Kendati Tuhan Yesus sendiri mengajar para murid-Nya menentang kejahatan dalam bentuk apa pun, Ia tidak pernah mengarahkan atau merekayasa mereka untuk terjun ke dalam gerakan praktis politik pembebasan untuk menentang pemerintah Roma, atau ke dalam gerakan sosial melawan para tokoh agama Yahudi. Menjadi garam dunia adalah bagian dari pemuridan Kristen yang dituntut dari setiap warga jemaat lokal. Namun menggarami dunia bukan merupakan bagian dari Amanat Agung yang Kristus berikan kepada seluruh gereja-Nya.
Jemaat harus peka terhadap masalah kelaparan, kemiskinan, dan penderitaan di dunia ini. Dan jemaat wajib terlibat berkorban untuk melayani masyarakat yang membutuhkan pertolongan. Tuhan Yesus berkata, 'Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri' (Matius 22:39). Untuk mematuhi perintah ini, setiap warga jemaat lokal wajib memperhatikan kebutuhan jasmani masyarakat sekitarnya. Jemaat sebagai satu kesatuan yang utuh wajib terlibat dalam upaya mencukupi kebutuhan mereka. Hanya melalui pelayanan nyata dan dengan kerendahan hati, kesaksian verbal dari jemaat memperoleh pengakuan. Namun pelayanan demikian pada dirinya bukanlah penggenapan misi jemaat lokal. Jemaat lokal harus memberikan kesaksian verbal, yakni memberitakan Injil kepada masyarakat sekitarnya.
Penginjilan bukanlah kegiatan yang setara dengan keprihatinan sosial. Memang ada penginjil yang menyatakan bahwa penginjilan dan keprihatinan sosial adalah sama. Hal itu tidak benar dan tidak alkitabiah. Alkitab mengajarkan betapa hal yang rohani jauh lebih penting daripada yang jasmani dan yang sosial. Keselamatan yang Yesus berikan kepada manusia seperti yang dibicarakan dalam Alkitab adalah keselamatan rohani. Keselamatan dari dosa dan yang menuntut kita kepada hidup persekutuan dengan Allah dan taat kepada kehendak- Nya. Justru kewajiban memberitakan Injil untuk menghimbau orang supaya percaya kepada Kristus, menjadi murid-Nya dan bergabung dalam jemaat-Nya adalah yang terpenting. Hal itu sekali-kali tidak dapat dianggap sama dengan bantuan dana dan pembangunan atau pelayanan sosial.
Pendapat umum mengatakan, bahwa tuntas sudah kewajiban seorang Kristen bila ia aktif terlibat dalam kegiatan penginjilan terhadap masyarakat di sekitarnya. Tidak perlu lagi terlibat dalam upaya penginjilan terhadap masyarakat yang berbeda budaya, bahasa dan negeri. Konsep pemikiran demikian adalah keliru.
Mengamati Amanat Agung Kristus, kita temukan ungkapan-ungkapan: 'semua bangsa' (Matius 28:19); 'segala makhluk' (Markus 16:15); 'segala bangsa' (Lukas 24:47); 'ke dalam dunia' (Yohanes 17:18); 'ke ujung bumi' (Kisah 1:8). Tuhan Yesus tidak mengatakan bahwa murid-murid-Nya harus menuntaskan dulu penginjilan di Yerusalem baru kemudian bergerak ke Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi. Kata penghubung 'dan' menunjukkan bahwa kesaksian Kristen itu harus serentak dilakukan di Yerusalem, Yudea, Samaria, dan di ujung bumi. Jemaat yang punya kemampuan tapi tidak melibatkan diri dalam upaya penginjilan lintas budaya (setidak-tidaknya melalui dukungan doa), belum menggenapi misinya sebagaimana mestinya.
Konstitusi Gereja India Selatan mengemukakan hal ini dengan tepat sekali. 'Setiap warga jemaat Allah wajib menunaikan misinya di lingkungannya, bahkan sampai ke ujung bumi'.
Warga yang ideal dari suatu jemaat lokal peka terhadap isu politik, ketidakadilan sosial-ekonomi, dan penindasan. Mereka bangkit menentang sekaligus memperbaiki kebobrokan demikian, sesuai tanggung jawab moral kristianinya. Jemaat wajib terlibat melayani kebutuhan masyarakat. Dalam rangka pemuridan yang bertanggung jawab dan pelayanan, jemaat memproklamirkan Injil kepada lingkungannya dan terlibat dalam penyebaran Injil kepada segala bangsa di bumi.
Kita tidak menganggap keprihatinan sosial berbeda dan terpisah sama sekali dari penginjilan. Penginjilan yang efektif dan yang mendampakkan kemuliaan bagi Kristus, dapat terjadi hanya di tengah-tengah pelayanan sosial yang tulus. Kendati demikian keprihatinan sosial dan penginjilan tidaklah setara dan sama. Dalam misi jemaat lokal, penginjilan (yakni penginjilan pada masyarakat sekitar) adalah yang utama. 'Pelayanan penginjilan adalah misi utama jemaat yang penuh pengorbanan. Penginjilan dunia menuntut seluruh gereja untuk memberitakan Injil seutuhnya kepada dunia. Gereja adalah pusat tujuan Allah dan sarana yang dipilih Allah untuk menyebar-luaskan Injil' (Lausanne Covenant).
Misi jemaat lokal tidaklah melulu pemberitaan Injil. Dalam misi itu tentu termasuk rencana mendirikan jemaat-jemaat di tengah-tengah permukiman masyarakat, kepada siapa Injil itu diberitakan. Misi jemat lokal ialah penginjilan dengan rencana mendirikan jemaat-jemaat di wilayah sekelilingnya dan di dunia. Jemaat lokal menghadirkan dirinya di wilayah sekelilingnya dan di lapangan misinya. Tokoh-tokoh jemaat Yerusalem berpencar akibat penganiayaan. Beberapa di antara mereka berasal dari Kirene dan Siprus. Mereka ke Antiokhia, mengabarkan Injil dan mendirikan jemaat di sana. Inilah pola misi yang alkitabiah. Tujuan misi ialah mendirikan jemaat Yesus Kristus di tempat-tempat di mana belum ada jemaat. Jemaat adalah pusat tujuan misi Allah. 'Supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga.' (Efesus 3:10)
Jemaat adalah tanda dan 'panjar rasa' dari Kerajaan Allah, yang menjadi tujuan akhir dan harapan kita. Kerajaan Allah bukanlah kerajaan utopia yang didirikan oleh kemelut pertarungan manusia melawan pemerintah-pemerintah yang lalim. Kerajaan Allah adalah Kerajaan rohani, yang bertumbuh bila jemaat didirikan di antara bangsa-bangsa di dunia ini, dan bangsa-bangsa serta suku-suku bangsa tunduk di bawah kedaulatan pemerintahan Allah. Selanjutnya, melalui campur tangan Allah yang supra-alami, Kerajaan Allah dalam ujudnya yang terpadu seutuhnya akan dinyatakan di dunia ini.
Dalam hal ini kita hanya membicarakan penginjilan lintas budaya, dan menyebutnya 'misi'. Misi ini selalu menghadapi kendala-kendala baru. Sekelompok masyarakat dengan bahasa, budaya, etnis atau sosial yang berbeda, bukan saja ada di daerah pegunungan, hutan dan lembah terpencil, tapi juga di kota-kota besar dan kecil. Misalnya, orang Sindhis di kota-kota India. Mereka masyarakat minoritas yang erat ikatan kekeluargaannya, dan umumnya hidup berdagang. Memang, beberapa orang Sindhi telah menjadi Kristen, tapi sampai sekarang, di manapun di dunia ini, belum ditemukan satu pun jemaat Kristen Sindhi. Hal yang sama terjadi pula di Indonesia. Masyarakat Suku Sakai, Suku Sasak, misalnya, masih belum terjangkau Injil. Demikian juga pedagang Cina di kota-kota di Riau kepulauan dan di pulau-pulau lain di Indonesia Timur. Padahal di kota-kota itu ada gereja.
Pengertian yang benar dan alkitabiah akan menolong kita mengerti misi alkitabiah. Jemaat lokal merupakan sarana untuk memasuki misi lintas budaya. Tujuan seluruh tugas misi adalah untuk mendirikan dan membina jemaat. Tugas misi lahir dari keprihatinan orang percaya akan pertumbuhan dan kesempurnaan gereja universal milik Kristus. Untuk mencapai pelayanan misi yang efektif, maka misi harus berpusat pada jemaat. Tujuan utama misi adalah untuk membangun jemaat. Tujuan akhir pelayanan misi harus mengarah pada pembangunan dan penyempurnaan masyarakat sorgawi yang baru, warga baru Kerajaan Allah yang mandiri. (Michael Griffiths, Cinderella with Amnesia, hlm. 154, 138, 136)
Diambil dari:
Judul buku | : | Misi dan Jemaat Lokal |
Judul artikel | : | Misi -- Apakah Itu? |
Penulis | : | Theodore Williams |
Penerbit | : | Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta |
Halaman | : | 8 - 14 |
Banyak orang Kristen, khususnya kaum Injili yang sering berbicara mengenai misi. Bahkan di satu sisi ada gereja-gereja di antara mereka yang bersedia mengumpulkan uang bagi para Misionaris, namun sangat disayangkan, mereka tidak sepenuhnya mengerti apa maknanya terlibat atau mengambil bagian dalam penginjilan misi sedunia. Di sisi lain ada gereja-gereja yang kurang tertarik dengan misi, karena takut kehilangan dana dan tenaga yang mereka anggap sangat dibutuhkan.
Kita sebagai orang Kristen yang sudah lahir baru dan yang sudah menikmati keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus, seharusnya bertanya kepada diri kita sendiri, "Bagaimana saya bisa mengambil bagian dalam misi sedunia?" Apakah saya harus pergi atau mempersembahkan uang atau terbeban untuk berdoa bagi misi sedunia? Memang dapat dikatakan bahwa tidak semua orang Kristen terpanggil untuk pergi ke Ladang Misi dan memberitakan Injil di sana. Seorang bapak atau ibu rumah tangga yang sudah berumur, yang sibuk mengurus keluarganya, bisa jadi terhalang untuk meninggalkan semuanya, pergi ke negara atau suatu daerah baru dan menjadi Misionaris di sana. Namun apakah ini berarti dia tidak bisa terlibat dalam misi sedunia? Tentu saja tidak berarti demikian. Dia tetap dibutuhkan untuk melaksanakan Amanat Agung. Dia bisa mengambil bagian dalam persembahan dana dan doa untuk mendukung pekabaran Injil di seluruh dunia. Doa adalah pegangan utama bagi keefektifan pekerjaan misi sedunia.
Kita semua mengetahui bahwa memang ada aktivitas yang bisa dilaksanakan tanpa doa. Namun tidak demikian halnya dengan aktivitas yang berkaitan dengan misi. Apabila pelayanan misi dapat berhasil dengan baik, maka hal ini tidak lepas dari peran doa orang- orang Kristen. Doa orang Kristen merupakan rahasia. Allah yang Mahakuasa dan Mahatahu, menginginkan dan meminta doa setiap orang Kristen, supaya Kerajaan Allah bisa dibangun di dunia ini. Dan kalau kita melihat keadaan dunia saat ini yang penuh dengan berbagai halangan dan kesulitan bagi tersebarnya Injil, maka kita tetap tidak boleh lupa, bahwa bukan kita sebagai manusia yang terbatas, sering bersalah, dan patah semangat, namun marilah kita melihat kepada Allah yang adalah sang Pemilik Tuaian, yang telah berfirman, "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku...." (Matius 28:19-20).
"Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng." (2 Korintus 10:3-4). Dalam Efesus 6:12 dikatakan, "Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." Dan dalam Wahyu 5:1-8:5 disebutkan bahwa di satu pihak hanya Anak Domba Allah yaitu Yesus Kristus yang berkuasa membuka meterai-meterai dan bahwa hanya Dialah yang berkuasa mengontrol seluruh dunia dan sejarah. Namun di lain pihak doa-doa orang percaya, yaitu orang Kristen yang sudah lahir baru sangat dibutuhkan supaya rencana Allah untuk dunia ini terlaksana (bandingkan Wahyu 5:8 dengan 8:1-5).
Dengan kata lain, Allah yang mahakuasa ingin menyelamatkan manusia dan bersedia untuk melibatkan umat Kristen dalam membangun Kerajaan-Nya. Dia ingin jemaat-Nya berdoa bagi dunia yang penuh dengan orang yang belum diselamatkan. Itulah sebabnya sangat penting bagi kita sebagai orang Kristen untuk berdoa agar Amanat Agung bisa terlaksana di dunia ini. Tetapi apabila kita malas dan tidak peduli akan keselamatan jiwa orang lain, maka banyak orang yang tidak akan diselamatkan, oleh karena jemaat Allah tidak menaati perintah dan Amanat Agung Tuhannya. Namun jikalau kita berdoa maka kita bisa mengubah dunia ini. "Dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari Wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka." (2 Tawarikh 7:14).
Pada masa sekarang ini, kita sebagai orang Kristen sangat dihimbau untuk membuka mata rohani kita serta melihat bahwa dunia ini dan negara kita, sangat memerlukan dukungan doa syafaat, agar dipulihkan dari dosa mereka. Masih sangat banyak orang yang tersesat dan belum dijangkau oleh Injil. Jumlah orang yang membutuhkan Kabar Baik ini, semakin bertambah jumlahnya. Bandingkan dengan statistik di bawah ini:
------------------------------------------------------------------- Tahun Penduduk Dunia Orang Kristen Orang Non-Kristen [yang perlu dijangkau] ------------------------------------------------------------------- 0030 170.000.000 puluhan ribu 170.000.000 (Tugas Rasul Paulus) ------------------------------------------------------------------- 1900 1.620.000.000 588.000.000 1.032.000.000 1960 3.010.000.000 1.008.000.000 2.002.000.000 1981 4.585.000.000 1.473.000.000 3.112.000.000 2000 6.240.000.000 1.900.000.000 4.340.000.000 (Tugas KITA !! ) -------------------------------------------------------------------
Kalau kita melihat statistik ini, kita harus mengakui bahwa gereja selama 200 tahun terakhir telah bekerja dengan keras, dan memang sudah ada hasilnya. Akan tetapi masih ada begitu banyak orang yang belum tercapai oleh Injil. Dan jumlah mereka saat ini masih sangat besar.
Setiap orang dari 4.3 milyar jiwa tersebut mempunyai kepribadian sendiri dan berhak untuk mendengar Kabar Baik. Firman Tuhan menyatakan bahwa Tuhan Yesus Kristus sangat mengasihi mereka, dan Ia telah rela mati di atas kayu salib, supaya mereka dapat diselamatkan dari kebinasaan yang kekal. Jumlah 4.3 milyar ini bukan sekadar angka saja, tetapi merupakan manusia yang sangat berharga di mata Allah yang menciptakan mereka. Mereka hanya satu kali saja hidup di dunia ini, dan hanya di dunialah mereka mempunyai kesempatan untuk bertobat. Apabila mereka sudah mati, maka tidak ada lagi kesempatan kedua mengambil keputusan untuk mengikut Tuhan Yesus Kristus. Hidup di dunia ini sangat menentukan di mana mereka kelak berada. Apakah mereka nantinya berada di surga dalam persekutuan yang indah dengan Tuhan Yesus Kristus, atau berada di neraka di mana tidak ada damai sejahtera. Masa depan setelah kematian bukanlah suatu jangka waktu yang pendek, tetapi merupakan jangka waktu yang sangat panjang, yaitu jangka waktu yang kekal.
Kalau kita sebagai orang Kristen berdia dan menggumuli mereka yang masih tersesat, maka Tuhan akan menyelamatkan mereka dari kuasa iblis dan akan keluar dari kerajaan kegelapan. Kita harus diperbarui lagi dan apabila kita lebih setia kepada-Nya kita yakin bahwa Tuhan sedang bekerja di dunia ini.
Melakukan pembicaraan tentang kasih Allah kepada sesama manusia, adalah suatu perkara yang mulia. Namun alangkah lebih mulianya, apabila kita berbicara kepada Allah tentang manusia.
Seorang murid Kristus tidak akan dapat bersaksi dengan baik dan sukses, apabila dia sebelumnya tidak belajar untuk memperjuangkan dunia yang perlu diselamatkan di hadapan Allah. Segala kesaksian dan pelayanan bagi Tuhan Yesus Kritus tidak akan berhasil apabila tidak disertai dengan doa. makin sedikit komunikasi seorang murid Kristus dengan Tuhannya, maka semakin sedikit pula doa syafaat dan hasil pelayanannya bagi Tuhan. Sebagai murid Kristus dan agar hidup kita tidak sia-sia di dunia ini, maka sangat perlu bagi kita untuk berperan serta di dalam misi sedunia, supaya Amanat Agung bisa terlaksana sampai Tuhan Yesus datang kembali ke dalam dunia ini. Seluruh tubuh Kristus, yaitu tiap-tiap anggota jemaat di dunia ini, harus mengambil bagian agar tujuan misi dapat tercapai. Jemaat harus bangun dari tidurnya secara rohani dan berperang serta berdoa, supaya banyak orang bisa diselamatkan. Tiap-tiap kita diminta dan dibutuhkan untuk berdoa.
Artikel ini dikutip dari:
Judul buku | : | Doa dan Misi |
Judul artikel | : | Pekabaran Injil Tidak Mungkin Tanpa Doa |
Penulis | : | Dr. Veronika J. Elbers |
Penerbi | : | Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) |
Halaman | : | 1 - 7 dari 50 |
Sejak dahulu, wanita sudah memiliki peran dalam dunia penginjilan. Dari zaman Perjanjian Baru, gereja mula-mula dan zaman Abad Pertengahan, sampai ke periode misi modern, pelayanan wanita sangat luar biasa. Para istri Moravia bahkan sangat menonjol dan berdedikasi terhadap dunia pelayanan, seperti juga para istri misionaris (misalnya, Adoniram Judson dan Hudson Taylor). Namun, ada juga para istri yang setia melayani meski sebenarnya tidak menyukai apa yang mereka lakukan. Kita tidak akan pernah tahu berapa jumlah istri yang tetap setia melayani meskipun itu bukanlah yang mereka ingini. Edith Buxton, dalam bukunya "Reluctant Missionary" (Misionaris yang Enggan), mengisahkan perjuangan dan ketidakbahagiaannya menjalani kehidupan sebagai seorang misionaris asing sebelum akhirnya ia mengetahui bahwa pelayanan ini adalah kehendak Tuhan; serta Pearl Buck yang mengisahkan tahun-tahun penuh ketidakbahagiaan yang dijalani ibunya sebagai istri seorang misionaris di Cina, sebelum akhirnya dia dapat menerima pekerjaannya.
Sebaliknya, ada jauh lebih banyak wanita lajang yang merasa bahwa Tuhan memang menginginkan mereka bekerja di ladang misi. Mereka merasa tertantang dengan adanya tuntutan yang besar di dunia luar. Para istri, dengan segala tanggung jawab rumah tangga dan anak yang harus dirawatnya, tentu tidak sanggup menanggung beban ini. Walaupun publik menentang mereka berkecimpung dalam ladang misi, pada awal tahun 1820-an, satu per satu wanita lajang mulai merambah ke luar negeri.
Wanita lajang berkebangsaan Amerika (bukan janda) pertama yang menjadi misionaris asing adalah Betsy Stockton. Ia adalah seorang wanita kulit hitam dan bekas budak yang pergi ke Hawaii pada tahun 1823. Ia bergabung dengan American Board dan mereka setuju untuk mengirimnya ke luar negeri, namun hanya sebagai pembantu lokal untuk pasangan misionaris lain. Terlepas dari rendahnya posisi itu, Betsy dianggap memiliki kemampuan untuk mengajar sehingga diizinkan untuk merintis satu sekolah. Menanggapi kebutuhan akan seorang guru wanita lajang, Chyntia Farrar yang berasal dari New Hampshire, bertolak ke Bombay pada tahun 1820-an. Ia melayani dengan setia selama 34 tahun di bawah naungan badan Marathi Mission.
Diskriminasi terhadap wanita lajang menyebabkan munculnya konsep baru tentang misionaris asing, yaitu "lembaga wanita". Persepsi ini pertama kalinya muncul di Inggris dan dengan cepat menyebar sampai ke Amerika. Sampai tahun 1900, ada lebih dari empat puluh kelompok misi wanita di AS. Karena adanya "lembaga wanita" ini, jumlah wanita lajang di ladang misi meningkat pesat, bahkan melampaui jumlah misionaris pria. Di Provinsi Shantang, Cina, data statistik yang berkaitan dengan Lembaga Baptis dan Presbytarian menunjukkan ada 79 wanita berbanding 46 pria. Pada dekade selanjutnya, perbandingan itu meningkat menjadi 2:1.
Dalam bukunya, "Western Women in Eastern Lands" (Wanita Barat di Tanah Timur) yang diterbitkan tahun 1910, Helen Barret Montgomery mengisahkan langkah mengagumkan yang dilakukan para wanita di dunia penginjilan.
"Benar-benar cerita yang mengagumkan .... Kami memulai semua ini dalam ketidakberdayaan, namun kini kami dikuatkan. Pada tahun 1861, hanya ada seorang misionaris bernama Miss Marston di Burma. Tahun 1909 ada 4.710 misionaris wanita lajang, 1.948 di antaranya berasal dari AS. Tahun 1861 hanya ada satu organisasi wanita, namun telah berkembang menjadi 44 pada tahun 1910. Pendukungnya semula hanya beberapa ratus, tapi kini mencapai sedikitnya dua juta orang. Dana yang tersedia awalnya hanya dua ribu dolar dan tahun 1982 meningkat menjadi empat juta dolar. Dan kalau awalnya hanya ada seorang guru, pada awal tahun Yobel mencapai 800 guru, 140 dokter, 380 penginjil, 79 perawat, 5.783 wanita pengajar Alkitab dan pembantu asli (native). Dari 2.100 sekolah, ada 260 sekolah tinggi dan sekolah asrama. Ada 75 rumah sakit dan 78 apotek .... Ini suatu prestasi yang patut dibanggakan para wanita. Namun, ini hanyalah permulaan yang sederhana dari apa yang bisa dan yang mampu dikerjakan wanita, di saat kegerakan siap dimulai."
Namun, apa yang sebenarnya mendorong para wanita lajang itu sehingga rela meninggalkan keluarga dan tanah airnya, bahkan hidup dalam kesulitan, kesendirian, dan pengorbanan? Tampaknya alasan terbanyak adalah karena kecilnya kesempatan bagi wanita lajang untuk melayani sepenuh waktu di tanah air mereka. Pelayanan Kristen dianggap sebagai pekerjaan pria. Beberapa wanita dari abad ke-19, seperti Catherine Booth, mencoba terjun ke dalam dunia yang didominasi oleh para pria ini, namun juga mendapat tentangan. Wanita lainnya bekerja di dunia sekuler. Florence Nightingale misalnya, sangat rindu untuk melayani Tuhan dalam pelayanan Kristen, tapi tidak mendapat kesempatan. Itulah alasan mengapa ladang misi menjadi wadah bagi para wanita yang ingin melayani Tuhan.
Selain itu, ladang misi juga penuh dengan pelayanan dan semangat yang menyala-nyala. Wanita dari golongan miskin pun bisa terangkat statusnya melalui karier misionaris ini. Namun, pengaruh yang paling kuat adalah feminisme. Masuknya wanita Amerika ke dalam dunia misi, menurut R. Pierce Beaver, dianggap sebagai gerakan feminis pertama di Amerika Utara. Meski sebagian besar misionaris wanita bukan penganut feminisme, usaha mereka untuk menyelami dunia pria adalah bukti adanya rasa kesetaraan antara wanita dan pria yang sedikit banyak dibantu oleh perkembangan "lembaga wanita".
Wanita lajang memiliki kesempatan unik yang tidak dapat dilakukan pria. Injil bisa menembus ke dalam budaya dan agama kuno adalah karena pekerjaan wanita (meskipun tak dapat disangkal juga bahwa di beberapa daerah, wanita hanya bisa bekerja bila sudah ada pria yang memulainya terlebih dulu). Selain itu, wanita juga tidak terikat tanggung jawab terhadap keluarga. Menanggapi kebebasan tersebut, H. A. Tupper, sekretaris Southern Baptist Foreign Mission Board (Lembaga Misi Baptis Selatan) menyurati Lottie Moon pada tahun 1879, "Pekerjaan seorang wanita lajang di Cina setara dengan dua pria yang sudah menikah." Namun, karena merasa kesepian, tekanan, dan kondisi yang buruk, banyak misionaris wanita lajang yang menyerah dan meninggalkan ladang misinya.
Wanita memang lebih unggul di hampir semua aspek dunia misionaris, tapi dalam bidang medis, pendidikan, dan penerjemahan, kemampuan mereka sangat berpengaruh. Rumah sakit dan sekolah kedokteran adalah dua di antara banyak hasil yang diraih, termasuk di antaranya salah satu sekolah medis terbaik di dunia yang berlokasi di Vellore, India. Mereka juga mendirikan banyak sekolah lainnya, termasuk sebuah universitas di Seoul, Korea, dengan jumlah mahasiswa yang mencapai delapan ribu orang. Kitab Injil untuk pertama kalinya diterbitkan dalam ratusan bahasa asing. Namun, jika ada satu generalisasi yang bisa ditarik dari misionaris wanita dan pelayanannya, itu adalah tekad mereka untuk merintis pelayanan yang sulit. "Semakin sulit dan berbahaya suatu pelayanan, rasio wanita dibanding pria akan semakin tinggi," tulis Herbert Kane.
Keunikan wanita dalam dunia pelayanan adalah mereka umumnya lebih mudah mengakui kelemahan dan menerima kritikan. Mereka juga lebih mewakili kehidupan pelayanan seorang hamba Tuhan. Lottie Moon, Maude Carys, dan Helen Roseveares memberikan pemahaman tentang kehidupan misi modern kepada para murid. (t/Lanny)
Bahan diringkas dan diterjemahkan dari sumber:
Judul buku | : | From Jerusalem to Irian Jaya |
Judul asli | : | Single Woman Missionaries: "Second-class Citizens" |
Penulis | : | Ruth A. Tucker |
Penerbit | : | Academie Books, Grand Rapids, Michigan 1983 |
Halaman | : | 231 -- 234 |
Salah satu fakta Natal yang paling membingungkan adalah bahwa Allah datang ke bumi dalam rupa manusia dan lahir di sebuah kandang. Mengapa? Sebagai Raja Damai Ia dapat memiliki sebuah istana, tetapi Ia tidak melakukannya. Tidak ada satu hal pun dalam Alkitab terjadi secara kebetulan. Setiap peristiwa yang dicatat mempunyai tujuan tertentu. Allah mau mengajarkan kepada kita beberapa pelajaran penting melalui kelahiran Kristus dengan cara yang hina itu.
Nampaknya jelas bahwa kandang dan palungan melambangkan hati manusia. Nabi Yeremia mengatakan kepada kita bahwa hati manusia "lebih licik daripada segala sesuatu, dan sudah membatu" (
Kita tidak mengundang teman-teman kita untuk makan bersama dengan kita di sebuah kandang. Kita membawa mereka ke dalam rumah kita. Dan sekali lagi kandang itu laksana hati kita yang kita tidak mau siap dibuka untuk sesama kita. Kita lebih suka mereka melihat ruang tamu kita yang indah dan bersih daripada menginspeksi "kandang kita yang bau." Tetapi Kristus lahir di sebuah kandang untuk memperlihatkan kepada kita bahwa Ia tahu dunia macam apa yang didatangi-Nya, dunia yang penuh dengan kekejaman, kerakusan, perang, pementingan diri sendiri, dan dosa. Tujuan-Nya adalah bukan untuk menikmati yang terbaik yang dapat ditawarkan dunia, tetapi untuk membersihkan isinya, yang dilambangkan dengan kandang. Inkarnasi-Nya mempunyai maksud yang didorong oleh kasih.
Tetapi ada alasan lain kelahiran Kristus di dalam kandang. Ia menjadi "Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia" (
Tempat apa lagi yang lebih layak bagi seekor anak domba selain sebuah kandang -- atau sebuah gudang. Bukan persoalan kebetulan bahwa Maria dan Yusuf tidak bisa mendapatkan kamar di penginapan pada waktu tiba di Bethlehem. Kedatangan mereka ke kandang dan palungan sesuai dengan pra-pengetahuan Allah dan perencanaan yang pas. Allah mempunyai rencana untuk hidup Anda, juga. Hidup Anda tidak diserahkan kepada faktor kebetulan.
Tatkala Allah menciptakan manusia, Ia tahu bahwa manusia akan memanfaatkan kebebasannya untuk melakukan dosa. Dan karena itu Ia menyiapkan suatu penangkal untuk dosa. Jauh sebelum Kristus lahir di Bethlehem, Allah menubuatkan bahwa akan ada kebencian antara Setan Si penipu, dan Benih perempuan (
Salib Kristus adalah peremukan simultan terhadap tumit Kristus dan permulaan peremukan kepala Setan yang berarti pemusnahan kuasanya. Di salib, Kritus membinasakan kuasa Setan yang mencoba mengikat manusia ke dalam dosa selamanya, dengan menanggung kepada diri-Nya sendiri seluruh hukuman untuk semua dosa, yang adalah kematian -- keterpisahan kekal dari Allah -- dan membangkitkan tubuh manusia dari kubur untuk hidup kekal.
Sekarang untuk sementara waktu Setan masih bebas bertindak untuk menyakiti tumit Kristus, yaitu menyakiti orang Kristen. Tetapi kekalahan terakhirnya sedang menjelang, dan ini akan terjadi sebagai akibat dari Benih perempuan, "bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kakinya" (
Sebagai pembuka bagi pengorbanan akhir Kristus sebagai Anak Domba, Allah telah menetapkan pengorbanan binatang oleh orang Yahudi untuk pengampunan dosa. Binatang yang dapat dikorbankan orang Yahudi adalah anak domba, terutama seperti dicatat dalam Keluaran 12, yang menggambarkan pembebasan mereka dari Mesir. Darah Anak Domba Paskah melindungi umat Israel dari pembalasan malaikat maut; dan Darah Anak Domba Allah, Yesus Kristus, adalah satu-satunya pelindung yang bisa kita dapatkan dari hukuman terhadap dosa kita yang sepantasnya kita terima. Kristus memperkenankan semua orang bertobat sekarang dan menerima Dia sebagai Anak Domba Allah, sementara mereka masih mempunyai kesempatan.
Sumber:
Judul Buku | : | Hadiah yang Sempurna |
Judul Artikel | : | Misteri Palungan |
Pengarang | : | Spiros Zodhiates, Th.D. |
Penerbit | : | Departemen PI dan Pelayanan Berita Hidup |
Halaman | : | 10 - 12 |
Mormonisme juga menyebut diri sebagai "Gereja Orang-orang Kudus pada Akhir Zaman" (Church of Latter Day Saints). Mormonisme ini didirikan pada tahun 1830 oleh seorang Amerika yang bernama Joseph Smith.
Joseph Smith, putra keempat dari sepuluh bersaudara pasangan Joseph dan Lucy Mack Smith ini dilahirkan pada 23 Desember 1805 di Sharon (Vermont, AS), di lingkungan keluarga kaum petani yang miskin. Menurut pengakuan ibunya, sewaktu remaja Joseph Smith adalah seorang yang buta huruf dan tidak paham isi Alkitab dan diakui pula bahwa ia seorang pemuda yang suka berkhayal.
Menurut pengakuan Joseph Smith bahwa pada 21 September 1823, dalam usia 18 tahun ia mendapat kunjungan dari malaikat yang bernama Moroni. Malaikat tersebut memberitahukannya bahwa pada tahun 420 M di sebuah bukit dekat Manchester, suatu perkampungan yang terletak di daerah New York, pernah ditanam lempengan-lempengan emas, dan ia disuruh untuk mengambilnya.
Setelah ditemukan, ia melihat di atas lempengan emas tersebut tertulis huruf-huruf Mesir. Untuk menerjemahkan huruf-huruf tersebut, ia mendapat bantuan "URIM" dan "TUMIM" (dua batu undian yang ada dalam tutup dada pernyataan keputusan pada baju "efod" yang dipakai imam dan dipergunakan untuk mencari tahu kehendak Allah) (Keluaran 28:30), yang dipinjam dari malaikat.
Setelah menerjemahkan, malaikat mengambil kembali lempengan- lempengan emas tersebut. Karya terjemahan ini kemudian dijadikan kitab suci kaum Mormon dan pada tahun 1830 dicetak sebanyak lima ribu eksemplar di Palmyra, New York.
Setelah Joseph Smith berhasil memperoleh pengakuan atas buku terjemahan itu sebagai dasar dari satu perhimpunan keagamaan yang baru, maka ia lebih lanjut menulis buku-buku lain. Menurut pengakuannya bahwa buku-buku ini ditulis atas dasar ilham yang diperoleh dari kunjungan malaikat kepadanya, ia juga mengatakan pernah dikunjungi oleh Yohanes Pembaptis, Petrus, Yakobus, Yohanes, Musa dan Elia.
Kesaksian hidup moralnya tidak baik. Ia memegang pandangan poligami, dan menganjurkan para penganutnya untuk mengambil banyak istri. Ia pernah mengawini empat wanita sekaligus dan menyebut perkawinan ini sebagai "PERKAWINAN ROHANI". Pada waktu meninggal ia meninggalkan 17 Istri dan 56 anak.
Kasus meninggalnya Smith karena pembunuhan yang dilakukan oleh massa yang berjumlah kurang lebih 200 orang mempunyai banyak alasan versi. Ada yang menyebutkan karena masalah "perkawinan rohani", ia harus berurusan dengan polisi dan dipenjarakan. Kemudian ia diperbolehkan pulang dengan uang jaminan, tetapi tidak berani meninggalkan rumah penjara karena rumah penjara tersebut sudah dikepung oleh massa yang marah melihat perbuatan amoralnya. Akhirnya, massa yang marah itu berhasil menerobos masuk dan Joseph Smith beserta saudaranya Hyrum Smith ditembak mati di sana.
Ada pula yang menyatakan karena kasus pengrusakan kantor penerbitan lokal "Nauvoo Expositor" yang dikomandonya, harus berurusan dengan pihak berwajib, dan dimasukkan ke penjara di Carthage. Dan pada 27 Juni 1844, massa yang berjumlah kurang lebih 200 orang menerobos masuk dan menurut cerita Smith masih sempat melawan dengan menembakkan senjata yang dibawanya ke arah massa, tetapi pada akhirnya ia mati di bawah berondongan senjata.
Kematian Joseph Smith dan saudaranya bagi para pengikut dihargai sebagai mati syahid.
Gereja Mormon ini boleh dikatakan mempunyai anggota terbanyak dibandingkan dengan bidat-bidat lainnya. Pada tahun 1960 anggotanya berjumlah 1.650.000 orang. Pada April 1981 dilaporkan bahwa jumlah anggota mereka sudah mencapai 4.638.000 orang dan tersebar di 83 negara. Sebanyak 30.000 orang misionaris tersebar di mana-mana dengan rajin menarik orang untuk menjadi anggotanya. Kebanyakan para misionaris atau pekerja mereka berstatus sukarela dengan tidak mendapat imbalan apa-apa.
Di berbagai tempat didirikan bangunan-bangunan mewah. Pengaruh gerakan ini makin lama makin hebat. Propaganda gerakan ini makin lama makin luar biasa.
Cara Kerja Orang Mormon
Di Amerika, gerakan ini memunyai areal tanah yang sangat luas, pabrik-pabrik dan usaha-usaha di bidang pertanian. Segala masalah jual-beli yang mempunyai sangkut-paut dengan perdagangan diatur oleh gereja. Hasil keuntungan digunakan untuk membeli saham, membangun gedung-gedung yang mewah, dan mengembangkan propaganda agama mereka.
Orang-orang Mormon tidak akan segan-segan membangun gedung serba lux. Gedung-gedung yang didirikan mempunyai fasilitas yang serba komplit. Bukan saja ada ruangan kebaktian, melainkan juga ada ruangan khusus bagi pameran doktrin Mormon dan lain-lainnya. Bangunan yang sangat terkenal berjumlah 10 buah, yang terakhir dibangun pada tahun 1956 di Los Angeles dengan memakan biaya 6.000.000 (enam juta) dollar Amerika. Di ujung dari gedung tersebut dipasang patung emas malaikat Moroni. Setiap tahun gedung tersebut menarik perhatian para pengunjung dari berbagai negara dan banyak pengunjung sangat tertarik dan terpengaruh dengan propaganda-propaganda mereka.
Semangat perkunjungan mereka seperti Saksi Yehova. Setiap anggota yang muda diharuskan menyumbangkan satu atau dua tahun waktu untuk bekerja menyebarkan ajaran mereka, baik di dalam maupun luar negeri. Dalam masa bekerja ini, pihak gereja hanya menanggung makan dan penginapan mereka, sedangkan yang lain-lain ditanggung sendiri.
Biasanya, dalam perkunjungan, mereka berdua-dua berpakaian rapi, mengunjungi rumah-rumah penduduk. Dengan sopan mereka akan memperkenalkan diri sebagai misionaris "Gereja Orang-orang Suci pada Akhir Zaman".
Dokrin/Pengajaran Mormon
Pada tahun 1831, gerakan Mormon mengumumkan pengakuan mereka dalam 13 (tiga belas) pasal kepercayaan dan di bawah ini merupakan ringkasan dari beberapa pasal pengajaran mereka yang perlu diketahui.
Menurut mereka, Allah itu adalah superman, memunyai badan, dapat dilihat dan diraba tetapi mempunyai kekuatan luar biasa. Allah itu adalah Adam yang sudah dipermuliakan. Orang-orang yang beriman setelah meninggal dunia akan sama seperti Adam menjadi ilah dan ilah itu masing-masing mempunyai istri yang dikawinkan semasa di dunia.
Yesus adalah saudara Lucifer yang dilahirkan karena hubungan antara Allah (Adam yang sudah dipermuliakan) dan Maria. Yesus di Kana menikah dengan Marta don Mariam sehingga dapat melihat keturunannya sebelum disalibkan (Yesaya 53:10). Jikalau tidak menikah, minimal Ia mempunyai hubungan istimewa dengan Marta, Mariam, dan Mariam lainnya. Allah lebih besar dari Kristus, Kristus lebih besar dari Roh Kudus yang menjadi pesuruh-Nya. Joseph Smith adalah keturunan dari Tuhan Yesus.
Roh Kudus itu semacam benda yang kekal keberadaanya yang disalurkan dari atas dan menyebar ke berbagai tempat. Roh Kudus dapat dikaruniakan kepada seseorang melalui upacara-upacara yang dipimpin oleh pendeta Mormon. Pribadi Roh Kudus yang sesungguhnya tidak dapat hadir lebih dari satu tempat.
Allah adalah satu pribadi, Yesus Kristus juga satu pribadi, demikian pula dengan Roh Kudus. Mereka memiliki pribadi yang berbeda-beda. Mereka bukan Allah Tritunggal, melainkan tiga Allah.
Menurut orang-orang Mormon, Adam terpaksa berbuat dosa dengan makan buah pengetahuan baik dan jahat, karena jika Adam tidak makan buah itu, maka ia tidak mungkin mengetahui hal yang baik dan jahat, dan tidak mungkin pula ia mempunyai keturunan. Dengan demikian, bararti ia tidak mentaati perintah Allah yang menghendaki manusia beranak-cucu untuk memenuhi bumi ini.
Perintah Allah yang terutama adalah beranak-cuculah dan perintah kedua adalah jangan makan buah terlarang. Adam, demi mentaati perintah yang pertama, maka dengan terpaksa melanggar perintah yang kedua. Yang berbuat dosa bukanlah Adam, melainkan Hawa. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Rasul Paulus dalam 1Timotius 2:14 yang berbunyi, "Lagi pula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa."
Menurut pendapat mereka, kematian Yesus tidak dapat menyelamatkan orang lain, melainkan hanya Adam saja. Keselamatan yang sesungguhnya hanya diperoleh melalui ketaatan pada peraturan-peraturan, sakramen-sakramen dari Mormon, dan perbuatan baik. Baptisan yang dilaksanakan pendeta Mormon dapat menghapus dosa. Dengan kata lain, baptisan merupakan syarat mutlak untuk mendapat keselamatan.
Mereka juga mengajarkan bahwa anggota Mormon ini dapat menggantikan sanak saudara yang sudah meninggal untuk dibaptiskan dan ini berarti bahwa orang yang sudah meninggal masih mempunyai kesempatan untuk diselamatkan, asalkan ada orang yang hidup mau dibaptiskan untuk mereka.
Mereka berpendapat bahwa gereja Mormon merupakan gereja satu-satunya yang sejati dan benar, sedangkan gereja yang berada di luar Mormon hanya mengajarkan kebohongan dan berada di bawah kutukan Allah. Mereka mengklaim gereja Mormon merupakan penjelmaan Allah dan Kristus dan didirikan oleh malaikat, Petrus dan Yohanes.
Mormon mengajarkan praktik poligami dan berpendapat hubungan suami istri tidak terbatas hanya di dunia ini, melainkan juga sampai ke akhirat. Seorang anggota Mormon yang meninggal akan masuk ke dalam kemuliaan dan istri-istrinya menurut urutan juga akan masuk ke dalam kemuliaan. Jika ia diangkat sebagai raja untuk menguasai satu daerah, maka istrinya akan menjadi permaisuri.
Oleh karena sistem poligami mendapat tantangan di berbagai negara, maka mulailah mereka mengkaji ulang sistem tersebut. Pada 25 September 1890, ketua mereka yang bernama Wilford Woodruff mengemukakan makalah yang isinya antara lain menyatakan agar para anggota Mormon harus mentaati hukum dengan hanya beristeri satu. Walaupun pemimpinnya telah memerintahkannya, tetapi masih adalah pula anggota yang melanggarnya.
Mereka mengajarkan bahwa ada tiga buku yang mempunyai otoritas yang sejajar dengan Alkitab, yaitu:
- Kitab Mormon (The Book of Mormon)
- Doktrin dan Perjanjian (Doctrin and Covenants)
- Mutiara yang Bernilai (Pearl of Great Price)
Joseph Smith juga mengumumkan bahwa pendeta Mormon yang berbicara dengan gerakan Roh Kudus itu adalah Firman Allah yang bisa mendatangkan keselamatan.
Orang yang tidak termasuk dalam gerakan Mormon akan diadili, demikian juga orang-orang yang menerima sakramen-sakramen dari gereja lain.
Keberadaan bidat ini dikomentari oleh beberapa mantan penganutnya, di antaranya dari Oliver Cowdery dan David Whitmer dengan mengatakan, "Latter-day Saints Church was not God`s true church" (Gereja Orang-orang Kudus pada Akhir Zaman bukan gereja sejati Allah). Dalam bukunya yang berjudul `An Address to All Belivers in Christ` (1887) menyatakan, "Joseph Smith by 1833 had became a false prophet" (Sejak tahun 1833, Smith telah menjadi nabi palsu).
Diedit dari Sumber:
Judul buku | : | Bidat Kristen dari Masa Ke Masa |
Judul artikel | : | Mormonisme |
Penulis | : | Paulus Daun |
Penerbit | : | Yayasan "Daun Family", Manado 2002 |
Halaman | : | 135 -- 143 |
"Nggak mau ... hari ini aku nggak mau pergi sekolah, Ma!" Dan mulai menangis ketika ibunya mulai memakaikan seragam sekolah kepadanya. "Oke, Nak," ibunya setuju, "Kamu boleh tidak pergi tapi kamu juga tidak boleh mendengarkan musik Balalokam lagi." Ibunya tahu bahwa inilah jalan satu-satunya untuk membujuk putranya yang baru berusia 6 tahun itu supaya mau bersekolah. Selama sebulan ini, Dan memang sedang terobsesi dengan Balalokam, sebuah kaset audio untuk anak- anak yang dibelikan ayahnya. Kaset itu menampilkan musik dan cerita dalam bahasa Malayalam, salah satu bahasa daerah di India. Dan pun berubah pikiran dan memutuskan untuk mau bersekolah kembali.
Revolusi Teknologi
Kaset Balalokam, produksi dari Penerbit Little Me di Pathanamthitta, Kerala, India adalah sebuah contoh dari penerbitan multimedia. Penerbitan jenis ini meliputi gabungan dari teks, suara, video, grafik multi dimensi serta animasi. Ketika dunia sekuler dengan cepat segera menggunakan berbagai jalur multimedia tersebut untuk proyek-proyek mereka, banyak penerbit Kristen masih ragu untuk menggunakannya, khususnya yang ada di negara-negara berkembang.
Mengapa Multimedia
Multimedia adalah satu cara efektif yang dapat diterapkan dalam dunia penginjilan. Data statistik tentang penginjilan dunia menunjukkan bahwa dalam satu dekade terakhir ini, sekitar 76,7% penduduk dunia telah diinjili -- artinya, mereka telah cukup tahu tentang kekristenan, Kristus, dan Injil. Walau demikian, banyak orang dari jumlah 6 milyar penduduk dunia tersebut hidup dalam kelompok yang tidak terjangkau dari kekristenan. Untuk menjangkau mereka, cara terbaik dan yang paling efektif adalah penggunaan multimedia. Penerbit Kristen harus dapat lebih mempergunakan kesempatan lewat multimedia ini daripada menggunakan media cetak. Yang mereka butuhkan hanyalah antusiasme, kreativitas, kemampuan visualisasi serta keberanian untuk bereksperimen.
Audio
Musik adalah sarana yang sangat ampuh. Musik dapat memengaruhi emosi orang-orang dalam perjalanan kehidupannya. Bahkan di masyarakat termiskin dari yang miskin, mereka yang hidup di daerah kumuh sekalipun memiliki radio atau tape recorder dan menikmati alunan musik. Musik dapat didengarkan kapan saja oleh satu atau lebih orang. Hal itu dapat dimanfaatkan sebagai media penginjilan yang luar biasa.
Proses pengembangan sebuah produk audio -- seperti halnya produk cetakan kertas, buku elektronik, situs internet, atau video peraga -- membutuhkan perhatian baik untuk isi, target penerimanya, dan perencanaan matang. Seorang penyanyi atau musisi bisa tinggal jauh di luar negeri; kita tidak perlu mengumpulkan mereka semua ke suatu tempat untuk melakukan sebuah proses rekaman. Seorang produser dapat pergi ke studio audio lokal para artis itu dengan sebuah kerangka musik, merekam bagian mereka saja satu persatu, lalu menggabungkan semua bagian itu di dalam ruang pengeditan. Berkat adanya proses perekaman digital, kesalahan-kesalahan nyanyian dan instrumen dapat diperbaiki dan kualitasnya dapat ditingkatkan sesuai keinginan.
Memproduksi kaset juga lebih mudah dari memproduksi buku. Di banyak negara, biaya yang diperlukan untuk mencetak literatur Kristen begitu besar. Bahkan untuk mencetak sebuah buku yang memiliki harapan penjualan berkisar 750 kopi, penerbit tetap harus mencetak minimal 1500 kopi untuk memperoleh ongkos cetak per-buku yang lebih rendah dan kemudian juga harus mematok harga yang dapat diterima pasar. Dalam bisnis audio, setelah sebuah kaset master siap, kita tidak perlu pusing lagi. Anda dapat menggandakannya sebanyak yang Anda mau. Bahkan jika Anda membuat 100 kopi kaset, ongkos per-unitnya tidak akan banyak berubah. Biaya produksi relatif rendah sementara hasilnya tinggi.
Ada begitu banyak kemungkinan dan variasi yang bisa didapat dari produk audio. Anda hanya harus menentukan keunikan nilai jual yang akan Anda tawarkan pada pasar. Sebuah perusahaan penerbitan juga dapat memproduksi versi audio dari sebuah buku, yang dibacakan dalam intonasi dan cara yang enak didengar dengan latar belakang musik secukupnya; menawarkan rekaman kaset khotbah dari seorang pembicara Kristen yang terkenal; atau mengembangkan produk khusus yang tidak bisa ditemukan di sebuah hasil cetakan. Misalnya, sebuah perusahaan audio di Amerika telah memproduksi satu koleksi anekdot dari Chuck Swindoll terpisah dari khotbah-khotbahnya. Jika hak cipta tidak menjadi sebuah masalah, program-program yang disiarkan di stasiun radio seperti wawancara seorang pengarang buku, dapat dipindah dalam format kaset atau produk audio yang lebih baik lagi.
Minat akan musik telah menciptakan pasar audio yang begitu luas. Penerbit dapat memproduksi album dari seorang artis saja atau album kompilasi yang menampilkan lagu-lagu hits dari banyak artis. Pilihan lain adalah membuat sebuah album berdasarkan tema, seperti kaset tentang penyembahan, harapan, Injil atau kedatangan Yesus yang kedua kali.
Secara khusus, kaset juga merupakan media yang sangat efektif untuk anak-anak. Tidak seperti buku, kaset memungkinkan anak-anak itu untuk menyanyi dan menari mengikuti irama musik. Little Me telah memproduksi koleksi 32 ayat Alkitab dalam bentuk lagu untuk anak- anak, mereka mengubah ayat-ayat itu ke dalam lagu-lagu sehingga anak umur 3 tahun pun dapat mengingatnya. Kaset-kaset itu juga memuat sesi tanya jawab singkat dengan anak-anak untuk membuat mereka lebih memahami ayat tersebut.
Media Elektronik
CD-ROM juga merupakan alat yang ampuh dalam industri multimedia. Pelajaran Alkitab kini juga dilengkapi dengan referensi, konkordansi, kamus dan catatan pelajaran, semuanya hanya dalam sekeping CD. Telah dihitung bahwa sekeping CD yang berkapasitas 640 megabytes dapat memuat sekitar 60.000 halaman. Satu lagi keuntungan dari CD ialah mudah dibawa kemana saja.
Teknologi ini telah menghadirkan sebuah tantangan bagi penerbit Kristen. Salah satu masalah terbesar dalam industri media elektronik dan audio yang banyak terjadi di negara dunia ketiga ialah pembajakan. Karena kualitas sebuah CD yang begitu bagus, maka hasil bajakannya pun masih memiliki kualitas yang tak kalah bagus. Karena para pembajak itu tidak mengeluarkan biaya untuk proses pengembangannya, mereka dapat memberi harga yang jauh lebih murah kepada para konsumen. Ini akan mempengaruhi hasil penjualan penerbit yang asli.
Media Visual
Pengaruh dari media visual adalah tak terbatas. Sayangnya, penerbit Kristen masih sering ragu-ragu memanfaatkannya. Seorang pemimpin penerbitan terkenal di India pernah berkata pada saya, "Kami tidak menyentuh media visual karena dua alasan. Pertama adalah biaya. Selain itu juga karena pengetahuan kami yang kurang akan hal itu." Keduanya memang dapat dimengerti, tetapi, sangatlah penting untuk dapat mengatasi masalah-masalah itu.
Belakangan ini, Little Me telah mengorganisir sebuah program penginjilan utama untuk anak-anak. Program itu meliputi pertunjukan selama 3 jam yang berisi lagu-lagu, penuturan cerita, selingan humor, dan bermacam-macam acara lainnya. Kami menyewa tiga juru kamera untuk merekam program tersebut dari berbagai sudut pengambilan gambar. Setelah melakukan pengeditan dari sekitar 9 jam durasi rekaman semua video, kami dapat mengeluarkan dua kaset dengan durasi masing-masing sekitar 45 menit.
Untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan jumlah target konsumen, Anda juga dapat melakukan sulih suara dalam berbagai bahasa. Ini sangat mungkin dilakukan di negara seperti India yang memiliki beragam bahasa. Film telah menjadi salah satu bagian dalam gaya hidup modern. Diperkirakan, rata-rata penduduk negara dunia ketiga menonton paling tidak satu film dalam seminggu. Kesuksesan film "Jesus" dan "Passion of the Christ" membuktikan bahwa film adalah sebuah kesempatan pasar terbesar yang dapat dimanfaatkan oleh umat Kristen.
Media Lain
Dari Mickey Mouse yang jenaka dan banyak dicintai sampai petualangan Lara Croft yang seru, generasi-generasi telah tumbuh dengan ketakjuban akan keajaiban animasi, di mana setiap frame adegan dibuat secara perseorangan. Tampilan frame tersebut dapat dibuat dengan grafis komputer, dengan memotret image yang digambar, atau dengan berulang kali membuat perubahan-perubahan kecil dari sebuah model dan memotret hasilnya. Ketika semua frame tersebut digabungkan dan hasil film ditayangkan dengan kecepatan 16 atau lebih pergantian frame per-detiknya, akan didapat sebuah kesan ilusi gerakan yang berkelanjutan. Proses pengembangan animasi ini membutuhkan intensivitas kerja yang tinggi dan mahal. Program software komputer seperti Flash dan 3D Max telah secara luar biasa mempercepat proses ini.
Sulih suara juga merupakan hal yang sangat mudah dilakukan dalam pembuatan animasi. Aplikasi multimedia yang interaktif -- seperti video atau permainan komputer -- memungkinkan pengguna untuk ikut berpartisipasi sehingga mereka tidak hanya menerima informasi secara pasif. Sebagai contoh, pengguna dapat memainkan sebuah simulasi pertandingan sepakbola multimedia tanpa harus benar-benar pergi ke luar. Simulasi gambar video game tersebut dimainkan dengan menggunakan peralatan pengontrol (headset, kacamata khusus, joystick, dan deteksi sensor) serta dengan pengaturan macam-macam komponen multimedia. Efek gambar realis yang sama juga dipakai dalam permainan Pilgrim`s Progress dan Holy War.
Teknologi Surgawi
Planet kita telah dengan cepat berubah menjadi sebuah jaringan dimana pengaruh-pengaruh saling potong memotong. Teknologi dan transportasi telah hadir untuk menciptakan sebuah pembauran antar berbagai jenis individu dan budaya dari berbagai cakupan yang tak dapat dibayangkan luasnya. Penerapan komunikasi multimedia telah memberi sumbangan luar biasa dalam mengembangkan interaksi ini. Penerbit-penerbit Kristen harus dapat secara efektif memanfaatkan setiap jalur tersebut bagi pelayanan mereka dalam penyebaran Injil, dari media cetak ke audio sampai video dan lain lagi.
Steve, seorang pebisnis yang sedang melakukan perjalanan, suatu kali mengirimkan surel kepada isterinya dari sebuah hotel. Namun ternyata, ia melakukan sedikit kesalahan waktu menuliskan alamat surel isterinya.
Si penerima, seorang wanita bernama Stella, baru saja tiba di rumah setelah menghadiri upacara pemakaman suaminya. Dia membuka pesan masuk di surelnya untuk membaca ucapan belasungkawa dari kawan- kawannya yang berhalangan hadir di upacara pemakaman tersebut. Setelah membaca pesan yang dikirim oleh Steve, dia pun pingsan. Puteranya segera menghampirinya untuk melihat apa yang telah terjadi. Inilah pesan yang terbaca di layar komputernya:
"Sayang, aku telah tiba di sini dengan selamat. Perjalanannya memang agak berat, tapi tempat penginapannya sangat nyaman. Kami mempunyai akses internet dan layanan surel di tiap kamar. Aku sangat merindukanmu, jadi aku telah menjadwalkan supaya kamu juga dapat menyusul ke sini besok. Aku akan menunggumu. Semoga perjalananmu menyenangkan."
Salam sayang, Suamimu.
Sebuah surel dari surga ke bumi? Kedengarannya memang gila. Hal ini mungkin belum pernah didengar, tetapi, penerbit Kristen dapat memanfaatkan perkembangan teknologi mutakhir ini untuk menghadirkan surga ke dalam dunia. Kita dapat mengarahkan jutaan orang kepada Yesus jika kita mampu kreatif dan bertekun dalam doa untuk menggunakan teknologi multimedia. Inilah waktunya penerbit Kristen bangkit untuk bergerak memakai kesempatan luar biasa ini. Inilah waktunya untuk bertindak, bukan untuk malu-malu lagi.
[George Koshy <gmaindia@yahoo.com>, pendiri Penerbit Little Me di Pathanamthitta, Kerala India, memiliki banyak pengalaman dalam jurnalisme dan produksi multimedia. Dia memiliki spesialisasi dalam bidang penulisan dan penerbitan untuk anak-anak.] (t/ary)
Bahan diterjemahkan dan diedit dari sumber: | ||
Judul Majalah | : | InterLit, June, 2005 |
Judul Artikel | : | Multimedia: An Indian Experience |
Penulis | : | George Koshy |
Penerbit | : | Cook Communication Ministries International, Colorado, USA |
Halaman | : | 22 - 23 |
"My Hope" merupakan kombinasi yang strategis dari program-program televisi penginjilan dengan energi yang dimiliki ribuan gereja- gereja lokal. The Billy Graham Evangelistic Association sedang menguji coba proyek ini di Amerika Tengah, dengan harapan bisa menyebarluaskannya ke seluruh dunia, dari satu negara ke negara lain, sesuai dengan berkat dari Allah dan persediaan sumber daya.
Projek "My Hope" bertujuan untuk memenangkan puluhan ribu orang di setiap negara sehingga mereka bisa mengenal Yesus dan secara aktif meneladani Dia dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal tersebut dapat tercapai dengan cara memberitakan Injil ke setiap negara, memfokuskan pada program-program televisi regional, dan melibatkan gereja-gereja nasional dan organisasi-organisasi Kristen dalam hal promosi, distribusi, mobilisasi, dan follow-up dari siaran program- program televisi tersebut.
Projek ini akan dikembangkan ke semua benua dimana setiap benua dibagi menjadi beberapa wilayah (berdasarkan bahasa/geografis/ budaya, dsb.). Projek ini telah dikembangkan di Amerika sejak Juli 2002 dan mulai beranjak menjangkau wilayah-wilayah di Eropa dan ke seluruh penjuru dunia. Diharapkan akan tersedia 3 - 5 transmisi program televisi di setiap negara. Proyek ini akan berputar -- jika program ini telah dipancarkan ke seluruh negara, maka prosesnya akan dimulai lagi ke setiap negara dengan tingkat yang lebih tinggi.
Program-program "My Hope", selain disesuaikan dengan budaya setempat, juga mempunyai muatan Injil yang jelas termasuk alamat kontak untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Tidak ada iklan yang lewat saat program disiarkan. Radio juga akan digunakan sebagai media promosi dan follow-up dari program ini.
Gereja-gereja nasional membentuk jaringan pendukung untuk pelaksanaan proyek ini. Komite Nasional Interdenominasi akan berfokus pada doa, perencanaan, promosi, konseling, mobilisasi pelatihan, dan follow-up. Mobilisasi pelatihan ini disediakan bagi ibukota dan kota-kota lain yang menghendaki di setiap negara.
Program ini didistribusikan melalui jaringan TV nasional, pemancar TV lokal, dan dimanapun tempat melalui jaringan satelit, video, dsb. Program ini akan diudarakan dalam jam tayang utama di jaringan- jaringan televisi nasional.
Sebuah kantor sementara didirikan di setiap negara. Kantor ini ditangani secara terbatas pada saat sebelum, selama, dan sesudah transmisi program melalui organisasi-organisasi dan individu- individu yang menjadi partner gereja.
Seri kedua dari projek "My Hope" internasional mengambil tempat di Panama selama minggu Paskah 2003, dan langkah pertama telah dilaksanakan di Paraguay dan Venezuela. Para pemimpin gereja sangat antusias saat mengetahui bagaimana media ini bisa memberikan dampaknya bagi seluruh kota. Media televisi (sebuah budaya populer) yang mudah diakses oleh banyak orang merupakan sarana untuk memberitakan Injil di wilayah ini.
Anda bisa langsung menjelajahi situsnya untuk mengetahui lebih banyak informasi tentang pelayanan outreach penginjilan dengan menggunakan media televisi ini. Pelayanan ini telah menolong ribuan orang untuk mengenal Kristus. Juga, terus doakan jutaan orang di Paraguay dan Venezuela yang saat ini merindukan kesempatan untuk bisa mengenal dan menerima Kristus serta pengharapan yang Dia berikan.
Sumber: Situs Billy Graham Evangelistic Association
==> http://www.billygraham.org/
==> http://www.billygraham.org/ourMinistries/international/myHope/
Konon, ada sepasang suami istri yang menamai anak perempuan mereka dengan nama Sri Rezeki. Mereka berharap anaknya kelak memiliki banyak rezeki. Namun, saat usianya baru memasuki delapan belas tahun, Sri Rezeki terpaksa menikah karena sudah hamil di luar nikah. Mau tidak mau orang tuanya merestui perkawinan tersebut. Nasib putri mereka bertentangan dengan harapan ketika mereka menamai putrinya. Menantu mereka ternyata seorang yang gagal. Alih-alih berkelimpahan rezeki, sebaliknya ia sepi rezeki.
Berbeda dengan Bayi Betlehem yang lahir dari rahim perempuan bernama Maria. Sekitar tujuh ratus tahun sebelum Yesus lahir, Nabi Yesaya telah menulis bahwa satu di antara sekian nama atau gelar dari Mesias adalah Ajaib, "Penasihat Ajaib" (Yes. 9:5). Dalam dunia Alkitab, nama seseorang sangatlah penting. Dan nama yang terpenting adalah nama yang dihubungkan dengan Juru Selamat. Nama "Yesus" berasal dari kata Yunani, padanannya dalam bahasa Ibrani ialah "Yosua". Keduanya berarti `Tuhan itu keselamatan`.
Banyak sekali nama serta gelar Yesus yang tercantum dalam Kitab Suci. Bagi yang sungguh memercayakan diri kepada-Nya, setiap nama menjadi bernilai. Nama-nama itu mengungkapkan siapa dan apa yang dilakukan Yesus bagi kita. Setiap nama yang dipakai-Nya dan setiap gelar yang disandang-Nya menunjukkan berkat-berkat yang dibagikan-Nya kepada umat yang mengasihi-Nya.
AJAIB KEBERADAAN-NYA
Nama "Elohim" dipakai dalam Kejadian dalam kaitan kapasitas Allah sebagai pencipta alam semesta. Selain mengacu pada Trinitas, "Elohim" juga berkaitan dengan aspek Trinitas. Sehingga dalam dialog Firman dalam kitab Kejadian 1:26, Alkitab memakai kata "Kita" (jamak).
Memang dari sisi waktu yang merupakan ukuran yang dipakai manusia, Allah Putra belum berinkarnasi menjadi manusia saat penciptaan manusia dan alam semesta ini. Namun, Ia sudah ada. Dalam pernyataan-Nya yang berkaitan dengan sejarah Israel, kepada para pemuka agama dan masyarakat Yahudi, Yesus mengatakan keberadaan-Nya, bahwa sebelum Abraham jadi, Dia sudah ada (Yoh. 8:58). Artinya, Dialah Allah yang menciptakan Abraham. Ada keajaiban Yesus di situ. Walaupun pada zaman Abraham jelas Ia belum berinkarnasi, namun dikatakan dalam ayat sebelumnya bahwa Abraham "akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita" (Yoh. 8:56).
Bangsa Yahudi cenderung menolak keberadaan Mesias sebagai Allah, sesuai dengan nubuat para nabi dalam Perjanjian Lama. Sehingga Rasul Yohanes memulai kitabnya dengan mengatakan, bahwa pada mulanya Yesus itu adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah (sesuai dengan Kejadian 2:26 tadi). Ada pula yang berpendapat bahwa Yesus merupakan roh yang diciptakan pertama sekali. Namun, pendapat ini jelas tidak sesuai dengan Kitab Suci yang kita percaya sebagai firman Allah.
Dialah Alfa dan Omega, yang awal dan yang akhir. Jelas Ia tidak diciptakan sebab Dia adalah Allah, Sang Pencipta. Kristus tidak menjadi Allah pada saat kelahiran-Nya di dunia atau pada saat dalam kehidupan-Nya di muka bumi ini. Sejak kekal sampai kekal Yesus adalah Allah.
Sebagai makhluk yang diciptakan dan serba terbatas, pengetahuan kita memang tak dapat menjangkau keberadaan Yesus Kristus -- baik sebelum menjelma menjadi manusia maupun sesudah menjelma. Dari nama-Nya sendiri, "Elohim" itu berada di luar jangkauan pengertian manusia. Kalau Ia mampu dijangkau dengan pengertian manusia yang serba terbatas, hal itu justru menunjukkan bahwa Ia bukan Allah. Tetapi Allah kita yang dikenal dalam dan melalui Yesus Kristus, Bayi Betlehem itu, adalah Allah Yang Ajaib. Warren W. Wiersbe, dalam bukunya "His Name is Wonderful" (telah diterjemahkan dengan judul "Nama-Nya Ajaib") mengatakan, "Menyebutkan nama-Nya sama dengan memberikan jawaban; sebab kita akan terheran-heran jika Ia tidak disebut Ajaib. Segala sesuatu tentang Yesus Kristus menjadikan hati orang yang percaya berkata: `Mulai sekarang saya akan memusatkan perhatian pada pemandangan yang mulia ini!` Ia ajaib dalam pribadi-Nya. Betapa tidak, Allah datang ke dunia sebagai seorang manusia!"
Karena Yesus itu Allah, sifat dan atribut Allah ada di dalam diri-Nya. Walaupun dengan sukarela dan untuk sementara waktu, Ia menyerahkan sifat ketidakterbatasan dan kemahahadiran-Nya. Ia Mahahadir, Mahakuasa, Mahatahu, dan Mahasuci.
AJAIB KELAHIRAN-NYA
Secara teologis istilah "lahir" melihat sisi kemanusiaan Yesus dan "datang" atau "dikaruniakan" melihat peristiwa itu dari sisi keilahian-Nya. Jadi, Yesus memiliki kodrat ganda: Allah sejati dan Manusia sejati. Jika Allah mau, bisa saja Dia datang dengan menjelma sebagai malaikat atau seorang manusia tanpa proses kelahiran. Namun, oleh karena Yesus harus menjadi Juru Selamat manusia, Allah harus menjadi manusia sejati. Itulah yang dijelaskan oleh Rasul Yohanes bahwa Firman itu telah menjadi manusia (Yoh. 1:14).
Mengapa Allah tidak langsung menjadi manusia yang sudah dewasa sama seperti ketika Ia menciptakan Adam dan Hawa? Mengapa Ia harus dilahirkan dengan proses yang sama sebagaimana kita dilahirkan ke dunia? Karena Allah memang rela menjadi manusia sejati dan menghampakan diri-Nya sebagai hamba, sama dengan manusia. Yesus Kristus bahkan merendahkan diri sampai mati di kayu salib dengan dasar ketaatan kepada Allah Bapa (Flp. 2:5-8). Dalam penjelmaan Yesus, Allah sungguh-sungguh rela mengidentifikasikan diri-Nya dengan manusia.
Lagi pula, nilai inkarnasi Yesus akan lebih besar keajaibannya apabila melalui proses dilahirkan sama seperti kita manusia biasa. Sebab bagaimana mungkin di dalam Seorang Oknum ada dua tabiat. Ia Allah yang sejati sekaligus Manusia sejati. Ditinjau dari sisi mana pun mustahil dapat terjadi. Tetapi bagi Allah, tidak ada yang mustahil kalau Ia menghendakinya. Kehamilan Maria juga bukan karena hubungannya dengan calon suaminya, Yusuf, melainkan sepenuhnya kuasa Roh Kudus.
Sesuatu yang terjadi secara alami dan biasa-biasa saja bukanlah suatu keajaiban. Sesuatu akan tampak ajaib apabila mengandung karya mujizat. Ketika malaikat menyampaikan berita kepada Maria, bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang kelak dinamai Yesus, Maria bertanya kepada malaikat itu, "Bagaimana hal itu mungkin terjadi karena aku belum bersuami?" Maria menyadari betul bahwa kehamilan itu karena mujizat, yaitu karena ia belum bersuami. Mujizat itu bukan karena Maria lebih baik daripada wanita lain, melainkan karena kasih karunia Allah saja.
Masih berkaitan dengan kelahiran Mesias. Sekitar lima sampai tujuh abad sebelum Ia dilahirkan, Nabi Mikha telah menubuatkan tempat kelahiran-Nya di Kota Bethlehem, di Efrata, dan telah digenapi dengan tepat ketika Yesus dilahirkan di kota Daud itu (Mi. 5:1; Luk. 2:4-7).
AJAIB PELAYANAN-NYA
Perjanjian Baru tidak menekankan pekerjaan Yesus sebelum ia memulai pelayanan-Nya. Ia baru memulai pelayanan-Nya sebagai Mesias yang menyelamatkan setelah berusia tiga puluh tahun. Puncak pelayanan-Nya adalah di atas Bukit Golgota sebagai korban penghapus dosa bagi isi dunia.
Sebelum memulai pelayanan-Nya, Yesus harus melalui ujian yang berat. Setelah mengakhiri masa puasa-Nya selama empat puluh hari empat puluh malam di padang gurun, Iblis mencobai-Nya. Dalam ujian itu Ia keluar sebagai pemenang mutlak sehingga setelah dihardik, Iblis pun pergi meninggalkan Yesus. Peristiwa lainnya yang harus Ia jalani ialah baptisan air di Sungai Yordan yang dilaksanakan oleh Yohanes Pembaptis, perintis yang telah disiapkan Allah sebelum kelahiran Yesus.
Mungkin kita berkata bahwa ketiga peristiwa itu, yaitu puasa, dicobai Iblis, dan dibaptis tidak ada yang aneh. Bukankah penginjil atau hamba Tuhan yang lain pun pernah melakukan atau mengalami hal- hal seperti itu? Akan tetapi, Yesus menaklukkan Iblis lewat kemenangan yang mutlak. Ia tidak tergiur untuk menuruti keinginan Iblis.
Ketiga segi pencobaan yang diluncurkan Iblis ke arah Yesus mencakup kebutuhan jasmani, kemuliaan, dan takhta. Namun, semua pencobaan itu dapat diatasi oleh Yesus. Sasaran Iblis ialah agar Yesus menghindari jalan salib dan mengambil jalan pintas seperti yang diperintahkan Iblis kepada-Nya (Mat. 4:1-11). Namun, jika diibaratkan dengan pertandingan olahraga, dalam babak semifinal ini pun Yesus tetap keluar sebagai pemenang. Ia tidak mau tunduk kepada Iblis. Dengan modal kemenangan di padang gurun itulah Yesus melawan Iblis pada babak final dan kembali menang melalui peristiwa kayu salib di Bukit Golgota.
Walaupun hanya sekitar tiga tahun melayani dalam pemberitaan Injil Kerajaan Allah di Palestina, Yesus memanfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya. Ia menjelaskan motto hidup-Nya, bahwa melakukan kehendak Allah Bapa merupakan makanan bagi-Nya (Yoh. 4:34). Kalau saja kita memiliki semboyan hidup sama seperti Yesus, kita akan merasa kosong dan hampa kalau tidak melayani. Sama seperti tubuh yang sehat memerlukan makanan, demikian juga melayani Allah dalam ladang-Nya di dunia ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dan dilakukan. Bila kita tidak merasa lapar dan haus akan pelayanan, ada gejala bahwa kita sedang kurang sehat secara rohani. Jangan lupa, melayani Dia dengan cara turut serta membangun Kerajaan Allah di dunia ini merupakan pekerjaan yang dihendaki oleh Allah.
Puncak pelayanan Yesus sebagai pelaku penyelamatan bagi manusia adalah mati di kayu salib. Untuk sementara waktu, para pemimpin politik dan agama pada masa itu mungkin menilai bahwa peristiwa kematian Kristus di kayu salib merupakan kekalahan yang sangat memalukan. Namun, ketika kebangkitan Yesus terwujud sebagai tanda kemenangan yang paling gemilang atas maut, Iblis, dan dosa, mau tak mau sejarah dunia pun mencatat peristiwa salib Golgota itu.
Kalaupun sekarang banyak yang belum mau mengakui karena mengeraskan hatinya, suatu saat apabila Kristus datang sebagai Raja dan Hakim, semua lutut akan bertekuk dan semua lidah akan mengaku bahwa Dia adalah Tuhan (Flp. 2:10-11). Sebab hanya Dialah -- yang dengan taat melakukan kehendak Allah Bapa untuk menyelamatkan manusia -- yang layak untuk menerima pujian dari semua makhluk. Hanya Yesus yang layak menerima penghormatan tertinggi dari Allah Bapa, setelah kemenangan-Nya terbukti melalui kebangkitan-Nya itu.
AJAIB KEMATIAN-NYA
Kematian Yesus Kristus di kayu salib merupakan kematian sebagai Juru Selamat yang dengan rela dan kasih bersedia menanggung hukuman dosa yang seharusnya diterima oleh semua manusia berdosa. Keajaiban kematian Kristus bukan hanya sampai di situ saja. Menurut Kitab Suci, melalui kematian-Nya itulah Ia memusnahkan Iblis yang berkuasa atas maut dan membebaskan manusia dari ketakutan akan maut (Ibr. 2:14-15).
Kalau kematian-Nya saja berkuasa dan mampu mengalahkan Iblis dan maut, apalagi kebangkitan-Nya. Ketika Dia mati di Bukit Golgota, Alkitab mencatat bahwa alam semesta menangis dan berkabung sehingga matahari pun tak sudi menampakkan sinarnya di bumi selama tiga jam. Seorang penyair Kristen dalam syair lagunya melukiskan,
"Waktu Yesus mati di Bukit Golgota: Semua burung berhenti nyanyi dan daun pun tak bergoyang. Bunga-bunga di padang tunduk dengan lesu: Saat Yesus naik ke Golgota ...."
Ia rela mati di kayu salib dan memikul hukuman dosa semua manusia. Pekerjaan tersebut mengandung tanggung jawab yang sangat berat, namun agung dan mulia. Dengan demikian, setiap orang yang mau menerima dan percaya kepada-Nya sebagai Raja Penyelamat akan memperoleh kelepasan dari hukuman dan selanjutnya mempunyai hidup yang kekal. Rasul Yohanes yang sangat dekat dengan Sang Guru dan Juru Selamatnya itu menulis, bahwa Yesus berkuasa memindahkan manusia yang mati secara rohani dari kerajaan maut kepada kerajaan kehidupan, asalkan manusia mau percaya kepada Dia dan kepada Allah Bapa yang mengutus-Nya (Yoh. 5:24).
Kematian dan kebangkitan Kristus tak dapat dipisahkan sebab bila Yesus tidak bangkit dari kematian, sia-sialah iman kita. Nasib manusia sangat ditentukan oleh kematian dan kebangkitan Kristus. Oleh karena itu, apabila sampai saat ini ada di antara kita yang masih ragu akan kuasa kematian dan kebangkitan Yesus sebagai Juru Selamat, mungkin sekaranglah saatnya untuk kita masing-masing mengambil keputusan dengan keyakinan penuh bahwa tanpa pekerjaan-Nya di kayu salib jalan keselamatan tidak pernah ada.
AJAIB KENAIKAN-NYA
Selain Yesus Kristus, ada dua tokoh Kitab Suci yang naik ke surga hidup-hidup, yakni Henokh dan Elia (Kej. 5:24; 2 Raj. 2:11). Namun, ada perbedaan mendasar antara keduanya dengan Yesus. Keduanya diangkat supaya dapat naik ke surga, tetapi Yesus terangkat ke surga (Kis. 1:6-11). Artinya, oleh karena keduanya manusia biasa, mereka diangkat oleh Allah. Sebab keduanya tidak mungkin naik ke surga dengan kuasanya sendiri. Sebaliknya, Yesus naik ke surga dengan kuasa-Nya sendiri karena Ia berasal dari surga dan Dialah Allah.
Secara teologis, pengangkatan Henokh dan Elia ke surga menguatkan keyakinan kita bahwa apabila Kristus datang kedua kali dan kita masih hidup, kita juga -- sebagai orang yang percaya kepada Yesus sebagai Juru Selamat pribadi -- akan diangkat dan diubah menjadi tubuh yang baru, tubuh surgawi untuk tinggal selama-lamanya di surga sama seperti Henokh dan Elia. Dan kalau kita sudah meninggal, pada saat Kristus datang kedua kali nanti kita akan dibangkitkan dengan tubuh yang baru dan hidup di surga untuk selama-lamanya (1 Tes. 4:13-18). Dalam urutannya, mereka yang sudah meninggal itu lebih dahulu dibangkitkan, menyusul kemudian yang masih hidup. Sampai di surga, Ia bukan hanya menerima kehormatan setelah selesai melakukan tugas mulia sebagai Juru Selamat dunia, melainkan Ia tetap melayani umat-Nya sebagai Imam Besar Agung untuk menjadi pengantar umat-Nya dengan Allah Bapa.
SIMPULAN
Yesus Kristus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia sejati melalui rahim Maria yang mengandung dengan kuasa Roh Kudus. Kelahiran-Nya di kota Bethlehem lebih dari dua puluh abad lalu, memang benar-benar ajaib. Sesuai dengan salah satu nama yang diberikan kepada-Nya. Ia ajaib dalam keberadaan-Nya, ajaib dalam kelahiran-Nya, ajaib dalam pelayanan-Nya, ajaib dalam kematian dan kebangkitan-Nya, dan ajaib dalam kenaikan-Nya ke surga.
Bahan diringkas dari sumber:
Judul majalah | : | Sahabat Gembala, November 1999 |
Judul artikel | : | Nama-Nya Ajaib |
Penulis | : | Solaiman Sanda |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung |
Halaman | : | 9 -- 15 |
National Prayer Conference (NPC) yang akan diadakan di Jakarta merupakan suatu terobosan rohani yang terbesar, karya Allah melalui umat-Nya menuju Transformasi Bangsa.
Doa puasa selama 40 hari dari tanggal 2 April - 11 Mei 2003 yang telah dan sedang dilakukan serentak di 400 kota merupakan suatu pergumulan rohani tingkat strategis serta tindakan konkrit umat Tuhan dalam kesatuan untuk menyatakan pertobatan sejati, sehingga Tuhan akan menyatakan kemuliaan-Nya bagi bangsa Indonesia.
Target yang diharapkan:
Para fasilitator kota mengadakan doa bersama setiap hari selama 40 hari yang melibatkan seluruh gereja/umat Tuhan sekota (
Konser Doa bersama dengan berkumpul di suatu tempat pada tanggal 16 Mei 2003, dengan pokok doa yang sama di seluruh Indonesia.
Wilayah yang dapat didoakan:
Target-target yang ingin dicapai:
PEDOMAN KONSER DOA
Bentuk Acara Konser Doa:
Tujuan Konser Doa:
[Poin-poin di atas disusun sebagai pedoman umat Tuhan di rumah, kelompok doa, ataupun ibadah Jemaat untuk melakukan persekutuan/konser doa dan dapat dimodifikasi/disesuaikan dengan situasi dan kondisi di daerah masing-masing. NPC juga menyediakan pokok-pokok doa yang bisa digunakan pada saat mengadakan konser doa di daerah Anda masing-masing (lihat kolom Doa Bagi Indonesia).]
Sumber:
Judul Buku | : | Fokus 40/400 -- Doa Puasa 40 Hari Menuju Transformasi di 400 Kota di Indonesia |
Penerbit | : | National Prayer Conference |
Sekretariat | : | <npc2003(at)cbn.net.id> |
APAKAH NPC ITU?
NPC (National Prayer Conference) atau Konferensi Doa Nasional adalah suatu rangkaian kegerakan doa yang terus-menerus dilakukan selama bertahun-tahun di seluruh Indonesia agar menjadi suatu momentum yang sangat besar dan luar biasa di tahun 2005 yang akan membawa transformasi bagi bangsa Indonesia. NPC merupakan sarana pemicu terwujudnya kesatuan tubuh Kristus dalam doa syafaat, pujian, dan penyembahan di berbagai kota di seluruh Indonesia sebagai ekspresi iman bagi transformasi lndonesia.
"Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! "Siapakah itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!" Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! "Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!" Sela. (Mazmur 24:7-10)
Transformasi adalah turunnya lawatan Allah atau masuknya Raja kemuliaan atas satu kota dan bangsa melalui umat-NYA yang akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik dan nilai-nilai kerajaan Allah nyata atas segala segi kehidupan (sosial, ekonomi, politik, hukum, keamanan, alam, dan lain-lain).
Lima Aspek kegerakan Transformasi sebagai respon gereja atas lawatan Allah, yaitu:
Kegerakan Kebangunan Rohani/Revivalist
Kegerakan Pertumbuhan Gereja/Church Growth
Penjangkauan Kota (City Reaching)
Pemberdayaan Orang-orang Miskin (Development of the Poor)
Perluasan Jangkauan Pelayanan Terhadap Para Professional Birokrat, Politisi, dan Pengusaha (Market Place)
Transformasi kota dan bangsa sangat ditentukan oleh apa yang dilakukan oleh umat Tuhan, karena itu pemimpin jemaat dan seluruh umat Tuhan harus mengangkat kepalanya dan menyingkirkan pintu penghalang yang berabad-abad agar Raja Kemuliaan, yaitu Yesus Kristus datang atas bangsa Indonesia. National Prayer Conference adalah panggilan agar seluruh pemimpin dan umat Tuhan di seluruh Indonesia mengangkat kepala dan menyingkirkan pintu-pintu penghalang. Mari serentak berkumpul untuk berdoa syafaat, memuji, dan menyembah Tuhan secara serentak pada waktu yang sama di berbagai kota di seluruh Indonesia. Dengan demikian, api-api doa dari berbagai kota akan menyatu menjadi kobaran api doa yang sangat besar, yang akan membawa perubahan besar bagi Indonesia.
NPC 2005, merupakan suatu rangkaian kegiatan doa yang terdiri dari:
Doa puasa selama 50 hari (12 Maret - 30 April 2005) di 500 kota di seluruh Indonesia, Gereja Tuhan sehati dan sepakat berdoa dan berpuasa untuk kotanya dari bangsa supaya terjadi transformasi.
Seluruh Gereja Tuhan di 30-50 kota berhimpun di satu tempat di kota masing-masing pada waktu yang sama (17.00 - 20.00) menaikkan doa-doa syafaat, pujian, dan penyembahan untuk kota dan bangsa Indonesia.
Seminar ini diadakan untuk memperlengkapi gereja dalam proses transformasi kota, yang akan dilayani oleh hamba Tuhan International dan National. Diharapkan ada tuntunan Tuhan di berbagai kota untuk terus terlibat secara aktif membangun gerakan doa dan membangun gerakan menuju transformasi setelah Mei 2005.
MENGAPA NPC DIADAKAN?
Karena doa adalah kekuatan yang mampu 'mempersatukan' sekaligus 'mengubahkan'.
Transformasi yang terjadi di berbagai negara yang lain, seperti di Wales, Almolonga, Kolombia, dan Uganda, selalu didahului dengan:
KAPAN NPC DIADAKAN?
NPC yang diadakan di Jakarta:
NPC juga diadakan di 35 kota di Indonesia:
Pembicara Utama dalam Seminar Transformasi Indonesia
Transform World Indonesia
Diadakan pada 1-4 Mei 2005, tempat Pertemuan World Harvest Dome, Lippo Karawaci-Tangerang
Visi
Untuk melihat semua bangsa diselamatkan, dipulihkan, dan ditransformasikan dengan kehidupan yang mencerminkan nilai dan tujuan dan Kerajaan Allah -- sekarang dan di masa yang akan datang supaya kuasa, hadirat, dan damai sejahtera dari Allah dialami oleh semua orang.
Misi
Di tengah dunia yang penuh kegelapan dan pembaharuan serta membutuhkan transformasi ini diperlukan:
Individu-individu yang dipanggil untuk menjadi serupa dengan gambar Kristus dan ditransformasikan oleh Roh Kudus dalam diri mereka masing-masing.
Gereja-gereja yang tertantang untuk diperbaharui dan direformasikan supaya memenuhi tujuan Allah yang sepenuhnya.
Kota-kota dan bangsa-bangsa yang ditransformasi untuk menggenapi tujuan-tujuan-Nya bagi bangsa-bangsa di zaman ini.
PEDOMAN KONSER DOA
Bentuk Acara:
Tujuan:
Sumber:
Judul Buklet | : | NPC News (National Prayer Conference) |
Penerbit | : | National Prayer Conference Indonesia 2005 |
Sekretariat | : | npc_2005@yahoo.com |
Oleh: Pdt. Bob Jokiman
Jikalau kita membaca Kitab-Kitab Injil maka kita akan menemukan bahwa orang Samaria, yang dihina oleh bangsa Yahudi, mempunyai tempat tersendiri dalam hati dan pelayanan Tuhan Yesus. Bagi mereka yang senang dengan Penginjilan Pribadi maka penginjilan yang dilakukan Yesus kepada wanita Samaria di tepi sumur dapat menjadi model P.I. Pribadi (
Dalam rangka Hari Thanksgiving ini, saya mengajak Anda semua untuk belajar dari orang Samaria yang tahu mengucap syukur seperti yang dikisahkan dalam Injil
"Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam- imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."
Kita tidak tahu bilamana mereka menyadari atau mengetahui bahwa mereka telah sembuh atau tahir. Hal itu bisa terjadi tidak lama setelah mereka meninggalkan Yesus. Melihat satu dengan yang lain mungkin ada diantara mereka yang berkata: "Hei apa yang terjadi dengan engkau. Kustamu nampaknya sudah sembuh. Wajahmu sudah bersih. Lihat tanganmu sudah licin dan lembut." Kemudian setiap mereka memeriksa diri masing-masing. Betapa mereka kaget, heran dan terpesonanya mereka, semuanya sembuh, kustanya telah lenyap, kutukan telah terangkat! Suatu peristiwa ajaib yang harus dirayakan! Lalu mereka cepat-cepat berlari untuk menunjukkan kesembuhan mereka kepada imam di desa terdekat. Mereka sudah tidak sabar untuk kembali dan bertemu dengan sanak-keluarga masing-masing, dengan isteri atau anak-anak yang sudah sekian lama ditinggal karena mereka dikucilkan dari masyarakat menurut hukum Yahudi (
MENGAPA DIRI TIDAK LAYAK MENERIMA KESEMBUHAN
Mungkin sekali ketika ia tahu bahwa kustanya telah sembuh ia bertanya dalam hatinya: "Ke mana aku harus pergi sekarang?". Bukankah Tuhan menyuruh mereka untuk memperlihatkan diri mereka kepada imam-imam, sesuai dengan Hukum Taurat "Inilah yang harus menjadi hukum tentang orang yang sakit kusta pada hari pentahirannya: ia harus dibawa kepada imam, dan imam harus pergi ke luar perkemahan; kalau menurut pemeriksaan imam penyakit kusta itu telah sembuh dari padanya" (
Nama Samaria diberikan kepada penduduk campuran yang dibawa oleh Raja Asyur atau Assyria, Esarhaddon (
Dengan latar belakang itulah orang Samaria tersebut menganggap dirinya tidak layak menerima penyembuhan tersebut seperti Rasul Paulus yang menyatakan bahwa ia tidak layak menerima pengampunan Tuhan: "Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: 'Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.'" (
DOA PERMOHONANNYA DIKABULKAN TUHAN
Sangat menarik sekali jika kita perhatikan bahwa ketika mereka tahu Yesus sedang lewat mereka berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Dan sekarang setelah orang Samaria disembuhkan ia juga memuliakan Allah dengan suara nyaring. Sekalipun orang Yahudi dan orang Samaria bermusuhan, namun dalam keterkucilan karena kusta mereka bisa bersatu. Hal ini menunjukkan bahwa penderitaan menyebabkan manusia yang bermusuhan bisa bersatu. Penyakit kusta adalah simbol daripada dosa dan dibawah dosa kita semua menjadi satu "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah," (
Leluhur bangsa Amerika mengadakan Thanksgiving pertama pada tahun 1621 setelah mereka menuai hasil panen yang pertama. Jadi mereka menghitung berkat Tuhan selama setahun yang sedang berjalan, lalu memanjatkan doa ucapan syukur. Dalam tahun ini ada berapa banyak doa permohonan kita yang didengar dan telah dikabulkan Tuhan? Marilah kita memghitung berkat-Nya seperti syair yang ditulis oleh Johnson Oatman Jr.: "Berkat Tuhan, mari hitunglah, kau 'kan kagum oleh kasih-Nya. Berkat Tuhan mari hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasih-Nya" (Nyanyian Kidung Jemaat No. 439)
Kita terlalu sering dirasuk dengan banyak doa permohonan yang tak habis-habisnya sehingga kita tidak punya waktu untuk menghitung berkat-Nya sepanjang tahun ini. Marilah di bulan Thanksgiving ini kita mau berhenti sejenak, menghitung doa-doa permohonan kita yang sudah dikabulkan Tuhan setahun ini:
Doa permohonan untuk kesehatan dan pekerjaan keluarga kita, anak- isteri dan suami.
Doa permohonan untuk kelancaran dan kebutuhan kuliah/sekolah.
Doa permohonan untuk keamanan dan perlindungan bagi keluarga.
Doa permohonan untuk persekutuan, pelayanan, pertumbuhan dan kecukupan gereja.
Doa permohonan untuk kehidupan dan kesembuhan anggota keluarga serta saudara/i seiman yang sakit.
Doa permohonan untuk keselamatan dan perlindungan dalam perjalanan baik di darat, di laut, maupun di udara.
Serta banyak lagi doa permohonan yang dapat Anda tambahkan sendiri.
Sangat jelas dalam peristiwa itu Tuhan menghendaki agar kita dapat menjadi anak-anak-Nya yang tahu mengucap syukur sebagai orang percaya serta yang telah diselamatkan dan diberkati-Nya. Jelas juga Tuhan kecewa dengan kesembilan orang kusta Yahudi itu yang tidak kembali untuk bersyukur pada-Nya. Itulah sebabnya Ia bertanya: "Di manakah yang sembilan orang itu?" Kita yang telah menerima kasih, karunia, keselamatan, dan semua berkat rohani dari Allah tidak boleh lupa untuk mengucap syukur kepada-Nya. Apa yang telah dilakukan-Nya bagi kita dan keluarga serta gereja, khususnya di tahun ini seharusnya mendorong kita untuk datang kepada-Nya dengan hati yang penuh syukur. Kiranya Tuhan menolong kita meneladani orang Samaria yang tahu mengucap syukur itu.
Sumber: Newsletter GKI Monrovia, Edisi November 2002
==> http://www.gki.org/article/
Dalam Alkitab, panggilan untuk terlibat dalam pelayanan misi kota bermula dari Nabi Yunus dan perintah Tuhan untuk pergi ke Niniwe dan mengabarkan Firman Tuhan di sana (Yunus 1:2; 3:2). Paulus dan rasul-rasul lain dalam Perjanjian Baru menyerap pelayanan misi ini dan menerapkannya untuk pelayanan di kota-kota pada zaman mereka. Pada pokok bahasan berikut ini kita akan merefleksi kehidupan Yunus yang memulai pelayanan kerasulan bagi masyarakat kota.
Alkitab menyebutkan bahwa Niniwe adalah sebuah "kota megah" (Yunus 1:2). Berkat Tuhan dicurahkan secara melimpah di Niniwe. Kota ini tidak hanya merupakan kota metropolitan besar -- ibukota dari kekaisaran yang kuat, namun kota ini juga terkenal karena keindahannya. Banyak orang menganggap Niniwe sebagai kota terindah yang pernah dibangun di bumi ini. Secara militer, Niniwe tampaknya tak terkalahkan. Menurut kabar, setidaknya pada zaman dahulu, kota ini membangun benteng pertahanan di luar kota yang membentang sepanjang 60 mil dan di dalam kota dibangun tembok-tembok setinggi 100 kaki. Kereta kuda berjajar tiga dapat melintas di atas benteng yang dibangun. Untuk membangun istana raja di Niniwe dibutuhkan 10.000 budak selama 12 tahun. Taman-taman kota dan bangunan-bangunan umum lainnya sangat tersohor di dunia. Niniwe telah berdiri selama 1500 tahun, yang membuat kebanyakan kota besar lainnya tampak seperti baru berkembang. Niniwe benar-benar adalah "kota megah".
Niniwe yang disebutkan dalam Alkitab juga mewakili atau menjadi simbol kota pada zaman kuno dan modern. Niniwe adalah kota berbudaya sekaligus kota yang penuh ketidakadilan, penindasan, dan kekerasan. Kejahatan kota inilah yang dikatakan Allah sebagai masalah utamanya dan menjadi alasan mengapa pelayanan misi Yunus sangat diperlukan (Yunus 1:2).
Di samping keindahan dan kekuatannya, Niniwe juga merupakan kota yang akan dihakimi. Kota ini menyembah berhala dan seluruh kehidupan ekonomi dan politiknya didasarkan pada eksploitasi negara-negara yang lemah, penaklukan secara militer, dan perbudakan. Nabi Nahum dengan jelas menggambarkan Niniwe sebagai pengkhianat bangsa-bangsa dan sebuah kota persundalan (Nahum 3:4). Segala jenis sifat buruk dan sihir banyak dilakukan dan bahkan pengembangan artistiknya telah dikotori oleh percabulan dan penyembahan berhala. Dengan tegas Nahum menyebut Niniwe sebagai "kota penumpah darah" (Nahum 3:1) karena kekejamannya dan perampasan yang dilakukannya menyebabkan kota itu mendapat julukan tersebut.
Allah sangat mengenal seperti apa kota itu; kejahatannya telah membangkitkan murka-Nya. Dosa kota itu bersifat individual, karena dilakukan secara individual oleh ribuan penduduk Niniwe. Tapi dosa mereka juga bersifat kolektif karena merupakan jumlah total dari kehidupan Niniwe, baik budaya maupun keberhasilan-keberhasilannya menunjukkan kejahatan-kejahatan yang dilakukannya. Roh Kain dan Lamekh jelas sekali di sana. Ini merupakan sebuah konspirasi dari suatu kemurtadan. Kehidupan orang-orang Niniwe benar-benar telah rusak, dan harapan satu-satunya bagi kota itu ialah jika terjadi pertobatan nasional seluas dan sedalam dosa yang telah mencemarinya.
Makna Kitab Yunus bagi pelayanan misi kota dapat dipelajari dari berbagai segi. Para ahli strategi misi melihat pola yang lazim di dalamnya, yaitu Allah mengutus pembawa pesan-Nya, untuk pergi ke kota itu dan memberitakan Firman Allah, dan diharapkan hasilnya ialah penduduk kota bertobat dan berbalik kepada Allah. Dari pandangan strategi misi, Yunus merupakan model utusan misi sepanjang masa.
Ahli teologi tergugah oleh fakta bahwa inisiatif misi ternyata justru diambil oleh Allah. Kisah ini memang tentang Yunus, namun tokoh utama sebenarnya bukanlah manusia, melainkan Allah sendiri. Allah memanggil nabi itu dan mendesaknya hingga ia mau taat. Belas kasihan Allah terhadap kota yang jahat inilah yang mendorong seluruh usaha penginjilan di sana, meskipun Yunus sendiri enggan dan suasana hatinya buruk. Ini benar-benar misi Allah dan sama sekali bukan misi Yunus. Allah menginginkan Niniwe diselamatkan, dan oleh anugerah-Nya Ia memaksa nabi itu bertindak dan membawa kota itu pada pertobatan. (Untuk penjelasan yang lebih rinci mengenai misi Yunus ke kota Niniwe, bacalah buku Roger S. Greenway, "Apostles to the City: Biblical Strategies for Urban Missions" (Grand Rapids: Baker, I978), hal. 15-28.)
Hal yang menonjol, misi Yunus merupakan sebuah tanda panggilan Allah kepada umat-Nya untuk memberitakan pesan pertobatan dan keselamatan kepada kota-kota, termasuk kota-kota yang kejahatannya sedemikian mengerikan yang terancam dengan pembinasaan kekal. Meskipun Niniwe memiliki banyak kekurangan, ia begitu penting di mata Allah, dan Allah menghendaki pesan-Nya diberitakan di seluruh jalanan kota Niniwe. Tugas Yunus, untuk selanjutnya merupakan tugas bagi umat Allah secara keseluruhan, yaitu untuk pergi menjadi utusan bagi Allah melawan benteng kekuasaan dan kejahatan serta bergabung dengan Allah dalam pergumulan antara menjatuhkan penghakiman dan menunjukkan kasih karunia bagi kota ini.
Kisah Yunus dan apa yang terjadi di kota Niniwe sudah sepantasnya menjadi bahan analisa dan refleksi terus-menerus. Seperti halnya pelayanan kota mulai di kota Niniwe beberapa abad yang lalu, saat ini pun pelayanan seperti itu seharusnya dimulai lagi. Allah masih berbicara melalui Yunus tentang sifat dasar pelayanan kota, belas kasihan Allah terhadap penduduk kota, dan keinginan-Nya agar mereka mendengarkan firman-Nya. Kisah Yunus juga mengingatkan kita tentang roh pemberontakan utusan Allah yang menolak untuk mengakui kota-kota sebagai tempat yang strategis untuk pelayanan misi.
Bayangkan bagaimana ceritanya akan berubah jika Yunus tetap melayani di kota Niniwe, mengajarkan hukum-hukum Allah, menegakkan keadilan, dan melayani sebagai terang bagi negara penyembah berhala itu, sebagaimana halnya panggilan yang harus dilakukan bangsa Israel dalam Yesaya 42:1-9. Yunus mungkin akan mengirim pesan kepada teman- temannya para nabi di Israel, memberitahukan kepada mereka bahwa ada pertobatan besar yang terjadi di kota Niniwe, dan mendorong mereka untuk bergabung bersama-sama dengannya untuk melanjutkan pelayanan yang telah dimulainya. Mungkin hal ini akan menjadi hari yang baru bagi bangsa Israel -- titik balik yang penting tentang pemahaman mereka akan Allah dan khususnya tentang perhatiannya bagi dunia, bahkan bagi kota sejahat Niniwe. Israel mungkin akan melihat pemikiran mereka sebagai bangsa pilihan dari sudut pandang yang baru, yaitu mereka adalah bangsa yang dipilih menjadi menjadi utusan Allah bagi dunia.
Tetapi Yunus menolak untuk melakukan pelayanan di kota Niniwe. Kegagalan secara keseluruhan dari misi itu tercuat dari Yunus dan penolakan bangsa Israel karena kekerasan hatinya untuk memahami, baik perhatian Allah bagi semua bangsa maupun tanggung jawab orang Yerusalem untuk menjadi terang bagi "Niniwe" dunia ini. Roh Kudus memberi inspirasi untuk menulis kitab pendek ini dan memasukkannya dalam Kitab Suci dengan tujuan untuk menunjukkan kesalahpahaman teologis bangsa Israel. Kitab Yunus bermanfaat, bagi bangsa Israel kuno demikian juga bagi gereja Kristen saat ini, untuk menjadi buku yang memberikan pengajaran, teguran, dan untuk mengingatkan tentang pentingnya pelayanan misi.
Seperti kita ketahui, Yunus meninggalkan kota, dan pertobatan Niniwe berlangsung sebentar. Akhirnya kota Niniwe dihancurkan. Namun Yesus tetap menyatakan kesungguhan pertobatan orang Niniwe: "Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!" (Lukas 11:32) Sejak kedatangan Yesus, isu tentang kota-kota dan penduduknya terus menjadi perhatian akan apa yang dilakukan Kristus dan Injil-Nya.
Pertobatan Niniwe, walaupun hanya sekejap, menunjukkan apa yang dapat terjadi di kota dan lingkungan sekitarnya kalau Firman Allah diberitakan dan Roh-Nya melawat kota itu. Yang menyedihkan adalah kisah Niniwe hanya diingat dalam kisah sejarah keagamaan sebagai kegagalan dari suatu kesempatan yang diberikan, tapi tidak diingat sebagai dimulainya suatu gerakan besar dari kerajaan Allah.
Isu tentang Niniwe masih menjadi tantangan besar yang harus dihadapi umat Allah. Dalam era urbanisasi yang terjadi di seluruh dunia saat ini, apakah umat Allah mau menangkap peluang untuk memberitakan Injil ke Niniwe modern, atau justru mereka berpaling seperti yang dilakukan Yunus -- lebih memilih pelayanan di tempat-tempat yang tidak terlalu mengancam? Dan jika mereka menjangkau kota-kota, seberapa luas berita keselamatan itu disampaikan? Apakah berita itu bisa menyentuh sampai kepada kejahatan-kejahatan kota yang tersembunyi di berbagai tempat? Apakah berita itu bisa mengundang pertobatan dari pusat-pusat pertokoan, pusat-pusat jalan, dan juga ke pusat pemerintahan kota?
Pasal-pasal penutup Kitab Yunus menyiratkan kesedihan karena membuka topeng dari kegagalan seorang nabi. Namun, pasal-pasal itu sangat luar biasa bila dilihat dari sisi teologi dan struktur kerja bagi pelayanan misi kota. Dengan kata-kata yang penuh perasaan, Allah menyatakan diri-Nya sebagai ahli demografi yang menghitung populasi kota dan memperhatikan penduduk kota termasuk binatang-binatang yang ada. Penyembahan berhala, kekejaman, dan keserakahan penduduk Niniwe tidak luput dari perhatian Allah.
Seluruh rincian pelayanan kota tersirat dalam pewahyuan dalam Kitab Yunus ini. Allah telah menjadi inisiator dan direktur dari perusahaan misionari. Dia menumbuhkan tanaman-tanaman hijau dan menentukan urutan penciptaan bagi kesejahteraan manusia. Namun perhatian utama-Nya lebih dikhususkan kepada manusia. Demi keselamatan mereka, Allah mengutus para nabi-Nya dan juga Putra-Nya, untuk menjangkau kota.
Bahan diterjemahkan dan diedit dari sumber:
Judul Buku | : | CITIES -- Mission`s New Frontier |
Judul Artikel | : | The Call to Urban Mission |
Penulis | : | Roger S. Greenway and Timothy M. Monsma |
Penerbit | : | Baker Book House, Grand Rapid Michigan, 1989 |
Halaman | : | 9 - 12 |
Saya memilih perguruan tinggi sebagai tempat saya melanjutkan pendidikan, sebagian karena seorang gadis yang telah memuridkan saya pada waktu saya masih duduk di bangku SMA. Dia seorang konselor perkemahan kampus musim panas ketika saya bertemu dengan dia, dan saya sendiri seorang konselor junior yang sedang mengikuti pelatihan. Saya tidak ingat persis semua yang diajarkannya kepada saya, tetapi kasihnya kepada Tuhan Yesus dan kepada saya sangat nyata. Tawa dan senyumnya membuat orang lain pun ikut tertawa dan tersenyum. Dia adalah seorang yang sangat menyenangkan.
Selang beberapa waktu setelah perkemahan itu berakhir, dia datang mengunjungi saya dan kami melewatkan waktu bersama. Kami tertawa bersama, menangis bersama, berdoa bersama, dan dia memberi contoh kepada saya tentang pemuridan menurut saya. Dia sama sekali tidak menonjol atau brilian. Bahkan, dia tidak memiliki prestasi yang patut dibanggakan. Namun, saya ingin mengasihi Tuhan Yesus seperti yang dia lakukan, mengasihi lebih daripada segala sesuatu yang lain dalam hidup saya. Dan, saya pun ingin membagikan kasih itu kepada orang lain yang belum mengenal Yesus dengan cara positif, sama seperti yang dilakukannya. Kasihnya kepada Tuhan Yesus dan kepada orang lain sangat terasa dan nyata. Itulah yang dinamakan memuridkan: begitu mengasihi Kristus sehingga kasih itu juga mengalir kepada orang lain.
TELADAN YESUS DALAM MEMURIDKAN
Yesus berkata, "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat. 28:19-20).
Itulah yang dinamakan pemuridan. Yesus memfokuskan banyak pelayanan-Nya di depan umum, di hadapan para murid-Nya, sekaligus mengajar mereka untuk mengamati semua yang telah diajarkan-Nya, untuk taat dan menjadi seperti Dia. Memuridkan berarti menolong orang lain menerima seluruh nasihat Allah. Yesus ingin membawa kabar tentang kasih-Nya yang besar terhadap kita kepada setiap orang di bumi ini. Dia menggunakan waktu-Nya untuk menolong murid-murid-Nya bertumbuh sehingga mereka dapat melaksanakan pekerjaan ini setelah Dia kembali ke surga. Tujuan Tuhan Yesus memuridkan adalah untuk menumbuhkan dalam diri orang lain suatu iman kepada-Nya. Pelayanan Yesus, dan tugas yang Dia amanatkan kepada jemaat-Nya untuk dilakukan, dapat dikemukakan melalui sebuah lingkaran dan empat kata: identifikasi (menyamakan diri), presentasi (memperkenalkan), pemeliharaan (menolong bertumbuh), dan reproduksi (melipatgandakan). Yesus menyamakan diri-Nya dengan orang lain untuk menetapkan dasar yang umum bagi sebuah persahabatan. Lalu, Dia memperkenalkan Injil dan menolong orang itu bertumbuh untuk tujuan reproduksi (melipatgandakan). Bilamana lingkaran ini telah lengkap, lingkaran ini dapat diulang dari awal lagi.
Di antara hal-hal yang paling saya kenang ketika saya masih kecil adalah sebuah foto ibu saya dan saudara perempuannya yang berduet menyanyi. Musik Injil merupakan bagian khusus dari masa pertumbuhan saya. Salah satu nyanyian pujian kesayangan saya adalah lagu yang berdasarkan kata-kata Tuhan Yesus yang sudah kita kenal dalam Yohanes 20:21, "Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Kata-kata itu akan selalu menggema di dalam hati saya. Itulah memuridkan.
IDENTIFIKASI (MENYAMAKAN DIRI)
Yesus menggunakan banyak waktu-Nya dengan murid-murid-Nya, menyamakan diri dengan mereka, dan menetapkan suatu dasar persahabatan yang umum. Dia makan bersama mereka, berjalan bersama mereka, menangkap ikan bersama mereka, menangis bersama mereka, dan berdoa bersama mereka. Kalaupun setelah Yesus kembali ke surga mereka tidak ingat semua yang telah diajarkan-Nya kepada mereka, kita yakin paling tidak mereka ingat akan kasih-Nya kepada mereka.
Sungguh menarik bagi saya bahwa Yesus hidup di bumi ini selama tiga puluh tahun sebelum Dia memulai pelayanan-Nya di depan umum. Kita dapat membayangkan bahwa pada waktu itu Yesus telah meletakkan dasar tertentu dengan hati-hati untuk membina hubungan. Yesus menyamakan diri dengan orang-orang. Karena itu, Dia memerintahkan kita untuk mengikuti jejak-Nya. Mengapa saya memuridkan? Karena Yesus adalah teladan saya dan Dia juga memuridkan. Mengapa penting bagi saya untuk membina hubungan dengan orang lain? Karena Yesus pun melakukannya.
PRESENTASI (MEMPERKENALKAN)
Yesus memperkenalkan Injil kepada murid-murid-Nya sementara mereka melewatkan waktu bersama-sama dari hari ke hari. Dia sering menggunakan peristiwa-peristiwa sehari-hari, saat-saat yang spontan, untuk membagikan kebenaran-kebenaran rohani dengan para pengikut-Nya. Ajaran-ajaran-Nya sering datang langsung dari pelayanan-Nya sehari-hari. Dia memperkenalkan Injil, meleburkan Injil itu menjadi pengalaman-pengalaman hidup-Nya setiap hari. Dia sangat ahli menggunakan saat-saat yang spontan. Mengapa kita memperkenalkan Injil dengan menggunakan contoh-contoh dari lingkungan hidup sehari- hari? Karena Yesus melakukannya.
PEMELIHARAAN (MENOLONG BERTUMBUH)
Yesus juga menolong murid-murid-Nya bertumbuh dari hari ke hari. Perumpamaan-perumpamaan dan ajaran-ajaran-Nya, seperti khotbah di bukit, juga menggunakan ilustrasi-ilustrasi yang sederhana dari penciptaan yang ditemui murid-murid-Nya sementara mereka berjalan sepanjang hari. Dalam menyampaikan perumpamaan-perumpamaan-Nya, Yesus menggunakan contoh dari kehidupan sehari-hari, seperti domba, benih, tanah, duri, burung, serigala, biji sesawi, ranting, mutiara, api, ikan, pohon ara, mata uang, pelita, roti, dan batu. Yesus benar-benar menolong murid-murid-Nya bertumbuh. Dia membuat hal menolong untuk bertumbuh serta membina rohani mereka itu menjadi bagian dari kehidupan mereka setiap hari. Dia mengisi ajaran-ajaran-Nya tentang kebenaran rohani dengan berbagai ilustrasi sehari-hari yang umum. Keberadaan-Nya yang sangat hakiki meresap melalui kata-kata, sikap, dan tindakan-Nya.
Saya juga ingin identitas saya di dalam Kristus memenuhi sisa hidup saya. Pemeliharaan-Nya merupakan teladan yang menakjubkan bagi kita untuk diteruskan kepada anak-anak kita.
REPRODUKSI (MELIPATGANDAKAN)
Yesus mempersiapkan murid-murid-Nya dan kemudian mengutus mereka untuk membuat lebih banyak murid, untuk melipatgandakan, untuk memberitakan Kabar Baik tentang Allah. Dia mengutus murid-murid-Nya yang berjumlah dua belas orang itu dan kemudian tujuh puluh orang pada suatu waktu; dan mereka kembali, kata Alkitab, dengan gembira. Mengapa Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk pergi dan membagikan Kabar Baik-Nya? Yesus telah mati untuk semua orang, untuk semua orang yang pernah hidup di dunia ini, bukan hanya untuk murid-murid-Nya. Namun, kematian-Nya untuk orang-orang lain itu tidak akan efektif jika murid-murid-Nya tidak menceritakannya. Kabar Baik itu membuat orang-orang lain bahagia. Kabar Baik Tuhan Yesus adalah untuk hidup yang kekal. Mengapa memuridkan? Karena hal itu ditujukan untuk kebaikan orang lain.
Yesus juga tahu bahwa membuat murid-murid baru akan memperkuat iman para pengikut-Nya. Penting sekali untuk kita mengetahui bahwa Alkitab mengatakan, dalam Lukas 10:17, mereka kembali dengan gembira. Kemudian dalam Kisah Para Rasul kita melihat murid-murid dengan mantap serta penuh keyakinan telah bersaksi tentang kematian dan kebangkitan Yesus dan sekarang mereka membagikan kabar tentang Yesus yang memberi hidup kekal itu dengan penuh kuasa. Ketika Yesus mulai membina hubungan dengan mereka pada awal pelayanan-Nya, murid-murid masih lemah dan goyah. Kurangnya iman mereka pasti kadang-kadang membuat Tuhan Yesus merasa kecil hati sementara Dia memperkenalkan Injil-Nya kepada mereka dan menolong mereka bertumbuh. Akan tetapi, ketika mereka mengalami kuasa kebangkitan Yesus Kristus, iman mereka menjadi teguh dan sangat kuat. Mengapa memuridkan? Karena membagikan iman kepada orang lain, dapat memperkuat iman kita sendiri.
Mengapa Yesus memuridkan orang-orang? Karena pelayanan-Nya adalah pelayanan yang melipatgandakan. Karena Dia menggunakan waktu-Nya bersama kedua belas orang yang nantinya dapat diutus keluar dan mengajar orang-orang lain apa yang diajarkan Yesus kepada mereka. Bahkan sebagai orang tua kita juga perlu memuridkan anak-anak kita. Karena pelayanan kita juga akan mulai dilipatgandakan.
Bahan diambil dari sumber: | ||
Judul majalah | : | Sahabat Gembala, Mei 1996 |
Judul artikel | : | Panutan Melalui Disiplin: Belajar Pemuridan dari Tuhan Yesus |
Penulis | : | Jorie Kincaid |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1993 |
Halaman | : | 58 -- 62 |
"Pelayanan Mahasiswa" adalah salah satu dari beberapa pelayanan khusus yang dibahas oleh Patrick Johnstone dan Jason Mandryk dalam bukunya yang berjudul "Operation World".
"Tiga hal yang menjadikan mahasiswa sedunia sebagai salah satu ladang pelayanan misi yang paling strategis:
Ada lebih dari 50 juta mahasiswa di dunia yang tersebar di 46.000 universitas dan perguruan tinggi. Sebagian besar dari mereka dipastikan akan menempati posisi-posisi kepemimpinan pada 20 tahun mendatang.
Prosentase mahasiswa Injili di beberapa negara -- seperti Amerika Latin, Cina dan beberapa negara di Eropa -- umumnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan jumlah populasi umum. Budaya mahasiswa tetap jarang terpengaruh oleh kekristenan yang Alkitabiah.
Dunia mahasiswa telah berubah secara radikal selama sepuluh tahun terakhir ini. Institusi-institusi tidak lagi menjadi inkubator bagi tindakan-tindakan radikal, tapi sebaliknya menjadi tempat meningkatnya kepentingan pribadi yang bersifat hedonisme, atau seringkali di negara-negara miskin menjadi ajang untuk mempertahankan hidup belaka. Pelayanan Kristen harus memberi perhatian pada kebutuhan-kebutuhan yang ditimbulkan oleh pergeseran budaya ini.
Berikut ini adalah ajakan berdoa untuk mendukung pelayanan mahasiswa yang disampaikan melalui buku "Operation World".
Pokok-pokok Doa:
Banyak organisasi Kristen bermunculan untuk menjangkau para mahasiswa. Sejumlah organisasi kunci akan disebutkan di bawah ini, [tetapi beberapa diantaranya sekarang telah berkembang menjadi pelayanan-pelayanan yang tidak terbatas menjangkau mahasiswa saja].
'International Fellowship of Evangelism Students' (IFES) telah menjadi persekutuan besar bagi gerakan-gerakan nasional swatantra di universitas-universitas, dengan beragam orang-orang pribumi yang terlibat. Penekanan pelayanan IFES adalah penginjilan, kelompok-kelompok pemahaman Alkitab, pelayanan literatur dan pelayanan misi. Bidang-bidang penting berikut ini membutuhkan banyak dukungan doa:
Perluasan kesaksian injili ke berbagai universitas yang belum memiliki.
Kepemimpinan yang tepat di tengah-tengah terjadinya perubahan populasi yang sangat cepat dalam dunia mahasiswa.
Mahasiswa Kristen dan pertumbuhan iman mereka di dalam Kristus dan kiranya ada banyak di antara mereka yang terpanggil untuk secara fulltime melayani Tuhan.
'The Navigators', yang memberikan penekanan khusus pada pelayanan pemuridan secara pribadi, berhasil memberikan dampak yang besar bagi banyak mahasiswa. Ada sekitar 3800 staf The Navigator yang melayani di 105 negara, dimana 43 di antaranya telah memiliki pelayanan kampus yang aktif dan 13 negara lainnya memiliki pelayanan kepada kaum remaja atau siswa sekolah menengah. Sekitar sepertiga staf lapangan mereka terlibat dalam pelayanan sejenis. Di Amerika, the Navigators mempunyai 425 staf dalam lingkup perguruan tinggi dan dipusatkan di 70 kampus.
Organisasi-organisasi yang khusus melayani para mahasiswa internasional, seperti IFES, ISI (USA) dan ISCS (UK) telah mengembangkan pelayanan outreach yang efektif kepada hampir satu juta mahasiswa internasional di negara-negara yang berbahasa Inggris. Di negara-negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris masih kurang pelayanan -- terutama di universitas-universitas Francophone (yang mengunakan bahasa Perancis sebagai bahasa pengantar). Cukup banyak mahasiswa mancanegara yang dimenangkan bagi Kristus saat mereka berada di negara Barat dan hal ini dapat menjadi faktor yang menentukan bagi penyebaran Injil ketika mereka kembali ke negara mereka masing-masing. Banyak di antara mahasiswa itu berasal dari negara-negara yang tertutup bagi Injil, namun sayang sekali mayoritas dari mereka menolak karena mendapat sambutan yang kurang hangat dan kurang perhatian dari orang-orang Kristen sehingga mereka mengalami kekecewaan ketika kembali ke negara asal mereka.
Organisasi-organisasi yang menempatkan orang-orang Kristen untuk bekerja sebagai dosen-dosen di universitas-universitas sekuler di luar Amerika Utara. Melalui kesempatan-kesempatan akademis ini mereka dapat mengajar disiplin ilmu mereka dari perspektif Kristen sehingga memberikan pengaruh kepada mahasiswa. Doakan agar pelayanan ini, seperti pelayanan 'International Institue for Christian Studies', dapat menempatkan orang-orang Kristen di posisi dimana mereka dapat men-sharing-kan Kebenaran dengan banyak mahasiswa.
'Campus Crusade' telah mulai dan masih terus melayani sebagai sebuah pelayanan kampus, namun pelayanan mereka telah berkembang arah menjadi pelayanan multi-dimensional bagi penginjilan dunia. Lebih dari 22.000 pekerja melayani di 186 negara. Doakan untuk pelayanan penginjilan, pemuridan dan mobilisasi yang mereka lakukan di antara para mahasiswa.
Konferensi misi mahasiswa telah diselenggarakan selama banyak tahun untuk memberikan inspirasi bagi para mahasiswa yang memiliki visi bagi dunia. Beberapa konferensi yang penting adalah konferensi tiga tahunan Urbana IVF (IFES) di Amerika dan konferensi-konferensi tiga tahunan TEMA bagi para pemuda Eropa di Belanda. Konferensi-konferensi penting lainnya berkembang semakin banyak dan canggih di Nigeria, Korea, dan Amerika Latin. Berdoalah agar konferensi ini menjadi sumber bagi mereka yang berkomitmen untuk melayani penginjilan dunia."
Diterjemahkan dari:
Judul buku | : | Operation World |
Judul artikel | : | Student Ministries |
Penulis | : | Patrick Johnstone dan Jason Mandryk |
Penerbit | : | Paternoster Lifestyle, UK; dan WEC International, 2001 |
Halaman | : | 706 - 707 |
Situs Web | : | http://www.operationworld.org/ |
Perkembangan cepat dari beragam kapal yang digunakan untuk melakukan pelayanan Kristen membuktikan bahwa Roh Kudus telah menggunakan kapal tersebut untuk:
- menyebarkan visi tentang pelayanan misi dan metode-metode penginjilan
- menyatakan hidup rohani dan pembaharuan di gereja-gereja, dan
- memberikan pelayanan pemuridan yang unik kepada para pemuda Kristen yang tinggal di wilayah-wilayah terpencil.
1. Pelayanan Kapal dari Operation Mobilization (OM)
Pelayanan kapal dari Operation Mobilization, yaitu MV DOULOS (kapal penumpang tertua dan masih berlayar sampai sekarang) dan MV LOGOS II memiliki 500 personel pada setiap kali pelayarannya. Pelayanan-pelayanan utama lainnya termasuk mendistribusikan literatur, mendorong dan memperlengkapi gereja-gereja lokal, memberitakan Injil, mengadakan pelatihan pemuridan dan pelayanan lintas budaya. [MV = Mission Vessel (kapal misi)]
2. Pelayanan Kapal dari YWAM
Pelayanan kapal dari MV ANASTASIS dan MV GOOD SAMARITAN memiliki rata-rata 600 personel yang terlibat dalam pelayanan pemuridan, pelayanan kesehatan keliling, dan pemberian bantuan.
3. Armada Kapal di Wilayah Laut Pasifik
Ribuan kepulauan terpencil yang tersebar di Laut Pasifik membutuhkan dorongan, pembaharuan gereja-gereja dan juga visi baru. Allah sedang membangkitkan beragam pelayanan yaitu:
- DAYSTAR III, di Selandia Baru, melakukan pelayanan ekstensif untuk mengadakan pemahaman Alkitab dan mendistribusikan literatur Kristen.
- MV HANNAH -- kapal misi dari The Korean Hannah Mission, dengan 30 kru dan personel yang terlibat dalam penginjilan, perintisan gereja dan pumuridan di wilayah Asia dan Pasifik.
- BOAT MINISTRY, Singapura, yang menggunakan kapalnya untuk mengunjungi kepulauan-kepulauan di Indonesia.
- Armada kecil dari YWAM yang berlayar di Pasifik.
4. Armada Kecil yang Melayani Pulau-pulau Terpencil
Banyak pelayanan misi mengembangkan pelayanan ini, antara lain:
- UFM (United Frontier Mission), Brazilian Bible Society, Costa Rican Amazonian Mission dengan tiga kapalnya di Sungai Amazon, Amerika Selatan, bersama-sama: menjangkau 19 suku terabaikan dan mendukung pelayanan SIM di Bolivia.
- BEM (Belgian Evangelical Mission) di Belgia dan GMU (Gospel Missionary Union) di Perancis.
- Hellenic Missionary Union dengan pelayanan kapal MORNING STAR di kepulauan-kepulauan Yunani.
5. Persediaan Dana
Doakan persediaan dana karena biaya pelayanan-pelayanan yang sangat strategis ini cukuplah mahal. Biaya-biaya semakin meningkat beberapa tahun terakhir ini.
6. Kru dan Staf
Doakan tersedianya kru dan staf yang kompeten, karena tanpa mereka kapal-kapal itu tidak dapat berlayar.
7. Pertumbuhan dan Kesehatan Rohani serta Keamanan
Doakan pertumbuhan, kesehatan rohani, dan juga keamanan dari semua staf yang terlibat dalam pelayanan ini. Orang-orang dari berbagai negara harus menyatakan kesaksian hidup mereka yang sebenarnya dan bisa tinggal bersama-sama dan bekerja sama di kapal. Peristiwa tenggelamnya MV LOGOS I di Cape Horn pada tahun 1988 memperjelas bahaya yang mungkin dihadapi lagi dalam pelayanan ini.
8. Memberikan Dorongan bagi Visi Dunia
Pelayanan-pelayanan kapal telah memberikan dorongan bagi visi pelayanan misi dunia, penginjilan lokal, dan mengajarkan bagaimana hidup kudus kepada banyak orang.
9. Pelayanan bagi Pelaut di Seluruh Dunia
Diperkirakan ada 10 juta lebih pelaut dan nelayan -- terutama pelaut yang bukan dari negeri barat dan non-Kristen semakin bertambah -- yang belum mengenal Injil. Pelayanan misi kepada para pelaut, Korea Harbour Evangelism, dan beberapa organisasi lainnya memiliki ratusan pekerja di daratan dan di pelabuhan -- mereka melayani dan mencukupi kebutuhan rohani dan hal-hal praktis dari para pelaut.
Bahan diambil dan diterjemahkan dari: | ||
Judul Buku | : | Operation World |
Judul Artikel | : | Maritime Ministry |
Alamat situs | : | http://www.operationworld.org/ |
Penulis | : | Patrick Johnstone dan Jason Mandryk |
Penerbit | : | Paternoster Lifestyle, UK; dan WEC Int'l, 2001 |
Halaman | : | 704 |
Memberi merupakan salah satu karunia rohani. Memberi adalah sebuah pelayanan rohani dan harus diuji di bawah inspirasi Roh Kudus, bukan emosi. Pelayanan ini memungkinkan bagi orang percaya hanya karena keberpihakan kepada Tuhan. Daging tidak punya hak untuk melayani atau memberi sesuatu pada Tuhan.
PRINSIP-PRINSIP UMUM
Prinsip-prinsip yang mengatur tentang memberi dalam tugas Penyelenggaraan Kasih Allah telah ditetapkan oleh Tuhan lewat pernyataan-Nya dalam Markus 9:41:
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya."
Lewat analisa pernyataan ini, kita dapat menemukan fakta-fakta sebagai berikut:
Yang diberikan hanyalah secangkir air. Pemberian yang tidak seberapa ini menunjukkan dua hal:
Bahwa nilai materi satu pemberian bukanlah yang utama, yang lebih penting adalah sikap hati si pemberi.
Bahwa tujuan dan maksud pemberian itulah yang akan dinilai di hadapan Tuhan.
Kondisi pemberian:
Pemberian itu akan diperhitungkan oleh Tuhan.
Jelaslah disini bahwa Tuhan tidak memberikan upah untuk semua pemberian, betapapun besar nilai materinya, jika pemberian itu tidak memenuhi tiga kondisi di atas.
Pemberian itu harus diberikan dalam nama Kristus, tidak berarti harus dikatakan dengan mulut. Kristus mengatakan bahwa jika ada dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, Ia akan hadir di tengah mereka, namun Ia tidak hadir di gereja di Laodikia meski mereka bersama-sama memanggil-manggil nama-Nya. Mereka tidak benar-benar bersekutu dalam nama-Nya, karena ada dosa di antara mereka. Segala hal yang dilakukan dalam nama-Nya secara benar harus dilakukan oleh orang yang hidupnya berjalan dalam ketaatan dan persekutuan dengan Dia, karena hanya jenis yang seperti itulah yang dapat dibimbing oleh Kristus untuk bertindak berdasarkan kehendak-Nya.
Dari semua ini, dapat diketahui bahwa tidak akan ada orang yang belum percaya pada Kristus yang dapat berpartisipasi dalam pelayanan memberi ini. Tidaklah tepat, dan juga tidak adil jika seorang yang belum percaya diperbolehkan berpikir kalau mereka pun dapat ambil bagian dalam hak istimewa ini. Tuhan tidak menginginkan atau membutuhkan harta dari orang yang belum percaya. Orang yang belum percaya tidak dapat memberikan persembahan yang berkenan bagi Tuhan. Persembahannya adalah kejijikan bagi Tuhan. Adalah salah untuk membiarkan dia berpikir bahwa dia bisa mendapat nilai dengan memberi sesuatu pada Tuhan atau bahwa Tuhan akan menerima persembahannya. Seorang yang percaya dapat memberi karena pemberiannya telah disucikan dalam Kristus yang dalam nama-Nya itu diberikan (bandingkan 3Yohanes 1:6-7; Yesaya 1:10-16; Amsal 15:8; 21:27; 28:9; Yeremia 6:20; Amos 5:21-24; Kejadian 4:3-5; Yohanes 4:24; 2Korintus 6:14). Dalam pasal yang lain, Tuhan juga menekankan pentingnya maksud pemberian dan memberikan prinsip dalam hal memberi yang harus diikuti.
PENGAJARAN BAGI GEREJA
Pengajaran yang diberikan Paulus kepada gereja tentang hal memberi dapat ditemukan dalam ayat-ayat berikut ini: Roma 12:8; 1Korintus 6:19-20, 16:2; 2Korintus 8:1-4,9,12-15; 9:6-12; 1Timotius 6:17-19; Ibrani 13:16.
Dalam ayat-ayat tersebut kita dapat melihat bahwa
Kita semua dan apa yang kita miliki adalah milik Tuhan.
Memberi harus dilakukan dalam nama Yesus.
Tujuan memberi harus benar-benar berdasar roh, bukan kedagingan.
Orang yang memberi harus memberi dengan kemurahan hati.
Pemberian kita diukur berdasarkan keikhlasan kita memberi, bukan dari nilainya.
Memberi harus sesuai dengan kemampuannya -- menurut yang diberikan Tuhan kepadanya.
Persembahan harus diberikan dengan teratur setiap hari pertama dalam seminggu.
Hal itu harus dilakukan secara tersembunyi.
ORANG MISKIN
Perlu diperhatikan dengan seksama bahwa gereja hanya bertanggung jawab pada orang miskin di gereja (meski secara pribadi, orang percaya tidak dibebaskan dari tugas moral kepada orang miskin yang lain) dan pemberian yang diberikan pada mereka juga harus diatur oleh peraturan tertentu. Peraturan tersebut diberikan dalam 1 Timotius 5:4-13, yaitu:
Si penerima haruslah seorang yang benar-benar percaya yang telah memperoleh dan memberikan kesaksian yang benar.
Bantuan harus hanya diberikan bagi orang miskin yang sebatang kara, yang bertugas merawat keluarganya, dan yang sudah tua atau memiliki keterbatasan secara fisik yang membuatnya tidak dapat menafkahi keluarganya.
Peraturan yang mengatur tentang pemberian bantuan keuangan pada janda-janda tersebut sangat ketat dan bijaksana. Peraturan tersebut juga harus diterapkan dalam kasus-kasus yang serupa. Orang miskin tidak dibuat lebih miskin namun diajarkan supaya memiliki iman langsung pada Tuhan. Akan terlihat bahwa pemberian, yang kebanyakkan diberikan kepada orang miskin atas dasar sentimen atau emosi atau dilakukan sebagai perbuatan baik, sangat berlawanan dengan peraturan yang tertulis di Alkitab. Hal itu tidak menciptakan atau menguatkan iman tapi justru melemahkannya. Pemberian seperti itu bukanlah buah sejati dari kasih yang sempurna (Lih. Kisah Para Rasul 6:1; Galatia 2:10; Yakobus 2:15; 1Yohanes 3:17; Lukas 11:41).
DUKUNGAN DARI PEKERJA
Tanggung jawab keuangan gereja terhadap mereka yang bekerja demi Injil dapat dirangkum sebagai berikut:
Mereka yang bekerja bagi Injil mempunyai hak untuk hidup oleh Injil (1Korintus 9:7-14; 2 Korintus 12:13; Galatia 6:6; 1 Timotius 5:17-18).
Penginjil memperoleh dukungan keuangan dari gereja-gereja (2 Korintus 11:8,9; Filipi 4:10-18).
Sesekali penginjil juga menafkahi dirinya sendiri. Paulus selalu melayani tanpa dibayar, terkadang ia menafkahi dirinya sendiri, namun lebih sering mendapat dukungan dari pemberian yang dikirim oleh gereja, yang telah berdiri (Kisah Para Rasul 20:33,34; 1 Korintus 9:1-23; 2 Korintus 11:7-9; 12:13-17; 1 Tesalonika 2:5,6,9; 2 Tesalonika 3:7-9).
Paulus menasihati para penatua di Efesus untuk menafkahi diri mereka sendiri seperti yang ia lakukan waktu masih bersama-sama mereka (Kisah Para Rasul 20:34,35).
Apa yang orang percaya berikan adalah pemberian bagi Tuhan karena itu adalah milik-Nya dan ada karena kasih-Nya. Itu adalah transaksi antara si pemberi dan Tuhan, yang mengubah sesuatu yang bersifat materi itu ke dalam wilayah yang benar-benar spiritual. Balasan yang akan diperoleh si pemberi nanti adalah sepenuhnya spiritual. Persembahan yang diberikan pada hari pertama di tiap minggu hendaknya juga dilakukan dengan cara tertentu seperti yang diatur dalam prinsip memberi. Cara yang paling mampu memenuhi persyaratan tersebut nampaknya adalah dengan meletakkan sebuah kotak persembahan di tempat yang tidak terlalu mencolok di dekat pintu. Ini akan memungkinkan orang dapat memberi dengan cara tersembunyi. Hal ini juga harus dilakukan hanya pada jam ibadah di hadapan mezbah Tuhan, sehingga hanya orang percaya saja yang dapat melakukannya. Harus diajarkan pula bahwa tanggung jawab orang percaya hanyalah pada Tuhan saja, bukan pada gereja atau para penatua. Apa yang ia beri adalah pemberian untuk Tuhan sebagaimana Tuhan memerintahkannya; jika ia tidak memberi, ia juga tidak memberi bagi Tuhan. Orang percaya lebih banyak yang gagal di hadapan Tuhan daripada di hadapan gereja. Dia mungkin dapat mengemukakan alasan kenapa ia tidak memberi di depan gereja; tapi di hadapan Tuhan, dia tidak akan punya alasan apapun untuk membenarkan diri. Ketika memberi bagi gereja, ia mungkin hanya akan merasakan sedikit semangat; namun ketika memberi bagi Tuhan, ia akan mendapatkan kepuasan luar biasa.
Persembahan rutin hendaknya tidak dijalankan dalam kebaktian lainnya. Kolekte juga hendaknya tidak dijalankan di Sekolah Minggu atau persekutuan pemuda, persekutuan wanita, dsb. Anak-anak atau pemuda yang belum mengerti arti keselamatan tidak dapat memberi bagi Tuhan dan harus menerima pengajaran terlebih dulu. Yang disebut milik Tuhan adalah para anggota gereja dan mereka harus diajarkan untuk melakukan apa yang menjadi bagiannya, sebagaimana seharusnya, serta memberi persembahan mereka dalam kebaktian gereja dengan cara yang Alkitabiah. Kegiatan seperti misalnya menyuruh anak Sekolah Minggu yang berulang tahun maju ke depan untuk memasukkan koin yang jumlahnya sama dengan jumlah umurnya adalah sangat tidak Alkitabiah. Kegiatan itu bertentangan dengan Alkitab dalam hal-hal berikut:
Hal itu membuat si pemberi melakukannya dengan terang-terangan
Hal itu memaksa ia untuk memberi, tanpa melihat apakah ia memang benar-benar ingin memberi atau tidak
Hal itu berarti membatasi jumlah yang diberikan
Hal itu tidak mengindahkan fakta bahwa hal memberi adalah sebuah karunia Roh dan harus dilakukan di bawah bimbingan Roh
Hal itu membuat anak memberi yang bukan miliknya dan tidak akan memberikannya apa-apa (jika ia tidak memberi apa-apa pada Tuhan yang tidak meminta apa-apa darinya)
Hal itu membuat mereka yang belum percaya berpikir bahwa pemberian mereka juga diterima oleh Tuhan.
Banyak acara-acara lain, yang jika dicocokkan dengan Firman Tuhan akan terbukti tidak Alkitabiah. Seberapa sering ditemui hal-hal yang dilakukan di dalam gereja Tuhan dan dilakukan dalam nama-Nya ternyata tidak sesuai dengan peraturan Firman Tuhan?
Tidak bisa disangkal lagi bahwa ketaatan akan peraturan tentang hal memberi yang ada di Alkitab, tidak terdapat di semua cara-cara pengumpulan dana atau permohonan sumbangan atau cara lain untuk menarik donatur, perjanjian, bazaar, dll. Bahkan usaha-usaha pengumpulan dana tahunan dalam "Missionary Week" dengan segala upaya pembangkitan emosi mereka seperti memanas-manasi, pemecahan-pemecahan rekor dan sejenisnya, adalah tidak selaras dengan prinsip-prinsip rohani dalam hal memberi. (t/ary)
Bahan diterjemahkan dari:
Judul Buku | : | The New Testament Order for Church & Missionary |
Judul Artikel Asli | : | The Ministry of Giving |
Pengarang | : | Alex Rattray Hay |
Penerbit | : | The New Testament Missionary Union, Argentina 1947 |
Halaman | : | 363 -- 367 |
Munculnya tape recorder yang harganya terjangkau telah membuka peluang untuk mendistribusikan kaset-kaset Kristiani ke banyak tempat, baik untuk orang-orang yang telah percaya maupun bagi mereka yang belum percaya. Kaset-kaset audio ini telah menjadi suatu alat berharga untuk melakukan penginjilan, pengajaran, dan pemberi semangat bagi orang-orang percaya. Sejumlah organisasi Kristen lokal dan internasional telah didirikan untuk memproduksi dan mendistribusi kaset audio rohani.
Anda juga bisa terlibat dalam pelayanan ini. Salah satu caranya adalah dengan mendoakan beberapa pokok doa berikut ini:
Dibutuhkan banyak pekerja profesional yang dapat:
menangani peralatan untuk merekam -- alat-alat tersebut cukup mahal
mendistribusikan secara efektif kaset dan tape recordernya
Doakan agar lebih banyak lagi lembaga misi yang bisa melihat kepentingan dari pelayanan audio ini dan bisa memanfaatkan potensi yang dimilikinya.
Global Recordings Network (GRN) adalah organisasi perintis pertama yang merekam ayat-ayat Alkitab sederhana dalam kaset gramofon untuk melakukan penginjilan bagi suku-suku minoritas dan kelompok-kelompok masyarakat yang terpencil. Ayat-ayat ini sekarang diproduksi dalam bentuk kaset (untuk tape recorder) yang seringkali menjadi satu-satunya alat yang tersedia untuk mengkomunikasikan Injil. Kaset audio merupakan alat vital untuk memberitakan Injil bagi suku-suku terabaikan.
Doakan:
Meningkatnya jumlah dan persediaan rekaman-rekaman ayat. Tahun 1999 GRN telah merekam Injil dalam 5.000 bahasa. Masih ada ribuan dialek -- kebanyakan di Afrika, Asia Selatan, China, dan Pasifik Selatan -- yang belum memiliki rekaman Injil dalam bahasa yang mereka mengerti.
Ahli rekam di lapangan -- baik kantor pusat GRN dan juga para pekerja gereja -- yang berkomitmen untuk melipatgandakan pelayanan ini dalam memproduksi rekaman penginjilan maupun pengajaran Kristen. Pekerjaan ini bukanlah hal yang mudah karena banyak tantangannya -- perjalanan jauh yang harus ditempuh para pekerja dan mereka hidup dalam kondisi-kondisi yang penuh tantangan. Doakan agar Allah menyediakan penduduk setempat yang menolong mereka dalam penggunaan bahasa yang tepat, persiapan teks yang harus dilakukan, dan juga proses perekaman dan produksi. Berdoa supaya alat-alat yang digunakan dapat bertahan saat dipakai dalam situasi geografis dan iklim yang berubah-ubah.
Global Recording Networks (GRN) -- asosiasi dari lembaga- lembaga misi nasional di 30 negara. Doakan pengembangan strategis dari visi untuk menjangkau segala suku bangsa dengan Injil melalui rekaman-rekaman ayat Alkitab.
Pemutar kaset tanpa listrik. Ribuan desa di Afrika dan Asia belum mendapat aliran listrik. Doakan bertambahnya jumlah produksi dan pembagian pemutar kaset yang tidak menggunakan listrik atau batere.
Distributor lapangan. Para distributor lapangan ini memegang peran kunci terutama dalam:
membagikan secara strategis kaset-kaset rekaman Injil ini
mengajar penduduk bagaimana menggunakan dan merawat pemutar kaset
memberikan follow-up pengajaran
Masih dibutuhkan lebih banyak lagi distributor lapangan.
Di banyak wilayah yang tertutup bagi Injil, beberapa penduduknya yang Kristen hidupnya terisolasi. Mereka hanya mempunyai sedikit kesempatan guna memperdalam pemahaman mereka untuk meningkatkan iman. Rekaman Alkitab dan pengajaran-pengajaran Kristen dalam kaset dapat menjawab kesempatan tersebut. Doakan untuk banyaknya persediaan peralatan, batere, alat-alat lain yang diperlukan. Banyak materi berguna telah diperbanyak dalam bentuk kaset yang disiapkan bagi program-program siaran Kristen.
Banyak terjemahan baru dari Alkitab pertama kali didistribusikan melalui kaset dan mendatangkan banyak berkat (Audio Scripture Ministry, Hosanna, IMB, Lutheran Bible Translators, UBS, WBT). Rekaman Alkitab ini sangat berguna bagi 2 milyar penduduk dunia yang tidak bisa membaca, belum memiliki Alkitab tertulis, dan untuk wilayah dimana kebijakan politiknya melarang pencetakan dan pendistribusian Alkitab versi cetak.
Beragam lembaga Kristen sedang mengembangkan inovasi teknologi- teknologi baru untuk mengkomunikasikan Injil, misalnya Galcom di Kanada yang saat ini sedang membuat miniatur solar-panel radio dan pemutar kaset. Doakan agar inovasi-inovasi baru ini dapat memultiplikasi kesempatan-kesempatan bagi suku-suku terabaikan untuk memberikan respon terhadap Injil.
Bahan diambil dan diterjemahkan dari:
Judul Buku | : | Operation World |
Judul Artikel | : | Audio Cassette Tape Ministries |
Penulis | : | Patrick Johnstone dan Jason Mandryk |
Penerbit | : | Paternoster Lifestyle, UK; dan WEC International, 2001 |
Halaman | : | 693 |
Situs Web | : | http://www.operationworld.org/ |
Pelayanan misi kesehatan telah menjadi komponen sentral bagi pelayanan Kristen di ladang misi selama bertahun-tahun. Banyaknya penderitaan dan kurangnya fasilitas kesehatan yang tersedia di beberapa negara mendorong para misionaris perintis untuk mengembangkan tenaga dan dana guna membangun klinik, rumah sakit, perawatan bagi penderita kusta, dsb. Pelayanan ini membutuhkan dukungan doa di tahun-tahun yang penuh dengan perubahan saat ini.
Kemampuan untuk Menyesuaikan Diri.
Pemerintah menginginkan standard yang tinggi dan sedang mengambil alih semua pelayanan kesehatan non-pemerintah di beberapa wilayah. Saat ini rumah sakit-rumah sakit misi semakin sedikit namun memiliki tenaga medis dan peralatan yang lebih lengkap, dan lebih ditekankan pada pelayanan-pelayanan kesehatan berbasis komunikasi dan pemberian obat-obatan untuk mencegah penyakit.
Penyediaan Dana dan Tenaga Medis.
Dewan Misi dan gereja-gereja nasional bertanggung jawab tentang bagaimana membagi dana secara adil dengan memperhatikan wilayah- wilayah mana yang paling membutuhkan. Doakan agar para tenaga medis lintas budaya mempunyai sensitivitas dalam melayani di wilayah-wilayah dimana mereka melayani dan memberikan pelatihan kepada staf nasional untuk meneruskan pelayanan mereka.
Sarana Memperkenalkan Banyak Orang kepada Allah.
Tujuan utama dari pelayanan misi kesehatan seringkali dilupakan karena adanya banyak kesibukan yang dilakukan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa banyak orang bisa dimenangkan melalui pelayanan kesehatan ini. Doakan agar para pekerja memiliki keseimbangan yang benar antara memberikan perawatan kesehatan dan melayani kebutuhan rohaninya.
Terbukanya Pintu bagi Injil.
Di banyak wilayah, pelayanan misi kesehatan merupakan salah satu cara yang dipakai untuk bersaksi dan menembus wilayah itu -- misalnya di Cina, Yaman, Afghanistan, dan Bhutan. Berdoa supaya kesaksian dari para misionaris kesehatan ini dapat dilakukan secara bijaksana sehingga dapat menolong memenangkan para petobat baru dan merintis berdirinya gereja.
Pelayanan bagi Penderita Kusta.
Pelayanan ini mungkin merupakan suatu pelayanan dimana orang- orang Kristen memberikan masukan/input yang penting, terutama sesuai dengan perintah Yesus untuk menolong kesembuhan mereka yang menderita kusta. Sekitar 4 juta orang menderita penyakit kusta dan lebih dari 700.000 kasus kusta terdeteksi setiap tahunnya. Doakan pelayanan "The Leprosy Mission", "American Leprosy Mission", dll. ketika melayani dalam nama Yesus Kristus untuk kebutuhan jasmani, mental dan rohani orang-orang dan komunitas yang menderita kusta. Doakan agar pelayanan mereka dapat menguatkan martabat para penderita kusta dan melalui mereka penyakit kusta ini dapat dibrantas. Doakan untuk para petobat baru agar dapat bergabung kembali dengan komunitas mereka sebagai saksi-saksi Kristus, sehingga melalui mereka gereja-gereja baru dapat didirikan.
AIDS telah menjadi ancaman yang mengerikan bagi semua bangsa -- terutama di Afrika Tengah dan Selatan, India, dan Asia Tenggara. AIDS telah menjadi sasaran utama dalam pelayanan misi kesehatan dan sebagai target pelayanan bagi gereja-gereja lokal di masa mendatang. Serangkaian keahlian dan karunia rohani akan dibutuhkan untuk mengatasi stress, terutama karena banyaknya permintaan untuk melayani para penderita AIDS. Di Afrika, benua yang paling banyak penderita AIDS-nya, organisasi-organisasi seperti "Scripture Union", "The Salvation Army", dan "Christian Action Against AIDS (ACCS)" memberikan pendidikan kepada masyarakat, khususnya untuk mencegah AIDS dan bagaimana merawat orang-orang yang menderita AIDS.
Karena lebih banyak orang di dunia ini yang masuk ke rumah sakit daripada ke gereja, maka "Healthcare Christian Fellowship International" berusaha memenangkan orang-orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan bagi Kristus lalu melatih mereka untuk dapat terlibat dalam menerapkan Amanat Agung Kristus.
Doakan:
Pertobatan para pekerja kesehatan.
Para pekerja kesehatan Kristen dapat bijaksana dan berani dalam bersaksi bagi para pasien dan teman-teman sejawatnya.
Para pekerja kesehatan Kristen yang melayani di daerah-daerah yang membahayakan. Di negara-negara yang tertutup bagi gereja dan kekristenan, orang-orang Kristennya mengalami berbagai tekanan, namun rumah sakit dan pusat perawatan kesehatan masih terbuka -- inilah nilai strategis untuk pelayanan ini.
Para staf HCFI yang menjangkau lebih dari 100 negara. Berdoa agar staf mereka bertambah. Doakan juga pelayanan pelatihan HCFI yang utama di Afrika Selatan dan Filipina serta pusat-pusat HCFI di Eropa, Afrika, Asia, Amerika Utara dan Selatan.
Dengan bertambahnya infiltrasi New Age, maka ajaran-ajaran sesat dan pengaruh-pengaruh humanistik di bidang kesehatan perlu diungkap dan dihalangi.
Bahan diambil dan diterjemahkan dari:
Judul Buku | : | Operation World |
Judul Artikel | : | Medical Mission Work |
Penulis | : | Patrick Johnstone dan Jason Mandryk |
Penerbit | : | Paternoster Lifestyle, UK; dan WEC International, 2001 |
Situs Web | : | http://www.operationworld.org/ |
Pelayanan perkotaan seutuhnya dibagi dalam lima bentuk -- yaitu pelayanan yang bersifat Penyadaran, Pertolongan, Pengembangan, Pendampingan, dan Pembebasan.
Pelayanan yang Bersifat Penyadaran Pada umumnya berita yang disampaikan para nabi bersifat penyadaran atau peringatan untuk bertobat. Pelayanan penyadaran ini ditujukan kepada umat, bangsa, maupun suatu kota. Tujuannya adalah bangsa/kota ini bertobat sebelum hukuman Tuhan menimpa mereka. Pelayanan Tuhan Yesus dan para rasul-Nya pada umumnya bersifat pelayanan penyadaran.
Pada jaman sekarang ini, berita-berita, khotbah mimbar baik di gereja maupun di TV, KKR, dsb. harus kembali menyuarakan suara kenabian, dan bukan suara penghiburan saja. Media-media pemberitaan tersebut bisa menjadi sarana efektif untuk menyadarkan para jemaat terhadap kesalahan yang mereka perbuat dan mendorong mereka untuk bertobat.
Namun ada harga yang harus dibayar saat melakukan pelayanan penyadaran ini karena tidak semua orang merasa suka jika kesalahan mereka diungkit. Misalnya seperti Mochtar Pakpahan yang harus meringkuk di penjara beberapa tahun karena misi penyadaran yang dilakukannya. Mochtar, melalui Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI), menyampaikan berita pertobatan agar dihentikan perlakuan buruk yang dilakukan para pengusaha terhadap buruhnya. Selain Mochtar, GMKI juga ikut secara vokal mengkritik para pelaku KKN.
Pelayanan penyadaran ini perlu dilakukan agar para hamba Tuhan berani berbicara tentang kebenaran dan rela menanggung akibatnya.
Pelayanan yang Bersifat Pertolongan Pelayanan pertolongan merupakan pelayanan kasih yang secara langsung memberikan kebutuhan yang diperlukan seseorang. Gereja dan jemaat perlu peka untuk melihat kondisi-kondisi lingkungan di sekitarnya dan kalau bisa menjadi yang pertama dalam memberikan bantuan.
Pelayanan pertolongan yang biasa dilakukan adalah pembagian sembako. Misalnya seperti yang dilakukan oleh yayasan Sugiyapranata di Semarang yang semula melakukan pertolongan dengan membagikan makanan. Kemudian pelayanan ini dikembangkan dengan pelayanan-pelayanan lain seperti membuka poliklinik, proyek air bersih, panti asuhan, dsb. Selain itu juga ada aksi-aksi kemanusiaan yang menggalang dana untuk membantu rakyat-rakyat di berbagai pelosok yang tertimpa bencana alam.
Bahaya dari pelayanan ini adalah sifatnya yang tidak mendidik dan orang yang ditolong bisa terus-menerus mengemis bantuan. Karena itu, kita harus pintar dalam melihat dan mencari target pelayanan pertolongan.
Pelayanan yang Bersifat Pengembangan Pelayanan pengembangan bisa dilakukan dalam bentuk: 1. Latihan Diakonia Masyarakat (LDM); 2. Pelatihan pemuda, mahasiswa, perempuan, golongan profesional dan fungsionaris gereja; 3. Pelatihan lingkungan hidup; dan 4. Hidup saling menopang.
Salah satu contoh pelayanan pengembangan adalah pelayanan di Yogyakarta. Pelayanan ini dimulai tahun 1977 oleh beberapa pemuda gereja dan kemudian dibantu oleh mahasiswa UGM dan Duta Wacana. Pelayanan yang menerapkan pengembangan tribina ini (bina manusia, bina usaha, dan bina lingkungan) dilakukan oleh orang-orang Kristen namun tidak memakai cap gerejawi. Selain itu pendirian sekolah-sekolah Kristen, pemberian pinjaman modal usaha, pelatihan ketrampilan, dsb. juga merupakan bentuk pelayanan pengembangan yang bisa dikerjakan oleh gereja.
Pelayanan yang Bersifat Pendampingan Pelayanan pendampingan disebut juga pelayanan Advokasi, misalnya pendirian Lembaga-lembaga Bantuan Hukum, pembentukan SBSI, pelayanan FKKI, dsb. Pelayanan ini dilakukan untuk membela dan mendampingi orang-orang yang menghadapi masalah.
Salah satu contoh bentuk pelayanan pendampingan adalah pelayanan yang dilakukan sebuah yayasan di Semarang. Yayasan ini mendampingi 125 anak jalanan saat menghadapi tantangan hidup dan bagaimana mengembangkan kualitas hidup mereka. Selain itu ada juga LSM Kristen lain yang mendampingi orang-orang yang bermasalah dengan hukum, para penderita AIDS, para tunawisma, dsb.
Pelayanan yang Bersifat Pembebasan. Pelayanan pembebasan merupakan lanjutan dari pelayanan pengembangan. YBKS di Surakarta menyatakan bahwa pelayanan harus bertujuan untuk membebaskan orang yang ditolong dari kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan. Contoh lain adalah Pelayanan Desa Terpadu (PESAT) di Salatiga yang merupakan salah satu bentuk pelayanan perkotaan secara tidak langsung untuk membebaskan desa-desa dari jerat kemiskinan, baik secara di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan statis (mental-spiritual). Hal ini bertujuan untuk mengurangi kecenderungan urbanisasi penduduk desa ke kota.
Kesimpulan
Bahaya yang dihadapi pelayanan horisontal atau pelayanan sosial adalah dilupakannya pelayanan vertikal dimana aksi sosial dilakukan tanpa ada pemberitaan Injil. Pelayanan perkotaan seutuhnya membutuhkan komitmen dan pengorbanan yang tulus dari hati yang beriman, telah bertobat, dan mengasihi sesama manusia. Tanpa hal tersebut, pelayanan perkotaan hanya sekedar menjadi aksi-aksi sosial yang dilakukan untuk sekedar membantu mereka yang miskin -- tanpa ada motivasi hati yang mau mengubah hidup mereka untuk mengenal Yesus -- sumber kasih dari setiap pelayanan yang dilakukan -- dan rela berkorban.
Gereja-gereja dan umat Kristen harus mulai melakukan pelayanan perkotaan ini seutuhnya. Dengan kata lain tidak sekedar melakukan pelayanan pertolongan saja, tetapi harus disertai dengan pelayanan penyadaran, pelayanan pengembangan, pelayanan pendampingan, dan pelayanan pembebasan. Dengan demikian mereka yang membutuhkan benar-benar tertolong baik secara spiritual, fisik, sosial, ekonomi, hukum dan politik.
Diringkas dari sumber:
Judul buku | : | Pelayanan Perkotaan (Urban Ministry) |
Judul artikel | : | Pelayanan Perkotaan |
Penulis | : | Herlianto |
Penerbit | : | YABINA (Yayasan Bina Awam) Bandung, 1998 |
Halaman | : | 145 - 164 |
Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit." (Matius 9:36-37)
Amanat Yesus adalah supaya kita menjadikan orang murid-Nya (Matius 28:19). Amanat itu selangkah lebih jauh daripada hanya memperingatkan kita untuk menjadi murid. Maka jika kita menuruti rencana besar Allah, kita harus menolong orang untuk menjadi murid-Nya. Kalau berhenti sebelum itu berarti kita gagal mematuhi dari amanat Kristus.
Mari kita renungkan pertanyaan ini sekali lagi. Jika Saudara memimpin seorang kepada Kristus, apakah Saudara senang? Tentu. Saudara gembira dan demikian juga orang itu sendiri dan para malaikat Allah. Tetapi apakah Saudara puas? Seharusnya tidak. Yesus menyusun agar kita berbuat lebih dari hanya membuat orang lain bertobat. Ia memberitahukan agar kita menjadikannya seorang murid. Maka Saudara harus akrab dengan orang yang telah Saudara bimbing kepada Kristus dan menolong dia untuk bertumbuh sampai ia dapat bertanggung jawab menyampaikan Firman Tuhan dengan semangat dan efektif. Kalau hal itu terjadi, ia dapat dianggap sebagai pengikut Yesus yang masak, mengabdi, dan menghasilkan buah.
Sekarang, apakah Saudara bahagia sebab orang yang Saudara menangkan itu telah menjadi seorang murid? Tentu. Tetapi apakah Saudara puas? Belum. Jika ia terus menunjukkan minat dalam menolong orang lain juga menjadi murid, ia sudah siap untuk melanjutkan tahap berikutnya untuk berguna dalam kerajaan Allah. Ia siap untuk menjadi pekerja yaitu pembina murid bagi Kristus.
Tetapi ada orang-orang yang tidak pernah mencapai tahap ini. Mereka sungguh-sungguh adalah murid-murid Yesus. Mereka secara terbuka mengenal Tuhan. Mereka ada dalam persekutuan dengan Dia melalui Firman dan doa. Mereka menyatakan buah Roh (Galatia 5:22-23). Dan mereka sedang memenuhi bagiannya yang unik dalam tubuh Kristus.
Mereka mengajar di Sekolah Minggu. Mereka melayani dalam panitia-panitia dan menyumbangkan perbuatan yang berguna. Mereka memiliki kekuatan dan kedewasaan rohani. Tetapi kelihatannya mereka tidak mendapat karunia dan panggilan untuk melibatkan diri dalam pelayanan pemuridan. Salahlah jika kita mencoba memaksa mereka ke arah itu. Mereka perlu tetap menjadi murid, tetapi tidak dapat dipaksakan terlibat dalam menjadikan murid. Kalau terlalu didesak oleh pelatihnya, mungkin mereka akan berputus asa atau memberontak, karena melebihi karunia dan panggilan mereka.
Dalam Firman Tuhan jelaslah bahwa pekerja Kristus meliputi pekerja-pekerja yang bermacam-macam. Sasaran kita berhubungan dengan pekerja-pekerja yang khusus. Pada waktu Yesus menyatakan bahwa pekerja-pekerjanya sedikit (Matius 9:37), Ia membicarakan pekerja yang secara langsung terlibat di dalam penuaian, yaitu pembina murid.
Saya dilahirkan dan dibesarkan di sebidang tanah pertanian. Kami selalu mempunyai banyak tugas. Sepanjang tahun kami harus memelihara sapi dan kuda. Rumah, kandang dan pagar harus sering diperbaiki dan lain sebagainya. Pokoknya : bekerja, bekerja, dan bekerja.
Tetapi pada waktu tertentu setiap tahun ada saatnya kami memandang ladang kami dan menyadari bahwa sudah tiba waktunya untuk menuai. Kami meninggalkan kebanyakan pekerjaan kami yang lainnya dan menjadi pekerja-pekerja untuk menuai. Itulah macam orang yang disebutkan Yesus pada waktu ia menyatakan bahwa pekerja-pekerjanya sedikit. Ia membicarakan tentang pekerja-pekerja kerajaan Allah yang secara langsung terlibat dalam tugas mengumpulkan jiwa-jiwa bagi Kristus kemudian membina mereka untuk menjadi penuai juga.
Hal itu bukanlah untuk meremehkan pekerjaan dari murid Yesus yang mana saja. Keuangan gereja harus dijalankan secara teratur. Catatan-catatan harus dipelihara sehingga kita dapat menilai pelayanan gereja dengan baik. Guru Sekolah Minggu merupakan kebutuhan yang mutlak. Pekerja-pekerja lainnya dalam gereja melakukan tanggung jawabnya dengan setia. Tetapi pembicaraan kita di sini berhubungan dengan pekerja yang berciri khusus seperti yang disebutkan oleh Yesus (Matius 9:37): pria atau wanita yang bersaksi bagi Kristus dengan sungguh-sungguh dan membangun di dalam kehidupan orang lain. Kita akan memakai istilah dengan cara demikian.
Apa yang Perlu Diutamakan dalam Melatih Seorang Pembina Murid
Dalam pelayanan membina seorang murid, Saudara harus mengutamakan empat hal: keyakinan, titik pandang, keunggulan, dan pembangunan watak yang mendalam.
KEYAKINAN. Sampai pada saat ini calon pembina itu memegang pendirian Saudara. Ia telah mempelajari mengapa ia harus menghafalkan Firman, mempelajari Alkitab dan berdoa, tetapi pelajaran itu akan melaju sesudah beberapa waktu. Ia perlu memiliki keyakinan sendiri.
Keyakinan itu dibangun dengan dua cara: Penyelidikan Firman Tuhan secara pribadi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan Mengapa.
Pada suatu kali saya bekerja dengan sekelompok anak muda yang sukar melihat kepentingan Firman Allah dalam kehidupan mereka sehari-hari. Saya menyarankan supaya kami mempelajari Mazmur 119. Kami tidak mempelajarinya secara mendalam, tetapi hanya membacanya dan mencatat berbagai kata kerja yang digunakan di dalamnya. Kemudian kami membaca keseluruhannya sekali lagi dan mencari kata-kata yang dipakai untuk mengartikan Firman Allah. Lalu kami berusaha menangkap sikap pemazmur itu terhadap Firman Allah. Penyelidikan memakan waktu, tetapi hasilnya meneguhkan tentang pentingnya Firman Allah.
Cara yang kedua untuk mengembangkan keyakinan ialah meminta orang itu untuk mencatat semua alasan mengapa ia melakukan sesuatu. Mengapa mengadakan renungan pribadi? Mengapa berdoa? Sekali ia telah memikirkan semua ini, tidak usah ia bergantung pada pendapat dan perkataan Saudara saja. Ia akan punya pendiriannya sendiri. Keyakinan itu lebih dalam daripada doktrin yang dipercayai. Murid Yesus berpegang pada kepercayaannya, tetapi keyakinannya mendukung dia.
Sebagai latihan yang praktis, mintalah calon pembina murid itu untuk mendaftarkan semua dan menuliskan mengapa ia harus melakukannya dan mengapa hal itu harus menjadi bagian dalam kehidupannya. Dalam tujuan yang negatif, tanyalah mengapa harus dihindarinya. Hal itu kelihatannya membosankan, tetapi calon pembina itu harus mengembangkan keyakinannya atas hal-hal ini jika ia mau melanjutkan pemuridan seumur hidupnya dan menjadikan orang-orang murid Yesus.
TITIK PANDANG. Hal kedua yang harus Saudara utamakan dalam melatih seorang pembina ialah titik pandang atau perspektif. Pada waktu seorang datang kepada Kristus, ia masih merupakan orang yang berpusat kepada dirinya. Pada waktu ia mulai bertumbuh dalam Tuhan, sudut pandangannya akan bertambah sedikit. Ia mulai sadar akan keperluan orang lain di kelas Sekolah Minggu atau dalam persekutuan gereja. Kemudian seorang utusan Injil datang ke gerejanya dan ia menjadi sadar akan keperluan yang lainnya lagi. Ia mulai memandang dunia ini dari sudut pandangan yang lainnya.
Visinya diperbesar. Perhatiannya mulai mencapai lebih jauh daripada dirinya sendiri. Ia hidup di dalam alam kehidupan yang berbeda. Ia sedang mengembangkan pemandangan yang baru. Hal ini tidak terjadi dengan mudah. Tetapi pada tahap ini dalam kehidupannya ia harus langsung kepada tujuannya yaitu dirinya sendiri dikesampingkan sebagai latar belakang saja dan visinya dipusatkan kepada Tuhan sendiri, kehendak Allah, pekerjaanNya, dan kebutuhan orang lain.
KEUNGGULAN. Hal ketiga yang harus dimiliki oleh seorang pembina ialah sikap yang ingin keunggulan. Ia harus menjadi cakap dalam pelayanannya kepada orang lain dan melakukannya dengan baik. Kesaksiannya, pelayanannya, dan keterlibatannya harus memantulkan kesaksian dari Yesus sendiri, yang menjadikan segalanya baik (Markus 7:37).
Seorang pengarang Alkitab pernah berdoa: Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita, kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin (Ibrani 13:20-21)
Jika kita diperlengkapi dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak Allah, tentunya semua itu melalui Yesus Kristus. Memang Dialah satu-satunya yang pernah melakukan segala sesuatu itu dengan baik. Maka jika Saudara mau mengembangkan sikap akan keunggulan di dalam orang-orang yang Saudara latih, Saudara harus membawa mereka kepada tahap di mana mereka menyerahkan dirinya sendiri kepada Yesus dan membiarkan Dia hidup melalui mereka.
Kali ini mintalah murid Saudara menyelidiki kembali daftar itu dan menuliskan bagaimana ia dapat melakukan hal- hal ini sebaik mungkin. Juga melatih dia sedemikian baiknya sehingga ia dapat menceritakannya kepada orang lain, orang yang sedang ditolongnya dalam kehidupan Kristen.
Kelihatannya pekerjaan ini sulit dan memang demikian. Tetapi jika kita harus menolong seseorang menjadi seorang pembina murid yang efektif, ia harus tahu apa dan mengapa tentang pemuridan dalam pikirannya dan hatinya. Dan ia harus menjadi terampil dalam pelayanan menolong orang lain dan membangun prinsip-prinsip itu ke dalam hidup mereka. Latihan dan pelajaran yang dangkal dan bodoh tidak dapat menghasilkan seorang pembina yang memantulkan keunggulan dalam pelayanan kepada Yesus Kristus.
WATAK YANG MENDALAM. Hal yang perlu diutamakan trakhir ialah supaya watak dan pengalama murid dengan Tuhan terus diperdalam. Hal ini merupakan tekanan seumur hidup. Iman, kemurnian, kejuuran, kerandahan hati dan kebajikan lainnya tidak pernah dikuasai sekaligus dalam hidup ini. Kita harus terus bertumbuh dan menjadi dewasa.
Yesus berkata bahwa tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit (Matius 9:37; Lukas 10:2). Tuaian itu terdiri dari orang-orang yang lelah dan terlantar (Matius 9:36). Ini adalah gambaran dari sekelompok domba yang tak berdaya sama sekali. Mereka kepanasan, terengah-engah, haus dan lapar. Mereka sama sekali tidak berdaya dan mencari seorang gembala untuk membawakan air dan makanan. Mereka tidak mempunyai harapan kecuali ada gembala yang menolong mereka.
Paulus juga menggambarkan tujuan itu terdiri dari orang-orang yang terpisah dari Yesus Kristus -- orang yang terbuang, orang asing, orang tanpa harapan, dan tanpa Allah (Efesus 2:11-12). Tuaian itu ada di mana-mana dan dalam jumlah yang besar. Yesus mengatakan bahwa ladang itu sudah siap untuk dituai (Yohanes 4:35). Persoalannya bukan pada tuaian; persoalannya ialah pada kekurangan pekerja.
Nah, seorang pembina ialah seorang murid ditambah sesuatu. Dalam Firman Tuhan ia digambarkan sebagai sorang yang sedang menuai di ladang. Ia adalah seorang yang menabur dan menuai (Yohanes 4:37-38). Ia menanam dan menyiram (2 Korintus 3:7-9). Ia meletakkan dasarnya, dan seorang lainnya yang membangun di atasnya (1 Korintus 3:10). Ia sedang menjadikan orang-orang murid Yesus (Matius 28:19-20). Seorang pembina murid itu harus terlibat dalam memenangkan orang yang sesat dan membangun orang percaya -- yaitu, menginjili dan membina.
Pembina-pembina menolong memenuhi Amanat Agung. Yesus berkata bahwa inilah tempatnya bagi mereka. Kita harus memusatkan perhatian kita pada penambahan jumlah pembina-pembina murid Yesus.
Sumber:
Judul Buku | : | Pemuridan: Seni yang Hilang |
Judul Artikel | : | Pentingnya Melipatgandakan Murid |
Penulis | : | LeRoy Eims |
Penerbit | : | Lembaga Literatur Baptis, Bandung, 1993 |
Halaman | : | 98-100; 109-114 |
CD SABDA | : | Topik 18252; 18256 |
Pemuda adalah tiang negara. Pepatah ini memang ada benarnya. Benar pula bila kita katakan pemuda adalah tiang gereja di masa depan. Mengapa? Karena di tangan orang-orang yang masih muda inilah terletak nasib pergerakan di masa depan. Orang-orang yang mungkin kita anggap masih "bau kencur", tapi di masa depan mereka akan mengemban satu tanggung jawab yang besar. Karena di pundak merekalah terletak masa depan pergerakan yang ada.
TUHAN MEMERCAYAI VISI DAN TANGGUNG JAWAB KEPADA ORANG MUDA
Jika kita lihat, dewasa ini sangatlah sedikit orang-orang muda yang dipercaya mampu mengemban tanggung jawab berat dalam pelayanan. Kebanyakan hanya dipercayai dalam masalah pendelegasian tugas. Banyak pemimpin gereja yang cukup khawatir untuk memercayakan masalah pelayanan yang sulit, yang menuntut konsentrasi dan tanggung jawab besar ke pundak orang muda. Namun, Tuhan tidak demikian. Bahkan jika kita baca di dalam firman Tuhan, banyak peristiwa di mana Tuhan memercayakan masalah genting sebuah bangsa ke dalam tanggung jawab orang muda. Mari kita lihat beberapa contohnya.
Jelas Yusuf mendapatkan visi ketika masih muda, 17 tahun. Dia bukan orang muda sembarangan. Tuhan memercayakan masalah kelaparan dan kekeringan hebat ke pundak Yusuf sebagai penguasa di Mesir. Namun, hal itu ia dapatkan bukan tanpa proses. Dia harus menjalani beberapa proses yang sangat berat. Tapi jelas, Allah memilih dia dan bukan pemimpin Israel waktu itu, atau malah raja Mesir. Bayangkan betapa jauhnya Mesir! Namun, Tuhan tidak pernah salah pilih orang. Mungkin kita berpikir, Yusuf tentu belum masuk kualifikasi. Apa lagi dia bukan lulusan sekolah ekonomi atau mungkin pakar di bidang pangan. Tapi Allah memberikan tanggung jawab besar itu di pundak Yusuf. Dan Yusuf membuktikan bahwa dia orang muda yang bisa dipercaya.
Musa memang pernah mengecap betapa enaknya hidup di istana Mesir. Namun, darahnya tetaplah seorang Ibrani. Karena itu, jauh sebelum dia menyadari panggilan Tuhan untuk menyelamatkan bangsanya dari penindasan, dia sudah merasakan gejolak itu dalam dirinya. Tidak heran, dia berani membunuh orang yang tega memukul kaumnya. Dia tidak "cuek bebek", tapi dia berani untuk mengambil risiko. Tuhan melihat benih itu. Tuhan melihat keberanian Musa untuk mengambil risiko. Sangat mengherankan, Tuhan tidak memercayakan penyelamatan bangsa ini pada pemimpin Israel masa itu, tapi justru pada orang muda yang notabene gagap dan minder. Tapi Musa membuktikan kualitasnya, bahwa dia orang muda yang bisa dipercaya.
Daud adalah orang muda yang pertama kali menumbangkan raksasa dari barisan orang Filistin. Allah sudah sejak lama mengenal keberanian dalam diri Daud. Karena itulah, Allah memercayakan tampuk pemerintahan yang baru ke tangan seorang muda yang dulunya hanya penggembala ini. Tapi keberanian dan sepak terjangnya dalam dunia pergerakan, membuktikan bahwa Daud bukanlah orang muda sembarangan.
Paulus juga orang muda yang radikal. Dialah orang muda yang mengembara dengan visi memperluas kerajaan Allah sampai Asia kecil. Lewat pelayanannya, banyak orang mengenal Kristus. Bukan hanya itu, lewat kehidupannya juga dihasilkan banyak pemimpin muda baru yang radikal dan berani hidup menderita demi visi Allah dalam hidupnya. Timotius, Titus, Filemon, dan masih banyak yang lainnya; semuanya lahir lewat tangan dingin seorang Paulus. Mereka menjadi orang-orang muda yang terlatih dalam menghadapi masa sulit pelayanan, dan tampil sebagai orang muda yang dapat diandalkan dalam urusan pelayanan yang sulit sekalipun.
Masih banyak lagi orang muda yang Tuhan panggil dan percayakan tanggung jawab yang sulit. Ini semua menunjukkan bahwa di mata Tuhan, orang muda termasuk orang yang bisa diandalkan dan dipercayai menangani masalah pelik sebuah bangsa.
PARADIGMA SALAH TENTANG ANAK MUDA
Ironisnya, gereja dewasa ini sangat jarang memercayai anak muda untuk menangani masalah pelik yang ada. Biasanya anak muda hanya dipercayai dalam urusan kegiatan berjangka pendek sementara untuk urusan memikirkan bagaimana gereja ke depannya, anak muda hampir tidak pernah dilibatkan. Ada beberapa paradigma salah tentang anak muda yang sering berkembang di dalam gereja, antara lain sebagai berikut.
Roh Goliat adalah roh yang meremehkan orang muda. Ketika Goliat melihat Daud, dia menghina Daud karena ia masih muda. Bahasa Inggris malah menegaskan lebih lagi. "For he was only a youth" (King James Version). Artinya, Goliat menertawakan Daud habis-habisan hanya karena ia seorang muda.
Meskipun Goliat sudah ditumbangkan, namun roh yang meremehkan dan menganggap anak muda tidak bisa dipercayakan urusan pelayanan yang pelik masih berkembang biak dalam diri banyak orang. Alasan kemudaan, sehingga masih sedikit makan asam garam pelayanan, membuat banyak pemimpin lebih memilih untuk memercayakan pelayanan pada orang yang sudah berkompeten.
Orang muda belum bisa dipercaya dalam banyak hal.
Pandangan ini tidak sepenuhnya benar. Karena ketidakmampuan pemimpin untuk memercayai anak muda membuat pemimpin tidak bisa melihat potensi besar dalam diri anak muda Kristen. Memang ini proses yang panjang, tapi tanggung jawab terbesar seorang pemimpin adalah memberdayakan anak muda (yang merupakan jumlah sangat besar dalam gereja) sehingga mereka dapat muncul dan layak dipercaya dalam banyak hal.
ORANG MUDA: HAMBA PERGERAKAN MASA DEPAN
Potensi yang orang muda miliki janganlah sampai dibatasi hanya sebatas urusan keagamawian semata. Orang muda dipanggil bukan hanya untuk melayani dalam batas mimbar gereja atau dibatasi oleh dinding denominasi gereja. Namun, panggilan orang muda adalah menggarami dan menerangi masyarakat. Karena itulah, orang muda bukan hanya hamba pergerakan bagi gereja. Tapi orang muda punya panggilan yang lebih dari itu yaitu menjadi hamba bagi masyarakat dan orang yang belum percaya. Tuhan tidak pernah menganggap remeh potensi dan kekuatan seorang muda sekalipun minus pengalaman pelayanan. Karena itulah, jika gereja rindu ada sebuah perubahan besar-besaran dalam masyarakat, gereja terlebih dahulu harus mengadakan perubahan dalam cara pandangnya terhadap orang muda.
Bagi orang muda sendiri, janganlah pernah jadikan alasan kemudaan, kurangnya pengalaman pelayanan, atau apa pun juga sebagai penghambat hidup dalam panggilan Tuhan. Karena Tuhan tidak terlalu membutuhkan orang yang sudah berpengalaman. Tapi yang Tuhan butuhkan adalah orang-orang muda yang berani hidup dalam visi, berani melaksanakan tanggung jawab yang sulit, berani menghidupi panggilan, dan bersegera untuk menjadi penjawab masalah pelik yang ada di masyarakat. Orang muda adalah potensi besar yang belum diolah dengan optimal dan maksimal. Karena itulah, gereja punya PR panjang untuk memberdayakan umat, yang di dalamnya juga termasuk orang muda, sehingga umat tidak menjadi orang-orang yang pasif atau hanya menunggu, namun mampu merespons suara Allah dalam hidupnya, dan mampu mengambil tindakan nyata dalam menghidupi visinya.
Bagi orang muda di mana pun berada, ingatlah pesan Paulus kepada rekan muda kita Timotius. Janganlah pernah ada seorang pun juga yang menganggap kita rendah hanya karena kita muda. Marilah kita persembahkan masa muda kita untuk urusan kerajaan Allah. Untuk menjadi penjawab masalah masyarakat yang ada. Untuk menjadi orang- orang di garis depan dalam membuka pelayanan-pelayanan baru yang lebih membumi dan lebih menjawab kebutuhan.
Sumber diedit dari:
Bahan Seminar Mahasiswa Indonesia Menuai (MIM) 2005
Judul Artikel | : | Pemuda Hamba Pergerakan |
Penulis | : | Budi Abdipatra |
Halaman | : | 4 - 6 |
Di satu negara ada pepatah berbunyi, "dengan satu tongkat orang dapat menggembalakan seratus ekor domba, tetapi untuk memimpin seratus orang dibutuhkan seratus tongkat".
Setiap orang berbeda. Bahkan dalam satu bangsa, suku atau keluarga, kita tidak dapat memperlakukan semua orang dengan cara yang sama. Apa yang berhasil di negara kita belum tentu berhasil di negara lain. Sebaliknya, apa yang efektif di negara lain belum tentu efektif di negara kita. Sering kali dalam melakukan pendekatan dengan seseorang kita harus menggunakan beberapa pendekatan yang berbeda. Bila kita berbicara tentang pendekatan dalam penginjilan pribadi, yang dimaksudkan adalah langkah yang harus diambil untuk membawa seseorang kepada Kristus.
Bila demikian, mungkin kita bertanya, bagaimana saya dapat menggetahui bahwa untuk menghadapi orang tertentu saya harus menggunakan cara tertentu? Jawaban pertanyaan tersebut memang sulit. Seni dalam melakukan pendekatan memang tidak sama dengan hitungan matematik yang serba eksak. Meskipun begitu kita harus berusaha terus sampai kita menemukan pendekatan yang tepat. Bila perlu, dalam batas-batas tertentu kita dapat menyesuaikan diri dengan obyek yang kita dekati. Namun yang penting, biarlah Roh Kudus memimpin kita.
BERSIKAP WAJAR
Bila kita ingin memenangkan jiwa-jiwa, kita perlu mengetahui pendekatan seperti apa yang dapat menolong kita untuk menceritakan Kabar Baik. Pertama, perkataan dan perbuatan kita hendaknya menjadi teladan yang hidup. Kedua, kita harus bersikap wajar dan mencari cara untuk menceritakan Kabar Baik kepada orang-orang dari sudut pandang yang dapat mereka mengerti.
Yesus mendekati seorang perempuan Samaria sebagai seorang yang tengah menempuh perjalanan dan membutuhkan pertolongan. Sekalipun perempuan itu seorang berdosa, ia bisa memberi bantuan yang besar bagi Yesus. Yesus tidak menganggap diri-Nya terlampau kudus sehingga tidak dapat ditolong oleh perempuan ini. Sebaliknya, Ia berkata, "Berikan Aku minum." Pendekatan semacam ini disebut pendekatan orang yang tak dikenal atau pendekatan seorang pejalan.
Hanya dengan menggunakan pendekatan yang wajar seperti itu, Yesus dapat memenuhi kebutuhan perempuan ini yang paling dalam. Ia dapat memberi air hidup kepadanya. Dalam kitab Perjanjian Lama, hamba Abraham menggunakan pendekatan yang sama di tepi sebuah sumur. Hamba tersebut berkata kepada Ribka, "Tolong beri aku minum air sedikit dari buyungmu itu. (Kej. 24:17)"
Mungkin kita belum mengunjungi banyak tempat di dunia ini. Namun, ke mana pun kita pergi, kita melihat bahwa banyak orang senang membantu sesamanya yang membutuhkan pertolongan. Bila kita memberikan kesempatan kepada orang lain untuk melayani kita, sekalipun dalam masalah-masalah kecil, maka ia akan dengan senang hati mendengarkan kita. Di sanalah terbuka kesempatan untuk menceritakan Kabar Baik.
Rasul Paulus menggunakan pendekatan yang wajar. Pada waktu ia berkunjung ke Athena, ia menjadi sangat sedih karena melihat seluruh kota itu penuh dengan berhala. Meskipun begitu, ia berusaha bersikap bijaksana dalam berbicara dengan orang-orang di sana. Ia berusaha berbicara dalam sudut pandang mereka. Ia mengatakan, "Hai orang- orang Athena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya itulah yang kuberikan kepada kamu. (Kis. 17:23)"
Dengan cara sederhana ini, yaitu berbicara mengenai sesuatu dalam hidup mereka, Paulus dapat menarik perhatian mereka. Sekalipun mereka itu penyembah berhala, ia dapat menyampaikan Kabar Baik itu dengan menggunakan penyembahan berhala mereka. Sebagai akibatnya, beberapa dari antara mereka mengikut dia dan percaya (Kis. 17:34).
Nah, sekarang andaikata Rasul Paulus mengatakan, "Kalian orang berdosa, kalian pasti masuk ke neraka. Seorang penyembah berhala tidak mungkin akan melihat Allah". Seandainya ia mengatakan begitu, pasti tanggapan orang akan lain. Mungkin tak akan ada seorang pun di antara mereka yang mau percaya terhadap pemberitaan Paulus.
Coba pikirkanlah bagaimana seseorang menceritakan Yesus kepada kita. Apakah mereka menggunakan pendekatan yang wajar? Kita tidak akan dapat memenangkan orang kepada Kristus melalui pendekatan yang negatif. Kita harus mendatangi mereka dengan sikap yang positif, namun wajar.
Beberapa tahun yang lalu Ben membawa pamannya ke suatu desa. Pamannya seorang pendeta. Ia buta. Saya masih ingat caranya mendekati penduduk desa itu. Penduduk desa tersebut punya kebiasaan mengorbankan binatang dengan harapan dewa-dewa mereka menyukai korban itu. Lalu paman saya menceritakan kepada mereka bahwa korban binatang bukanlah sesuatu yang baru. Ia mengatakan bahwa Allah suka akan korban. Bahkan pada suatu waktu Ia memerintahkan kepada umat- Nya agar melakukan korban secara teratur.
Mendengar semua itu, semua penduduk hanya berdiri dan menerima kata- kata paman saya dengan rasa gembira. Mereka belum pernah mendengar kata-kata seperti itu. Mereka biasa dengan pendekatan-pendekatan negatif. Namun, setelah itu paman saya menjelaskan bahwa pada suatu waktu Allah mengirim Anak-Nya Yesus Kristus sebagai korban. Ia menceritakan bagaimana Yesus mati di kayu salib untuk menyelamatkan seluruh umat manusia. Sejak saat itu hingga kini, Allah tidak lagi menghendaki korban-korban binatang. Yesus telah membayar semuanya itu. Kita hanya tinggal datang kepada-Nya dan berbicara, maka Ia akan mendengarkan kita.
Paman saya yang buta itu menggunakan pendekatan positif terhadap suatu soal yang menarik perhatian semua orang dan ia berhasil menarik banyak di antara mereka datang kepada Kristus. Beberapa dari orang-orang tersebut sekarang sedang menyebarluaskan Kabar Baik tentang Kristus.
JANGAN MENGHUKUM
Allah tidak menghukum kita. Allah dapat dengan segera membinasakan Adam dan Hawa pada waktu mereka jatuh dalam dosa. Akan tetapi, Ia tidak melakukan hal itu. Sebaliknya Ia datang kepada mereka dan berkata, "Di manakah engkau? (Kej. 3:9)"
Pada zaman Raja Daud, seluruh bumi ini penuh dengan dosa. Bangsa- bangsa menyembah berhala. Ada yang mengorbankan anak-anaknya sendiri dengan memasukkannya ke dalam api (Im. 18:21). Orang-orang Israel pun telah meninggalkan Allah mereka. Mereka sama seperti bangsa- bangsa lain. Sesungguhnya Raja Daud telah menuliskan hal ini, "Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak. (Mzm. 14:1,3)"
Mungkin kita berpikir kalau Allah memandang dunia dan segala dosanya, tentu Ia akan menghukum kita dengan murka-Nya. Namun, kenyataan menunjukkan lain. Sebaliknya Ia berkata, "Marilah, baiklah kita berperkara! Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekali pun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. (Yes. 1:18)"
Allah meminta dengan sangat kepada manusia. Memang Ia membenci dosa, tetapi ia mengasihi orang-orang berdosa. Ketika Ia memandang dari surga, Ia tidak hanya melihat orang-orang berdosa. Ia melihat orang- orang yang duduk dalam kegelapan, sehingga ia tidak dapat mengatakan lagi bahwa semuanya itu baik adanya. Sekalipun demikian, kita membaca bahwa Ia begitu mengasihi dunia ini sehingga Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal kepada kita. Ia tidak mau menghukum dunia, melainkan menyelamatkannya (Yoh. 3:16-17).
Yesus tidak menghukum kita. Ini bukan tugas-Nya. Ketika Ia berbicara kepada perempuan Samaria, Ia tahu bahwa perempuan itu hidup dalam dosa. Yesus juga tahu bahwa menurut hukum, perempuan itu harus dilempari batu sampai mati. Namun, Ia mempunyai belas kasihan. Oleh sebab itu, Ia menawarkan air hidup yang kekal. Ia tahu bahwa air hidup ini akan menarik dia dekat kepada Allah dan menjauhkan dia dari berbuat dosa (Yoh. 4:10).
Kita membaca dalam Alkitab kisah seorang perempuan yang dituduh melakukan perzinaan. Ada lebih dari dua saksi yang menuduhnya. Kalau melihat kasusnya, tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan dia dari hukuman dilempari batu sampai mati. Suaminya atau jeritan anak- anaknya tak akan dapat menyelamatkannya. Tetapi Yesus ada. Ia berkata, "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu. (Yoh. 8:7)" Tidak ada satu orang pun yang tanpa dosa, yang berhak melemparkan batu pertama kepada perempuan itu. Yesuslah satu-satunya yang bisa melakukan hal itu. Tetapi ia berkata, "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang menghukum engkau?" Jawabnya, "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus, "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi. (Yoh 8:10-11)"
Cobalah kita bayangkan bagaimana perempuan ini pulang ke rumahnya. Tentu ia bersukacita karena telah dibebaskan. Yesus dikirim bukan untuk menghukum, melainkan untuk memberi hidup kepada sekalian orang yang mau percaya kepada-Nya.
Marilah kita mengikuti teladan Tuhan kita. Pekerjaan kita adalah memberikan kabar pengharapan kepada mereka yang telah terhukum oleh dosa-dosanya sendiri. Kita harus mendekati mereka dengan kasih-Nya, memandang mereka sebagaimana Yesus memandangnya.
MENUNJUKKAN RASA HORMAT
Tujuan memberikan contoh tentang bagaimana sikap hormat itu adalah agar penginjilan pribadi kita dapat mendatangkan hasil. Kita telah berbicara tentang pentingnya mengetahui bagaimana mendekati orang- orang yang umurnya atau kedudukannya berbeda dengan kita. Banyak contoh tentang hal ini terdapat dalam Alkitab.
Lihatlah cara seorang gadis kecil Israel berbicara kepada nyonyanya. Ia mengatakan, "Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya. (2 Raj. 5:3)"
Pendekatan seperti itu sangat bijaksana. Karena ia masih sangat muda, menjadi budak dan tinggal di negeri asing, gadis itu hanya dapat menyarankan apa yang pada hematnya dapat menolong mereka. Ketika ia melakukan hal itu, ternyata hasilnya positif dan tuannya, Naaman mengikuti nasihatnya.
Di samping itu, ketika nabi menyuruh Naaman pergi dan membasuh dirinya di Sungai Yordan, bisa saja ia mengambil keputusan yang salah. Karena kedudukannya yang tinggi itu, ia tidak mau membasuh dirinya dalam air yang kotor. Ia hendak kembali pulang tanpa menjalankan apa yang dipesankan nabi. Tetapi pegawai-pegawainya mendekati dia dan berkata, "Bapa, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapa akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir. (2 Raj. 5:13)"
Pendekatan yang positif dan berhati-hati itu membuat tuannya mau merendahkan diri dan masuk dalam sungai Yordan dengan airnya yang kotor. Akibatnya, Ia sembuh sama sekali. Di daerah saya ada banyak desa yang terbuka untuk Injil oleh karena pendekatan yang positif. Tetapi juga ada desa-desa yang masih tertutup karena pendekatan yang salah, sekalipun maksud pekerja-pekerja itu benar.
Pada suatu hari, ada seorang datang kepada Raja Daud yang sedang duduk di atas takhtanya. Orang itu berkata, "Marilah kita pergi ke rumah Tuhan." Dan Raja Daud menjawab dengan penuh sukacita, "Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku, mari kita pergi ke rumah Tuhan. (Mzm. 122:1)" Ini juga merupakan suatu pendekatan positif dari seorang yang sederhana kepada raja Israel.
Adakalanya pendekatan yang benar itu berterus-terang dan keras. Tetapi kita harus merasa pasti bahwa kita senantiasa dipimpin oleh Roh Kudus.
MENARUH PERHATIAN
Dalam penginjilan pribadi, kita harus menaruh perhatian yang lebih besar terhadap kebutuhan orang-orang lain. Sebagai orang-orang yang diutus oleh Kristus, kita harus belajar berjalan di tempat Ia berjalan dan membiarkan hati kita tersentuh oleh kebutuhan-kebutuhan yang ada di sekitar kita.
Mungkin kebutuhan manusia di tempat yang satu berbeda dengan kebutuhan di tempat yang lain. Tetapi pada dasarnya semua kebutuhan itu sama. Yesus diundang ke perjamuan kawin. Ia pergi dan karena Ia ada di pesta itu, maka ia dapat memenuhi kebutuhan yang ada. Andaikata Yesus menolak undangan itu, apa yang akan terjadi? Pertama, kesukaan perkawinan itu akan berubah menjadi kesedihan. Kedua, Ia akan kehilangan kesempatan untuk melakukan mukjizat, dan kita tidak akan mendengar pemeliharaan dan perhatian-Nya yang penuh kasih (Yoh. 2:11).
Pada waktu seorang perempuan Sidon berseru kepada Yesus demi anak perempuannya yang dirasuk Setan, Yesus mendengar dan memenuhi kebutuhannya. Meskipun pelayanan Yesus dalam dunia ini terbatas pada wilayah Israel, namun ia tidak menolak atau pun acuh tak acuh terhadap seruan perempuan ini. Sungguh, Yesus menangis bersama orang yang menangis dan bersukacita bersama orang yang berbahagia. Kita telah diberikan tugas yang sama.
Pada tahun 1974, saya dan seorang diaken mengadakan perjalanan penginjilan dari kampung ke kampung. Kami mengundang orang-orang untuk datang ke kebaktian malam dan menceritakan Kabar Baik tentang Kristus kepada mereka.
Di salah satu kampung kami menjumpai seorang perempuan yang baru ditinggal mati anaknya. Banyak orang datang menghiburnya. Kami menceritakan pengalaman Hawa ketika ia kehilangan anaknya, dan bagaimana Allah menghiburnya dengan memberikan seorang anak yang lain (Kej. 4:25). Juga kami bercerita tentang Raja Daud yang juga mengalami kedukaan dan bagaimana Allah telah menghiburnya.
Hati kedua orang tua itu terbuka. Kami dapat melihatnya. Mereka kemudian meminta kami berdoa. Kami berdoa agar Allah menghibur mereka seperti Ia menghibur Hawa dan orang-orang lain.
Satu tahun kemudian, perempuan ini melahirkan seorang anak perempuan yang manis. Ia merasakan penghiburan Allah secara pribadi. Satu hal yang disesalkan oleh kedua orang tua ini ialah bahwa mereka tidak bertemu dengan Kristus sebelumnya.
Oleh karena kami menaruh perhatian terhadap kebutuhan mereka, maka Allah dapat melakukan perkara-perkara yang indah dalam hidup mereka. Melalui kesaksian mereka, orang lain di desa itu menerima Kristus. Nah, sekarang tibalah saatnya kita mulai mempraktikkan apa yang telah kita pelajari dari kebenaran Allah.
Bahan diambil dan diedit dari sumber:
Judul Majalah | : | Sahabat Gembala, Januari - Pebruari 1997 |
Judul Artikel | : | Pendekatan yang Wajar dan Positif |
Penulis | : | Joharis Seneng |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung |
Halaman | : | 40 - 45 |
Siapakah yang mula-mula memberi hadiah terbesar kepada suku Jawa, yaitu: Kitab Perjanjian Baru yang tertulis dalam bahasa Jawa?
Namanya, Gottlob Bruckner. Ia lahir tahun 1783 dalam keluarga seorang petani di desa Linda, daerah Saksen, Jerman. Gottlob hidup dalam keluarga Kristen yang saleh dimana ayahnya sering menyanyikan lagu-lagu rohani dan membacakan buku-buku Kristen setiap malam.
Saat berumur 20 tahun, Gottlob Bruckner meninggalkan rumah orang tuanya dan pergi ke kota Berlin. Pesan ayahnya sebelum dia berangkat: "Ingatlah ini: Yesus Kristus, telah bangkit dari antara orang mati!" Gottlob Bruckner mengenali perkataan ayahnya itu sebagai kutipan ayat dari Kitab Perjanjian Baru. Ia pun menyadari bahwa isi Firman Allah itu sangat penting bagi ayahnya.
Saat di kota, dia sempat bergaul dengan para pemuda yang menyebabkan dia meragukan kebenaran isi Alkitab, "Sungguh pentingkah kitab kuno itu untuk kaum muda yang hidup berabad-abad kemudian?" Namun Gottlob juga berkenalan dengan seorang gembala sidang di kota Berlin. Khotbah-khotbah pendeta itu menyebabkan dia banyak berpikir dan banyak berdoa. Untuk pertama kalinya dia berkeputusan untuk menerima Tuhan Yesus Kristus atas keputusannya sendiri, dan bukan karena ia ikut-ikutan kepercayaan orang tuanya.
Selama satu setengah tahun Gottlob Bruckner berguru kepada pendeta di Berlin yang juga menyelenggarakan kursus ketrampilan untuk calon penginjil. Kemudian ia dikirim ke Belanda untuk meneruskan pendidikan teologinya. Mengikuti kuliah dalam bahasa Belanda bukanlah hal yang mudah bagi Gottlob. Namun karena kegigihannya, dia tetap berkuliah selama tiga tahun.
Pada tahun 1811, suatu badan zending umat Kristen di Belanda sudah siap mengirim Gottlob dan dua kawan seangkatannya sebagai utusan Injil. Namun rencana itu gagal karena Belanda menjadi jajahan Perancis dan kapal-kapalnya tidak diijinkan berlayar.
Mula-mula badan zending di Belanda mengirim Gottlob dan kedua kawannya ke Jerman selama satu tahun, untuk melanjutkan kuliah. Lalu mereka menyamar menjadi rakyat biasa agar dapat melintasi tapal batas dari Jerman ke Denmark, lalu dari Denmark ke Swedia, kemudian dari Swedia ke Inggris. Setelah satu tahun kuliah di sebuah seminari teologia di Inggris, ia ditahbiskan serta dilantik menjadi utusan Injil. Nah, masih ada persoalan: Ke mana ia akan diutus? Tepat pada tanggal 1 Januari 1814, ia berangkat menuju tempat pelayanannya sebagai utusan Injil. Kapal yang ditumpanginya itu mendarat di Afrika Selatan. Pdt. Bruckner dan kedua kawannya itu giat berkhotbah sampai ada kapal lain yang siap mengantar mereka ke kepulauan Indonesia. Setibanya di ibu kota Jakarta, mereka disambut oleh Gubernur Raffles. Lalu Pdt. Bruckner melanjutkan perjalanannya ke Semarang dimana dia menjadi gembala sidang di sebuah gedung gereja besar yang didirikan oleh orang Belanda. Kebanyakan anggota gereja itu orang Belanda atau orang Indo. Di sini Gottlob menikah dengan putri seorang pendeta Belanda.
Saat bepergian ke Surakarta dan Yogyakarta, Pdt. Bruckner bertemu dengan Pdt. Thomas Trowt dan istrinya yang tekun dalam mempelajari bahasa Jawa. Tetapi enam bulan kemudian, Tom Trowt meninggal dunia dan Bruckner ditunjuk sebagai penggantinya. Sebelum meninggal, Tom Trowt telah mulai menyiapkan suatu kamus bahasa Jawa dan juga telah mulai menerjemahkan Kitab Perjanjian Baru ke dalam bahasa Jawa. Bruckner bersedia meneruskan tugasnya. Bahasa Jawa ternyata jauh lebih sulit daripada bahasa Jerman, bahasa Belanda, bahasa Inggris, atau pun bahasa Melayu. Dengan menyadari pentingnya isi Alkitab yang tertulis dalam bahasa Jawa untuk disampaikan kepada suku Jawa, Bruckner dengan gigih melanjutkan tugas terjemahannya. Tahun 1819 ia sudah menyelesaikan keempat Kitab Injil. Tahun 1820 ia sudah mengerjakan seluruh Perjanjian Baru. Tahun 1823 ia sudah memperbaiki naskah-naskahnya dan siap untuk dicetak. Tetapi bagaimanakah Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Jawa itu dapat dicetak? Meskipun mesin cetak sudah dikirimkan dari Inggris, Alkitab itu belum bisa dicetak karena aksara-aksara Jawa berbeda dari huruf-huruf semua bahasa lainnya di seluruh permukaan bumi.
Suatu hari Bruckner menerima sepucuk surat dari Dr. Carey di India yang mengundang Bruckner ke India dengan membawa naskah-naskah terjemahan Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Jawa. Tahun 1828, Bruckner berlayar ke India. Setibanya di India, mula-mula ia harus mengajar para tukang cetak yang bekerja di bawah pengawasan William Carey, tentang bagaimana caranya mengukir bentuk-bentuk yang menyerupai huruf-huruf bahasa Jawa. Lalu ia sendiri harus menguji coba setiap halaman yang mereka cetak. Setelah tiga tahun, tugas besar itu akhirnya selesai dikerjakan. Pdt. Bruckner berlayar lagi menuju Indonesia dengan membawa 2000 Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Jawa, 20.000 surat selebaran dalam bahasa Jawa, bungkusan- bungkusan kertas, dan seperangkat aksara bahasa Jawa untuk dicocokkan pada mesin cetak guna membuat cetakan-cetakan ulang. Lima hari pertama setelah ia tiba di Semarang, sebanyak 7000 surat selebaran dalam bahasa Jawa dibagi-bagikan kepada rakyat. Pemerintah Belanda tidak menyetujui tindakan Bruckner sehingga mereka menyita sisa surat-surat selebaran itu dan hampir semua Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Jawa.
Namun Pdt. Bruckner tetap gigih dan terus mencari akal. Diam-diam ia mencetak lagi surat-surat selebaran, dengan bungkusan-bungkusan kertas dan aksara-aksara bahasa Jawa yang masih dimilikinya. Sedikit demi sedikit ia mengedarkannya di antara orang-orang Jawa. Maka Kabar Baik dalam bahasa Jawa itu tetap tersebar luas. Bruckner juga mengirimkan Kitab Perjanjian Baru Bahasa Jawa kepada raja Belanda, dan raja Prusia (yaitu sebagian dari negeri Jerman). Raja Prusia mengiriminya sebuah medali emas sebagai tanda kehormatan. Sedangkan Raja Belanda mempengaruhi para pemerintah Belanda sehingga mereka mengubah kebijaksanaan tentang kebebasan beragama di pulau Jawa.
Namun sedikit sekali orang-orang Jawa yang percaya kepada Tuhan Yesus. Badan zending umat Baptis di negeri Inggris sering mendesak Pdt. Bruckner supaya mundur, lalu pindah ke benua India. Tetapi Gottlob Bruckner adalah seorang yang paling gigih. Ia masih tetap percaya bahwa benih Injil yang ditaburkannya itu akhirnya juga akan berbuah.
Memang betul, ada panen rohani yang mulai bertunas semasa hidup Gottlob Bruckner. Anehnya, hasil pertama itu dituai bukan di Semarang atau pun di daerah sekitarnya, melainkan di Jawa Timur.
Menjelang umurnya yang keenam puluh tahun, Pdt. Bruckner berlayar menelusuri pantai utara pulau Jawa sampai ke Surabaya. Di kota ini ia berkenalan dengan beberapa orang Jawa yang telah percaya kepada Tuhan Yesus. Ketika ia masuk ke pedalaman, ia pun menemukan lebih banyak lagi petobat baru. Betapa bahagianya hari-hari yang dihabiskan oleh Pdt. Bruckner dalam bersekutu dengan umat Kristen di desa itu! Betapa senangnya dia oleh karena kegigihnya yang pantang mundur dalam menaburkan benih Injil, berbentuk Firman Tuhan yang tertulis dalam bahasa Jawa, orang-orang Jawa bisa diselamatkan!
Pdt. Bruckner meninggal pada tahun 1875. Pengganti-pengganti Pdt. Bruckner menemukan suatu ladang penginjilan yang sudah dibajak, siap untuk usaha penaburan mereka. Mereka menemukan Kitab perjanjian Baru yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa. Mereka menemukan surat-surat selebaran, dan lagu-lagu rohani, dan kamus serta daftar kosa kata yang sangat berfaedah, agar dengan lebih mudah mereka dapat mulai menyampaikan Kabar Injil di antara suku Jawa.
Pada abad yang kedua puluh ini, sudah ada ribuan, bahkan ratusan ribu orang Jawa yang telah menjadi pengikut Tuhan Yesus. Namun gerakan Kristen yang besar itu mungkin sekali tidak pernah akan terjadi, seandainya hampir dua abad yang lalu tidak ada seorang penerjemah Perjanjian Baru yang sangat gigih.
Diringkas dari sumber:
Judul Buku | : | Alkitab di Seluruh Dunia: 48 Kisah Nyata (Stories of the Book of Books) |
Judul Artikel | : | Penerjemah Perjanjian Baru yang Paling Gigih (Indonesia, 1814 - 1857) |
Penulis | : | Grace W. McGavran |
Penerbit | : | Lembaga Literatur Baptis |
Halaman | : | 23 - 31 |
CD-SABDA | : | Topik 18716 |
URL | : | Situs e-MISI |
==> http://www.sabda.org/misi/ |
[Catatan Redaksi: Jika Anda ingin mendapatkan informasi lebih banyak tentang sejarah penerjemahan Alkitab di Indonesia, Anda bisa berkunjung ke situs Sejarah Alkitab Indonesia di alamat:
==> http://www.sabda.org/sejarah/
Selain itu, bila Anda tertarik untuk mengetahui kisah-kisah menarik tentang proses penerjemahan Alkitab di berbagai negara, Anda bisa membacanya melalui buku "Alkitab di Seluruh Dunia: 48 Kisah Nyata" tulisan dari Grace W. McGavran.
Shin-Hee Yim, seorang penerjemah mandiri yang memiliki banyak pengalaman dalam bidang penerbitan, akan membagikan sekelumit pengalaman pribadinya sehubungan dengan tugas seorang penerjemah.
Ini seperti sebuah jebakan. Sekali lagi, hal seperti ini sepertinya berada di luar jangkauan pemikiran saya. Saya berpikir apakah saya harus mencoba lagi atau menyerah saja. Penulis buku yang sedang saya terjemahkan banyak menggunakan kata-kata yang sederhana namun dengan cara yang indah. Saya ingin memasukkan idenya itu juga, dan semua berjalan lancar sampai kalimat yang bermasalah tersebut muncul. Saya harus menemukan sebuah kalimat dalam bahasa Korea yang mempunyai arti dan bobot sama. Pasti ada! Saya menggumam dan menyalahkan diri atas terbatasnya kosakata bahasa Korea yang saya miliki. Saya tidak bisa duduk dengan tenang di kursi saya, kursor di layar monitor yang berkedip-kedip itu seakan ikut menekan sampai saya merasa hampir sesak nafas. Kursi saya dorong mundur dan saya mulai berjalan-jalan mengelilingi ruangan. Sambil memandangi wajah lonjong saya di cermin, saya lihat sehelai uban, berkilauan di atas kepala saya.
Saya dapat menyebut beberapa hal yang menjadi sumber kesulitan dalam menerjemahkan. Pertama ialah perbedaan budaya antara bahasa asal dengan bahasa mereka yang membaca versi terjemahannya. Budaya asli seseorang akan tercermin dalam bahasa mereka juga, yang juga meliputi kata-kata dan konsep-konsep yang tidak muncul dalam bahasa lain. Sebagai contoh, orang Korea pada zaman dulu tidak memerlukan kasur untuk tidur, mereka tidur di lantai. Karena itu, nenek moyang bangsa Korea mengembangkan "ondol", suatu sistem pemanasan unik yang mengatur kinerja cerobong gas api yang berada di bawah lantai mereka. Ondol seringkali secara bebas diterjemahkan sebagai "batu hangat", sebuah kalimat yang memiliki konotasi beragam, selain banyak lagi kata-kata terjemahan lainnya. Kesulitan lainnya adalah perbedaan linguistik antara bahasa-bahasa tersebut. Bahkan antara Bahasa Inggris dan Perancis, yang relatif mempunyai hubungan yang lebih dekat daripada dengan Korea, tidaklah mudah untuk menerjemahkan beberapa tulisan, khususnya puisi.
Terjemahan dapat dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai pengetahuan bahasa asing. Tidak begitu banyak syarat yang diperlukan. Namun, tidak seperti ketrampilan lain, tugas penerjemahan tidak menjadi semakin mudah dari waktu ke waktu. Bahkan bagi para penerjemah yang paling ahli sekalipun, dalam beberapa hal tugas itu menjadi semakin sulit. Diperlukan kegigihan dan kesabaran tersendiri. Bisa jadi diperlukan waktu berhari-hari hanya untuk mencari satu patah kata terjemahan yang benar-benar tepat, meneliti latar belakang buku itu, membaca baris per baris untuk menangkap maksud si penulis yang sebenarnya. Kesetiaan adalah satu unsur terpenting dalam menerjemahkan.
Terjemahan yang baik harus mengikutsertakan pengetahuan linguistik ke dalam satu wilayah yang spesifik. Dibutuhkan lebih dari 10 tahun untuk menjadi seorang penerjemah yang kompeten dan dapat diandalkan. Dibutuhkan kerajinan dan studi bertahun-tahun untuk dapat mendalami sebuah bahasa asing.
Sebagai tambahan, seorang penerjemah juga harus memiliki pengetahuan luas tentang dunia. Menerjemahkan kadang membutuhkan beberapa pengetahuan atas banyak disiplin ilmu, bisa meliputi kesusastraan, bisnis, IPTEK, sejarah, agama dan lainnya. Seorang penerjemah pernah menerjemahkan "Pilatus (Pilate)" menjadi "Pembajak (Pirate)" dalam bahasa Korea. Penerjemah ini dibingungkan oleh kata "Pilate" dan "Pirate", karena ia kurang mengerti tentang pengetahuan Alkitab. Idealnya, buku-buku Kristen juga harus diterjemahkan oleh seorang Kristen.
Dalam memulai proses penerimaan budaya asing ini, seorang editor seharusnya memahami unsur-unsur dalam proses penerjemahan. Apa yang menjadi topik buku tersebut? Apakah proses penerjemahan itu membutuhkan kemampuan kesusasteraan? Siapa target pembacanya? Apakah untuk anak-anak? Apakah untuk murid sekolah seminari? Di Korea, gaya penerjemahan juga harus mempertimbangkan usia pembacanya, karena orang Korea memiliki banyak istilah-istilah tersendiri untuk menghormati orang yang lebih tua.
Banyak penerbit hanya menandatangani kontrak dengan para penerjemah untuk kemudian menyerahkan semuanya pada mereka. Namun sebenarnya, para editor akan banyak dibantu seandainya mereka juga memberi penerjemah itu sebuah daftar persyaratan rinci tentang buku itu, sehingga para penerjemah akan memiliki pemahaman awal sebelum memulai proses penerjemahan. Ini dilakukan untuk menghindari kebingungan-kebingungan yang pada akhirnya akan memberikan hasil yang lebih memuaskan.
Penerjemah juga akan sangat menghargai jika ada informasi tentang penulis buku itu, mungkin termasuk juga kesempatan untuk melihat- lihat buku-buku lain hasil karangan penulis yang sama. Jika buku yang akan diterjemahkan tersebut juga memuat informasi akademis, editor dapat mengatur kesempatan bagi konsultasi serta pengawasan sebelum memulai proses kerja. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan komunikasi antara editor, penerjemah, dan orang lain yang terlibat di dalam pekerjaan itu.
Penerjemah seringkali terlalu berkutat pada kerumitan sebuah tulisan sehingga mereka lalai untuk memperhatikan masalah ekspresi dalam hasil terjemahan mereka. Karena itu, saya menyarankan agar seorang penerjemah juga meluangkan waktu beberapa hari untuk membaca buku- buku lain yang mempergunakan bahasa target pembaca buku yang ia terjemahkan. Setelah tahap pemahaman ini, penerjemah dapat kembali memoles hasil terjemahannya. Ketika pihak penerbit akan menerbitkan edisi keduanya, penerjemah hendaknya diberi kesempatan untuk merevisi lagi. Berdasars pengalaman, seringkali saya memang akan menemukan beberapa baris yang ingin saya perbaiki.
Di Korea, jumlah buku-buku terjemahan yang baru meningkat menjadi 28,5% pada tahun 2004 dari angka 15% pada tahun 1995. Sejak 1882, ketika John Ross, seorang misionaris Amerika, menerjemahkan Injil Lukas ke dalam Bahasa Korea untuk pertama kalinya, Korea telah mulai menerima peradaban Barat bersamaan dengan Injil. Sekarang, kita telah memiliki Injil dalam Bahasa Korea, termasuk versi terjemahan langsung dari Bahasa Ibrani.
Penerbit, editor, dan penerjemah adalah para penggemar buku. Kita adalah pencipta kata-kata baru. Kita dihargai karena hidup dari buku. Kita menawarkan nilai-nilai pada para pembaca. Kita secara rutin meneruskan ekspresi-ekspresi yang lebih baik dalam memperkenalkan pengetahuan dan budaya baru kepada pembaca.
Terjemahan yang sempurna tidak akan pernah ada. Penerjemah Kristen, bagaimanapun juga diuntungkan karena memiliki penolong yang sangat berkuasa, Roh Kudus. Sehingga, ketika terjemahan yang sempurna sepertinya hanya ada di luar pikiran kita, atau ketika kita mendapati sehelai uban di cermin, kita akan dapat dengan percaya diri berkata bahwa kita "dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar." (Kolose 1:11) (t/ary)
Bahan diedit dari sumber:Judul Majalah | : | InterLit, June, 2005 |
Judul Artikel Asli | : | Translation and Grey Hair |
Penulis | : | Shin-Hee Yim |
Penerbit | : | Cook Communication Ministries International, |
Colorado, USA | ||
Halaman | : | 10 - 11 |
Jika menghitung masalah dan penghalang, akan banyak sekali yang bisa kita lihat. Saya mencoba tidak terlalu "negative thinking" dalam melihat beberapa hal yang umumnya terjadi yang menghambat kita untuk menjalankan tugas misi secara luas. Ada banyak faktor di dalamnya. Kita juga bisa melihat sejarah gereja dalam konteks kita masing-masing. Saya tidak ingin membahas mengenai hal itu di sini. Saya juga tidak bermaksud mencari siapa yang salah, siapa yang benar. Saya hanya mencoba melihat beberapa hal yang mungkin sekali kita alami.
SINDROM MINORITAS: BELAJAR DARI YUSUF
Sindrom minoritas mungkin sekali dirasakan oleh orang-orang percaya yang tinggal di tengah-tengah mayoritas orang yang belum mengenal Tuhan. Hal ini adalah gejala yang wajar secara manusiawi, tetapi dalam pandangan Alkitab itu bukan suatu alasan bagi kita untuk tidak menjadi saksi Tuhan. Perasaan sebagai minoritas mungkin menghinggapi banyak orang percaya di negara-negara berkembang, seperti juga di Indonesia. Hidup dalam kemampuan ekonomi yang terbatas di tengah- tengah komunitas masyarakat yang rentan terhadap gejolak sosial dapat menjadi alasan orang percaya untuk mengesampingkan perhatiannya dari tugas misi Gereja.
Sudah menjadi hal yang lumrah bila kita tidak punya nyali untuk menyuarakan kebenaran firman Allah. Tantangan di sekitar kita begitu besar dan kompleks. Akan tetapi, ingatlah bahwa lilin itu kecil, tapi menerangi kegelapan yang besar. Garam itu sedikit, tapi memberi rasa pada masakan yang banyak.
Yusuf merupakan tokoh yang menarik dalam kitab Kejadian. Ia mendapatkan visi yang jelas dari Allah melalui mimpinya. Untuk itu, dia harus menunggu belasan tahun sampai visi itu digenapi dalam hidupnya melalui berbagai proses pembentukan Tuhan. Ia dianiaya saudara-saudaranya, bahkan dijual menjadi budak di Mesir. Ketika di Mesir, Yusuf hidup di rumah Potifar, seorang pejabat tinggi yang tidak mengenal Tuhan. Yusuf bukan hanya minoritas, tapi juga seorang asing yang hidup di tengah lingkungan yang berkebudayaan lain dengan dirinya. Sebagai orang percaya dia hanya sendirian. Sungguh pun begitu, Tuhan menyertai Yusuf sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya (Kejadian 39:2).
Yusuf menjadi kesaksian yang luar biasa. Sebagai anak Tuhan yang berintegritas, Yusuf menjadi berkat. Tuhan menyertainya karena dia hidup berkenan kepada Tuhan. Penyertaan Tuhan berarti kehadiran Tuhan. Kehadiran Tuhan berarti berkat-Nya ada. Meskipun Yusuf digoda oleh isteri Potifar, ia bertahan untuk hidup kudus di hadapan Tuhan. Dia menolak rayuan istri Potifar semata-mata bukan karena takut kepada Potifar, tapi dengan tegas dia menyatakan sikapnya.
"Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" (Kejadian 39:9).
Yusuf tidak mau berbuat dosa bukan karena takut ketahuan manusia, tapi karena takut akan Tuhan. Integritas itu dibayar mahal dengan fitnahan. Nama baiknya rusak, bukan karena kesalahannya, tapi karena dia menjaga kekudusan di hadapan Tuhan.
Serangan Iblis senantiasa ditujukan pada titik lemah kita, yaitu hal yang paling berharga bagi kita. Amsal 22:1 berkata bahwa nama baik lebih berharga daripada kekayaan besar. Dalam membawa kesaksian kristiani di ladang misi, seorang penginjil harus diterima dulu sebelum Injil diterima. Dalam konteks yang luas menyangkut masalah budaya dan aspek-aspek lain, biasanya Iblis merusak dan menyerang nama baik si pembawa Kabar Baik untuk menggagalkan pemberitaannya. Integritas Yusuf juga harus dibayar dengan penjara yang sesak. Namun, karena hidup berkenan kepada Tuhan, di penjara pun Yusuf mengalami penyertaan Tuhan. Apa yang diperbuatnya selalu berhasil dan dia menjadi berkat bagi orang lain di dalam penjara.
Yusuf hidup menderita sebagai seorang yang percaya kepada Tuhan di tengah-tengah negeri yang seluruh penduduknya tidak mengenal Tuhan. Kendati demikian, Yusuf tidak meratapi kesengsaraan dan penderitaannya apalagi menyalahkan Tuhan. Di dalam krisis kehidupan di tengah lingkungan yang sulit, Yusuf tetap hidup berkenan kepada Tuhan sehingga hidupnya menjadi saksi dan kemuliaan bagi Tuhan dan orang lain pun mendapat berkat.
Alkitab mencatat bahwa setelah tahun-tahun penderitaannya berlalu ia justru menjadi orang yang terkemuka di Mesir. Ia menjadi saluran berkat bagi seluruh rakyat Mesir melalui hikmatnya dalam mengelola perekonomian Mesir. Akhirnya, Tuhan memimpin keluarganya datang, menetap di Mesir, dan berkembang menjadi sebuah bangsa yang besar. Yusuf adalah salah satu contoh orang percaya yang tidak "dikuasai" oleh sindrom minoritas.
KELOMPOK KECIL YANG BERKUALITAS: BELAJAR BARI DANIEL
Sebagaimana Yusuf, Daniel bersama kawan-kawannya, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego juga tinggal di negeri asing sebagai kaum buangan. Bersama orang-orang Yahudi lainnya mereka di tawan oleh Raja Nebukadnezar sebagai rampasan perang. Tentunya mereka menjadi kaum minoritas di negeri Babilonia, minoritas dari segi kebangsaan maupun kepercayaan. Mereka bersedia diganti namanya dengan nama kafir dan membaur dengan budaya setempat di mana mereka hidup. Namun dalam hal makanan, mereka mengambil sikap tegas karena berkaitan dengan iman kepercayaan yang tidak mau mereka kompromikan. Mereka terseleksi untuk mengikuti semacam pelatihan profesional yang diadakan oleh institusi kerajaan Babel sehingga mempunyai kesempatan belajar bahasa dan budaya setempat, sekaligus keahlian dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi pegawai istana raja.
Allah memberkati mereka dan mengaruniakan hikmat serta kepandaian kepada mereka (Dan. 1:17). Apakah setelah mempunyai pekerjaan yang baik di istana raja mereka menjadi tidak setia kepada Tuhan? Faktanya tidak demikian. Sebaliknya, kesetiaan mereka terhadap Allah beberapa kali menempatkan mereka dalam bahaya bahkan mengalami ancaman maut. Iman yang teguh kepada Tuhanlah yang membuat mereka bergeming terhadap ancaman Raja Nebukadnezar. Ini menjadi kesaksian yang luar biasa sehingga Raja Nebukadnezar pun beberapa kali memuji Allahnya Daniel (Dan. 2:47; 3:28-29; 4:34-37). Kesaksian hidup Daniel pun tetap tidak berubah meskipun kerajaan demi kerajaan berganti di wilayah Persia itu. Ia tetap setia kepada Tuhan sampai masa tuanya dan hidupnya sungguh-sungguh menjadi berkat dan kesaksian yang memuliakan Tuhan.
Dari keempat orang muda ini kita melihat bahwa mereka tidak menjadi minder dan meratapi keminoritasan mereka, sebaliknya mereka mengagungkan kebesaran Allah yang hidup melalui iman mereka dan mampu untuk tidak kompromi dengan penyembahan patung berhala dan cara hidup kafir yang merupakan kekejian bagi Tuhan. Mereka menyinarkan kebenaran dan keagungan Tuhan Allah mereka ditengah- tengah kegelapan yang pekat. Mereka memandang kepada Tuhan, bukan kepada lingkungan yang mengintimidasi mereka sehingga mereka sanggup berperan efektif sebagai saksi Tuhan di tengah-tengah mayoritas masyarakat yang belum mengenal Tuhan.
"INWARD-LOOKING VS OUTWARD-LOOKING"
Krisis membuat seseorang harus bergulat untuk mempertahankan hidup. Karenanya, kecenderungan untuk memandang kebutuhan diri sendiri menjadi besar. Salah satu akibat kejatuhan manusia dalam dosa yang berupa pementingan diri sendiri menjadi hal yang lumrah. Ditambah dengan krisis dan penderitaan, manusia menjadi lebih cenderung terbawa ke arah itu. Pertanyaan yang menjadi salah satu ciri budaya masa kini adalah "Mana oleh-olehnya?", bukannya berkata, "Ini bekal untuk bepergian." Barangkali ini salah satu contoh sederhana yang menunjukkan bahwa kita cenderung mengulurkan tangan untuk meminta dan bukan mengulurkan tangan untuk memberi. Kebutuhan diri sendiri rasanya tidak pernah cukup. Pergumulan dan masalah rasanya tidak habis-habisnya. Kita tidak sempat lagi memandang ke luar dan melihat kebutuhan orang lain karena terlalu sibuk memandang ke dalam. Dalam kemitraan atau `kerja sama` kita juga cenderung mencari peluang; "Apa yang bisa kuterima?" dan bukannya "Apa yang bisa kuberikan?".
PELAYANAN KRISTIANI YANG "CHURCH/CHRISTIAN-ORIENTED"
Pada umumnya orang percaya di Indonesia berpikir bahwa melayani Tuhan berarti melayani orang-orang percaya, melayani untuk kalangan sendiri. Persiapan dalam studi formal teologi juga lebih menitikberatkan persiapan untuk hamba-hamba Tuhan yang akan melayani orang-orang Kristen. Di satu sisi, gereja-gereja memang membutuhkan pendidikan Kristen yang memadai. Karena itu, amatlah penting untuk menyiapkan para pemimpin yang terdidik dengan baik. Di samping itu, seorang hamba Tuhan adalah juga seorang yang mempunyai jabatan gerejawi: pendeta, penginjil, dan pengajar. Tuhanlah yang menetapkan hal-hal tersebut (Ef. 4:11-12).
Di sisi lain, kita cenderung lebih berfokus `ke dalam`. Pelayanan kristiani kita hampir seluruhnya di dalam gereja dan hanya melayani orang-orang Kristen saja. Perhatian kita seluruhnya terserap hanya untuk memikirkan gereja-gereja kita. Sangat sedikit gereja yang memerhatikan pekerjaan misi yang perhatiannya ditujukan pada dunia di luar tembok gereja, hal yang membuat `hamba Tuhan` aman di dalam lingkungan gereja, di tengah-tengah lingkungan orang-orang Kristen. Hamba-hamba Tuhan ini hidup nyaman dan aman bagaikan di dalam `menara gading`.
Tidak demikian halnya dengan realitas misi Allah melalui kedatangan Kristus ke dunia. Ia hadir bagi sesama-Nya, bukan hanya di kalangan orang-orang beragama, ahli-ahli Taurat, dan orang Farisi. Sebaliknya, Ia justru lebih banyak mengecam mereka. Yesus mewujudkan misi Allah bagi seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dalam seluruh catatan keempat Injil. Yesus tidak mencari lingkungan yang aman demi kenyamanan diri. Sebaliknya, Ia menjadi rentan, mudah diserang, disalahmengerti, dan difitnah di sana-sini. Bermisi dengan mencontoh model Kristus itulah yang harus dijiwai oleh gereja-gereja kita.
Amatlah menarik untuk memerhatikan bagaimana Rasul Paulus menyebut dirinya `hamba` Kristus Yesus. Sebutan `hamba` yang digunakan Paulus dalam surat-surat menurut bahasa aslinya berarti budak (douloi/ doulos). Ia mengindentifikasikan dirinya tidak lebih dari apa yang dicontohkan Kristus dalam pelayanan-Nya. Ia cuma budak Kristus. Pemahaman ini dijiwainya dalam seluruh kehidupan dan pelayanannya.
Paulus menjadi begitu rentan terhadap berbagai macam kesulitan, penderitaan, penganiayaan, fitnahan, bahaya, bahkan maut. Ia menyaksikan itu dalam surat-suratnya kepada jemaat di Asia Kecil. Ia bukan berada dalam lingkungan yang aman. Ia seringkali merisikokan dirinya dalam bahaya demi Injil Kristus. Ia menghayati misi Kristus dengan keseluruhan hidup, kata, dan karyanya. Inilah yang membuat Paulus `tahan banting` dan tahan uji sampai akhir hayatnya.
Dalam bermisi, seseorang harus siap untuk hidup yang penuh tantangan dan kesulitan serta meninggalkan keinginan untuk mendapatkan jaminan hidup yang nyaman dan aman. Sungguh pun begitu, seorang yang menaati panggilan Tuhan juga akan mengalami penyertaan-Nya dalam penyerahan hidup bagi Tuhan. Itu janji dari Tuhan Yesus sendiri.
"PROBLEM-ORIENTED VS PROGRAM-ORIENTED"
Hampir sama dengan yang di atas, akarnya juga adalah "inward- looking" (hanya melihat ke dalam) sehingga orang cenderung melihat masalah yang melingkupi seluruh kehidupannya. Masalah menutupi mata rohani kita untuk melihat kemuliaan Allah yang jauh lebih besar dari masalah kita. Kita tidak boleh lupa bahwa pada masa krisis di mana kita sedang bergumul dengan berbagai macam masalah sosial, politik dan ekonomi yang berdampak dalam kehidupan kita, Allah kita jauh lebih besar dari segala masalah yang kita hadapi. Sekalipun masalah kita sebesar dunia, firman Tuhan berkata bahwa bagian-bagian bumi yang paling dalam pun ada di tangan-Nya (Maz. 95:4)
Orang yang hanya terpaku memandang masalah disebut orang yang `problem-oriented`. Orang yang sedemikian akan selalu melihat kesulitan dalam melakukan segala sesuatu. Yang terlihat hanyalah halangan dan rintangan yang dihadapi sehingga tidak melakukan sesuatu. Sebaliknya, orang yang bisa melihat dengan jernih akan mampu memilah-milah hal yang memang harus diselesaikan dengan hal yang sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan. Orang yang demikian tidak akan terjebak ke dalam permasalahan dan tidak akan membuang- buang waktunya dengan hal-hal yang tidak penting.
Implementasi misi di lapangan membutuhkan program yang tepat dan mengenai sasaran. Untuk itu, dibutuhkan orang-orang yang sanggup berkonsentrasi untuk memikirkan program-program dan terobosan- terobosan kreatif dalam pekerjaan misi. Orang yang melulu terpaku dengan masalahnya tidak cocok untuk hal itu. Kalau seseorang hanya terpaku kepada permasalahannya ia tidak akan punya waktu untuk memikirkan pekerjaan misi, bahkan setidaknya mendoakan pekerjaan misi. Kita membutuhkan orang-orang yang dewasa dan matang.
Orang-orang yang sanggup menghadapi dan mengatasi masalah mereka akan punya waktu untuk memikirkan kebutuhan orang lain. Kita lebih memerlukan orang-orang yang mampu berkonsentrasi memikirkan program- program daripada problem-problem. Orang sedemikian disebut orang yang "program-oriented".
"SUCCES-ORIENTED"
Kesuksesan menjadi tolak ukur berhasil tidaknya suatu pelayanan. `Tuaian` atau `menuai` menjadi kata emas dan target dalam perlombaan pengumpulan hasil. Walaupun hal ini tidak salah, namun kita perlu mengindahkan proses, peran para pendahulu kita, dan etika dalam pelayanan bersama sebagai tubuh Kristus. Ingatlah satu prinsip berikut.
"Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan" (1 Korintus 3:7).
Kita tidak boleh lupa bahwa tidak ada tuaian tanpa ada yang menanam. Menuai adalah pekerjaan akhir yang menggembirakan dari proses suatu tanaman karena menuai dalam konteks pelayanan misi berarti mendapatkan hasil berupa pertobatan jiwa-jiwa dan banyak pujian sebagai `hamba Tuhan yang dipakai-Nya`. Jangan lupa apa yang dikatakan Tuhan Yesus,
"Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang untuk memetik hasil usaha mereka" (Yohanes 4:38).
Kita sering lupa bahwa ada orang-orang sebelum kita yang sudah lebih dulu berjerih lelah, namun tidak berkesempatan melihat hasilnya. Ketika kita berhasil, itu tak lepas dari peran orang-orang lain sebelum kita yang telah bekerja keras merintis atau membuka jalan sehingga kita sekarang dapat menuai hasilnya.
Kita harus bersedia untuk tidak dikenal dan belajar bersabar menantikan tuaian. Misi tidak hanya menuai, tapi juga menabur dan menyirami. Semuanya mempunyai bagiannya masing-masing. Semuanya penting. Ingatlah firman Tuhan yang mengatakan bahwa penabur dan penuai sama-sama menerima upahnya. Bersedialah juga untuk mengambil peran, baik yang sukar maupun yang mudah.
Bahan diambil dari sumber:
Judul buku | : | Misi dari dalam Krisis |
Judul artikel | : | Penghalang-Penghalang untuk Bermisi |
Penulis | : | Bagus Surjantoro |
Penerbit | : | Obor Mitra Indonesia, Jakarta, 2003 |
Halaman | : | 59 - 70 |
Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, tetapi lebih kepada sharing pengalaman bagaimana ketika dulu saya membagi Injil dalam pekerjaan.
Apakah penginjilan itu?
Penginjilan adalah memberitakan tentang karya Kristus yang sudah mati karena dosa-dosa kita, dikuburkan dan dibangkitkan pada hari yang ketiga (
Mengapa kita harus memberitakan Injil?
Sebagai orang percaya, sejak kita pecaya kita sudah ditetapkan sebagai saksi (
Tuhan memerintahkan (
Memberitakan Injil Kristus adalah kemurahan. Siapakah kita ini sehingga layak menyampaikan berita agung itu, tetapi justru kepada kita disampaikan berita itu dan dipercaya untuk menyampaikannya pada orang lain? (
Penginjilan sebagai gaya hidup
Oleh karena alasan-alasan tersebut, maka sebenarnya tugas penginjilan itu melekat pada diri kita. Tidak bisa tidak, kita harus menginjili. Bahkan, Rasul Paulus mengatakan: "celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil." (
Penginjilan di tengah pekerjaan
Sebenarnya secara prinsip dimanapun kita menginjili sama dengan:
melakukan pendekatan,
memberitakan injilnya dan menantang orang untuk percaya pada Kristus,
meneguhkan keyakinan keselamatannya.
Walaupun kita tahu bahwa semua ini kita lakukan dengan bergantung pada Roh Kudus, namun secara teknis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menginjili dalam konteks pekerjaan:
pada tahap pendekatan, karena teman kerja adalah bagian dari orang yang kita temui setiap hari yang melihat hidup kita. Maka kita perlu memiliki cara hidup yang baik dalam kata-kata, tindakan, dan pikiran/ide-ide. Kesaksian hidup yang baik menjadi daya tarik di tengah dunia pekerjaan yang cenderung berkompromi terhadap dosa. Selain itu, biasanya dalam dunia pekerjaan yang sering menjadi pokok pembicaraan adalah tentang anak, suami, istri, pekerjaan itu sendiri, kedudukan/pangkat, dan materi. Untuk itu, jadilah pendengar yang baik bagi rekan kerja kita yang curhat tentang pokok-pokok itu. Orang senang bila ada yang mau mendengarkan, sehingga bisa menjadi pintu masuk untuk menyampaikan Injil. Penting juga untuk memiliki sikap hati yang rela untuk membantu/melayani, karena sering dalam dunia kerja segala sesuatu diukur/diperhitungkan berdasarkan uang; menghasilkan atau tidak, untung atau rugi, dsb.
Jika kedekatan dan keterbukaan sudah terbangun, maka kita bisa mulai masuk untuk membagikan Injil itu kepada rekan kita. Yang penting beranilah, jangan sungkan, pakewuh, takut, ragu. Saya dulupun mengalami (bahkan sampai sekarang). Teknisnya bisa dilakukan dengan menjelaskan Injil melalui ilustrasi jembatan, traktat, menceritakan kesaksian pribadi kita ketika diselamatkan atau kombinasi dari berbagai cara tersebut, kemudian menantang orang untuk percaya pada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya.
Meneguhkan keyakinan keselamatannya. Jika rekan kita mau percaya kita bersyukur, karena kita sudah dilayakkan Allah untuk memberitakan Injil. Jika mereka belum mau percaya atau belum mau meresponi berita Injil itu, maka sikap kita selanjutnya haruslah tetap mengasihi/bersahabat/menolong.
Agar penginjilan terus ada dalam hidup kita, maka kita perlu mendoakan dan merencanakan dengan konkrit kepada siapa, dengan cara apa, kapan dilakukan, dimana (apakah cukup di kantor, di rumahnya atau di tempat lain) dan dengan cara bagaimana? Akhir kata, kita harus terus mengingat bahwa: memberitakan Injil adalah suatu kemurahan dan anugerah.
Bahan diedit dari sumber:
Judul Buletin | : | Sangkakala |
Judul Artikel | : | Penginjilan Sebagai Gaya Hidup |
Penulis | : | Cucuk Kustiawan, S.H. -- Pekerja Mahasiswa |
Halaman | : | 1-2 |
YESUS MEMBERI TUGAS
Yesus senantiasa melatih murid-murid-Nya agar pada suatu ketika mereka dapat mengambil alih pekerjaan-Nya, untuk memberitakan Injil keselamatan kepada dunia. Rencana ini makin hari makin nampak jelas sementara mereka mengikut Dia.
Kesabaran Yesus dalam mengembangkan dan melatih murid-murid-Nya menunjukkan bahwa Ia sangat memperhatikan kemajuan mereka. Ia tidak pernah terburu-buru dalam memerintahkan sesuatu. Pertama-tama, Ia memanggil murid-murid untuk mengikut Dia. Pada waktu itu Ia tidak segera membicarakan tugas mereka untuk menginjili dunia ini, walaupun itulah rencana-Nya sejak semula. Ia mengikutsertakan murid- murid-Nya dan menunjukkan bagaimana Ia bekerja sebelum akhirnya menyuruh mereka mengerjakan sendiri.
Di pihak lain, Yesus tidak memadamkan reaksi spontan mereka untuk menyaksikan iman mereka. Bahkan sebenarnya Ia merasa senang karena mereka ingin membawa orang-orang lain untuk menyaksikan apa yang telah mereka temukan. Andreas membawa Petrus, Filipus mendapatkan Natanael; Matius mengundang teman-temannya makan di rumahnya; Yesus pun menyambut gembira perkenalan dengan anggota-anggota baru ini. Perlu diperhatikan juga bahwa dalam beberapa peristiwa, secara khusus Yesus meminta orang-orang yang telah ditolong-Nya supaya bersaksi kepada orang-orang lain.
Ia juga memakai murid-murid-Nya dengan cara-cara lain untuk membantu pekerjaan-Nya, misalnya mencari makanan dan mengatur tempat tinggal bagi rombongan yang mengikut Dia. Ia juga membiarkan mereka membaptis orang-orang yang digerakkan oleh pemberitaan-Nya (Yoh. 4:2). Tetapi yang sangat mengherankan ialah bahwa selain membaptis, murid-murid-Nya tidak berbuat banyak selama setahun atau lebih. Mereka hanya melihat Yesus bekerja. Ia mengarahkan tujuan-Nya melalui tindakan yang Ia lakukan. Dalam panggilan-Nya yang kedua kepada keempat nelayan itu, Ia memperingatkan mereka untuk mengikuti Dia sebagai "penjala-penjala manusia" (Mat. 4:19; Mar. 1:17; Luk. 5:10). Tetapi kelihatannya mereka tidak berbuat banyak untuk memenuhi tugas itu. Sekalipun beberapa bulan kemudian mereka telah ditetapkan secara resmi untuk menyertai pelayanan-Nya (Mar. 3:14-19; Luk. 6:13-16), namun mereka belum juga menunjukkan bukti bahwa mereka dapat mengerjakan tugas penginjilan itu sendiri. Pengamatan ini hendaknya membuat kita lebih sabar terhadap petobat-petobat baru yang mengikuti kita.
Tidak dapat tidak, di sini saya harus mengemukakan bahwa murid-murid Yesus diberi hak untuk membaptis sebelum diizinkan untuk berkhotbah. Bila dihubungkan dengan peraturan gereja, hal ini menunjukkan bahwa pelayanan firman lebih penting serta penuh dengan bahaya dan hak-hak istimewa daripada pelayanan sakramen termasuk baptisan. Setiap orang yang dipercaya sebagai pelayan firman mempunyai tanggung jawab yang jauh lebih besar daripada pelayan baptisan. Dengan demikian, tanggung jawab sebagai pelayan firman juga meliputi tanggung jawab sebagai pelayan baptisan. Penerapan kebijaksanaan ini, bagaimanapun juga, akan menimbulkan beberapa persoalan yang sukar dipecahkan dalam banyak jemaat dari gereja modern.
PENGUTUSAN PERTAMA TERHADAP KEDUA BELAS MURID
Ketika memulai perjalanan-Nya yang ketiga di Galilea (Mat. 9:35; Mar. 6:6), Yesus merasa bahwa sudah tiba waktunya bagi murid-murid- Nya untuk ikut serta dalam pekerjaan-Nya secara langsung. Mereka sudah menyaksikan cukup banyak untuk dapat mulai bekerja sendiri. Yang mereka butuhkan sekarang ialah, mempraktikkan apa yang telah mereka lihat. Sang Guru memanggil kedua belas murid-Nya dan mengutus mereka (Mat. 10:5; Mar. 6:7; Luk. 9:1-2). Sama seperti seekor induk rajawali mengajar anak-anaknya untuk terbang dengan mengusir mereka keluar dari sarangnya, demikian pula Yesus mendorong murid-murid-Nya ke dalam dunia ini untuk berdikari.
MEMBERI PETUNJUK-PETUNJUK KERJA
Sebelum melepas mereka, Yesus memberi pengarahan kepada mereka. Apa yang Ia katakan itu menjadi penting sekali bagi penyelidikan kita sebab pada saat itu Ia menguraikan dengan tegas inti dari segala pengajaran-Nya kepada mereka.
Pertama-tama, Ia kembali menegaskan tujuan-Nya bagi hidup mereka. Ia mengutus mereka untuk "memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang" (Luk. 9:1-2; bandingkan dengan Mat. 10:1; Mar. 6:7). Penugasan ini berguna untuk lebih menjelaskan tugas-tugas mereka meskipun tidak ada hal yang baru di dalamnya. Bagaimanapun juga, Tuhan Yesus menekankan kepada mereka pentingnya tugas untuk memberitakan bahwa "Kerajaan Surga sudah dekat" (Mat. 10:7). Perlu dijelaskan pula bahwa ruang lingkup mereka bukan hanya penyembuhan, tetapi juga "membangkitkan orang mati, menahirkan orang kusta, mengusir setan-setan" (Mat. 10:8).
Yesus tidak berhenti sampai di sini saja. Ia memberitahu mereka siapa saja yang harus dikunjungi lebih dahulu. "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel" (Mat. 10:5-6). Sepertinya Yesus memerintahkan murid-murid- Nya untuk pergi hanya kepada setiap orang yang telah siap untuk menerima berita yang mereka bawa. Itulah cara Yesus memulai pelayanan-Nya, walaupun setelah itu Ia tidak lagi membatasi diri- Nya. Karena latar belakang budaya dan agama yang serupa, wajarlah bila murid-murid memulai pelayanan mereka kepada orang-orang Yahudi. Yang sangat menarik ialah bahwa beberapa bulan kemudian, ketika mengutus ketujuh puluh murid yang lain, Yesus tidak mengulangi penugasan ini lagi. Mungkin Ia ingin menunjukkan bahwa sudah tiba waktunya bagi mereka untuk memberitakan Kristus kepada orang lain yang ada di luar daerah mereka.
Mengenai kebutuhan jasmani, mereka harus bersandar kepada Allah untuk mencukupi mereka. Mereka diminta untuk melayani dengan cuma- cuma karena mereka juga sudah menerima dengan cuma-cuma dari Tuhan (Mat. 10:8). Itulah sebabnya Yesus berpesan kepada mereka supaya jangan membawa uang, baju, ataupun makanan (Mat. 10:9-10; Mar. 6:8- 9; Luk. 9:3). Kalau mereka setia kepada Allah, maka Allah akan memenuhi kebutuhan mereka. "Sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya" (Mat. 10:10).
MENCONTOH METODE-NYA
Rencana Yesus yang lebih khusus lagi bagi murid-murid-Nya ialah mencari orang yang paling layak di setiap kota yang mereka kunjungi dan tinggal dengan dia selama mereka memberitakan Injil di daerah itu. "Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat" (Mat. 10:11; bandingkan dengan Mar. 6:10; Luk. 9:4). Dengan kata lain, murid-murid diperintahkan untuk memusatkan waktu dan perhatian mereka pada pribadi-pribadi yang paling cocok untuk melanjutkan pekerjaan-Nya setelah mereka pergi. Bayangan akan calon-calon ini sudah harus ada sebelum pemberitaan Injil diadakan di tempat itu. Sebelum hal ini terlaksana, tidak ada gunanya memulai sesuatu di kota itu. Apabila mereka tidak dapat menemukan orang yang layak itu, mereka diharuskan mengebaskan debu dari kaki mereka sebagai kesaksian atas penolakan itu. "Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya daripada kota itu" (Mat. 10:14-15; bandingkan dengan Mar. 6:11; Luk. 9:5). Prinsip ini tidak dapat diabaikan. Yesus telah berpegang pada prinsip itu selama Ia bersama murid-murid-Nya, dan Ia menghendaki agar mereka juga melakukan prinsip yang sama. Seluruh rencana pemberitaan Injil- Nya dilandaskan atas prinsip itu. Jadi, setiap tempat yang tidak mau menerima prinsip itu telah mendatangkan penghukuman atas diri mereka sendiri.
KESULITAN PASTI AKAN DIALAMI
Yesus memperingatkan bahwa tidak semua orang mau menerima Injil, dan bahwa kenyataan itu akan mengakibatkan murid-murid-Nya diperlakukan dengan tidak baik. "Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah" (Mat. 10:17- 18). Hal ini wajar karena "seorang murid tidak lebih daripada gurunya, atau seorang hamba daripada tuannya" (Mat. 10:24). Para pemimpin agama telah menyebut Yesus sebagai Beelzebul. Tentu saja seisi rumah Yesus pun akan menerima cacian yang sama (Mat. 10:25). Ia juga menunjukkan bahwa cara-Nya itu bertentangan dengan cara duniawi. Karena itu, mereka akan dibenci oleh semua orang (Mat. 10:22-23).
Namun demikian, Yesus menyatakan kepada mereka agar tidak takut. Allah tidak akan meninggalkan mereka. Walaupun kesaksian mereka akan membahayakan jiwa-jiwa mereka sendiri, Roh Kudus akan menolong mereka menghadapi segala sesuatu (Mat. 10:19-20). Apa pun yang akan terjadi atas diri mereka, Yesus menjamin bahwa setiap orang yang mengakui Dia di depan manusia, tidak akan dilupakan di hadirat Bapa- Nya di surga (Mat. 10:32).
Yang sangat mengesankan kita ialah cara Yesus yang selalu berterus terang kepada murid-murid-Nya mengenai kekuatan musuh-musuh dan lazimnya penolakan manusia terhadap Injil Keselamatan. Mereka tidak perlu mencari-cari kesukaran. Peringatan agar mereka "cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati" (Mat. 10:16), menekankan perlunya sopan-santun dan kebijaksanaan. Namun, sekalipun mereka sudah berjaga-jaga, kenyataan tetap menunjukkan bahwa dunia tidak akan dapat menerima murid-murid-Nya selama mereka memberitakan Injil dengan setia. Mereka diutus "seperti domba ke tengah-tengah serigala" (Mat. 10:16).
Bahan diambil dan diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Rencana Agung Penginjilan |
Judul Artikel | : | Pengutusan |
Penulis | : | Robert E. Coleman |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1993 |
Halaman | : | 58 - 62 |
Buku online:
==> e-JEMMi 14/2006
INJIL AKAN MEMISAHKAN
Sesungguhnya, peringatan Yesus tentang Injil yang bersifat menentukan itu sangatlah penting. Tidak ada kompromi dengan dosa; jika seseorang masih senang dengan perbuatannya yang keji, ia pasti terganggu oleh pemberitaan tersebut. Mereka bukanlah utusan-utusan yang membiarkan kepuasan diri yang demikian. Bahkan Yesus berkata, "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak layak bagi-Ku" (Mat. 10:34-38). Apabila pada mulanya para murid menyangka bahwa tugas mereka mudah, sekarang pikiran semacam itu pasti lenyap. Mereka akan memberitakan suatu Injil revolusioner yang apabila ditaati, akan mengakibatkan suatu perubahan yang revolusioner pula dalam masyarakat.
SATU DENGAN KRISTUS
Dalam segala perintah-Nya, Yesus seolah-olah menjelaskan bahwa dalam segala prinsip atau pun metode, tugas murid-murid-Nya tidak berbeda dengan tugas-Nya. Ia mulai dengan memberi hak dan kuasa kepada mereka untuk mengerjakan tugas itu (Mat. 10:1; Mrk. 6:7; Luk. 9:1), dan Ia mengakhirinya dengan meyakinkan bahwa apa yang mereka kerjakan itu adalah mewakili pekerjaan-Nya. "Barangsiapa menyambut kamu, Ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku (Mat. 10:40; bandingkan dengan Yoh. 13:20). Camkanlah persamaan ini! Murid-murid dipersiapkan untuk menjadi wakil Kristus yang sesungguhnya dalam menjalankan tugas mereka. Persekutuan ini begitu jelas sehingga barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia pengikut Yesus, sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upah daripadanya (Mat. 10:42).
BERDUA-DUA
Itulah perintah-perintah Yesus kepada para murid-Nya. Tetapi, sebelum mereka pergi, Ia terlebih dahulu mengutus mereka berdua-dua (Mrk. 6:7). Tidak dapat disangkal bahwa rencana ini dimaksudkan untuk mempererat hubungan persaudaraan antar murid-murid-Nya, sesuatu yang dibutuhkan dalam tugas ini karena mereka akan harus saling membantu. Dalam menghadapi kesukaran yang tidak selalu dapat dihindarkan, mereka masih dapat saling menghibur. Ini menunjukkan perhatian Tuhan Yesus secara khusus terhadap persekutuan.
"Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat" (Luk. 9:6; bandingkan dengan Mrk. 6:12). Dari kelompok kecil inilah, murid-murid akhirnya memulai pelayanan mereka sendiri.
Bagi Yesus tentu saja hal itu tidak menjadi alasan untuk tidak bekerja lagi. Ia tidak pernah menyuruh seseorang untuk mengerjakan sesuatu yang Ia sendiri tidak ingin mengerjakan-Nya. Demikianlah, setelah murid-murid-Nya pergi, Sang Guru pun "pergi dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka" (Mat. 11:1).
Kegiatan pergi berpasangan kelihatannya menjadi cara yang sering dicatat di dalam Kitab-Kitab Injil. Misalnya, dua orang murid disuruh mencari keledai muda yang akan dipakai oleh Tuhan Yesus untuk memasuki Yerusalem (Luk. 19:29). Petrus dan Yohanes bersama- sama disuruh mempersiapkan perjamuan Paskah (Luk. 22:8). Mungkin Yakobus dan Yohanes bersama-sama mengadakan perjalanan sebelum Tuhan Yesus memasuki Samaria karena mereka berdualah yang amat marah dengan penyambutan terhadap kedatangan mereka itu (Luk. 9:52,54). James I. Vancer di dalam buku kecilnya, "The College of Apostles", New York, Fleming H. Revell, 1896, bahkan mencoba menggambarkan semua rasul menjadi enam kelompok yang masing-masing terdiri dari dua orang. Yesus bermaksud untuk memperkecil kesalahan-kesalahan mereka sekaligus agar mereka dapat saling melengkapi. Pengelompokan ini mempersatukan Petrus yang radikal dengan Andreas yang kuno; Yakobus yang lebih tua dengan Yohanes yang masih muda; Filipus yang bijaksana dengan Bartolomeus yang cerdik; Tomas yang selalu bimbang dengan Matius yang berkeyakinan teguh; Yakobus anak Alfeus yang selalu cemerlang dalam melakukan tugasnya dengan Tadeus yang cemerlang dalam memegang asas; dan Simon orang Zelot dengan Yudas si pengkhianat. Dugaan ini didukung oleh daftar para rasul yang tertulis dalam Matius 10:2-4 (Latham, Pastor Pastorum, Cambridge, Deighton Bell and Co., 1910, hal. 192). Bagaimanapun juga, secara terus terus terang, saya kira kita harus menyadari bahwa pengelompokan ini kebanyakan bertolak dari sebuah hipotesa (dugaan). Walaupun demikian, dengan jelas Kisah Para Rasul menyebut kepergian para rasul dan para penginjil dari gereja itu dilakukan dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih.
PENGUTUSAN TERHADAP KETUJUH PULUH MURID
Beberapa bulan kemudian, tujuh puluh murid yang lain juga diutus secara berdua-dua untuk bersaksi bagi Tuhan (Luk. 10:1). Tidak dijelaskan siapa murid-murid yang lain ini, tetapi ada tanda-tanda yang menyatakan bahwa di antara mereka juga termasuk kedua belas murid yang pertama. Jumlah rombongan ini juga menunjukkan hasil dari pekerjaan kedua belas murid dalam bersaksi bagi Kristus.
Tugas-tugas rombongan yang lebih besar ini banyak yang serupa dengan apa yang sebelumnya sudah diberikan kepada kedua belas murid (Luk. 10:2-16). Hanya saja, ada suatu tambahan dalam menjalankan tugas baru ini, yaitu agar mereka pergi mendahului Yesus "ke setiap kota dan tempat, yang hendak dikunjungi-Nya" (Luk. 10:1). Artinya, murid- murid ini menjadi utusan-utusan bagi Tuhan untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi pelayanan-Nya. Pesan khusus ini dijelaskan kepada mereka beberapa minggu sebelumnya, sementara mereka menuju ke Samaria (Luk. 9:52). Jadi, sebenarnya tugas itu bukanlah sesuatu yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Hal ini semata-mata hendak menunjukkan kembali bahwa mereka semua harus mempraktikkan strategi penginjilan yang telah mereka pelajari dari Tuhannya.
AMANAT-AMANAT SETELAH KEBANGKITAN
Yesus telah mengulangi prinsip penginjilan kepada murid-murid-Nya sebelum Ia naik ke surga. Sedikitnya dalam empat pertemuan dengan murid-murid-Nya, Ia menyuruh supaya mereka ke luar dan melakukan pekerjaan-Nya. Pertama kali hal itu diucapkan Yesus kepada murid- murid-Nya, kecuali Tomas, pada malam pertama ketika mereka berkumpul di ruang atas. Setelah Yesus menunjukkan luka pada tangan dan kaki- Nya, murid-murid-Nya terkejut (Luk. 24:38-40), dan Ia makan bersama- sama dengan mereka (Luk. 24:41-43). Lalu Ia berkata, "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu" (Yoh. 20:21). Kemudian Yesus kembali mengingatkan mereka akan janji-Nya bahwa Roh Kudus akan menyertai mereka dalam pelayanan mereka.
Kemudian, setelah Yesus makan pagi dengan murid-murid-Nya di pantai Danau Tiberias, tiga kali Ia menyuruh Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya (Yoh. 21:15-17). Teguran ini diberikan kepada nelayan besar itu sebagai bukti kasihnya kepada Tuhan Yesus.
Di atas sebuah bukit di Galilea Yesus kembali menyampaikan amanat agung-Nya, bukan hanya kepada kesebelas murid-Nya (Mat. 28:16), tetapi juga kepada seluruh jemaat yang pada waktu itu berjumlah lima ratus orang (1Kor. 15:6). Itulah suatu proklamasi yang jelas mengenai strategi-Nya untuk memenangkan dunia. "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat. 28:18-20; Mrk. 16:15-18).
Akhirnya, sebelum Ia naik ke surga, Yesus kembali mengulangi segala sesuatu yang harus dilakukan murid-murid-Nya. Ia menjelaskan kepada mereka segala sesuatu yang harus digenapi ketika Ia masih bersama- sama dengan mereka (Luk. 24:44-45). Dengan demikian, penderitaan- Nya, kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati pada hari yang ketiga itu sesuai dengan apa yang telah direncanakan (Luk. 24:46). Selanjutnya, Yesus menegaskan kepada murid-murid-Nya bahwa "dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem" (Luk. 24:47). Untuk melaksanakan tujuan ilahi ini, murid-murid harus melakukan hal yang sama seperti yang telah dilakukan Guru mereka. Mereka harus bertindak sebagai alat untuk memberitakan Injil, dan Roh Kudus akan memberi mereka kuasa untuk melaksanakan tugas mereka. "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria sampai ke ujung bumi" (Kisah. 1:8; bandingkan dengan Luk. 24:48-49).
PRINSIP-NYA TELAH JELAS
Amatlah jelas bahwa Yesus tidak membiarkan pemberitaan Injil ini dijalankan menurut gagasan dan perasaan manusia. Bagi murid-murid- Nya, panggilan itu pada mulanya hanya merupakan kesan. Namun, pengertian mereka menjadi lebih terang sewaktu mereka mengikuti Tuhan Yesus sampai akhirnya perintah itu disampaikan dalam bentuk amanat yang tegas sehingga mereka tidak mungkin salah mengerti lagi. Tidak seorang pun dari pengikut Yesus dapat melepaskan diri dari amanat-Nya itu. Hal ini berlaku pada waktu itu, dan tetap berlaku sampai pada hari ini juga.
Murid-murid Kristen adalah utusan-utusan untuk memberitakan Injil kepada dunia ini. Pengutusan ini sama seperti pengutusan terhadap diri Tuhan Yesus ke dalam dunia untuk menyerahkan nyawa-Nya. Penginjilan bukan semata-mata suatu tugas tambahan yang baik dalam kehidupan kita, tetapi sesuatu yang harus dijiwai dalam seluruh hidup dan pekerjaan kita. Hanya amanat yang telah diberikan kepada gereja inilah yang dapat memberi arti kepada segala sesuatu yang dilaksanakan atas nama Kristus. Dengan memusatkan pemberitaan Injil itu kepada suatu sasaran yang jelas, maka semua yang dikerjakan dan dikatakan itu akan memenuhi tujuan penebusan Allah. Lembaga-lembaga pendidikan, acara-acara sosial, rumah-rumah sakit, pertemuan- pertemuan gereja dalam segala bentuk -- segala sesuatu yang dikerjakan atas nama Kristus -- itu hanya akan dapat dibenarkan bila merupakan pelaksanaan Amanat Agung ini.
PENERAPAN PRINSIP-NYA DEWASA INI
Tidaklah cukup menjadikan prinsip ini hanya sebagai cita-cita saja, tapi ini harus dilaksanakan oleh mereka yang sedang mengikuti sang Juruselamat itu. Jalan terbaik untuk memastikan dilaksanakannya hal itu ialah dengan melatih dan menyuruh orang-orang mengerjakannya. Dengan demikian, mereka akan mulai bekerja, dan kalau mereka telah melihat pekerjaan itu juga dikerjakan dalam kehidupan gurunya, tidak ada alasan bagi mereka untuk menunda tugas yang diserahkan kepada mereka. Apabila gereja sungguh-sungguh memerhatikan pelajaran ini dan mulai menginjili, tentu mereka yang duduk-duduk di bangku gereja juga akan mulai bergerak keluar bagi Tuhan.
Namun demikian, seseorang yang sudah mulai mengerjakan tugas ini belum tentu akan meneruskannya. Sekalipun sudah dimulai, mereka masih perlu didorong terus ke arah yang benar. Tentu saja ketika Yesus mulai memberikan tugas-tugas kepada murid-murid-Nya, bukan berarti mereka telah tamat dari sekolah latihan-Nya. Banyak hal yang masih harus mereka pelajari sebelum dapat dianggap siap untuk menyelesaikan pelajaran mereka. Sebelum saat itu tiba, Ia tidak ingin melepaskan mereka dari pengawasan-Nya secara pribadi. Perhatian-Nya dalam hal ini begitu jelas dan metode-Nya berkenaan dengan hal ini begitu nyata sehingga pengawasan dapat dianggap sebagai suatu langkah lain dalam rencana Yesus.
Bahan diambil dan diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Rencana Agung Penginjilan |
Judul Artikel | : | Pengutusan |
Penulis | : | Robert E. Coleman |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1993 |
Halaman | : | 62 - 67 |
Buku online:
==> e-JEMMi 15/2006
Berikut ini adalah salah satu bagian dari buku "PEMURIDAN: SENI YANG HILANG", tulisan LeRoy Eims. Buku ini menguraikan tentang proses pertumbuhan iman orang percaya dan pola pembimbingan yang menjadi pengalaman pribadi dari penulis. Buku ini sangat menarik dan cocok dipakai sebagai pola untuk melakukan pemuridan di kalangan warga gereja (dan juga pelayanan mahasiswa).
"Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak." (Kisah Para Rasul 6:7)
Pada suatu hari seorang pendeta yang sibuk minta saya untuk bertemu dengan dia untuk membicarakan tentang cara melatih orang di gerejanya. Ia menggembalakan sebuah gereja yang bertumbuh dan sehat. Sering ada orang yang menerima Kristus. Jumlah hadirin bertambah sampai ia harus mengadakan kebaktian Hari Minggu pagi dua kali. Ternyata Allah memberkati pelayanannya.
Tetapi pendeta itu juga mempunyai persoalan. Kecuali ia melatih pekerja-pekerja yang kerohaniannya memenuhi syarat, ia tahu bahwa banyak orang Kristen baru tidak dapat memperoleh pertolongan yang diperlukannya dalam pertumbuhan rohani. Juga mereka tidak dapat berkembang menjadi murid Yesus Kristus yang kuat. Dan pendeta itu tahu bahwa ia adalah kuncinya. Keseluruhan proses itu harus dimulai dari dia. Ia tidak dapat menyerahkannya kepada orang lain. Sebagai pemimpin rohani dari orang-orang itu, ia harus menjadi perintis dalam pelayanan itu.
Persoalan yang lain: ia sibuk sekali. Banyak hal menuntut perhatiannya; banyak orang menuntut waktunya. Seperti banyak pendeta lainnya, ia memakai banyak waktunya untuk mengatasi persoalan-persoalan kecil dalam gerejanya. Satu soal belum selesai, soal lainnya sudah timbul.
Pendeta itu menggunakan terlalu banyak waktu untuk melayani orang- orang yang selalu mempunyai banyak persoalan. Dia sibuk membereskan persoalan, mendamaikan seorang dengan yang lain, mengurus perselisihan keluarga yang sulit, dan menghadapi 1001 soal lainnya. Ia menjadi frustasi.
Tetapi ia mempunyai angan-angan. Kadang-kadang ia masuk ke dalam kamar belajarnya, dan memikirkan keadaannya dari sisi yang lain. Ia melamun, tidakkah lebih baik jika ia memiliki orang-orang yang kerohaniannya telah bertumbuh untuk menolong mengatasi persoalan- persoalan "rohani" yang terus-menerus timbul di gereja ini?
Yang ia maksudkan bukanlah orang-orang yang hanya membawakan pita rekaman khotbah pendeta untuk orang-orang di penjara, membagikan makanan, pakaian dan bantuan keuangan untuk yang memerlukan, mengajar di Sekolah Minggu, atau menolong pendeta mengatur urusan dan keuangan gereja. Maksudnya ialah orang-orang yang mengetahui bagaimana memenangkan orang kepada Kristus dan kemudian membimbingnya dari saat pertobatannya sampai menjadi seorang murid yang kokoh, berserah, mengabdi, berbuah, dan dewasa; dan yang pada suatu waktu dapat mengulangi proses itu dalam kehidupan orang lain.
Teman saya tersenyum di dalam kamar belajarnya ketika melamunkan lamunan yang indah itu. Kemudian ia merasa gentar kembali ketika melihat kenyataan yang sebenarnya. Dan ialah orang satu-satunya di dalam jemaat itu yang memenuhi syarat secara rohani dan dapat menolong. Maka ia mengesampingkan lamunannya, membawa Alkitabnya, dan keluar pintu.
Sesudah kami membicarakan bersama-sama mengenai bagaimana menjadikan orang murid dan bagaimana melatih pekerja, pendeta itu kembali ke gerejanya dan mulai menjalankan prinsip-prinsip yang saya utarakan kepadanya dan yang diajarkan di dalam buku ini.
Dewasa ini, melalui pelayanannya timbul secara tetap arus murid- murid dan pekerja-pekerja yang mempengaruhi masyarakat sekitarnya bagi Kristus. Orang-orang dari gereja ini dipakai oleh Allah untuk memenangkan orang lain kepada Kristus dan menolong orang-orang yang bertobat itu, supaya mengulangi proses itu.
Melipatgandakan Atau Tidak?
Beberapa tahun yang lalu saya bercakap-cakap dengan seorang Kristen muda yang bersemangat. "Bob," tanya saya, "hal apakah yang bagimu paling membawa sukacita dalam hidup ini?"
"Akh, LeRoy, mudah sekali," jawabnya. "Membimbing seseorang kepada Kristus."
Saya setuju dengannya. Setiap orang merasa bahagia pada waktu hal itu terjadi. Saudara bahagia, orang yang baru bertobat itu juga bahagia. Ada sukacita di dalam surga. "Tetapi," saya katakan kepada Bob, "ada sesuatu yang lebih menyenangkan daripada itu."
Dia heran. Apa yang lebih hebat daripada membawa seseorang kepada Kristus?
Saya melanjutkan. "Jika orang yang kau bawa kepada Kristus itu bertumbuh dan berkembang menjadi seorang murid yang mengabdikan diri kepada Tuhan, berbuah, menjadi dewasa, dan kemudian membimbing orang lain kepada Kristus dan menolong mereka melakukan hal yang sama."
"Aha!" serunya. "Saya belum pernah memikirkannya!"
Ia tidak pernah mendengar atau memikirkan hal itu, tetapi ia siap mulai menggunakan waktu untuk belajar, dan ia melakukannya. Dewasa ini banyak murid yang masak, menyerahkan diri, dan berbuah di dua benua oleh sebab pengaruh kehidupan Bob dan visinya untuk melipatgandakan murid.
Pada suatu waktu, seorang kawan sekuliah saya dan saya memberikan suatu lokakarya penginjilan di sebuah Seminari. Lokakarya itu berlangsung selama tiga hari, untuk dua setengah jam setiap pertemuan, dan hadirin cukup banyak. Tema yang kami bawakan adalah mengenai "Pemuridan di Gereja Setempat."
Pada saat diskusi, seorang pendeta yang agak tua berbicara dan menceritakan pengalamannya dalam menjadikan murid diantara anggotanya di gereja. Ia telah memulai tiga tahun sebelumnya dan sekarang memiliki sekelompok orang yang setia yang dapat dipanggil sewaktu-waktu diperlukan. Ia memulai dengan seorang; kemudian ia dan orang itu bekerja dengan dua orang lainnya yang sudah menyatakan minatnya. Proses pemuridan itu diteruskan, dan selang beberapa waktu mereka berempat mulai bertemu dengan empat orang lainnya. Pelayanan itu berlipat ganda sampai sekarang ia memiliki kelompok orang-orang yang mengabdi dan yang sungguh-sungguh kerohaniannya memenuhi syarat dalam pekerjaan gereja.
Pendeta tua itu mengatakan bahwa pelayanan ini lebih menguntungkan, memuaskan, dan menggairahkan daripada pelayanannya yang lain selama tigapuluh lima tahun. Sesudah semua itu dipaparkan, mata dari banyak mahasiswa seminari itu memancar dengan penuh gairah. Hampir-hampir mereka tidak tahan untuk menunggu-nunggu lagi untuk pergi ke tempat pelayanan mereka dan mulai melipatgandakan murid.
Yang sangat saya sukai tentang pelayanan melipatgandakan murid ialah bahwa hal itu berdasarkan Alkitab dan dapat dijalankan. Pertama, hal itu adalah cara Alkitabiah untuk menolong menaati Amanat Agung Kristus (Matius 28:18-20), dan untuk menolong melatih pekerja- pekerja (Matius 9:37,38) yang dewasa ini, seperti pada zaman Kristus, masih sedikit.
Kedua, saya telah menyaksikan pelaksanaannya dan hasilnya lebih dari duapuluh lima tahun. Ketika kami beberapa orang terlibat dalam pelayanan melipatgandakan murid dalam tahun 1950-an, kami masih belum menyusun dan mengorganisasikannya dengan baik. Kami hanya menyebutnya "bekerja dengan beberapa orang." Tetapi sejak itu saya telah memperhatikan pendeta, ibu rumah tangga, utusan Injil, perawat, kontraktor bangunan, guru sekolah, dan pemilik toko terlibat dalam kehidupan beberapa orang itu. Saya telah melihat Tuhan memberkati usaha mereka dan melipatgandakan hidup mereka dalam Kristus ke dalam hidup orang lain.
Pada waktu Saudara mulai memakai waktu Saudara secara pribadi dengan orang Kristen lain dengan maksud membangun kehidupannya -- meluangkan waktu bersama membaca Firman, berdoa, bersekutu, berlatih secara sistematik -- ada sesuatu yang terjadi dalam hidup Saudara juga. Biarlah kiranya Allah mengaruniakan kesabaran, kasih dan ketekunan pada waktu Saudara membagikan kehidupan yang telah diberi-Nya kepada Saudara dengan orang lain.
Sumber:
Judul Buku | : | Pemuridan: Seni yang Hilang |
Penulis | : | LeRoy Eims |
Penerbit | : | Lembaga Literatur Baptis, 1993 |
Halaman | : | 10-12; 17-20 |
CD-SABDA | : | Topik 18224 |
Allah sangat serius dengan misi karena sesungguhnya misi adalah isi hati Allah sendiri. Hal ini dinyatakan dengan sangat serius dalam seluruh Alkitab. Keseluruhan kitab suci, dari kitab Kejadian sampai kitab Wahyu, terus menyatakan kasih Allah secara konsisten kepada manusia yang berdosa. Kasih Tuhan adalah bagi segala bangsa. Lebih dari enam ratus kali kata bangsa dan suku bangsa muncul dalam Alkitab. Yesus Kristus telah mati di kayu salib mencurahkan darah- Nya untuk menebus segala bangsa, kaum, dan bahasa agar mereka menjadi kepunyaan Allah bagi kemuliaan Allah Bapa. Itulah misi Allah di dalam dan melalui diri Kristus yang datang ke dalam dunia ini.
Sesungguhnya, merupakan hak istimewa bagi setiap orang percaya untuk terlibat dalam pekerjaan misi Allah bagi dunia ini. Tugas ini begitu istimewa karena kita yang sebenarnya tidak layak telah dilayakkan- Nya untuk ambil bagian di dalam pekerjaan mulia tersebut sebagai rekan-rekan sekerja Allah. Keseriusan perhatian Allah akan misi dapat kita lihat dari istilah "mengutus" dan "mengirim" dalam Lukas 10:1,2 (LAI). Kata "mengutus" yang pertama dipakai dalam Lukas 10:1, dalam bahasa aslinya (Yunani) adalah "apostello". Dari kata inilah kata "apostle" berasal, yang artinya rasul. "Apostello" berarti diutus baik-baik dengan hormat dan otoritas. Dengan cara ini Allah mau agar orang percaya membagikan Kabar Keselamatan itu kepada dunia. Murid-murid diutus baik-baik, di-apostello oleh Tuhan Yesus. Sebaliknya, kata kedua yang dipakai dalam Lukas 10:2 adalah "Ekballo". "Ekballo" berarti di lempar, di tendang, di utus dengan paksa. Tuhan bisa memakai berbagai cara untuk mengutus dengan paksa orang percaya pergi ke ladang misi.
"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit" (Luk. 10:2). Artinya, antara ladang misi dan tenaga pekerjanya tidak seimbang. Jika orang percaya tidak mau di-apostello, diutus secara baik-baik untuk pergi, Tuhan bisa meng-ekballo orang percaya untuk pergi. Hal ini terjadi supaya bangsa-bangsa lain mendapat kesempatan untuk mendengarkan Kabar Baik itu.
KISAH GEREJA MULA-MULA
Buku Kisah Para Rasul melatarbelakangi sejarah gelap bangsa Israel. Mereka berada dalam penjajahan selama lebih dari lima ratus tahun. Sewaktu Kisah Para Rasul ini terjadi mereka telah berada dalam penjajahan Romawi kurang lebih sembilan puluh tahun. Dalam masa penjajahan itu, `krisis` yang berkepanjangan dialami oleh bangsa Israel baik krisis ekonomi maupun sosial dan politik. Kemiskinan merajalela, kebebasan berpolitik tidak dialami oleh bangsa Israel. Rakyat sangat miskin dan tertindas. Mereka sangat mendambakan kemerdekaan, kebebasan yang akan memberikan kelegaan kepada mereka. Itulah sebabnya ketika berada di bukit Zaitun bersama Tuhan Yesus para murid bertanya, "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" (Kisah Para Rasul 1:6).
Agaknya, itu menjadi semacam doa yang merindukan kemerdekaan, kebebasan dan pemulihan dari krisis yang berkepanjangan. Doa dan harapan yang wajar, sebagaimana doa kita pada saat ini untuk bangsa Indonesia. Apalagi para murid sudah mengenal Tuhan Yesus yang sangat mengasihi mereka dan dunia. Namun sesungguhnya, Tuhan mempunyai rencana lain yang lebih indah untuk mereka lebih dari sekadar kemerdekaan dan pemulihan sosial, ekonomi, dan politik. Pada ayat 7 Yesus menjawab, "Engkau tidak perlu mengetahui masa depan dan waktu yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya."
Bapa berkuasa melakukan itu jika Dia mau, bahkan pada saat itu juga untuk memulihkan kerajaan Israel. Tetapi ada hal yang jauh lebih penting dari itu yang disampaikan-Nya dalam ayat 8.
"Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8)
Beberapa hal yang bisa kita catat dalam ayat ini ialah sebagai berikut.
Ketika Tuhan memberikan mandat ini, murid-murid-Nya yang pertama adalah bagian dari masyarakat Palestina yang pada masa itu sedang menghadapi krisis dan kemiskinan yang luar biasa. Namun, di tengah- tengah kondisi seperti itulah Tuhan justru menganugerahkan kesempatan bagi mereka untuk menjadi saksi-saksi-Nya. Tuhan tidak berjanji untuk memulihkan bangsa Israel dulu baru kemudian mereka mampu menjadi saksi-Nya. Bahkan kerinduan, doa, dan pengharapan mereka untuk pemulihan dan kemerdekaan bangsanya baru dijawab pada tahun 1947 ketika Israel merdeka sebagai satu negara. Itu berarti lebih dari 1900 tahun kemudian.
Di sinilah titik tolak misi para rasul yang dimulai dari krisis ekonomi dan politik. Misi tidak dimulai dengan kebesaran, kekayaan, dan kemegahan gereja serta anggota jemaat yang banyak, tapi dari situasi kemiskinan dan krisis. Dari sekelompok orang yang dipandang remeh dan orang-orang sederhana, Tuhan berkenan memakai mereka agar kuasa-Nya dapat dinyatakan. Misi dimulai bukan dengan menunggu sampai gereja menjadi besar dahulu, mapan dan anggotanya banyak. Jemaat mula-mula hanyalah suatu persekutuan kecil yang terdiri dari beberapa orang saja yaitu para murid dan `anggota keluarga` Tuhan Yesus (Kis. 1:13-14). Sesungguhnya dasar pelaksanaan misi bukanlah uang, kekuasaan, atau kemapanan tetapi Amanat Agung Tuhan Yesus, hati Tuhan Yesus untuk dunia ini.
Tuhan Yesus tidak berkata bahwa kalau kamu sudah kaya, jemaatmu sudah besar dan mapan, barulah kamu akan melakukan pekerjaan misi. Akan tetapi Dia berkata, "Kalau Roh Kudus turun atas kamu, kamu akan menjadi saksi-Ku".
Prinsip yang terutama adalah Roh Kudus yang diberikan kepada orang percaya agar memiliki kuasa untuk menjadi saksi-Nya. Roh Kuduslah yang menjadi penggerak misi orang percaya, bukan uang maupun kemapanan organisasi. Kuasa Roh Kuduslah sumber daya misi yang sejati.
Orang percaya diberikan kuasa Roh Kudus untuk menjadi saksi Tuhan. Kata saksi dalam ayat ini adalah "martureo" yang artinya bersaksi. Dari kata inilah kita mengenal istilah "marturia". Bersaksi bukan berarti menjadi pengkhotbah atau pendeta walaupun itu merupakan salah satu bentuk dari kesaksian juga. Bersaksi merupakan totalitas seluruh hidup kita melalui perkataan dan perbuatan. Bersaksi melalui perbuatan seringkali berbicara jauh lebih keras daripada perkataan kita. Bersaksi bisa juga berarti mengatakan dan menjadi saksi mata kebenaran Kristus, pribadi dan karya-Nya, sehingga dunia benar-benar mengaminkan kebenaran itu.
Walaupun karunia-karunia Roh Kudus diberikan untuk memperlengkapi orang percaya dalam pelayanan, tujuan utamanya tetap satu yaitu agar nama Tuhan Yesus dipermuliakan dalam keadaan apa pun, di mana pun, dan kapan pun juga. Bukan hanya di kala kesenangan dan kenyamanan tapi juga di kala kegelapan yang pekat dan krisis yang berkepanjangan yang seakan tiada hentinya. Roh Kudus diberikan agar kita menjadi saksi-Nya agar Injil sampai ke ujung bumi.
Melihat apa yang Tuhan Yesus katakan dalam Mat. 20:28, "... jadikanlah segala bangsa murid-Ku ...", istilah segala bangsa dalam bahasa Yunaninya adalah "panta ta ethne". Frasa tersebut menunjuk kepada segala suku (ethnic) bangsa. Bukan hanya beberapa suku bangsa atau sebagian suku bangsa, tetapi semua suku-suku bangsa. Tuhan Yesus adalah Juruselamat bagi segala suku bangsa yang ada di dunia ini.
Wilayah geografis untuk bersaksi bagi Tuhan adalah di Yerusalem, di seluruh Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi. Misi haruslah menerobos keluar mencapai semua tempat di mana pun Injil dapat di beritakan dan ini dilakukan pada waktu "Roh Kudus turun atas kamu". Tidak ada tempat yang terlalu sulit yang tidak dapat dijangkau oleh Injil karena Roh Kuduslah yang memberikan kuasa kepada kita untuk menjadi saksi-Nya. Kata "dan" yang dipakai di sini memakai kata "kai" dalam bahasa Yunani yang artinya, `sekaligus`. Menyaksikan Yesus bukan berarti hanya di Yerusalem; lalu setelah semua Yerusalem diinjili baru ke seluruh Yudea; setelah pekerjaan "beres" baru ke Samaria, dan seterusnya. Bukan begitu! Pelayanan kesaksian (marturia) harus dilakukan di Yerusalem sekaligus ke seluruh Yudea, sekaligus di Samaria, dan sekaligus sampai ke ujung-ujung bumi.
PENGGENAPAN JANJI ROH KUDUS
Amanat Agung ini tidak pernah diubah atau diralat oleh Tuhan Yesus. Jadi, sekali pun kita memiliki tugas yang berat dan sangat sibuk di "Yerusalem" kita, kita tidak boleh merasa bahwa pelayanan kita di "Yerusalem" ini paling penting dari yang lain. Dalam Kisah Para Rasul 2, janji Tuhan Yesus digenapi dengan turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta.
"Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata- kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. Bagaimana mungkin kita masing- masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah." (Kis. 2:4, 8-11).
AKIBAT TURUNNYA ROH KUDUS
Sebagai akibat turunnya Roh Kudus, para murid Yesus bersaksi dengan sangat berani. Petrus berkhotbah dengan jelas dan tegas tentang Injil Kristus dengan didampingi kesebelas rasul (Kis. 1:14-40). Petrus yang tadinya pengecut dan pernah menyangkal Tuhan Yesus kini tampil beda karena Roh Kudus. Sebagai akibat dari khotbah yang diurapi Roh Kudus, penginjilan pada hari itu menghasilkan kira-kira tiga ribu petobat baru (Kis. 2:41). Dasar kehidupan jemaat (baca: gereja) mulai diletakkan dengan koinonia (persekutuan), diakonia (pelayanan kasih), dan marturia (kesaksian penginjilan).
Dalam konteks ini, ketiga trilogi gereja itu tidak akan berjalan seimbang jika tidak dilandasi dengan metanoia (pertobatan). Pertobatanlah yang mengubah hati dan pikiran seseorang. Pertobatan membuat seseorang menempatkan Tuhan sebagai prioritas dalam pelayanannya. Pertobatan pula yang akan menyingkirkan konflik kepentingan dalam pelayanan sehingga dalam menerapkan trilogi tiang gereja itu, kita tidak menekankan satu hal saja, misalnya koinonia (persekutuan) dengan segala kebutuhan dan penempatan anggaran yang mengamankan keadaan dan kenyamanan kehidupan kita. Pertobatan akan memberikan perspektif ilahi dalam memandang dunia ini dan pelayanan di luar tembok gereja kita. Karena itu pula, jemaat terus bertambah karena tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan (Kis. 2:47). Tidak dikatakan bahwa Tuhan memberikan bangunan megah dan besar sebagai gedung gereja walaupun itu tidak salah dan mungkin diperlukan. Dikatakan bahwa jiwa-jiwalah yang diselamatkan di mana investasi harta kita diperuntukkan bagi `harta surgawi` yang membawa kekekalan dan ngengat tidak memakannya. Pertambahan jumlah jemaat ini juga dikarenakan penambahan yang Tuhan lakukan. Para murid tidak memegahkan diri dengan mengatakan bahwa itu hasil pelayanan mereka. Tuhanlah yang bekerja melalui mereka, bukan mereka yang bekerja keras bagi Tuhan. Semua hanya anugerah- Nya. Soli Deo Gloria.
Bahan diambil dari sumber:
Judul buku | : | Misi dari dalam Krisis |
Judul artikel | : | Pentingnya Misi di Hati Allah |
Penulis | : | Bagus Surjantoro |
Penerbit | : | Obor Mitra Indonesia, Jakarta, 2003 |
Halaman | : | 1 - 9 |
Musik yang benar itu luar biasa penting karena mempengaruhi hadirat Tuhan dan gerakan Roh Kudus. Pujian dan penyembahan yang diurapi mendatangkan suatu pewahyuan tentang Allah yang dapat mengubah kita untuk menjadi seperti Dia. Pujian dan penyembahan yang diilhami oleh Roh dapat melepaskan karunia-karunia rohani dan mendatangkan kelepasan, kesembuhan, dan nubuat untuk memberikan petunjuk. Musik yang benar adalah sebuah kunci agar terjadi kebangunan rohani dan pertumbuhan gereja. Allah menciptakan musik, itu adalah sebagian dari diri-Nya. Surga sendiri dipenuhi dengan musik. Musik yang benar dan penyembahan yang murni menyiapkan kita untuk masuk ke surga dan kekekalan. Penyembahan yang murni juga menjaga kita agar tetap berada di dalam jalur yang benar dan memampukan kita untuk menembus sasaran dalam kehidupan kita.
Musik adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kerajaan Allah dan kerajaan setan
Musik memiliki kuasa yang luar biasa dan dapat menggerakkan kita ke dalam dua arah. Kita banyak dipengaruhi oleh musik dan karena itu musik yang kita dengarkan haruslah kudus. Allah menghendaki agar Ia dikelilingi dengan pujian, penyembahan, dan kekudusan (Mazmur 96:9). Apakah musik yang kita dengarkan sudah menggenapi kehendak Allah ini? Apakah musik kita menyukakan Tuhan dan menarik kita lebih dekat kepada-Nya? Ada suatu serangan yang besar dari Setan dalam bidang musik dan ini menerobos masuk ke dunia gereja. Apakah kita telah kehilangan kemampuan untuk membedakan serta kepekaan kita dalam bidang musik dan penyembahan? Kondisi rohani gereja dalam sejarah selalu bergantung pada kondisi musik, pujian, dan penyembahannya!
Mujizat-mujizat besar dan kelepasan bagi orang-orang untuk menemukan keselamatan datang bersama musik yang benar Sebagaimana telah kami katakan, musik yang benar mendatangkan kesembuhan, kelepasan dari ikatan-ikatan, dan roh nubuat (baca 1Samuel 16:23; 2Raja-raja 3:15-16). Selama Zaman Kegelapan, Gereja Katholik melarang nyanyian. Akibatnya, seluruh kehidupan serta kesukaan lenyap dan kemurtadan mulai masuk. Martin Luther bukan saja memulihkan kebenaran tentang pembenaran oleh iman, melainkan juga mengembalikan dan nyanyian ke dalam gereja. Hidup baru dan sukacita muncul kembali dengan adanya kebangkitan musik dan nyanyian. Luther sendiri berkata, "Selain teologi yang benar, tidak ada yang lebih penting daripada musik dan penyembahan." Kebangunan rohani di bawah pimpinan Wesley bersaudara disertai dengan enam ribu hymne baru. Wesley bersaudara mendorong jemaat mereka untuk menyanyi dan mengungkapkan sukacita keselamatan mereka dengan nyanyian pujian dan penyembahan. Kesehatan Gereja di dalam sejarah selalu berkaitan dengan kualitas musik dan penyembahannya.
Musik berasal dari Allah
Allah mencintai musik dan di sekeliling diri-Nya penuh dengan pujian, penyembahan, dan kekudusan (Wahyu 4:8-11). Lucifer diciptakan Allah untuk memimpin koor-koor di surga. Nada-nada surgawi itu agung dan megah; tetapi kemudian terdengar nada-nada sumbang, suatu nada yang aneh muncul, suatu not baru yang menyuarakan depresi timbul. (Kebanyakan musik Setan dimainkan dalam sebuah kunci minor.) Perubahan dalam musik Lucifer timbul karena adanya perubahan dalam hubungannya dengan Allah. Pemberontakan telah masuk ke dalam dirinya. Setan tidak kehilangan kemampuan musikalnya ketika ia jatuh ke dalam dosa. Kini ia menggunakan kemampuan- kemampuannya untuk merusak musik dan memalingkan manusia dari Allah dengan musik. Semua kemampuan berasal dari Allah. Untuk apa kita menggunakan kemampuan-kemampuan kita itu bergantung kepada diri kita sendiri? Akan kita gunakan untuk apakah kemampuan-kemampuan musikal kita?
Tidak ada satu pun alat musik yang jahat
Jika alat-alat musik digunakan dengan benar, maka alat-alat tersebut akan memuliakan Allah. Raja Daud membuat banyak alat musik di bawah petunjuk Allah (1Tawarikh 23:5; 2Tawarikh 7:6; 29:26-27; Nehemia 12:36). Di surga ada banyak alat musik seperti terompet, sangkakala, dan alat musik gesek. Yang jahat bukanlah alat musiknya, melainkan bagaimana orang memakai alat musik itu. Ia dapat menggunakan penyembahan yang benar -- 149 alat musik itu untuk kebaikan atau kejahatan. Orgen, piano, terompet, dan suling semuanya diterima oleh banyak orang percaya, namun semua ini pun dapat menjadi alat musik Setan bila orang yang memainkannya tidak dikuduskan bagi Allah. (Kita harus menghindari adanya suatu musik yang berbau dunia di dalam gereja kita, dan sebaliknya menciptakan suatu musik yang mencerminkan orkestra penyembahan di surga.)
Kadang-kadang, sebuah gereja kekurangan kebebasan di dalam Roh karena legalisme atau tradisi denominasinya. Di beberapa gereja alat-alat musik tidak boleh dimainkan. Beberapa bentuk pengungkapan kegembiraan yang besar dan bersuka di hadapan Tuhan dipadamkan. Ini dapat menghentikan aliran Roh Kudus, karena musik dan penyembahan berkaitan langsung dengan aliran Roh. Kaum Puritan pada zaman dahulu memecat anggota-anggota gereja dan menghina orang-orang yang menyanyi. John Calvin percaya bahwa seluruh tata ibadah Perjanjian Lama sudah tidak terpakai lagi, termasuk semua alat musik. Setelah tahun 70 Masehi, kaum Farisi melarang nyanyian-nyanyian, alat musik tabuh, klarinet, dan alat-alat musik lainnya, serta berkata bahwa semuanya itu jahat karena para penyembah berhala pun menggunakannya. Kaum Farisi bersikap sangat tegas terhadap penggunaan alat-alat musik ini. Roh Farisi yang sama dapat menghentikan aliran Roh dalam gereja-gereja pada masa kini.
Kadang-kadang, pembatasan-pembatasan yang tidak perlu diberlakukan bagi jemaat gereja karena para pemimpinnya takut jemaatnya larut dalam perasaan-perasaan mereka. Perasaan-perasaan itu sendiri tidak jahat jika tunduk kepada Roh Allah. Allah sendiri memiliki perasaan- perasaan dan kita diciptakan menurut gambaran-Nya. Kita bisa saja lari dari satu titik ekstrim ke titik ekstrim lainnya dari terlalu larut dalam perasaan menjadi tanpa perasaan. Keduanya itu salah. Kita harus mendapatkan keseimbangan yang kudus. Beberapa gereja meluaskan perasaan yang berlebih-lebihan, sedangkan beberapa gereja lainnya hanya sedikit mengikuti perasaan atau tidak memakai perasaan sama sekali. Ada musik yang mengungkapkan perasaan, dan ada juga musik yang menimbulkan perasaan-perasaan yang meletup-letup. Kita sebaiknya tidak memperbolehkan yang terakhir.
Musik adalah penyembahan
Musik akan menghasilkan penyembahan yang baik atau buruk, bergantung pada jenis musiknya. Setan memakai musik untuk menjauhkan manusia dari Allah dan mendekatkan mereka kepadanya, dengan suatu urapan palsu. Musik memainkan sebuah peranan yang tidak dapat diabaikan dalam penyembahan kepada Nebukadnezar dan patungnya (lihat Daniel 3:1-18), dan itu akan diulangi dalam penyembahan kepada Setan dan Antikris di zaman kita (Wahyu 13:4,8). Kerinduan Setan yang terbesar adalah penyembahan kepada dirinya dan ia memakai musik untuk mencapai hal itu.
Musik rock adalah salah satu alat terampuh yang dimiliki Setan untuk membawa manusia ke dalam ikatan. Sampul depan di album musik rock sekuler dengan jelas memperlihatkan bahwa sumbernya berasal dari Setan. Musik dikenal dari buah yang dihasilkannya. Musik rock dihubungkan dengan budaya memberontak. Jika Saudara membiarkan anak- anakmu mendengarkan musik rock, maka mereka akan memberontak terhadap Allah dan Saudara. Musik rock juga dikaitkan dengan amoralitas, obat bius, dan spiritisme (kepercayaan bahwa arwah orang mati berkomunikasi dengan orang hidup melalui perantara). Roh jahat yang bekerja melalui seorang artis rock akan masuk ke dalam mereka yang rohnya terbuka terhadap penyembahan seperti ini. Musik itu adalah penyembahan! Apa yang kita sembah?
Bahan diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Kekristenan Sejati |
Judul Artikel | : | Pentingnya Musik |
Penulis | : | Paul G. Caram |
Penerbit | : | Voice of Hope, Jakarta, 2004 |
Halaman | : | 147 - 150 |
Saya telah mengamati, kebanyakan warga gereja, apa pun aliran mereka, memiliki reaksi yang sama terhadap penginjilan: "Terima kasih, itu bukan bagian saya." Anda hampir dapat mendengar bunyi pintu gerbang besi yang bergemerincing tertutup dalam pikiran mereka.
Ketika saya bertanya mengapa mereka tidak mewartakan Injil, saya mendengar jawaban: "Saya tidak senang memaksakan sesuatu terhadap seseorang." Atau, seperti seorang siswa Reed College menjawabnya dengan begitu ringkas, "Penginjilan adalah berapa banyak orang yang telah saya sakiti hatinya dalam minggu ini." Atau, satu dari favorit saya, "Kamu tahu, saya akan mewartakan Injil jika saya tidak begitu mencintai manusia."
Kebanyakan orang Kristen amat takut dicap sebagai bagian dari golongan pinggir yang fanatik sehingga mereka tidak berbicara apa- apa tentang iman mereka dan merasa aman berada di dalam penjara yang ramah di gereja. Setiap latihan penginjilan yang efektif mulai dengan menyadari bahwa manusia dibebani oleh rasa salah, rasa takut, dan sikap-sikap negatif, yang harus dikenali dan dilenyapkan lebih dulu sebelum kita melangkah untuk mencapai suatu keberhasilan.
Dari manakah sikap-sikap negatif ini muncul? Tidak satu pun kelompok Kristen merencanakannya secara sadar, "Marilah kita sepenuhnya menghancurkan individualisme mereka dan membasminya bagi Yesus." Inilah cara yang sering kita temukan: menahan orang dan memaksakan brosur kepada mereka.
Saya heran betapa tegarnya orang-orang Kristen memegang teguh alasan-alasan mereka untuk tidak menginjili. Dan alasan-alasan itu hampir selalu berupa pernyataan bahwa penginjilan bukanlah merupakan prioritas utama.
Sebagian besar orang Kristen secara intuitif mengetahui bahwa penginjilan semestinya tidak berada dalam bagian pemasaran, tetapi berada dalam konteks hubungan yang penuh kasih. Pikiran sehat menuntut kita untuk mewartakan Sabda dan menghayati dalam hidup kita di tengah masyarakat di tempat mana hidup kita berinteraksi secara alamiah. Jika penginjilan lebih mementingkan teknik dan strategi dan kurang memperhatikan kasih dan penghargaan terhadap masing-masing orang, maka kita pasti akan mendapatkan kesulitan.
Tetapi beberapa di antara kita telah melangkah terlampau jauh pada sisi yang lain, lebih mementingkan hubungan dan kurang memperhatikan pewartaan Injil secara jelas dan panggilan untuk memenuhi janji. Akibatnya hanya persahabatan belaka dan tidak ada penginjilan sama sekali.
Bagaimana kita menghindari sikap yang terlalu keras dan memperkuat suatu penginjilan yang Alkitabiah, penuh kasih dan penuh penghargaan terhadap individu? Saya mengusulkan tiga unsur yang perlu dimasukkan sebagai bagian dari pelatihan kita.
Dua unsur pertama telah diusulkan oleh Gabriel Fackre, yang mengatakan bahwa kita harus bercerita secara langsung dan membagikan cerita kepada orang lain. Saya mau menambahkan bahwa kita harus memahami ceritanya, yang berarti pelatihan harus memperdalam sumber-sumber rohani kita dan membangun ketrampilan dalam isi dan komunikasi.
Bercerita Secara Langsung
Kami di Barat hampir selalu berhasil menyampaikan kebenaran Kitab Suci melalui pedekatan-pendekatan teologis atau sistem bagan empat garis besar. Kami sekarang mulai menemukan apa yang selama ini telah dipahami oleh saudara-saudara kami di dunia Timur -- kebenaran juga dikomunikasikan dengan menceritakan kisah.
Baru-baru ini saya membaca bagaimana Lewis Alemen membagi warta lisan ke dalam tiga bagian:
menceritakan kisah Yesus -- drama tentang perbuatan-perbuatan Tuhan, khususnya tentang hidup, kematian dan kebangkitan Kristus,
menceritakan kehidupan saya -- yang bukan merupakan pesan Kitab Suci tetapi yang memberi contoh akan kekuatannya, dan
menceritakan kisah mereka -- bagaimana hidup Kristus berkaitan dengan orang yang kita layani.
Kesaksian yang sejati mengintegrasikan unsur ketiga kisah hidup itu. Tetapi saya menemukan bahwa kebanyakan orang membutuhkan bantuan khusus untuk belajar menceritakan kisah Yesus. Kita biasanya mampu menjelaskan Injil lewat bagan-bagan dan diagram-diagram. Tetapi mampukah kita berbicara tentang Yesus dengan suatu cara yang dapat membuatnya seolah-olah hidup? Dapatkah kita menceritakan kisah hidup-Nya dan perumpamaan dengan suatu cara yang sedemikian hingga orang lain dapat melihat relevansinya bagi hidup mereka.
Salah satu kegiatan yang saya lakukan dengan aktif sebagai seorang anggota staf Inter-Varsity adalah memberikan "obrolan asrama" yang bersifat penginjilan, yang di dalamnya saya berbicara dengan mahasiswa-mahasiswa yang selalu mempertanyakan ajaran-ajaran agama Kristen (biasanya berkenaan dengan pembelaan-pembelaan) dan kemudian akan muncul pertanyaan-pertanyaan yang suasananya seringkali menggairahkan dan penuh tanggung jawab. Bahkan kami sering terlibat dalam perdebatan yang seru sampai larut malam.
Kemudian pada suatu hari saya mendengar seorang rekan saya dan seorang pembicara yang terkenal, Gene Thomas, mengadakan suatu "obrolan asrama" di sebuah perguruan tinggi di Washington. Saya terkejut bahwa dia dengan sederhana melukiskan seperti apakah Yesus itu sebagai pribadi dan hal-hal yang dihargai-Nya -- manusia, khususnya. Dia berbicara tentang kualitas hubungan yang Yesus dambakan dan membuat kita mampu untuk memilikinya. Ketika dia berbicara, hal pertama yang muncul dalam pikiran saya adalah, "Tetapi mereka perlu tahu bahwa hal itu benar dan logis." Hal kedua yang muncul adalah, "Jika Anda akan berbicara tentang Yesus, tidakkah Anda akan berbicara tentang salib?"
Ketika tiba saatnya untuk bertanya, para mahasiswa berbicara dengan jujur: betapa mereka merasa bersaing dan tidak aman, mereka amat membenci kepalsuan dan elitisme. Mereka melontarkan keterkejutan mereka bahwa Yesus mempunyai kaitan dengan hal-hal semacam itu. Ada pula pertanyaan-pertanyaan yang beralasan tentang kebenaran yang dituntut oleh Yesus, tetapi suasananya tetap indah dan semarak.
Pada saat kami berjalan keluar gedung, tiga orang senior menghampiri Gene dan berkata, "Selama kami berada di sini, menjadi anggota panitia ini dan itu dan mengikuti banyak pertemuan, tapi kami belum pernah mengalami suatu pertemuan seperti ini, di mana orang-orang begitu terbuka dan terdapat suasana yang penuh kasih dan penerimaan."
Gene sambil lalu berkata, "Oh, ya, itu karena Yesus ada di sini. Kita merasakan suasana seperti itu sebab seperti itulah Yesus itu."
Mereka memandang Gene dengan mata terbelalak penuh ketakjuban, dan saya menyadari bahwa dia telah menyelesaikan pewartaan Injil lebih banyak daripada pembicaraan asrama yang telah saya lakukan.
Mereka belum bertobat, mereka belum memahami banyak pertanyaan yang belum terjawab, tetapi mereka sangat tertarik kepada Yesus. Ini merupakan suatu permulaan yang penting. Berikutnya ketika kami bertanya, "Apakah ada yang mau mempelajari pribadi Yesus yang diceritakan dalam Kitab Suci?" Mereka yang menyetujui luar biasa banyaknya. Pengalaman tersebut memperteguh apa yang sedang saya duga: saya perlu menemukan Yesus kembali dan dapat mengkomunikasikannya dengan cara-cara yang segar dan deskriptif agar penginjilan saya lebih efektif.
Beberapa bulan kemudian, saya ada di Harvard selama satu bulan untuk ceramah. Sebagai ganti ceramah yang banyak menggunakan otak sebagaimana yang telah saya rencanakan, saya memutuskan untuk mengikuti cara Gene dan berbicara tentang Yesus. Saya menceritakan kembali salah satu cerita Yesus sendiri, dalam hal ini perumpamaan tentang anak yang hilang.
Gerak-gerik kelompok itu mempesonakan. Saya berjalan memasuki suatu ruangan yang penuh sesak dengan mahasiswa-masiswa yang cerdas tetapi bimbang dalam iman. Beberapa kelihatan bersikap menentang, beberapa kelihatannya seperti habis melakukan olahraga yang berat. Banyak mahasiswa yang menggelosor di kursi mereka dengan tampang keheranan dan menunggu kesempatan untuk menyerang. Ketika saya mulai mengisahkan perumpamaan tersebut, saya melihat adanya perubahan. Mereka tidak dapat tidak terlibat dalam kisah itu. Mereka mengubah posisi duduk mereka: yang tadinya membungkuk, berubah menjadi tegak dan akhirnya bersandar dengan tegap di kursi mereka. Kemudian saya menggambarkan prinsip-prinsip teologi dan membuka kesempatan untuk bertanya. Pertanyaan-pertanyaan muncul tidak berbeda dari diskusi-diskusi asrama yang lain. Sikap mereka berubah dengan mengherankan -- dari sikap bermusuhan dan sombong berubah menjadi rasa tertarik, ingin tahu dan menunjukkan keterlibatan diri yang tidak dibuat-buat.
Hal ini mengajar saya, pertama, akan kekuatan suatu cerita yang bagus. Setiap orang menyenangi cerita, sebagian karena cerita menggunakan kedua sisi otak kita, yang memancarkan segi kreatif dan imaginatif kita dan juga bagian dari diri kita yang konseptual dan rasional. Dan Kitab Injil penuh cerita-cerita yang bagus, yang terbingkai dengan kebenaran teologis yang mendalam tentang Tuhan dan diri kita sendiri. Bagi seorang yang belum percaya yang tidak mempunyai kerangka teologis, ayat-ayat Injil yang lepas dari koteksnya mungkin tidak memberi makna apa-apa. Tetapi jika kita menceritakan kisah yang berhubungan dengan hidup -- seperti cerita- cerita Yesus -- dan karena hidup sudah menjadi suatu kerangka, makna cerita itu bisa merasuk dalam hati pendengar.
Lagi, saya tidak menganjurkan agar kita membuang kerangka Injil, gagasan-gagasan teologi dan apologetika. Saya semata-mata hanya mengatakan marilah kita menambahkan ke dalam latihan penginjilan kita kemampuan untuk berbicara tentang Yesus dengan cara-cara yang alamiah dan enak untuk menceritakan kisahnya secara spontan dan bebas.
Membagikan Cerita Kepada Orang Lain
Yesus nampaknya selalu melakukan dua hal: mengajukan pertanyaan dan bercerita. Orang Kristen nampaknya selalu melakukan dua hal yang lain: menjawab dan "berkhotbah".
Keempatnya diperlukan -- pada saat yang tepat dan di tempat yang tepat pula. Tetapi kita cenderung melupakan bahwa Allah yang dikisahkan dalam Injil adalah komunikator yang luar biasa; kita mengabaikan teladan Yesus ketika memulai suatu percakapan, dan kita cepat-cepat menyela dengan jawaban-jawaban yang tidak matang dan khotbah-khotbah kecil sebelum rasa ingin tahu para pendengar timbul.
Saya sering meminta peserta suatu rapat untuk bercerita kepada saya sejauh perjuangan mereka dalam bersaksi. Jawaban mereka terbagi dalam tiga kategori:
2 persen mengatakan bahwa mereka berjuang dengan pertanyaan-pertanyaan sulit yang tidak dapat mereka jawab;
1 persen menyatakan bahwa mereka berjuang dengan metode-metode (bagaimana saya membimbing seseorang kepada Kristus); dan
97 persen mengatakan bahwa mereka membutuhkan pertolongan untuk ketrampilan mereka dalam berkomunikasi (bagaimana saya mengalihkan percakapan sekuler ke percakapan rohani dengan cara yang alamiah? Bagaimana saya menolak atau tidak ikut serta dalam suatu kegiatan tanpa kelihatan 'munafik'? Bagaimana saya dapat tetap menjadi diri saya sendiri di saat saya merasa bahwa dunia mempersulit karya saya?).
Tampaknya ironis bahwa begitu banyak latihan penginjilan zaman sekarang begitu berfokus pada ketrampilan-ketrampilan yang berkenaan dengan isi pada saat dimana orang-orang tampaknya mengatakan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak pertolongan untuk ketrampilan berkomunikasi. Kita memang perlu mengetahui apa yang harus disampaikan, tetapi kita perlu juga mengetahui bagaimana cara menyampaikan.
Proses komunikasi begitu kompleks dan memiliki banyak segi sehingga mudahlah untuk merasa bosan. Kunci untuk semua komunikasi yang baik adalah kemampuan untuk mengasihi sebagaimana Kristus telah mengasihi. Yesus terus-menerus mengajarkan bahwa jika kita ingin menjadi pengikut-pengikut-Nya, hidup kita harus membawa meterai kasih yang begitu besar -- kepada Tuhan dan kepada sesama kita. Hidup kita harus dikuasai oleh cinta-Nya, bukan semata-mata oleh kegiatan keagamaan. Bagaimana kita bertingkah laku terhadap sesama merupakan tanda yang paling jelas bagi mereka untuk mengenal seperti siapakah Tuhan itu. Tidak seorang pun mau dijadikan proyek penginjilan seseorang. Orang ingin dicintai dan diterima dengan sungguh-sungguh.
Saya mengenal orang Kristen yang telah melanggar hampir setiap aturan komunikasi, namun demikian mereka tetap bisa menjadi penginjil-penginjil yang efektif sebab mereka mengasihi dengan tulus orang yang mereka ajak bicara. Akhirnya, kasih adalah segalanya.
Setelah meletakkan cinta Kristus sebagai dasar komunikasi, kita dapat menganalisa model komunikasi kita sendiri, sambil menemukan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan kita: Apakah kita malu- malu dan takut? Sulitkah bagi kita untuk memulai percakapan, terlebih lagi membawanya kepada Tuhan? Apakah kita gagal mengungkapkan kebutuhan orang lain? Apakah kita telah mendengarkan dengan baik?
Saya telah menyadari bahwa amat bergunalah memikirkan latihan- latihan yang saling berkaitan dengan ketrampilan-ketrampilan komunikasi khususnya yang saya coba ajarkan: ketrampilan mendengarkan, ketrampilan menegaskan, mengatasi selisih paham, menolak tanpa menyakiti hati, dan lain-lain.
Misalnya, para teoritis informasi berkata kepada kita bahwa untuk berkomunikasi dengan efektif kita harus mengenali metode-metode kita sendiri terhadap mereka yang kita ajak bicara. Maka saya mengembangkan latihan ini: saya berkata, "Menghadaplah kepada orang di sebelah Anda. Anggaplah dia seorang rekan Kristen. Saya harap salah satu dari kalian menyapa, 'Hai, bagaimana acara akhir minggumu?' Lalu orang yang satu lagi menjawab, di mana ia menghabiskan akhir minggunya dan satu hal yang ia pelajari selama akhir minggu itu." (Langkah pertama)
Setelah beberapa menit, saya berkata, "Sekarang bergantian. Sekarang orang yang satu menyapa, 'Bagaimana acara akhir minggumu?' dan Anda menjawab. Tetapi sekarang Anda tahu bahwa orang yang bertanya itu bukan seorang Kristen." (Langkah kedua)
Perbedaan menyolok dalam reaksi pada langkah pertama dan langkah kedua tidak kaku lagi. Dalam langkah pertama, setiap orang bercakap- cakap dengan suasana santai. Namun pada langkah kedua yang muncul adalah suasana hening, lalu keluhan, gelak tawa yang gugup, dan ketidaknyamanan. Setelah itu saya meminta mereka untuk bercerita kepada saya bagaimana perasaan mereka ketika berpindah dari langkah pertama ke langkah kedua. Jawabnya selalu sama: "Saya merasa enak dan santai pada langkah pertama tetapi merasa sangat tidak menyenangkan pada langkah kedua. Saya tahu bahwa mereka tidak akan tertarik. Saya tahu mereka akan berpikir bahwa saya orang tolol. Saya sakit hati dan tidak tenteram."
Kemudian kami menyelidiki mengapa itu terjadi dimana mereka menyimpulkan bahwa orang merasa tidak enak, meski mereka tidak mengetahui banyak fakta tentang orang itu, kecuali fakta kalau dia bukan orang percaya. Apakah itu adil? Mengapa mereka melakukan hal itu? Bagaimana kesimpulan mereka itu mempengaruhi kemampuannya untuk berkomunikasi? Jika itu adalah sikap dasar mereka terhadap setiap orang tidak percaya yang mereka temui, tak perlu diragukan lagi bahwa mereka akan merasa tidak damai dalam memberikan kesaksian.
Kemudian kami mulai mengembangkan sikap-sikap mental yang beda untuk berhenti menghakimi orang lain dengan tidak adil sebelum kami benar- benar mengetahui duduk permasalahannya. Keuntungan latihan-latihan ini adalah bahwa cara ini melibatkan orang-orang dalam proses belajar. Pikiran kita mungkin bisa menerima konsep, tetapi dengan sederhana dibutuhkan latihan untuk membuat tingkah laku kita sesuai dengan pikiran kita.
Memahami Ceritanya
Akhirnya, tahap demi tahap kita harus diubah oleh Sabda Allah itu sendiri. Kita tidak hanya mewartakan Injil -- kita sendiri adalah Injil itu.
Ketika Wesley ditanya, "Mengapa orang banyak tampaknya begitu terpesona pada Bapak?" Dia menjawab, "Baik, Anda tahu bahwa jika Anda menceburkan diri ke dalam api, mereka hanya berminat untuk datang dan melihat Anda terbakar."
Begitulah penginjilan: bukan suatu program melainkan api yang ada di dalamnya.
Mereka akan terpesona oleh kehangatan api Tuhan yang ada di dalam diri kita walaupun barangkali pada mulanya kita harus terus-menerus menyalakan dan menghidupkan api tersebut. Diri kita diubahkan oleh kehadiran Kristus melalui doa, pembacaan Kitab Suci, kepekaan yang kian mendalam terhadap Roh Kudus, dan belajar berjalan dalam Roh, bukannya menurut keinginan daging. Semua itu adalah suatu bagian dari sumber-sumber yang membuat kesaksian kita menjadi sangat kuat dan menusuk.
[Rebecca Manley Pippert adalah seorang yang mengkhususkan diri dalam penginjilan. Dia bekerja sama dengan Inter-Varsity Christian Fellowship dan tinggal di Tel Aviv, Israel.]
Diedit dari Sumber:
Judul Jurnal | : | Kepemimpinan, Volume 19/Th.V |
Judul Artikel | : | Penyegaran Latihan Penginjilan |
Penulis | : | Rebecca Manley Pippert |
Halaman | : | 44 - 49 |
Pendoa syafaat barangkali merupakan unsur yang paling sedikit dipahami dalam proses pemetaan rohani. Dalam beberapa tim, mereka sedemikian ditinggikan sebagai penyampaian pesan ilahi, sehingga membuat sebagian besar pekerjaan unit lain menjadi tidak penting. Tetapi lebih sering mereka tidak dimanfaatkan, dan diturunkan peranannya hanya sebagai pendukung "pekerja yang sesungguhnya." Apa pun yang terjadi, jika keduanya tidak saling mendukung, maka tim maupun proyek yang dijalankan akan menemui hambatan.
Sebenarnya, unit pendoa syafaat memberikan banyak sumbangan pada rangkaian kegiatan pemetaan rohani. Anggotanya dapat menaikkan doa agar rekannya di unit lapangan menerima penunjukan ilahi, agar mereka disukai para responden, dan agar Allah melindungi mereka. Mereka juga dapat memohon agar Roh Kudus memimpin peneliti arsip untuk menemukan sumber tersembunyi dan/atau sumber yang memperkuat data sebelumnya. Mereka dapat memohon hikmat dalam menentukan batas- batas proyek, latar belakang jadwal, dan menilai orang dan informasi. Pada akhirnya mereka juga dapat berdoa agar Tuhan mempersiapkan pendengar yang siap menerima laporan final.
Para pendoa syafaat juga dapat mengumpulkan informasi berharga melalui kedisiplinan dalam menantikan Tuhan. Informasi ini dapat berupa pimpinan mengenai orang, tempat atau isu, pemahaman terhadap pola yang rumit atau makna tersembunyi, atau konfirmasi mengenai fakta atau hipotesis tertentu. Apapun bentuk dan sifatnya, sumbangan ilahi ini cukup penting untuk ditulis dalam cara yang sistematis. Hal ini tidak dimaksudkan untuk menciptakan tambahan Alkitab, namun sebagai alat untuk mengingat dan memperoleh pewahyuan konstektual.
MEMBUAT CATATAN DOA
Tim doa syafaat bebas untuk membuat catatan doa mereka sendiri, sepanjang unsur-unsur kunci, seperti gaya penulisan dan susunan tetap konsisten dan dapat dibaca. Hal ini penting karena catatan doa pada akhirnya menjadi dokumen umum, suatu laporan kerja. Untuk itu, catatan ini perlu dibuat dengan rapi dan tertata dengan baik, namun tidak terbuka untuk sistem penanggalan yang logis dan catatan- catatan standar. Beberapa pendoa mungkin menemukan bahwa mereka perlu membuat penyesuaian diri agar bisa bekerja sama dengan anggota tim lainnya dengan harmonis dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan umum proyek tersebut.
Kesimpulan tiap-tiap sesi doa harus dicatat sesegera mungkin. Hal ini akan menjaga agar tidak lupa dan memastikan bahwa pewahyuan ilahi masih diingat jelas dalam waktu sekejap. Setiap laporan atau komentar harus dicatat seringkas mungkin agar tidak membingungkan. Kesan subjektif dan menduga-duga dapat dicantumkan jika diberi keterangan dengan jelas mengenai maksud dan tujuannya.
Hal selanjutnya yang sangat saya sarankan untuk dipertimbangkan tim pendoa syafaat ialah membuat sistem kode dengan menempelkan label tipe tertentu pada catatan yang seringkali muncul. Empat contoh mutlak ialah tema doa, kesan subyektif, jawaban doa, dan tindakan tertentu. Dapat juga dilakukan dengan cara memberi indeks catatan terkait yang dibuat dalam hari dan halaman yang berbeda. Indeks semacam ini dapat dibuat secara manual dengan membuat kode margin, atau secara otomatis membuatnya dengan program komputer tertentu (jika catatan tersebut dibuat dengan menggunakan komputer). Akhirnya, catatan doa harus memiliki sistem referensi silang yang menunjuk pada catatan subyek terkait, sehingga peneliti dapat melihat isinya dari berbagai sudut pandang.
Jadi, apa yang dapat dipelajari peneliti dari sebuah catatan doa? Jika catatan ini dibuat dengan baik oleh seorang pendoa syafaat yang saleh dan berpengalaman, seorang peneliti dapat mempelajari apapun dari catatan tersebut. Tidak ada yang lebih menyenangkan dibanding mengetahui bahwa Tuhan sudah berbicara kepada kita, dan bahwa firman-Nya memberikan kunci untuk membuka benteng-benteng yang menyesatkan dalam masyarakat kita.
[George Otis Jr. adalah pendiri dan presiden dari Sentinel Group, sebuah agen Kristen yang bergerak di bidang penelitian dan informasi yang berpusat di Seattle, Washington. Saat ini Otis melayani sebagai ko-koordinator AD 2000 dan Beyond United Prayer Track. Dia juga menjadi seorang penasihat internasional bagi Aglow International dan Lydia Prayer Fellowship.]
Sumber:
Judul Buku | : | Doa Syafaat yang Terarah |
Judul Artikel | : | Peran Pendoa Syafaat |
Pengarang | : | George Otis, Jr |
Penerbit | : | Nafiri Gabriel, Jakarta, 1999 |
Halaman | : | 195 - 197 |
Globalisasi dan berbagai tren lainnya pada milenium baru ini, bagaimana pun juga punya dampak yang tentunya perlu dihadapi secara terbuka oleh gereja dan umat yang hidup di dunia ini. Begitu pula dalam kancah pergumulan bangsa di tanah air.
Gerakan doa yang telah berlangsung lebih dari selusin tahun ini, menggerakkan orangtua, pemuda, maupun anak-anak, untuk terlibat dalam berseru-seru kepada Allah yang maha kuasa agar kuasa-Nya dinyatakan di tengah bangsa ini. National Prayer Conference yang diselenggarakan pada bulan Mei 2003 merupakan momentum kebersamaan sebagai hasil dari penaburan dan penanaman benih kebersamaan yang telah dilakukan selama bertahun-tahun oleh hamba-hamba-Nya di berbagai pelosok di tanah air. Hasil kerja dari ratusan bahkan ribuan orang yang tak diketahui namanya sekalipun ini, jelas merupakan pekerjaan Roh Kudus yang semakin memuncak dari segi intensitas dan jumlahnya.
Gerakan yang tak memandang orang dari gereja mana ini, mulai menumbuhkan keinginan yang kuat di dalam benak umat untuk berbuat sesuatu bagi bangsa ini. Doa-doa yang dinaikkan oleh umat percaya, ternyata telah menjadi pendorong yang amat kuat untuk membuat orang tak bisa berpangku tangan, tetapi melakukan tindakan-tindakan nyata dalam proses yang mengarah kepada transformasi bangsa. Semakin kuat dan banyak doa dinaikkan, semakin besar pula kekuatan/dorongan yang dirasakan umat percaya untuk melakukan sesuatu atas nama-Nya.
Di tengah kancah perpolitikan di Indonesia, umat yang biasanya merasa tabu terhadap hal-hal yang berbau politik, sekarang menggebu- gebu untuk berbuat sesuatu. Gejala ini, tentunya perlu kita syukuri sebagai tanda-tanda dimulainya kesadaran umat akan perannya dalam kancah pergumulan bangsa. Namun di lain pihak, kalau kita hanya bertindak atas dasar kepanikan, atau langsung melangkah dalam "kebutaan" (tanpa mengerti apa sebenarnya yang sedang kita lakukan), maka hal itu pun tidak menjawab persoalan yang dihadapi. Jadi kalau kita bersikap masa bodoh terhadap hidup perpolitikan bangsa kita merupakan kekeliruan, tapi bertindak tanpa pengertian pun bukan merupakan tindakan yang dapat dibenarkan.
Dalam meresponi hal ini, yang pertama-tama adalah, gereja tak bisa sendiri-sendiri lagi. Dalam kebersamaan para pemimpin gereja beserta umat, perlu belajar tentang bagaimana sebenarnya sistem perpolitikan di negeri kita, bagaimana umat berpartisipasi sebagai warga negara yang bertanggung jawab, bagaimana menyuarakan aspirasi umat, dsb.
Untuk maksud itulah dibentuk suatu jejaring umat yang baru yaitu: "Daniel 'N Joseph Network" (DNJN) yang bermaksud untuk menjembatani pelbagai perbedaan atau kesalahpengertian untuk mendukung para hamba-Nya yang berjuang dalam kancah pergumulan perpolitikan. DNJN juga merealisir persekutuan di antara mereka untuk membuka wawasan para pemimpin umat dan memberi informasi yang up-to-date bagi para pendoa dan penggerak doa dalam upaya untuk mengerti apa yang perlu didoakan dalam situasi terkini. Dengan demikian pokok-pokok doa tersebut dapat disebarluaskan sehingga maksud dan rencana Tuhan atas bangsa ini boleh terealisasi.
Sumber: Buletin Visi dan Prakarsa, Tahun V/Edisi Oktober 2003
Banyak orang datang kepada Kristus melalui pekerjaan para pelayan Injil atau melalui uluran tangan kelompok-kelompok khusus. Tetapi, setelah mereka menjadi orang Kristen, mereka memerlukan suatu jemaat setempat untuk mengasuh dan membina mereka. Kelompok-kelompok pekabar Injil itu laksana perahu-perahu kecil yang dapat menghampiri cukup dekat untuk menembakkan seruit pada ikan paus. Tetapi perahu- perahu itu tidak dapat memproses lebih lanjut ikan paus itu; untuk memprosesnya diperlukan kapal besar yang mempunyai peralatan yang memadai. Sama seperti perahu-perahu kecil itu harus selalu kembali ke kapal yang lebih besar, demikian juga para pelayan Injil harus kembali kepada gereja dan peralatan rohaninya.
Perseorangan yang membawa orang lain kepada Kristus juga membutuhkan pangkalan untuk menaungi dan mengasuh mereka. Walaupun kita datang kepada Kristus sendiri-sendiri, kita tumbuh sebagai anggota satu tubuh. Tanpa suatu wadah untuk pengasuhan, kita mudah diserang musuh. Kita dapat melihat hal seperti ini pada saat timbulnya "Jesus Movement" pada tahun tujuh puluhan. Kita dapat menjangkau kaum hippy melalui pelayanan di jalan-jalan, tetapi begitu mereka menjadi Kristen, mereka harus bergabung dengan jemaat supaya tetap tinggal dalam iman baru mereka.
Gereja memainkan empat peranan khusus dalam pertumbuhan rohani seorang Kristen:
Ibadah
Kita dirancang oleh Allah untuk bertumbuh dalam persekutuan dengan sesama orang beriman. Tuhan mengumpulkan kita seperti batu-batu yang hidup untuk membangun suatu rumah yang di dalamnya, Ia berkenan untuk tinggal (1Petrus 2:5). Dalam Kitab Efesus, Paulus mengatakan bahwa kita adalah anggota keluarga Allah dan menjadi suatu rumah kudus. Waktu kita berkumpul bersama, kita menjadi "tempat kediaman Allah, di dalam Roh" (Efesus 2:19-22). Ketika kita berkumpul dengan sesama orang Kristen untuk beribadah, cakrawala kita diperluas dan kita semakin dikuatkan.
Pengasuhan
Jemaat memberikan makanan dan vitamin rohani yang hanya dapat diperoleh dalam kelompok yang lebih besar. Gereja adalah Stasiun Pusat tempat karunia dibagikan, penghiburan diberikan satu kepada yang lain, dan nasihat disampaikan. Kita bukan penyelam laut dalam secara rohani yang masing-masing memakai tabung oksigen sendiri yang dihubungkan dengan Allah. Allah telah merancang kita untuk saling membagi pengalaman dan saling memberi dorongan antara sesama orang Kristen.
Tugas gereja adalah mencari karunia rohani dari setiap anggotanya supaya setiap orang mengetahui kasih karunia yang harus ia berikan kepada orang lain. Sayangnya, banyak pendeta dan kaum awam bertindak seakan-akan karunia-karunia rohani hanya dimiliki oleh para pekerja Kristen yang bekerja purna waktu. Setiap jemaat harus mengusahakan perkembangan dan pemanfaatan karunia rohani setiap anggotanya agar gereja dapat menerima berkat-berkat Allah.
Nasihat
Kalau kita sendirian, maka kita mudah berjalan menyimpang. Di dalam kelompok yang lebih besar, kita dapat saling bertanggung jawab dan saling membagi hikmat kita. Amsal 27:17 menyebutkan, "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya."
Kita hanya seperti bongkahan arang yang kehilangan tenaga bila dikeluarkan dari api. Untuk terus menyala, kita membutuhkan orang Kristen lainnya. Kebutuhan kita ini tidak akan terpenuhi dengan sendirinya; kebudayaan kita memupuk sifat individualisme yang tidak sehat. Tetapi tinggal di dalam Kristus berarti tetap berhubungan dengan anggota-anggota lain dari tubuhnya. Bila kita bersekutu dengan sesama orang Kristen, kita memperoleh kekuatan dari mereka, dan hidup kita diperkaya oleh karunia-karunia rohani mereka.
Pelayanan
Di dalam jemaat, kita dapat menyatukan dana dan kemampuan kita untuk menjangkau orang lain agar datang kepada Kristus. Kita dapat berhubungan dengan orang Kristen lain yang sama melayani, entah itu kepada mahasiswa internasional, kepada anak-anak belasan tahun, kepada para tunawisma, atau dalam misi dunia. Misalnya, melayani dua puluh orang mahasiswa internasional sangat sulit untuk dikerjakan oleh seorang saja, tetapi sekelompok orang dari satu gereja dapat bekerjasama dengan mudah merencanakan dan melaksanakan berbagai kegiatan-kegiatan.
Pertumbuhan rohani tidak terjadi tanpa unsur-unsur ini. Kita tidak diasuh hanya dengan tujuan untuk bertumbuh dengan mementingkan diri sendiri. Secara rohani, kita menjadi kuat karena sumbangan kita kepada tubuh Kristus dan juga karena kita dengan sengaja hidup dari makanan rohani.
Judul Buku: | : | Pola Hidup Kristen -- Penerapan Praktis |
Penyusun Buku | : | Josh McDowell |
Judul Artikel | : | Peranan Gereja dalam Pertumbuhan Rohani |
Penerbit | : | Yayasan Penerbit Gandum Mas bekerjasama dengan Lembaga Literatur Baptis dan Yayasan Kalam Hidup YAKIN -- 2002 |
Penulis | : | Richard Lovelace |
Halaman | : | 515 - 517 |
Ketika Allah menciptakan wanita, Ia menciptakan seorang penolong bagi laki-laki yang sepadan dengan dia (
Allah menciptakan laki-laki dan wanita. Dia tidak memberikan vonis bahwa kedudukan wanita itu lebih rendah daripada kedudukan laki- laki. Dalam masa Perjanjian Lama, Allah terus-menerus menjunjung tinggi derajat kaum wanita setara dengan kaum pria. Dalam hukum Taurat, seorang ibu harus dihormati, ditaati, dan ditakuti. Ia memberikan nama kepada anak-anak dan mengajar mereka. Persembahan yang sama diberikan untuk penyucian apakah yang baru lahir itu anak laki-laki atau perempuan. Wanita menghadiri kegiatan-kegiatan keagamaan dan mempersembahkan korban sama dengan kaum pria. Janji seorang nazir dilakukan ketika ia mempersembahkan hidupnya khusus untuk penyembahan kepada Yahweh. Wanita dikecualikan dari pekerjaan Sabat.
Masa berganti masa dan ada kecenderungan di bawah pengajaran rabi untuk membuat kaum laki-laki lebih unggul dan menyimpang dari maksud ayat
Penyimpangan dan kecenderungan tersebut tercermin dalam sebuah buku, "Jerusalem in the Time of Jesus" oleh Joachim Jeremias. Pengarang buku ini menggambarkan kedudukan wanita dalam masyarakat dengan jelas. Berikut ini ada beberapa petikan: 1) Wanita tidak mengambil bagian dalam kehidupan kemasyarakatan dalam lingkungan Yudaisme, khususnya keluarga yang taat pada hukum Taurat; 2) Wanita tidak diperhatikan di muka umum, tidak sopan bagi pria untuk berduaan dengan wanita atau melirik atau memberikan salam kepada istri orang lain; 3) Tempat umum hanya cocok untuk kaum pria; rumah adalah tempat bagi kaum wanita; 4) Memiliki seorang istri sama dengan memiliki seorang budak yang dibeli dengan harga atau harta; 5) Poligami diizinkan dan istri harus toleran terhadap gundik-gundik suaminya yang tinggal bersama dengan mereka dalam satu rumah. Hak untuk bercerai adalah milik suami; 6) Istri adalah milik suami dan ia dapat dijual sebagai budak untuk membayar curiannya sebagai tebusan; 7) Dalam bidang keagamaan, dalam ibadah, ia hanya pendengar; ia tidak berhak untuk bersaksi karena dalam
Kesimpulan dari kedudukan wanita dalam masyarakat pada masa Tuhan Yesus ialah bahwa kedudukan pria lebih tinggi daripada wanita; kaum wanita tertutup dari dunia luar; wanita tunduk kepada kekuasaan atau suami; dalam bidang keagamaan, wanita lebih rendah daripada kaum pria.
Dengan latar belakang inilah kita dapat menghargai pengangkatan wanita seperti yang dilakukan Yesus sendiri. Dalam Perjanjian Baru, kedudukan wanita dikembalikan seperti pada mulanya dan itu dilakukan oleh Yesus sendiri. Kaum wanita ada sejak pemberitahuan tentang kelahiran sampai kedatangan Kristus dan kenaikan-Nya ke surga. Yesus menyembuhkan wanita. Yesus berkata bahwa dalam kebangkitan tidak ada kawin-mengawin, tetapi tidak berkata bahwa kaum pria akan mendapatkan keunggulan apa pun atas wanita. Yesus menempatkan semua orang, baik laki-laki maupun wanita, pada tingkat anugerah yang sama, yang tercermin pada penghormatan yang diberikan-Nya bagi kaum wanita, melalui perbuatan dan sifat universal dari kasih dan pelayanan-Nya. Ia mengasihi dan melayani pria dan wanita, tanpa memandang bulu. Tuhan Yesus menghapuskan segala inferioritas dan superioritas!
Yesus meniadakan kebiasaan ketika Ia mengizinkan kaum wanita mengikuti-Nya dan melayani-Nya.
"Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana istri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka."
Selanjutnya, pada saat menjelang kematian Tuhan Yesus di kayu salib, kaum wanita tetap mengiring Dia. Firman Tuhan berkata:
"Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome. Mereka semuanya telah mengikut Yesus dan melayani-Nya waktu Ia di Galilea. Dan ada juga di situ banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama dengan Yesus." (
Semua ayat di atas berbicara tentang wanita yang mengikuti Yesus yang belum pernah terjadi dalam sejarah. Yohanes Pembaptis telah berkhotbah kepada wanita (
Selain dari kebebasan yang diberikan Yesus kepada wanita untuk menyertai-Nya dalam perjalanan-Nya, Yesus menuntut suatu sikap penghormatan dan penghargaan terhadap kaum wanita dari kaum pria, yaitu dari para murid-Nya. Yesus menegaskan:
"Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya." (
Tuhan Yesus tidak puas dengan hanya mengangkat kedudukan kaum wanita di mata masyarakat. la menjadi Juruselamat mereka dan seluruh umat manusia (
Tugas penginjilan adalah tugas setiap orang percaya. Orang-orang percaya terdiri dari pria dan wanita, anak, pemuda/i dan dewasa. Berarti bahwa penginjilan adalah tugas bersama kaum pria dan kaum wanita.
Apakah peranan kaum wanita dalam pelayanan penginjilan? Paulus terkenal dalam penyebaran Injil di Eropa dan Asia. Kita mendengar surat kirimannya kepada jemaat di Filipi, Efesus, Roma, dan sebagainya, khususnya untuk ketiga jemaat itu, tiga wanita berperan penting dalam pertumbuhan jemaat-jemaat ini. Ketiga wanita ini berperan sebagai perintis di Filipi, pembina sidang di Efesus, dan pengantar firman Tuhan dari Korintus ke Roma. Siapakah nama ketiga wanita ini?
Pertama, adalah Lidia. Ia berasal dari Makedonia dari Filipi (
"Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu. Memang sudahlah sepatutnya aku berpikir demikian akan kamu semua, sebab kamu ada di dalam hatiku, oleh karena kamu semua turut mendapat bagian dalam kasih karunia yang diberikan kepadaku, baik pada waktu aku dipenjarakan, maupun pada waktu aku membela dan meneguhkan Berita Injil. Sebab Allah adalah saksiku betapa aku dengan kasih mesra Kristus Yesus merindukan kamu sekalian." (
Kedua, adalah Priska (Kisah Para Rasul 18). Bersama dengan Akwila suaminya, kemungkinan bertobat melalui pelayanan Paulus pada tahun 52. Mereka bekerja sama dengan Paulus sebagai tukang kemah. Paulus tinggal satu setengah tahun dengan mereka di Korintus. Mereka meninggalkan Korintus bersama Paulus ke Efesus (
Dalam
Tidak dapat disangkal lagi bahwa adanya jemaat di Filipi dan di Efesus ialah karena Lidia dan Priskila ikut ambil bagian yang terpenting dalam pertumbuhan gereja dan pengabaran Injil sebagai perintis dan pembina jemaat. Strategi pertumbuhan gereja tidak meniadakan sumbangan wanita sebagai penyumbang dan penolong. Tantangan bagi orang-orang percaya ialah juga untuk mendirikan 'ecclesia domestica' - gereja di dalam rumah yang kelak akan menjadi gereja dan jemaat Tuhan.
Ketiga ialah Febe. Kitab Roma adalah risalah doktrin terkemuka yang diilhamkan Roh Kudus. Tetapi risalah/buku tersebut yang diberikan Allah melalui Roh Kudus kepada Paulus akan bisa hilang tanpa pengantar yang bertanggung jawab. Pengantar firman Tuhan itu ialah Febe. Ia mengantar surat kepada jemaat di Roma dari Korintus.
Penyelidikan Alkitab yang diadakan di rumah ibu-ibu akan tumbuh dengan limpah karena mereka mengambil bagian dalam mengabarkan firman Allah kepada tetangga mereka, kepada teman-teman mereka atau rekan sekerja mereka. Wanita Kristen menghadapi tantangan untuk membawa firman Allah di dalam rumah tangga dan dari rumah tangganya kepada rumah tangga orang lain. Inilah satu cara penginjilan yang berhasil.
Peranan khusus kaum wanita dalam pelayanan penginjilan ialah sebagai penolong, pembina, dan pembawa firman Allah. Lidia menjadi penolong dalam merintis jemaat di Filipi dengan membuka rumahnya untuk tempat ibadah; Priskila bersama suaminya menjadi pembina sidang di Efesus; Febe adalah pembawa firman Tuhan yang setia dan penuh tanggung jawab. Kaum wanita adalah penyumbang, bukan saingan dalam pelayanan penginjilan. Walaupun kedudukan wanita dewasa ini menjadi isu yang hangat, baiklah kita membiarkan perbedaan paham ini dan marilah kita bersatu dalam tugas penginjilan. Kaum wanita dan kaum pria termasuk para penuai di ladang Tuhan. Bukankah Tuhan menciptakan wanita sebagai penolong kaum pria? Dengan demikian, berikanlah tempat yang layak baginya dalam rencana Allah di pelayanan gereja dan untuk pengabaran Injil. Marilah kita sebagai kaum wanita bersiap-sedia menyokong pekabaran Injil dengan apa yang kita miliki dengan bahu- membahu bekerja sama dengan kaum pria dalam pelayanan penginjilan.
Sumber:
Judul Buku | : | Wanita Kristen Dalam Mengatasi Pergumulan Hidup |
Penulis | : | Dr. Ruth F. Selan |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1993 |
Halaman | : | 45-50 |
Ada dua alasan utama mengapa kita memerlukan sebuah film yang bisa menarik orang kepada Allah secara akurat dan tepat:
Hampir separuh dari penduduk dunia masih buta huruf atau hanya sebagian kecil saja yang bisa membaca dan menulis. Di tahun 1980, UNESCO melaporkan bahwa hampir 30 persen dari jumlah penduduk dunia masih buta huruf, lebih dari 736 juta orang dewasa masih buta huruf. Sementara itu, 20 persen lainnya hanya memiliki tingkat pendidikan yang sangat rendah sehingga mereka secara fungsional hampir buta huruf. Bahan-bahan yang berupa tulisan tidak akan menjadi alat yang efektif bagi kelompok ini.
Tuhan sudah mempersiapkan hati manusia di seluruh dunia untuk menerima putra-Nya. Saat ini jutaan orang di dunia akan menerima Kristus jika mereka memiliki kesempatan, sehingga kita sebagai umat-Nya harus menyampaikan Kabar Baik itu kepada mereka.
TUJUAN PENERJEMAHAN
Menerjemahkan film tersebut ke dalam bahasa-bahasa yang banyak digunakan oleh penduduk dunia. Di tahun 1982, David Barrett menerbitkan buku "World Christian Encyclopedia" yang berisi daftar 271 bahasa yang paling banyak digunakan oleh penduduk di seluruh dunia (bahasa-bahasa yang digunakan oleh lebih dari satu juta orang). Kemudian yang menjadi tujuan pertama kita adalah membuat suatu terjemahan "lip-sync" dari masing-masing bahasa ini. Jika Allah tidak segera datang, terjemahan ini bisa digunakan dari generasi ke generasi karena film itu tidak akan menjadi usang. Dalam bahasan ini kami telah menyelesaikan lebih dari 100 terjemahan tetapi masih ada ratusan bahasa lagi yang belum diterjemahkan, dan membutuhkan biaya hampir 20 ribu dolar per terjemahan.
Terus memproduksi pembuatan cerita atau versi narasi dalam bahasa-bahasa dan dialek-dialek yang lebih spesifik lagi jika tersedia dana yang mencukupi.
Kami ingin membantu organisasi misi lainnya yang ingin memiliki film itu agar dapat digunakan dalam kelompok kecil. Kami akan memberikan kepada mereka elemen-elemen teknis dan rekaman suaranya.
Kami ingin meyakinkan bahwa paket-paket yang berisi bahan-bahan follow-up telah tersedia dan dialihbahasakan sesuai dengan bahasa yang digunakan dalam film. Di tempat manapun yang penduduknya sudah bisa membaca dan menulis, kami ingin membagikan Alkitab yang sudah diterjemahkkan dalam bahasa mereka dan bahan- bahan lain yang menjelaskan bagaimana menerima Kristus, bagaimana agar dapat dipenuhi oleh Roh Kudus, dan bagaimana bertumbuh dalam iman.
Kami berusaha menyediakan Film YESUS bagi para penerjemah Alkitab dengan tujuan untuk menolong pelayanan penerjemahan Alkitab dalam bahasa-bahasa baru yang mereka lakukan.
Diterjemahkan dan diedit dari:
Judul Buku | : | I Just Saw Jesus |
Judul Artikel | : | The Need For Evangelistic Films Like Jesus |
Penulis | : | Paul Eshleman |
Penerbit | : | The Jesus Project and Campus Crusade For Christ |
Halaman | : | 174 - 175 |
Dalam menghadapi berbagai tantangan ke depan. Umat Tuhan tidak dapat lagi bekerja sendiri-sendiri, apalagi saling bersaing dan berebut-rebutan pengikut. Sebab itu pasti akan merugikan diri sendiri bahkan menghancurkan keseluruhan (
Namun pertanyaan penting untuk dijawab adalah: Apakah yang dimaksud dengan "Persatuan Umat" itu? dan Bagaimana "Persatuan Umat" akan sesungguhnya memberkati seluruh bangsa?
Dalam doa-Nya, Tuhan Yesus menyebut umat-Nya sebagai "orang-orang yang mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar dan Yesus Kristus yang telah Engkau utus" (
1. Persatuan yang menyerupai Persatuan Allah Bapa dan Anak-Nya Yesus Kristus (
Persatuan yang dimaksudkan oleh Yesus adalah persatuan yang dibayar dengan memberikan nyawa-Nya sendiri bagi keselamatan orang lain. Persatuan yang selfless. Persatuan yang demikian memiliki sifat dan karakter Allah, serta merefleksikan watak persatuan Tritunggal yang harmonis dalam hubungan antar anggota yang tidak membawahi atau memaksa (
2. Persatuan yang hanya bertujuan untuk meninggikan Nama Yesus.
Sebab bila Yesus ditinggikan, maka Ia akan menarik semua orang datang kepada-Nya (
3. Persatuan yang menghargai keragaman.
Persatuan yang memberi tempat pada banyak dan pelbagai karunia Tuhan untuk berperan. Seperti halnya anggota tubuh yang walaupun banyak dan beraneka ragam, tetapi terkoordinasi melalui berbagai fungsi penghubung seperti jaringan syaraf, sendi, dan otot. Tidak ada satu anggota yang berkuasa atas yang lain, semuanya taat pada Kepala. Maka, persatuan yang benar adalah persatuan dari keanekaragaman yang amat luas dimana masing-masing bertujuan untuk membangun Kerajaan Allah dan bertumbuh ke arah Kristus yang adalah Kepala (
Mari kita pelihara Persatuan yang sudah diciptakan oleh Allah melalui pengorbanan Anak-Nya, dan yang dinyatakan-Nya melalui jaringan-jaringan kebersamaan sejak dekade yang lalu. Karena hanya persatuan yang berasal dari Allah yang merupakan persatuan yang sejati dan dapat menghasilkan Transformasi.
Pada NPC tahun ini, kita akan bersama-sama mewujudkan "Persatuan Umat" baik di antara mereka yang berada di Jakarta, yang datang ke Jakarta maupun yang berada di sekitar 400 kota di seluruh Indonesia dan negara-negara lain, dengan berdoa bersama bagi kesatuan Tubuh-Nya dan berkat-Nya atas seluruh bangsa.
Diedit dari sumber | : | Buletin VIP -- Visi dan Prakarsa Tahun V, Edisi Mei 2003 |
Sejak zaman lahirnya gereja mula-mula, kualitas pemuridan selalu menjadi bahan sorotan yang sangat tajam dalam pertumbuhan gereja. Barnabas dan Paulus -- Paulus hasil dari pemuridan Barnabas -- misalnya, merupakan cermin kesuksesan pemuridan. Ketika mereka memberitakan Injil di Listra, mereka berdua dipanggil dengan nama dewa-dewa.
Kini di zaman teknologi informasi, pemuridan tetap menjadi suatu permasalahan para pelayan Kristus, terutama untuk para penginjil yang sedang merintis gereja. Sebab penginjilan merupakan tulang punggung berdirinya sebuah gereja.
Tak heran bila program pemuridan seharusnya wajib menjadi jadwal kerja utama dalam sebuah gereja. Tetapi, banyak juga gereja yang mengabaikan, bahkan menganggap hal tersebut tidak perlu. Karenanya, gereja itu tidak mempunyai penginjil dan pelatihan pemuridan.
Timbul masalah: benarkah pemuridan itu tidak perlu? Sejauh manakah hubungan pemuridan dengan gereja? Bagaimana kualitas pemuridan tersebut?
PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN
Yesus Kristus adalah teladan kekal yang bisa kita tiru dalam konsep- konsep pemuridan. Teladan saat Yesus memilih dua belas murid-Nya (dalam keempat kitab Injil) misalnya, menjadi prinsip-prinsip pemilihan yang ideal. Keidealan itu juga menjadi kesadaran kita dalam menerapkan pemilihan pemuridan di masa kini. Ada relevansi yang kekal.
Apa yang dapat kita ambil dari teladan Yesus Kristus dalam pemilihan? William Macdonald menegaskan ada tujuh syarat menjadi murid Yesus, yaitu
Sementara itu, Oswald mengatakan bahwa teladan Yesus Kristus dalam pemilihan itu:
Konsep William Macdonald dan Oswald sangat menarik. Tetapi apa yang ditawarkan oleh Bruce juga tidak kalah pentingnya. Dasar pemikiran Bruce dapat dikembangkan sebagai berikut.
Pertama, pendekatan pribadi Yesus terhadap para murid. Untuk mengambil seorang murid, Dia tidak melalui perantara. Dia langsung mengajak calon murid itu untuk mengikuti-Nya. Kita lihat Yesus mengajak Filipus, "Ikutlah Aku!" (Yohanes 1:43) dan Filipus pun menjadi murid Yesus. Begitu pula Filipus bertemu dengan Natanael, ia mengajak Natanael mengikuti Yesus (ay. 47). Yesus juga mengatakan, "Mari ikutlah. Aku!" kepada Simon dan Andreas (Matius 4:19), dan Yakobus dan Yohanes (Matius 4: 22). Dalam Matius 4:19, Yesus berkata, "Aku akan menjadikan kamu penjala manusia!"
Kedua, Yesus tidak asal mengambil murid. Apakah begitu melihat seseorang Ia langsung menawarinya untuk mengikuti-Nya? Tidak! Yesus sangat selektif. Karena Yesus Mahakuasa, Dia sudah tahu siapa orang yang berkualitas yang akan menjadi murid-Nya. Yesus menjadikan murid-murid-Nya sebagai bangsa pilihan. Ini terlihat ketika calon murid-Nya memuji Dia dan mengetahui bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah atau Mesias sehingga Yesus menerima calon murid tersebut sebagai murid-Nya.
Contoh dari hal tersebut bisa dilihat di dalam Yohanes 1. Andreas memuji kemuliaan Yesus Kristus. Karena Yohanes Pembaptis memuji Yesus, "Dialah Anak Domba Allah!", Andreas pun mengikut Yesus (ay. 38), lalu Andreas membawa Simon kepada Yesus. Yesus mau menerima Simon karena Simon tahu bahwa Yesus adalah Mesias (ay. 42).
Ketiga, Yesus memilih murid-murid-Nya dari berbagai kepribadian. Ada Simon orang Zelot yang membenci orang Romawi yang menguasai Palestina. Juga ada Matius pemungut cukai yang bekerja bagi kepala orang Romawi. Ada penjala ikan. Dan berbagai kepribadian lainnya.
Keempat, ada sebuah proses seleksi. Meskipun calon murid itu sudah diajak mengikuti Yesus -- "Marilah ikut Aku!" -- tetapi Yesus tidak langsung memberitahu bahwa mereka adalah murid-murid-Nya. Calon murid dibiarkan mengenal diri-Nya. Mereka dibiarkan untuk memasuki proses pendewasaan iman. Karena itu, Yesus tidak berkata kepada calon-calon murid-Nya, "Marilah menjadi murid-Ku!"
Kelima, ada proses pergumulan. Apa yang sedang digumulkan diri Yesus? Yesus berdoa sepanjang malam untuk itu (Lukas 6:12,13). Semua perkara yang dialami Ia serahkan kepada Bapa di surga yang mengurus dan merestui apa yang dilakukan Yesus. Jadi, Yesus tidak mau asal mengambil orang sebagai murid-Nya. Ada kesepakatan antara Yesus dengan Bapa-Nya di surga. Ada dialog antara Ayah dengan Anak.
Keenam, dasar pemilihan adalah ulet, kerja keras, dan wataknya bisa dibentuk. Yesus memilih mereka -- orang-orang kasar dan orang-orang desa dari Galilea. Mereka adalah orang-orang yang dianggap agak kedesa-desaan. Tetapi mereka adalah pekerja keras. Dan kita tahu bahwa orang-orang tipe inilah yang bisa bertahan dalam pelayanan bersama Yesus -- berjalan sepanjang hidup, tidak ada fasilitas kemewahan, serta banyak cacian atau makian orang. Dan sifat yang tidak kalah pentingnya dari mereka ialah karena mereka mau menerima Yesus. Mereka menerima ajaran-ajaran Yesus dengan ketulusan, kepolosan, dan kesungguhan.
PELATIHAN KEDUA BELAS RASUL
Ada beberapa cara melatih pemimpin. LeRoy Eims menawarkan hal-hal berikut.
Bruce melihat masalah pelatihan kedua belas rasul adalah proses kelanjutan setelah pemilihan murid. Proses pelatihan tersebut mencakup, pertama, mendengar dan melihat -- menjadi saksi mata dan pelayan Firman (Lukas 1:1-4). Orang banyak datang untuk mendengar Dia; karena ucapan-ucapan Yesus (Lukas 6:17-49). Ucapan Yesus adalah ucapan-ucapan bahagia dan peringatan (perumpamaan) -- berbahagialah mata yang melihat dan telinga yang mendengar karena banyak nabi dan orang benar yang ingin melihat, tetapi tidak melihatnya dan ingin mendengar, tapi tidak mendengarnya (Lukas 6:29-49; Matius 5-7; 13:1- 52). Mereka memang mempunyai telinga dan mereka mendengar. Tetapi, mereka tidak tahu apa artinya (Lukas 10:23,24; Matius 13:16-17). Dan hanya kepada murid-murid-Nya sajalah Yesus mengutarakan artinya (Markus 4:33,34).
Kedua, berdoa. Kita berdoa kepada Bapa di surga. Doa tersebut tidak bertele-tele. Kita tidak usah mengenakan pakaian yang mencolok. Kita tidak berdoa di tempat-tempat yang mencolok. Kita harus berdoa dengan tidak jemu-jemu (Matius 6:5-13; Lukas 11:1-3;18:1-5). Dengan demikian, doa kita pasti akan dikabulkan. Firman Allah berkata, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan (Matius 7:7- 8)."
Ketiga adalah pengutusan pemberitaan Injil (Markus 3:14). Matius 28:19-20 berbunyi: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Bahan diambil dari sumber:Judul Majalah | : | Sahabat Gembala, Agustus/September 1993 |
Judul Artikel | : | Pola Pemuridan Pemilihan Pelatihan Yesus |
Penulis | : | Harianto Gede Panembahan |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung |
Halaman | : | 33 - 36 |
Pada masa menjelang akhir Perjanjian Lama, dan memasuki zaman Kristus, bangsa Yahudi membiarkan penyembahan mereka berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi sangat formal. Inilah masa-masa kemurtadan dan ketidakpercayaan, sehingga penyanyi dan alat-alat musik tidak digunakan sebagai sarana penyembahan. Hanya firman yang dilagukan oleh pendeta dan lagu-lagu yang didendangkan oleh pemimpin biduan (penyanyi profesional) saja yang terdengar di dalam gereja.
Karena para penyembah berhala menggunakan alat-alat musik untuk penyembahan, maka mereka dilarang oleh kaum Farisi. Hal ini terjadi setelah penghancuran Bait Allah pada tahun 70 SM. Secara simbolis, Paulus juga berbicara tentang musik -- "... suara gong dan gemerincingnya canang." Selama berabad-abad, banyak terjadi kontroversi di dalam gereja tentang penggunaan alat musik dan penyanyi di dalam kebaktian penyembahan.
Banyak petunjuk penting tentang musik di dalam Kitab Perjanjian Baru. Kita juga perlu mempertimbangkan beberapa hal bila kita ingin mempelajari musik dari Alkitab:
Kita harus selalu menganggap Alkitab sebagai satu buku yang utuh. Kitab Perjanjian Baru adalah penggenapan dari Kitab Perjanjian Lama. Paulus mengatakan kepada Timotius, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2Timotius 3:16) Saat Paulus menulis kepada Timotius, Perjanjian Baru belum ditulis -- Paulus berbicara tentang Perjanjian Lama.
Sejauh pembicaraan berkisar tentang penyembahan dan musik, dasar untuk pelajaran dan contoh ditulis cukup memadai dalam Perjanjian Lama -- dan di dalam Perjanjian Baru akan ditambahkan beberapa aspek.
Jelas sekali bahwa Daud menerima wahyu Ilahi tentang musik yang kita pakai dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam hubungan kita dengan Allah. Kitab Perjanjian Baru menunjukkan tentang apa saja yang telah diwahyukan kepada Daud dan meneruskannya.
Sorakan, nyanyian, tarian, tepuk tangan, angkat tangan, nyanyian nubuatan tidak berhenti dengan kelahiran Kristus. Ungkapan perasaan seperti itu bukan untuk orang-orang tertentu yang mempunyai 'dispensasi', melainkan untuk siapa saja. Kita bisa meneruskan hal ini dan apa saja yang telah Tuhan wahyukan di dalam Perjanjian Baru.
Kisah Para Rasul 15:16: "Kemudian Aku akan kembali dan membangunkan kembali pondok Daud yang telah roboh, dan reruntuhannya akan Kubangun kembali dan akan Kuteguhkan."
Kisah Para Rasul 24:14: "Tetapi aku (Paulus) mengakui kepadamu, bahwa aku berbakti kepada Allah nenek moyang kami dengan menganut Jalan Tuhan, yaitu Jalan yang mereka sebut sekte. Aku percaya kepada segala sesuatu yang ada tertulis dalam hukum Taurat dan dalam kitab nabi-nabi."
Seperti yang telah kita lihat, cara-cara penyembahan di dalam hukum Taurat dan kitab para nabi terpusat pada tabernakel Daud. Itulah pusat pewahyuan dari pujian dan penyembahan dalam Alkitab. Paulus kemudian menyatakan bahwa dia menyembah Tuhan dengan menggunakan prinsip-prinsip Daud. Oleh karena Roh Kudus memberi inspirasi kepada Perjanjian Baru, pengertian dasar tentang kebebasan untuk menyanyi, bermain musik, menari, bersujud di hadapan Allah, mengangkat tangan, bertepuk tangan, dan sebagainya hanya ditekankan seperti yang mereka terapkan pada pemikiran khusus dari para penulis Kitab Perjanjian Baru.
Jika kita bisa mempelajari tabernakel Musa dan menerapkan semua cara yang ada di sana dalam kehidupan orang percaya, (suatu pengajaran tentang tabernakel Musa mengungkapkan kuasa kebenaran bagi gereja dewasa ini, maka kita pun bisa melihat bahwa musik dan penyembahan diungkapkan secara indah sekali dalam tabernakel Daud.
Matius 26:30; Markus 14:26
Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun.
Sungguh luar biasa jika kita berpikir bahwa sebelum Yesus pergi menggunakan waktu-waktu terbaik-Nya untuk pelayanan, Dia memperkuat diri-Nya sendiri dengan nyanyian. Mungkin Dia menyanyikan Mazmur. Yang pasti, Dia menyanyikan Mazmur 113-118 setelah perjamuan Paskah.
Di dalam bahasa Yunani kata "humneo" (dari kata humnos) berarti nyanyian pujaan yang ditujukan untuk Allah.
Musik juga digunakan untuk perayaan, perjamuan, perkabungan, dan pesta-pesta (Matius 9:23; Matius 6:2; Lukas 15:25; 1Korintus 13:1).
Lukas 15:25
Ada musik dan tarian saat anak yang hilang kembali. Inilah gambaran dari gereja yang menaikkan pujian, tarian, dan kesukacitaan pada jiwa-jiwa yang kembali kepada Kristus. Kita tidak bisa hanya mengambil bagian pertama saja dari cerita itu dan menerapkannya dalam kehidupan kita saat ini -- kita harus menerima bahwa Allah menyucikan juga nyanyian dan tarian.
Kisah Para Rasul 16:25
"Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah ..." Hasilnya sungguh luar biasa. Allah bertakhta di atas puji-pujian yang menyebabkan gempa bumi besar menggoncangkan penjara.
Mereka dibebaskan, dan kepala penjara bersama seluruh keluarganya menerima Kristus. Inilah kisah besar tentang kekuasaan Allah di tengah-tengah puji-pujian gereja. Bila orang-orang melihat dan mendengar lagu-lagu pujian yang dinamis pada zaman sekarang, mereka akan datang kepada kita dan berkata, "Apa yang harus kukerjakan agar aku bisa diselamatkan?" (lihat juga Mazmur 40:4)
1 Korintus 14:15,26
"Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku."
Banyak gereja yang menyebut hal tersebut 'memuji di dalam Roh'. Pandangan tersebut tidak alkitabiah, dan merupakan konotasi yang salah. Paulus berbicara tentang pujian dengan bahasa yang tidak kita mengerti, misalnya bahasa lidah -- atau bahasa yang kita kenal, misalnya bahasa Indonesia. Kita tidak bisa mengatakan seseorang 'di dalam roh' hanya agar kita bisa memberinya sebuah nama.
Kita berada 'di dalam roh' bila kita berjalan menurut prinsip- prinsip rohani. Setiap lagu yang kita nyanyikan dapat kita katakan 'di dalam roh', jika kita menyanyikan mazmur, himne, atau lagu-lagu rohani baik di tempat kerja maupun di gereja. Lagu 'di dalam roh' bukan karena bentuk nyanyian itu, melainkan karena kita berjalan di dalam roh.
Seluruh surat Kolose pasal 3 menjelaskan tentang prinsip-prinsip 'gaya hidup rohani':
Setelah kita melakukan prinsip-prinsip gaya hidup rohani, barulah kita hidup 'di dalam roh'. Jadi, hidup dalam roh adalah bukan saat kita menyanyi dengan roh dan akal budi.
Kita perlu bertumbuh semakin dewasa dan matang menurut prinsip-prinsip di atas sehingga kita dapat berfungsi di dalam pelayanan kita, dengan pandangan yang baru setiap saat pagi maupun malam. Penyembahan dan pelayanan kita menjadi aliran yang segar dalam hubungan kita dengan Allah ataupun sesama. Janganlah nyanyian kita menjadi nyanyian yang 'super rohani'. Namun, biarlah kita bertindak dengan penuh iman dan penyembahan.
Kolose 3:16; Efesus 5:19
Orang Kristen mula-mula memakai Mazmur dari Perjanjian Lama untuk memuji Tuhan (Matius 26:30; Markus 14:26; 1 Korintus 14:26; Roma 15:9).
Kata Mazmur dalam bahasa Yunani disebut 'Psalmos' -- yang berarti memukul atau mengetuk-ngetuk dengan jari pada sebuah alat. Misalnya: suatu nyanyian kudus yang diiringi dengan alat musik.
Himne -- merupakan lagu gubahan dari Perjanjian Baru. Bukan berarti lagu-lagu yang kita miliki sekarang ini (Paulus tidak mengenal Isaac Watts atau Wesley), melainkan setiap lagu yang di dalamnya mengandung pesan Kristus dan prinsip-prinsip Perjanjian Baru.
Kata Yunani, 'Humnos', berarti nyanyian pujian yang ditujukan kepada Allah. Nyanyian rohani -- suatu nyanyian spontanitas untuk memuji Allah, atau lagu yang mengungkapkan hati Allah di tengah-tengah umat-Nya (nubuatan).
Kata Yunani, 'Pneumatikos ode', berarti suatu ungkapan yang hanya digunakan setelah peristiwa Pentakosta untuk menyatakan vokal yang berasal dari Roh Kudus.
Mazmur pujian dari Perjanjian Lama yang masih relevan dengan gereja pada saat ini adalah himne (nyanyian gubahan yang mengambil pokok pikiran dari kebenaran dalam Perjanjian Baru -- ini juga diterapkan dalam koor kita) dan nyanyian-nyanyian rohani (lagu-lagu spontanitas seperti The Song of The Lord).
Kedua jenis lagu yang terdapat di dalam Perjanjian Baru tersebut harus ditambahkan pada pelayanan musik yang telah ada dalam Alkitab.
Ibrani 2:12
Kristus menyanyikan pujian kepada Allah di tengah jemaat gereja-Nya. (Di dalam Amplified Version diterjemahkan di tengah jemaat yang menyembah-Nya, Mazmur 22:22)
Yakobus 5:13
Kita dianjurkan untuk menyanyi dengan iringan musik jika kita sedang bersukacita (Amsal 17:22).
Wahyu 5: 8-10
Suatu nyanyian baru sedang dinyanyikan di surga (dengan alat musik). Dalam tabernakel Daud, ada dua puluh empat orang penyanyi dan pemain musik, dan dua puluh empat tua-tua yang terlibat dalam penyembahan di depan tahta.
Wahyu 4:1-5
Lagu baru disebutkan lagi. Mungkin gereja harus 'mengetuk' pintu surga dan mengalirkan lagu baru ke gerejanya. Mungkin ada dimensi lain dalam musik yang perlu kita dapatkan. Mungkin itu berupa melodi, harmoni, atau irama yang belum kita dengar sebelumnya. Paulus berbicara tentang 'suara tertentu' (1 Korintus 14:7), dan mungkin saja struktur musik dari suara ini dan bahkan musik dari surga sama seperti yang kita kenal saat ini. Namun, mungkin ada pengurapan yang hanya dapat diterima oleh orang-orang yang sudah dikuduskan dan disatukan. Sungguh menyenangkan membayangkan bahwa segala sesuatu mungkin di dalam pengurapan Allah.
Wahyu 5:2-3
Nyanyian kemenangan
Wahyu 18:22
Kutukan terakhir bagi Babilon adalah kenyataan bahwa tidak ada lagi musik yang terdengar luar biasa di dalam kota kutukan. Musik merupakan bagian terpenting dari hati Allah, dan bila ada orang- orang atau tempat yang gelap dan penuh kesedihan, dan di mana Allah tidak pernah hadir atau tinggal, maka di situ tidak ada musik yang terdengar.
Di dalam Perjanjian Baru banyak juga petunjuk tentang paduan suara para malaikat beserta para pemain musiknya:
Bunyi sangkakala pada akhir zaman (Matius 24:31; 1 Korintus 15:52; 1 Tesalonika 1:8; 1 Tesalonika 4:16)
Memberi tanda Hari Tuhan dan penghakiman (Wahyu 8:2,6,8-13; 9:1; 10:7; 11:15; 13:14)
Nyanyian pujian dan penyembahan nyanyian nyanyian baru (Wahyu 5:8; 14:2; 19:1-8).
Suara Allah seperti bunyi sangkakala (Wahyu 1:10)
Judul Buku | : | Pelayanan Musik |
Judul Artikel | : | Ringkasan Referensi Perjanjian Baru Tentang Musik |
Penulis | : | Mike dan Viv Hibbert |
Penerbit | : | ANDI, Yogyakarta, 2001 |
Halaman | : | 35-42 |
Atas permintaan Robert Raikes, seorang editor surat kabar yang baik, Ny. Meredith menerima segerombolan anak jalanan di dapur rumahnya di Sooty Alley. Raikes bahkan membayar Ny. Meredith satu shilling setiap hari Minggu untuk mengajar anak-anak yang berpakaian compang-camping ini membaca Alkitab dan mengulanginya di luar kepala. Tetapi anak-anak ini luar biasa bandelnya. Mereka adalah anak-anak yang terkungkung di sebuah pabrik yang basah dan gelap di Gloucester, Inggris, selama enam hari dalam satu minggu. Mereka hanya mendapat kesempatan bergembira pada hari Minggu, dan pada hari-hari Minggu itulah mereka menjadi liar. Setiap Minggu para petani dan pemilik toko merasa takut pada kenakalan anak-anak ini. Robert Raikes berharap bahwa sekolah minggu ini akan mengubah hidup anak-anak itu, tetapi mereka membawa kebiasaan yang menjijikkan dan mengerikan itu ke dapur Ny. Meredith. Ny. Meredith tidak sanggup menangani mereka.
Raikes tidak membiarkan niatnya pupus. Ia memindahkan sekolah minggunya ke dapur Ny. King tempat May Critchley mengajar mereka dari pukul 10.00 sampai 12.00 siang dan dari pukul 13.00 sampai pukul 17.00 pada petang hari. Ia menghendaki anak-anak hadir setelah tangan dicuci dan rambut disisir. Dalam waktu yang singkat anak-anak itu mau belajar. Tidak lama kemudian terkumpul sembilan puluh anak menghadiri sekolah minggu pada setiap hari Minggu. Perlahan-lahan mereka pun belajar membaca.
Hal ini bukanlah upaya pertama Raikes bagi pembaruan masyarakat. Sebagai seorang editor Gloucester Journal yang berpikiran liberal, dia sangat sadar akan roda kemiskinan dan kriminalitas. Orang-orang yang tidak dapat membayar utang dipenjarakan, dan ketika mereka keluar, tidak ada kehidupan bagi mereka. Maka mereka terdorong berbuat kejahatan lagi. Selama bertahun-tahun Raikes berupaya bekerja sama dengan mantan napi untuk membantu mereka agar tidak berbuat kejahatan lagi, namun sia-sia.
"Dunia bergerak maju di atas kaki anak-anak kecil." Kalimat yang berasal dari Raikes itu mengungkapkan pemikiran tentang dimulainya sekolah minggu ini. Para orang dewasa telah berjalan terlalu jauh, tetapi anak-anak baru memulainya.
Masalah yang dihadapinya ialah ketidaktahuan. Anak-anak dari keluarga kurang mampu tidak pernah mendapat kesempatan pergi ke sekolah -- mereka harus bekerja membantu keluarga mereka. Akibatnya, mereka tidak dapat beranjak dari kemiskinan. Namun, jika mereka dapat belajar pelajaran dasar pada hari Minggu -- membaca, menulis, berhitung dan belajar moralitas alkitabiah -- maka suatu saat mereka mungkin mengubah semuanya itu.
Jadi, eksperimen itu berawal di Sooty Alley. Lambat-laun ide ini bertumbuh. Pada 1783, dengan kepercayaan diri bahwa eksperimennya telah berhasil, Raikes mulai mengumumkannya dalam harian yang diterbitkannya. Dengan hati-hati ia melaporkan alasan dan hasilnya. Ide tersebut menjadi populer.
Orang-orang Kristen yang terpandang mendukung ide tersebut. John Wesley menyukainya, dan kelompok Wesley pun mulai melakukannya. Penulis populer, Hannah More, mengajar agama dan cara memintal kepada gadis-gadis di Cheddar. Seorang pedagang dari London, William Fox, pernah menyumbangkan ide serupa, tetapi memutuskan menunjang proyek Raikes. Pada 1785, Fox mendirikan perkumpulan untuk menunjang dan mendukung banyak sekolah minggu di berbagai kawasan di Inggris.
Ratu Charlotte pun membenarkan sekolah minggu tersebut. Dia memanggil Raikes untuk mendengarkan hal itu dan kemudian ia mengijinkan namanya dipakai untuk upaya pengumpulan dana yang dilaksanakan Fox.
Kemasyuran membawa pertentangan juga dari para konservatif yang takut akan terganggunya hari Sabat dan oleh para pedagang yang khawatir akan kehilangan bisnis pada hari Minggu. Ada beberapa teman Raikes yang mengejeknya "Bobby Wild Goose (pengejar sesuatu yang tidak mungkin tercapai) dan Resimen Gembelnya".
Namun, hingga tahun 1787, ada seperempat juta anak menghadiri sekolah minggu di Inggris. Lima puluh tahun kemudian, ada 1,5 juta anak di seluruh dunia yang dididik oleh 160.000 tenaga pengajar. Yang menggembirakan ialah perkembangan Manchester pada 1835. Sekolah minggu tersebut terdiri dari 120 tenaga pengajar, yang 117 di antara mereka adalah mantan murid sekolah minggu itu sendiri.
Dua perubahan besar telah terjadi pada tahun-tahun berikutnya. Pada awalnya, guru-guru di sana dibayar, tetapi lambat laun hal itu telah menjadi aktivitas sukarela. Pada awalnya, kurikulumnya terdiri dari membaca, menulis dan berhitung -- dengan Alkitab dipakai sebagai teks yang tersedia. Ketika sekolah minggu mendapat dana yang lumayan, mereka dapat mengadakan buku-buku teks lain. Tetapi, ketika pendidikan umum berkembang, sekolah-sekolah minggu memusatkan perhatiannya pada pelajaran Alkitab saja.
Gerakan sekolah minggu merupakan fenomena besar di Inggris dan Amerika, dengan implikasi religius maupun sekuler. Hal ini terjadi di tengah-tengah kebangkitan rohani yang membalikkan gereja dari kelesuan dan mungkin juga telah menyelamatkan Inggris dari bencana revolusi yang dahsyat. Perlahan-lahan orang-orang Kristen yang kaya mulai sadar akan tanggung jawab mereka terhadap kaum miskin. Gerakan sekolah minggu telah menanamkan benih pendidikan umum dan merevolusi pendidikan agama, khususnya ketika dihidupkannya pencetakan materi-materi agama. Pada akhir 1800-an, gerakan sekolah minggu memberikan gereja puluhan kidung baru.
Hasil paling besar adalah anak-anak muda yang tak terhitung jumlahnya, yang telah tergerak oleh interaksi sederhana dari pendidikan sekolah minggu.
Sumber: | ||
Judul Buku | : | 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen |
Penulis | : | A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang, dan Randy Peterse |
Judul Artikel | : | Tahun 1780 -- Robert Raikes Memulai Sekolah Minggu |
Penerbit | : | PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1991 |
Halaman | : | 111 - 113 |
Situs PEPAK | : | http://www.sabda.org/pepak/pustaka/020178/ |
"Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus." (Roma 8:26,27)
Doa merupakan nafas orang Kristen, suatu komunikasi antara yang diselamatkan dan Juruselamat. Doa merupakan persatuan dari kehendak yang diciptakan dengan kehendak yang menciptakan, "the unity of the will of the created one and the Creator". Doa merupakan persatuan dari kehendak kita, kemauan kita, yang disesuaikan dengan kehendak Allah Pencipta.
Doa penting sekali, tetapi Alkitab dengan jujur mengatakan kepada kita, bahwa kita sebenarnya tidak tahu bagaimana seharusnya berdoa. Ini jujur sekali. Siapa yang mengetahui bagaimana seharusnya berdoa? Kita selalu hanya minta-minta kalau berdoa, meminta menurut kemauan kita sendiri. Dalam berdoa kita mau supaya Tuhan menyesuaikan dengan kehendak kita.
Ada suatu cerita tentang sepasang suami-istri di provinsi Shantung di Cina. Suami-istri ini hidup dari menjual kain dengan berkeliling, karena mereka tidak mempunyai toko. Setiap akhir tahun mereka mempunyai kebiasaaan berlutut di hadapan Tuhan dan berdoa, "Oh Tuhan, saya berterima kasih kepada-Mu, karena Engkau sudah memberkati kami sehingga untung 100 bal kain. Tuhan, saya minta tahun depan beri saya keuntungan 200 bal kain." Sebelum doanya selesai si istri memotong, "Tuhan, jangan dengar doa suami saya, dengar doa saya. Kalau tahun ini Tuhan beri keuntungan 100 bal kain, tahun depan juga sama, 100 bal saja cukup." Si suami marah-marah, "Saya belum amin, kenapa kamu ikut campur, kita akan susah kalau cuma mendapat 100 bal kain." Tetapi si istri tidak peduli, ia melanjutkan doanya, "Tuhan, pokoknya doaku saja yang didengar. Jangan beri 200 bal. Kalau Engkau beri 100 bal ia akan tetap setia dan mencintai saya. Kalau 200 bal ia nanti akan cari istri kedua." Inilah doa orang dunia, kedua-duanya berdoa untuk mencari keuntungannya sendiri, bukan mencari kehendak Tuhan dan kerajaan-Nya.
Saya ingin bertanya kepada Saudara, apakah doa kita sudah sesuai dengan kehendak Tuhan? Apakah kita berdoa dengan pengertian akan apa yang dikehendaki oleh Tuhan? Saudara, Alkitab dengan terus terang berkata kepada kita bahwa kita sebenarnya tidak tahu bagaimana seharusnya berdoa. Apa yang kita doakan? Bagaimana kita harus mendoakannya? Kita sendiri tidak tahu. Banyak orang Kristen waktu berdoa asal buka mulut saja, "Tuhan, saya mau ini, mau itu". Sebelum saya melayani ke luar negeri saya tanya istri saya, "Kalau saya pulang engkau perlu saya bawakan apa?" Jawabnya, "Jangan bawakan apa-apa, saya tidak perlu apa-apa." Lalu saya tanya anak-anak saya, mau minta apa. Yang satu bilang, kali ini tidak ada keperluan apa- apa, tetapi saya pikirkan sendiri, dia perlu apa, nanti saya belikan untuk dia. Demikian juga Tuhan mau tahu hati kita waktu kita berdoa, bagaimanakah sikap kita terhadap kedaulatan, keinginan, rencana dan kehendak Allah.
Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa kita sebenarnya tidak tahu bagaimana harus berdoa. Itulah sebabnya Roh Kudus diberikan menjadi Penolong bagi kita masing-masing, untuk menolong kita berdoa, menolong kita mengutarakan hati kita sepenuhnya kepada Tuhan sehingga sesuai dengan kehendak Tuhan. pada akhir ayat ini dikatakan, Roh Kudus mengetahui bagaimana berdoa bagi kita. Dia berdoa menurut kehendak Allah bagi orang-orang suci. Dalam keadaaan demikian kita melihat hubungan antara doa dan Roh Kudus. Bukan doa kita yang menggerakkan Roh Kudus, melainkan sebaliknya Roh Kudus menggerakkan roh kita untuk berdoa. Roh Kudus yang berdoa bagi kita sesuai dengan kehendak Allah yang menerima doa kita. Di sini kita menegaskan sekali lagi doktrin dan teologia doa yang benar.
Berdoa Dalam Roh Dan Kebenaran
Saudara-saudara, semakin saya memikirkan, semakin limpah. Semakin saya merenungkan, semakin dalam saya mengerti, semakin saya mengerti semakin saya kagum akan ajaran Alkitab mengenai doa yang begitu berlimpah. Banyak orang Kristen dan gereja pada waktu berdoa tidak menyelidiki baik-baik teologi doa yang diajarkan Alkitab. Alkitab berkata, "Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah yang benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran." (Yohanes 4:23). Dalam sembah sujud dan berbakti kepada Tuhan ada dua unsur penting. Pertama yaitu berbakti dengan jujur, berbakti di dalam kebenaran; ini suatu aspek fungsi rasio. Kedua, berbakti di dalam roh, berbakti di dalam kuasa Roh Kudus, ini aspek rohani. Iman mencakup dua wilayah; wilayah rasional dan wilayah spiritual. Wilayah rasional bersangkut-paut dengan fungsi pikiran. Wilayah spiritual bersangkut paut dengan fungsi kita berbakti dan memuliakan Allah.
Yesus Kristus berkata, "Barangsiapa menyembah Allah, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." Aku berbakti kepada Tuhan, baktiku berdasarkan kebenaran yang memimpin pikiranku. Berbahagialah orang yang pikirannya dipimpin oleh kebenaran dan hati nuraninya dipimpin oleh Roh Kudus, dan kedua aspek itu bekerja bersama-sama. Dwi fungsi berintegrasi di hadapan Tuhan. Jika kita mempunyai otak yang tidak dipimpin oleh Roh Kudus, bakti kita tidak diterima dengan baik. Jika kita mempunyai roh yang sungguh-sungguh tetapi tidak ada kebenaran yang memimpin kita, kita tidak mungkin memuliakan Tuhan dengan sungguh-sungguh. Berbahagialah orang yang punya integrasi, suatu penggabungan yang mencakup kedua aspek ini. Di bagian rasio ada kebenaran yang memimpin, di bagian rohani ada Roh Kudus yang bertakhta. Saudara-saudara, bakti sudah mencakup aspek fungsi hidup rohani yang disebut berdoa; berdoa dengan roh, berdoa dengan pengertian. "Aku akan berdoa juga dengan akal budiku," demikian Paulus berkata dalam 1 Korintus 14:15. Doa dalam roh dan doa dalam pikiran, doa dalam roh dan doa dalam akal, dalam pengertian. Betapa banyak orang berani menafsirkan ayat itu secara salah dengan mengatakan, bahwa engkau berdoa tidak perlu memakai pikiran, hanya berglosolali atau roh yang memimpin, sehingga pikiranmu kabur atau tidak jelas. Saya kira itu bukan ajaran Alkitab. Kalau Saudara meneliti surat Korintus, Paulus menekankan bukan hanya berdoa dalam roh tetapi juga memakai pengertian. Jadi di sini keseimbangan yang ditekankan. Roh Kudus memimpin rohmu dan Firman memimpin pikiranmu.
Tidak ada seorangpun yang berhak memisahkan Roh Kudus dari kebenaran, dan tidak ada seorang pun yang berhak memisahkan pimpinan Roh Kudus dengan roh kita. Jika pikiran kita tidak dipimpin oleh Kebenaran, kita belum bisa berbakti kepada Allah. Jika hati dan nurani kita tidak dipimpin oleh Roh Kudus, kita belum mengerti bagaiman berdoa kepada Tuhan. Jadi, berbakti kepada Tuhan dalam kebenaran dan roh, berdoa kepada Tuhan dalam pikiran dan hati nurani yang dipimpin oleh Roh. Roh Kudus tidak mungkin memimpin seseorang tanpa memakai kebenaran. Dengan kebenaran Dia memimpin kita, karena Firman Tuhan menjadi pedoman hidup, Firman Tuhan menjadi pelita bagi jalan kita, Firman Tuhan menjadi penerang bagi hati nurani, dengan cahaya Firman kita dipimpin. Saudara-saudara, seorang yang rohani adalah seorang yang taat kepada kebenaran Alkitab. Seorang yang bijaksana adalah seorang yang menaklukkan pikiran di bawah kuasa Roh Kudus dan kedaulatan Tuhan Allah.
Berdoa Sesuai Dengan Kehendak Bapa
Roh Kudus dan doa. Doa dan Roh Kudus. Pada waktu Yesus, Anak Allah yang tunggal, berada di dunia, Dia tidak bisa berdoa tanpa pimpinan Roh Kudus. Ketika Anak Manusia yang menjadi wakil engkau dan saya berada dalam dunia, Allah yang menjadi daging, Kalam yang menjadi manusia, Firman yang menjadi Imanuel, Dia perlu pimpinan Roh Kudus. Siapakah engkau, yang berdoa tidak perlu dipimpin oleh Roh Kudus? Siapakah engkau, yang sudah belajar menghafal doa sehingga engkau merasa sudah pintar berdoa di luar kepala dan tidak perlu dipimpin oleh Roh Kudus? Dalam Lukas 4 dan Matius 4 dikatakan, Roh Kudus memimpin Yesus ke padang belantra untuk dicobai dan di situ Dia berdoa 40 hari. Dia berdoa, berdoa, berdoa dan sebagai puncak doanya kita melihat Roh Kudus memimpin Dia. Selama 40 hari Dia berada dalam pergumulan doa. Roh Kudus mendampingi dan akhirnya doa-Nya sudah memuncak, sudah mencapai suatu status, kuat untuk bisa mengadapi pencobaan-pencobaan yang berat. Di dalam dunia, Yesus berdoa dan dipimpin oleh Roh Kudus.
Saudara-saudara, bukan hanya itu; Alkitab berkata bahwa Roh menolong kita dengan keluhan-keluhan yang tak terucapkan. Apakah artinya ini? Keluhan yang tidak terkatakan, yang tidak dimengerti oleh manusia, keluhan-keluhan itulah dikatakan Roh Kudus. Orang yang belajar sabar tahu betapa berat arti S-A-B-A-R ini. Sabar ini sulit. Dalam bahasa Tionghoa kata "sabar" tersusun oleh dua suku kata (radix), yang artinya jantung ditusuk oleh pisau. Itulah arti sabar. Kadang-kadang saudara tidak bisa sabar tetapi mesti sabar juga, sudah tidak bisa tetapi mesti sabar, saudara paksa-paksakan, persis seperti jantung ditusuk pisau. Goyang sedikit, pecah jantungmu. Itu namanya sabar. Siapakah yang paling sabar? Yang paling sabar ialah Roh Kudus. Waktu Dia memperanakkan kita, Dia sudah bertekad untuk mendampingi anak yang dilahirkan itu. Dia mau hidup ditengah-tengah kita, Dia mau hidup di dalam kita. Roh Kudus mendampingi kita seperti seorang ibu, dengan penuh kesabaran Ia mendidik kita, memimpin kita menuju ke jalan yang benar, menuju jalan yang bercahaya dengan terang yang mulia.
Dalam bahasa Yunani Roh Kudus disebut "Parakletos". "Para" artinya di samping. "Parakletos" adalah Penghibur yang mendampingi kita. Pada waktu engkau dicela, dihina, waktu engkau sendirian melayani Tuhan dan tidak dimengerti oleh orang lain, bahkan oleh kawan dan rekan sendiri, ingatlah akan "Parakletos", Roh Kudus Penghibur yang mendampingi engkau di sampingmu dan terus menguatkan engkau, berdoa ganti engkau, karena Dia mengatahui isi hati Tuhan dan Bapa mengetahui doa Roh Kudus. Ini adalah komunikasi antara ketiga oknum; Bapa, Anak dan Roh Kudus. Bapa mencintai Anak. Anak mencintai Bapa, Bapa mencintai Roh Kudus, dan Roh Kudus mencintai Bapa. Ketiga Oknum berkomunikasi, ketiga Oknum saling mencintai, dan pengertian antara ketiga Oknum demikian jelas, demikian tuntas, sempurna dan demikian indah. Disebut di sini bahwa Roh Kudus tahu maksud Bapa dan Bapa juga mengerti isi hati Roh Kudus. Karena Roh Kudus mengetahui kedalaman dan keajaiban segala rahasia yang tersembunyi sedalam- dalamnya di dalam diri Allah Bapa, maka Roh Kudus bisa berdoa sesuai dengan kehendak Bapa, sedangkan engkau dan saya tidak mungkin.
Roh Kudus membantu engkau dan saya berdoa di hadapan Tuhan. Saudara, dulu di desa-desa di Tingkok banyak wanita tidak sekolah. Kalau mereka mau menulis surat kepada suami atau anaknya di kota lain, mereka harus meminta bantuan seorang tukang tulis surat. Nah, tukang tulus surat tidak ada modal berdagang tetapi ada modal sekolah. Jadi mereka pasang satu meja, botol tinta, sebuah pena, yaitu kuas dari bulu, dan banyak kertas di lacinya. Wanita-wanita itu lalu mendiktekan apa yang mereka ingin katakan. Biasanya bahasa mereka selalu jelek, tata bahasanya tidak teratur, tetapi yang menulis langsung mengubah menjadi kalimat-kalimat yang indah, tata bahasanya baik dan tulisannya bagus; kalau kata-katanya terlalu kasar dihaluskan, supaya dapat mengungkapkan apa yang diinginkan dengan sebaik-baiknya. Nah, Saudara, demikianlah pekerjaan Roh Kudus, dalam membantu kita berdoa. Doa kita sering ngawur, Roh Kudus membetulkan. Dia mengeluh dan mengeluh mendengar doa kita, tetapi Ia memperindah doa kita sehingga diterima oleh Bapa. Saudara mau doa Saudara diterima oleh Bapa? Caranya tidak lain, kecuali hidup menurut kehendak-Nya dan diperkenan oleh-Nya, dan Roh Kudus akan membantu kita berdoa.
Saudara, sejak saya berumur sepuluh tahun saya mempunyai beban doa untuk penginjilan dunia, tetapi tidak tahu bagaimana harus berdoa. Kemudian Tuhan menolong saya untuk mulai melihat siapa yang memberitakan Injil, saya mendukung para penginjil dan siapa yang diinjili, orang-orang yang paling sulit menerima Injil; lalu cari kesulitan dan rintangan yang mereka hadapi dan saya doakan. Mulai Tuhan mengajar dengan kebenaran, seperti mengupas lapisan-lapisan bawang yang luarnya sudah rusak, mengupas satu per satu sampai ditemukan inti di dalamnya yang sesuai dengan hidup yang Allah ingini. Pelan-pelan saya belajar mengetahui bagaimana berdoa sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam berdoa saya dididik, saya dibantu, sehingga lambat laun mulai tidak lagi berdoa untuk hal-hal yang sekunder, hal-hal yang tidak perlu, tidak lagi berdoa untuk keuntungan dan kepentingan diri sendiri, melainkan mengutamakan Tuhan. Lambat laun saya merasakan perasaan saya lain sekali; kalau Tuhan sudah mau begini, hati ingin begitu, tidak ada sejahtera. Setelah berdoa untuk pekerjaan Tuhan, berdoa untuk orang lain, untuk penginjilan seluruh dunia, ada suatu ketenangan dalam hati.
Saudara akan mengalami damai sejahtera yang luar biasa kalau Saudara mengingat orang lain, bukan mengingat diri sendiri. Di dalam Alkitab ini merupakan suatu prinsip! Pada waktu Ayub bersungut-sungut tidak habis-habisnya, mencela Allah, ia tidak ada jalan pembebasan. Tetapi ketika Ayub berdoa untuk kawan-kawannya dan untuk orang lain, Allah melepaskan dia dari kesusahan. Ayat yang indah! Hanya Roh Kudus yang bisa menolong kita, mengarahkan kita keluar dari hidup doa yang egosentris menuju hidup doa yang altruistis, yaitu berdoa untuk orang lain. Hidup berdoa untuk melihat lebih lebar, lebih luas, penyangkalan diri lebih besar, melihat kerajaan Allah.
Roh Kudus menolong kita berdoa karena Ia mengetahui isi hati Tuhan. Kiranya Tuhan memperbarui, menormalkan dan mengarahkan kebenaran di dalam hidup doa kita masing-masing.
Sumber:
Khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong dalam Persekutuan Doa Momentum; Buletin Surat Doa -- No. 4, diterbitkan oleh LRII (Lembaga Reformed Injili Indonesia)
Arsip dan Milis Publikasi e-Reformed Edisi 09/IX/2000 http://www.sabda.org/publikasi/e-reformed/009/
< subscribe-i-kan-untuk-Reformed@xc.org >
Didirikan lebih dari 70 tahun yang lalu, SIL International merupakan sebuah organisasi berlandaskan iman yang mempelajari, mendokumentasikan, dan membantu pengembangan bahasa-bahasa dunia yang masih belum banyak diketahui. Para staf SIL membagikan sebuah komitmen kristiani untuk pelayanan, prestasi akademis, dan hubungan profesional lewat dunia literatur, linguistik, penerjemahan, dan disiplin ilmu lainnya. SIL menyediakan pelayanannya untuk semua orang tanpa memandang kepercayaan, ideologi politik, jenis kelamin, ras atau suku.
SIL telah berkembang dari sebuah program pelatihan ilmu linguistik musim panas yang kecil dengan 2 murid pada tahun 1934 menjadi sebuah organisasi yang menaungi lebih dari 5.000 staf yang berasal lebih dari 60 negara. Penyelidikan linguistik yang dilakukan SIL meliputi lebih dari 1.800 bahasa yang dipakai oleh lebih dari 1,2 milyar orang di lebih dari 70 negara.
AWAL MULA
Organisasi ini terbentuk dari perhatian seseorang bernama William Cameron Townsend akan bahasa-bahasa yang belum dikenal banyak orang, yang masih belum memiliki sistem abjad tertulis. Dari negara asalnya, Amerika Serikat, William pindah ke Guatemala untuk hidup membaur dengan masyarakat sebuah desa orang Maya. Di sana ia mempelajari bahasa Cakchiquel, memulai pengembangan pendidikan dan bahasa, serta mempromosikan terjemahan Alkitab. Setelah bertahun- tahun di Guatemala, ia memperlebar visinya untuk lebih banyak masyarakat yang belum beruntung lainnya di dunia.
KEMITRAAN
SIL bekerja sama dengan pemerintah setempat, lembaga-lembaga nonpemerintah, serta institusi-institusi pendidikan di seluruh dunia, selain tentunya dengan gereja dan komunitas-komunitas lokal. Organisasi PBB yang menangani bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya, UNESCO, telah berstatus sebagai penasihat resmi bagi SIL. Hubungan tersebut membantu dalam pengadaan hubungan global, dialog perundangan, dan pertukaran informasi.
BAHASA
SIL berfokus pada bahasa-bahasa yang belum tertulis. Orang-orang yang menggunakan bahasa tersebut seringkali hidup di wilayah dan kondisi sosial ekonomi yang terisolasi. Mempelajari bahasa-bahasa tersebut akan menghasilkan bantuan langsung bagi masyarakat lokal dan memberi sumbangan untuk pengetahuan linguistik, antropologi, dan etnomusikologi yang lebih luas. SIL memublikasikan riset-riset mereka dan membagi-bagikannya ke berbagai perpustakaan, universitas, pemerintah, dan badan-badan internasional.
Sebagai pemimpin dalam penelitian bahasa-bahasa yang terancam bahaya lewat survei-survei bahasa, SIL memfasilitasi pengembangan bahasa untuk menghindari kepunahan budaya dan bahasa.
Publikasi utama SIL, the Ethnologue: Languages of the World, adalah sebuah katalog lengkap mengenai lebih dari 6.900 bahasa yang ada di dunia.
TEKNOLOGI BAHASA
SIL melakukan riset dan mengembangkan perangkat lunak komputer, seperti Speech Analysis Tools, untuk membantu penelitian bahasa. Sebagai tambahan, Non-Roman Script Initiative adalah sebuah tim di dalam organisasi SIL yang menyediakan petunjuk bimbingan, informasi penelitian serta pengembangan untuk memfasilitasi penggunaan non- Roman scripts dalam studi linguistik, penerjemahan, kemampuan baca tulis, dan penerbitan.
PENGETAHUAN BACA TULIS
Kemampuan membaca adalah kunci bagi perkembangan dalam tingkatan pribadi, lingkungan, dan secara nasional. SIL berfokus pada program- program berbasis komunitas untuk masyarakat yang bahasanya belum banyak dikenal. Hal tersebut juga membantu dalam melatih masyarakat setempat agar dapat memiliki dan meningkatkan tanggung jawab atas keberlangsungan program baca tulis bagi masyarakat dan bahasa mereka.
SIL juga membantu lembaga-lembaga lokal, regional, dan nasional yang mengembangkan pendidikan formal dan informal dalam hal dialek bahasa. Usaha kerjasama ini memungkinkan kemajuan baru dalam kompleksitas wilayah pengembangan pendidikan di masyarakat yang beragam budaya dan bahasanya.
PENERJEMAHAN
SIL bekerja lewat kemitraan dengan penutur-penutur lokal untuk mengadaptasi atau menerjemahkan bahan bacaan untuk diterbitkan dengan subjek-subjek seperti gizi, pertanian, kesehatan (termasuk HIV/AIDS), dan beberapa atau semua isi Alkitab. Keterlibatan SIL dan visi penerjemahan Alkitab bagi tiap bahasa sangat ditentukan oleh kedekatan hubungan mereka dengan gereja, masyarakat, serta seringkali juga dengan kelompok kemitraan atau organisasi-organisasi lain.
PELATIHAN
SIL menawarkan pelatihan untuk pengerjaan bahasa dalam kemitraan dengan institusi-institusi pendidikan dan organisasi-organisasi lain di lebih dari 20 lokasi di seluruh dunia. Kursus-kursus itu diajarkan melalui jurusan-jurusan dari berbagai institusi mitra termasuk dari SIL. Kelas-kelas yang ada menawarkan bidang-bidang meliputi fonetik, fonologi, tata bahasa, pelajaran bahasa, metode bidang linguistik, antropologi budaya, sosiolinguistik, pengetahuan baca tulis, penerjemahan, dan program-program perencanaan bahasa.
Profesor-profesor SIL memiliki pengalaman yang luas dengan satu komitmen pada standar pendidikan yang tinggi. Keahlian mereka diperoleh melalui standar pendidikan yang maju di berbagai universitas dan perguruan tinggi di seluruh dunia. Lulusan program pelatihan SIL bekerja di enam benua, ada yang tetap melayani bersama SIL dan ada pula yang bersama organisasi mitra.
SIL terus melanjutkan pengadaan workshop-workshop di masyarakat untuk melatih kepemimpinan lokal dalam hal bahasa dan bidang-bidang terkait, membuat agar mereka sendiri mampu menjadi pelatih. Bahasa lokal dipakai sebagai medium penyampaian jika memang sesuai dipakai.
PELAYANAN MASYARAKAT
Salah satu tujuan dari SIL adalah pengembangan yang berpusat pada sumber daya manusia, karenanya organisasi tersebut menaruh prioritas pada pelatihan masyarakat lokal dengan cara membantu mereka untuk mengembangkan potensinya secara penuh. SIL menggabungkan antara bahasa dan keahlian baca tulis dengan bentuk lain dalam pengembangan masyarakat. Ini meliputi pelatihan praktis yang digabung dengan bahan-bahan tertulis mengenai pertanian, kesehatan, sanitasi, pertumbuhan rohani, dan bidang-bidang lain yang diinginkan oleh masyarakat setempat.
PENDANAAN
Sumber dana untuk pekerjaan SIL kebanyakan disediakan oleh organisasi-organisasi yang berafiliasi dari berbagai belahan dunia. Penyandang dananya meliputi anggota organisasi-organisasi yang berafiliasi dengan Wycliffe International, yang bertujuan mempromosikan penerjemahan Alkitab bagi bahasa-bahasa dunia di mana pun bisa dilakukan. Dana dari perusahaan-perusahaan dan yayasan swasta, selain juga dari lembaga-lembaga pemerintahan, telah menolong SIL dalam program pendidikan baca tulis dan proyek-proyek terkait. Sebagai tambahan, kebanyakan pekerja SIL mengembangkan sumber-sumber pendanaan perorangan untuk proyek-proyek tertentu serta dukungan pribadi. (t/ary)
Bahan diambil dan diterjemahkan dari sumber:
==> http://www.sil.org/
Mengapa sebagian besar orang yang belum percaya tidak dapat mempedulikan Kristus? Mengapa sedikit sekali gereja yang melihat gerakan nyata mengenai adanya orang berdosa yang diselamatkan? Pertanyaan ini terasa mengganggu bila Anda paham bahwa Allah telah memanggil kita menjadi garam dan terang dunia.
Tentu saja, karena ambisi untuk mengejar kekuasaan dan ketamakan, cinta akan uang dan harta, membuat banyak orang tidak lagi mencari Kristus. Namun, gelombang orang-orang yang memasuki gerakan zaman baru dan agama-agama metafisika memberi kesaksian bahwa manusia merindukan kenyataan yang lebih mendalam. Mungkinkah hampir semua orang menganggap Yesus kuno dan tidak ada kaitannya dengan hidup mereka yang bergerak dengan cepat ini? Selain itu, mungkinkah sebagian besar orang Kristen telah kehilangan kesempatan untuk mempengaruhi dunia ini? Hanya Allah yang bisa menjawab semua pertanyaan penting ini dan sesungguhnya, Dia yang akan mencelikkan mata kita bila kita meminta kepada-Nya.
"Bapa surgawi, aku tahu Engkau menyelamatkan dan memerdekakanku bukan supaya aku berbaur dengan kebudayaan di sekitarku atau duduk di gereja dengan berpuas diri. Engkau telah memanggilku menjadi saksi-Mu dan aku tahu hanya oleh Roh-Mu yang memberi kuasa itulah, aku mampu melakukannya. Nyatakanlah kepadaku hati-Mu bagi orang terhilang, Tuhan Yesus, dan jadikan aku serupa dengan-Mu. Dalam nama-Mu, aku berdoa. Amin."
Kebenaran Mengenai Allah
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengenai bagaimana rupa Yesus, cara-Nya berpakaian, berbicara, dan bertindak seandainya Dia memutuskan hendak datang ke Amerika pada abad dua puluh satu, bukannya ke Israel di abad pertama? Yah, satu hal yang pasti, Dia tidak akan menjadi orang yang kaku, sombong, dan bersembunyi di kantor. Mungkin ini membuat Anda heran, namun ketika Yesus hidup di dunia, Dia dikritik karena bergaul dengan orang berdosa!
"Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti Firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Matius 9:10-13)
Yesus begitu "sederhana" dan berhubungan dengan orang-orang dan kehidupan ini, sehingga Dia dituduh sebagai "pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa." (Matius 11:19)
Sahabat orang berdosa -- saya yakin Yesus menyukai gelar ini, sebab untuk itulah Dia datang ke dunia. Dia menangisi kota Yerusalem karena mereka tidak mau membuka hati kepada-Nya (Matius 23:37-39; Lukas 13:34). Hati-Nya sedih ketika melihat kerumunan orang banyak dan melihat betapa menderita dan sedihnya mereka (Matius 9:35-38). Yesus terharu karena belas kasih-Nya terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam diri orang-orang di sekitar-Nya dan Dia sangat berduka cita karena kekerasan hati mereka yang menolak-Nya.
Karena itulah, Dia menuju salib -- untuk mengubahkan orang berdosa yang terhilang menjadi orang kudus yang ditebus.
"Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami." (2 Korintus 5:18-19)
Apakah ini gambaran Yesus yang menyimpang dan tidak peduli? Tidak sama sekali. Sebaliknya, ini adalah gambaran mengenai Bapa, yang terlibat dan penuh belas kasih, yang mengorbankan kasih-Nya yang terbesar demi memenuhi kebutuhan kita yang terbesar.
Kebenaran Mengenai Diri Anda
Anda dan saya telah diperdamaikan dengan Allah melalui Kristus. Kita bukan lagi menjadi musuh, melainkan sahabat Allah.
"Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih- lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak- Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!" (Roma 5:8-10)
Salah satu tanda persahabatan adalah bahwa mereka bersama membicarakan berbagai hal penting. Demikian pula, hubungan kita dengan Yesus. Dia telah memilih untuk mempercayakan kepada kita, apa yang sesungguhnya ada dalam hati-Nya kepada kita.
"Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku." (Yohanes 15:15)
Lalu, apakah isi hati Bapa yang ingin diberitahukan Yesus, sahabat terbaik kita, kepada kita? Allah ingin kita tahu bahwa Dia telah memilih dan menetapkan kita untuk pergi dan menghasilkan buah dan buah kita itu harus tinggal tetap (lihat ay. 16). Kita memiliki peranan yang pasti dalam rencana Bapa untuk menjangkau dunia yang sedang menuju kebinasaan:
"Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan- akan Allah memohon melalui kami; dalam nama Kristus kami memohon kepadamu, berilah dirimu didamaikan dengan Allah." (2 Korintus 5:14-15,20)
Yesus, sahabat orang berdosa, terus menjangkau mereka dari surga melalui kita. Kita menjadi kaki-Nya untuk pergi, lengan-Nya untuk memeluk, dan mulut-Nya untuk memberitakan kabar baik bahwa Allah ingin umat manusia menerima Putra-Nya dan menjadi sahabat-Nya. Alkitab berkata bahwa kita adalah duta besar. Inilah panggilan bagi setiap anak Allah. Pertanyaannya adalah: Setiakah kita mewakili Sang Raja di dunia ini?
Kebenaran Mengenai Kemerdekaan
Segera setelah kita diselamatkan dan dimerdekakan oleh karena kasih karunia dan kuasa Allah, maka sangat lazim bila kita ingin menolong sesama. Namun, kadangkala kita tidak bebas menjadi saksi Kristus yang berani dan yang penuh kuasa Roh Kudus (lihat Kisah Para Rasul 1:8) karena kita takut kepada manusia.
Namun, taruhannya terlalu tinggi bila menahan Firman kehidupan terhadap orang lain yang seakan berada dalam kereta api yang tidak bisa dikendalikan lagi sedang menuju lautan api. Bukankah sangat egois bila kita menjaga "reputasi" diri sendiri atau "persahabatan" kita dengan orang lain, padahal kita merampas kesempatan mereka untuk menjadi sahabat Allah?
Anak rohani Paulus, yaitu Timotius, tampaknya bergumul dengan ketakutan akan manusia. Kata-kata penghiburan dari pembimbingnya, seharusnya juga menghibur kita:
"Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah." (2 Timotius 1:7-8).
"Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal." (2 Timotius 2:10)
"Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya: Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!" (2 Timotius 4:1-2,5).
Doa Hari Ini
Bapa surgawi, sungguh mulia hati-Mu yang berbelas kasih terhadap mereka yang terhilang. Engkau menarikku dekat kepada-Mu dan aku tidak mau lagi menahan Firman kehidupan. Sungguh, Engkau bermurah hati, sehingga Engkau rindu bahwa tidak seorang pun akan binasa. Maka aku menerima panggilanku sebagai duta besar bagi Kristus dan berdoa, kiranya Engkau memerdekakan dan memberiku kuasa untuk melakukan pelayanan pendamaian. Biarlah hatiku terbuka atas jiwa- jiwa yang terhilang di sekitarku dan memberitakan Injil untuk menggenapi pelayanan yang telah Kauberikan. Dalam nama Yesus, sahabat orang berdosa, aku berdoa. Amin.
Judul Buku | : | Berjalan dalam Kemerdekaan |
Judul Artikel | : | Sahabat Orang Berdosa |
Penulis | : | Neil T. Anderson dan Rich Miller |
Penerbit | : | Metanoia 2004 |
Hal | : | 115 - 119 |
Keindahan Bumi Cendrawasih memang menakjubkan. Hamparan luas bukit, pegunungan, dan lembah yang curam memberikan panorama nan eksotis. Namun kondisi alam seperti ini juga manjadi tantangan tersendiri bagi mereka yang melayani berbagai kebutuhan penduduknya.
Masalah transportasi adalah kendala utama bagi wilayah kepulauan Indonesia yang memiliki 250 kelompok suku yang tersebar di medan belantara yang terjal ini. Alat transportasi udara menjadi alternatif yang paling memungkinkan untuk menjangkau mereka. Itu pun hanya bisa diterobos dengan pesawat-pesawat ringan yang mampu take-off dan mendarat di 500 air strip (landasan rumput yang panjangnya 250-600 m untuk pendaratan pesawat terbang kecil).
Membawa Kelegaan
Dua belas tahun lalu, Summer Institute of Linguistics (SIL), yang terbeban dalam bahasa lokal, menghadapi kendala transportasi. Untuk menjawab kebutuhan adanya alat transportasi yang cepat guna meningkatkan gerak laju para pelayan Tuhan, dibentuklah Yayasan Jasa Aviasi Indonesia (YAJASI).
Dimulai dengan sebelas orang (warga asing dan Indonesia) dan mengelola lima pesawat ringan milik Universitas Patimura dan Universitas Cendrawasih. Sekarang YAJASI juga mempunyai satu pesawat Helio Courier buatan tahun 1969 dan satu pesawat baru tahun 2004 Turbo Prop buatan Swiss. Pesawat-pesawat tersebut sekarang terbang melayani kebutuhan warga Papua untuk saling berinteraksi, seperti burung-burung besi yang membawa Kabar Baik bagi orang-orang yang menyambutnya. Mereka dinantikan oleh petugas-petugas kesehatan, guru-guru, pelayan Tuhan yang membawa pencerahan dan siraman rohani. Bahkan, kehadirannya juga dibutuhkan untuk membawa berbagai kebutuhan dari kota ataupun mengangkut hasil bumi ke kota. "Kepakan-kepakan" sayapnya melegakan masyarakat Papua.
Zero Accident
Tahun ini, JAARS, salah satu penyumbang pesawat YAJASI, merencanakan menambah pesawat armada lagi. Ini menjadi kabar gembira bagi dunia penerbangan di Papua dan penjangkauan Injil.
Tantangan Operasional
Tantangan yang sekarang dihadapi oleh YAJASI adalah biaya operasional, perawatan, dan terutama harga bahan bakar yang semakin mahal. Komitmen YAJASI untuk memberikan layanan penerbangan yang terjangkau masyarakat pedalaman mendapat tantangan berat. Tantangan yang lain adalah medan Papua yang berat sehingga sangat berbahaya dan memerlukan para pilot profesional yang mempunyai jam terbang tinggi dan bernyali besar. Ada satu tantangan yang agaknya perlu penyadaran yang terus-menerus, tidak banyak pilot profesional Indonesia yang mau mengabdikan diri untuk menerbangkan pesawat-pesawat YAJASI ini, padahal pilot-pilot asing yang masih ada akan terkendala oleh izin dari pemerintah.
Kebutuhan YAJASI saat ini adalah satu unit pesawat dengan kepasitas angkut 1.450 kg sehingga pelayanan pengiriman barang dari dan ke pedalaman dapat berlangsung lebih ringkas dan hemat. Jika ada teman-teman yang ingin menjadi bagian dari pelayanan ini bisa menghubungi Catur Firnoyoso (Kepala Perwakilan YAJASI Jakarta, PO. BOX 1561 JKS 12150, telp. 021-75816272, 021-75816425, Fax. 021-7505206 atau email < catur_firnoyoso(at)sil.org > ).
Diambil dari:
Judul Majalah | : | Bahana Juli 2005 vol. 171 |
Judul artikel | : | Sayap-sayap "Burung Besi" Pembawa Kabar Baik |
Penulis | : | Firnoyoso, Bay, Ugie |
Penerbit | : | Yayasan Andi, Yogyakarta |
Halaman | : | 47 |
Ada banyak cara untuk menarik perhatian orang supaya mereka tahu bahwa kita adalah pengikut-pengikut Kristus. Perhatikan daftar di bawah ini. Praktikkanlah itu dan sesuaikan dengan cara Anda bersaksi sehari-hari.
Dengan terang-terangan menundukkan kepala di hadapan umum, misalnya pada waktu hendak makan di sebuah rumah makan, membuat orang di sekeliling Anda mengetahui bahwa Anda adalah seorang pengikut Kristus. Tiap orang akan diam melihat kekhidmatan itu. Orang tidak akan mengejek bila Anda mengucapkan terima kasih kepada Allah. Tunjukkan diri Anda sebagai seorang saksi Kristus, misalnya melalui doa pada waktu makan siang maupun pada waktu mengundang teman makan.
Dr. Paul Gupta, rektor Hindustan Bible Institute, bekas teman sekolah saya, pada suatu hari sedang makan siang bersama saya di rumah makan Clifton. Pada waktu hendak makan kami berdoa lebih dahulu. Dr. Gupta membuka serbannya (ikat kepalanya) dan tanpa malu mengucapkan terima kasih kepada Allah dengan suara yang keras. Ia benar-benar berdoa dengan suara yang keras. Saya membuka mata dan melihat melalui celah-celah jari saya bagaimana orang di dalam rumah makan itu berhenti makan, mendengar doa Dr. Gupta itu. Bahkan para pelayan pun berhenti melayani dan berdiri tidak bergerak. Seluruh ruangan makan menjadi hening. Saya tidak tahu apakah saya sendiri menjadi malu atau terkejut. Mungkin kedua-duanya. Tetapi saya melihat betapa besar pengaruhnya mengiklankan Kristus dengan cara ini.
Banyak orang datang ke meja kami dan menceritakan kekaguman mereka melihat seorang yang tidak merasa malu untuk bersaksi tentang Juruselamatnya. Beberapa di antara pelayan-pelayan adalah orang Kristen dan mereka berkata bahwa mereka akan lebih banyak bersaksi tentang Tuhan Yesus di dalam pekerjaan mereka. Mereka begitu terdorong melihat contoh keberanian Dr. Gupta. Meja kami menjadi begitu ramai dikelilingi oleh orang-orang yang mengucapkan terima kasihnya kepada Dr. Gupta, sehingga hampir saja kami tidak dapat makan lagi. Tetapi sebaliknya menyenangkan sekali mendengar begitu banyak pembicaraan tentang Tuhan Yesus. Timbul pikiran dalam benak saya, betapa indahnya kalau suatu waktu Tuhan Yesus merupakan bahan pembicaraan pokok dari semua orang Kristen!
Saya menceritakan pengalaman ini bukan dengan maksud supaya Anda juga akan menjadi suatu tontonan karena doa-doa Anda. Yang saya maksudkan ialah supaya Anda dapat melihat betapa besar pengaruh dari kesaksian semacam ini, dan juga supaya Anda mau membiarkan orang lain melihat Anda berdoa tanpa merasa malu sedikit pun juga. Semakin besar kekhidmatan yang dapat Anda persembahkan, semakin baik. Doa Anda tidak perlu panjang. Roh Kudus akan menggunakan doa itu sebagai suatu kesaksian yang sesuai dengan rencana-Nya.
Jika Anda bekerja pada suatu kantor, sebuah Alkitab dapat diletakkan di atas meja tulis Anda. Jika hal ini kurang tepat, sebuah kitab Perjanjian Baru yang kecil dapat ditempatkan agak menonjol ke luar dari saku kemeja Anda. Ini akan merupakan semacam iklan juga. Jika Anda mempunyai mobil, taruhlah sebuah Alkitab di tempat duduk sebelah depan. Kemudian pindahkanlah Alkitab itu bila ada orang yang hendak duduk di situ.
Dengan pertolongan Roh Kudus hal ini dapat digunakan sebagai pembuka jalan untuk mengajak orang berbicara tentang Tuhan Yesus. Sangat mudah untuk memamerkan secara menyolok sebuah Alkitab di rumah Anda. Membawa sebuah Alkitab ke gereja tidak sama besar pengaruhnya daripada jika Anda membawa dan mengeluarkannya dari tas kantor Anda. Memperkenalkan diri Anda sebagai saksi Kristus melalui Alkitab yang Anda bawa merupakan suatu kesaksian tentang persekutuan Anda dengan Firman Allah yang hidup.
Piagam, semboyan, panji-panji dan papan-papan nama yang diletakkan di atas meja tulis Anda atau digantung pada dinding rumah dapat merupakan suatu kesaksian pula. Demikian pula gambar atau lukisan tentang Kristus dapat pula merupakan kesaksian yang menarik. Juga almanak dan kartu-kartu nama yang berisi gambar Kristus atau ayat- ayat Alkitab akan merupakan iklan bagi Kristus. Nanti bila Anda menjadi seorang pemenang jiwa, alat-alat tersebut di atas ini akan dapat menciptakan suatu cara yang baik untuk memenangkan jiwa. Ada pula orang yang memakai tanda-tanda atau semboyan-semboyan yang menarik hati di mobil mereka. Misalnya kata-kata berikut: "Anda naik mobil ini adalah atas risiko Anda sendiri, sewaktu-waktu Allah dapat memanggil pulang pengemudi itu", dapat ditulis pada kertas dan ditempelkan pada kaca depan mobil. Seorang pengemudi Kristen akan dapat bertanya kepada penumpang: "Anda cemas membaca tulisan itu?" Dengan demikian sebuah percakapan rohani akan dapat dimulai.
Bila radio Anda dipasang pada sebuah pemancar radio Kristen, hal ini akan merupakan pula semacam iklan bagi Kristus. Di kantor sebuah transistor dapat digunakan. Bila Anda bersenandung dan menyanyikan lagu-lagu Kristen, itu pun akan membuat orang mengetahui bahwa Anda seorang pengikut Kristus.
Pakaian dapat menjadi iklan bagi Kristus. Sebuah cincin atau lencana juga dapat dijadikan sebagai iklan bagi Kristus. Demikian pula penjepit dasi, rantai kunci atau pena yang mempunyai gambar tentang Kristus atau ayat-ayat Alkitab dapat merupakan alat-alat kesaksian.
Bila Anda memberikan sebuah traktat kepada seseorang, Anda telah memperkenalkan diri Anda sebagai pengikut Kristus. Tetapi ada pula cara lain yang dapat digunakan dengan traktat untuk menarik perhatian orang, misalnya dengan menggunakan traktat yang mempunyai judul yang menarik hati dan membiarkan judul itu terlihat menonjol dari saku kemeja Anda. Pakailah pula kantong-kantong plastik yang menarik untuk menyimpan traktat Anda. Ada orang yang senang mencetakkan ayat-ayat Alkitab pada kartu-kartu namanya. Salah sebuah kartu nama yang menarik hati saya tertulis: "Jika Anda memerlukan pertolongan mengenai kehidupan rohani Anda ... hubungilah ..." dan kemudian dibawahnya dicantumkan nama pemilik kartu nama itu.
Sebuah kantor perusahaan dapat dijadikan semacam pos pekabaran Injil bagi Kristus. Pada meja ruang tunggu kantor, Anda dapat meletakkan majalah-majalah Kristen dan sebuah rak kecil tempat traktat-traktat. Bahkan ada pula pengusaha Kristen yang mencantumkan rencana keselamatan dibalik kartu namanya.
Anda tidak akan malu melakukan hal ini bila Anda tahu bahwa Roh Kudus akan menolong Anda menggunakan kesempatan untuk bersaksi. Jika timbul perasaan malu atau kurang enak pada diri Anda, tentu Anda akan dapat mengatasi keadaan itu dengan pertolongan Roh Kudus.
Perkataan yang diucapkan oleh seseorang kepada orang lain itu sangat berkesan. Roh Kudus dapat menggunakan keadaan-keadaan tertentu ataupun alat-alat kesaksian seperti traktat dan lain- lainnya, tetapi Ia lebih suka memakai manusia untuk bersaksi. Ia senang menggunakan kata-kata yang sederhana melalui mulut seseorang di dalam kesaksiannya dan dengan penuh kuasa membuat kata-kata itu berpengaruh besar di dalam hati pendengarnya. Hal ini adalah menyenangkan Roh Kudus. Saya tidak berbicara tentang suatu percakapan yang telah lebih dulu direncanakan, melainkan tentang percakapan biasa atau kebetulan saja yang tidak mengakibatkan banyak kemungkinan ancaman terhadap harga diri kita, akan tetapi memperkenalkan kita sebagai pengikut Kristus.
Bila Anda mengajak seseorang datang ke gereja, ini menunjukkan bahwa Anda adalah seorang anggota gereja dan bagi beberapa orang mereka menganggap bahwa orang yang pergi ke gereja itu adalah pengikut-pengikut Kristus.
Ini juga memperkenalkan kita sebagai orang Kristen. Banyak orang merasa bahwa orang-orang yang berdoa itu adalah orang-orang Kristen. Contoh: Jika ada seseorang di dekat Anda yang selalu mengeluh, Anda dapat berkata kepadanya dengan acuh, "Saya akan berdoa bagi Anda ...." Sikap Anda yang acuh itu tidak membawa ancaman terhadap harga diri Anda, tetapi tawaran Anda untuk berdoa bagi orang itu tentu diperhatikannya. Dengan demikian Anda telah pula memperkenalkan diri Anda sebagai pengikut Kristus.
Seringkali ada kesempatan untuk mengobrol sebentar di tempat pompa bensin, pasar atau tempat- tempat lain. Ceritakanlah tentang gereja Anda atau Sekolah Minggu Anda.
Kita telah membicarakan delapan cara untuk memperkenalkan diri Anda sebagai seorang Kristen. Beberapa di antaranya sesuai dengan kemampuan Anda. Perkembangan yang paling besar adalah melihat melalui pengalaman bagaimana Roh Kudus mulai menolong kita.
Untuk mempraktikkan cara-cara itu, berusahalah melihat bagaimana Roh Kudus bekerja di hadapan mata Anda. Mulailah pula membuat catatan- catatan. Segera setelah orang yang Anda beri kesaksian itu pergi, catatlah kata-kata yang telah diucapkannya. Anda akan merasa heran melihat bagaimana banyak gagasan yang baru akan timbul. Ini berarti bahwa Roh Kudus sedang bekerja di dalam diri Anda.
Kekristenan bukanlah hal yang mudah. Kita dipanggil untuk berbuat sesuatu yang bertentangan dengan keinginan dan kehendak dunia ini. Tugas untuk menyatakan diri kita sebagai pengikut Kristus dapat merupakan suatu tugas yang berat dan menakutkan karena dunia justru menolak Kristus. Itulah sebabnya mengapa bersaksi bagi Kristus itu tidak dapat dilakukan tanpa pertolongan kuasa Allah. Bila kita bersaksi tanpa pertolongan Allah, kesaksian kita akan gagal. Kecuali bila kita mempunyai kesadaran yang sungguh-sungguh tentang hadirat Roh Kudus di dalam hidup kita dan mengetahui melalui pengalaman apa yang dapat dilakukan oleh Roh Kudus bagi kita pada saat akan bersaksi, kita akan menarik diri untuk bersaksi lagi dan akan tetap tinggal diam. Oleh karenanya keberhasilan kesaksian Kristen terletak di dalam hal:
Sadar akan kehadiran-Nya dan kesediaan-Nya untuk menolong kita.
Ketergantungan kita pada pertolongan-Nya pada saat kita bersaksi.
Pengalaman yang bertambah meningkat yang mengajarkan kepada kita bagaimana bergantung kepada-Nya.
Sekarang Anda dapat melihat tujuan yang sesungguhnya dari langkah ini yaitu untuk berhubungan lebih erat dengan Roh Kudus yang menjadi Penghibur kita melalui latihan-latihan yang praktis. Lihatlah bagaimana Ia menggunakan cara Anda "mengiklankan" Tuhan Yesus kepada orang lain. Perhatikanlah bagaimana ia menjadikan Anda seorang yang disenangi oleh orang yang Anda beri kesaksian. Biarlah Roh Kudus mengajar Anda untuk dapat membaca wajah orang sementara Anda sedang bersaksi. Dalam waktu yang amat singkat Anda dan Roh Kudus akan bekerja sama dengan erat sekali dalam bersaksi bagi Kristus. Roh Kudus tidak lagi merupakan suatu doktrin saja, karena sekarang Ia menjadi Sahabat pribadi Anda.
Apakah yang lebih menggembirakan daripada mendapat pengampunan atas segala dosa dan mengalami damai yang sempurna dengan Allah? Tidak ada yang lebih menggembirakan daripada itu. "Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!" firman Tuhan (
Tidak ada salahnya! Anda tahu hal itu. Hanya saja sampai sekarang Anda merasa takut untuk mempertunjukkan kegembiraan hati Anda karena telah memiliki Tuhan Yesus. Tetapi Roh Kudus memungkinkan Anda untuk menyatakan sukacita hati Anda itu. Segera juga Anda akan dapat melihat bagaimana Anda dapat berbicara tentang Tuhan Yesus dengan lincah dan gembira sama seperti bila Anda berbicara tentang baju, rumah, atau liburan. Bekerja sama dengan Roh Kudus akan memudahkan Anda untuk menyatakan sukacita Anda di dalam Tuhan Yesus kepada orang lain. Bukankah ini merupakan hal yang indah?
Catatlah di dalam buku catatan pribadi Anda sekurang-kurangnya sepuluh macam pengalaman bersaksi yang berbeda di mana "papan iklan" Anda diperhatikan orang. Latihlah otot-otot pribadi Anda dan biarkanlah Penghibur kita itu melenyapkan segala ketakutan Anda. Setelah mengalami kesepuluh macam pengalaman ini Anda akan senang dengan pikiran untuk secara terang-terangan menyatakan diri sebagai saksi Kristus.
Roh Kudus akan menolong Anda mendapatkannya sebagai suatu hadiah bagi Anda. Mengapa? "Setiap orang yang mengaku Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah." (
Diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Bersaksi Dengan Mudah |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup |
Penulis | : | C.S. Lovett, M.A. |
Judul Artikel | : | Sebuah Papan Iklan Bagi Kristus |
Hal | : | 72-83 |
ROGER L. DIXON
Pada tahun 1998, suku Sunda berjumlah lebih kurang 33 juta jiwa, kebanyakan dari mereka hidup di Jawa Barat. Diperkirakan 1 juta jiwa hidup di propinsi lain. Berdasarkan sensus tahun 1990 didapati bahwa Jawa Barat memiliki populasi terbesar dari seluruh propinsi yang ada di Indonesia yaitu 35,3 juta orang. Demikian pula penduduk kota mencapai 34,51%, suatu jumlah yang cukup berarti yang dapat dijangkau dengan berbagai media. Kendatipun demikian, suku Sunda adalah salah satu kelompok orang yang paling kurang dikenal di dunia. Nama mereka sering dianggap sebagai orang Sudan di Afrika dan salah dieja dalam ensiklopedi. Beberapa koreksi ejaan dalam komputer juga mengubahnya menjadi Sudanese.
Sejarah singkat pra-abad 20 ini dimaksudkan untuk memperkenalkan orang Sunda di Jawa Barat kepada kita yang melayani di Indonesia. Pada abad ini, sejarah mereka telah terjalin melalui bangkitnya nasionalisme yang akhirnya menjadi Indonesia modern.
SISTEM KEPERCAYAAN MULA-MULA
Suku Sunda tidak seperti kebanyakan suku yang lain, dimana suku Sunda tidak mempunyai mitos tentang penciptaan atau catatan mitos-mitos lain yang menjelaskan asal mula suku ini. Tidak seorang pun tahu dari mana mereka datang, juga bagaimana mereka menetap di Jawa Barat. Agaknya pada abad-abad pertama Masehi, sekelompok kecil suku Sunda menjelajahi hutan-hutan pegunungan dan melakukan budaya tebas bakar untuk membuka hutan. Semua mitos paling awal mengatakan bahwa orang Sunda lebih sebagai pekerja-pekerja di ladang daripada petani padi.
Kepercayaan mereka membentuk fondasi dari apa yang kini disebut sebagai agama asli orang Sunda. Meskipun tidak mungkin untuk mengetahui secara pasti seperti apa kepercayaan tersebut, tetapi petunjuk yang terbaik ditemukan dalam puisi-puisi epik kuno (Wawacan) dan di antara suku Badui yang terpencil. Suku Badui menyebut agama mereka sebagai Sunda Wiwitan [orang Sunda yang paling mula-mula]. Bukan hanya suku Badui yang hampir bebas sama sekali dari elemen- elemen Islam (kecuali mereka yang ditentukan ada lebih dari 20 tahun yang lalu), tetapi suku Sunda juga memperlihatkan karakteristik Hindu yang sedikit sekali. Beberapa kata dalam bahasa Sansekerta dan Hindu yang berhubungan dengan mitos masih tetap ada. Dalam monografnya, Robert Wessing mengutip beberapa sumber yang menunjukkan suku Sunda secara umum, "The Indian belief system did not totally displace the indigenous beliefs, even at the court centers."[1] Berdasarkan pada sistem tabu, agama suku Badui bersifat animistik. Mereka percaya bahwa roh-roh yang menghuni batu-batu, pepohonan, sungai dan objek tidak bernyawa lainnya. Roh-roh tersebut melakukan hal-hal yang baik maupun jahat, tergantung pada ketaatan seseorang kepada sistem tabu tersebut. Ribuan kepercayaan tabu digunakan dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari.
PENGARUH HINDUISME
Tidak seorang pun yang tahu kapan persisnya pola-pola Hindu mulai berkembang di Indonesia, dan siapa yang membawanya. Diakui bahwa pola- pola Hindu tersebut berasal dari India; mungkin dari pantai selatan. Tetapi karakter Hindu yang ada di Jawa menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawabannya. Misalnya, pusat-pusat Hindu yang utama, bukan di kota-kota dagang di daerah pesisir tetapi lebih di pedalaman. Tampaknya jelas bahwa ide-ide keagamaanlah yang telah menaklukkan pemikiran orang pribumi, bukan tentara. Sebuah teori yang berpandangan bahwa kekuatan para penguasa Hindu/India telah menarik orang-orang Indonesia kepada kepercayaan-kepercayaan roh magis agama Hindu. Entah bagaimana, banyak aspek dari sistem kepercayaan Hindu diserap ke dalam pemikiran orang Sunda dan juga Jawa.
Karya sastra Sunda yang tertua yang terkenal adalah Caritha Parahyangan. Karya ini ditulis sekitar tahun 1000 dan mengagungkan raja Jawa Sanjaya sebagai prajurit besar. Sanjaya adalah pengikut Shivaisme sehingga kita tahu bahwa iman Hindu telah berurat dan berakar dengan kuat sebelum tahun 700. Sangat mengherankan, kira-kira pada waktu ini, agama India kedua, Budhisme, membuat penampilan pemunculan dalam waktu yang singkat. Tidak lama setelah candi-candi Shivaisme dibangun di dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah, monumen Borobudur yang indah sekali dibangun dekat Yogyakarta ke arah selatan. Candi Borobudur adalah monumen Budha yang terbesar di dunia. Diperkirakan agama Budha adalah agama resmi Kerajaan Syailendra di Jawa Tengah pada tahun 778 sampai tahun 870. Hinduisme tidak pernah digoyahkan oleh bagian daerah lain di pulau Jawa dan tetap kuat hingga abad 13. Struktur kelas yang kaku berkembang di dalam masyarakat. Pengaruh Sansekerta menyebar luas ke dalam bahasa masyarakat di pulau Jawa. Gagasan tentang ketuhanan dan kedudukan sebagai raja dikaburkan sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan.
Di antara orang Sunda dan juga orang Jawa, Hinduisme bercampur dengan penyembahan nenek moyang kuno. Kebiasaan perayaan hari-hari ritual setelah kematian salah seorang anggota keluarga masih berlangsung hingga kini. Pandangan Hindu tentang kehidupan dan kematian mempertinggi nilai ritual-ritual seperti ini. Dengan variasi-variasi yang tidak terbatas pada tema mengenai tubuh spiritual yang hadir bersama-sama dengan tubuh natural, orang Indonesia telah menggabungkan filsafat Hindu ke dalam kondisi-kondisi mereka sendiri. J. C. van Leur berteori bahwa Hinduisme membantu mengeraskan bentuk-bentuk kultural suku Sunda. Khususnya kepercayaan magis dan roh memiliki nilai absolut dalam kehidupan orang Sunda. Salah seorang pakar adat istiadat Sunda, Prawirasuganda, menyebutkan bahwa angka tabu yang berhubungan dengan seluruh aspek penting dalam lingkaran kehidupan perayaan-perayaan suku Sunda sama dengan yang ada dalam kehidupan suku Badui.
PENGARUH ORANG JAWA
Menurut Bernard Vlekke, sejarawan terkenal, Jawa Barat merupakan daerah yang terbelakang di pulau Jawa hingga abad 11. Kerajaan-kerajaan besar bangkit di Jawa Tengah dan Jawa Timur namun hanya sedikit yang berubah di antara suku Sunda. Walaupun terbatas, pengaruh Hindu di antara orang-orang Sunda tidak sekuat pengaruhnya seperti di antara orang-orang Jawa. Kendatipun demikian, sebagaimana tidak berartinya Jawa Barat, orang Sunda memiliki raja pada zaman Airlangga di Jawa Timur, kira-kira tahun 1020. Tetapi raja-raja Sunda semakin berada di bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan Jawa yang besar. Kertanegara (1268-92) adalah raja Jawa pada akhir periode Hindu di Indonesia. Setelah pemerintahan Kertanegara, raja-raja Majapahit memerintah hingga tahun 1478 tetapi mereka tidak penting lagi setelah tahun 1389. Namun, pengaruh Jawa ini berlangsung terus dan memperdalam pengaruh Hinduisme terhadap orang Sunda.
PAJAJARAN DEKAT BOGOR
Pada tahun 1333, hadir kerajaan Pajajaran di dekat kota Bogor sekarang. Kerajaan ini dikalahkan oleh kerajaan Majapahit di bawah pimpinan perdana menterinya yang terkenal, Gadjah Mada. Menurut cerita romantik Kidung Sunda, putri Sunda hendak dinikahkan dengan Hayam Wuruk, raja Majapahit. Namun, Gadjah Mada menentang pernikahan ini dan setelah orang-orang Sunda berkumpul untuk acara pernikahan, ia mengubah persyaratan. Ketika raja dan para bangsawan Sunda mendengar bahwa sang putri hanya akan menjadi selir dan tidak akan ada pernikahan seperti yang telah dijanjikan, mereka berperang melawan banyak rintangan tersebut hingga semuanya mati. Meski permusuhan antara Sunda dan Jawa berlangsung selama bertahun-tahun setelah episode ini (dan mungkin masih berlangsung), tetapi pengaruh yang diberikan oleh orang Jawa tidak pernah berkurang terhadap orang Sunda.
Hingga saat ini, Kerajaan Pajajaran dianggap sebagai kerajaan Sunda tertua. Sungguhpun kerajaan ini hanya berlangsung selama tahun 1482-1579, banyak kegiatan dari para bangsawannya dikemas dalam legenda. Siliwangi, raja Hindu Pajajaran, digulingkan oleh komplotan antara kelompok Muslim Banten, Cirebon dan Demak, dalam persekongkolan dengan keponakannya sendiri. Dengan jatuhnya Siliwangi, Islam mengambil alih kendali atas sebagian besar wilayah Jawa Barat. Faktor kunci keberhasilan Islam adalah kemajuan kerajaan Demak dari Jawa Timur ke Jawa Barat sebelum tahun 1540. Dari sebelah timur menuju ke barat, Islam menembus hingga ke Priangan (dataran tinggi bagian tengah) dan mencapai seluruh Sunda.
KEMAJUAN ISLAM
Orang Muslim telah ada di Nusantara pada awal tahun 1100 namun sebelum Malaka yang berada di selat Malaya menjadi kubu pertahanan Muslim pada tahun 1414, pertumbuhan agama Islam pada masa itu hanya sedikit. Aceh di Sumatra Utara mulai mengembangkan pengaruh Islamnya kira-kira pada 1416. Sarjana-sarjana Muslim menahan tanggal kedatangan Islam ke Indonesia hingga hampir ke zaman Muhammad. Namun beberapa peristiwa yang mereka catat mungkin tidak penting.
Kedatangan Islam yang sebenarnya tampaknya terjadi ketika misionaris Arab dan Persia masuk ke pulau Jawa pada awal tahun 1400 dan lambat laun memenangkan para mualaf di antara golongan yang berkuasa.
KEJATUHAN MAJAPAHIT
Sebelum 1450, Islam telah memperoleh tempat berpijak di istana Majapahit di Jawa Timur. Van Leur memperkirakan hal ini ditolong oleh adanya disintegrasi budaya Brahma di India. Surabaya (Ampel) menjadi pusat belajar Islam dan dari sana para pengusaha Arab yang terkenal meluaskan kekuasaan mereka. Jatuhnya kerajaan Jawa yaitu kerajaan Majapahit pada tahun 1468 dikaitkan dengan intrik dalam keluarga raja karena fakta bahwa putra raja, Raden Patah masuk Islam. Tidak seperti pemimpin-pemimpin Hindu, para misionaris Islam mendorong kekuatan militer supaya memperkuat kesempatan-kesempatan mereka. Memang tidak ada tentara asing yang menyerbu Jawa dan memaksa orang untuk percaya. Namun dipergunakan kekerasan untuk membuat para penguasa menerima iman Muhammad. Baik di Jawa Timur maupun Jawa Barat, pemberontakan dalam keluarga-keluarga raja digerakkan oleh tekanan militer Islam. Ketika para bangsawan berganti keyakinan, maka rakyat akan ikut. Meskipun demikian, kita harus mengingat apa yang ditunjukkan Vlekke bahwa perang-perang keagamaan jarang terjadi di sepanjang sejarah Jawa.
KERAJAAN DEMAK
Raden Patah menetap di Demak yang menjadi kerajaan Islam pertama di Jawa. Ia mencapai puncak kekuasaannya menjelang 1540 dan pada waktunya menaklukkan suku-suku hingga ke Jawa Barat. Bernard Vlekke mengatakan bahwa Demak mengembangkan wilayahnya hingga Jawa Barat karena politik Jawa tidak begitu berkepentingan dengan Islam. Pada waktu itu, Sunan Gunung Jati, seorang pangeran Jawa, mengirim putranya Hasanudin dari Cirebon untuk mempertobatkan orang-orang Sunda secara ekstensif. Pada 1526, baik Banten maupun Sunda Kelapa (Jakarta) berada di bawah kontrol Sunan Gunung Jati yang menjadi sultan Banten pertama. Penjajaran Cirebon dengan Demak ini telah menyebabkan Jawa Barat berada di bawah kekuasaan Islam. Pada kuartal kedua abad 16, seluruh pantai utara Jawa Barat berada di bawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam dan penduduknya telah menjadi Muslim.[2] Karena menurut data statistik penduduk tahun 1780 terdapat kira-kira 260.000 jiwa di Jawa Barat, dapat kita asumsikan bahwa pada abad ke-16 jumlah penduduk jauh lebih sedikit. Ini memperlihatkan bahwa Islam masuk ketika orang-orang Sunda masih merupakan suku kecil yang berlokasi terutama di pantai- pantai dan di lembah-lembah sungai seperti Ciliwung, Citarum dan Cisadane.
NATUR ISLAM
Ketika Islam masuk ke Sunda, memang ditekankan lima pilar utama agama namun dalam banyak bidang yang lain dalam pemikiran keagamaan, sinkretisme berkembang dengan cara pandang orang Sunda mula-mula. Sejarawan Indonesia Soeroto yakin bahwa Islam dipersiapkan untuk hal ini di India. "Islam yang pertama-tama datang ke Indonesia mengandung banyak unsur filsafat Iran dan India. Namun justru komponen-komponen merekalah yang mempermudah jalan bagi Islam di sini."[3] Para sarjana yakin bahwa Islam menerima kalau adat istiadat yang menguntungkan masyarakat harus dipertahankan. Dengan demikian Islam bercampur banyak dengan Hindu dan adat istiadat asli masyarakat. Perkawinan beberapa agama ini biasa disebut "agama Jawa." Akibat percampuran Islam dengan sistem kepercayaan majemuk (yang belakangan ini sering disebut aliran kebatinan) memberi deskripsi akurat terhadap kekompleksan agama di antara sukui Sunda saat ini.
KOLONIALISME BELANDA
Sebelum kedatangan Belanda di Indonesia pada 1596, Islam telah menjadi pengaruh yang dominan di antara kaum ningrat dan pemimpin masyarakat Sunda dan Jawa. Secara sederhana, Belanda berperang dengan pusat-pusat kekuatan Islam untuk mengontrol perdagangan pulau dan hal ini menciptakan permusuhan yang memperpanjang konflik perang Salib masuk ke arena Indonesia. Pada 1641, mereka mengambil alih Malaka dari Portugis dan memegang kontrol atas jalur-jalur laut. Tekanan Belanda terhadap kerajaan Mataram sangat kuat hingga mereka mampu merebut hak- hak ekonomi khusus di daerah pegunungan (Priangan) Jawa Barat. Sebelum 1652, daerah-daerah besar Jawa Barat merupakan persediaan mereka. Ini mengawali 300 tahun eksploitasi Belanda di Jawa Barat yang hanya berakhir pada saat Perang Dunia kedua.
Peristiwa-peristiwa pada abad 18 menghadirkan serangkaian kesalahan Belanda dalam bidang sosial, politik dan keagamaan. Seluruh dataran rendah Jawa Barat menderita di bawah persyaratan-persyaratan yang bersifat opresif yang dipaksakan oleh para penguasa lokal. Contohnya adalah daerah Banten. Pada tahun 1750, rakyat mengadakan revolusi menentang kesultanan yang dikendalikan oleh seorang wanita Arab, Ratu Sjarifa. Menurut Ayip Rosidi, Ratu Sjarifa adalah kaki tangan Belanda. Namun, Vlekke berpendapat bahwa "Kiai Tapa," sang pemimpin adalah seorang Hindu dan bahwa pemberontakan itu lebih diarahkan kepada pemimpin-pemimpin Islam daripada kolonialis Belanda. (Sulit untuk melakukan rekonstruksi sejarah dari beberapa sumber karena masing- masing golongan memiliki kepentingan sendiri yang mewarnai cara pencatatan kejadian.)
AGAMA BUKANLAH ISU HINGGA TAHUN 1815
Selama 200 tahun pertama Belanda memerintah di Indonesia, sedikit masalah yang dikaitkan dengan agama. Hal ini terjadi karena secara praktis Belanda tidak melakukan apa-apa untuk membawa kekristenan kepada penduduk asli. Hingga tahun 1800, ada "gereja kompeni" yakni "gereja" yang hanya namanya saja karena hanya berfungsi melayani kebutuhan para pekerja Belanda di East India Company. Badan ini mengatur seluruh kegiatan Belanda di kepulauan Indonesia. Hingga abad 19 tidak ada sekolah bagi anak-anak pribumi sehingga rakyat tidak mempunyai cara untuk mendengar Injil.
Pada pergantian abad 19, East India Company gulung tikar dan Napoleon menduduki Belanda. Pada 1811, Inggris menjadi pengurus Dutch East Indies. Salah satu inisiatif mereka adalah membuka negeri ini terhadap kegiatan misionaris. Walaupun terjadi peristiwa penting ini, hanya sedikit yang dilakukan di Jawa hingga pertengahan abad tersebut. Kendati demikian, beberapa fondasi telah diletakkan di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang menjadi model bagi pekerjaan di antara orang Sunda.
SISTEM BUDAYA
Kesalahan politik yang paling terkenal yang dilakukan Belanda dimulai pada tahun 1830. Kesalahan politik ini disebut sebagai Sistem Budaya namun sebenarnya lebih tepat jika disebut sistem perbudakan. Sistem ini mengintensifkan usaha-usaha pemerintah untuk menguras hasil bumi yang lebih banyak yang dihasilkan dari tanah ini. Sistem budaya ini memeras seperlima hasil tanah petani sebagai pengganti pajak. Dengan mengadakan hasil panen yang baru seperti gula, kopi dan teh, maka lebih besar lagi tanah pertanian yang diolahnya. Pengaruh ekonomi ke pedesaan bersifat dramatis dan percabangan sosialnya penting. Melewati pertengahan abad, investasi swasta di tanah Jawa Barat mulai tumbuh dan mulai muncul perkebunan-perkebunan. Tanah diambil dari tangan petani dan diberikan kepada para tuan tanah besar. Menjelang 1870, hukum agraria dipandang perlu untuk melindungi hak-hak rakyat atas tanah.
PERTUMBUHAN POPULASI DI JAWA
Pada tahun 1851, di Jawa Barat suku Sunda berjumlah 786.000 jiwa dan orang Eropa berjumlah 217 jiwa. Dalam jangka waktu 30 tahun jumlah penduduk menjadi dua kali lipat. Priangan menjadi titik pusat perdagangan barang yang disertai arus penguasa dari Barat serta imigran-imigran Asia (kebanyakan orang Tionghoa). Pada awal abad 19, diperkirakan bahwa sepertujuh atau seperdelapan pulau Jawa merupakan hutan dan tanah kosong. Pada tahun 1815, seluruh Jawa dan Madura hanya memiliki 5 juta penduduk. Angka tersebut bertambah menjadi 28 juta menjelang akhir abad tersebut dan mencapai 108 juta pada tahun 1990. Pertumbuhan populasi di antara orang Sunda mungkin merupakan faktor non religius yang paling penting dalam sejarah mereka.
KONSOLIDASI PENGARUH ISLAM
Karena lebih banyak tanah yang dibuka dan perkampungan-perkampungan baru bermunculan, Islam mengirim guru-guru untuk tinggal bersama-sama dengan masyarakat sehingga pengaruh Islam bertambah di setiap habitat orang Sunda. Guru-guru Islam bersaing dengan Belanda untuk mengontrol kaum ningrat guna menjadi pemimpin di antara rakyat. Menjelang akhir abad, Islam diakui sebagai agama resmi masyarakat Sunda. Kepercayaan-kepercayaan yang kuat terhadap banyak jenis roh dianggap sebagai bagian dari Islam. Kekristenan, yang datang ke tanah Sunda pada pertengahan abad memberikan dampak yang sedikit saja kepada orang-orang di luar kantong Kristen Sunda yang kecil.
REFORMASI ABAD 20
Kisah dari abad ini dimulai dengan reformasi di banyak bidang. Pemerintah Belanda mengadakan Kebijakan Etis (Ethical Policy) pada tahun 1901, karena dipengaruhi oleh kritik yang tajam di berbagai bidang. Reformasi ini terutama terjadi dalam bidang ekonomi, meliputi perkembangan bidang pertanian, kesehatan dan pendidikan. Rakyat merasa diasingkan dari tradisi ningrat mereka sendiri dan Islam menjadi jurubicara mereka menentang ekspansi imperialistik besar yang sedang berlangsung di dunia melalui serangan ekonomi negara-negara Eropa. Islam merupakan salah satu agama utama yang mencoba menyesuaikan diri dengan dunia modern. Gerakan reformator yang dimulai di Kairo pada tahun 1912 diekspor ke mana-mana. Gerakan ini menciptakan dua kelompok utama di Indonesia. Kelompok tersebut adalah Sareket Islam yang diciptakan untuk sektor perdagangan dan bersifat nasionalis. Kelompok yang lain adalah Muhammadiyah yang tidak bersifat politik namun berjuang memenuhi kebutuhan rakyat akan pendidikan, kesehatan dan keluarga.
TIDAK ADA KARAKTERISTIK SEJARAH SUNDA
Apa yang menonjol dalam sejarah orang Sunda adalah hubungan mereka dengan kelompok-kelompok lain. Orang Sunda hanya memiliki sedikit karakteristik dalam sejarah mereka sendiri. Ayip Rosidi menguraikan lima rintangan yang menjadi alasan sulitnya mendefinisikan karakter orang Sunda. Di antaranya, ia memberikan contoh orang Jawa sebagai satu kelompok orang yang memiliki identitas jelas, bertolak belakang dengan orang-orang Sunda yang kurang dalam hal ini.
Secara historis, orang Sunda tidak memainkan suatu peranan penting dalam urusan-urusan nasional. Beberapa peristiwa yang sangat penting telah terjadi di Jawa Barat namun biasanya peristiwa-peristiwa tersebut bukanlah kejadian yang memiliki karakteristik Sunda. Hanya sedikit orang Sunda yang menjadi pemimpin baik dalam hal konsepsi maupun implementasi dalam aktivitas-aktivitas nasional. Memang banyak orang Sunda yang dilibatkan dalam berbagai peristiwa pada abad 20, namun secara statistik dikatakan, mereka tidak begitu berarti. Pada abad ini, sejarah orang Sunda pada hakekatnya merupakan sejarah orang Jawa.
ORIENTASI KEAGAMAAN ABAD 20
Agama di antara orang Sunda adalah seperti bentuk-bentuk kultural mereka yang lain. Pada umumnya, mencerminkan agama orang Jawa. Perbedaan yang penting adalah kelekatan yang lebih kuat kepada Islam dibanding dengan apa yang dapat kita temukan di antara orang Jawa. Walaupun kelekatan ini tidak sedahsyat rakyat Madura atau Bugis, namun cukup penting untuk mendapat perhatian khusus bila kita melihat sejarah orang Sunda.
Salah satu aspek sangat penting dalam agama-agama orang Sunda adalah dominasi kepercayaan-kepercayaan pra-Islam. Kepercayaan itu merupakan fokus utama dari mitos dan ritual dalam upacara-upacara dalam lingkaran kehidupan orang Sunda. Upacara-upacara tali paranti (tradisi-tradisi dan hukum adat) selalu diorientasikan terutama di seputar penyembahan kepada Dewi Sri (Nyi Pohaci Sanghiang Sri). Kekuatan roh yang penting juga adalah Nyi Roro Kidul, tetapi tidak sebesar Dewi Sri. Ia adalah ratu laut selatan sekaligus pelindung semua nelayan. Di sepanjang pantai selatan Jawa, rakyat takut dan selalu memenuhi tuntutan dewi ini hingga sekarang. Contoh lain adalah Siliwangi. Siliwangi adalah kuasa roh yang merupakan kekuatan dalam kehidupan orang Sunda. Ia mewakili kuasa teritorial lain dalam struktur kosmologis orang Sunda.
MANTERA-MANTERA MAGIS
Dalam penyembahan kepada ilah-ilah ini, sistem mantera magis juga memainkan peran utama berkaitan dengan kekuatan-kekuatan roh. Salah satu sistem tersebut adalah Ngaruat Batara Kala yang dirancang untuk memperoleh kemurahan dari dewa Batara Kala dalam ribuan situasi pribadi. Rakyat juga memanggil roh-roh yang tidak terhitung banyaknya termasuk arwah orang yang telah meninggal dan juga menempatkan roh-roh (jurig) yang berbeda jenisnya. Banyak kuburan, pepohonan, gunung- gunung dan tempat-tempat serupa lainnya dianggap keramat oleh rakyat. Di tempat-tempat ini, seseorang dapat memperoleh kekuatan-kekuatan supernatural untuk memulihkan kesehatan, menambah kekayaan, atau meningkatkan kehidupan seseorang dalam berbagai cara.
DUKUN-DUKUN
Untuk membantu rakyat dalam kebutuhan spiritual mereka, ada pelaksana- pelaksana ilmu magis yang disebut dukun. Dukun-dukun ini aktif dalam menyembuhkan atau dalam praktek-praktek mistik seperti numerology (penomoran). Mereka mengadakan kontak dengan kekuatan-kekuatan supernatural yang melakukan perintah para dukun ini. Beberapa dukun ini akan melakukan black magic tetapi banyaknya adalah jika dianggap sangat bermanfaat bagi orang Sunda. Sejak lahir hingga mati hanya sedikit keputusan penting yang dibuat tanpa meminta pertolongan dukun. Kebanyakan orang mengenakan jimat-jimat di tubuh mereka serta meletakkannya pada tempat-tempat yang menguntungkan dalam harta milik mereka. Beberapa orang bahkan melakukan mantera atau jampi-jampi sendiri tanpa dukun. Kebanyakan aktivitas ini terjadi di luar wilayah Islam dan merupakan oposisi terhadap Islam. Tetapi orang-orang ini tetap dianggap sebagai Muslim.
KESIMPULAN
Memahami orang Sunda pada zaman ini merupakan tantangan yang besar bagi sejarawan, antropolog dan sarjana-sarjana agama. Bahkan sarjana- sarjana Sunda terkemuka segan untuk mencoba melukiskan karakter dan kontribusi rakyat Sunda. Agaknya, melalui berbagai cara, masyarakat Sunda telah terserap ke dalam budaya Indonesia baru 50 tahun yang lalu. Pendapat pribadi saya adalah bahwa kita akan segera mengamati suatu pembaharuan etnis dl antara orang-orang Sunda yang disertai dengan definisi baru tentang apa artinya menjadi orang Sunda.
Catatan Kaki:
Sumber : Veritas 1/2 (Oktober 2000), Hlm 203-213
The International Day of Prayer for the Persecuted Church (IDOP) adalah hari doa syafaat global untuk orang-orang Kristen teraniaya di seluruh dunia. Fokus utama IDOP adalah pelayanan yang dilakukan oleh para pendoa syafaat dan para jemaat untuk membantu komunitas yang teraniaya karena mempertahankan iman mereka. IDOP juga mendorong kita untuk mendoakan jiwa-jiwa para penindas, negara-negara yang melakukan penganiayaan, dan mereka yang mengacuhkan penganiayaan tersebut.
Kami percaya bahwa doa dapat mengubah banyak hal. Yang sebenarnya terjadi adalah misteri iman. Allah mengundang kita untuk menyatakan kepada-Nya permohonan kita dan berdoa dengan tiada jemu. Umat Kristen teraniaya sering memohon dengan sangat adanya dukungan doa yang dapat membantu menanggung penderitaan mereka.
Kapan IDOP dimulai?
IDOP dimulai tahun 1996 melalui usaha-usaha yang dilakukan oleh World Evangelical Fellowship (WEF) yang bekerja sama dengan beragam denominasi dan organisasi Kristen. Semula, dari grup inti yang terdiri atas 7000 gereja, IDOP sekarang telah berkembang menjadi peristiwa hari doa terbesar di dunia. IDOP adalah pemersatu bagi umat Kristen untuk mendukung saudara-saudara seiman yang menderita karena iman mereka. Caranya adalah dengan memberikan dukungan doa dan masukan-masukan yang tepat.
Pada tanggal berapakah IDOP tahun 2004 diselenggarakan?
Dalam minggu kedua di bulan November (7-14 November 2004) gereja Anda dapat bergabung dengan jutaan umat percaya dalam doa untuk menguatkan, menghibur, dan mendukung umat percaya yang menderita karena mempertahankan iman mereka kepada Yesus. Anda akan takjub saat melihat bahwa berpartisipasi dalam IDOP bagi gereja-gereja teraniaya akan menguatkan gereja Anda dan meningkatkan iman jemaat di gereja Anda.
Mengapa IDOP berdoa bagi mereka yang teraniaya tanpa membedakan agama, politik, atau perbedaan status sosial?
Sebagai masalah dalam hak asasi manusia, penganiayaan umat Kristen menutupi segala bentuk ketidakadilan lainnya dalam masalah keagamaan. Sebagai titik permulaan, sangatlah penting untuk memberikan dukungan bagi para umat percaya yang menderita karena iman mereka. Hal ini disebabkan karena umat Kristen yang tinggal di komunitas bebas penganiayaan biasanya kurang tanggap atau menutup mata terhadap tragedi yang terus meningkat ini.
Ketika kita menggali pemahaman tentang keadaan keluarga Kristen kita, kita juga dapat meningkatkan pengetahuan tentang permasalahan hak asasi manusia yang mempengaruhi semua orang. Belas kasih orang Kristen tidak hanya ditujukan bagi sesama orang Kristen saja, namun diberikan kepada semua orang yang mengalami ketidakadilan dan penindasan (Lukas 12:29) dan bagi mereka yang hidup dalam kegelapan, kita bisa mendorong mereka untuk mengalahkan kejahatan (Matius 5:44).
Penganiayaan umat Kristen di berbagai negara masih sangat membutuhkan dukungan doa-doa kita. Setiap hari, ada banyak orang yang memutuskan untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, berapa pun harga yang harus dibayar. Setiap hari, mereka berpikir dan menyadari bahwa mereka juga akan mengalami serangan, penganiayaan, dan interogasi terhadap iman mereka. Meskipun demikian, mereka tetap percaya!
Tujuan dari IDOP dan Doa bagi Gereja Teraniaya adalah:
Meningkatkan kesadaran tentang adanya Gereja Teraniaya di segala penjuru dunia.
Mendorong adanya persekutuan doa untuk Gereja Teraniaya.
Memberitahukan tentang pelayanan yang diperlukan dan yang sedang dilakukan untuk Gereja Teraniaya.
Doa adalah suatu misteri dan sungguh sulit untuk diukur. Namun demikian, kita dapat melihat beberapa jawaban doa dan perkembangan IDOP dari beberapa tahun yang lalu sampai sekarang:
Lebih dari 100.000 gereja di Amerika Serikat, mewakili hampir semua denominasi gereja, diperkirakan telah mengambil bagian dalam pelaksanaan IDOP.
Umat Kristen yang tersebar pada lebih dari 130 negara bisa mengingat dan mendoakan penganiayaan yang menjadi pokok doa IDOP.
Gereja semakin menumbuhkan kesadaran tentang IDOP dan bersehati dalam doa untuk saudara-saudara seiman yang teraniaya.
Para pemimpin Kristen di negara-negara yang melarang Injil menyaksikan bahwa mereka mengalami pembaharuan saat menyampaikan kesaksian iman mereka kepada orang-orang yang belum mengenal Yesus.
Semakin bertambahnya jumlah media (baik sekuler maupun publikasi Kristen) yang memberitakan tentang penganiayaan.
Para staf IDOP/USA ikut berpartisipasi dalam lebih dari 100 program acara radio dan wawancara di TV, menjangkau lebih dari 7.000 stasiun pemancar yang ada.
Beberapa pokok doa untuk memperingati IDOP:
Berdoa agar umat Kristen yang mengalami penganiayaan disembuhkan dari luka jasmani dan hatinya, sehingga mereka bisa mengampuni para penganiaya mereka. (Lukas 23:24; Kisah Para Rasul 7:60)
Doakan supaya umat Kristen yang dipenjara terus dikuatkan imannya oleh karya Roh Kudus. (Matius 6:9-13)
Berdoa agar agar Allah mencukupi setiap kebutuhan dan meringankan beban umat Kristen yang kehilangan rumah, lahan pertanian, sumber pangan, sumber pemasukan. (Matius 6:32-34)
Berdoa supaya umat Kristen teraniaya di beberapa negara dapat saling mendukung dan bersehati. (1Petrus 4:7-11)
Doakan agar Allah membangkitkan para pemimpin di gereja-gereja teraniaya yang berkeyakinan teguh, bijaksana, dan setia terhadap tanggung jawab yang Allah berikan kepada mereka. (1 Petrus 5:1-4; 1 Timotius 3:1-10)
Berdoa bagi para pemimpin dunia. (1 Timotius 2:1-6)
Bahan diterjemahkan dari: The International Day of Prayer for the Persecuted Church < http://www.persecutedchurch.org/about/
Menjadi petobat baru atau menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi bukanlah tujuan akhir dari hidup seseorang. Pertobatan merupakan awal kehidupan rohani untuk mengembangkan karakter menuju kesempurnaan di dalam Yesus. Petobat baru perlu belajar untuk men- Tuhan-kan Yesus dalam seluruh aspek hidupnya. Oleh karena itu, dia memerlukan pembinaan dan bimbingan agar dapat bertumbuh menjadi orang yang dewasa secara rohani.
Ada banyak cara yang dilakukan untuk memberikan follow-up bagi petobat baru, antara lain melalui: pembimbingan secara pribadi, kelompok kecil, kursus Alkitab tertulis, terlibat aktif dalam persekutuan, dsb. Semua cara itu pada intinya adalah menolong petobat baru itu agar bisa menggali Alkitab secara pribadi dan mendapatkan makanan rohani bagi pertumbuhan iman supaya bisa menjadi semakin serupa dengan Kristus, serta menjalin relasi yang akrab dengan saudara-saudara seiman.
Salah satu dari cara follow-up yang akan kita bahas saat ini adalah tentang pelayanan kursus Alkitab. Banyak lembaga misi yang mengembangkan pelayanan ini untuk menolong pesertanya dalam mempelajari Alkitab. Tujuan dari kursus ini bervariasi tergantung dari materi atau topik yang disampaikan.
Patrick Johnstone dan Jason Mandryk dalam bukunya Operation World menuliskan tentang Kursus Korespondensi Alkitab sebagai berikut:
"Pelayanan kursus korespondensi Alkitab semakin berkembang dan menjadi salah satu sarana yang paling efektif untuk memberikan follow-up dari kontak pelayanan yang dilakukan dengan mendistribusikan literatur-literatur Kristen dan program-program siaran radio Kristen. Kemudahan dalam menjangkau pos-pos PI di wilayah-wilayah yang sensitif dan juga menekankan pada pemahaman Firman Allah merupakan hasil yang sangat berpengaruh bagi para peserta kursus korespondensi Alkitab. Beberapa di antara mereka bertobat dan ada juga yang semakin dikuatkan iman mereka dalam menjalani kehidupan Kristen mereka.
Diperkirakan ada lebih dari 300 organisasi yang mengirimkan kursus korespondensi Alkitab Injili. Doakan bagi para pekerja yang terlibat dalam mempersiapkan materi-materi kursus dan menolong para peserta.
Berdoa untuk media yang dipakai untuk mempublikasikan kursus Alkitab penginjilan baik melalui traktat, siaran radio, atau melalui promosi dari para peserta yang tinggal di negara-negara dimana jumlah umat percayanya hanya sedikit atau menutup diri terhadap kehadiran misionaris.
Doakan untuk proses follow-up yang efektif bagi para peserta yang dilakukan oleh umat Kristen lokal dan bagaimana melibatkan mereka dalam persekutuan Kristen."
Berikut ini adalah beberapa alamat kursus Alkitab tertulis yang ada di Indonesia. Kami yakin informasi ini akan sangat berguna bagi Anda, terutama jika Anda mengetahui ada petobat baru yang membutuhkan pembinaan iman lebih lanjut sehingga mereka bisa belajar Firman Tuhan lebih mendalam.
1. Kursus Alkitab Tertulis Asia Pasifik International Indonesia Judul : CONTEMPORARY ENGLISH VERSION Alamat : P.O. BOX 1217, Bandung 40012 2. Kursus Alkitab Tromolpos Immanuel Kursus ini menyediakan 12 pelajaran dengan Judul : HIDUP DALAM KRISTUS Alamat : - Kotak Pos 45/YKAP, Yogyakarta - Tromol Pos 221, Salatiga 3. Kursus Alkitab Pembangunan Iman Kursus ini menyediakan 4 seri pelajaran dengan Judul : KEYAKINAN, INJIL MARKUS, KATA-KATA PENTING, HIDUP BARU DI DALAM YESUS Alamat : WASIAT P.O. Box 7113, JKB-TU Jakarta 11071-Indonesia 4. Kursus Alkitab tertulis Terang Hidup Judul : KEHIDUPAN KRISTUS (pelajaran 1-4) RENCANA ALLAH KISAH PARA RASUL (Bagian 1, pelajaran 1-11) (Bagian 2, pelajaran 12-19) Alamat : YAYASAN KALAM HIDUP Jl. Naripan 67/Kotak Pos 156, Bandung 40112 5. Kursus Alkitab Tertulis Berita Hidup Judul : MENUJU KEDEWASAAN ROHANI, SATU TUHAN SATU JALAN, MENGENAL ALKITAB ANDA PERJANJIAN LAMA, KABAR BAIK Alamat : PO. BOX 247, Solo 57102, Jawa Tengah
Selain kursus Alkitab tertulis yang dikirimkan via pos, sekarang telah tersedia kursus Alkitab yang menggunakan media internet. Salah satu diantaranya adalah kursus PESTA Online (Pendidikan Elektronik Studi Teologia Awam Online). Keterangan lebih lengkap tentang PESTA Online dan kursus-kursus Alkitab online lainnya yang berbahasa Inggris dapat Anda baca di kolom Profil/Sumber Misi.
Sekali lagi ditegaskan bahwa keberadaan kursus-kursus Alkitab tersebut (baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia), sangat membantu seorang petobat baru agar dapat bertumbuh menuju kedewasaan di dalam Kristus.
Diterjemahkan dan diringkas dari salah satu artikel di:
Judul Buku | : | Operation World |
Judul Artikel | : | China (People's Republic of China) |
Penulis | : | Patrick Johnstone dan Jason Mandryk |
Penerbit | : | Paternoster Lifestyle, UK; dan WEC International, 2001 |
Halaman | : | 699 |
Situs Web | : | http://www.operationworld.org/ |
ALBERT KONANIAH
Gerakan penginjilan sebenarnya sudah dimulai sejak Tuhan memilih dan memanggil Abraham (Kej. 12).[1] Tuhan berfirman kepada Abraham bahwa melalui Abraham segala bangsa di atas bumi akan mendapatkan berkat. Boleh dikatakan sejak pemilihan Abraham dan keturunannya, yakni bangsa Israel Tuhan menyatakan keselamatan melalui karya-Nya dalam sejarah bangsa ini, agar semua bangsa memiliki kesempatan untuk mengenal Tuhan alam semesta (Ul. 4:5-8, 35).[2] Hal ini berarti pemilihan mempunyai dimensi misi. Pemilihan bukan hanya merupakan tanggung jawab.[3] Pada zaman Perjanjian Baru, kehendak Tuhan mengenai penginjilan ini makin jelas. Sebelum Tuhan Yesus naik ke sorga, Ia memberikan amanat penginjilan kepada gereja-Nya.[4]
Pada tahun 1989, di Singapura diadakan suatu konsultasi yang disebut "Global Consultation on World Evangelization by A. D. 2000 and Beyond".[5] Tujuan konsultasi ini adalah membangkitkan semangat orang Kristen di seluruh penjuru dunia untuk mengadakan gerakan penginjilan supaya sebelum tahun 2000 berlalu, terang injil Kristus sudah disampaikan ke seluruh pelosok dunia.
Gerakan yang bermakna penting ini bukanlah gerakan yang pertama kalinya, sebab selama dua milenium ini telah diadakan gerakan serupa. Dari perjalanan sejarah gereja, kita dapat melihat ada banyak gerakan, konsultasi dan lain sebagainya, telah diselenggarakan. Diantaranya tahun 1988, di Yerusalem diadakan gerakan yang disebut "The Lighting Ceremony of the Great Commission",[6] untuk mengingatkan kembali Amanat Agung yang hampir dilupakan oleh gereja. Jauh sebelumnya pada tahun 1966, di Berlin juga diadakan konferensi penginjilan Lausanne dengan tujuan untuk memberikan pengertian yang benar mengenai penginjilan dan tanggung jawab gereja. Kemudian diikuti dengan konferensi Lausanne lainnya dengan tema berbeda, tetapi tujuannya tetap sama.[7] Pada tahun 1886 berlangsung sebuah gerakan yang menggemparkan dunia yang disebut "Student Volunteer for Foreign Mission", dengan slogan: The Evangelization of the World in this Generation. Tetapi sayang, gerakan yang sempat menggemparkan dunia ini akhirnya lenyap dan apa yang dicapai masih jauh dari yang diharapkan.[8]
Satu hal yang patut disayangkan adalah gerakan semacam ini telah mengabaikan sesuatu yang sangat penting, yaitu sekolah teologi dan pendidikan teologi. Kita dapat melihat konferensi, konsultasi atau seminar mengenai penginjilan atau pertumbuhan gereja telah sering diadakan tetapi tidak banyak mengaitkannya dengan pendidikan teologi. Jika kita memperhatikan sejarah gereja, khususnya sejarah misi, akan kita dapati bahwa keberhasilan dan juga kegagalan gerakan penginjilan mempunyai hubungan yang erat dengan pendidikan teologi. Kita mungkin bertanya: Bukankah di dunia ini sudah banyak gerakan penginjilan tetapi mengapa sampai abad ke-21 ini masih ada banyak orang yang belum mendengarkan injil dan belum diselamatkan?[9] Sebagai jawabannya, kita bisa saja mengajukan berbagai alasan, baik yang bersifat teologis, sosiologis atau psikologis; tetapi sebab yang utama adalah karena pendidikan teologi belum juga memperkembangkan peran dan potensinya semaksimal mungkin.
Apakah hubungan antara pendidikan teologi dan penginjilan? Pendidikan teologi yang bagaimanakah yang dapat mendukung perkembangan penginjilan?
Untuk menjawabnya kita perlu memperhatikan tiga hal.
Pertama, penginjilan adalah cara yang penting dan efektif dalam menggenapkan amanat gereja, tetapi penginjilan itu sendiri bukanlah amanat gereja.
Apakah amanat gereja itu sebenarnya? Saat ini tidak sedikit pimpinan gereja yang karena melihat arus zaman, kebutuhan gereja dan pengalaman pribadi, telah memberikan usul-usul yang menarik, umpamanya: pelayanan sosial, membela hak asasi manusia, penginjilan, dan lain sebagainya. Kita bisa sependapat bahwa semuanya itu memang merupakan tugas yang harus dikerjakan oleh gereja, apalagi penginjilan; tetapi itu bukanlah amanat gereja. Pelayanan sosial, membela hak asasi manusia dan penginjilan hanya merupakan cara untuk menunaikan amanat gereja. Jika demikian, apakah sebenarnya amanat gereja itu? Amanat gereja terdapat dalam Matius 28:18-20, Yesus berkata," ...pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku..." Amanat gereja adalah menjadikan semua bangsa murid Tuhan.[10] Dalam melaksanakan amanat tersebut, gereja harus pandai- pandai menggunakan cara yang efektif, termasuk pelayanan sosial, membela hak asasi manusia dan penginjilan; diantara cara-cara itu, penginjilan merupakan cara yang paling efektif.
Jadi dengan demikian dapat kita pahami bahwa penginjilan bukanlah amanat gereja, melainkan hanya salah satu cara; bukan tujuan akhir, tetapi suatu proses untuk mencapai tujuan. Ini merupakan konsep dasar teologi misi dan juga prinsip dasar yang harus dimengerti dan dimiliki oleh setiap orang yang melakukan penginjilan.
Hal yang patut disayangkan adalah, kita menemui ada banyak orang Kristen yang memiliki semangat penginjilan, tetapi tidak mempunyai konsep yang benar tentang teologi misi sehingga mereka menjadikan cara sebagai amanat dan proses sebagai tujuan. Mereka tidak dapat membedakan antara "penginjilan" dan "menjadikan semua bangsa murid Tuhan", sehingga mereka beranggapan jika sudah memberitakan injil berarti telah menyelesaikan tugas, dengan kata lain, jika sudah memberitakan injil berarti amanat gereja sudah digenapi. Oleh sebab itu, yang mereka perhatikan adalah cara yang digunakan dan bukan reaksi dari pendengarnya. Tidak terlalu penting bagi mereka apakah pendengarnya menerima atau menolak, percaya atau tidak. Tidak heran jika banyak pekerjaan penginjilan timbul tetapi tidak lama kemudian lenyap.[11]
Gereja seharusnya sadar bahwa penginjilan bukanlah amanat dan juga bukan tujuan akhir. Penginjilan hanya merupakan cara dan proses. Hugh Thomas Kerr mengatakan: "Kita diutus bukan untuk memberitakan sosiologi tetapi keselamatan; bukan untuk perbaikan tetapi penebusan; bukan demi kebudayaan baru tetapi pertobatan; bukan demi sistem sosial yang baru tetapi kelahiran baru..."[12] Oleh sebab itu dalam penginjilan kita harus berusaha membawa orang lain menjadi murid Tuhan, jangan merasa puas dengan hanya memberitakan injil. Kita harus belajar seperti Paulus yang tidak saja memberitakan injil, tetapi juga membawa orang lain percaya kepada Yesus Kristus dan menggabungkan diri dalam gereja serta mendirikan gereja baru.[13]
Untuk menggenapkan Amanat Agung Tuhan Yesus, gereja tidak saja harus memakai cara-cara yang baik dan efektif; gereja tidak saja harus bekerja sama dengan gereja lain dan mendapatkan dukungan doa dari saudara seiman. Gereja perlu mendapatkan tenaga yang baik -- yang mempunyai konsep teologi misi yang benar -- karena Tuhan bekerja melalui manusia, seperti dikatakan E. M. Bounds; "Gereja mencari metode yang baik, Allah mencari tenaga (manusia) yang baik".[14] Mendidik dan mempersiapkan tenaga yang baik, yang mempunyai beban penginjilan seharusnya menjadi tugas sekolah teologi.
Kedua, pendidikan teologi adalah langkah awal dalam menggerakkan penginjilan. Paulus berkata: "Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka dapat mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus?" (Rm. 10:13-15). Paulus mengatakan hal ini beranjak dari pengalaman pribadinya dan kemungkinan besar juga teladan Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus hidup di dunia ini selama kira-kira 33,5 tahun saja. Jadi, orang yang mempunyai kesempatan untuk mendengarkan berita/ajaran yang Ia sampaikan tidak terlalu banyak, tidak sebanyak yang dilakukan oleh penginjil kenamaan dewasa ini. Tetapi Tuhan Yesus mendidik sekelompok orang (penginjil) untuk meneruskan pekerjaan yang belum selesai, yaitu memberitakan injil keselamatan ke seluruh dunia.[15] Boleh dikatakan Tuhan Yesus sangat mementingkan pendidikan teologi dan Ia mempersiapkan tenaga yang baik yang mempunyai visi dan dasar teologi yang kuat dan benar untuk melakukan penginjilan. Hari ini, jika gereja ingin memperkembangkan pekerjaannya, khususnya dalam penginjilan, maka langkah penting yang harus ditempuh ialah mendidik dan mempersiapkan tenaga yang baik dan cocok untuk menjalankan misi gereja.[16]
Sebenarnya institusi pendidikan teologi dapat mempersiapkan tenaga yang cocok bagi penginjilan serta memperlengkapi mereka dengan konsep misi dan dasar teologi yang benar. Tetapi tidak sedikit institusi teologi hanya menghasilkan tenaga yang dapat menggembalakan gereja yang ada, tetapi tidak mampu melakukan penginjilan dan memulai suatu gereja yang sama sekali baru.[17] Meskipun pendidikan teologi dalam penginjilan dan perkembangan gereja mempunyai peran yang sangat penting, tetapi banyak gereja atau lembaga gerejawi sama sekali tidak memperhatikan perkembangan pendidikan teologi. Jika gereja mengharapkan injil dapat disebarluaskan dan gereja dapat bertumbuh dengan baik, maka gereja harus memperhatikan serta mendukung institusi pendidikan teologi.
Ketiga, tujuan pendidikan teologi akan mempengaruhi perkembangan pekerjaan penginjilan. David Barrett mengemukakan suatu fakta mengenai persentase jumlah orang Kristen di dunia ini. Pada tahun lima ratusan persentase jumlah orang Kristen adalah 22,5%, tetapi pada tahun seribu lima ratusan atau seribu tahun kemudian, persentase jumlah orang Kristen merosot jadi 19%.[18] Orang Kristen yang mengasihi Tuhan dan memperhatikan pekerjaan penginjilan mungkin akan bertanya: Apa yang dikerjakan gereja dalam kurun waktu seribu tahun tersebut?
Jika kita memperhatikan sejarah gereja, pada umumnya gereja abad pertengahan telah kehilangan fungsi sebagai terang dan garam dunia. Keadaan ini sudah dimulai dari abad keempat dimana pada saat itu terjadi pertentangan antara gereja dan pemerintah. Hal ini masih ditambah dengan hilangnya semangat misi dari gereja serta timbulnya ajaran-ajaran sesat dan sebagainya, sehingga lambat laun gereja tidak lagi dapat memancarkan terang Kristus. Meskipun pada abad pertengahan memang ada orang Kristen yang secara pribadi memberitakan injil, tetapi pada saat itu tidak ada gerakan penginjilan yang cukup berarti. Apakah ini disebabkan kurangnya pendidikan teologi? Sama sekali tidak. Sebaliknya, pada abad pertengahan ada tidak sedikit pendidikan teologi dan diskusi atau perdebatan mengenai teologi. Hanya yang kurang pada saat itu adalah pendidikan teologi yang cocok dengan kebutuhan zaman dan yang setia pada amanat Tuhan Yesus.
Pada tahun 1500-1750, gereja Protestan (setelah reformasi) tidak pernah mengadakan gerakan penginjilan yang cukup besar. Menurut sejarawan, pada masa itu gereja tidak lagi tertarik pada penginjilan. Mereka hanya disibukkan oleh usaha-usaha untuk memperkuat diri dan tidak ada waktu serta keinginan untuk melakukan ekspansi keluar. Selain itu daerah-daerah misi yang produktif juga sudah diduduki oleh gereja Katolik.[19] Tetapi alasan yang utama adalah sebagian dari Reformator tidak mempunyai konsep yang benar mengenai misi. Ada yang menganggap pekerjaan penginjilan bukan tugas gereja dan ada juga yang menganggap pekerjaan penginjilan ke seluruh dunia sudah digenapi pada zaman rasul sehingga gereja tidak perlu lagi memikirkan hal tersebut. Pandangan ini dipengaruhi oleh pengajaran abad pertengahan.[20] Namun keadaan yang menyedihkan ini mulai berubah pada akhir abad ke-17, khususnya pada abad ke-19 seiring dengan timbulnya gerakan misi modern yang memberikan angin segar bagi gerakan penginjilan dan ini tidak dapat dipisahkan dari peran sekolah teologi.
Pada masa sekarang, jika institusi pendidikan teologi ingin mempunyai peran dalam gerakan penginjilan dunia dan perkembangan gereja Tuhan, maka institusi teologi perlu meninjau kembali tujuan dan kurikulumnya. Apakah pengajaran yang diberikan selama ini dapat melengkapi hamba Tuhan dalam melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus?[21]
Penutup
Jika kita mengharapkan penginjilan dapat dilaksanakan dengan baik dan gereja Tuhan dapat bertumbuh subur, pertanyaan yang perlu kita ajukan bukan hanya apakah ada sekolah teologi? Pertanyaan yang harus kita ajukan adalah, pendidikan teologi yang bagaimana yang diberikan oleh sekolah teologi? Tidak sedikit pendidikan teologi saat ini bukannya membantu perkembangan penginjilan dan mempertumbuhkan gereja, tetapi justru menjadi penghalang pekerjaan penginjilan. Karena itu, bagi mereka yang berkiprah dalam pendidikan teologi seharusnya bertanya: Apakah tugas utama dari sekolah teologi? Apakah sekolah teologi hanya berupaya membentuk kehidupan spiritual seseorang? Sudah cukupkah jika sekolah teologi hanya sekedar memberikan informasi perkembangan teologi terkini? Apakah sekolah teologi hanya ingin membangun teologi sendiri? Apakah hanya sekedar hendak mencetak teolog-teolog zaman ini atau memperlengkapi hamba Tuhan dan gereja untuk menunaikan amanat yang Tuhan berikan? Hanya pendidikan teologi yang berpusat pada Amanat Agung Tuhan Yesus-lah yang dapat berjalan seiring dengan pekerjaan penginjilan dunia.
Catatan Kaki:
Sumber : Veritas 3/2 (Oktober 2002), Hlm 217-223
Donald A. McGavran dalam bukunya yang berjudul "Understanding Church Growth" (Memahami Pertumbuhan Gereja) dan Howard Snyder dalam bukunya yang berjudul "Orientations for Starting Urban Churches" (Orientasi untuk Merintis Gereja di Daerah Perkotaan) mengemukakan pokok-pokok dasar bagi keberhasilan perintisan gereja. Prinsip- prinsip ini universal sifatnya dan dapat diterapkan di negara mana saja di dunia ini. Prinsip-prinsip ini dapat berfungsi di kota besar ataupun kecil.
Carilah orang yang mempunyai karunia untuk merintis ladang baru.
Setiap gereja mempunyai kaum awam dan penginjil yang mempunyai karunia untuk memberitakan Injil dan membuka ladang baru. Menurut Efesus 4:11,12, pekerjaan seorang pemimpin para perintis penginjilan dan utusan Injil ialah memperlengkapi orang-orang kudus (kaum awam) untuk melaksanakan pelayanan mereka.
Mengembangkan kepemimpinan kaum awam.
Mengembangkan kepemimpinan kaum awam adalah dasar utama untuk merintis jemaat baru di daerah dimana tidak ada gereja. Tidak ada cukup banyak pendeta untuk mencapai sasaran ini, maka diperlukan peranan dan usaha kaum awam. Pekerjaan utama seorang pemimpin para perintis ialah memperlengkapi kaum awam dalam pelayanan. Efesus 4:11,12 mengatakan bahwa Allah memberi gereja setempat "rasul-rasul (utusan Injil], nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, gembala- gembala, dan pengajar-pengajar untuk memperlengkapi umat Allah bagi pekerjaan-pelayanan dalam membangun tubuh Kristus."
Seorang pendeta gereja setempat pernah berkata, "Kalau Anda mengizinkan kaum awam membaptis, dsb. apa yang akan saya lakukan? Pendeta yang berkata begitu hanya sedikit pengetahuannya tentang peranan Alkitabiah seorang pendeta. Para pendeta, utusan Injil, dan pemimpin perlu memusatkan perhatian pada dua peranan utama mereka yang penting:
Latihlah kaum awam untuk menjadi penginjil. Para penginjil ini akan mempunyai kedewasaan rohani untuk menjadi perintis.
Latihlah para pemimpin setempat dan/atau para penginjil yang akan sesegera mungkin melaksanakan kepemimpinan pekerjaan pelayanan itu. Penting sekali bagi para pemimpin setempat untuk dilatih melakukan doktrin-doktrin Alkitabiah, seperti misalnya bagaimana mengadakan saat teduh, bagaimana mengalami pertumbuhan iman, dan bagaimana berpartisipasi dalam kepemimpinan gereja.
Miliki pengertian Alkitabiah yang mendalam tentang sifat gereja.
Tidak mungkin kita dapat merintis sesuatu kalau Anda tidak mengetahui apa yang Anda rintis. Apakah yang dinamakan gereja? Gereja adalah sekelompok orang Kristen yang sudah dibaptis, yang dipersatukan untuk mewujudkan tujuan-tujuan berikut ini:
Apakah sifat sebuah gereja? Apa ciri-cirinya?
Mengenali daerah-daerah yang terbuka.
Salah satu cara untuk menentukan daerah mana yang akan lebih terbuka ialah dengan mengamati di mana sedang terjadi perubahan besar dalam bidang sosial. Di daerah-daerah itu, penginjil perintis akan mampu menemukan orang-orang yang akan bersikap terbuka terhadap Injil.
Cara lain untuk menemukan orang-orang yang bersikap terbuka ialah dengan jalan mencari mereka yang karena tertimpa krisis merasa sangat memerlukan Tuhan. Ini dapat terjadi pada siapa saja, apa pun kelas sosialnya. Kadang-kadang, mereka yang kaya mempunyai konflik yang lebih besar dengan anak-anaknya mengenai masalah obat-obatan terlarang dan berbagai persoalan sosial lainnya. Injil mempunyai jawaban bagi kebutuhan orang-orang dalam semua lapisan masyarakat di dunia ini. Pekerjaan kita ialah menemukan orang-orang itu dan memberitakan kabar tentang Kristus pada mereka.
Dengan gencar sampaikanlah berita tentang iman di dalam Kristus.
Tidak ada yang lebih penting daripada itu. Rasul-rasul mempunyai berita tentang pertobatan dan keselamatan di dalam Kristus. Mereka menyampaikan berita itu dengan gencar sekali, sehingga mereka menjangkau seluruh dunia. Pada zaman sekarang ini, kita perlu melakukan hal yang sama! Mazmur 126:6 berkata, "Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya." Kalau Anda tidak menuai dalam pelayanan Anda, mungkin Anda tidak menabur dengan benar. Bertanyalah kepada diri sendiri, berapa banyak orang yang mendengar kesaksian Anda tentang Kristus minggu lalu dan menerima undangan untuk diselamatkan? Penginjilan melalui kehadiran kita (hanya hadir) tidaklah cukup. Penginjilan melalui pemberitaan (hanya memberitakan Injil) tidaklah cukup. Harus ada penginjilan yang meyakinkan. Penginjilan yang meyakinkan terjadi ketika Anda berusaha meyakinkan seseorang, sehingga ia menyerahkan kehidupannya kepada Yesus Kristus yang menjadi Tuhan dan Juruselamatnya.
Kapan Anda terakhir kali berdoa, menangisi jiwa-jiwa yang tersesat, dan memohon agar mereka diselamatkan?
Tekankan pembentukan jemaat baru di rumah-rumah.
Paulus berkhotbah tentang Injil kepada kaum Yahudi dan non-Yahudi. Sesudah ia berkhotbah tentang Injil di kota, petobat-petobat baru bersekutu di tempat yang tepat. Kadang-kadang mereka bersekutu di rumah orang-orang yang baru Menjadi Kristen. Adakalanya juga mereka memakai tempat umum seperti di sebuah gedung atau sekolah.
Berikut ini adalah tempat pertemuan mereka:
Paulus berkhotbah di Tesalonika hanya untuk beberapa minggu, tetapi bagaimanapun juga ia berhasil membentuk jemaat yang kuat di kota itu dan menyerahkannya ke dalam tangan kaum awam di Tesalonika.
Ia tinggal di Efesus selama dua tahun, mengajar di ruang kuliah di Tiranus (Kisah Para Rasul 19:9). Apa hasilnya? Semua orang di seluruh daerah Asia Kecil mendengar Firman Allah (Kisah Para Rasul 19:10,20). Paulus tidak melakukan hal itu seorang diri! Ia selalu memuridkan kaum awam untuk menggenapi pesan Tuhan. Surat 2Timotius 2:2 berkata, "Apa yang telah engkau dengar daripadaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain." Ayat ini dengan jelas menyingkapkan rahasia keberhasilan Paulus. Ia menggenapi amanat Yesus yang memerintahkan kita untuk menjadikan orang-orang murid-Nya.
Karena tingginya harga tanah dan bangunan, maka dalam masyarakat modern seperti sekarang ini, khususnya di kota-kota besar, perlu sekali ditekankan pentingnya memulai jemaat baru di rumah-rumah. Di mana-mana orang-orang Kristen merasa perlu bersatu untuk memuji Tuhan dan bersekutu dengan satu sama lain. Ini tidak memerlukan sebuah gedung atau pusat peribadahan, apalagi bila masih pada tahap permulaan. Dengan memakai rumah-rumah, gereja dapat bertumbuh tanpa dibebani biaya untuk menyewa atau membeli gedung.
Masalah yang timbul bila hendak menyewa ataupun membeli gedung ialah masalah harga. Di kota-kota kecil, harga untuk sebuah tempat pertemuan masih dapat terjangkau. Tetapi di kota-kota besar, seringkali tidak demikian halnya. Oleh karena itulah, baik sekali bila kita menggunakan rumah-rumah, halaman belakang, atau tempat- tempat serupa lainnya sejak mula.
Dari pengalaman, diketahui bahwa orang-orang yang menjadi percaya berlipat ganda kalau sebuah gereja bertempat di lingkungan yang biasa, dimana orang-orang yang hadir dapat berperan serta tanpa merasa terancam. Juga penting untuk diperhatikan bahwa dengan memakai metode ini kita akan lebih mudah menerobos daerah-daerah dan kota-kota.
Salah satu masalah terbesar dari gereja (jemaat) yang berkumpul di rumah-rumah ialah: Hal itu dipandang sebagai kegiatan yang sementara. Tetapi jemaat yang baru terbentuk ini dapat memanfaatkan masa-masa permulaan itu untuk menabung uang, sehingga dikemudian hari dapat menyewa sebuah ruangan atau membeli gedung.
Sasaran kita ialah mempersiapkan ladang baru untuk memakai sumber- sumbernya sendiri tanpa mengandalkan bantuan dari luar.
Adakanlah kebaktian yang dapat dinikmati, dimana orang percaya akan bersukacita.
Ketika kita berada di hadapan Tuhan, kita mendekat kepadaNya dengan hati yang tulus. Dalam Matius 6:9-13, Allah mengatakan agar kita mendekati takhta-Nya dengan puji-pujian. Oleh karena itu, puji- pujian adalah tanggapan kita terhadap kebenaran dan kebaikan Allah. Kita memusatkan seluruh perhatian kita pada sifat-sifat Allah, siapa Dia (ucapan syukur adalah tanggapan terhadap apa yang sudah dilakukan Allah bagi kita). Ia kekal, Mahakuasa, Mahahadir, dan Mahatahu. Ia adalah EL-SHADDAI (EL=kebenaran, SHADDAI=mahakuasa). Ia adalah JEHOVAH JIREH (Allah menyediakan). Ia adalah JEHOVAH ROPHE (Tuhan yang menyembuhkan).
Ada banyak sifat lainnya yang dimiliki Allah. Puji-pujian merupakan suatu penyembahan atas siapa Allah. Ini adalah sesuatu yang terjadi di dalam hati seseorang dan dapat dinyatakan melalui berbagai cara.
Jangan menaruh beban "materi" pada orang-orang.
Lebih baik sebuah nukleus orang-orang Kristen terbentuk dengan kuat sebelum membicarakan hal-hal seperti honor pengkhotbah, properti, dan proyek pembangunan gedung ibadah.
Sejak awal, miliki prioritas untuk melipatgandakan jemaat.
Miliki prioritas untuk melipatgandakan jemaat dengan dua prinsip berikut ini:
Merintis beberapa gereja pada waktu yang bersamaan melalui pelatihan kaum awam.
Latihlah orang-orang percaya di ladang yang baru itu supaya mereka mempunyai visi untuk merintis jemaat-jemaat baru. Ini dapat diajarkan dengan jalan memakai metode yang tidak langsung, yaitu pemahaman Alkitab atau melalui pelatihan yang diberikan kepada mereka untuk menyampaikan cerita Alkitab atau melalui metode lainnya.
Diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Perintis Penginjilan Memulai Jemaat Baru |
Penulis | : | Thomas Wade Akins |
Judul Artikel | : | Sembilan Pokok Dasar Bagi Keberhasilan Perintisan |
Hal | : | 28-34 |
Situs gereja seharusnya juga diperuntukkan bagi orang-orang non-Kristen. Faktanya, selama ini kebanyakan situs ditujukan bagi orang-orang Kristen saja, yang akhirnya gagal menjangkau banyak orang.
Sebuah situs gereja yang baik harus berinteraksi dengan tiga kelompok masyarakat yang berbeda, yakni:
Tugas utama situs adalah untuk menyakinkan orang-orang non-Kristen mengenai keempat hal berikut.
Analisa kebutuhan, sudut pandang, dan budaya sekitar masyarakat non-Kristen.
Orang-orang non-Kristen mungkin memiliki pemikiran yang negatif tentang orang-orang Kristen -- membosankan, suka merusak kesenangan orang lain, suka menghakimi, dll.. Oleh karena itu, buatlah situs yang bernuansa ceria, informal, dan jenaka yang mungkin dapat menetralkan pemikiran yang salah itu.
Jika target Anda adalah orang non-Kristen, pastikan segala aspek yang ada di situs Anda mendukung untuk meraih target itu. Jangan gunakan jargon-jargon Kristen (misalnya, kata "pelayanan") dan bahasa yang bernuansa kristiani di seluruh situs, terutama di halaman utama. Pakai kata-kata yang lebih netral.
Jalinlah hubungan yang nyata dengan orang-orang yang ada dalam masyarakat. Jangan hanya menyuarakan isi situs.
Jangan berpikir bahwa situs Anda berdiri sendiri. Satukan situs itu dengan seluruh strategi penjangkauan, baik sebagai media untuk berkomunikasi dengan orang lain maupun membangun ikatan persahabatan dalam komunitas Anda.
Gereja itu manusia: halaman utama situs harus menampilkan setidaknya satu foto jemaat gereja. Jangan tampilkan nama atau profil jemaat yang fotonya ditampilkan di halaman dalam.
Pertimbangkan untuk memberi tautan `Anggota baru?` di halaman utama. Itu adalah pertanda bahwa gereja Anda menerima anggota baru. (t/Dian)
Diterjemahkan sebagian dari:
Nama situs | : | Gospelcom.net |
Judul artikel asli | : | 60+ Tips For Effective Church Sites |
Penulis | : | Tidak dicantumkan | Alamat URL | : | http://www.internetevangelismday.com |
Umumnya, tidak banyak orang yang menulis dan membicarakan keperluan sehari-hari Yesus dan rombongan-Nya. Padahal kita mengetahui bahwa Yesus tidak mengadakan mujizat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Kita cenderung membahas bagaimana Yesus memberi makan ribuan orang dengan makanan yang terdiri dari lima ketul roti dengan dua ekor ikan. Pada kesempatan lain, orang banyak datang berbondong- bondong begitu mereka mendengar Yesus berada di sebuah kota atau di sebuah tempat. Kita tidak pernah bertanya-tanya, dari mana gerangan Yesus memperoleh makanan pagi, siang, dan petang. Narasi dalam Kitab Suci menyebutkan bahwa Yesus makan di rumah orang berdosa (Zakheus sang pemungut cukai) atau mampir di rumah Lazarus, sahabat-Nya itu dan diberi makan oleh Maria dan Marta.
YESUS BERJALAN KAKI SEHINGGA TIDAK PERLU BIAYA?
Barangkali, cara yang paling efektif untuk mengabarkan Injil pada zaman itu ialah dengan berjalan kaki agar tidak ada yang terlewatkan. Yesus jarang mengumpulkan orang supaya datang kepada- Nya. Orang berbondong-bondong menjumpai-Nya karena mereka ingin mendengarkan pengajaran yang disampaikan-Nya, sebuah pengajaran yang lain daripada yang selama ini mereka dengarkan dari pejabat di Bait Allah. Yesus berbicara dan berkhotbah, bahkan ketika membacakan ayat Kitab Suci pun Ia amat berbeda daripada ahli Taurat dan orang Farisi. Ia amat berkuasa. Pembacaan ayat yang Ia lakukan amat menarik dan menyentuh hati mereka. Suara-Nya yang lembut menyejukkan hati yang resah.
Salah satu teologi penggembalaan yang dilakukan oleh Yesus ialah teologi penggembalaan individual. Ia bercakap-cakap dengan individu, muka dengan muka. Ia tidak menggunakan bahasa yang sulit, bahkan memberikan perumpamaan yang sangat sederhana untuk mengajarkan ihwal pengajaran yang sulit. Melalui perumpamaan, pelajaran yang sulit disederhanakan. Kalangan rakyat jelata sampai kalangan elit dapat memahami pelajaran yang disampaikan-Nya.
ORANG-ORANG TERBUANG MENJADI PENUNJANG ROMBONGAN YESUS
Sebuah kelompok yang terorganisasi harus ditunjang oleh biaya yang cukup. Yesus membuat kelompok dua belas orang, lalu ada lagi kelompok tujuh puluh, dan mungkin ada yang lebih besar lagi. Bagaimana mereka mengatur diri tanpa biaya yang jelas? Salah satu sumber informasi yang dapat kita peroleh ialah catatan yang dibuat oleh Lukas dalam Lukas 8:1-3. Coba kita perhatikan dengan saksama.
"Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana istri Khuza bendahara Herodes, Suzana, dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka."
Ini merupakan narasi penting bagaimana peranan wanita yang melayani rombongan Yesus dalam penginjilan. Merekalah yang mendukung dan memberi serta menyediakan makanan dari hari ke hari untuk rombongan itu. Khususnya mengenai Maria Magdalena, ia memiliki simpati yang khusus kepada Yesus, sebuah simpati yang tulus karena ia merasakan sentuhan Roh Kudus dalam dirinya sejak roh-roh jahat diusir dari dalam dirinya. Bayangkan, tujuh roh jahat pernah menguasai dirinya yang membuat ia menderita dan membuat orang takut kepadanya dan menjauhinya. Perempuan yang tadinya dianggap sebagai perempuan jahat yang paling menakutkan sekarang sudah dibebaskan dan merasakan damai yang luar biasa di dalam hidupnya. Ia berterima kasih kepada Yesus. Ia melihat ada kuasa kemuliaan yang menguduskan dirinya.
Ia benar-benar merasa bahwa Yesus itulah Mesias sehingga ia mengabdi sepenuh hati untuk membantu-Nya dalam penginjilan. Ia merasa tidak ada lagi orang yang memerhatikan dirinya. Dalam Yesus, ia menemukan kedamaian hati yang sejati. Roh yang telah memperbudaknya selama beberapa waktu amat menyengsarakan dirinya. Kini ia sudah lepas dari kuasa kegelapan itu dan ia masuk ke dalam suasana hati yang terang dan jiwa yang bersih. Ia merasakan suasana surga dalam kelepasannya.
Yohana, seorang wanita yang juga istri bendahara Herodes, merasa yakin bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikannya dan menaruh simpati kepada Yesus lalu menyerahkan kekayaannya untuk membiayai perjalanan Yesus dan rombongannya. Mereka dengan sukarela meluangkan waktunya, menyediakan makanan untuk rombongan itu. Yohana tentu saja mempertaruhkan kedudukan suaminya dengan bersimpati kepada Yesus, yang justru musuh penguasa agama dan pemerintahan. Ia berani menanggung risiko demi keyakinannya kepada Mesias yang dijanjikan itu. Selain Yohana, ada pula Suzana dan sejumlah perempuan yang lain yang "melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka".
DI BAWAH KAKI SALIB GOLGOTA MEREKA BERANI BERDIRI
Sementara dua belas murid Yesus tidak berani menampakkan diri saat Yesus ditangkap dan disalibkan di Golgota, kaum perempuan ini tidak memedulikan diri mereka dan tidak takut ditangkap atau dituduh sebagai pengikut Yesus. Yudas sudah menggantung diri. Petrus dan kawan-kawannya entah ke mana. Hanya Yohanes yang masih muda itu yang berdiri di bawah salib Golgota, menyaksikan derita Yesus dan menangis melihat tangan dan kaki-Nya yang mengucurkan darah. Dahi- Nya yang luka dan kepala-Nya yang terkulai sambil meneriakkan puncak derita pada hembusan napas terakhir. Benarlah, bahwa perempuan- perempuan itu tidak hanya menyediakan makanan bagi Yesus dan rombongan-Nya. Mereka dengan sepenuh hati turut merasakan derita. Derita batin Yesus menjadi derita batin mereka. Dengan setia mereka menjadi saksi kematian Yesus. Simaklah berita yang disampaikan Yohanes dalam Yohanes 19:25.
"Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, istri Klopas dan Maria Magdalena."
Merekalah saksi hidup bahwa Yesus benar-benar mati di kayu salib. Mereka mengikuti peristiwa penyaliban itu mulai dari kota Yerusalem, mulai dari pengadilan sampai perjalanan pilu menuju bukit Golgota di luar tembok Yerusalem. Mereka mau melayani Yesus dan berbagi perasaan dengan-Nya, menyertai Dia sampai ke bukit derita itu. Sebuah pengabdian yang tidak ada taranya.
Orang yang benar-benar menjadi sahabat sejati ialah orang yang menaruh simpati ketika sahabatnya menanggung derita, tidak meninggalkannya. Mereka berada di sana dan turut merasakan kepedihan hati Yesus. Dalam sunyi, Yesus disertai ibu-Nya dan perempuan yang telah dibebaskan-Nya dari kuasa kegelapan. Tidak mudah berada di bawah kaki salib. Di sana banyak pengolok-olok dan orang-orang yang menghina Yesus. Di sana berkumpul musuh-musuh Yesus yang menghina dan membunuh-Nya.
Perempuan-perempuan ini bukan hanya pelayan Tuhan, tetapi mereka juga pemberani yang siap menanggung risiko apa pun. Mereka tidak malu mengakui Yesus di depan musuh-musuh-Nya. Bukankah ini merupakan sebuah keberanian yang luar biasa? Bukankah ini merupakan kekuatan moral bagi Yesus? Hati Yesus sedih ketika melihat perempuan- perempuan itu menangisi diri-Nya. "Tangisilah dirimu," kata Yesus dari salib di tengah-tengah derita yang dialami-Nya. Ibu Yesus merasa sedih melihat Putranya disalibkan tanpa salah. Kepada murid yang dikasihi-Nya Yesus memberi pesan agar merawat ibu-Nya untuk hari-hari berikutnya.
Maria Magdalena pastilah meneteskan air mata karena harus menyaksikan kematian Mesias, Penebus, yang telah melepaskannya dari perhambaan roh-roh jahat. Perpisahan dan kematian ini sangat memilukan hati para perempuan itu. Mereka tidak membayangkan begitu tragisnya kematian Guru mereka itu.
DI KUBURAN YESUS PADA PAGI HARI ITU
Sudah menjadi kebiasaan orang Yahudi untuk membawa wangi-wangian ke kuburan, baik waktu baru meninggal dan beberapa hari kemudian. Peristiwa yang baru saja terjadi beberapa hari yang lalu, yang menggentarkan penduduk kota Yerusalem dan desa sekitarnya, belumlah lepas dari ingatan orang. Perhatikanlah kisah berikut ini setelah Yesus tiga hari di kubur.
"Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur .... Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu (Yoh. 20:1,11)."
Tugas pelayanan bukan saja pada waktu masih hidup, tetapi juga pada waktu kematian. Maria Magdalena begitu peduli. Mungkin sepanjang malam ia sukar tidur. Itulah sebabnya ia "pagi-pagi benar ketika hari masih gelap" sudah berangkat ke kubur. Ia merasa kecewa karena kubur telah kosong. Ia menjadi bingung. Bagaimana mungkin? Bukankah batu kubur itu telah disegel oleh penguasa Romawi? Tidak seorang pun dapat membuka pintu kubur itu.
Ia benar-benar bingung. Siapa gerangan yang mencuri mayat-Nya? Itulah pikiran yang timbul dalam benaknya. Ketika ada orang yang berdiri di dekat kubur itu, dalam samar cahaya pagi, dalam remang- remang, ia menyangka bahwa orang itulah yang mengambil mayat Yesus. Ia tidak tahu bahwa Guru yang dikasihinya sedang berdiri dan menyaksikannya. Kisah berikutnya ditutup dengan berita yang mengejutkan. "Janganlah engkau menyentuh Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa- Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu (Yoh. 20:17)."
Maria Magdalena merasa amat terhibur. Yesus tidak mati. Guru yang dilayaninya selama ini, yang disaksikannya mati di bukit Golgota, sudah bangkit. Ia pergi dan memberitahukan peristiwa itu kepada murid-murid yang lain. Dan sejak itu, perempuan-perempuan itu menjadi pemberita Injil bahwa Yesus sudah bangkit dan naik ke tempat Bapa-Nya di surga, menyediakan tempat yang indah bagi mereka.
Siapa yang mau mengikuti jejak perempuan-perempuan perkasa ini?
Bahan diambil dan diedit dari sumber:
Judul Majalah | : | Sahabat Gembala, Januari 2004 |
Judul Artikel | : | Siapa Memberi Makan Yesus dan Para Murid-Nya? |
Penulis | : | Wilson Nadeak |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung |
Halaman | : | 44 - 48 |
Amanat Agung bukan sekadar agung, melainkan kita harus mengertinya sebagai amanat yang paling agung dalam sejarah karena dibalik amanat ini ada kehendak Allah Bapa yang kekal, kehendak yang dinyatakan di dalam diri Allah Anak. Sebelum amanat ini, darah Kristuslah yang telah dicurahkan, dan sesudah amanat ini, darah orang kuduslah yang dicurahkan. Sebelum amanat ini ada pengutusan Allah Bapa terhadap Allah Anak, sesudah amanat ini ada jutaan misionaris yang diutus. Sebelum amanat ini ada semangat Kristus yang rela berkorban, sesudah amanat ini ada berjuta-juta manusia yang berkorban, yaitu mereka yang telah ditebus oleh darah Kristus. Karena amanat ini, banyak keluarga menjadi hancur, karena amanat ini banyak orang telah dibunuh. Meskipun harga yang harus dibayar demikian besar, kehendak Tuhan tidak boleh ditunda.
Jika bukan Tuhan yang supraalamiah yang sudah mengalahkan dunia alamiah, maka tidak akan ada Amanat Agung. Dia mengutus kita dengan status supraalamiah, yaitu status Tuhan yang bangkit. Dari manakah tampak sifat supraalamiah ini di dalam Amanat Agung? Yaitu dari tindakan rasul-rasul menyembah kepada-Nya di bukit di Galilea, yang telah ditentukan oleh Yesus (Matius 28:17). Ini menyatakan bahwa Kristus adalah Tuhan, Tuhan yang telah bangkit dari kematian. Itulah sebabnya murid-murid menyembah-Nya.
Pada saat Yesus meredakan topan dan ombak, murid-murid-Nya menyembah-Nya dan berkata, "Siapa gerangan Engkau ini, sehingga angin dan danau pun taat pada-Mu?" Dan Tomas ketika berlutut di hadapan-Nya berkata, "Ya Tuhanku dan Allahku." Ini semua menunjukkan bahwa Kristus adalah Tuhan atas alam yang patut menerima sembah sujud kita.
Sayang sekali pada waktu mereka menyembah Kristus, sambil menyembah, mereka meragukan Dia. Bukankah ini cermin dari kita yang kurang pengertian yang sempurna tentang sifat supraalamiah Kristus? Selama ini, teolog-teolog liberal menolak sifat keilahian Yesus dan hanya menitikberatkan sifat moral-Nya. Itulah sebabnya, gereja-gereja mereka mundur. Jika Tuhan tidak memiliki kedaulatan mutlak dalam gereja, maka Injil yang kita beritakan pun tak mempunyai dasar yang sejati. Seorang yang tidak tahu menyembah kepada Tuhan adalah orang yang tidak mengetahui Amanat Agung. Seorang yang tidak tahu menempatkan posisi Kristus yang supraalamiah dalam hatinya adalah orang yang tidak dapat menjalankan perintah pemberitaan Injil. Tuhan yang kekal dan supraalamiah adalah Tuhan yang telah menang atas semesta alam. Sifat inilah yang menjadi dasar sifat Amanat Agung.
Dengan kuasa-Nya yang melampaui segala kuasa di langit dan di bumi Dia memberikan amanat ini dan mengutus murid-murid-Nya. Yesus mendekati mereka dan berkata, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi." Ini bukan merupakan kemenangan dari sifat keilahian Kristus, melainkan kemenangan dari sifat kemanusiaan-Nya. Sifat keilahian Kristus tidak perlu ditingkatkan lagi karena Allah adalah yang tertinggi; sifat keilahian Kristus tidak perlu ditambah dengan kuasa apa pun, karena Dia sudah memiliki kuasa yang mahatinggi. Pada saat Kristus datang ke dunia dan menjadi manusia, Dia pernah menjadi seorang yang tak mempunyai kuasa, dilahirkan sebagai manusia namun tak memiliki hak asasi manusia: pada saat lahir meminjam tempat hewan, pada saat mati pun meminjam kubur orang. Tetapi puji syukur kepada Allah, sebagaimana Adam telah menjadi wakil kita menempuh jalan kegagalan, Kristus Kalam yang telah menjadi daging telah membuka jalan kemenangan bagi kita. Kemenangan sifat kemanusiaan Kristus menjadi wakil kemenangan yang agung bagi umat manusia. Apa yang dicapai oleh sifat kemanusiaan Kristus merupakan penggenapan yang sempurna, yang diidamkan dan tidak pernah mungkin tercapai oleh umat manusia.
Segala kuasa di surga dan di bumi telah diberikan kepada-Nya. Tuhan kita telah memberikan kuasa kepada gereja, itulah sebabnya kita dapat melakukan penginjilan. Hari ini, berdasarkan kuasa inilah, kita memberitakan Injil kepada massa manusia. Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Hari ini yang Tuhan berikan kepada kita adalah kuasa dan bukan pengalaman. Janganlah mengira bahwa dengan bersandar kepada gelar dan pengetahuan kita dapat melepaskan orang dari kuasa alam maut serta berpaling kepada Allah. Kita hanya dapat membuang rintangan yang terdapat dalam kepercayaan orang, namun yang menimbulkan iman pada manusia adalah Roh Kudus dan kebenaran.
Kuasa melampaui kekuatan. Kekuatan berasal dari kuasa; pada saat kekuatan terasa tidak mampu, kuasa tetap dapat melakukan pekerjaan yang ajaib. Belasan tahun yang lalu, saya pernah pergi ke Jakarta dengan kereta api. Salah seorang penumpang kereta itu telah mengajukan suatu pertanyaan yang sangat menarik dan cukup memeras pikiran orang lain: benda apakah yang didorong oleh ratusan orang sekalipun tidak akan bergerak karena terlalu berat, tetapi ketika satu orang datang dan meniup angin saja, benda berat itu langsung bergerak? Banyak orang tidak bisa menjawab pertanyaan itu, sampai akhirnya si penanya sendiri yang mengumumkan jawabannya, yaitu kereta api! Dari sini kita mendapat suatu pengertian, yaitu jika kita bekerja dengan kekuatan diri sendiri, sering kita merasa tak berdaya untuk menyelesaikannya, namun Tuhan mempunyai kuasa, bahkan kuasa yang lebih besar dari kekuatan, maka begitu Dia memberikan perintah, lingkungan pun akan terbuka. Itulah sebabnya, kita dapat berdiri di hadapan massa dengan penuh kuasa untuk memproklamasikan pada dunia bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat satu-satunya.
Ditinjau dari pandangan manusia, pengutusan Kristus adalah kejam dan sadis: "Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala." Coba bayangkan keadaan seluruh tubuh domba kecil yang dicabik-cabik oleh serigala, maka kita pun akan mengetahui apa yang disebut pengutusan. Saudara yang kekasih, jika kuasa Tuhan ada di dalam diri kita, betapa besar pun kesulitan yang harus kita tempuh, dan betapa besar pun pengorbanan yang harus kita bayar, kita tetap harus melakukannya. Sekarang ini seluruh gereja yang ada di dunia dibangunkan dan berjuta-juta orang telah melakukan pekerjaan yang indah itu, bukan bersandar pada sesuatu yang lain, melainkan hanya pada kuasa Allah di dalam Kristus.
Penginjilan -- bukan kita mengundang orang datang, melainkan kita diutus pergi memberitakan Injil. Karena itu kita harus menegakkan konsep pergi untuk meneguhkan semangat menjalankan Amanat Agung. Itulah yang disebut sifat positif. Jika kita tidak pergi ke tengah- tengah orang yang berlawanan jalan dengan kita secara aktif, dan memberitakan Injil Kerajaan Surga kepada mereka, maka pekerjaan gereja tak mungkin mengalami terobosan untuk selamanya.
Apakah kita harus menunggu sampai orang menyenangi kita? Ataukah menanti sampai orang menyambut dan menerima kita? Tiada satu kebudayaan pun yang persis sesuai dengan jalan Alkitab, bahkan ketika Injil diberitakan, pasti akan terjadi bentrokan-bentrokan kebudayaan. Namun, sifat dasar yang positif dan sifat berinisiatif itu mengakibatkan kita pergi memberitakan Injil dengan tidak takut pada kesulitan karena "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi, karena itu pergilah!" Di sini kuasa dan pergi adalah dua hal yang saling berkaitan, tidak dapat dipisahkan.
Yesus tidak hanya mengutus murid-murid-Nya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel, juga tidak berpesan agar mereka jangan pergi ke negara-negara lain, melainkan mengutus mereka ke seluruh muka bumi untuk memberitakan Injil kepada sekalian bangsa. Di antara seluruh umat, seluruh agama, semua filsuf, semua nabi dan semua sistem filsafat, siapa yang memberi pengutusan seperti Kristus, yang bersifat melampaui batasan-batasan nasional? Jika kita tidak memahami sifat universal dari Amanat Agung ini, bagaimana mungkin kita pergi memberitakan Injil, bagaimana mungkin kita membicarakan penginjilan, dan bagaimana mungkin kita terbeban untuk pelayanan penginjilan secara universal?
Mari kita berlapang dada dalam memberitakan Injil, agar kita tidak hanya memperhatikan diri kita, bangsa kita sendiri. Bolehkah kita menunggu sampai bangsa kita sudah menerima Injil, baru kita menginjili bangsa lain? Tidak! Jika sejak mula bangsa Yahudi berpikir demikian, tidak seorang pun dari kita bisa menjadi orang Kristen. Selama dua abad yang lampau kita sudah menerima begitu banyak utusan Injil. Berapa banyakkah utusan Injil yang seharusnya kita kirim untuk menginjili bangsa-bangsa lain?
Kiranya Tuhan menolong kita untuk mengerti sifat universal ini, supaya kita dapat keluar dari lingkungan diri sendiri, melintasi batas-batas suku, kebudayaan, dan bangsa untuk masuk ke dalam rencana Allah yang kekal dan universal itu.
Yesus berkata, "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid- Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus." (Matius 28:19). Kata "baptislah mereka" yang terdapat dalam ayat ini berarti membawa orang percaya kepada gereja yang berwujud. Melalui tanda berupa baptisan ini orang percaya masuk ke dalam kematian dan kebangkitan Kristus, supaya orang-orang yang termasuk dalam persekutuan Kristus dapat mendirikan gereja di bumi. Ini menunjukkan bahwa Amanat Agung bersifat gerejawi.
Penginjilan tanpa mengerti makna gereja, dan gereja tanpa penginjilan kedua-duanya tidak sehat. Gereja terbentuk dari hasil penginjilan. Penginjilan hanya merupakan salah satu di antara banyak fungsi gereja, tetapi penginjilan tidak bisa mencakup keseluruhan fungsi itu. Demikian juga fungsi persekutuan, fungsi persembahan, hanyalah sebagian dari fungsi yang lengkap itu. Kehidupan gereja membuat hasil penginjilan bukan hanya sekadar menabur benih saja, tetapi juga membangun rumah Allah yang kekal. Sebab itu di mana Injil diberitakan, bertambahlah satu kelompok yang bersaksi di bumi, yaitu yang disebut rumah Allah yang kekal, gereja yang merupakan tiang penopang dan dasar kebenaran. Yesus Kristus bersabda, "Aku akan mendirikan jemaat-Ku di dunia ini." Itulah sebabnya, kita harus memimpin orang kembali kepada Tuhan, dan melayani di dalam gereja- Nya.
"Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus" adalah amanat yang diberikan Tuhan Yesus kepada jemaat, supaya kita mendirikan jemaat dan tubuh Kristus di dunia -- suatu tubuh yang berkelimpahan, yang memiliki meterai Allah, kebenaran, Roh Kudus, dan kasih.
"Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu." Bagian ini dapat disebut sebagai sifat doktrinal dalam Amanat Agung, yaitu mengajarkan doktrin yang sesuai dengan kebenaran Allah. Banyak orang yang giat dalam penginjilan sangat meremehkan doktrin, sebaliknya banyak orang yang mementingkan teologi tidak suka memberitakan Injil. Gereja yang memiliki doktrin yang benar tidak selalu berkobar-kobar semangatnya, sedangkan gereja yang bersemangat tidak memiliki doktrin yang benar. Kedua-duanya salah.
Kaum intelektual yang telah menerima pendidikan tinggi dalam zaman ini, tidak seharusnya hanya suka mendengar khotbah-khotbah gereja yang bersifat alegoris, yang menekankan emosi, tetapi harus menuntut pengajaran yang bersifat teologis, doktrinal, dan sistematis. Bila tidak, masa depan gereja akan suram.
Di manakah semangat berkobar-kobar yang pernah meluap di antara kelompok Jesus People di Amerika? Bukankah mereka sangat berapi-api dalam penginjilan? Mengapa mereka lenyap setelah seketika lamanya? Ini semua hanya disebabkan karena mereka tidak mempunyai dasar teologi yang kuat.
Rasul Paulus berkata kepada Timotius, "Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu." Sungguh hal itu bertalian dengan hidup, dengan kerohanian, bahkan hubungan antara Allah dan manusia. Jika doktrin teologi diajarkan dengan benar, maka gereja pun akan berjalan pada jalan yang benar; sebaliknya jika doktrin teologi diajarkan secara salah, maka gereja pun akan berjalan di jalan yang salah. Karena itulah setiap orang yang memberitakan Injil, tidak dapat bersemangat hanya dalam penginjilan dan pengenalan akan berita utama itu secara dangkal saja, melainkan harus mempunyai dasar Alkitab yang lebih mendalam dan kokoh. Dengan demikian, kita dapat berdiri dengan teguh pada kebenaran yang kudus, dan menjadi laskar yang benar-benar gagah dalam mematuhi Amanat Agung.
Mari kita menitikberatkan doktrin yang benar dan ketat dan ortodoks, selain memiliki semangat penginjilan yang berkobar-kobar dan nyata.
"Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Ucapan ini berarti bahwa pekerjaan penginjilan harus dilakukan terus sampai saat dunia ini berakhir. Amanat Agung ini mula-mula diucapkan kepada sebelas murid, tetapi setelah Injil disebarkan, orang yang telah menerima Injil memberitakan Injil, sehingga Injil diberitakan terus dalam tiap zaman dan generasi. Demikianlah pekerjaan gereja terbentuk di dunia ini. Selain itu, dalam Amanat Agung ini juga terdapat sebuah janji yang amat penting, yaitu penyertaan Tuhan. Bukankah penyertaan Tuhan telah dinyatakan pada saat Kalam menjadi manusia? Secara status ini memang benar. Kristus, Kalam yang menjadi manusia, menyatakan penyertaan Allah pada manusia; tetapi secara pengalaman hidup rohani, pada saat gereja melaksanakan amanat penginjilan, pada saat itulah gereja akan mengalami penyertaan Tuhan yang sesungguhnya. Mengenai perintah Tuhan dalam Alkitab selalu terdapat suatu prinsip, yaitu bahwa perintah selalu disertai dengan janji. Pada waktu Allah memberikan perintah, Dia pasti memberikan janji-Nya juga, dan ketika manusia melaksanakan perintah Allah, ia akan menikmati janji Allah yang diberikan dalam perintah-Nya. Demikian pula dengan Amanat Agung ini. Yesus bersabda, "Jika kamu memerintahkan mereka untuk melaksanakan apa yang telah Kuperintahkan kepadamu, maka Aku akan menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Semoga anugerah Tuhan, kasih Tuhan sekali lagi mendorong dan menggerakkan kita, dan Roh Kudus sekali lagi menerangi kita dengan kebenaran yang diwahyukan-Nya, sehingga kita diingatkan lagi akan sifat-sifat yang begitu penting di dalam Amanat Agung yang diberikan di bukit di Galilea.
Sumber dikutip dari:
Judul Buku | : | Teologi Penginjilan |
Judul Artikel | : | Sifat Amanat Agung |
Penulis | : | Stephen Tong |
Penerbit | : | Lembaga Reformed Injili Indonesia |
Halaman | : | 50 - 57 |
Kebudayaan dan agama erat sekali hubungannya. Bahkan, seringkali sangat sulit dipisahkan. Oleh sebab itu, agar dapat mengerti dan memberikan evaluasi terhadap kebudayaan-kebudayaan Asia, maka kita harus mengetahui lebih dahulu agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan orang Asia. Kita tentu tahu bahwa semua agama besar di dunia berasal dari Asia, seperti: Hindu, Budha, Islam, Kung-Fu Tze, Shinto, dan Kristen. Agama-agama tersebut bertemu bersama dalam situasi kebudayaan Asia yang diselubungi oleh kepercayaan dinamisme dan animisme. Selain itu, dalam pertumbuhannya, agama-agama ini saling bersaing dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Bagi para utusan Injil lintas-budaya, harus bersedia mempelajari kebudayaan masyarakat yang akan dilayani. Ini penting, agar mereka dapat menentukan unsur-unsur mana dalam kebudayaan masyarakat tersebut yang bersifat netral, mana yang melawan atau bertentangan dengan Alkitab, dan mana yang sesuai dengan Alkitab. Sebab, memang tidak ada satu pun kebudayaan di dunia ini yang dapat dikemukakan sebagai contoh kebudayaan yang Alkitabiah. Setiap kebudayaan bangsa yang diperhadapkan kepada Injil, pasti mengalami koreksi, penyucian, dan perombakan.
Setiap utusan Injil yang mengabaikan hal ini, bisa jatuh ke dalam sikap ekstrem, misalnya:
Ia mungkin langsung mengambil orang-orang yang baru bertobat itu dari lingkungan kebudayaannya. Akibatnya, mereka tidak punya kesempatan bersaksi di lingkungannya yang lama.
Mungkin langsung memakai kebudayaan setempat sebagai sarana pekabaran Injil tanpa melihat bahwa kebudayaan tersebut memiliki unsur-unsur yang bertentangan dengan Injil. Misalnya: Pemakaian sarana wayang untuk pekabaran Injil. Ini memang baik, tetapi kalau si utusan Injil tidak tahu bahwa dalam wayang sendiri ada unsur-unsur magis religiusnya, maka bisa jadi pekabaran Injil bertabrakan dengan pemanggilan roh-roh halus.
Sebaiknya, orang-orang setempat yang sudah diubahkan hidupnya karena percaya kepada Tuhan Yesus, benar-benar dibimbing untuk mempelajari Alkitab dengan baik, sehingga dengan demikian mereka akan mampu untuk menentukan sendiri unsur-unsur kebudayaannya, mana yang masih bisa dipertahankan dan mana yang harus dibuang atau ditinggalkan. Utusan Injil dari daerah atau negara lain, tentu sulit untuk melakukan hal tersebut, karena mereka tidak bisa menyelami kebudayaan setempat secara tepat.
Kedudukan Manusia Sebagai Satu Oknum yang Berpribadi
Pada umumnya, manusia sebagai pribadi di Asia, tenggelam atau hilang dalam masyarakatnya karena kuatnya tradisi dan kebudayaan yang mengelilinginya. Tanggung jawab dan hak pribadinya terhanyut dalam air bah masyarakat serta kebudayaannya.
Melalui komunikasi Injil, setiap "manusia" dipanggil secara pribadi oleh Sang Pencipta. Panggilan ini merupakan panggilan keselamatan. Bila ia menjawab "ya" terhadap panggilan-Nya, maka "ia" menemukan kepribadiannya sendiri. Kepribadian tersebut adalah kepribadian yang dikuasai dosa dan yang membutuhkan kemerdekaan dari dosa tersebut.
Bila jawaban "ya" tadi disertai dengan kerinduan dan kesediaannya menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, maka "ia" mengalami pembaharuan hidup atau dengan kata lain, mengalami kelahiran baru yang dikerjakan oleh Roh Kudus dan Firman Allah (2 Korintus 5:17).
Dalam proses perkembangan selanjutnya, "ia" akan tiba pada suatu masa di mana "ia" sendiri berdiri dan menilai kembali hubungan, serta ikatannya dengan kebudayaannya yang lama. Misalnya pergaulan duniawi; tidak mengindahkan Tuhan; pemujaan atau penyembahan berhala; dan adat-istiadat yang dikuasai iblis. Kemudian, ia mulai sadar bahwa kebudayaannya itu hanyalah ciptaan manusia. Suatu ciptaan yang terutama beroleh tempat dalam hati manusia sendiri atau dalam kata-kata J. Ban Baal, "Kita adalah kebudayaan kita." (J. Zoetmulder, Cultuur Oost an West, Penerbitan dan Balai Buku Indonesia, Jakarta, dll, hal. 15).
Orang yang baru dilahirkan kembali oleh Roh Kudus membutuhkan waktu untuk menjadi matang dalam imannya dan matang dalam penilaiannya terhadap kebudayaan, mana yang dapat dipertahankan dan mana yang perlu ditinggalkan atau disucikan. Biasanya kematangan tersebut baru dicapai setelah ia sungguh-sungguh mendalami Firman Tuhan (Alkitab) dalam bahasa kebudayaannya. Inilah pentingnya penterjemahan Alkitab dalam berbagai bahasa di dunia.
Sebagai hasil terbesar dari pengaruh Injil dalam kebudayaan dan peradaban manusia adalah pembentukan manusia sebagai satu pribadi, yang berdiri di hadapan Tuhan dan sesama manusia, serta kebudayaannya dengan penuh tanggung jawab. Mungkin hal inilah yang menjadi dasar kemajuan bangsa-bangsa Eropa yang sudah menerima Injil lebih dahulu. Namun sayang, dalam proses perkembangannya, pengindividuan di Barat sudah terlampau jauh dan bebas, sehingga individu menjadi tujuan. Dengan demikian kehilangan kepribadian Kristen yang Alkitabiah.
Sebagian utusan Injil Barat seringkali dengan tidak sadar telah memamerkan keindividuannya. Mereka kurang menghargai kepribadian Kristen Asia yang bersifat gotong royong, toleran, serta memiliki ikatan kekeluargaan yang mesra. Yang penting seharusnya adalah berusaha menemukan keseimbangan antara individu, keluarga, masyarakat, serta kebudayaan. Misalnya: Orang yang menjadi Kristen tetap setia ikut dalam kerja bakti desa. Artinya, saling tolong-menolong dan tetap memberi sumbangan untuk desa. Bahkan, orang Kristen seharusnya lebih baik daripada orang yang belum menerima Kristus.
Di sinilah tugas utusan Injil lintas-budaya. Ia perlu memelihara dan menolong orang Kristen baru di dalam hubungan dengan kebudayaannya dan tidak mengeluarkannya dari ikatan kebudayaan tersebut. Selain itu, seorang penginjil tidak menyodorkan syarat-syarat atau cara-cara kekristenan yang terikat kepada kebudayaannya. Dalam hal ini, hikmat Tuhan dalam Roh Kudus sebagai Maha Guru untuk menyaring, sangat dibutuhkan.
Dalam hubungannya dengan kebudayaan, pertobatan secara marga atau keluarga, seperti pertobatan Kornelius dalam Kisah Para Rasul pasal 10, lebih menguntungkan daripada pertobatan individu. Ini disebabkan dalam pertobatan individu, kadang-kadang terjadi pengucilan. Si petobat baru dikucilkan dari keluarga atau marganya atau masyarakat sekitarnya. Dalam hal ini utusan Injil harus menggumulkan dua cara atau kemungkinan untuk:
Membentuk suatu masyarakat Kristen yang cukup kuat, agar dengan kasih dan kerendahan hati, mampu menyaingi kebudayaan-kebudayaan dan ikatan tradisi yang menolak Firman Allah.
Hal ini "mungkin", bila terjadi pertobatan massal, seperti: marga, desa, people movement yang benar-benar meninggalkan segala adat-istiadat yang bersangkutan dengan penyembahan berhala atau penyembahan menurut agama/kepercayaan yang lama. Contoh: lahirnya Gereja Kristen Injili Sumatera Selatan (GEKISUS) pada tahun 1964.
Hampir seluruh anggota gereja ini berlatar-belakang Islam. Sebelumnya, siang dan malam selama dua setengah bulan, Injil terus-menerus diberitakan secara terbuka kepada penduduk. Pemberitaan ini diakhiri dengan mengundang mereka untuk bertobat dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Undangan ini ternyata disambut oleh sebagian penduduk dengan diikuti pembakaran jimat-jimat, benda-benda berhala, dan penghalauan kuasa-kuasa setan.
Pada tanggal 16 Agustus 1964, 299 orang dibaptiskan. Mereka berasal dari satu marga yang berdomisili dalam empat desa yang berpenduduk 1000 orang. Ini berarti, 30% penduduk menjadi Kristen. Karena jumlah yang cukup banyak ini, mereka dapat berdiri dan bertahan terhadap celaan, ancaman, dan aniaya dari masyarakat sekitarnya. Demikian juga, kesaksian-kesaksian hidup dari keluarga Kristen baru yang sudah mengalami pembaharuan hidup itu, turut meredakan suasana celaan dan ancaman.
Pelayanan kasih yang menyusul kemudian, setelah didirikan gereja, sangat menolong posisi kehidupan orang-orang Kristen setempat. SD dan SMP Kristen serta balai kesehatan didirikan. Pelayanan pendidikan dan kesehatan ini didirikan untuk semua golongan dalam masyarakat sebagai pelengkap sarana komunikasi Injil.
Bentuk-bentuk kebudayaan yang berupa pakaian daerah dan yang bersifat netral masih dipertahankan di sini. Misalnya: mendengarkan firman Tuhan dengan duduk bersila (di rumah-rumah keluarga); makan dengan tangan (tanpa sendok) sesudah dibasuh; dan memakai kain sarung dan kopiah.
Demikian juga halnya, cara pria dan wanita berjalan masih tetap dipertahankan. Pria dan wanita tidak boleh berjalan berdampingan, meskipun mereka sudah menjadi suami-istri. Suami/pria harus berada di depan sejauh lebih kurang 5 meter, baru kemudian istri/wanita menyusul di belakangnya. Ini merupakan suatu cara untuk menghormati suami/pria. Baru kira-kira setahun kemudian, cara hidup ini dapat diubah, yaitu setelah mereka mengerti Firman Tuhan mengenai kedudukan wanita.
Dengan cara-cara tersebut di atas, maka agama Kristen bisa bertahan dan berkembang di Sumatera Selatan, khususnya wilayah Bengkulu Selatan, yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Semula, semua usaha pelayanan Injil dan pelayanan kasih ini dikerjakan oleh orang-orang Indonesia pribumi. Namun kemudian, menyusullah tenaga-tenaga asing. Ini penting untuk menghindari anggapan bahwa agama Kristen adalah agama Barat.
Oleh Anugerah Tuhan Yesus dan hikmat Roh Kudus, Dr. Adriani dan Dr. Kruyt dalam sejarah gereja di Indonesia telah berhasil menempuh cara dan pendekatan ini di Sulawesi Tengah. Kehadiran mereka dalam nama Tuhan Yesus Kristus di tempat itu, telah menunjukkan kehadiran Kristus dalam pengertian, penderitaan, kasih, dan pelayanan. Tentu kehadiran Kristen tidak cukup untuk menerobos dan membongkar kebudayaan lama, adat-istiadat, dan penyembahan berhala yang ditolak oleh Firman Allah. Oleh sebab itu, pemberitaan Injil harus tetap disampaikan secara verbal untuk membawa orang sampai mendapat kesempatan mengambil keputusan, menerima atau menolak Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya.
Dalam usahanya mencapai orang-orang Poso bagi Kristus, Dr. Kruyt telah menyediakan diri untuk tidak dihormati oleh orang-orang yang dilayaninya. Ia mengadakan kontak, baik dengan para pemimpin masyarakat atau pun dengan masyarakat biasa. Dengan susah payah, Kruyt menjalin hubungan baik dengan mereka. Ia pernah nyaris mati dikeroyok orang-orang yang tak menyukainya.
Puji Tuhan, ia tidak mundur. Bahkan, ia terus berusaha mencari cara yang tepat agar bisa berkomunikasi baik dengan mereka. Dengan segala tantangan dan penolakan dari masyarakat setempat, ia mendirikan sekolah-sekolah. Kemudian, cara yang rupanya sangat disenangi oleh masyarakat di tempat itu ialah cara pengobatan untuk orang-orang sakit yang diberinya nama "obat-obatan Allah". Cara ini sangat penting untuk perkembangan usaha pekabaran Injil di Sulawesi Tengah, khususnya daerah Poso.
Dalam kehadirannya, Kruyt harus menghadapi suatu kelompok masyarakat di mana setiap oknumnya tak mungkin mengambil suatu keputusan sendiri, terlepas dari kelompok masyarakatnya. Dalam salah satu suratnya kepada Direktur Gunning, tersirat pernyataan bahwa "... di kalangan orang-orang Poso tidak ada pertobatan pribadi, pertobatan perorangan, seperti yang kita artikan." (J. Kruyt, 1997:11).
Dr. Adriani, dalam hubungan pelayanannya terhadap orang-orang Poso memperlihatkan kepada kita "bahwa belajar berbicara dan mengerti bahasa para pendengar kita adalah penting untuk pemberitaan Injil yang Sejati." (Ibid, hal. 113). Dalam kehadirannya di antara orang-orang Poso, Adriani telah tekun belajar dari murid-muridnya sendiri dalam membuat cerita yang hidup untuk mengkomunikasikan Injil kepada mereka. Dengan sabar, Ia mengajarkan cerita Alkitab kepada anak-anak, kemudian setelah itu ia meminta mereka menceritakan kembali apa yang sudah mereka dengar. Dari cerita murid-muridnya inilah, kemudian dijadikan bahan untuk membuat karangan-karangan untuk pelayanan Injil.
Melalui waktu yang cukup panjang, yaitu 17 tahun, akhirnya Kruyt dan Adrian berhasil membaptiskan orang-orang Kristen pertama di Poso, Sulawesi Tengah.
Pelayanan dalam bentuk kehadiran ini cenderung dipergunakan pada masa kini. Oleh sebab itu, saya sangat setuju dengan pandangan Dr. McGavran yang disampaikan pada konsultasi para misiolog di Selly Oak, Birmingham, tanggal 16 April 1968 yang lalu. Saya menyimpulkan pandangannya sebagai berikut:
Kehadiran diterima sebagai alat dan "bukan" tujuan -- supaya tidak menuju relativisme.
Kehadiran maupun proklamasi cenderung untuk menjadi soal rasio dan intelektual, seolah-olah iman timbul dari diskusi ilmiah.
Kehadiran bukanlah konsep Alkitabiah untuk pekabaran Injil. Para nabi dan rasul serta Tuhan Yesus sendiri tidak pernah menjadi tamu terhormat untuk mendekati agama-agama lain. Kehadiran hanya dapat dipakai dalam situasi-situasi yang sulit, seperti di Tiongkok atau negara-negara lain yang tertutup bagi proklamasi Injil.
Kehadiran adalah jalan yang harus ditempuh oleh orang-orang Kristen pribumi dalam berkomunikasi dengan masyarakat sekitarnya.
Diambil dari:
Judul Buku | : | Identitas Kebudayaan Asia dalam Terang Firman Allah |
Judul Artikel | : | Situasi Kultural-Religius di Asia dalam Terang Firman Allah |
Penulis | : | Dr. P. Octavianus |
Penerbit | : | Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia Departemen Literatur, 1985 |
Hal | : | 33 - 39 |
Gereja yang tertarik untuk memulai pelayanan pemuda sebaiknya perlu mengikuti beberapa langkah sederhana berikut ini. Tiap-tiap langkah adalah penting dan perlu ditanggapi dengan bijaksana.
Jika alasan memulai pelayanan muda-mudi adalah hanya untuk menyaingi gereja lain, maka itu adalah motif yang salah. Jangan berharap Tuhan akan memberkati program gereja yang tidak dibungkus dalam doa.
Pelayanan selalu berhubungan dengan kondisi sosial dan budaya di sekitarnya. Tiap gereja akan memiliki pandangan berbeda terhadap anak muda. Beberapa gereja melihat anak muda sebagai jiwa yang terhilang dan merindukan Tuhan dalam hidupnya. Gereja lain melihat mereka sebagai sesama bagian anggota masyarakat dan tubuh Kristus. Mengetahui bagaimana gereja Anda memandang anak muda adalah penting dalam menentukan dasar sebuah pelayanan muda-mudi.
Amsal 15:22 mengatakan, "Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak." Berkonsultasi dengan kelompok pemimpin di gereja serta mendapat dukungan dari mereka adalah penting sebelum memulai pelayanan muda-mudi.
Sadarilah jika jarang ada gereja yang sanggup memenuhi kebutuhan semua jenis anak muda, terutama bagi semua kelompok umur. Harus ditentukan titik berat bagi satu jenis kelompok umur, untuk kemudian mulai mengenali kebutuhan-kebutuhan khusus mereka. Beberapa gereja mungkin mampu berperan sebagai tempat berlindung bagi anak muda yang menjadi orang tua tunggal. Gereja lain mungkin lokasinya terletak di dekat universitas sehingga mereka menitik beratkan pada pelayanan anak muda yang lebih muda dan belum menikah. Suasana di satu gereja mungkin lebih kondusif bagi jenis anak muda yang lain. Jika demikian, kenalilah jenis itu dan khususkan diri dalam satu bidang. Tidak ada gereja yang dapat menyajikan satu program yang benar-benar seimbang memuat semua jenis pelayanan anak muda yang ada sekarang. Beberapa mungkin dibatasi oleh sumber dana atau tenaga. Namun semuanya akan berkembang lewat adanya transisi dalam kepemimpinan.
Sebagai strategi dalam merencanakan program, berilah perhatian pada pemulihan luka yang mungkin dimiliki oleh para anak muda. Beberapa membutuhkan pemulihan terhadap luka perceraian, yang lain bergumul dengan luka akibat kematian orang yang dikasihi. Beberapa wanita mungkin mengalami luka akibat penganiayaan fisik, sementara yang lain sedang berjuang dalam menentukan tujuan dan arti hidupnya. Pelayanan anak muda yang paling efektif terjadi di lingkungan yang penuh dengan penolakan. Anak muda membutuhkan lingkungan di mana mereka diakui keberadaannya. Beberapa telah jemu dengan kegagalan-kegagalan dalam membina hubungan yang terjadi di masa lalu, dan membutuhkan waktu untuk menata kembali fokus hidupnya. Roh mereka mengalami kelelahan, dan mereka sedang dalam pencarian akan kedamaian.
Ketika anak muda mempunyai rasa memiliki, maka pelayanan itu akan berbuah dan mempunyai tujuan jelas. Model pelayanan Perjanjian Baru tidak pernah dirancang untuk dilakukan oleh satu orang saja. Tuhan membagi-bagi karunia pelayanan seperti fungsi masing-masing organ tubuh untuk menggambarkan betapa kita membutuhkan bantuan satu dengan yang lainnya. Sebuah pelayanan pemuda yang aktif akan benar-benar memperhatikan masukan dari anggota-anggotanya dan membutuhkan adanya keterlibatan dari masing-masing pemimpinnya.
Banyak pelayanan anak muda memilih sebuah dewan kepemimpinan yang dirotasi tiap tahunnya. Dewan ini terdiri dari pemimpin-pemimpin yang akan mengatur tugas seperti siapa yang bertugas menyambut para tamu tiap minggu, menelepon mereka yang sedang sakit atau berhalangan hadir, merencanakan acara-acara khusus dan kegiatan sosial, publikasi, mengkoordinasi kelompok-kelompok kecil atau mengatur proyek pelayanan. Anak muda memiliki kemampuan untuk menjalankan kepemimpinan dalam gereja. Selama seminggu mereka telah memikul tanggung jawab yang penting di tempat kerja mereka dan tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil yang tidak mandiri di gereja pada akhir minggunya.
PENJANGKAUAN KE LUAR
Penginjilan
Mengadakan bermacam-macam kegiatan akan memungkinkan gereja mengadakan penjangkauan ke dunia luar yang terhilang dan yang sedang membutuhkan. Kegiatan ini juga harus dapat menjangkau mereka yang biasa datang tiap minggu selain tentunya masyarakat di sekitarnya. Kegiatan-kegiatan yang mungkin dapat dilakukan meliputi: kegiatan olahraga, sosial, piknik bersama, kumpul bersama, kelompok besuk, dan workshop-workshop khusus. Walaupun di tiap acara kita tidak perlu harus selalu berbicara tentang Injil, perhatian dan kasih harus selalu ditampilkan sebagai unsur utama.
Pelayanan
Kata "minister" mempunyai arti "melayani". Tidak ada orang yang dapat melayani dalam nama Kristus jika tidak secara aktif terlibat dalam pelayanan kebutuhan orang lain. Kegiatan pelayanan dimana sebuah organisasi pelayanan dapat menjadi sponsor misalnya adalah: mengunjungi rumah sakit, program kakak asuh bagi anak-anak terlantar, men-support anak-anak di negara dunia ketiga lewat lembaga-lembaga pelayanan, membantu sebuah institusi pelayanan masyarakat dalam kota selama sehari dalam sebulan, membantu pelayanan bagi orang cacat, mempromosikan program misi jangka pendek ke luar negeri, atau menolong jemaat gereja yang membutuhkan selama sehari penuh.
PENJANGKAUAN KE DALAM
Mengajar
Titik berat pengajaran dalam sebuah pelayanan harus seimbang dan terfokus pada masalah-masalah yang praktis dan merakyat. Aktivitas- aktivitas yang mendukung untuk kegiatan mengajar meliputi seminar dan konferensi-konferensi, kelompok-kelompok kecil, retret, dan kelompok pemuridan.
Membangun Komunitas
Kaum muda membutuhkan rasa saling memiliki. Pemuda Kristen ingin mempunyai perasaan memiliki terhadap gereja mereka. Akan sulit bagi gereja memotivasi para kaum muda jika mereka belum merasa diakui keberadaannya atau selama gereja belum berusaha barang sedikit saja untuk menjangkau mereka. Membangun suasana sebagai suatu komunitas dapat diciptakan dengan mengadakan acara-acara sosialisasi istimewa bagi anak-anak muda, mengadakan pertemuan-pertemuan kelompok kecil, mengundang pembicara khusus ntuk anak muda, mengadakan retret akhir minggu, atau mengadakan acara besar seperti konser.
Penyembahan
Orang percaya menikmati penyembahan mereka kepada sang Pencipta. Orang-orang dengan minat yang sama ini akan menikmati penyembahan mereka kepada Tuhan dalam cara yang bermiripan. Untuk alasan inilah, pertemuan sepulang kebaktian sore yang dikenal dengan nama "afterglows", menjadi populer di kalangan kelompok kaum muda Amerika. Kelompok kaum muda di seluruh Amerika menikmati pemakaian musik-musik kontemporer dalam pertemuan penyembahan mereka. Masih banyak yang dapat dilakukan untuk membuat pengalaman penyembahan pemuda yang lebih kreatif dan pribadi dalam acara seperti camp, retret, dan kelompok-kelompok kecil.
Konseling
Berdasarkan hasil penelitian, hanya sedikit muda-mudi Kristen yang akan pergi ke konselor profesional jika mereka membutuhkan bantuan. Mayoritas dari mereka memilih berkonsultasi dengan teman dan keluarganya. Untuk alasan itu, akan sangat membantu jika pemimpin pemuda menawarkan beberapa bentuk pelatihan konseling. Akan membantu juga jika dihadirkan seorang konselor profesional untuk membawakan satu seri seminar tentang topik pembuka hal-hal seputar konseling. Satu seri lagi pelajaran mengenai masalah-masalah penting yang dihadapi anak-anak muda akan sangat bermanfaat, mungkin juga dapat ditambah dengan sesi konseling dalam kelompok kecil untuk muda-mudi itu yang dibawakan oleh seorang konselor profesional.
Pelatihan Kepemimpinan
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pelayanan untuk anak muda harus diusahakan secara tim. Mereka akan senang jika mereka merasa mempunyai semacam andil dalam merencanakan program-program mereka. Semakin banyak masukan yang Anda dapatkan dari mereka, akan semakin sukses pula program-program Anda. Untuk melakukan hal ini, adalah penting untuk mengadakan semacam pelatihan kepemimpinan. Dewan pemimpin yang terlibat dalam pengambilan keputusan dalam kelompok, dan yang akan bertanggung jawab dalam pelaksanaan keputusan yang diambil tersebut harus mendapat pelatihan yang berkualitas untuk melaksanakan tugas mereka. Pelatihan ini dapat dilakukan dalam bentuk retret kepemimpinan tahunan, konferensi pelatihan spesial, seminar, dan sesi tanya jawab kelompok atau orang-perorang dengan pemimpin kelompok muda-mudi. (t/Ary)
Bahan diterjemahkan dari sumber:
Judul Buku | : | Foundations of Ministry |
Judul Artikel | : | Strategy for Ministry to Single Adults |
Penulis | : | Michael J. Anthony |
Penerbit | : | A BridgePoint Book, USA, 1992 |
Halaman | : | 204 - 206, 208 |
Secara historis, pergerakan modern untuk mencapai ujung-ujung bumi untuk memberitakan Berkat Allah telah terjadi dalam bentuk gelombang- gelombang.
Gelombang pertama yang dimotori oleh William Carey pada akhir tahun 700-an, menyapu rata pantai-pantai barat daratan dunia. Era kedua, dirintis oleh Hudson Taylor sekitar tahun 1865, mendorong berlomba- lombanya para misionari yang dengan penuh keberanian masuk ke wilayah pedalaman berbagai bangsa. Gelombang ketiga bangkit meresponi ajakan Cameron Townsend dan Donald McGavran untuk pergi ke tempat "orang-orang yang belum terjangkau" atau "tersembunyi" yang secara budaya tertutup, yang mulai membengkak di dekade terakhir sebelum tahun 2000.
Seperti dalam masa-masa Perjanjian Baru, sekarang ada "Paulus" dan "Timotius". Walaupun lebih sedikit dalam jumlah, ada beberapa orang yang mengikuti teladan Paulus untuk "pergi ke tempat dimana Kristus tidak disebut." Mereka telah menetapkan sasaran-sasaran dengan berani, berpengalaman, dan agresif untuk menembus batas-batas akhir.
"Saya telah memberitakan sepenuhnya Injil Kristus ke wilayah-wilayah ini, saya akan berangkat ke Spanyol" yang di masa Paulus adalah ujung bumi! (Baca
Di abad 21 ini, para misionari yang berpikiran maju memegang aspek Markus 16 dari Amanat Agung: "Pergilah! Ajarkanlah!" Di tempat dimana para penginjil yang berani dari generasi sebelumnya memberitakan Injil Damai, sekarang ini ada ribuan "orang-orang Makedonia" baru yang menurut catatan berdiri di pantai bangsa mereka untuk memanggil "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami! Ajarkanlah kami Firman itu begitu rupa sehingga kami bisa mengajar kepada orang lain" (baca
Beberapa orang telah menganjurkan untuk kembali mengatur posisi 15.000 misionaris dunia ini -- yang telah bekerja di ladang-ladang yang telah terjangkau, kepada sasaran kelompok orang yang belum dijangkau. Namun pekerjaan-pekerjaan yang sedang dilakukan di antara kelompok orang yang telah terjangkau Injil juga penting. Gereja- gereja yang telah berdiri di wilayah-wilayah kelompok orang yang telah terjangkau perlu diperlengkapi, dilatih, dan dimotivasi bukan hanya untuk menginjili bangsanya tetapi untuk menjadi markas pengiriman misionaris untuk menggapai mereka yang belum terjangkau!
Diperlukan dukungan bagi para pekerja misi dan bantuan keuangan untuk pelayanan. Perlengkapan ini benar-benar perlu untuk memperkuat gereja-gereja yang baru. Inilah gelombang baru dari para misionari Dunia Ketiga. Contohnya, ketika berada di pelabuhan Arica Cile, satu tim pelayanan dari kapal Logos II telah diutus ke LaPaz, Bolivia, untuk mengadakan konferensi yang berutujuan untuk memotivasi dan menantang gereja-gereja agar terlibat dalam misi. Setiap malam yang hadir berjumlah sekitar 350 - 1500 orang dimana rata-tara 100 orang diantaranya menunjukkan keinginan mereka untuk terlibat dalam misi. Banyak orang Amerika Latin diutus sebagai misionari baru ke batas- batas wilayah itu, khususnya ke wilayah orang-orang Muslim di Afrika Utara dan Timur Tengah.
Ternyata memindahkan semua misionari ke kelompok orang yang belum dijangkau sebagai sasaran, bukanlah jawabnya. Untuk mengetahui, menantang, dan menggerakkan tim kelas dunia yang berani, yang berpikiran seperti Paulus adalah jawaban untuk penginjilan terhadap 12.000 suku bangsa yang belum dijangkau di dunia ini. Namun berita baiknya: tugas itu bisa dikerjakan!
Sumber:Judul Buku | : | Melayani sebagai Pengutus (Serving as Senders) -- Kiat Jitu Mendukung Misionari Profesional |
Penulis | : | Neal Pirolo |
Penerbit | : | OM Indonesia |
Halaman | : | 167 - 169 |
Sudah berapa kalikah Anda merayakan Paskah, hari Kebangkitan Tuhan? Mungkin ada yang akan menjawab sudah sejak kecil, sejak saya mulai bisa mengingat. Ada juga yang akan menjawab sudah sejak saya menjadi Kristen atau mungkin baru sekali ini. Tujuan saya menanyakan hal tersebut agar kita mengintrospeksi diri, setelah sekian kali merayakan Paskah, sampai di manakah kebangkitan Tuhan itu mempengaruhi hidup kita. Bagaimanakah pengaruh kebangkitan Tuhan terhadap konsep, perspektif, dan tujuan hidup kita sebagai orang- orang percaya? Apakah kita telah merefleksikan iman kita kepada Tuhan yang bangkit itu dalam kehidupan dan dunia nyata sehari-hari?
Melalui kesempatan ini, penulis ingin mengajak kita semua untuk belajar dari Rasul Paulus tentang bagaimana sebenarnya atau seharusnya hidup seorang percaya dan mengenal Tuhan yang bangkit itu. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus pasal ke lima belas, Rasul Paulus menguraikan bagaimana seharusnya konsep, perspektif dan tujuan hidup orang yang percaya dan mengenal Tuhan yang bangkit itu.
Jemaat Korintus ketika itu menghadapi pengajaran sesat yang mengatakan bahwa kebangkitan orang percaya sudah terjadi, yaitu dengan kebangkitan secara rohani sehingga tidak perlu lagi mengharapkan kebangkitan secara fisik (1Korintus 15:12). Seperti pengajaran kaum liberal sekarang ini yang mengatakan bahwa kebangkitan Kristus adalah fakta iman dan bukannya fakta sejarah. Kita juga tahu bahwa dalam sejarah kekristenan telah muncul banyak teori yang menyangkal fakta kebangkitan Tuhan. Misalkan Teori Pencurian, suatu teori terkuno yang mengatakan bahwa mayat Yesus hilang dicuri oleh murid-murid-Nya. Teori Keliru, dikatakan bahwa para murid wanita keliru mengunjungi kuburan Yesus, yang dikunjungi adalah kubur yang belum pernah digunakan atau kubur yang masih baru maka tentu saja mayat Yesus tidak ditemukan di sana. Teori Pingsan, dikatakan bahwa sebenarnya ketika dikuburkan Yesus belum mati sungguhan, Ia hanya pingsan, oleh karena itu Ia bisa keluar dari kubur. Juga ada Teori Halusinasi, mereka mengatakan bahwa Yesus yang dilihat oleh murid-murid setelah kebangkitan-Nya hanyalah halusinasi karena mereka begitu terobsesi dengan ketidakrelaan Tuhan mereka yang telah mati. Tidak ketinggalan teori yang mengatakan bahwa ketika Tuhan Yesus di atas kayu salib, Allah dengan caranya yang ajaib menukar Tuhan Yesus dengan Yudas Iskariot, sehingga yang mati itu bukannya Tuhan Yesus melainkan Yudas Iskariot. Sebenarnya jika kita mau berpikir jernih dan dewasa, semua teori tersebut terlalu naif dan dibuat-buat saja yang dapat membuat kita tertawa geli. Dalam buku Josh McDowell yang telah menjadi klasik, `Evidence That Demands A Verdict` serta buku Lee Strobel yang lebih modern dan ditulis dengan gaya jurnalis yang mengadakan investigasi `The Case For Christ`, keduanya mengajukan banyak argumen, baik berdasarkan catatan Alkitab, khususnya keempat Injil dan Kitab Para Rasul, bukti-bukti sejarah maupun secara ilmiah serta pernyataan-pernyataan tokoh-tokoh Theologia dan Kitab Suci mengenai kebenaran dan kenyataan kebangkitan Tuhan.
Kita tidak akan membahas ulang semua argumentasi tersebut, yang mungkin oleh kebanyakan kita telah diketahui karena mungkin pernah juga menjadi artikel-artikel Paskah dalam Buletin ini di waktu- waktu yang lalu. Yang hendak kita pelajari adalah argumen yang diajukan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat Korintus tersebut yang tentunya akan lebih memantapkan iman kita. Dalam 1Korintus 15, paling sedikit Rasul Paulus mengajukan tiga indikasi yang menunjukkan bagaimana seharusnya hidup orang percaya yang telah mengenal Tuhan yang bangkit itu.
Mempunyai Keyakinan Teguh akan Kebangkitan Tuhan
Di tengah dunia dimana banyak teori yang menyangkal fakta kebangkitan Tuhan seharusnya kita mempunyai keyakinan teguh akan kebangkitan Tuhan. Kita jangan mudah terombang-ambing oleh berbagai teori yang tidak benar itu. Rasul Paulus mempunyai keyakinan teguh akan kebangkitan Tuhan karena:
Kebangkitan Tuhan adalah penggenapan nubuatan Kitab Suci (1 Korintus 15:1-4).
Kebangkitan Tuhan adalah bukti kebenaran Allah dan Firman-Nya. Kebangkitan Tuhan bukanlah sesuatu yang terjadi secara mendadak atau kebetulan, melainkan suatu peristiwa yang telah direncanakan Allah sejak kekekalan dan menjadi titik balik dari sejarah umat manusia yang seharusnya binasa selama-lamanya namun oleh kebangkitan Tuhan memberi harapan yang kekal. Kebangkitan Tuhan adalah pernyataan dan bukti kebenaran Firman Allah serta kesetiaan dan kuasa Allah. Bagi Rasul Paulus, maut dan kematian adalah kenyataan dan kebangkitan Tuhan juga kenyataan karena dikukuhkan oleh Allah sendiri dan Firman-Nya. Allah adalah Pribadi dan Firman-Nya adalah kebenaran; yang patut dan harus dipercaya. Kebangkitan Tuhan adalah refleksi perbuatan Allah yang Mahakuasa dan yang tidak dapat dihalangi oleh kuasa apa pun juga. Itulah yang membuat Rasul Paulus mempunyai keyakinan yang teguh. Keyakinan yang didasarkan bukan pada teori atau kemampuan manusia, melainkan pada kedaulatan Allah dalam menggenapi Firman-Nya.
Kebangkitan Tuhan disaksikan banyak orang (1 Korintus 15:5-6).
Rasul Paulus mempunyai keyakinan teguh akan kebangkitan Tuhan dan juga berdasarkan kesaksian banyak orang. Hal ini dengan sendirinya menggugurkan Teori Halusinasi. Jika Tuhan yang bangkit dilihat oleh lebih dari 500 orang maka mustahil peristiwa tersebut adalah halusinasi. Jika mau dihitung maka setelah kebangkitan-Nya di hari Minggu pertama maka secara keseluruhan Tuhan telah menampakkan diri sebanyak 15 kali. Yang dicatat oleh Rasul Paulus hanya sebagian kecil saja. Dengan demikian tidak mengherankan jika inti pemberitaan Injil oleh para rasul dan khususnya Paulus adalah Tuhan yang bangkit. Karena kebangkitan Tuhan bukan isapan jempol, melainkan fakta sejarah dengan banyak saksi. John Warwick Montgomery, seorang sejarahwan Kristen mengatakan: `Ketika para murid memberitakan kebangkitan Tuhan, mereka melakukannya karena mereka adalah saksi mata kebangkitan Tuhan dan dilakukan ketika masih banyak di antara mereka yang berhubungan dengan peristiwa tersebut masih hidup. Dengan demikian orang-orang yang tidak percaya akan mudah saja mengatakan bahwa mereka salah jika memang Yesus tidak bangkit dengan menunjukkan tubuh Kristus." Namun itu tidak terjadi. Keyakinan Rasul Paulus akan kebangkitan Tuhan didasarkan pada banyak saksi mata yang berani mati untuk kesaksiannya.
Mengalami perjumpaan langsung dengan Tuhan yang bangkit (1 Korintus 15:8-11).
Rasul Paulus mempunyai keyakinan teguh akan kebangkitan Tuhan bukan saja karena kebangkitan Tuhan adalah penggenapan Firman Allah atau kesaksian dari banyak pengikut Tuhan tetapi terutama sekali karena ia sendiri mengalami perjumpaan langsung dengan Tuhan yang bangkit itu. Ia yakin akan Tuhan yang bangkit bukan hanya dari kesaksian murid-murid Tuhan, namun ia sendiri telah mengalami bagaimana hidupnya dijamah dan dibentuk Tuhan. Ia diampuni, diselamatkan, diubah, dan dipakai Tuhan secara luar biasa. Pertobatan dan perubahan hidup drastis Rasul Paulus sebenarnya merupakan bukti kebangkitan Tuhan. Ia yang dahulunya adalah musuh dan penantang Tuhan, berubah menjadi utusan dan pemberita Kabar Baik Kristus. Ia yang dahulunya selalu membanggakan latar belakang keyahudiannya, berubah menjadi hamba yang hanya membanggakan salib Kristus. Ia yang dahulunya menganggap bahwa semua kegiatan agama merupakan keuntungan baginya, berubah dengan mengatakan bahwa semuanya itu adalah sampah dibanding dengan pengenalannya akan Kristus. Ia yang dahulunya bersandarkan kepada perbuatan baik, amal, dan kesalehan untuk mendapatkan keselamatan, sekarang percaya bahwa keselamatan itu hanyalah karena kasih-karunia Allah yang diperoleh melalui iman. Semua usaha manusia untuk mendapatkan keselamatan adalah sia-sia, keselamatan adalah pemberian Allah semata-mata. Rasul Paulus secara pribadi mengalami dan mengenal Tuhan yang bangkit. Bagaimana dengan Anda dan saya? Sudahkah secara pribadi kita berjumpa dengan Tuhan yang bangkit itu. Sudahkah hidup kita diubah oleh Tuhan yang bangkit itu? Keyakinan Rasul Paulus akan kebangkitan Tuhan didasarkan pada perjumpaannya yang langsung dengan Tuhan yang bangkit.
Mempunyai Ketabahan dan Harapan Menghadapi Kematian
Bagi Rasul Paulus, kebangkitan Tuhan adalah kenyataan yang pasti serta tidak dapat disangkal oleh apa pun dan siapa pun juga. Demikian pula dengan maut serta kematian juga merupakan kenyataan yang harus dihadapi dengan penuh ketabahan dan harapan oleh orang percaya. Ketabahan dan harapan itu hanya diperoleh di dalam Tuhan yang telah bangkit itu. Sebelum kebangkitan Tuhan seluruh umat manusia berjalan menuju kebinasaan yang kekal. Namun, dengan kebangkitan Tuhan, kuasa maut dalam hidup umat manusia telah dikalahkan. Sekalipun upah dosa adalah maut dan kematian, namun bagi mereka yang percaya maut dan kematian bukan lagi sesuatu yang menakutkan dan mengerikan. Kebangkitan Tuhan telah mengalahkan kuasa maut. Maut tidak dapat berkuasa atas-Nya sehingga yang percaya kepada-Nya dapat berkata dengan gagah berani seperti Rasul Paulus: "Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" (1 Korintus 15:55). Kebangkitan orang-orang percaya pada saat kedatangan Tuhan yang kedua kalinya adalah harapan kita. Karena Kristus sendiri telah bangkit dan menjadi buah sulung kebangkitan pengikut-perngikut-Nya. Kebangkitan itu adalah pasti, tidak perlu diragukan. Kita menantikan dengan penuh kerinduan dan harapan bahwa pada suatu saat kelak tatkala sangkakala surgawi bergema kita akan memiliki tubuh kebangkitan seperti tubuh Tuhan yang tidak dapat binasa, penuh kemuliaan, penuh kekuatan, yang rohani, dan yang dari surga (1 Korintus 15:42-44). Adakah kita mempunyai perspektif tersebut? Kita akan dapat memiliki perspektif tersebut apabila kita percaya dan menerima Tuhan yang bangkit itu sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Sudahkah kita percaya dan menerima Dia? Karena "Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. Tetapi yang benar ialah, bahwa "Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal" (1 Korintus 15:19-20).
Mempunyai Kegairahan dan Dinamika dalam Pelayanan
Rasul Paulus berkata: "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan- Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku" (1 Korintus 15:10). Oleh karena Rasul Paulus telah mengalami perjumpaan langsung dengan Tuhan yang bangkit dan hidupnya diubah maka yang menjadi tujuan hidup selanjutnya adalah melayani Tuhan dengan penuh gairah dan dinamika, itupun adalah karena kasih-karunia Tuhan. Ia bersaksi: "Dan kami juga -- mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke dalam bahaya? Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar. Kalau hanya berdasarkan pertimbangan- pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati" (15:30-32). Sebagai orang yang telah diubah hidup kita oleh Tuhan dari kebinasaan selama-lamanya menjadi hidup kekal bagaimanakah sikap kita terhadap pelayanan? Adakah kita mempunyai kegairahan dan dinamika seperti Rasul Paulus? Atau sebaliknya, kita acuh dan bermalas-malasan? Keterlibatan kita secara aktif dalam pelayanan sangat penting dalam hidup kita sebagai orang percaya. Kita melayani Tuhan dengan penuh gairah dan dinamika bukan agar kita dikenal manusia, melainkan karena kita tahu bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia (1 Korintus 15:58). Karena hanya apa yang kita kerjakan dalam Tuhan serta bertujuan untuk memuliakan Tuhan akan bernilai kekal dan akan mengkuti kita sampai ke sorga kelak. Adakah ketiga indikasi tersebut dalam hidup kita sebagai orang percaya yang telah mengenal Tuhan yang bangkit?
Bahan ditulis dan dikirim oleh:
Pdt. Bob Jokiman, Gembala Sidang GKI Monrovia, California
Salah satu tugas gereja dan setiap orang percaya adalah pekerjaan misi. Namun apa pekerjaan itu? Misi adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk mengabarkan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus sebagai pengorbanan untuk dosa manusia serta jaminan hidup yang kekal dalam nama-Nya. Yesus adalah satu-satunya pengharapan yang dapat mengangkat orang-orang dari kematian untuk hidup yang sebenarnya. Jadi pekerjaan misi adalah Pengabaran Injil. Memang ada banyak perbuatan baik yang dilaksanakan oleh gereja-gereja dan individu-individu. Namun hanya kegiatan yang bertujuan untuk mengabarkan Injil dan menjadikan manusia sebagai murid-murid Yesuslah yang dapat sebenarnya dikatakan sebagai usaha "misi".
Pekerjaan misi adalah tugas paling penting bagi umat Kristus. Sesudah bangkit dari antara orang mati, Yesus menampakkan diri berulang-ulang kepada murid-murid-Nya. Setidaknya dalam lima kali pertemuan, Yesus menyuruh murid-murid-Nya untuk memberitakan Injil kepada semua suku bangsa (Matius 28:18-20; Markus 16:14-16; Lukas 24:46-49; Yohanes 20:21-23). Maka Amanat Agung disampaikan kepada murid-murid Yesus setidak-tidaknya lima kali sesudah kebangkitan- Nya.
Dalam Markus 16:15 dikatakan, "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk." Murid-murid Yesus yang mula-mula menganggap serius tugas tersebut. Jadi, sejak permulaan abad yang pertama, Injil dengan cepat dan secara terus-menerus tersebar. Gambaran akan kemajuan Injil dapat dilihat hasilnya pada masa kini, yaitu sudah 1/3 jumlah warga dunia yang menjadi percaya kepada nama Yesus. Belum semua makhluk telah mendengarkan Injil, namun banyak individu yang sudah sempat mendengarkan dan meresponi Injil.
Bagaimanapun juga, Amanat Agung lebih luas daripada hanya sekadar pengabaran Injil kepada individu-individu saja secara kebetulan. Dalam Matius 28, Yesus menekankan pentingnya untuk menjangkau suku- suku bangsa dengan Injil. Pemberian Amanat Agung yang terkenal adalah Matius 28:18-20. Teks tersebut berbunyi, "Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Sebagaimana terjemahannya, tampaknya ada banyak perintah yang terkandung dalam Amanat Agung. Namun sebenarnya hanya ada satu perintah saja, yaitu "Jadikanlah semua bangsa murid-Ku!" Frasa, semua bangsa (Yunani: panta ta ethne) berarti "semua suku bangsa" dari sebuah bangsa atau negara secara menyeluruh. Oleh sebab itu, Yesus memerintahkan agar Injil akan diutamakan dalam pemberitaannya sehubungan dengan pemuridan pada setiap suku bangsa.
Yang jelas ialah bahwa fokus perhatian PI seharusnya terfokus pada menjadikan suku-suku bangsa manapun sebagai murid-murid Yesus. Kalau demikian, bagaimana hasilnya sampai sekarang? Menurut salah satu lembaga misi yang paling dipercayai, sekitar 2/3 warga dunia yang belum percaya kepada Yesus, kira-kira setengah tinggal dalam suku- suku yang dianggap terjangkau dan setengah tinggal di dalam suku- suku yang dianggap terabaikan. Di dunia ada ribuan suku bangsa. Pada masa kini, ada 4992 suku di dunia yang dianggap terabaikan (walaupun perkiraan dari lembaga-lembaga misionaris bervariasi tergantung definisi yang dipakai untuk suku-suku terabaikan). Di antaran suku- suku terabaikan tersebut, ada 1317 yang sudah dilayani, walaupun sukses penginjilan belum maksimal. Itu berarti bahwa masih 3675 suku terabaikan yang belum dilayani oleh misionaris.
Suku terabaikan adalah suku di mana jumlah orang percaya atau jemaat-jemaat belum mampu untuk menjangkau sukunya sendiri. Walaupun tidak ada kesatuan antara lembaga-lembaga misionaris mengenai persentase dari jumlah penduduk dari sebuah suku yang harus dianggap "Kristen" agar tidak lagi dianggap terabaikan, biasanya "Suku terabaikan adalah suku dimana kurang dari 1-2% jumlah warganya dianggap Kristen. Di Indonesia sendiri ada 127 suku terabaikan. Suku-suku tersebut dianggap terabaikan apabila suku tersebut melebihi populasi 10.000 jiwa dengan kurang dari 1% jumlah warganya yang mengenal Kristus. Suku-suku terabaikan di Indonesia terletak dalam 23 rumpun yang tersebar di hampir seluruh Indonesia.
Mengapa suku-suku tersebut masih "terabaikan"? Sebagian orang Kristen sering berpikir bahwa kebanyakan suku tersebut masih terabaikan disebabkan oleh tidak terbukanya mereka untuk mendengarkan Injil bahkan sudah menolak Injil. Bagaimanapun juga, realitanya sering tidak demikian. Mereka masih terabaikan oleh karena faktor-faktor yang menghalangi kemajuan Injil dalam suku tersebut. Ada banyak suku yang terabaikan oleh sebab Injil belum diperbolehkan masuk ke dalam suku tersebut. Orang-orang yang percaya kepada Kristus sudah tahu bahwa Injil itu baik dan indah sebagai kunci untuk kemerdekaan dan keselamatan. Namun sering Injil dihalangi oleh faktor-faktor sosial ataupun politik sehingga belum boleh terdengar oleh orang-orang dalam suku-suku "terabaikan". Ternyata ada banyak orang yang akan rela menjadi percaya kepada Kristus andaikata mereka memiliki kesempatan untuk mendengarkan Injil melalui sarana yang sesuai konteksnya. Faktor-faktor yang lain termasuk faktor dari jemaat-jemaat sendiri. Sering perhatian orang- orang Kristen tersita oleh sikap duniawi atau tekanan hidup sehingga mereka mengabaikan tugas misi yang begitu penting.
Amanat Agung Tuhan Yesus mendesak setiap orang percaya untuk mengambil bagian aktif dalam menjadikan murid-murid Yesus pada setiap suku bangsa. Semoga gereja-gereja menganggap serius Amanat tersebut dengan setia mengabarkan Injil. Namun amanat ini tidaklah harus selalu tergantung keterlibatan gereja setempatnya. Setiap orang Kristen disuruh untuk menjadi terlibat. Namun Amanat Agung tidak dikatakan secara langsung kepada gereja-gereja. Bahkan Amanat Agung disampaikan kepada setiap orang Kristen secara individu, karena pada waktu itu, menurut Matius 28:18-20, belum ada jemaat- jemaat. Jemaat baru muncul pada hari Pentakosta dengan kedatangan Roh Kudus. Demikian setiap orang percaya harus melaksanakan Amanat Agung, dan setiap kumpulan orang percaya, yaitu jemaat, juga harus bekerja sama untuk melaksanakan Amanat Agung.
Mengapa Yesus belum menampakkan diri pada kedatangan Yesus yang kedua kalinya? Jawabannya ialah bahwa Yesus masih menangguhkan penghukuman terhadap segala kefasikan di dunia agar makin banyak orang bertobat dari dosa-dosanya dan berbalik kepada Allah dengan menjadi percaya kepada Yesus (2Petrus 3:9). Yesus mengatakan bahwa, "Injil kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya (Matius 24:14)." Jadi, pemberitaan Injil ke semua bangsa adalah persyaratan untuk kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya.
Akhirnya akan ada wakil-wakil dari setiap suku bangsa di sekeliling takhta Allah di sorga. Wahyu 7:9 berbunyi, "Kemudian pada itu aku melihat sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka."
Akhir-akhir ini Tuhan sedang menarik orang-orang kepada Yesus secara luar biasa. Suku-suku yang dulu sangat tertutup, bahkan melawan Injil, sekarang ada keterbukaan untuk mendengarkan Injil. Benih- benih Injil yang ditabur pada jaman yang lalu sedang menjadi matang. Apalagi, Allah sendiri sedang menarik orang-orang kepada Yesus secara langsung. Tsunami yang telah menyebabkan banyak penderitaan dan tangisan di Indonesia juga menyentuh banyak bangsa yang lainnya di Asia Tenggara, sampai ke tanah Afrika. Perjalanan tsunami itu menjangkau di mana ada banyak suku terabaikan dengan pelbagai latar belakang Agama. Yang jelas ialah bahwa Allah sedang menginsafkan bangsa-bangsa akan kebenaran, agar mereka berpaling kepada Yesus untuk diselamatkan (Yesaya 45:22).
Apalagi, ada ribuan orang di seluruh dunia yang sedang bermimpi dan mendapat penglihatan-penglihatan mengenai Yesus (Isa Almasih). Dalam pengalaman tersebut, Yesus seringkali berjubah putih dan berkilau. Yesus itu menyuruh orang-orang tersebut untuk mencari kebenaran lanjut mengenai siapakah Dia. Lalu banyak orang tersebut menjadi percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Maka kita pada masa kini juga ada kesempatan untuk bekerja-sama dengan Yesus untuk menjadikan semua suku bangsa murid-Nya.
Kalau demikian, apa yang harus kita perbuat?YANG PERTAMA, mari kita belajar mengenal suku-suku yang masih terabaikan. Ada banyak informasi di internet dan di lembaga-lembaga Kristen yang dapat memperlengkapi pengertian kita mengenai suku-suku yang terabaikan. Hampir semua lembaga misionaris bisa menyediakan banyak data yang menolong. Pengabdian dalam pekerjaan misi dimulai dengan pengetahuan yang benar.
YANG KEDUA, mari kita bertekad untuk mendoakan suku-suku terabaikan. Sebaiknya setiap kita memilih salah satu suku tersebut sebagai pokok doa hari demi hari sehingga demikian saudara akan menjadi seorang wakil di hadapan Allah untuk suku tersebut. Berdoalah agar Tuhan akan menginsafkan warganya terhadap kebenaran dan anugerah Allah melalui Tuhan Yesus. Berdoalah agar Tuhan akan mengutus pekerja- pekerja untuk menjangkau suku tersebut. Dengan mengenal kebutuhan dari suku-suku terabaikan lebih dalam, maka kita lebih tahu akan bagaimana mendoakannya secara spesifik.
YANG KETIGA, mari kita meningkatkan sumbangan bagi pekerjaan misionaris. Uang yang dipersembahkan untuk memperluas kerajaan Allah adalah uang yang menambah bunga sampai selama-lamanya. Memang banyak uang dari umat Kristen yang dibuang untuk kegiatan dan perlengkapan pribadi yang tidak begitu berarti. Jadi, setiap orang Kristen seharusnya menyelidiki bagaimana uangnya digunakan agar menetapkan prioritas finansial yang seharusnya. Dengan demikian uang yang diberikan untuk usaha misionaris pasti meningkat, sebab pekerjaan misi adalah pekerjaan utama bagi Allah (Yohanes 3:16).
YANG KEEMPAT, pergilah! Seandainya ada kesempatan untuk melibatkan diri secara langsung dalam mengabarkan Injil, lakukanlah. Allah paling berkenan ketika umat-Nya melibatkan diri dalam menyebarkan Injil, baik secara lokal maupun sampai ke ujung bumi. Ada pertimbangan yang akan menonjolkan keutamaan pekerjaan misionaris bagi kita, yaitu "Allah mempunyai satu-satunya Anak, dan Allah mengutus Anak-Nya sebagai seorang misionaris." Itulah yang mendesak setiap orang Kristen untuk menjadi terlibat dan untuk mendorong anak-anak kita untuk juga menjadi terlibat secara langsung dengan menjadikan semua suku bangsa sebagai murid-murid Yesus.
Bahan diedit dari sumber:
Judul Majalah | : | Crescendo 321/2005 |
Judul Artikel | : | Suku-suku Terabai, Siapa yang Akan Peduli? |
Penulis | : | Michael Shipman, D.Min. |
Penerbit | : | Yayasan Gema Kasih, Semarang |
Halaman | : | 40 - 43 |
Di dalam beberapa terjemahan Alkitab, kitab Kisah Para Rasul diakhiri dengan tiga buah kata di bagian penutupnya, yaitu: "Tanpa Rintangan Apa pun." (Dalam terjemahan Alkitab bahasa Indonesia,
Sesungguhnya, Kisah Para Rasul ini adalah kisah tentang orang-orang muda, pria dan wanita pengikut Yesus, saksi-saksi mata tentang masa hidup-Nya, pelayanan-Nya, dan penderitaan-Nya, yaitu orang-orang yang telah dipanggil dan diutus secara khusus untuk memberitakan Injil (Kabar Baik).
Dengan penuh semangat mereka pergi meninggalkan harta bendanya dan mulai berkhotbah serta bersaksi di mana-mana -- dalam Bait Allah, di jalan-jalan, di rumah-rumah, bahkan terkadang di dalam penjara dan sekali-kali di bawah lemparan batu yang menghujani tubuh mereka yang sedang menemui ajalnya. Beberapa di antaranya bahkan harus menghadapi singa-singa liar, ayunan pedang, dan penganiayaan. Mereka terpaksa lari bersembunyi di gua-gua, lubang-lubang, hutan dan ghetto-ghetto (perkampungan umat).
Mereka memasuki berbagai macam budaya yang tidak pernah mereka survai sebelumnya. Mereka berhadapan dengan keyakinan-keyakinan agama yang lain tanpa rasa takut. Itu bukan karena mereka kurang mengenal budaya-budaya tersebut, justru mereka tahu benar mengenai budaya-budaya tersebut yang tidak berhasil mengubah karakter orang- orang dan tidak menghasilkan dampak moral dalam kehidupan orang- orang yang melakukannya. Dan yang terutama, budaya-budaya itu tidak pernah menyadarkan orang-orang bahwa dosa-dosa mereka telah diampuni. Apalagi sampai mereka mengetahui tentang karunia hidup kekal melalui Yesus Kristus yang dijanjikan Allah kepada semua orang yang percaya kepada-Nya.
Semua ini justru mengobarkan semangat orang-orang yang telah dipanggil untuk memberitakan Injil. Kasih mereka untuk misi yang dipercayakan pada mereka dan kasihnya kepada Dia yang mengutus mereka, semakin bertambah. Dan mereka tak pernah mengeluh mengenai kesulitan yang dialami, bahkan ketika mengalami perlawanan yang sengit.
Kita bisa belajar dari Paulus yang telah membaktikan dirinya lebih dari para rasul lainnya. Dia mempunyai catatan perjalanan paling panjang, mengalami paling banyak penderitaan, dan paling banyak berkhotbah serta menulis berbagai pengalaman yang mendebarkan termasuk derita dan mujizat yang dialaminya. Pada akhirnya ia menyimpulkan semua itu sebagai berikut: "Bahkan kami merasa seolah- olah kami telah dijatuhi hukuman mati" (
Menjelang akhir perjalanan hidupnya yang begitu panjang dan produktif, Paulus dikenakan tahanan rumah di sebuah negeri yang asing, jauh dari persekutuan orang-orang percaya dan bahkan setiap saat menghadapi kemungkinan untuk dijebloskan ke dalam penjara. Namun pada saat-saat itu ia masih juga meminta salah seorang dari sedikit teman setianya yang tersisa untuk datang menjenguk dan membawakan Alkitab serta jubahnya ("Bawa juga jubah yang kutinggalkan ... dan juga kitab-kitabku terutama perkamen -- yang terbuat dari kulit -- itu."
Itulah hakikat dari misi pelayanan organisasi "Open Doors". Tahukah Anda bahwa sejarah "Open Doors" boleh dikatakan sudah dimulai dari jaman rasul-rasul itu? Dan kini mengenai orang-orang ini tertulis bahwa "Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus." (
Sungguh suatu pelajaran berharga bagi kita hari ini. Makin meluasnya pekabaran Injil sama sekali tidak berkaitan dengan tingkat perlawanan yang dihadapi atau harga yang harus dibayar oleh orang- orang yang memberitakannya. Jelas itu merupakan dua hal yang berbeda.
Saya menekankan hal ini karena di masa-masa ini gereja semakin teraniaya, para penginjil makin sering terintimidasi, dan harga dari penginjilan seringkali menjadi sangat mahal. Terus terang saya melihat bahwa di masa mendatang hidup dari para rasul, murid-murid, misionaris, dan penginjil akan semakin terancam dan mendapat tekanan dibandingkan hari-hari kemarin. Namun demikian kita harus mengerti bahwa bagaimana pun juga, Injil atau Kabar baik itu akan tetap disebarluaskan, gereja-gereja akan terus bertumbuh dan Kerajaan Allah akan datang.
Selalu ada harga mahal yang harus dibayar dalam setiap penyebaran Injil. Dalam masa-masa mendatang harga tersebut bahkan lebih meningkat lagi dibandingkan hari-hari sebelumnya. Aniaya memang tak dapat dihindarkan dan di masa-masa sekarang ini keadaan akan bertambah sulit. Diperkirakan bahwa di abad ke-20 yang lalu lebih banyak orang percaya yang telah kehilangan nyawanya karena percaya kepada Yesus Kristus dibandingkan dengan 19 abad sebelumnya. Namun demikian, Injil tetap diberitakan 'tanpa rintangan'. Karena Firman Tuhan memang tidak dapat dirintangi.
Dapatkah Injil diberitakan tanpa rintangan apapun? Dalam masa-masa krisis ini sekalipun? Pasti, asalkan Tuhan benar-benar dapat mengubahkan kehidupan Anda dan saya sehingga menjadi manusia yang sesuai dengan kehendak-Nya. Orang-orang akan pergi memberitakan Injil dengan penuh sukacita dan dengan demikian "menggenapkan dalam tubuhku, apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat." (
Sumber: Buletin Doa "Pintu-pintu Terbuka", Edisi Juni-Juli 2003
Apabila Saudara mengajar anak-anak, maka suatu pintu kesempatan yang indah sekali terbuka di hadapan Saudara. Sudah terlalu lama gereja gagal dalam melihat adanya kemungkinan besar untuk mencapai anak-anak bagi Kristus dan untuk mendidik mereka pada jalan yang benar sejak kecilnya. Orang-orang Kristen yang tulus kepercayaanya pun telah menganggap anak-anak "tak cakap" untuk mengerti Alkitab dan tidak mampu menanggapi Firman Allah. Cara-cara mengajar yang kurang baik dan ketidaksabaran orang dewasa telah meniadakan suatu kesempatan yang besar untuk memberitakan Injil kepada mereka.
Aliran gereja-gereja Injili telah bertahun-tahun memperdebatkan kemampuan seorang anak untuk mengerti dan menerima keselamatan. Berikut ini ada beberapa pertanyaan yang seringkali diajukan:
1. Bilakah anak-anak harus mulai belajar tentang perlunya keselamatan pribadi?
Belum lama berselang telah terbit minat yang baru untuk mengajar Firman Allah kepada anak yang belum bersekolah. Bagi mereka yang menganggap Alkitab adalah "kitab orang dewasa", maka usaha ini boleh jadi kelihatan sebagai pemborosan waktu dan tenaga. Sekalipun demikian, pengalaman sedang menunjukkan bahwa anak-anak pada usia yang muda sudah memiliki kemampuan untuk memperoleh pengertian yang sederhana, namun tepat tentang Allah dan kasih-Nya akan orang-orang berdosa. Para pendidik Kristen menyarankan agar pengajar-pengajar yang amat cakap dan pandai dipilih untuk tingkat usia yang lebih muda guna mengembangkan potensi tersebut.
Para ahli ilmu jiwa menyarankan bahwa kemampuan terbesar untuk menerima informasi dan menyimpan pengetahuan adalah pada awal masa kanak-kanak. Pada masa itu pikiran anak masih terbuka kepada bermacam-macam pengaruh. Alangkah baiknya bila menggunakan kesempatan ini untuk mengajar anak itu tentang Allah! Pada usia yang lebih lanjut, prasangka akan menyaring segala informasi yang diterimanya sehingga sukar bagi beberapa anak menerima Injil kasih. Sedangkan pengajaran yang lebih formil biasanya tidak dimulai sebelum anak-anak mencapai usia kira-kira dua tahun, namun, banyak pengajar Kelas Bayi telah berhasil memberikan dasar-dasar kebenaran rohani kepada anak-anak yang belum berusia dua tahun melalui kegiatan-kegiatan bermain.
2. Kapankah seorang anak harus diminta mengambil keputusan untuk menerima Kristus?
Tiap-tiap anak mempunyai kepesatan perkembangan yang berbeda -- jasmaniah, mental, dan rohaniah. Adalah sulit dan tidak bijaksana untuk mencari suatu patokan kronologis (berdasarkan waktu) yang harus cocok bagi setiap anak. Ada anak-anak yang sekitar usia lima tahun sanggup membuat penyerahan yang berarti dan tepat kepada Kristus. Anak-anak lain memerlukan lebih banyak waktu berkembang dan menjadi dewasa. Latar belakang juga memainkan peranan penting dalam hal ini. Anak-anak yang dibesarkan dalam rumah tangga Kristen seringkali lebih sanggup untuk mengerti rencana keselamatan, oleh sebab, dalam rumah tangga mereka diadakan ibadah keluarga dan pelajaran Alkitab secara teratur.
Akan tetapi, jalan Roh Kudus bukanlah jalan manusia. Banyak orang bersaksi tentang pengalaman-pengalaman pertobatan sejati pada usia yang muda, bahkan tanpa mendapat pengajaran yang saksama. Walaupun mungkin peristiwa-peristiwa ini adalah perkecualian, namun kita harus menerima kedaulatan Roh Kudus untuk bekerja sebagaimana yang dikehendaki-Nya.
3. Mengapa anak-anak seringkali maju ke depan bila undangan untuk menerima keselamatan diberikan?
Mereka yang bekerja di kalangan anak-anak berulang kali menghadapi soal ini, anak-anak selalu tertarik oleh undangan untuk menerima Yesus, padahal mereka sudah pernah menerima Dia. Marjorie Soderholm mengajukan beberapa sebab bagi kesalahmengertian ini:
Jadi tindakan anak maju menerima Kristus berulang kali adalah akibat cara-cara pendekatan yang kurang bijaksana dan sembarangan terhadap hal mengajar. Mungkin orang dewasa, dan bukan anak-anak yang harus disalahkan atas tindakan sedemikian itu.
Memenangkan seorang anak berarti menyelamatkan hidup yang masih utuh. Hal itu berarti menggunakan kesempatan yang terbesar untuk membangun kerajaan Allah. Di mana-mana saja ada anak, di rumah-rumah yang bobrok, di kompleks perumahan pemerintah, di daerah perumahan kalangan atas, di pedusunan, di tempat bermain dan di mana saja orang berada. Banyak anak sedang menunggu adanya kasih, pengertian dan belas kasihan.
Bahan diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Penginjilan di Sekolah Minggu |
Penulis | : | Richard L. Dresselhaus |
Penerbit | : | Gandum Mas, Malang |
Halaman | : | 9 - 13 |
[Artikel ini dikutip dari e-BinaAnak edisi 095/2002. Isi lengkap dari edisi ini bisa diakses dalam Situs PEPAK (Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen) dan Situs SABDA.org di alamat:
==> http://www.sabda.org/pepak/e-binaanak/095/
==> http://pepak.sabda.org/02/oct/2002/anak_tantangan_dalam_hal_memenangkan_anak
==> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/095/
Jika Anda seorang guru Sekolah Minggu dan tertarik untuk berlangganan publikasi e-BinaAnak, silakan mengirim email ke:
==> <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> [subscribe] ]
Yesus Kristus, ketika ada di dunia juga terus memberi tantangan-tantangan pada mereka yang ingin mengikuti-Nya. Ketika Zakheus memanjat pohon supaya bisa melihat-Nya, Yesus pun tiba-tiba berkata padanya "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." (Luk. 19:5). Yesus juga menantang wanita yang Ia temui di sebuah sumur ketika Ia mengatakan "Berilah Aku minum" (Yoh. 4:7). Hari ini, Yesus juga sedang menantang para anak muda untuk mempunyai komitmen yang lebih dalam.
Tantangan yang kita hadapi sekarang adalah konsistensi kita dalam berjalan dengan Tuhan. Apalagi di tengah masyarakat yang menawarkan begitu banyak kegiatan lain dan godaan uang yang dapat menjauhkan Anda dari menjadi murid yang berbuah. John Stam, yang menjadi martir di Cina pada tahun 1930-an, mengatakan ketika ia belajar di Moody Bible Institute, saat-saat tersulit dalam hidupnya bukanlah ketika ia belajar atau sedang melakukan pelayanan, tetapi lebih pada waktu saat teduh dalam kehidupan sehari-harinya. Meski demikian, teman-teman sekolah dan sahabat-sahabatnya mengakui bahwa ia memang mampu menjalani hidupnya dengan cara seperti Kristus.
Orang Kristen yang bertumbuh akan diharapkan untuk dapat menjadi kesaksian hidup dengan membagikan iman mereka akan Yesus. Namun, lewat berbagai wawancara dengan anak-anak muda yang ingin memasuki ladang misi, saya sadar bahwa banyak dari mereka yang masih sering merasa hidupnya belum menghasilkan buah-buah roh lewat gaya hidupnya. Oleh sebab itu, untuk belajar bagaimana membagikan iman di dalam Kristus saya menganjurkan dua cara, yaitu (1) dengan mempelajari sebuah pemaparan Injil yang bermakna dan (2) dengan secara konsisten membagikan hubungan pada Yesus untuk orang lain.
Memang hanya Tuhanlah yang dapat menumbuhkan rasa percaya seseorang lewat pekerjaan Roh Kudus. Namun, Ia juga merasa bahwa akan sesuai pula untuk memakai orang Kristen sebagai saluran informasi dalam membagikan Injil ketika mereka masih di bumi. Jadi, mulailah bagikan iman Anda dan lihatlah bagaimana Tuhan akan memakaimu!
Anak muda adalah generasi yang mendapat pencerahan tentang situasi dunia lebih dari semua generasi yang pernah ada sebelumnya. Lebih dari 30 ribu anak muda tiap tahunnya memperoleh kesempatan untuk melayani di luar negeri lewat program misi jangka pendek. Anda dapat menguji kesiapan Anda dalam menjadi saksi bagi Kristus kepada bangsa lain dengan pergi ke luar negeri atau dengan menjangkau orang-orang dari budaya lain yang ada di dalam negeri.
Sebuah pandangan akan dunia yang tercerahkan dapat memungkinkan Anda untuk melakukan langkah berikutnya dalam misi -- pemuridan. Adalah penting bagi anak muda untuk tidak hanya membawa orang lain kepada Yesus, namun juga membimbing mereka dalam menjalin hubungan yang lebih intim dengan Tuhan. Saat Anda membimbing orang lain pada Kristus, mereka pun akan membawa orang lain kepada Kristus pula.
Dalam rangka bertumbuh sebagai orang Kristen dan menyiapkan diri menghadapi tantangan, amatlah penting bagi Anda untuk bergabung dengan anak muda yang lain dan kemudian membuat sebuah Pendalaman Alkitab (PA) mingguan. PA dan saat teduh harian akan mempersiapkan Anda untuk membagikan bagaimana pekerjaan Tuhan dalam hidup Anda.
Sebagai anak muda, Anda juga harus terlibat dalam gereja lokal yang menyuarakan manifestasi dan kerinduan akan penginjilan yang didampingi pengajaran Alkitab yang benar. Dengan melakukan ini, Anda akan tumbuh sebagai orang Kristen yang hidupnya diubahkan lewat sebuah persekutuan bersama orang lain yang telah bertumbuh dalam Tuhan. Di situ Anda harus menemukan seorang yang telah dewasa rohani agar pertumbuhan dan arah kekristenan Anda dapat dibimbing. Jika suatu hari kelak Anda pergi ke luar negeri untuk melayani sebagai misionaris atau menjadi pemimpin sebuah gereja lokal di dalam negeri, Anda akan tahu bahwa ada sebuah tempat kecil untuk seorang "petualang" dalam pelayanan Kristen.
Penting juga bagi anak muda untuk mengakrabi pemahaman dasar alkitabiah untuk dunia misi. Anda perlu memahami bahwa menjangkau bangsa lain bagi Kristus bukanlah keinginan manusia, melainkan keinginan Tuhan untuk menyelamatkan mereka yang terhilang. Fakta mengenai keinginan hati Tuhan ini telah berulang kali disebut dalam Alkitab, dari kitab Kejadian sampai Wahyu, bahwa perhatian Tuhan pada mereka yang masih terhilang sangatlah besar. Beban Tuhan pada dasarnya adalah juga tujuan dari gereja lokal kita. Gereja-gerejalah yang menjangkau masyarakat dengan Injil, mulai dari lingkungan tetangga mereka, kota, negara dan bangsa, sampai kepada seluruh bagian dunia.
Milikilah pengetahuan dan pengenalan akan tokoh-tokoh Alkitab seperti Musa, Daud, Gideon, Yohanes, serta Paulus. Belajarlah dari para pria dan wanita di masa sekarang yang telah dipakai Tuhan seperti Amy Carmichael, Jim Elliot, Hudson Taylor, Mary Slessor, William Borden, William Carey, William Cameron Townsend, dan tokoh lain yang telah berdampak besar dalam melayani Yesus di dunia. Membaca kisah hidup tokoh-tokoh tersebut akan menantang Anda dan menumbuhkan satu kepercayaan bahwa Tuhan pun akan dapat memakai hidup Anda untuk membuat satu perbedaan dalam sejarah dunia.
Tuhan sedang mencari para anak muda yang mau menyerahkan segenap hatinya pada Yesus, yang mau membayar harga untuk menjadi berbeda dengan dunia, dan yang mau pergi ke mana saja dan melakukan apa saja untuk membuat Injil Kristus nyata dan hidup. Organisasi-organisasi misi di Amerika Serikat secara intensif juga terus mencari anak-anak muda untuk mengisi berbagai posisi penting dalam pelayanan misi di luar negeri.
Tentu, Anda juga harus memiliki keyakinan pada fakta bahwa teladan hidup Anda dapat mengubah dunia. Jika Anda hidup dalam kemuliaan Tuhan, Anda akan dapat mengubah sejarah. Ketika William Cameron Townsend pergi ke Guatemala untuk menjual Alkitab dalam bahasa Spanyol, usianya juga masih remaja, tetapi hatinya telah memiliki kerinduan seperti hati Tuhan dan hidupnya juga dijalani hanya untuk kemuliaan nama Tuhan. Usianya juga masih sangat muda ketika ia menjadi salah satu pendiri Organisasi Penerjemahan Alkitab Wycliffe (Wycliffe Bible Translators). Townsend mau bergerak bersama Tuhan dan telah mengirimkan enam ribu lebih misionaris ke berbagai belahan dunia. Mereka juga telah menerjemahkan Alkitab dalam ratusan bahasa. Mereka telah mengubah kehidupan banyak pribadi, suku, dan kelompok yang semuanya timbul karena pengaruh firman Tuhan, di mana dosa mereka diampuni, dan diberikan kehidupan dan harapan yang baru. Sering kali kita tidak menyadari bagaimana kehidupan seseorang mampu mengubah sejarah dunia.
Ada banyak kesempatan untuk ikut terlibat dalam misi. Ketika "Cambridge Seven" tinggal di Inggris untuk merekrut misionaris-misionaris yang baru saja lulus dari universitas pada tahun 1885, para lulusan muda itu kemudian membentuk sebuah kelompok bernama Kelompok Kaleb (Caleb Teams). Tujuan utama mereka adalah untuk merekrut anak-anak muda yang lain untuk bergabung dengan mereka yang telah membuat komitmen untuk menjadi misionaris. Proyek Kaleb ini memiliki dua tim yang mengunjungi sekolah-sekolah dan kampus-kampus selain juga gereja-gereja lokal untuk mengadakan program perekrutan. Berbagai organisasi pengirim misi seperti Wycliffe Bible Translators dan Frontiers, Inc., telah menugaskan beberapa calon misionaris muda mereka ke dalam kelompok-kelompok selama lebih dari dua tahun untuk melakukan pelayanan keliling. Tantangan mereka adalah "Datanglah dan bergabunglah bersama kami dalam pelayanan misi luar negeri!" (t/Ary)
Bahan diterjemahkan dan diringkas dari sumber: | ||
Judul Buku | : | Missions Now This Generation |
Judul Artikel Asli | : | The Challenge To Youth Today |
Penulis | : | John E. Kyle |
Penerbit | : | Baker Book House, Grand Rapids, Michigan 1990 |
Halaman | : | 43 -- 47 |
Radio ... apa istimewanya radio? Anda cukup menekan tombolnya, maka akan ada suara yang mengudara. Kadang-kadang suara itu berupa musik. Jika Anda bosan pada iklan yang muncul, Anda bisa mematikan radio. Yang satu ini mungkin menjadi satu pengecualian bagi radio. Radio ini merupakan jeritan bagaimana radio dipandang dalam membangun negara-negara, di mana radio tidak hanya memberi hiburan, tetapi lebih dari itu. Dan, tidak seorang pun melihat semua itu dengan lebih jelas dari yang dilihat Dean Swartz, Direktur Komunikasi dan Pengembangan, pada kunjungannya ke FEBC-Filipina baru-baru ini. Pada kunjungan itu dia menyaksikan pengetahuan dasar tentang radio dan keefektifannya.
Sebelum mengikuti perjalanan ini, saya harus mengatakan bahwa saya hanya mengerti secara teori bagaimana radio Kristen bekerja, tetapi pada waktu di Manila saya menjadi semakin mengerti dengan jelas. Di sana, radio Kristen dan FEBC secara khusus melayani orang-orang dalam berbagai hal. Radio benar-benar menjadi suatu teknologi untuk pelayanan. Di mana lagi seorang ibu yang tidak memiliki pendapatan bisa mendengarkan pelajaran Alkitab setiap hari, mendengarkan suatu program acara yang mengajarkan bagaimana mengasuh anak yang sesuai dengan ajaran Tuhan, dan menerima nasihat dari berita-berita tentang keamanan dan kesehatan?
Keunggulan radio adalah bahwa radio dapat menembus letak geografis, budaya, dan halangan-halangan politis. Siaran radio diperuntukkan bagi siapa saja dengan sajian yang layak. Radio menjangkau orang-orang yang buta huruf, tuna netra, teraniaya, kekurangan, dan lapar secara rohani. Dalam beberapa kasus, program Kristen adalah satu-satunya cara di mana pendengar dapat mengikuti kebaktian gereja. Salah satu pendengar dari Asia Tenggara akhir-akhir ini mengatakan, "Mohon diingat bahwa Anda adalah satu-satunya pendeta yang kami miliki dan kami benar-benar tergantung kepada ajaran Anda."
Untuk meningkatkan efektifitasnya, FEBC menggunakan penyiar nasional, yang dapat menggunakan bahasa atau dialek dari orang-orang yang mereka layani dengan cara yang sesuai dengan budaya setempat.
Memasuki Kegelapan Rohani
Ribuan surat yang dikirimkan ke FEBC dapat membuktikan, bahwa program Kristen ini melayani orang lain dengan cara yang mengagumkan dan mengubah hidup. Program Kristen ini merupakan sumber yang kuat untuk menginjili orang-orang yang hilang dan memuridkan iman. Seperti yang ditulis oleh seorang pendengar dari Moskow, "Saya tidak membesar-besarkan jika saya mengatakan bahwa hidup saya benar-benar telah diubah oleh stasiun radio Anda. Saya tidak pernah berdoa selama empat puluh tahun ini dan sekarang saya berdoa setiap hari. Yang menakjubkan adalah sekarang saya tahu bahwa Tuhan dapat mendengar saya dan saya tahu dia peduli. Stasiun radio Anda sudah membangkitkan iman saya."
Kadang-kadang pekerjaan Tuhan dalam hidup seseorang dapat menyentuh orang lain. Kami sering mendengar dari para pendengar yang telah mengundang teman-teman, tetangga, dan bahkan seluruh warga desa mereka untuk berkumpul guna mendengarkan siaran FEBC. Itulah sebabnya penyiar di radio itu menjadi pendeta jarak jauh.
Menawarkan Informasi Keselamatan Hidup
Selain menyediakan program kristiani, radio juga melayani sebagai penolong jutaan pendengar, menawarkan kemampuan dasar untuk hidup yang sehat. Banyak orang yang mendengarkan radio dengan tujuan mendapatkan konseling dalam menjadi orang tua dan pernikahan yang alkitabiah. Yang lainnya mempelajari dasar kesehatan dan langkah-langkah keamanan, seperti memberi obat-obatan atau merebus air supaya aman diminum. Dean menyaksikan kebutuhan kesehatan berhubungan dengan program ini ketika seorang wanita Filipina berbincang-bincang dengannya pada saat mengikuti penjangkauan (outreach) di Manila. "Saya membutuhkan suatu mukjizat," katanya. "Anak saya menderita TBC. Tolong doakan dia." Ketika mereka berbincang- bincang, Dean mendapati bahwa meskipun dia telah mengobati anaknya, dia tidak tahu bagaimana harus mengobatinya dengan benar.
Dalam merespons kebutuhan yang sangat berlebihan seperti ini, beberapa pelayanan FEBC telah membuat program-program yang membagikan secara gratis nasihat-nasihat mengenai pengobatan. Contohnya, FEBC Filipina menyiarkan program perawatan kesehatan selama enam hari dalam seminggu. Program ini menampilkan dokter-dokter lokal yang dengan sukarela memberikan waktu mereka untuk memberikan konsultasi penting mengenai kesehatan.
Memberikan Kesempatan untuk Kontak Pribadi
Gregg Harris, Presiden FEBC, baru-baru ini mengatakan, "Radio adalah media yang luar biasa dan ketika dikombinasikan dengan kontak pribadi, dampaknya berkembang berlipat ganda. Salah satu kekuatan terbesar FEBC adalah cara staf lokal kami yang melayani pendengar kami yang sangat banyak secara pribadi. Dengan menyatukan kekuatan media dan dampak besar kontak pribadi maka ini akan membawa perubahan hidup yang penting."
Menjangkau para pendengar kami merupakan suatu ciri dari FEBC; setiap hari kami merespons ribuan surat dan email. Dengan munculnya telepon seluler, pesan singkat menjadi cara komunikasi yang populer, dan staf kami dengan rajin berusaha untuk menjawab setiap pesan yang masuk.
Usaha-usaha penjangkauan lainnya, seperti Far East Relief dan Development Services (FERDS), yang merupakan bagian dari FEBC Filipina, memainkan peran yang aktif dalam mencari kebutuhan fisik pendengar kami. Mereka juga mendistribusikan radio-radio jika dana yang tersedia mencukupi.
FERDS membantu memasang sistem udara baru dalam komunitas yang sangat miskin pada tahun 2004. "Ratusan keluarga harus berbagi sumber air umum dan sering harus antri menunggu," kata Dean. "Sekarang penduduk di komunitas itu sudah memiliki air segar di dekat pintu masuk mereka. Mereka juga senang dengan radio yang dibagikan kepada mereka. Mereka bersyukur kepada Allah karena ada FEBC."
Membangun Gereja Lokal
Pada saat staf kami melayani secara rutin sebagai flesh to the Word (daging bagi firman), mereka tidak melakukannya sendiri. Mereka dengan sengaja bekerja sama dengan gereja-gereja lokal ketika menangani radio, pelayanan pengobatan, dan makanan. Dengan demikian, orang-orang yang baru percaya bisa berhubungan dengan jemaat, di mana mereka dapat merasakan persekutuan Kristen dan dimuridkan.
Dalam kasus di mana gereja-gereja Kristen dilarang, organisasi- organisasi gereja secara pribadi menghubungi pendengar yang telah menulis surat ke FEBC, memberikan Alkitab, menjawab pertanyaan- pertanyaan tentang kekristenan, dan kadang-kadang membawa mereka kepada Tuhan.
FEBC juga melatih ratusan pemimpin gereja Cina dan orang-orang awam melalui program Voice of Friendship Seminary (VOFS). Beberapa orang Cina yang menjadi Kristen menghadiri gereja rumah "tidak resmi" yang kekurangan pendeta dan Alkitab. VOFS memperlengkapi para pemimpin gereja, khususnya yang berada di daerah pedesaan di mana ajaran sesat disebarluaskan dan ada kebutuhan mendesak akan pendeta-pendeta yang berpendidikan.
Mengubah Masa Depan
Rusia adalah salah satu dari beberapa negara yang hampir tidak memiliki dukungan bagi keluarga. Sebagai hasilnya, ketika anak-anak berada dalam usia yang rawan, mereka akan mendapatkan masalah. FEBC berkomitmen untuk membuat suatu perubahan dalam hidup mereka melalui program-program harian untuk anak-anak yang berusia 5 -- 15 tahun. Selain itu, FEBC menawarkan program untuk orang tua, untuk membimbing mereka melewati tahap-tahap membesarkan anak. Banyak surat yang yang dikirimkan kepada kami oleh anak-anak maupun orang tua yang bersyukur atas adanya siaran kami ini.
FEBC-Mongolia menawarkan program call in yang disebut Teenager to Teenager, di mana para remaja Kristen memoderatori suatu acara talk show untuk teman-teman sebaya mereka.
Di salah satu daerah di Indonesia, di mana orang tua harus membayar pendidikan anak-anak mereka, seorang penyiar menawarkan sekolah gratis sekali dalam seminggu untuk anak-anak miskin, yang beberapa diantaranya adalah muslim. Penyiar ini mengajari mereka apa yang dimaksud dengan memiliki belas kasih seperti Yesus, khususnya terhadap orang-orang yang mungkin mempunyai pikiran yang berbeda dengan mereka. Dengan demikian, dia berharap dapat menghilangkan ajaran-ajaran muslim lokal dalam ajaran sekolah yang mengajarkan kepada anak supaya membenci orang-orang Kristen dan orang-orang Yahudi.
Setiap hari stasiun jaringan FEBC menyiarkan 594 jam acara dalam 158 bahasa, dengan respons rata-rata tiap tahun dari pendengar setianya lebih dari 500.000 respons. Beberapa cerita mereka berkaitan dengan hidup yang diubah oleh kekuatan Allah melalui FEBC. Dan, ini adalah dampak yang dilihat oleh Dean di Manila.
"Saya tidak pernah menyadari bahwa radio dapat menyentuh hidup banyak orang," kata Dean. "Saya mengikuti perjalanan ini dengan satu rasa kebanggaan yang dalam terhadap apa yang sedang Tuhan kerjakan melalui Far East Broadcasting. Apa yang dikerjakan oleh organisasi ini untuk orang lain, semua yang ada dalam nama Kristus, sangatlah menakjubkan." (t/Ratri)
Bahan diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | FEBC |
URL | : | http://www.febc.org/resources/article_41.html |
Judul asli artikel | : | Technology that Transforms Lives |
Penulis artikel | : | Tidak dicantumkan |
Menonton cerita pelayanan William Carey di India dalam film `Candle in The Dark`, atau membaca perjuangan John Wycliffe ketika menerjemahkan dan kemudian menerbitkan Alkitab berbahasa Inggris di tahun 1834, saya merasa kasihan pada mereka. Bagaimana tidak? William Carey membutuhkan waktu lebih dari 1 bulan untuk tiba dari Inggris ke India, kemudian keadaan kesehatan yang buruk menyebabkan kematian beberapa anggota keluarganya. Demikian pula John Wycliffe. Setelah bersusah payah menerjemahkan Alkitab dari bahasa Latin ke Bahasa Inggris, ia harus membayar sejumlah orang untuk menulis dengan tangan terjemahan Alkitab tersebut, akibatnya harga Alkitab itu begitu mahal sehingga tidak terbeli oleh orang-orang biasa.
Kalau dibandingkan dengan keadaan sekarang, alangkah mudahnya tugas pelayanan kita saat ini. Anda mau melayani ke India? Praktis setelah mendapatkan visa, Anda hanya perlu waktu kurang dari seminggu untuk sampai di tempat pelayanan Anda.
Anda mau melakukan survey desa tempat pelayanan? Bagaimana Anda bisa mengetahui letak desa itu? Biasanya lembaga misi yang mengutus Anda akan memperlengkapi Anda dengan sebuah GPS (Global Positioning System) yang akan membantu Anda mengetahui letak lintang dan bujur tempat Anda berdiri, bahkan mengetahui di ketinggian berapa Anda berada. Alat ini juga akan berguna untuk proses mapping (pembuatan peta).
Bagaimana kalau di tengah-tengah pelayanan di desa ada anggota keluarga yang sakit parah? Seorang anggota Kartidaya yang bekerja di suatu daerah pedalaman pada suatu hari mengalami gangguan pernapasan berat. Dengan segera suaminya menelepon ke kantor pusat menggunakan satphone (satelite phone) untuk meminta bantuan. Dalam waktu kira-kira 1 jam, sebuah pesawat kecil telah dikirim ke desa tempat pelayanan mereka dan langsung membawa sang pasien beserta seluruh keluarganya ke rumah sakit di kota.
Bagaimana dengan penerjemahan Alkitab? Keberadaan komputer jelas telah menjadi alat bantu utama untuk pekerjaan ini. Sejak awal proses penerjemahan sampai saat Alkitab siap dicetak, semua telah memakai bantuan berbagai jenis alat, khususnya komputer.
Ada berbagai jenis software pendukung yang digunakan dalam proses penerjemahan Alkitab. Beberapa program yang akrab bagi para penerjemah Alkitab adalah Shoebox, CARLA (Computer Assisted Adaptation of Related Languages), CECIL (Computerized Extraction of Components of Intonation in Language), IPA (International Phonetic Alphabet) Help, Speech Analyzer, dan Speech Synthesizer. Juga ada berbagai program lain yang sedang terus dikembangkan untuk membantu meningkatkan kecepatan dan ketepatan penerjemahan Alkitab.
Melihat betapa pentingnya program-program komputer ini, Anda tentu tidak perlu heran melihat para penerjemah Alkitab yang bekerja di pelosok pedalaman Indonesia pun berangkat dengan berbekal notebook/laptop. Dalam berkomunikasi mereka juga tidak lagi bergantung pada surat pos saja. Untuk kecepatan pengiriman dan penerimaan berita, mereka menggunakan email.
Dulu William Carey dan John Wycliffe bekerja dan melayani Tuhan di era di mana teknologi masih sangat terbatas sekali. Sekarang, di era modern, tersedia berbagai bentuk "cutting edge technology" -- berbagai fasilitas pendukung, berbagai jenis komputer, software, transportasi, dan komunikasi. Tetapi dengan seluruh kekayaan teknologi itu, Tuhan masih mau memanggil orang-orang yang akan Dia pakai untuk membawakan firman-Nya bagi ratusan juta jiwa di seluruh dunia yang masih belum mengenal-Nya. Jadi, siapkah Anda untuk dipanggil? Maukah Anda bekerja untuk Dia yang menciptakan segala bentuk teknologi? Ingat, masih ada 400 lebih suku bangsa di Indonesia yang belum mendengar firman-Nya.
Bahan diedit dari sumber:
Judul buku | : | Berita KARTIDAYA |
Judul artikel | : | Teknologi dan Penerjemahan Alkitab |
Tentukan niat "memberi" saat Anda menyusun janji Anda untuk tahun baru. Di antara banyak definisi di dalam kamus untuk kata resolusi, baru-baru ini bagi saya mendapat arti baru: "mengurangi sehingga menjadi lebih sederhana". Seringkali, kita cenderung membuat terlalu banyak tekad. Cobalah memusatkan perhatian hanya pada satu tekad untuk perubahan dalam hidup Anda.
Kesadaran
Akar Latin untuk kata bahasa Inggris ´resolution´ berbicara tentang kesadaran atau sesuatu yang kita ketahui di luar indera biasa. Sangat penting, kita berusaha menyadari apa yang terbaik dari Tuhan untuk kehidupan kita. Penting sekali untuk membungkus resolusi Tahun Baru kita dengan doa. Mintalah pada Bapa di surga untuk membantu Anda melihat tujuan-Nya bagi hidup Anda, menemukan kerinduan-Nya bagi Anda, mengungkapkan cara bagaimana Ia menginginkan Anda tumbuh dan menjadi semakin menyerupai Putra-Nya.
Kata Yunani bagi resolusi berhubungan dengan konsep "memilih" atau "memutuskan". Resolusi atau tekad Anda harus berakar mendalam pada niat Anda. Jika tidak, tekad Anda hanya menjadi sekedar keinginan atau lamunan. Untuk mencapai atau melakukan apa Anda benar-benar bersedia memberikan energi fisik, gagasan, dan energi emosional?
Pertimbangkan untuk mendasarkan semua tekad Anda dalam konsep sentral untuk memberi. Apa yang Anda putuskan untuk diberikan pada Tuhan pada tahun mendatang? Pikirkan dalam bentuk waktu, kemampuan, keuangan, dan kreativitas. Apa yang bisa Anda lakukan untuk memperluas kerajaan-Nya, untuk memberi sukacita di hati-Nya, untuk membagikan kabar baik-Nya kepada orang lain?
Apa yang akan Anda berikan pada diri Anda sendiri di tahun mendatang? Ya, pada Anda! Jangan lupa memberi pada diri sendiri. Sadari bahwa diri Anda patut mendapat karunia Tuhan yang terbesar, dan dengan demikian, patut mendapat hadiah terbaik dari diri Anda. Pertimbangkan cara baru untuk memberikan hadiah pada diri Anda, misalnya pengampunan, kesehatan, dan sukacita.
Apa yang akan Anda berikan pada orang-orang di sekitar Anda? Cara apa yang lebih baik untuk berbagi kehidupan dengan mereka? Tuhan mengaruniakan Putra-Nya pada Anda sebagai hadiah yang Ia inginkan supaya Anda bisa membagikannya juga kepada orang lain. Pikirkan cara untuk melakukannya.
Diambil dari:
Judul Buku: | : | 52 Cara Sederhana Membuat Natal Menjadi Istimewa |
Judul Artikel | : | Tentukan Niat Tahun Baru Anda dalam Soal Memberi |
Penerbit | : | Interaksara, Batam Centre |
Penulis | : | Jan Dargatz |
Halaman | : | 168 - 170 |
Jelas bahwa gereja yang taat kepada Amanat Agung harus melibatkan diri dalam pelayanan lintas budaya dengan memakai kontekstualisasi. Tetapi sebelum kita dapat melaksanakannya dengan tepat, kita seharusnya mengerti teologi kebudayaan, yaitu apa yang diajarkan oleh firman Allah tentang kebudayaan. Bagaimana Allah sendiri memandang keanekaragaman kebudayaan manusia?
Penjelasan yang paling singkat dan saksama terdapat dalam Ikrar Lausanne tahun 1974 (Wagner, tak tertanggal: 173-183). Pada tahun 1974 di Lausanne, Swiss, diadakan suatu konferensi internasional mengenai penginjilan dunia. Tokoh-tokoh Kristen di seluruh dunia, yang dipimpin oleh Dr. Billy Graham, berkumpul untuk bertukar pikiran dan menggumuli berbagai soal berkaitan dengan penginjilan. Sebagai hasilnya mereka menyusun suatu ikrar mengenai penginjilan. Dalam pasal 10 tertulis:
"Perkembangan strategi untuk penginjilan dunia menuntut visi dan metode-metode baru. Di bawah bimbingan Allah, akan timbul gereja- gereja yang berakar di dalam Kristus dan erat berhubungan dengan kebudayaannya. Kebudayaan memiliki keindahan dan kebaikan. Namun karena manusia telah jatuh dalam dosa, maka seluruh kebudayaannya dinodai oleh dosa dan sebagian lagi dikuasai roh jahat. Injil tidak menganggap kebudayaan yang satu lebih unggul daripada yang lain, tetapi Injil menilai semua kebudayaan menurut ukuran kebenaran dan keadilannya sendiri, dan menuntut moral yang tinggi dalam setiap kebudayaan. Badan-badan pekabaran Injil terlalu sering memasukkan kebudayaan asing bersama dengan Injil, dan gereja-gereja kadang kala lebih terikat pada kebudayaan daripada Alkitab. Penginjil-penginjil Kristus harus dengan rendah hati mengosongkan dirinya dari segala sesuatu, kecuali keaslian kepribadiannya, untuk menjadi pelayan bagi orang lain, dan gereja-gereja harus berusaha mengubah dan memperkaya kebudayaan, dan semuanya itu dilakukan demi kemuliaan Allah." (Kejadian 4:21-22; Markus 7:8-9,13; 1 Korintus 4:5, 9:19-23; Filipi 2:5-7)
Ikrar ini sedikitnya memaparkan tiga pokok yang terpenting tentang teologi kebudayaan:
Kebudayaan memiliki dimensi ilahi dan dimensi setan.
Kita harus mengabarkan Injil yang murni, tanpa tambahan apa pun.
Pertama, pasal 10 ini menjabarkan bahwa kebudayaan memiliki dua dimensi. Keanekaragaman kebudayaan manusia memiliki unsur-unsur positif dan negatif, unsur-unsur ilahi dan setani. Kebudayaan manusia penuh dengan keindahan dan kebaikan, sekaligus dinodai dosa dan dikuasai Iblis.
Kedua, pasal 10 ini mengajarkan bahwa tidak ada "kebudayaan yang lebih unggul daripada yang lain." Sadar atau tidak, pada umumnya, para penginjil cenderung menganggap bahwa kebudayaan mereka lebih baik daripada kebudayaan para penerima. Tetapi menurut firman Allah, kita tidak boleh bermegah tentang adat kita sendiri. Kita hanya boleh bermegah tentang Yesus, Pencipta dan Hakim adat kita!
Ketiga, pasal 10 ini memaparkan bahwa kita harus mengabarkan Injil yang murni, tanpa tambahan apa pun. "Badan-badan pekabaran Injil terlalu sering memasukkan kebudayaan asing ke dalam Injil dan gereja-gereja kadang kala lebih terikat pada kebudayaan daripada Alkitab." Kita harus memberitakan Injil semata tanpa tambahan tata ibadah tertentu atau kebudayaan yang berasal dari si pemberita Injil.
Dr. Harvie Conn, ahli misiologi dari Westminster Theological Seminary, menggambarkan proses ini sebagai berikut. Menurutnya kontekstualisasi adalah "seni menabur benih Injil dalam beraneka ragam kebudayaan tanpa membawa potnya" (Conn, 1982:12). Dalam definisi ini, "pot" yang biasanya dibawa si penginjil itu melambangkan kebudayaan, adat, dan tradisinya.
Pokok ketiga ini juga sesuai dengan pendapat Pdt. Dr. P. Octavianus. Ia menyatakan rintangan kebudayaan merupakan penghalang utama bagi penginjilan. Itulah sebabnya, kita harus membawa Injil itu kepada orang yang belum percaya tanpa perlu menambah-nambahi dengan "syarat-syarat atau cara-cara kekristenan yang terikat kepada si utusan Injil" (Octavianus, 1985:35,54).
Kita harus ingat bahwa persoalan "sinkretisme" tidak hanya terjadi kalau kita menyesuaikan diri terlalu banyak sehingga arti Injil menjadi kabur, tetapi juga bila Injil disampaikan bersama dengan kebudayaan si penginjil sehingga dianggap asing oleh para pendengarnya. Hal seperti ini pun dapat menimbulkan masalah "sinkretisme" sebab dalam pemikiran para pendengarnya Injil telah dicampur dengan unsur-unsur asing (dari penginjil) sehingga mengaburkan makna dari Injil itu sendiri.
Diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Pelayanan Lintas Budaya dan Kontekstual |
Judul Artikel | : | Teologi Kebudayaan |
Penulis | : | Budiman R.L., D.Min. |
Hal | : | 10-13 |
Di bawah ini adalah beberapa tips yang bisa Anda perhatikan ketika hendak memulai pelayanan penginjilan melalui internet (khususnya lewat situs).
Milikilah anggapan bahwa orang yang akan kita jangkau tidak memiliki latar belakang Kristen sama sekali. Oleh karena itu, hindari penggunaan jargon-jargon Kristen. Banyak orang yang tidak pernah ke gereja, ke sekolah minggu, atau belajar kekristenan di sekolah, jadi mereka sama sekali tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai kekristenan dan tidak ada kerangka alkitabiah dalam pikiran mereka. Orang-orang inilah yang diharapkan datang berkunjung ke situs Anda.
Dalam menyajikan tulisan-tulisan, dekatilah orang-orang yang tertutup atau menolak Injil melalui hati mereka. Hindari pendekatan yang bersifat "mengkhotbahi", tapi tempatkanlah diri Anda sejajar dengan pemikiran mereka dalam hubungannya dengan minat dan bahasa mereka. Cara itu disebut "kontekstualisasi". Kontekstualisasi penting dilakukan untuk berkomunikasi dengan orang-orang dari agama lain atau yang tidak beragama. "Anda tidak akan tahu betapa orang-orang itu mudah dijangkau sampai Anda mencobanya; tapi untuk itu, Anda harus melakukannya dengan cara yang tepat" (Henry Ward Beecher).
Situs yang bahasa dan tampilannya bernuansa kristiani hanya akan menjangkau orang-orang yang telah memiliki pengetahuan dan latar belakang gereja. Hal itu adalah salah satu hambatan terbesar yang menghalangi situs untuk mencapai misi yang sebenarnya, yaitu menyentuh orang-orang yang belum mengenal Kristus. Kebenaran Kristen dapat diungkapkan tanpa harus menggunakan jargon-jargon Kristen. Misalnya, lebih baik menggunakan kata "Tuhan" daripada "Yesus" atau `Kristus` dan kata `Alkitab` daripada `Injil` karena istilah-istilah itu lebih netral. Hindarkan pemakaian kata-kata "bersekutu", "lahir baru", "kesaksian", "bergumul", dan kata-kata lain yang biasa hanya dipakai oleh orang-orang Kristen.
Hampir setiap kata atau konsep Kristen dapat diungkapkan dengan kata yang tidak religius. Jika penggunaan kata yang religius memang perlu, penjelasan mengenai makna kata itu perlu diberikan.
Situs yang seluruh isinya ditujukan untuk orang Kriten juga harus memberikan penjelasan mengenai Injil untuk mengantisipasi jika ada orang-orang non-Kristen yang "kebetulan" berkunjung.
Belajarlah dari media massa yang telah berpengalaman dalam mempelajari cara mengomunikasikan sesuatu secara efektif dalam bentuk cetak. Bacalah buku-buku penulisan jurnalistik. Termasuk mengamati bagaimana koran dan majalah menyajikan beritanya.
Bacalah banyak koran dan majalah sekular. Klipinglah berita, ilustrasi, dan ide yang mungkin akan berguna sebagai bahan dasar artikel yang akan ditampilkan di situs Anda.
Lebih sulit dan melelahkan untuk membaca dari monitor daripada membaca bahan cetak. Oleh karena itu, bantulah agar pembaca tidak kehilangan minat dalam membaca melalui layar monitor. Berikut ini caranya.
Pakailah hanya kalimat-kalimat pendek.
Juga paragraf-paragraf yang pendek.
Berikan spasi antarparagraf.
Judul yang menarik dan membuat penasaran, yang tak "mengkhotbahi".
Gunakan "font" san-serif yang 20% lebih cepat dibaca dari monitor komputer.
sahakan menggunakan 65 karakter per barisnya dengan menggunakan margin lebar (wide margin).
Gunakan banyak subjudul agar mudah dipahami.
Gunakan grafik menarik yang ukurannya kecil sehingga tak memakan waktu lama untuk pemprosesan (loading).
Revisi dan edit berulang kali. Hal itu berguna untuk memotong 25% dari panjang draf artikel/berita yang akan dipasang, juga untuk meningkatkan kejelasan maksud berita/artikelnya.
Gunakan fasilitas "spell-check" di komputer Anda. Perbaiki kesalahan ketik dan tata bahasa.
Penting juga untuk menggunakan tanda baca yang konsisten. Gunakan buku panduan EYD Anda.
Sadari bahwa pengunjung situs mungkin bukan berasal dari daerah tempat Anda tinggal. Oleh karena itu, perhatikan pula butir-butir berikut.
Hindari bahasa idiom dan ucapan populer dari daerah Anda yang tak dipahami orang dari daerah lain.
Berikan referensi untuk tempat dan situasi yang hanya diketahui oleh masyarakat daerah Anda.
Gunakan gaya penulisan yang sederhana. Hindari kata-kata dan susunan kalimat yang sulit. "Kita membuat situs untuk memberikan informasi, bukan untuk membuat orang terkesima."
Mintalah seorang webmaster lain untuk mengkritik halaman situs Anda dan terimalah saran mereka dengan senang hati. (t/Dian)
Diringkas dan diterjemahkan dari:
Nama situs | : | Brigada |
Judul artikel | : | Web Evangelism Guide |
Penulis | : | tidak dicantumkan | Alamat URL | : | http://www.teamexpansion.org/brigguy/today/articles/web-evangelism.html |
Min-chu Cho adalah seorang pria berumur 22 tahun yang baru-baru ini mengirim berita ke American Tract Society. Dia mengatakan bahwa dia telah membaca salah satu traktat terbitan ATS dan telah menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya. Setiap tahun ATS menerima ratusan surat dari orang-orang yang memberitahukan bahwa mereka telah diselamatkan setelah membaca sebuah traktat. Seperti Min-chu misalnya, mengirimkan kabar sukacita tentang keselamatan yang diterimanya melalui surat yang dia kirimkan dari kampung halamannya -- Taiwan.
Traktat-traktat sering kali dapat melakukan hal-hal yang tidak dapat kami lakukan untuk menyaksikan tentang Yesus secara langsung. Traktat-traktat tersebut dapat "berjalan" di tempat-tempat yang tidak pernah dan tidak dapat kami kunjungi. Surat Min-chu adalah salah satunya. Surat lain berasal dari Chester di Australia yang mengatakan, "Saya telah membaca traktat yang berjudul 'How to Become a Christian'(Bagaimana Menjadi Seorang Kristen). Karena traktat itu, saya akhirnya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi saya." Bagaimana sebuah traktat yang dicetak di Dallas, Texas, bisa sampai ke Australia? Kami tidak pernah mengetahui bagaimana caranya. Namun kami yakin bahwa tangan Tuhan yang bekerja di balik layar sehingga traktat-traktat itu bisa sampai kepada orang-orang yang membutuhkan dan membuat mereka mengerti bahawa Yesus telah mati bagi mereka.
Kami juga telah menerima surat-surat senada dari Karim di Jakarta, Indonesia; Henry di Belanda; Imelda di Qatar; Zaneta di Polandia; Amos di Hamburg; Sheradine di Jamaica .... dan masih banyak lagi. Kesempatan-kesempatan terbuka di negara-negara di dunia, melalui traktat-traktat yang ada di sana, diberitakan Kabar Sukacita tentang pengampunan dan kehidupan kekal dalam Yesus Kristus.
Kesaksian-kesaksian menarik berikut ini adalah sebagian kecil yang dapat kami bagikan kepada Anda.
Sumber: Situs American Tract Society
==> http://www.atstracts.org/
Berikut ini merupakan kutipan bagian pertama dari artikel yang berjudul "Gereja yang Injili" yang ditulis oleh John F. Havlik.
Artikel ini mempunyai tiga bagian utama yaitu:
Jika Anda menginginkan artikel lengkapnya, silakan mengirim email ke alamat Redaksi Buletin e-JEMMi <webmaster(at)sabda.org>.
Kita belajar dari ringkasan kitab Kisah Para Rasul bahwa jemaat (gereja) bukan "juara-juara rohani", yang membawa pesan keselamatan. Memang benar ada orang-orang besar seperti Paulus, tetapi ia tidak membangun nama bagi dirinya sendiri. Bahkan ia menganggap bahwa kemasyhuran adalah hal yang sia-sia.
Gereja adalah perantara yang meneruskan berita dari Allah kepada manusia.
Gereja yang mula-mula dalam Kisah Para Rasul meneruskan berita dari Allah kepada dunia dan memperlengkapi umat Allah. Kalau gereja tidak menginjili dunia, maka dunia tidak akan diinjili sama sekali. Gereja adalah tubuh Yesus Kristus (
Gereja membawa misi Kristus.
Mengapa Allah menjelma di dalam diri Yesus Kristus? Mengapa Allah mau mempunyai tubuh untuk berjalan keliling di dunia ini? Kristus sendiri menjawab pertanyaan itu. Di dalam beberapa pernyataan-Nya yang pendek namun tepat, Ia menyatakan tujuan kedatangan-Nya ke dunia. Ia datang untuk mendapatkan dan menyelamatkan orang-orang yang terhilang (
Jadi, misi gereja adalah untuk memberitakan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Tanggapan terhadap pemberitaan ini menentukan hidup atau mati. Bagi mereka yang tunduk pada kekuasaan-Nya sebagai Tuhan, tanggapan itu mendatangkan kehidupan. Dan bagi mereka yang tidak mau percaya kepada-Nya dan tidak mau tunduk pada kekuasaan-Nya, tanggapan itu mendatangkan kematian.
Mereka yang mendengar dan percaya kepada Kristus, harus mengikuti, mengasihi dan menaati Dia lebih dari mengikuti, mengasihi, dan menaati pemimpin-pemimpin lainnya. Kasih dan kesetiaan mereka kepada-Nya harus melebihi kasih dan kesetiaan mereka kepada siapa pun, bahkan melebihi kasih dan kesetiaan kepada orangtua atau suami atau istri sekali pun. Orang-orang yang percaya harus dibaptiskan dan diajar untuk melaksanakan kebenaran menurut patokan yang baru. Mereka harus menjadi pelayan-pelayan yang melayani dengan penuh penyangkalan diri. Orang-orang yang diinjili harus menjadi orang-orang yang menginjili.
Gereja mewartakan Injil melalui sifat-sifatnya dan melalui pekerjaan pelayanannya.
Teologia kita dan tindakan-tindakan kita terlalu sering lebih mengingkari daripada saling menguatkan satu sama lain. Salah satu contohnya ialah metode pekabaran Injil kita. Kita mengatakan bahwa setiap anggota gereja adalah seorang pelayan. Kita berkhotbah tentang keimaman setiap orang yang percaya. Kita mengajar bahwa setiap orang Kristen adalah seorang penginjil. Kemudian kita minta orang-orang percaya itu supaya menjadi penonton pada suatu usaha pekabaran Injil dan pada akhirnya memberi sokongan uang untuk "pertunjukan" itu. Sebagai akibatnya kita tidak mencapai orang melalui penginjilan perseorangan. Apabila usaha penginjilan itu berakhir, yang kita dapatkan hanyalah sesuatu yang mirip penampilan pemenang kontes kecantikan atau juara-juara atletik; kaum awam hanya diberi peranan sebagai penonton yang tidak berbuat apa-apa. Kita mungkin berhasil dalam memperoleh banyak penonton, tetapi untuk apa?
Contoh yang lain ialah gereja yang sedang mengalami percekcokan. Sementara pendeta mereka berkhotbah dengan bersemangat tentang "Allah itu kasih", mungkin jemaatnya sedang menggunjingkan orang lain atau berbohong mengenai satu sama lain. Hal-hal yang bertentangan ini tidak baik bagi dunia-dunia yang sedang mengamat-amati dan bertanya-tanya tentang kehidupan kita.
Yesus menyampaikan misi-Nya melalui kehidupan-Nya dan melalui perbuatan-perbuatan-Nya. Apakah kita menyampaikan misi itu juga secara jelas dan dengan keyakinan? Apakah kita menyampaikan kebenaran bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan? Apakah kita menyampaikan dengan jelas bahwa kita menaruh perhatian terhadap orang lain?
Baru-baru ini saya berkhotbah di sebuah gereja di tengah kota. Gereja itu terletak tak begitu jauh dari tempat minum dan berkumpul para pecandu minuman keras. Ketika saya keluar dari mobil, saya melihat seorang pemuda dengan Alkitab terbuka sedang bercakap-cakap secara serius dengan beberapa orang dari tempat itu. Saya bertanya kepadanya apakah ia anggota gereja tempat saya berkhotbah. "Bukan," jawabnya, "Saya anggota dari gereja di pinggiran kota. Tetapi saya selalu datang kemari setiap hari Minggu pagi karena di sini tempat yang baik untuk bersaksi." Kemudian saya masuk ke dalam gereja itu di mana saya akan berkhotbah. Pada waktu kebaktian selesai saya mendengar empat orang mengeluh bahwa gereja mereka hampir mati. Mereka berkata bahwa gereja itu rusak karena orang-orang jahat yang tidak baik itu, yang sedang duduk di sana di pinggir tempat parkir.
Nah! Apakah yang sedang disampaikan oleh gereja itu? Dan apakah yang sedang disampaikan oleh pemuda itu? Bagaimana dengan kita? Apakah kita pun melihat orang-orang sebagai suatu kesempatan dan sebagai pribadi-pribadi yang untuknya Kristus telah mati? Bagi pemuda tadi, para pecandu minuman keras itu merupakan sebuah kesempatan; tapi bagi gereja itu mereka merupakan sesuatu yang memalukan.
Kehidupan gereja dan apa yang dilakukan oleh gereja dapat menyampaikan misi Kristus dan misi kita kepada dunia; atau sebaliknya, gereja dapat menyampaikan sesuatu yang berbeda dan bahkan bertentangan dengan misi Kristus. Kristus datang untuk mencari dan menyelamatkan orang yang sesat. Apakah gereja kita terbuka bagi orang luar? Apakah kasih yang dinyatakan oleh gereja kita adalah kasih yang mencari orang-orang sesat -- kasih yang pergi menjangkau orang melalui kehidupan dan perbuatan?
Yesus datang ke dalam dunia untuk bercakap-cakap dengan orang berdosa, makan bersama-sama mereka, dan pulang bersama-sama mereka. Apakah gereja kita menarik "orang-orang yang baik seperti kita", atau gereja sungguh-sungguh menunjukkan kepada dunia bahwa ia adalah sebuah persekutuan yang terdiri dari orang-orang berdosa sebagaimana yang dinyatakannya dalam pemberitaan-pemberitaannya?
Kristus datang ke dalam dunia untuk mewujudkan hak-Nya sebagai Tuhan. Apakah gereja kita menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, atau kita dengan cara yang halus mengatakan kepada orang- orang bahwa kehendak kitalah yang harus diikuti?
Yesus datang ke dalam dunia untuk menetapkan kebenaran menurut patokan yang baru seperti yang diajarkan-Nya dalam Khotbah di Bukit. Sampai sebaik manakah ajaran Tuhan kita itu sudah dinyatakan oleh gereja kita? Apakah kita bahagia menjadi anak-anak Allah, memiliki hidup yang suci, rendah hati, dan suka mengampuni?
Yesus datang ke dalam dunia untuk melayani dan untuk mati. Sampai sebaik manakah gereja kita sudah menunjukkan kepada dunia, kematian ke"aku"annya dan penyerahan dirinya untuk melayani manusia? Seberapa jauhkah kita telah melibatkan diri dalam gerakan-gerakan dan program-program yang mempunyai tujuan memberikan kepada manusia kehidupan yang lebih baik? Semua pertanyaan itu sangat penting bagi para pemimpin gereja pada waktu mereka berdoa dan membuat rencana untuk menjadikan gereja mereka gereja yang Injili.
Gereja sebagai tubuh Yesus Kristus ada di dalam dunia untuk menyelesaikan misi Kristus. Ia berkata, "Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga Aku mengutus kamu" (
Sumber:
Judul Buku | : | Gereja yang Injili |
Judul Bagian | : | Tugas Gereja Injili sebagai Penerus Berita dari Allah |
Penulis | : | John F. Havlik |
Penerbit | : | Lembaga Literatur Baptis, Bandung, 1991 |
Halaman | : | 38 - 43 |
Bagian berikut ini dikutip dari artikel berjudul "Konsep Dasar Pelayanan Gereja Sel dan Dasar Alkitabiah Pelayanan Sel" yang diambil dari buku "Strategi Pelayanan Sel" yang ditulis oleh Pdt. Dra. P. Tuhumury, M.Div.
Mengapa dinamakan sel?
Sebelum kita melanjutkan pembahasan mengenai tujuan pelayanan sel, kita perlu secara objektif menilai mengapa kita harus melakukan strategi kelompok sel. Bukankah strategi yang ada sudah cukup? Ini perlu, agar kita terhindar dari mental ikut-ikutan dalam melakukan pekerjaan Tuhan. Dengan pemahaman yang benar, kita memiliki dasar keyakinan yang kuat dari Firman Allah dalam semua pelayanan.
Kelompok sel dibutuhkan semata-mata untuk mencapai tujuan Allah melalui gereja-Nya, sebagaimana yang disebut dalam Kolose 1:28 dan Efesus 4:13. Ada banyak strategi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan ini, antara lain:
Strategi 1-100: (Matius 5,6,7; Kisah Para Rasul 2:14-47). Strategi dengan komunikasi satu arah biasa digunakan dalam khotbah Minggu pagi atau ibadah raya. Strategi ini yang paling umum digunakan oleh gereja-gereja tradisional, dimana dalam semua jenis ibadah, satu orang berbicara dan yang lain hanya mendengarkan. Strategi ini baik digunakan untuk penyembahan bersama, penyampaian informasi secara meluas dan bersifat umum. Kelemahannya ialah tidak mungkin berlangsung komunikasi dua arah yang memungkinkan peran serta aktif semua anggota yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Itulah sebabnya, tujuan pendewasaan pribadi setiap anggota sangat sulit dan tidak mungkin tercapai secara efektif.
Strategi 1-10: Kelompok Kecil (Matius 4:18-22). Strategi ini dibutuhkan dan merupakan inti dari konsep sel yang efektif. Hanya, sayangnya dalam praktiknya belum mengikuti pola yang Yesus pergunakan pada para murid-Nya, dimana Ia mengajar, melatih, mengutus, dan mempersiapkan mereka sebagai pemimpin untuk meneruskan tugas-Nya, setelah Ia kembali ke surga. Strategi ini dilakukan oleh banyak gereja, tetapi hanya sebagai variasi metode di antara semua kegiatan yang diprogramkan. Akibatnya, pola ini tidak menemukan esensinya sebagai sekolah mini, pusat pemuridan, dan dapur pemimpin yang efektif yang memiliki karakter Kristen sesuai dengan citra Kristus. Melalui strategi ini, setiap anggota ditolong mengenal karunianya masing-masing, sehingga dapat melayani secara lebih baik.
Strategi 1-1: Pengemban Amanat Agung. Yang dimaksud dengan strategi ini ialah setiap orang yang telah terlatih dengan baik, akan mampu menjadi pengemban Amanat Agung Kristus secara bertanggung jawab. Ini sangat dimungkinkan, sebab ia telah memiliki karakter Kristen yang berdasarkan atas kebenaran dan terus bertumbuh dalam pimpinan Roh Kudus. Bila setiap orang percaya sudah berada pada tingkatan rohani seperti yang diuraikan dalam Kolose 1:28 di atas, maka gereja akan mengalami pemulihan dan penuaian besar menjelang akhir zaman dan dipersiapkan sebagai mempelai perempuan yang tidak bercacat menyongsong kedatangan Kristus yang kedua kalinya.
Perlu ditekankan bahwa strategi 1-1 tidak mungkin tercapai tanpa strategi 1-10 (kelompok sel). Dengan demikian, terjawablah pertanyaan, "Mengapa kita membutuhkan strategi pelayanan dalam pola kelompok sel?" dan itu bukan sekedar sebuah konsep biologis secara terminologis belaka, dan bukan ikut-ikutan, melainkan memiliki pemahaman teologis yang benar.
Sebaiknya, setiap gereja lokal dan mitranya mendoakannya dengan sungguh-sungguh dan siap menginvestasikan semua daya dan dana untuk menerapkan konsep ini demi pelebaran Kerajaan Allah dan mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya, serta menjadi berkat secara meluas.
Tujuan-tujuan Utama Kelompok Sel
Berdasarkan pemahaman strategis di atas, muncul beberapa tujuan strategi kunci ini, yang sekaligus merupakan keunggulan sel.
Hal yang paling sulit dialami dalam ibadah raya ialah saling mempedulikan. Dalam sel yang sehat, Kristus bekerja memberkati setiap anggota, sehingga setiap orang menerima dan memiliki hidup Kristus, saling mengasihi dengan kasih Kristus, saling menolong, dan saling membantu (Efesus 4:1-6). Di dalam kelompok sel yang sehat, Kristus memerintah, Roh Kudus bekerja, kasih-Nya mengalir dan dialami oleh setiap orang. Dalam kelompok sel yang sehat, Allah bekerja, sehingga kesatuan sejati dan kesehatian yang tulus (Kisah Para Rasul 3:32a) terwujud tanpa kemunafikan. Inilah yang menunjang pertumbuhan rohani setiap anggota, saling menguatkan untuk membawa kasih itu kepada orang lain.
Pertumbuhan rohani yang sehat tidak dapat dipisahkan dari upaya untuk mengasihi yang terhilang dalam dosa. Sebaliknya, kasih Kristus yang dialami dalam kelompok sel adalah dorongan kuat untuk menjangkau jiwa bagi Tuhan. Tugas ini dapat dikerjakan oleh setiap orang, tetapi akan lebih efektif bila dilaksanakan dalam kelompok sel. Dalam kelompok sel setiap orang didoakan, disiapkan, dan dilatih untuk diutus keluar menjangkau orang yang belum percaya bagi Allah sebagai bukti pekerjaan Kristus dalam hidupnya. Di sisi lain, orang yang dimenangkan itu, bila dibawa ke dalam kelompok yang tidak saling mengasihi, akan sangat sulit, bahkan merusak kesaksian Kristiani. Orang Kristen baru itu tidak merasakan kasih Kristus, dan tidak menemukan hal yang berbeda dengan keadaan di dunia sekuler, bila orang dalam persekutuan Kristen tidak saling mengasihi. Akibatnya, ia sulit bertahan hidup dalam kelompok seperti itu dan mencari kelompok lain yang dapat menolong pertumbuhan imannya. Hal ini tidak dapat ditemukan dalam penginjilan secara pribadi (Pengkhotbah 4:9-12, Matius 16:19-20).
Berdasarkan kebenaran Firman Tuhan, setiap orang yang sudah bertobat, menerima Kristus dan dilahirkan kembali, memiliki Roh Kudus (Efesus 1:13-14). Roh Kudus itulah yang membagikan karunia bagi setiap orang percaya (Kisah Para Rasul 2:38; 1Korintus 12:4-13). Bila kita jujur, banyak orang percaya hidup bertahun- tahun, tanpa mengetahui dengan jelas karunia apa yang dimilikinya, walaupun telah bertobat. Itulah sebabnya, ia tidak bertumbuh secara sehat dan kurang giat dalam pekerjaan Tuhan. Tentu ada banyak alasan, tetapi salah satunya yang penting ialah orang itu tidak berada dalam satu kelompok kecil yang dapat saling memperhatikan atau saling mendoakan dan saling mendorong dalam pertumbuhan. Hal ini tidak mungkin dikerjakan dalam ibadah raya, sebab perlu pengajaran dalam proses pemuridan yang teratur. Dan terjadilah hal yang sangat disayangkan, yaitu tidak semua orang percaya diberdayakan bagi kemajuan gereja Tuhan.
Bila orang tidak diajarkan secara sistematis dan tidak dilatih untuk melayani menurut karunianya, imannya mudah goyah. Itulah sebabnya, bila datang tantangan iman, mereka mudah menjadi lemah dan berbalik kepada kepercayaan yang sia-sia. Kelompok sel bukan hanya mempersiapkan orang Kristen agar hidup dalam anugerah Allah, tetapi juga menolong orang Kristen agar dapat bertahan terus di masa-masa sulit sebab tidak bergantung pada gedung tertentu. Kelompok sel dapat berlangsung di mana-mana, di rumah anggota atau di ruangan yang sederhana, itulah salah satu cirinya yang dinamis.
Banyak orang mudah lemah dalam pelayanan, bukan hanya mereka belum memiliki visi yang jelas, tetapi juga karena tidak memiliki filsafat pelayanan yang merupakan dorongan yang menggairahkan militansi dalam melayani.
Ada lima prinsip utama yang merupakan filsafat dan kekuatan kelompok sel.
Sel adalah "gaya hidup", bukan metode. Orang hanya dapat menjadi anggota sel yang sehat, bila telah menerima hidup Yesus dalam bimbingan secara pribadi. Bila seseorang belum bertobat dan memiliki hidup Yesus, maka semua kegiatan menjadi suatu program kosong, bagaimana pun direkayasa. Firman Tuhan hanya akan menjadi kerinduan bagi orang yang telah memiliki hidup Yesus (1Petrus 2:2). Selain itu, orang itu tidak akan memahami firman sebagai perkara rohani (1Korintus 2:14). Hanya, bila seseorang telah memiliki hidup Yesus, maka ia akan terus bertumbuh dan akan mengalami perubahan nilai hidup (2Korintus 5:17). Dengan demikian, filsafat pertama yang harus dipahami ialah bahwa dalam sel, setiap orang harus mengalami perubahan nilai dari waktu ke waktu oleh pekerjaan Roh Kudus dan Firman Allah (2Timotius 3:16-17). Dengan demikian, Firman Allah menjadi kesukaannya, dan sel atau kelompok yang bertumbuh dalam kebenaran akan menjadi gaya hidupnya.
Pemuridan yang sesungguhnya terjadi terus-menerus. Dalam pola tradisional, sering kita temukan istilah "program latihan pemuridan". Ungkapan ini tidak salah, hanya saja proses pemuridan tidak tergantung pada satu program saja. Pemuridan adalah suatu proses yang berlangsung terus-menerus (Yohanes 15:1-8). Ranting tidak dapat berbuah bila tidak tinggal tetap atau terus-menerus menerima aliran kekuatan dari pokoknya. Di dalam sel yang terbina dengan baik, setiap anggota akan terus- menerus mengalami perubahan dan proses pembinaan dan terus ditambah dari hari ke hari, sehingga menjadi murid yang memuliakan Tuhan.
Sel adalah sarana mobilisasi jemaat seutuhnya. Proses pemuridan yang sehat pasti mendorong setiap orang keluar untuk memberitakan Injil kepada dunia yang berdosa. Semakin dekat hubungan seseorang dengan Allah dan terus bertumbuh dalam anugerah-Nya, semakin ia dikuatkan untuk bergerak keluar dengan kasih dan kuasa Allah. Inilah wujud pertumbuhan alamiah yang dikerjakan Roh Allah dalam setiap orang percaya (Zakharia 4:6). Dengan demikian, bila gereja ingin memiliki kekuatan mobilisasi total, dimana setiap orang bergerak bagi Kristus, sel harus dibina secara intensif.
Penginjilan dengan sistem jala, bukan pancing. Melalui sel, sistem penjangkauan keluar bukan hanya harus sistematis dan terus-menerus, tetapi juga dapat memungkinkan multiplikasi yang cepat. Filsafat dasar dari sel adalah multiplikasi. Pertumbuhan karakter dari setiap anggota terwujud dalam penjangkauan keluar yang terprogram yang menjadi gaya hidup sel. Penjangkauan dalam oikos jauh lebih efektif dari penjangkauan oleh pribadi demi pribadi. Bila setiap orang giat memberitakan Injil, maka setiap bulan, bahkan mungkin setiap hari ada jiwa yang dimenangkan kepada Tuhan melalui sel itu. Sistem penjangkauan ini dikuatkan dengan doa yang difokuskan pada sasaran yang khusus. Selain itu, terjadi kerja sama yang aktif antara anggota dengan Roh Kudus, sehingga kesaksian setiap anggota akan sangat berguna untuk mendorong yang lain, sebab kuasa yang nyata dialami. Inilah kekuatan sel dalam membawa orang datang dan percaya kepada Yesus.
Memberi tempat pada Roh Kudus untuk memakai setiap orang. Sistem yang berlaku dalam sel ialah memberdayakan setiap orang agar dapat dipakai Tuhan. Dengan demikian, setiap orang sadar bahwa ia sendiri tidak memiliki kemampuan untuk membawa orang datang kepada Yesus, kecuali ia sungguh berpegang pada Firman Allah dan bergantung pada kuasa Roh Kudus terus-menerus. Jadi, semua orang bergerak bersama bagi Tuhan dan bukan tergantung pada orang tertentu yang berkarunia hebat.
Kesimpulan
Dengan filsafat dasar ini, jelas bahwa prinsip ini sesuai dengan prinsip pertumbuhan gereja yang sehat atau yang disebut sebagai pertumbuhan yang alamiah, yaitu pertumbuhan yang dikerjakan oleh Allah sendiri.
Penjelasan Christian A. Schwarz bersama timnya yang mengadakan penelitian terhadap 1000 gereja di lima benua di dunia, mengemukakan hasil penemuan mereka dalam sebuah buku yang berjudul "Pertumbuhan Gereja yang Alamiah". Dalam pasal satu, ia mengemukakan delapan karakteristik:
Dalam analisisnya terhadap setiap karakter tersebut, didapati bahwa kelima unsur filsafat di atas sejalan dengan karakter yang dikemukakan oleh Schwarz.
Diambil dari:
Judul buku | : | Strategi Pelayanan Sel |
Judul artikel | : | Tujuan Pelayanan Sel Filsafat Dasar Pelayanan Sel |
Penulis | : | Pdt. Dra. Ny. P. Tuhumury, M.Div. |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 2001 |
Halaman | : | 18 -- 24 |
Aku pertama kali ke RRC tahun 1986 untuk mengunjungi tanah leluhur ayahku di desa Putien di Propinsi Fujian. Aku menangis waktu melihat kondisi desa yang sangat memprihatinkan itu. Ada seorang bapak yang hidupnya sangat miskin. Ia hidup sebatang kara di gubugnya yang berukuran 2x3 m dan seperti penduduk desa lainnya, ia sekedar hidup untuk menyambung hari saja. Tak heran jika wajah-wajah mereka tampak kecut, muram, dan tanpa pengharapan.
Pada saat itu, aku cuma bisa berdoa agar Tuhan memakai orang-orang Kristen untuk menjangkau negeri dengan 1,3 milyar jiwa itu (suatu sumber tak resmi, bahkan mengatakan jumlah penduduk di RRC sudah mencapai 1,6 milyar karena banyak keluarga yang memiliki lebih dari satu anak, tetapi tak berani mendaftarkannya pada pemerintah). Sementara itu, menurut data yang dikeluarkan pada tahun 1940-an, jumlah orang Kristen di RRC mencapai 800 ribu jiwa. Jumlah ini sangat sedikit dibanding dengan 1,3 milyar orang yang mendiami negeri tirai bambu ini. Paham komunis yang menjadi ideologi RRC memang menjadikan orang takut untuk menyatakan kepercayaan mereka secara terang-terangan; walaupun sebetulnya sudah cukup banyak orang yang mengenal Kristus akibat buah pelayanan para misionaris seperti Hudson Taylor dan rekan-rekannya.
Tetapi Roh Kudus dapat menggunakan hal yang buruk untuk menyampaikan kebenaran-Nya.
God Changes A Mess Into A Message
Pengaruh pemimpin Mao Tse Tung di RRC besar sekali. Dengan revolusi kebudayaannya, ia menyatukan Cina dalam satu bahasa, yaitu bahasa Mandarin yang disederhanakan. Tujuannya supaya seluruh Cina bisa bersatu dalam satu bahasa dan ideologi. Tapi justru lewat hal ini, Injil dapat disebarluaskan dengan lebih mudah.
Selain itu, ia pun memenjarakan ribuan orang percaya dan para hamba Tuhan di berbagai penjara yang terletak jauh dari tempat asal mereka. Tujuan Mao adalah supaya mereka tidak punya hubungan satu dengan yang lainnya. Tapi Tuhan justru memakai penjara sebagai tempat untuk memberitakan Injil. Selain itu, orang-orang yang kemudian dilepaskan dari penjara pun berkarya di kota tempat mereka pernah dipenjarakan, sehingga Injil tersebar di berbagai tempat.
Sementara itu, tragedi Tiananmen pada bulan Juni 1989 menyebabkan semua mata tertuju ke Beijing. Semangat kebebasan yang diserukan oleh para mahasiswa di Tiananmen memicu banyak orang di seluruh daratan Cina untuk menyebarkan Berita Sukacita secara lebih terang- terangan.
Aku mengenal dua orang pemuda di kota XN yang terletak di Propinsi Shanxi. Mereka adalah aktivis gereja bawah tanah yang divonis penjara selama 3 tahun akibat pelayanan mereka. Tapi kondisi tubuh mereka yang sangat lemah akhirnya menyebabkan mereka dibebaskan sebelum masa hukuman tiga tahun berakhir.
Aku terharu sekali waktu bertemu mereka. Secara fisik, kondisi tubuh mereka sangat lemah. Secara materi, mereka tidak memiliki apa-apa. Walaupun begitu, mereka mau mempersembahkan seluruh hidup mereka untuk kemuliaan Tuhan. Salah satu dari mereka akhirnya memutuskan untuk melayani Dia di daerah pedalaman Mongolia dengan hanya berbekal uang sebesar 200 RMB (sekitar Rp 220.000,00) untuk hidup selama tiga bulan. Aku sempat bertanya, apakah uang sebesar itu cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dengan penuh keyakinan, mereka berkata, "Tuhan selalu mencukupi kebutuhan kami. Lagipula, kami selalu diterima dan diberi makan oleh anak-anak Tuhan di setiap kota yang kami kunjungi."
Kerinduan masyarakat RRC untuk mengenal Allah yang mereka sembah memang sangat dalam. Aku melihat sendiri, walaupun di musim dingin, orang-orang sudah bangun sejak pukul 6 pagi untuk berdoa dan berlutut di lantai yang dingin tanpa alas. Setelah berdoa selama 1 jam, mereka belajar Alkitab secara intensif dalam suatu acara pembinaan selama 10-12 jam nonstop dengan tubuh yang menggigil karena minimnya fasilitas pemanas ruangan.
Dari orang-orang inilah, aku belajar bahwa hati dan penyerahan diri kepada Allah di dalam pelayanan, jauh lebih penting dari kemampuan dan sarana yang dimiliki. Mereka juga membuktikan bahwa penganiayaan dan tekanan kepada orang-orang Kristen justru menyebabkan kuasa Tuhan bekerja dengan sangat luar biasa.
Dalam kurun waktu 50 tahun saja, terjadi multiplikasi jumlah orang percaya yang sangat tinggi. Dari 800 jiwa pada tahun 1940-an, kini mencapai sekitar 80 juta jiwa. Beberapa sumber mengatakan, jumlahnya saat ini, bahkan telah mencapai 100 juta jiwa. ´God does change a mess into a message!´
Dibutuhkan Pengajaran Teologia yang Utuh
Aku melihat, hal utama yang mereka butuhkan saat ini adalah pengajaran dan pengetahuan teologia yang lebih dalam; mengingat banyaknya aliran bidat yang ikut masuk pada waktu multiplikasi besar-besaran terjadi. Pemerintah RRC saat ini memang membatasi kebebasan masuknya buku-buku teologi yang bermutu.
Kebanyakan dari orang Kristen yang terdaftar, secara resmi beribadah di gereja-gereja yang diakui pemerintah, yang biasa disebut ´Threeselves Patriotic Movement (TSM)´. Padahal, ada banyak sekali gereja ´bawah tanah´ yang berusaha untuk mempertahankan kemurnian iman Kristen yang berkembang di RRC.
Saat ini, beberapa lembaga misi dari Amerika, Singapura, Hongkong, bahkan Indonesia sebetulnya telah mulai menggumuli kebutuhan yang satu ini. Mereka berusaha agar orang-orang RRC bisa diperlengkapi dengan pengetahuan teologi yang utuh, baik melalui korespondensi maupun pembinaan yang intensif.
Bahaya yang Menghadang
Salah satu bahaya utama yang menghadang kemajuan kekristenan di RRC adalah kapitalisme dan materialisme, bukan komunisme. Kapitalisme yang kini masuk ke RRC dengan luar biasa berpotensi untuk menyebabkan orang terbuai dan terninabobok.
Justru ketika fasilitas minim dan tekanan penguasa terjadi secara kuat, iman orang-orang Kristen di RRC dimurnikan dan bertumbuh dengan luar biasa. Karena itu, kita tidak perlu takut pada tekanan dan penderitaan. Yang perlu kita takutkan adalah ketika kita hidup nyaman dan diberkati dengan sangat berlimpah, sehingga kita lupa pada Dia yang menitipkan semua-Nya itu. Karena itulah, Allah sekarang sedang mencari anak-anak-Nya yang dapat bertahan menghadapi "serangan berkat".
Bahan diedit dari sumber:
Judul Majalah | : | Get LIFE! Edisi 06/2004 |
Judul Artikel | : | Tumbuh di Tengah Tekanan -- Laporan dari RRC |
Penulis | : | Peter Hidayat |
Penerbit | : | Yayasan Pelita Indonesia |
Halaman | : | 49-51 |
Tak lama sesudah istri saya, Virginia, dan saya menjadi orang Kristen, kami berjumpa dengan Waldron Scott, seorang pemuda yang sebaya dengan kami dan yang menaruh minat secara pribadi terhadap kami. Ia pernah mendapat pertolongan di dalam kehidupan Kristennya oleh seorang temannya ketika ia masih berada di Angkatan Udara. Kami adalah teman sekuliah, dan dia datang sekali seminggu ke rumah kami untuk membagikan kebenaran rohani dengan kami dan menolong kami dalam pertumbuhan rohani kami.
Pekerjaannya yang sesungguhnya dengan kami mulai pada suatu hari ketika saya bertanya mengapa ada perbedaan yang sangat menyolok di antara kehidupan kekristenan kami. Mengapa kerohaniannya dan kerohanian saya dan Virginia tidak seperti dia? Waldron dapat mengutip ayat-ayat seakan-akan ia telah menghafalkannya. Sering kali ia menceritakan bagaimana Allah menjawab doanya. Kelihatannya ia mengenal Alkitabnya dengan baik.
Malam itu Waldron datang kerumah kami dan menanyakan beberapa pertanyaan. Apakah saya membaca Alkitab dengan teratur? Tidak, hampir tak pernah. Apakah saya mempelajarinya? Oho, sekali ini saya menang. Minggu yang baru lalu pendeta kami berkhotbah dari Matius 6:33, dan saya sangat terkesan dengan ayat itu sehingga saya menghafalkannya sesampai di rumah.
"Hebat!" kata Waldron. "Coba katakan ayat itu. Mari kita mendengarkannya."
Saya tidak dapat mengingatnya lagi. Maka saya sadar bahwa ada sesuatu yang kurang dalam cara saya menghafalkan Firman Tuhan.
Kemudian ia bertanya, "Apakah kau berdoa?"
"Ya, tentu," jawab saya kepadanya. "Saya selalu berdoa sebelum makan dengan doa yang telah saya hafalkan." Waktu itu kami sedang duduk-duduk dan makan makanan kecil. Maka saya berdoa: "Syukur, Tuhan kami ucapkan, atas makanan yang Engkau berikan, mohon berkat Yesus Kristus, Amin."
Pada suatu malam hari ketika mempelajari Alkitab, saya baru mengerti bahwa ternyata arti dan isi dan praktek doa itu lebih daripada hanya yang saya ucapkan. Waldron menawarkan kalau kami mau bertemu dengan dia dan membicarakan hal-hal yang telah menolong dia. Kami ingin sekali.
Maka kami mulai. Waldron mengajar kami bagaimana membaca Alkitab dan mendapatkan sesuatu daripadanya. Ia mengajar kami bagaimana belajar Alkitab secara perorangan dan, dengan pertolongan Roh Kudus, menggunakan pelajaran-pelajaran itu dalam kehidupan kami. Ia mengajar kami untuk menghafalkan Firman supaya selama 24 jam sehari kehadiran Roh Kudus dirasakan. Ia mengajar kami bagaimana merenungkan Firman supaya Firman Tuhan itu mendarah daging dalam kehidupan. Ia mengajar kami bagaimana berdoa dan mengharapkan jawaban dari Allah. Tahun itu merupakan tahun yang penuh berkat bagi kami. Kami haus untuk belajar, dan Waldron bersedia meluangkan waktunya dengan kami.
Tahun berikutnya saya mulai naik di tingkat dua, dan Waldron masih meneruskan bertemu dengan kami. Kami tetap terus bertumbuh dan kehidupan Kristen saya penuh dengan penemuan-penemuan baru. Kami telah menemukan petualangan yang bermutu tinggi dari kehidupan yang berkelimpahan. Tuhan lebih menjadi bersifat pribadi dan nyata dalam hidup kami.
Pada pertengahan semester pertama, seorang teman sekuliah datang kepada saya dan bertanya, "Tahukah LeRoy, saya memperhatikan kamu. Kehidupan Kristenmu sungguh sangat berbeda dengan saya." Dan ia menanyakan beberapa pertanyaan sama seperti yang pernah saya tanyakan kepada Waldron setahun sebelumnya.
Saya tersenyum dan bertanya, "Apakah Saudara membaca Alkitab secara teratur?"
"Tidak!"
"Apakah Saudara mempelajarinya?" Tidak, lagi.
"Apakah Saudara menghafalkan Firman Tuhan?" Tidak, ia juga tidak melakukannya.
"Apakah Saudara berdoa?" Masih tidak.
Saya menyarankan agar kami bertemu dan membicarakan hal-hal itu. Ia bergairah sekali. Maka kami mulai. Saya membagikan apa yang pernah dibagikan Waldron kepada saya, dan teman itu mulai bertumbuh dalam kehidupan Kristen. Ia mulai menggali Alkitab, berdoa, dan bersaksi. Dan Roh Tuhan bekerja dengan sangat hebatnya dalam kehidupannya tahun itu.
Tahun berikutnya saya pindah ke universitas lain, dan kawan saya itu pindah ke universitas yang lain lagi. Beberapa bulan sesudah kuliah mulai, saya menerima surat dari dia yang menarik sekali. Ia telah menghadiri persekutuan Kristen di kampus, dan seorang kawannya datang kepadanya dan menanyakan tentang kehidupan Kristennya. Kelihatannya mahasiswa itu menemukan perbedaan, dan ia ingin mengetahui sebabnya. Maka bertanyalah kawan saya itu kepada temannya beberapa pertanyaan yang berkenaan dengan pembacaan Alkitab, penyelidikan, hafalan, dan doa. Ia berminat melakukan hal-hal itu. Maka kawan saya itu mulai membagikan petunjuk-petunjuk dasar yang ia pernah pelajari dari saya dan yang pernah saya pelajari dari Waldron.
Sementara itu, seorang mahasiswa Kristen datang kepada saya di kampus universitas saya .... dan demikianlah seterusnya. Sudah banyak tahun sampai saat ini saya terlibat dalam menolog orang lain secara perorangan dalam kehidupan Kristen mereka. Dewasa ini terlihat di banyak gereja dan banyak orang memiliki minat untuk bertumbuh dalam melipatgandakan murid.
Ada empat pasang suami istri yang mengadakan pertemuan satu malam setiap minggu untuk mempelajari Alkitab. Sejak pertemuannya dimulai empat bulan sebelumnya, tiga diantaranya bertobat kepada Kristus. Pertemuan itu dipimpin oleh salah seorang Kristen awam dari gereja. Pada suatu malam, baru saja mereka memulai suatu diskusi yang menarik, telepon berdering.
"Joe ada di sana?" Joe adalah salah seorang Kristen baru yang baru empat bulan lamanya percaya.
"Ya, tetapi ia sedang sibuk saat ini. Ia sedang mengikuti pelajaran Alkitab."
"Tolonglah, saya harus berbicara dengan dia." Suara itu iba sekali.
"Baiklah."
Joe mengangkat telepon itu dan mendengarkan.
"Baik," katanya. "Saya segera datang."
Joe menjelaskan kepada kelompok itu. Teman kerjanya ingin agar ia datang dan menolongnya. Ada pertengkaran di antara suami dan istrinya, dan istri temannya itu sudah tidak menghiraukan dia lagi. Sudah lama keluarga ini berantakan, dan Joe merasa ia harus pergi dan berbuat sedapatnya.
Pemimpin kelompok pelajaran Alkitab itu merasa tindakan Joe itu benar. Ketika Joe pergi, kelompok itu berdoa. Maka Joe, seorang Kristen yang baru percaya empat bulan itu, mengambil Alkitabnya dan pergi untuk mencoba menyelamatkan suatu pernikahan. Kelompok Pelajaran Alkitab itu berubah menjadi kelompok doa.
Tiga minggu kemudian saya berjumpa dengan pemimpin kelompok itu dan mendengar berita yang hebat. Joe telah dipakai oleh Allah untuk memimpin suami istri itu kepada Kristus. Sekarang Joe sedang dalam proses pemimpin mereka dalam mempelajari Firman Tuhan.
Sebagai akibatnya, pemimpin itu harus mulai meluangkan waktu sedikit dengan Joe untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya, sebab ia dengan istrinya telah mulai memimpin orang Kristen baru untuk mempelajari Firman Tuhan. Memang sebelumnya juga Joe adalah seorang yang selalu ingin tahu. Terlebih lagi sekarang. Ia tahu bahwa ia memerlukan banyak pertolongan. Pemimpinnya senang menolong dia. Ia dapat melihat bahwa Tuhan memakai waktu itu untuk memperdalam hubungan mereka dan memperdalam kehidupan Joe di dalam Tuhan.
Keadaan ini juga merupakan tantangan bagi anggota lainnya dalam kelompok Joe. Jelas sekali bagi mereka bahwa lambat atau cepat Tuhan juga akan memberi kesempatan untuk membagikan apa yang telah mereka pelajari. Keadaan itu menjadikan pelajaran Alkitab itu lebih berarti bagi mereka semua.
Adegan di atas, dengan berbagai keadaan yang berlainan, terulang di banyak tempat di dunia ini.
Dahulu konsep melipatgandakan murid itu tidak dapat diterima seperti pada dewasa ini. Sebenarnya, beberapa waktu yang lalu, hanya sedikit orang yang melakukannya. Tetapi sekarang lebih banyak orang yang kembali kepada proses Alkitabiah.
Judul Buku | : | Pemuridan: Seni yang Hilang |
Judul Artikel | : | Unsur Penting: Pertolongan Perorangan Murid yang Bertindak |
Penulis | : | LeRoy Eims |
Penerbit | : | Lembaga Literatur Baptis, Bandung, 1993 |
Halaman | : | 10-17 |
CD SABDA | : | Topik 18226, 18227 |
Kegerakan doa terjalin dalam persatuan dan kesatuan gereja-gereja di Indonesia. Kegerakan doa ini merupakan penggenapan doa Tuhan Yesus supaya mereka semuanya menjadi satu dan orang akan mendengar suara Tuhan dan dunia akan percaya kepada-Nya. Sebagai akibat dari kegerakan ini adalah bangsa kita diberkati, kota-kota diberkati, banyak orang diberkati, suku-suku diberkati, banyak orang membesarkan dan memuliakan Tuhan.
DAMPAK dari kegerakan doa:
Gelombang doa yang besar melanda seluruh bangsa dari kota- kota/desa-desa sehingga terjadi revival yang luar biasa.
Terjadinya kesatuan keesaan gereja dan gerakan kesaksian bagi transformasi masyarakat/komunitas. [IS]
Transformasi Kota Melalui Doa
Ketika menyadari bahwa kita ini mempunyai kesalahan, kelemahan maka kita harus mengakuinya di hadapan orang lain. Kita mengakui bahwa kita membutuhkan orang lain dalam pelayanan ini. Tidak ada satu organisasi pun yang bisa membuat transformasi di Indonesia ini, kita harus bersama-sama dan kita satu di hadapan Tuhan. Transformasi perlu kelembutan hati untuk dapat menerima keberadaan orang lain.
Tiga tahapan awal untuk mencapai transformasi komunitas:
1. Saat pulang ke kota/daerah kita harus membentuk pangkalan rohani.
Kita tidak sanggup melakukannya dengan kekuatan kita sendiri namun Allah yang menyanggupkan kita -- akan ada kebangkitan rohani yang nyata dalam diri kita (Pengkhotbah 9:14-15). Awal kebangkitan adalah saat dimana gereja-gereja/pribadi-pribadi menyadari adanya hubungan yang rusak dengan Tuhan dan sesama serta hubungan itu perlu diperbaiki sehingga doa bersama di dalam kesatuan dapat tercapai.
2. Ada terobosan-terobosan rohani dimana semua denominasi/gereja akan bertumbuh dan menuai jiwa-jiwa.
Terjadi gelombang pertobatan dan gerakan doa syafaat yang menjadi kegiatan inti gereja, lembaga kristen, atau organisasi apapun. Nilai-nilai kerajaan Allah akan keluar dari gereja dan akan menyentuh setiap aspek di dalam kota (politik, ekonomi, pendoa syafaat). Ada infrastruktur dimana komunitas di dalam gereja sekota muncul lembaga-lembaga pelaksana, pelayanan, belas kasihan dimana ada sekolah pelayanan, menara doa, tim kepemimpinan gereja sekota lahir, semua pelayanan saling berkaitan dan membutuhkan.
Tim pendoa sekota yang mempromosikan dan mengharmonisasikan doa- doa ke seluruh kota (gereja, pemimpin, pendeta, para pemimpin kota, pengawas, pendoa syafaat, kubu spiritual):
perlu ada demografi dan pengumpulan data.
perlu pemahaman akar spiritual dan budaya, benteng-benteng pemetaan rohani, pendoa syafaat, tim kepemimpinan, gereja- gereja sekota, para hamba-hamba Tuhan dan pendeta pendeta berhimpun menjadi satu. Perlu ada input/masukan, pendoa perlu informasi yang akurat tentang situasi yang terjadi di bumi.
3. Kita semua saling merendahkan diri dalam takut akan Kristus.
Melepaskan organisasi/denominasi kita masing-masing dan datang sebagai tubuh Kristus yang mewakili geereja-gereja Tuhan yang ada di negeri ini. Kita sudah terlalu lama menggunakan doa kita untuk kepentingan diri kita. Perhatikan Mazmur 2:8 -- doa bukan hanya untuk menjawab kebutuhan kita, namun juga untuk menjawab kerinduan Allah untuk melahirkan Indonesia baru. [DP/RM]
Sumber:
Artikel ini merupakan ringkasan dari renungan yang disampaikan oleh Iman Santoso, Ph.D. (Ketua Umum JDN), Ev. Daniel H. Pandji (Koordinator JDJB), dan Ir. Rachmat T. Manullang, MSi (Koordinator Training dan Fasilitator JDN).
Jika saya ditanya mengenai bagaimana kemerdekaan kita dapat diwujudkan dalam kehidupan kita, jawaban saya sederhana saja. Menurut saya, kemerdekaan kita akan terwujud dalam kehidupan kita jika kita menyadari perubahan yang telah Allah kerjakan dalam diri kita dan mulai bertindak sesuai dengan posisi dan sifat dasar kita yang baru. Kita perlu bertobat dari semua dosa serta keterlibatan kita dengan kuasa gelap dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Tuhan. Proses tersebut memang sederhana dan jika dilakukan dengan penuh kerendahan hati serta keterbukaan terhadap Tuhan, maka hasilnya akan sangat memuaskan.
Akan tetapi, banyak orang Kristen yang masih belum berjalan dalam kemerdekaan di dalam Kristus. Walaupun mereka sudah percaya kepada Yesus dan secara umum telah mengakui dosa, tetapi kenyataannya kehidupan mereka masih kurang bahagia karena masih ada dosa dan keterlibatan dengan kuasa gelap yang memengaruhi kehidupan dan menghalangi pertumbuhan rohani mereka.
Orang Kristen seperti ini bisa disamakan dengan orang-orang yang belum percaya kepada Yesus. Setiap tahun, orang-orang di sekitar kita merayakan hari raya sesuai dengan tradisi dan agama mereka. Salah satu aspek dari perayaan mereka adalah mengucapkan "Mohon maaf lahir dan batin kepada saudara-saudara, tetangga-tetangga, dan teman-teman mereka". Maksud dari tradisi tersebut ialah agar semua dosa dan kesalahan yang telah dilakukan pada tahun lalu bisa dibereskan, sebelum memasuki tahun yang baru. Secara teoritis, prinsipnya baik dan memang ada banyak orang yang meminta maaf dengan sepenuh hati pada hari tersebut. Namun, menurut pengamatan saya dan kesaksian orang-orang yang saya kenal, seringkali ritual itu kurang efektif. Mengapa? Pertama, karena hanya dilakukan satu tahun sekali, sehingga dalam banyak kasus, kemarahan, kebencian, serta kepahitan yang terpendam di dalam hati seseorang sudah sangat dalam. Kedua, ketika ritual itu dilakukan, kita tidak diwajibkan mengakui dosa kita satu per satu, tetapi hanya secara umum. Karena itu, banyak orang dapat mengikuti ritual itu tidak dengan penuh kerendahan hati dan keterbukaan yang sungguh-sungguh terhadap orang lain, sebab mereka tidak perlu mengakui kesalahan mereka secara spesifik. Ketiga, orang bisa mengikuti ritual itu tanpa harus mengubah kelakuannya, sehingga kesalahannya bisa diulangi terus-menerus.
Kehidupan banyak orang Kristen dapat dibandingkan dengan ritual tersebut. Pada saat mereka bertobat, mereka mengakui dosa mereka secara umum -- seakan-akan mereka "Mohon maaf lahir dan batin kepada Tuhan" -- tetapi mereka belum sungguh-sungguh bertobat dari dosa- dosa yang sering mereka lakukan serta dari keterlibatan mereka dengan kuasa gelap. Dosa-dosa mereka belum diakui secara spesifik, apalagi ditinggalkan, sehingga mereka belum bisa menikmati kemerdekaan yang telah mereka miliki di dalam Kristus. Mengapa mereka tetap hidup dalam keadaan tersebut? Pada kasus-kasus tertentu, mereka belum bertobat dari dosa mereka karena faktor ketidaktahuan mereka. Mungkin tidak ada yang membimbing mereka lebih lanjut. Akan tetapi, tidak semua kasus sama. Dalam kasus-kasus yang lain, orang tidak bertobat dari dosa-dosa mereka karena mereka masih tertipu oleh musuh kita, sehingga mereka tidak mau meninggalkan dosa-dosa yang mereka nikmati, yang telah menjadi kebiasaan.
Bagaimana kemerdekaan kita di dalam Kristus dapat diwujudkan dalam kehidupan? Dalam Efesus 4:17-32, Paulus menjawab pertanyaan ini. Dalam nas tersebut, ia menegaskan pentingnya kualitas kehidupan kita sebagai orang Kristen. Ia memulai nas ini dengan mendorong kita secara langsung, supaya kita tidak melanjutkan pola kehidupan kita yang lama, setelah kita percaya kepada Yesus: "Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah" (ayat 17). Bagaimana kehidupan orang-orang yang belum mengenal Allah? Dalam ayat 17b-19, Paulus menggambarkan keadaan orang-orang tersebut supaya kita menyadari betapa buruknya kehidupan mereka yang masih di luar Kristus. Mereka digambarkan sebagai orang-orang yang:
"tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dengan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran."
Maksud Rasul Paulus dalam ayat-ayat ini ialah bahwa kehidupan kita harus sesuai dengan Firman Allah dan bukan sesuai dengan kebiasaan kita sebelum kita percaya kepada Kristus. Hal tersebut sangat penting supaya kita dapat terlepas dari pengaruh dunia, keinginan daging dan iblis, serta berjalan dalam kemerdekaan dan kemenangan di dalam Kristus.
Suatu Penyerahan yang Sejati
Dalam ayat 20-24, Paulus mengingatkan kita mengenai penyerahan yang sudah kita ambil sebagai pengikut-pengikut Kristus:
"Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya."
Dari apa yang ditulis oleh Paulus, jelaslah bahwa hal ini bukan pengajaran yang baru bagi jemaat Efesus. Sejak awal mereka sudah diajar untuk "menanggalkan manusia lama" dan "mengenakan manusia baru". Apakah "manusia lama" dan "manusia baru" itu? Dalam konteks ini, jelaslah bahwa "manusia lama" berarti kehidupan mereka sebelum bertobat, yang sangat dipengaruhi oleh dunia, keinginan daging, dan iblis, dan yang "menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan". Kehidupan ini adalah kehidupan yang digambarkan dalam ayat 18-19. Dalam ayat 20-24, Paulus mengingatkan jemaat Efesus bahwa mereka telah menanggalkan kehidupan itu pada saat mereka percaya kepada Yesus Kristus. Maksudnya, mereka sudah meninggalkan kehidupan tersebut, termasuk dosa-dosa serta keterlibatannya dengan kuasa gelap. Mereka telah menanggalkan "manusia lama" itu, sama seperti kita menanggalkan baju yang kotor dan bau. Hal itu sudah terjadi pada waktu mereka percaya.
Jika kita menanggalkan baju yang kotor, maka kita harus mengenakan baju yang bersih supaya kita tidak telanjang. Hal ini sama dengan apa yang telah dialami oleh jemaat di Efesus ketika mereka percaya kepada Yesus. Pada saat mereka bertobat, mereka tidak hanya menanggalkan manusia lama, tetapi juga mengenakan manusia baru. Ini merupakan gaya hidup yang baru, yang sesuai dengan panggilan dan kehendak Allah bagi mereka.
Sekali lagi, dalam ayat 22-24 Paulus tidak mendorong jemaat di Efesus supaya mereka "menanggalkan manusia lama" dan "mengenakan manusia baru", melainkan ia mengingatkan bahwa mereka telah melakukannya pada saat mereka bertobat. Ini merupakan pengajaran yang mendasar di dalam gereja mula-mula, dan seharusnya demikian juga pada masa kini. Jika kita ingin berjalan dalam kemerdekaan dan kemenangan di dalam Kristus, maka kita harus sungguh-sungguh meninggalkan kehidupan kita yang lama, termasuk dosa-dosa serta keterlibatan kita dengan kuasa gelap. Kemudian kita harus menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah serta kehendak-Nya bagi kita. Inilah jalan menuju kebahagiaan. Inilah jalan menuju kemerdekaan.
Suatu Pembaharuan yang tidak Terhalang
Dalam konteks ini, baik kata kerja "menanggalkan" maupun "mengenakan" menunjukkan ketika jemaat itu bertobat. Akan tetapi, dalam konteks ini, Rasul Paulus juga memakai kata kerja "diperbaharui", yang menunjuk pada proses pembaharuan yang sedang kita jalani hari demi hari. Dalam ayat 22-23, Paulus mengingatkan jemaatnya bahwa mereka telah menanggalkan manusia lama... supaya mereka "diperbaharui di dalam roh dan pikiran" mereka. Jadi, tujuan kita ketika kita menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru ialah supaya proses pembaruan roh dan hati kita tidak terhalang, tetapi bisa terus maju. Bukan hanya tindakan kita yang perlu diperbaharui, tetapi juga motivasi dan pikiran kita. Dengan demikian, kita mengalami perubahan sejati di dalam Kristus.
Jika kita memahami ajaran Rasul Paulus dalam ayat 22-24, maka akan jelas bagi kita untuk mengetahui alasan mengapa banyak orang Kristen belum berjalan dalam kemerdekaan di dalam Kristus. Padahal, pola yang normal adalah kita menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru pada saat kita percaya kepada Yesus Kristus, sehingga roh dan pikiran kita dibaharui oleh Roh Kudus hari demi hari. Kenyataan yang ada sekarang adalah banyak orang Kristen belum sungguh-sungguh memenuhi tanggung jawab mereka. Mereka belum menanggalkan manusia lama dan belum pula mengenakan manusia baru. Mereka belum meninggalkan kehidupan mereka yang lama dan belum menyerahkan diri mereka sepenuhnya kepada Tuhan. Akibat dari ketidaktaatan mereka ialah proses pembaruan dan pengudusan dalam kehidupan mereka yang terhalang. Mereka tetap terpengaruh oleh dunia, keinginan daging, dan iblis, sehingga kehidupan mereka kurang bahagia dan pelayanan mereka seringkali kurang efektif.
Kita harus ingat akan tujuan kita. Jika kita ingin bertumbuh di dalam Kristus hari demi hari, kita harus menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. Inilah jalan kemerdekaan. Inilah jalan kemenangan.
Suatu Ketaatan yang Spesifik
Setelah Paulus mengemukakan prinsip-prinsip umum mengenai keputusan yang telah kita ambil pada saat kita percaya kepada Yesus, ia mulai mendorong kita secara spesifik supaya kita bertobat dari semua perbuatan yang tidak sesuai dengan keputusan kita. Kata-kata yang perlu digarisbawahi di sini ialah "secara spesifik". Kita tidak boleh hanya "mohon maaf lahir dan batin" ketika kita percaya kepada Yesus, seolah-olah dengan demikian dosa kita sudah beres, sehingga kita terlepas dari pengaruh dunia, keinginan daging, dan iblis. Untuk itu, pertobatan kita haruslah spesifik, sehingga kita sungguh-sungguh meninggalkan dosa-dosa tertentu serta keterlibatan kita dengan kuasa gelap, jika kita ingin berjalan dalam kemerdekaan di dalam Kristus.
Menurut ayat 25-32, dosa-dosa mana saja yang harus ditinggalkan? Ada berbagai macam dosa yang harus kita tinggalkan, misalnya berbohong (ayat 25), memendam kemarahan (ayat 26-27), mencuri (ayat 28), mengeluarkan perkataan yang kotor atau tidak membangun (ayat 29), dan mendukakan Roh Kudus (ayat 30). Daftar dosa-dosa yang ditulis oleh Paulus di sini panjang dan spesifik, supaya kita bisa menaati kehendak Allah dengan sungguh-sungguh.
Diambil dari: | ||
Judul buku | : | Hancurkan Kuasa Iblis dalam Diri Anda |
Judul artikel | : | Wujudkan Kemerdekaan Anda! |
Penulis | : | Pdt. Thomas J. Sappington |
Penerbit | : | Yayasan Andi dan OC International Yogyakarta, 1998 |
Halaman | : | 143 -- 150 |
Pada suatu waktu antara tahun 114 -- 124 Masehi, tokoh terkemuka dalam gereja Kristen bernama Marcion mengemukakan sesuatu yang menentang Perjanjian Lama (PL). Dia percaya bahwa Tuhan dalam PL berbeda dengan Allah yang disebut Bapa oleh Yesus Kristus. Maka dia memutuskan untuk mengurangi Alkitab menjadi hanya bagian Perjanjian Baru (PB).
BILA ADA DUA PERJANJIAN, APAKAH ITU BERARTI ADA DUA ALLAH YANG BERBEDA?
Meskipun pendapat Marcion dikutuk oleh gereja mula-mula, pertanyaan di atas masih juga menjadi perdebatan pada zaman ini: "Apakah Allah dalam PL berbeda dengan Allah dalam PB? dan "Apakah kita masih memerlukan PL meski telah mempunyai 27 kitab PB?"
Adalah salah apabila kita membuat garis batas untuk membedakan kedua perjanjian tersebut. Yesus sendiri berkata tentang 39 Kitab PL, "Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku," (Yohanes 5:39). Pada masa itu, tidak ada kitab suci selain ke-39 kitab tersebut. Dalam PB, penulis kitab Ibrani mengawali dengan mengatakan bahwa pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya (Ibrani 1:1-2). Di dalam Yohanes 12:41 disebutkan bahwa ketika Nabi Yesaya mengisahkan dalam PL bahwa ia mendapat penglihatan tentang Tuhan, dia berbicara dengan, tidak lain, daripada Yesus Kristus (Yohanes 12:41).
BENARKAH PB LEBIH BERKUASA DARIPADA PL?
Rasul Paulus mengajarkan, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran" (2Timotius 3:16). Keseluruhan Alkitab merupakan satu rangkaian cerita narasi bersambung. Yesus sendiri menggarisbawahinya dalam perjalanan ke Emaus (Lukas 24:13-35). Kleopas dan temannya sangat terpukul akan kematian Yesus hingga tidak mengenali ketika berjumpa dengan-Nya di jalan menuju Emaus. Mereka telah berharap bahwa Yesus-lah yang akan membebaskan Israel, namun ternyata Dia mati. Yesus berkata, "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi ...! Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci (PL), mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi." Mereka tidak mengerti karena tidak tahu atau tidak percaya bahwa kisah pembebasan yang telah dimulai sejak zaman Musa dan nabi-nabi lain itu telah digenapi dalam Yesus.
PADA KENYATAANNYA TETAP SAJA YANG SATU ADALAH PERJANJIAN YANG "LAMA" SEDANGKAN YANG SATU "BARU", BUKAN?
Beberapa orang mengatakan, "Saya akan menerima bahwa PL memang menekankan kedatangan Sang Mesias, yakni Yesus. Tapi bukankah kekristenan adalah sesuatu yang baru, berdasarkan pada rencana atau perjanjian yang baru dari Allah? Bukankah Yeremia menubuatkan dalam Yeremia 31:31-34 bahwa "perjanjian yang baru" akan datang? Kenapa harus meributkan hal-hal detail dalam PL?
Yeremia benar-benar menubuatkan sebuah "perjanjian yang baru", tapi apa yang dia maksud adalah tambahan dari Allah terhadap "perjanjian yang dulu" dibuat Allah dengan Hawa (Kejadian 3:15), Abraham (Kejadian 12:2-3), dan Daud (2Samuel 7:1-19). Jadi, Tuhan "memperbaharui" perjanjian itu -- dalam bahasa Ibrani, hanya kata "baru" saja yang sesuai untuk mengartikan ini. Lebih dari 70% perjanjian yang baru itu merupakan pengulangan dari janji yang telah dibuat pada zaman taman Eden-Abraham-Daud. Yesus juga memperingatkan supaya kita tidak berpikir bahwa Dia telah datang untuk membatalkan janji-Nya dalam PL. "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya," sabda-Nya dalam Matius 5:17. Firman-Nya lagi, "Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi" (Matius 5:18).
APA YANG MEMBUAT ALKITAB MENJADI SATU KESATUAN?
Keseluruhan isi Alkitab adalah buah pikiran dan rencana Allah. Alkitab menyebutkan hal tersebut sebagai "janji" yang Allah buat melalui Abraham bagi semua bangsa (Keluaran 12:2-3). Dalam buku berjudul "The Prophets and The Promise" (Para Nabi dan Janji), Willis J. Beecher menyatakan bahwa janji Allah tersebut digenapi selamanya, dari dulu hingga sekarang melalui sejarah dan bangsa Israel dengan Kristus sebagai pusatnya.
Ke-39 kitab PL menggunakan berbagai kata untuk menunjuk pada rencana dan janji Allah, seperti "perjanjian", "sumpah", dan "firman", ke-27 kitab PB menggunakan kata "janji" lebih dari lima puluh kali untuk meringkas inti dari karya Allah yang berkelanjutan.
Faktanya, ketika Paulus diadili sebelum kedatangan Agripa, dia meringkas Kitab Suci beserta misinya dan tentang Israel serta gereja sebagai berikut, "Dan sekarang aku harus menghadap pengadilan oleh sebab aku mengharapkan kegenapan JANJI, yang diberikan Allah kepada nenek moyang kita, dan yang dinantikan oleh kedua belas suku kita, sementara mereka siang malam melakukan ibadahnya dengan tekun" (Kisah Para Rasul 26:6-7, ditambah penekanan).
APAKAH JANJI INI HANYA UNTUK BANGSA ISRAEL DAN BUKAN UNTUK BANGSA KAFIR?
Rasul Paulus berusaha keras memastikan bahwa tidak seorang pun merasa bahwa Allah hanya mementingkan umat kasayangannya, bangsa Yahudi. Dia menyimpulkan dalam kitab Roma dengan petikan ayat dari 2Samuel 22:50, Ulangan 32:43, Mazmur 117:1 dan Yesaya 11:10 untuk menunjukkan bahwa "Janji yang dibuat untuk [Abraham, Ishak, dan Yakub] diberikan supaya orang-orang bukan Yahudi memuliakan Allah" (Roma 15:8-12) bersama-sama dengan bangsa Yahudi.
Lebih lanjut lagi, ketika perpecahan antarorang Yahudi terjadi, tentang apa dan bagaimana mereka harus menerima orang-orang bukan Yahudi, Yakobus mengutip kitab Amos (PL) yang menunjukkan bahwa bangsa kafir juga termasuk di dalam kerajaan Daud, "Semua orang lain mencari Tuhan dan segala bangsa yang tidak mengenal Allah, yang Kusebut milik-Ku" (Kis. 15:17). Ini sama dengan apa yang telah dijanjikan kepada Abraham dalam Kejadian 12:3, "Olehmu (Abraham) semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."
APAKAH JANJI INI MENIADAKAN HUKUM ALLAH?
Roma 3:31 dengan jelas mengatakan, "Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya."
"Bila kita berpendapat demikian," beberapa orang akan dengan cepat menyimpulkan, "haruskah kita membawa domba dan kambing ke gereja sebagai persembahan dan tidak memakai baju yang terbuat dari dua jenis bahan yang berbeda dan ditenun bersamaan karena hal itu melanggar hukum?"
Ada perbedaan antara hukum moral (seperti Sepuluh Hukum Tuhan dan Hukum Suci di Imamat 18-20), jenis-jenis hukum sipil yang bersifat seremonial yang diberikan Allah pada Musa. Banyak yang mengatakan bahwa hukum tersebut hanya satu dan kita tidak bisa membedakannya menjadi tiga. Tapi, inilah yang diajarkan Yesus, Sang Guru Agung, dalam Matius 23:23, bahwa ada beberapa hal dalam hukum tersebut yang dinilai "lebih tinggi" atau "lebih penting". Yesus setuju bahwa persepuluhan dari selasih, adas manis, dan jintan harus dibayar (karena waktu itu Ia belum disalibkan). Tapi keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan, menempati prioritas pertama (menunjuk pada hukum moral).
Lebih lagi, ketika Allah memberikan Sepuluh Hukum-Nya pada Musa di Gunung Sinai, Musa diminta untuk membuat Kemah Suci dan segala perabotannya berdasarkan pola yang diberikan (Keluaran 25:9, 40). Hal ini menunjukkan bahwa aspek-aspek seremonial dari hukum tersebut merupakan "salinan" dan "contoh" dari bentuk dan wujud sesungguhnya yang masih ada di surga. Oleh karena itu, mereka mengira-ngira apa yang akan terjadi pada kedatangan-Nya yang pertama dan kedua. Ibrani (PB) menyebut Kemah Suci, perabotan, pelayan, dan pelayanannya sebagai "gambaran dan bayangan" dari apa yang sesungguhnya akan datang di dalam Kristus (Ibrani 8:5).
APAKAH DI MASA SEKARANG JANJI TERSEBUT MASIH BERLAKU?
Paulus mengajarkan dalam Galatia 3:8, "Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati." Jadi, "kabar baik" yang menjadi dasar bagi penebusan jiwa Abraham sama dengan "kabar keselamatan" yang memanggil seluruh umat kepada Penebus kita, Yesus Kristus.
Roma 1:2-4 menunjuk pada kesamaan ini, "Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam Kitab Suci, tentang Anak-Nya ... Anak Allah yang berkuasa." Dalam Ibrani 3:17; 4:2 ketika menyebutkan tentang Israel yang mengeraskan hati mereka dan jatuh dalam dosa, diperingatkan juga supaya kita harus berjaga-jaga karena "Sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku ... kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan" (Ibrani 4:1-2), seperti juga yang telah diberitakan kepada para pria dan wanita yang pada waktu itu jatuh ke dalam dosa karena tidak percaya pada sabda-Nya.
SATU KATA UNTUK SEMUANYA
Pesan yang disampaikan oleh Alkitab berpusat pada satu firman-Nya yang masih berbicara pada kita hingga sekarang. Bagaimana kita bisa memisahkan apa yang telah Tuhan satukan? Bagaimana kita bisa membedakan Tuhan PL dan PB? Bagaimana kita menyatakan bahwa Tuhan berubah arah pikiran karena adanya dua Perjanjian tanpa membandingkan dulu apa yang Ia ajarkan lewat firman dan lewat bibir-Nya ketika Dia berada di bumi? Mazmur 119:160 menegaskan, "Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya." (t/Dian H)
Bahan diterjemahkan dari sumber:
Judul majalah | : | Decision, Juli/Agustus 2006 |
Judul asli | : | Something Old, Something New: Is The Whole Bible |
Really For All Of Us? | ||
Penulis | : | Walter C. Kaiser Jr. |
Penerbit | : | Billy Graham Evangelistic Assosiation, North Carolina |
Halaman | : | 16 -- 17 |
Situs | : | http://www.decisionmag.org/ |