Ada yang menuai karena ada yang menabur. Sama seperti gereja-gereja dan lembaga-lembaga misi yang saat ini ada karena ada orang yang bersedia meninggalkan zona kenyamanan, menyingsingkan lengan, dan bekerja keras agar firman Tuhan sampai ke ujung bumi. Lewat profil-profil bangsa yang kami hadirkan kepada Anda, kiranya dapat menjadi motivasi pelayanan Anda.
Bhutan adalah negara kecil yang sangat indah dan strategis letaknya. Negara ini berbatasan dengan India di sebelah selatan dan Cina di sebelah utara. Pemandangan alamnya beragam, mulai dari dataran, dataran berpasir dan hutan lembah, sampai ke Gunung Himalaya yang curam dan berbatu. Masyarakat Bhutan menyebut negara mereka dengan sebutan "Druk-yal", yang berarti 'tanah naga guntur'.
Masyarakat Bhutan terbagi menjadi tiga, yaitu Bhotia Tibet, Sharchop atau Bhotia Timur, dan masyarakat Nepal. Ada juga bermacam kelompok suku lainnya. Bhotia, yang meliputi orang-orang Bhutan, umumnya berkumpul di Bhutan sebelah barat dan tengah. Mereka adalah komunitas suku terbesar. Kebanyakan dari pemimpin sosial dan politik di negeri itu datang dari kelompok ini. Pada abad ke-8, banyak kaum elite yang berimigrasi ke Bhutan dari Tibet. Masyarakat Bhotia Tengah umumnya berbadan tinggi dan atletis. Seperti nenek moyangnya yang adalah orang Mongolia, masyarakat Bhotia memiliki mata yang kecil dan panjang, serta tulang punggung yang lebar. Mereka dikenal sebagai orang yang mandiri dan bersemangat.
SEPERTI APA KEHIDUPAN MEREKA?
Masyarakat Bhotia Tengah umumnya adalah petani. Mereka harus bekerja sepanjang hari di sawah agar bisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Sebagian hasil panen dijual di pasar untuk membeli barang-barang lainnya yang mereka butuhkan. Pola makan masyarakat Bhotia terdiri dari nasi, kentang, dan sayuran. Daging hanya dikonsumsi dalam porsi kecil dan mereka mendapatkan susu dari ternak yak.
Petani Bhotia Tengah umumnya tinggal di perkampungan kecil atau di rumah terpisah. Di kota yang lebih besar, rumah dibangun secara berkelompok dan banyak yang dicat dengan desain yang menarik. Biasanya, rumah dibangun dari kayu dengan dinding berlumpur yang tebal untuk menjauhkan hawa dingin. Kebanyakan rumah memiliki dua lantai, namun ada pula yang memiliki empat lantai. Jika keluarga tersebut memiliki binatang, ternak mereka ditempatkan di lantai dasar. Atapnya dibuat dari kayu yang dikaitkan dengan batu-batu yang berat.
Pernikahan Bhotia Tengah bersifat monogami. Wanitanya menikah kira-kira pada usia 16 tahun, sedangkan pria pada usia 21. Upacara pernikahan yang formal tidak diadakan. Pengantin baru bisa tinggal bersama keluarga mempelai pria, keluarga mempelai wanita, atau tinggal di rumahnya sendiri, tergantung siapa yang lebih membutuhkan tenaga untuk bekerja di sawah. Tipe keluarga luas sangat penting dalam budaya Bhotia Tengah. Kakek dan neneklah yang sering kali merawat anggota keluarganya yang lebih muda.
Wanita Bhotia Tengah memakai kain tenunan tipis yang indah dengan desain yang berwarna-warni dan rumit. Sehelai kain panjang, disebut "kira", dililitkan di tubuh dan pada bagian bahu disematkan sepasang bros perak. Dan biasanya, di luar "kira" akan dipakai jaket kecil. Kaum pria memakai jubah kotak-kotak, yang disebut "gos". Sewaktu siang hari, "gos" dikencangkan memakai sabuk sampai mencapai lutut. Malam hari ketika tidur, "gos" dilonggarkan. Masyarakat Bhotia jarang memakai topi. Ketika memasuki kuil, pria dan wanita memakai syal sebagai tanda hormat. Warna syal itu tergantung dari derajat seseorang.
APA YANG MEREKA PERCAYAI?
Sekte "Red Hat" yang beranggotakan orang Tibet yang beragama Buddha adalah agama yang paling dominan di Bhotia Tengah. Meskipun hampir semua orang beragama Buddha, masih ada beberapa orang yang mempraktikkan perdukunan Tibet. Dukun-dukun tersebut memercayai adanya alam dewa, roh jahat, dan roh leluhur yang tak kasat mata.
Sebagian besar keluarga yang beragama Buddha memiliki kuil pemujaan di dalam rumah mereka. Keluarga yang miskin mungkin hanya memiliki gambar atau lukisan Buddha kecil. Walaupun demikian, keluarga yang kaya bisa memakai seluruh ruangan sebagai kuil, memperlengkapinya dengan altar yang luas, lampu, dupa atau kemenyan, dan benda-benda religius lainnya.
Karena sejarah mereka yang terisolasi dari bangsa-bangsa lain, masyarakat Bhotia Tengah tidak memercayai orang asing. Mereka cukup konservatif terhadap sifat dan nilai tradisi kuno mereka. Namun, mereka rentan terhadap perubahan karena mereka membutuhkan obat-obatan dan fasilitas modern.
Meskipun usaha-usaha untuk mencapai Bhotia Tengah sudah dilakukan, masyarakat Bhotia masih terisolasi dan menolak Injil. Diperlukan doa dan usaha penginjilan yang lebih lagi untuk mematahkan dinding isolasi dan tradisi ini.
POKOK-POKOK DOA
Diterjemahkan dari: | ||
Situs | : | Joshua Project |
Penulis | : | -- |
Alamat URL | : | https://joshuaproject.net/people_groups/print/11478/BT |
Sumber | : | e-JEMMi 05/2007 |
Negara ini memiliki luas 1.284.000 kilometer persegi. Kondisi alamnya berupa gurun di utara, padang rumput tandus di tengah, dan semak belukar di selatan. Jarak ke laut sejauh 1.000 km. Ibu kotanya ialah Ndjamena.
LATAR BELAKANG PENDUDUK
Sebagian besar penduduk negeri ini adalah orang Sudan, Chadic, dan orang Sahara, keseluruhan terbagi dalam beberapa kelompok, antara lain orang Sudan, orang Sahara, orang Arab, orang Quaddai-Fur, Guera-Naba, Chari-Bagirmi, dan orang asing. Adapun bahasa yang digunakan adalah bahasa Perancis dan Arab.
LATAR BELAKANG EKONOMI
Tingkat perekonomian di negara ini pas-pasan. Sementara itu, hujan yang jarang turun menyebabkan kekeringan yang berkepanjangan. Posisi yang jauh dari laut, perang saudara pasca kemerdekaan, dan kondisi jalan yang belum baik telah menghambat pertumbuhan perekonomian. Sumber daya alam selain ternak sangat sedikit. Sumber minyak potensial yang terdapat di dekat Danau Chad dan wilayah barat daya dapat membantu perekonomian jika dimanfaatkan dengan baik.
LATAR BELAKANG POLITIK
Negara ini bebas dari penjajahan Perancis tahun 1960. Hingga tahun 1978, penduduk daerah selatan secara politis memegang dominasi, namun sejak 1979 faksi agama non-Kristen dari wilayah utara berperang untuk memperebutkan kekuasaan dengan intervensi Libya, Perancis, dan negara lainnya. Pemerintah militer berganti-ganti, diselingi dengan pemberontakan penduduk asli sampai pemerintahan Zaghawa yang berkuasa menjanjikan demokrasi di negara ini.
LATAR BELAKANG AGAMA
Secara resmi Chad adalah negara sekuler dengan kebebasan beragama meski pemerintah lebih condong ke agama non-Kristen. Walaupun bukan mayoritas, pemeluk agama ini mendominasi pemerintahan, perdagangan, dan militer.
JAWABAN-JAWABAN DARI DOA
TANTANGAN DOA
Bahan diambil dan diterjemahkan dari sumber: | ||
Judul buku | : | Operation World |
Judul artikel | : | Republik of Chad |
Penyusun | : | Patrick Johnstone, Jason Mandryk, Robyn Johnstone |
Penerbit | : | International Research Office, WEC International |
Halaman | : | 152 -- 153 |
Sumber | : | e-JEMMi 47/2006 |
Suku Han Tiongkok adalah kelompok etnis terbesar di dunia, berjumlah sekitar 1,3 milyar jiwa. Meski sebagian besar tinggal di Tiongkok, namun banyak juga yang telah bermigrasi ke negara-negara lain dan tinggal di hampir semua negara di dunia. Suku Han Tiongkok yang ada di negara-negara Asia, antara lain di Laos, Nepal, Tanzania, Kamboja, dan Thailand, belum terjangkau oleh Injil.
Kebanyakan orang Han Tiongkok adalah penutur beberapa dialek Tionghoa, sebut saja Mandarin, Canton, dan Hokkian. Meski dialek-dialek tersebut mirip, penutur salah satu dialek tersebut tidak dapat memahami dialek lainnya.
Suku Han Tiongkok mulai pindah ke negara-negara lain pada 1276 setelah invasi Mongolia. Banyak pergolakan dan konflik lain yang mengikuti invasi tersebut, dan orang Tiongkok bertahan tinggal di negara-negara lain, terutama di Asia Tenggara. Ke mana pun mereka pergi, orang Tiongkok hampir selalu tinggal di kota dan terlibat dalam bisnis dan perdagangan. Kini, keberadaan mereka sangat berpengaruh dalam ekonomi di banyak negara tersebut, meski jumlah mereka hanyalah sebagian kecil dari jumlah seluruh populasi.
Seperti Apa Kehidupan Mereka?
Suku Han Tiongkok bertahan tinggal di kota-kota. Di sejumlah negara, terutama negara-negara yang terpengaruh kehidupan barat, mereka adalah pengusaha. Bisnis mereka beragam, dari toko kecil sampai perusahaan internasional. Mereka tinggal di segala macam tipe tempat tinggal, dari apartemen kecil sampai mansion yang harganya selangit. Hampir semua orang Han Tiongkok memertahankan makanan tradisionalnya. Nasi tetap menjadi makanan pokok dan mereka biasanya lebih suka menggunakan sumpit.
Selama pendudukan Jepang di Tiongkok semasa Perang Dunia II, pergerakan kaum nasionalis mulai tumbuh di antara orang Han Tiongkok yang tinggal di luar Tiongkok. Anggota gerakan tersebut mulai mendukung Tiongkok dengan penuh semangat. Saat Komunis menguasai Tiongkok pada 1949, banyak suku Han Tiongkok mendukung terjadinya revolusi -- bukan karena mereka setuju dengan ideologi komunis, tapi karena mereka rindu akan adanya kepemimpinan yang kuat dan persatuan di negara ibu mereka. Akibatnya, mereka menjadi sorotan pemerintah negara-negara di mana mereka tinggal. Karena suku Han Tiongkok mendukung pemerintahan Komunis di Tiongkok, pejabat-pejabat pemerintah takut kalau-kalau mereka juga mendukung revolusi komunis di negara-negara di mana mereka tinggal.
Banyak suku Han Tiongkok yang tinggal di luar Tiongkok menjaga budaya dan bahasa mereka dalam beragam intensitas, tergantung pada negara di mana mereka tinggal. Kecuali orang Han Tiongkok yang tinggal di Thailand, mereka terus menuturkan dialek Tionghoa mereka yang beragam. Dalam banyak negara, suku Han Tiongkok juga masih menjalankan tradisi budaya Tionghoa mereka, terutama yang berkaitan dengan pernikahan dan keluarga. Salah satu alasan utama mereka melestarikan budaya dan bahasa mereka adalah karena mereka memiliki keyakinan kuat akan keunggulan budaya mereka.
Suku Han Tiongkok memperlakukan anak-anak mereka dengan penuh kasih dan biasanya lebih memanjakan anak laki-laki daripada perempuan. Anak-anak didorong untuk menjadi pintar di sekolah dan diberi lebih banyak waktu untuk belajar. Suku Han Tiongkok terkenal dengan sopan santunnya dan akan berusaha sebisa mungkin untuk menghindari perselisihan. Namun demikian, sekalinya terjadi perselisihan, sangat sulit untuk diselesaikan karena mereka memiliki gengsi yang besar. Menyerah dalam suatu perselisihan akan membuat mereka kehilangan muka -- sesuatu hal yang dihindari oleh orang Han Tiongkok, apa pun yang terjadi.
Apa Kepercayaan Mereka?
Suku Han Tiongkok biasanya menjaga agama tradisi Tionghoa mereka, yang dikarakterisasi oleh percampuran berbagai filosofi. Melalui perjalanan waktu, agama mereka telah ditambah elemen-elemen Buddhisme, Konfusianisme, dan Taoisme. Keyakinan mereka berpusat pada konsep menjaga keharmonisan.
Orang Han Tiongkok sangat memuja takhayul. Mereka mengacu pada primbon dalam menentukan tindakan seperti apa yang akan meningkatkan keharmonisan dan membawa keberuntungan. Mereka juga percaya pada sebuah kuil roh-roh yang mendiami bumi. Roh-roh para leluhurnya mengembara di bumi, dan jika diperlakukan dengan baik, mereka ramah dan akan membawa keberuntungan. Hantu dipercaya sebagai roh-roh orang yang marah dengan keadaan pada saat mereka mati; roh-roh itu dianggap jahat dan berubah-ubah sifatnya. Dewa-dewa adalah jiwa-jiwa orang-orang yang hidupnya suci atau saleh. Mereka dipercaya memiliki kekuatan spiritual yang dapat digunakan untuk memberikan keberuntungan bagi orang-orang yang memujanya.
Meski orang Han Tiongkok masih setia pada kepercayaan-kepercayaan itu, namun sepertinya kepercayaan-kepercayaan itu tidak terlalu berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan pada praktiknya, kebanyakan dari mereka tidak beragama.
Apa yang Mereka Butuhkan?
Suku Tionghoa sering kali diperlakukan dengan tidak baik di tempat di mana mereka tinggal. Di beberapa negara, kerusuhan anti-Tionghoa terjadi. Di hampir semua negara, penduduk pribumi iri hati pada suku Han Tiongkok karena kesuksesan mereka dalam bisnis, perniagaan, dan perdagangan.
Orang Han Tiongkok sangat membutuhkan bantuan rohani. Negara di mana mereka tinggal kebanyakan terbuka terhadap Injil, dan beberapa alat penginjilan juga tersedia dalam bahasa mereka. Namun demikian, hanya sedikit orang Han Tiongkok di Laos, Nepal, Tanzania, dan Thailand yang menjadi Kristen. Mereka tetap terikat pada takhayul dan agama yang salah. Orang-orang yang berharga itu membutuhkan kasih orang-orang Kristen yang mengenalkan mereka pada Pribadi yang benar-benar dapat membebaskan mereka.
Pokok Doa
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | http://www.joshuaproject.net/peopctry.php |
Sumber | : | e-JEMMi 18/2008 |
Siapakah Orang-Orang Aneuk Jamee?
Orang-orang Aneuk Jamee adalah salah satu kelompok masyarakat yang tinggal di pesisir barat Provinsi Aceh. Mereka pada umumnya tinggal di sekitar teluk-teluk kecil di sepanjang pantai. Mereka juga tersebar di kawasan dataran rendah, yang dikelilingi oleh pegunungan Bukit Barisan. Aneuk Jamee sebagian besar berada di Kabupaten Aceh Barat, yang meliputi lima kecamatan yaitu Tapak Tuan, Samadua, Susoh, Manggeng, dan Labuhan Haji. Ada sebagian kecil yang tinggal di Kabupaten Aceh Selatan di tiga kecamatan, yaitu Johan Pahlawan, Kaway XVI, dan Kuala.
Nama Aneuk Jamee dalam bahasa Aceh berarti, "anak yang berkunjung" atau "pendatang baru". Nama ini digunakan untuk menggambarkan orang-orang Minang yang berasal dari Lubuk Sikaping, Pariaman, Rao, dan Pasaman yang mulai bermigrasi ke daerah tersebut pada abad ke-17. Secara bertahap, mereka berasimilasi dengan orang-orang Aceh yang ada di daerah tersebut. Proses asimilasi tersebut dipermudah oleh kepercayaan Islam yang umum. Namun, pada akhirnya mereka merasa bahwa mereka bukanlah orang Aceh maupun orang Minangkabau, tetapi masyarakat baru yang memiliki budaya dan bahasa sendiri. Bahasa Aneuk Jamee disebut Jamee atau Jamu. Bagi orang-orang Aceh yang ada di Aceh Selatan, bahasa Jamee ini mudah dipahami karena kosakata Minangkabau yang dipadukan dengan kosakata Aceh itu mirip dengan bahasa nasional, bahasa Indonesia. Meskipun demikian, orang-orang Aneuk Jamee tidak mengerti atau tidak menggunakan bahasa Aceh.
Seperti Apakah Kehidupan Mereka?
Banyak masyarakat Aneuk Jamee yang menjadi nelayan, sementara beberapa lainnya bersawah (basawah), berladang (baladang), dan berkebun (bakabun). Ada beberapa orang Aneuk Jamee yang menjadi pedagang tetap (baniago), sementara lainnya dikenal sebagai penggaleh -- orang yang menjual barang-barang dari desa ke desa. Masyarakat Aneuk Jamee memiliki tiga strata sosial. Bangsawan (datuk) menduduki strata tertinggi. Strata menengah dibentuk oleh kepala daerah (hulu baling) dan pemuka agama (ulama), seperti pemimpin doa (tengku), kiai (imam), dan hakim agama (kadi). Orang-orang biasa berada pada strata paling bawah. Kepemimpinan tradisional di suatu desa mempraktikkan gabungan unsur-unsur Minangkabau dan Aceh. Pemimpin-pemimpin tersebut meliputi kepala desa (kecik), kepala rumah sembahyang (tuangku manasah), dan kepala pemuda (tuangku surau). Strata ini berbeda dari strata kepemimpinan daerah, yang sama dengan pola kepemimpinan tradisional Aceh. Pola ini terdiri dari kepala daerah (mukim), kepala desa (kecik), pemimpin jalan (ketua jurong), dan para tetua (tuha peut).
Apa yang Mereka Percayai?
Orang-orang Aneuk Jamee adalah penganut agama Islam. Seperti orang-orang Indonesia yang lain, orang-orang Aneuk Jamee juga memperlihatkan beberapa unsur kepercayaan sebelumnya yang tidak mudah dilupakan. Praktik perdukunan masih sering digunakan untuk berbagai keperluan. Misalnya, seorang dukun kadang-kadang diminta untuk memasukkan mantra cinta (sijundai) pada seorang gadis, atau untuk menyembuhkan seorang gadis yang dimantrai dengan cara ini.
Apa yang Mereka Butuhkan?
Banyak perahu yang digunakan oleh nelayan-nelayan Aneuk Jamee adalah milik orang-orang Medan atau Banda Aceh. Dengan demikian, program untuk membiayai pembelian perahu akan sangat strategis. Selain itu, para petani Aneuk Jamee dapat mempraktikkan pelatihan pertanian, irigasi yang lebih efisien, dan penyediaan benih dan pupuk yang baik untuk meningkatkan hasil panen sehingga perekonomian mereka bisa meningkat. (t/Setya)
Pokok Doa:
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Judul asli artikel | : | Aneuk Jamee of Indonesia |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | http://joshuaproject.net/people-profile.php?peo3=10317&rog3=ID |
Tanggal akses | : | 24 Januari 2011 |
Sumber | : | e-JEMMi 30/2011 |
Kebanyakan orang Abaza tinggal di negara-negara Rusia dan Georgia. Sejumlah besar komunitas mereka bisa ditemukan di negara Turki. Meski tersebar di seluruh negara tersebut, sebagian besar justru menetap di sepanjang pantai Laut Hitam di utara Turki.
Pada abad ke-15, daerah Gunung Kaukasus di Rusia dan Georgia dikuasai oleh Kekaisaran Ottoman Turki. Pada saat itu, banyak orang Abaza berpindah agama dari Kristen menjadi Islam. Namun, secara bertahap Rusia mengambil alih daerah itu dan pada akhir 1800-an, mereka mendominasi orang-orang Abaza yang beragama Islam. Merasa terancam oleh agama Kristen Rusia, banyak orang Abaza menerima tawaran pengungsi dari Turki Muslim dan pindah ke sana. Sekarang, orang Abaza mulai berasimilasi dengan kebudayaan Turki, akibatnya mereka terancam kehilangan identitas mereka sebagai salah satu kelompok etnis Turki.
Seperti apakah kehidupan mereka?
Hanya ada sedikit informasi tentang kehidupan orang Abaza di Turki, namun pada kenyataannya, mereka sudah sangat berasimilasi dengan kebudayaan Turki. Maka timbullah asumsi bahwa mereka hidup seperti kebanyakan orang Turki di seluruh Turki meskipun mereka sudah berusaha untuk menjaga kebudayaan tradisional mereka melalui beberapa festival dan organisasi. Namun, orang Abaza memertahankan bahasa ibu mereka, yang merupakan salah satu bahasa paling rumit di dunia. Bahasa ini memunyai lima puluh konsonan dengan pengucapan yang bermacam-macam untuk setiap konsonannya. Dikarenakan sulitnya bahasa mereka sendiri, orang Abaza lebih cakap dalam memelajari bahasa lain.
Sebagian besar orang Abaza adalah petani dan penggembala. Tembakau adalah hasil panen utama, tapi mereka juga menanam teh, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Peternakan adalah aspek penting lain dalam ekonomi orang Abaza. Dikarenakan mata pencaharian mereka, sembilan dari sepuluh orang Abaza tinggal di pedesaan. Rumah mereka dibangun dari batu bata dan memunyai satu atau dua lantai. Kebanyakan rumah memunyai beranda dan balkon, tempat di mana seluruh keluarga menghabiskan waktu luang mereka dalam cuaca yang baik.
Kebanyakan wanita Abaza menikah saat berusia dua puluhan, sedangkan para pria menikah pada usia tiga puluhan atau bahkan empat puluhan. Pernikahan dengan saudara dilarang; seseorang tidak diperbolehkan menikahi orang yang memunyai nama belakang yang sama dengan kakeknya. Dahulu mereka dijodohkan, tapi sekarang pria dan wanita bebas memilih dengan siapa mereka akan menikah. Kadang-kadang, seorang wanita setuju untuk menikah, tapi orang tuanya tidak. Jika hal itu terjadi, pasangan pria dan teman-temannya akan menculik dan membawa sang wanita ke rumahnya, di mana upacara pernikahan diadakan. Keluarga mempelai wanita tidak menghadiri upacara pernikahan meski sang mempelai wanita tidak diculik. Si mempelai wanita harus tetap diam dan menyendiri saat keluarga mempelai pria berpesta pora.
Orang Abaza sangat menjunjung tinggi keramah-tamahan. Seorang tamu dihormati sama seperti mereka menghormati ayah atau kakek mereka. Tamu dipersilakan duduk di tempat terhormat. Kedatangan tamu diiringi dengan ritual pesta. Tuan rumah dan tamu saling memberi salam dengan minum anggur, saling menghormati, dan mengenali satu sama lain. Keramah-tamahan seperti itu adalah suatu kebanggaan bagi keluarga.
Apakah agama mereka?
Meskipun hampir semua orang Abaza di Rusia dan Georgia beragama Kristen, namun orang-orang Abaza di Turki beragama Islam. Islam adalah agama yang pengamalannya berdasar atas lima "tiang penopang" atau persyaratan dasar. Umat Islam harus percaya "bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah nabi-Nya." Mereka harus sembahyang lima kali sehari, menghadap Mekah, kota suci agama Islam. Mereka juga diharuskan untuk memberi sedekah kepada yang miskin, berpuasa selama bulan Ramadan, dan setidaknya naik haji ke Mekkah sekali dalam hidup mereka.
Apa yang mereka butuhkan?
Orang Abaza Turki benar-benar harus mendengar tentang Yesus sebagai Juru Selamat. Secara resmi, Turki adalah negara sekuler dengan kebebasan beragama yang terbatas. Oleh karena itu, orang Kristen tidak bisa bebas membagikan kepercayaan mereka. Doa syafaat yang sungguh-sungguh perlu dinaikkan untuk membebaskan orang Abaza dari belenggu setan.
Pokok-Pokok Doa
Diterjemahkan dari: | ||
Nama Situs | : | Joshua Project |
Judul Artikel | : | Abaza of Turkey |
Penulis | : | tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | https://joshuaproject.net/people_groups/10125/TU |
Sumber | : | e-JEMMi 44/2007 |
Siapakah Orang Aceh Itu?
Orang Aceh tinggal di ujung bagian utara pulau Sumatra di provinsi Daerah Istimewa Aceh. Ibu kotanya adalah Banda Aceh yang biasa dikenal dengan sebutan "Serambi Mekah." Daerah ini adalah tempat persinggahan umat muslim Asia Tenggara ketika hendak melakukan perjalanan ke Mekah, "Kota Suci" di Arab Saudi. Orang Aceh menggunakan dialek mereka sendiri, dan mayoritas penduduknya menggunakan bahasa, bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia. Orang Aceh adalah percampuran dari berbagai ras/suku bangsa, yang menandai mengapa mereka berkulit cerah/terang dan lebih berperawakan tinggi bila dibandingkan dengan orang Indonesia pada umumnya.
Seperti Apakah Kehidupan Mereka?
Pada umumnya, orang Aceh bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Rumah tradisional Aceh terdiri dari sebuah ruang tidur, sebuah ruangan yang besar, yang mana juga sebagai tempat untuk menyelesaikan pekerjaan dapur -- sebuah dapur yang terdiri dari tungku perapian terbuat dari tanah liat dengan empat sudut yang dipenuhi abu. Rumah ini biasanya berdiri di atas pilar-pilar dengan ketinggian dua meter. Para anggota keluarga menggunakan ruangan di bawah rumah itu sebagai kandang hewan peliharaan -- kandang ayam atau untuk menyimpan peralatan rumah tangga dan kayu api. Lantai dan dinding rumah terbuat dari kayu olahan batang kelapa. Atap rumahnya tertutup oleh genteng yang terbuat dari tanah liat atau dari daun-daun lontar. Namun, rumah-rumah penduduk masa kini cenderung sedikit modern, yakni terbuat dari semen.
Pada umumnya, secara turun-temurun orang Aceh, baik laki-laki maupun perempuan mengenakan sarung, dengan mode dan warna yang bervariasi. Pada tahun-tahun terakhir ini, terjadi suatu pergeseran pada busana muslim -- pada umumnya, mereka berkopiah atau berjilbab dalam keseharian mereka. Senjata tradisional Aceh adalah rencong, yaitu sebuah pedang berhias. Pedang ini dipakai oleh kaum pria dan dilipatkan ke dalam sarung sebagai salah satu aksesoris dalam pakaian upacara mereka. Kaum perempuan menjalankan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga. Pria pada umumnya, tidak berkeberatan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak. Semua anak bahkan yang paling muda/kecil sekalipun, diharapkan dapat membantu pekerjaan keluarga. Warisan yang ada berdasarkan hukum Islam, kaum pria menerima porsi dua kali lipat meskipun tugas mengurus rumah dan tanah diserahkan kepada kaum perempuan.
Apa yang Mereka Percayai?
Orang Aceh adalah kaum Muslim Sunni yang agresif dan yang telah menjadi alat di dalam penyebaran agama Islam di seluruh Indonesia dan bahkan di wilayah lain di Asia Tenggara. Sering diungkapkan bahwa "Menjadi orang Aceh berarti menjadi Kaum Muslim."
Orang Aceh dengan tegas dan keras menentang agama lain. Provinsi Aceh adalah satu-satunya provinsi di Indonesia yang telah menerapkan Hukum Syariah Islam, yang secara sah telah dilembagakan/diterapkan. Namun demikian, hingga kini kelompok orang-orang dari etnis lain bebas untuk beribadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Meskipun sebagai umat yang taat menjalankan ibadah berdasarkan agama Islam, banyak orang Aceh yang masih dipengaruhi oleh kepercayaan animistik -- percaya kepada roh-roh dan berbagai takhayul. Kepercayaan-kepercayaan ini berfokus pada pencarian perlindungan melalui hal yang bersifat magis atas pengaruh dan kontrol dari roh-roh yang baik maupun jahat.
Apakah Kebutuhan-Kebutuhan Mereka?
Daerah Istimewa Aceh kaya akan sumber daya alam, seperti hasil pertanian, pertambangan dan industri, dan lain-lain. Kepariwisataan merupakan suatu industri yang sangat potensial. Namun, keterbatasan infrastruktur di daerah ini merupakan penghambat pengembangan pariwisata menjadi sebuah industri daerah. Sebelum mencapai potensi ekonomi mereka secara maksimal, dari segi sumber daya manusia, orang Aceh perlu meningkatkan keterampilan/keahlian mereka dan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya demi kesejahteraan daerah ini. (t/Samuel)
Pokok Doa:
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Judul asli artikel | : | Aceh of Indonesia |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | http://www.joshuaproject.net |
Tanggal akses | : | 24 Januari 2011 |
Sumber | : | e-JEMMi 08/2011 |
Wurm dan Hattori dalam buku mereka, "1981 Language Atlas of the Pacific Area", menyatakan bahwa ada tiga kelompok etnik berbeda yang menetap di Laos Tengah: Thavung (500 orang; berlokasi di pinggir sungai Theun, bagian timur dan selatan Lak Sao); Phonsung (500 orang; berlokasi di sekitar bagian timur Ban Song Khone, Sungai Theun, bagian selatan Thavung); dan Kha Tong Luang (200 orang; di perbatasan Vietnam, Celah Mu Gia, bagian utara Ban Xang). Seluruh lokasi ini berada dalam Wilayah Nakay di provinsi Khammouan.
Namun, akhir-akhir ini sebuah penelitian baru mengungkapkan bahwa ketiga kelompok tersebut ternyata memiliki persamaan etno-kultural; selain itu, ketiganya juga berbicara dengan bahasa yang sama. Oleh karena itu, ketiganya dimasukkan sebagai satu kelompok dengan nama Aheu.
Dari ketiga kelompok kecil Aheu, hanya Thavung yang berlokasi di luar Laos. Tiga pemukiman Thavung berlokasi di Provinsi Sakonnakhon, Thailand.
Yang terkecil dari kelompok Aheu adalah Kha Tong Luang, yang berarti "Budak dari Daun Kuning". Kelompok ini bernaung di rumah yang terbuat dari daun pisang. Jika daun itu layu dan berwarna kekuning-kuningan mereka meninggalkannya dan pindah ke lokasi baru di hutan. Walaupun mereka saling berbagi adat dengan penduduk Mlabri dari provinsi Xaignabouri, kedua kelompok memunyai bahasa yang beda.
Kekristenan belum masuk dalam warga Aheu di Laos tengah. Tidak banyak yang berubah sejak laporan misi terakhir dari misionaris di Laos tahun 1900 diterbitkan: "Tidak ada misi Protestan di wilayah ini. Misi Katolik memunyai seorang pastor yang diutus ke Ma Kuk (pemukiman di bagian selatan Vientiene), dengan pengikutnya yang berjumlah sekitar 30 orang. Mereka juga memunyai seorang pastor di Gunung Sakon dengan jumlah pengikut yang lebih besar. Masyarakat di sana ramah, senang bergaul, kuat, sehat, namun opium menggerogoti mereka. Penyembahan roh sangat lazim dan kuasa roh sangat dipercayai di sana. Penduduknya menganut agama Buddha sebagai penangkal roh jahat, alih-alih sebagai pengakuan atas kebenarannya. Pada daerah tertentu, seperti Dan Sai, warga memelihara agama mereka; namun, di beberapa tempat lainnya kuil-kuil terlihat kosong dan tidak terawat. Pengabaran Injil dapat diterima dengan baik, bahkan diskusi di beberapa tempat sangat menarik"
Pokok Doa:
Diterjemahkan dari: | ||
Judul artikel asli | : | Aheu Luang of Laos |
Nama situs | : | Joshua Project |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | http://www.joshuaproject.net |
Sumber | : | e-JEMMi 26/2010 |
SIAPAKAH SUKU ALAS?
Orang-orang Alas merupakan salah satu rumpun masyarakat yang terletak di wilayah Aceh Tenggara, provinsi Aceh. Wilayah Alas dilalui banyak sungai, termasuk Lawe Alas (Sungai Alas). Mereka tinggal di daerah yang disebut "Tanah Orang Alas". Kata "alas" berarti "tikar yang digunakan untuk duduk atau tidur". Walaupun bahasa dan nama keluarga suku Alas memiliki kesamaan dengan suku Batak, asal usul Alas masih merupakan sebuah misteri. Menurut cerita tradisional, ada sejumlah orang Batak yang menyembah berhala dari tanah Toba pergi ke dataran tinggi di bawah pimpinan kepala suku mereka, Alas. Tradisi dan budaya yang telah lama dipelihara kelompok etnis ini terkadang disamakan dengan Gayo. Selama masa pemerintahan Belanda, struktur pemerintahan menganggap dua wilayah ini sebagai satu bagian (Tanah Gayo dan Alas). Akan tetapi, orang-orang Alas adalah kelompok orang-orang yang unik yang memunyai budaya dan bahasa sendiri yang berbeda dari kebudayaan dan bahasa Gayo. Sejak 1974, wilayah-wilayah Alas dan Gayo telah digolongkan dalam daerah Aceh Tenggara.
SEPERTI APA KEHIDUPAN MEREKA?
Sebagian besar orang-orang Alas tinggal di wilayah pedesaan. Mereka mencari nafkah dengan berkebun dan memelihara ternak. Wilayah Alas dianggap sebagai lumbung padi di wilayah Aceh. Hasil-hasil pertanian lainnya adalah karet, kopi, dan kemiri (bumbu lokal) serta juga hasil-hasil perhutanan lainnya seperti kayu, rotan, getah dan kemenyan.
Lingkungan atau pedesaan-pedesaan Alas disebut "kute". Satu kute biasanya terdiri dari satu klan atau lebih yang disebut "merge". Keluarga-keluarga besar biasanya akan hidup dalam satu rumah dan tunduk kepada otoritas orang tua. Mereka adalah masyarakat patrilineal, yang berarti mereka menarik garis keturunan dari pihak ayah.
Kebudayaan mereka menekankan dua jenis hukum. Yang pertama terdiri dari hukum agama yang diberikan Allah dan tidak dapat diubah. Yang kedua terdiri dari hukum-hukum tradisional yang dibuat oleh para pemimpin komunitas dan dapat diubah sesuai dengan waktunya. Menurut adat pernikahan, pertunangan berlangsung dari 1 sampai 3 tahun karena sang pria perlu mengumpulkan mas kawin untuk sang wanita. Ketika sepasang pria dan wanita Alas menikah, mereka tinggal dekat dengan keluarga sang suami. Setelah mereka memunyai anak-anak, keluarga muda tersebut biasanya akan pindah dan tinggal terpisah (jawe) dari orang tua, tetapi mereka tetap tinggal di wilayah yang sama. Pernikahan secara poligami diperbolehkan ketika pasangan suami istri hanya memiliki 1 orang anak atau tidak memiliki anak sama sekali ("adak meu keu dueu").
APA KEPERCAYAAN MEREKA?
Biasanya, orang-orang Alas adalah penganut Islam, tetapi mereka masih mencari bantuan dari dukun. Mereka mengadakan ritual-ritual agar hasil panen mereka besar dan agar hasil panen mereka dilindungi dari hama. Dukun membaca mantranya dan menggunakan ramuan obat ajaib dari daun-daunan dan bunga-bunga yang dianggap kuat untuk melawan hama.
APA KEBUTUHAN MEREKA?
Orang Alas sangat memerlukan perkembangan dalam bidang pendidikan dan ekonomi. Aceh Tenggara memunyai potensi besar untuk pariwisata, pertanian ,dan pertambangan, tetapi potensi besar ini belum dimanfaatkan. Modal dan investasi finansial (baik dari dalam maupun luar negeri) dari potensi-potensi yang dikembangkan ini akan sangat membantu perkembangan dan kemakmuran orang-orang Alas. (t/Uly)
Diterjemahkan dari: | ||
Judul asli artikel | : | Alas of Indonesia |
Nama situs | : | Joshua Project |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | http://www.joshuaproject.net/ |
Sumber | : | e-JEMMi 39/2010 |
Siapakah Orang-Orang Ampanang Itu?
Masyarakat Ampanang tinggal di Kalimantan Tengah bagian timur, tepatnya di sebelah tenggara kota Tunjung. Daerah itu tidak jauh dari kota Jambu dan Lamper. Kalimantan, yang berarti "Sungai Intan", merupakan pulau yang dikelola oleh tiga negara: Indonesia yang mengelola dua per tiga bagiannya, serta Malaysia dan Brunei yang mengelola sepertiga bagian lainnya. Orang-orang Ampanang adalah salah satu kelompok masyarakat keturunan Barito. Mereka adalah bagian dari kesatuan etno-linguistik Dayak yang lebih besar. Orang-orang Dayak lebih suka tinggal di sepanjang sungai-sungai pedalaman di Kalimantan. Terkadang pengelompokan mereka dibagi-bagi lagi menjadi Dayak Daratan maupun Dayak Laut, meskipun pada mulanya ini adalah sebutan orang Eropa untuk membedakan berbagai kelompok yang ada di sana. Orang-orang Dayak biasanya memiliki ciri-ciri:
Suku-suku Dayak diperkirakan datang dari Asia Barat sebagai imigran dari Mongolia yang masuk ke kepulauan Nusantara lewat kota pesisir Kalimantan bagian selatan, yang sekarang disebut Martapura.
Seperti Apakah Kehidupan Mereka?
Mata pencaharian utama masyarakat Ampanang mencakup berburu, mengumpulkan produk-produk hutan, mencari ikan, bertani, dan berdagang. Meski sebagian besar orang Ampanang tinggal di dekat sungai, namun ada juga yang tinggal di daerah yang jauh dari sungai. Kebudayaan orang-orang Ampanang dikaitkan dengan keyakinan mereka terhadap roh-roh gaib. Tambahan pula, kesenian dan berbagai aktivitas lain disatukan menjadi sistem kepercayaan mereka. Masyarakat Ampanang pun menjunjung tinggi berbagai macam upacara tradisional. Upacara-upacara tersebut meliputi perjodohan dan pertunangan, pernikahan, kehamilan, kelahiran, penyembuhan dari sakit, dan penguburan. Upacara-upacara ritual juga sering dijalankan selama masa perayaan hari-hari penting mereka.
Apa Yang Mereka Percayai?
Secara umum orang-orang Ampanang menjadi pengikut kepercayaan tradisional Dayak, yang disebut Kaharingan. Bahkan, beberapa dari mereka juga menjadi pengikut kepercayaan Nyuli. Fokus ajaran Nyuli adalah adanya kebangkitan setelah kematian (Suli). Menurut ajaran Nyuli, Bukit Lumut melepaskan arwah. Arwah tersebut kemudian kembali ke desa mereka dengan membawa sesuatu dari dunia baka yang dapat dipakai untuk memperbaiki kondisi dunia. Orang-orang Ampanang juga memuja arwah-arwah nenek moyang mereka (duwata). Setiap keluarga Ampanang memunyai tempat pemujaan untuk duwata mereka sendiri di rumah. Tempat pemujaan tersebut biasanya disebut kunau. Mereka juga menggunakan "pangantuhu" -- tulang manusia -- sebagai alat untuk memanggil arwah nenek moyang.
Apa Saja Kebutuhan Mereka?
Akhir-akhir ini, ada perubahan signifikan dalam hidup, tradisi, pandangan dunia, dan sistem komunitas masyarakat Ampanang. Hal ini terjadi dalam hubungannya dengan mobilitas dan hubungan mereka yang lebih besar dengan dunia luar, serta keterbukaan mereka terhadap para pendatang. Masyarakat Ampanang membutuhkan pendidikan formal dan pengembangan keterampilan untuk menghadapi perubahan yang sedang mereka alami. Pendidikan dan pengembangan keterampilan yang cukup dapat membantu mereka bangkit dari kemiskinan. Peningkatan kesehatan juga masih sangat diperlukan. (t/Setya)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Judul asli artikel | : | Ampanang of Indonesia |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | http://www.joshuaproject.net/ |
Tanggal akses | : | 24 Januari 2011 |
Sumber | : | e-JEMMi 04/2011 |
SIAPAKAH MEREKA?
Suku Arab Levant berasal dari Jazirah Arab yang kemudian bermigrasi ke Afrika Utara. Saat ini ada beberapa ratus ribu orang Arab Levant yang menempati bagian tepi utara padang pasir Arab. Mereka tersebar mulai dari Israel, Kuwait, hingga ke Iran. "Levant" adalah istilah yang cukup luas karena mereka terdiri dari beberapa kelompok Arab seperti orang Arab Yordania, Palestina, Irak, Yahudi, Kaldea, dan Suriah.
Banyak ahli menerka bahwa orang Arab dari Jazirah Arab adalah orang-orang Arab yang mula-mula. Budaya Arab berkembang dari kelompok-kelompok pengembara dan penduduk yang sudah hidup di padang pasir Arab sejak berabad-abad yang lalu. Dari sanalah suku Arab mulai bermigrasi, yang pada akhirnya berperan besar dalam perluasan dunia Arab.
Suku Arab Levant memiliki hubungan yang dekat dengan Islam di sepanjang sejarah mereka. Hari ini, hampir semua dari mereka, kecuali orang Arab Yahudi, adalah Muslim. Dua cabang utama Islam di wilayah ini adalah kaum Syiah dan kaum Syafii. Kebanyakan orang Arab Levant berbicara dalam sejenis bahasa Arab yang disebut bahasa Arabiya, dengan berbagai variasi dialek. Yang lainnya berbicara dalam sejenis bahasa Arab yang disebut bahasa Mashriqi.
SEPERTI APA KEHIDUPAN MEREKA?
Suku Arab Levant pada umumnya tinggal di pemukiman yang berada di dekat wilayah yang subur; mereka juga dapat dijumpai di dekat kaki gunung yang tidak terlalu gersang. Walaupun mereka menetap di perkotaan atau di pedesaan, mereka tetap berpegang teguh pada identitas kesukuan mereka.
Ada bermacam-macam suku di sana yang dipimpin oleh seorang yang dipanggil Syekh (kepala suku Arab yang dianggap ahli dalam agama Islam dan alam gaib). Desa-desa mereka yang bentuknya seperti benteng mudah dilindungi. Setiap rumah memiliki jendela di setiap sisinya dan dibangun menghadap keluar desa mereka. Setiap orang maupun barang yang melewati kota diawasi dengan ketat.
Rumah-rumah mereka biasanya penuh dengan dekorasi. Ruangan-ruangan di rumah mereka biasanya memunyai karpet, dan ketika akan masuk rumah, mereka harus melepas sepatu mereka di depan pintu. Di sepanjang tembok dijejerkan bantal-bantal untuk diduduki dan disandari. Ruang tamu utama dan dapur terletak di lantai atas. Atap-atap datar tersebut digunakan oleh para wanita untuk menjemur cucian.
Kehidupan sosial sangatlah penting bagi orang Arab. Mereka gemar meluangkan waktu mereka setiap hari untuk minum kopi sambil duduk di lantai dan mereka meminumnya dalam gelas tanpa gagang. Makanan mereka terdiri dari roti gandum dan bubur yang dicampur dengan daging atau ayam rebus.
Walaupun mendapatkan pengajaran Islam, masih ada perbedaan kelas yang nyata di Arab. Jenis pakaian yang mereka kenakan merupakan salah satu faktor pembeda. Kita dapat mengenali cara berpakaian orang Levant karena mereka mengenakan pakaian yang lain dibanding penduduk lain. Para wanita mengenakan cadar di luar dan di dalam rumah. Anak laki-laki yang beranjak dewasa menunjukkan kedewasaan mereka dengan mengganti tutup kepala mereka serta membawa belati.
Walaupun pria Muslim diizinkan memunyai hingga empat istri, namun hampir setiap perkawinan orang Arab Levant adalah monogami. Dahulu semua pernikahan diatur oleh orang tua, namun sekarang muda-mudi sudah diperbolehkan untuk memilih pasangan mereka sendiri. Anak perempuan dianggap siap menikah pada umur 9 tahun.
Akhir-akhir ini banyak pengembara Arab Levant yang menetap di desa-desa di pegunungan. Di sana mereka menanam gandum, sayur-sayuran, kopi, melon, kurma, mangga, dan delima. Hewan ternak dipelihara untuk diambil susu dan telurnya.
APAKAH KEPERCAYAAN MEREKA?
Hampir semua orang Arab Levant adalah Muslim. Islam adalah agama yang berdasar pada lima rukun Islam. (1) Umat Muslim harus mengakui bahwa "tiada Allah lain selain Allah, dan Muhammad adalah rasul Allah." (2) Mereka harus menjalankan shalat lima kali sehari menghadap Mekkah. (3) Mereka harus berzakat. (4) Mereka harus berpuasa selama bulan Ramadhan, bulan ke-9 dalam kalender Islam. (5) Mereka harus berusaha menjalankan haji ke Mekkah paling tidak sekali seumur hidup.
Islam memunyai pengaruh yang kuat dalam kehidupan orang Arab Levant. Untuk melestarikan adat penduduknya, mereka hanya diizinkan menikah dengan sesama suku mereka. Masyarakat Arab Levant menganut paham patrilineal, yang berarti warisan mereka diberikan kepada pihak pria. Dalam sistem ini, para pria mendapat warisan yang lebih banyak dibandingkan para wanita. Karena anak-anak dianggap sebagai aset besar keluarga, kemampuan perempuan melahirkan sangat dihargai di sana.
APAKAH YANG MEREKA PERLUKAN?
Injil perlu diberitakan di antara penduduk Arab Levant. Saat ini hanya ada segelintir organisasi yang melayani suku ini. Selain itu, sangat sedikit siaran radio Kristen yang mengudara di daerah ini dan hanya sebagian kitab Perjanjian Baru yang telah diterjemahkan dalam bahasa ini.
Saat ini, hanya sedikit orang Kristen dalam komunitas Arab Levant, sedangkan, jumlah terbesar adalah mereka yang dari Arab Irak. Usaha penginjilan dalam suku-suku ini cukup menantang karena negara membatasi gerak penginjilan di sana; dan juga karena adanya pertentangan terhadap kekristenan. Doa syafaat adalah kunci untuk menjangkau mereka kepada Injil. (t/Uly)
Pokok-Pokok Doa:
Diterjemahkan dari: | ||
Judul asli artikel | : | Arab, Syrian of Sudan |
Nama situs | : | Joshua Project |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | http://www.joshuaproject.net |
Sumber | : | e-JEMMi 30/2010 |
Arab Saudi merupakan tempat tinggal bagi sejumlah suku Arab yang berbeda-beda. Orang Arab Saudi (yang biasanya dikenal sebagai Teluk Arab) terutama hidup di tepi-tepi selatan Gurun Arabia di Arab Saudi, Yaman, Uni Emirat Arab, dan Qatar. Orang Arab Saudi di Qatar menggunakan bahasa yang disebut "Arabiya" atau yang lebih lazim disebut "Gulf Arabic".
Budaya bangsa Arab dikembangkan oleh suku-suku pengembara dan orang-orang desa yang hidup di Gurun Arabia. Di sana, beberapa dari mereka bermigrasi ke Afrika Utara. Ada dua jenis dasar orang Arab. Pengembara asli dan "fellahin", yaitu para petani. Mereka terkenal dengan perjalanan melintasi gurun pasir tandus dengan unta, kadang-kadang para kafilah pun melalui jalan mereka. Orang fellahin hidupnya lebih menetap, yaitu tinggal di tepi gurun. Sebagian besar orang Arab Saudi adalah penggembala yang bermukim di gurun selama musim dingin dan kemudian kembali ke tepi gurun pada musim panas yang kering.
Arab Saudi merupakan tempat tinggal bagi sejumlah suku Arab yang berbeda-beda. Orang Arab Saudi (yang biasanya dikenal sebagai Teluk Arab) terutama hidup di tepi-tepi selatan Gurun Arabia di Arab Saudi, Yaman, Uni Emirat Arab, dan Qatar. Orang Arab Saudi di Qatar menggunakan bahasa yang disebut "Arabiya" atau yang lebih lazim disebut "Gulf Arabic".
Budaya bangsa Arab dikembangkan oleh suku-suku pengembara dan orang-orang desa yang hidup di Gurun Arabia. Di sana, beberapa dari mereka bermigrasi ke Afrika Utara. Ada dua jenis dasar orang Arab. Pengembara asli dan "fellahin", yaitu para petani. Mereka terkenal dengan perjalanan melintasi gurun pasir tandus dengan unta, kadang-kadang para kafilah pun melalui jalan mereka. Orang fellahin hidupnya lebih menetap, yaitu tinggal di tepi gurun. Sebagian besar orang Arab Saudi adalah penggembala yang bermukim di gurun selama musim dingin dan kemudian kembali ke tepi gurun pada musim panas yang kering.
Seperti Apakah Kehidupan Mereka?
Kehidupan orang Arab Saudi termasuk salah satu kehidupan yang keras dengan sedikit harta benda. Harta mereka yang utama adalah rumah -- sebuah tenda panjang yang terbuat dari rambut kambing atau binatang yang dipintal. Tenda-tenda tersebut bukanlah tempat tinggal yang permanen. Tenda biasanya dibagi menjadi dua bagian dengan pemisah berdekorasi yang disebut "gata". Biasanya, separuh tenda untuk kaum wanita, anak-anak, peralatan masak, dan gudang; sementara separuh tenda yang lain untuk kaum pria. Bagian kaum pria, yang berisi tungku perapian yang dibangun di atas tanah, digunakan untuk menghibur tamu. Kaum pria duduk-duduk dan membuat rencana untuk kelompok mereka, sementara kaum wanita mengerjakan sebagian besar pekerjaan yang ada.
Binatang sangat penting bagi kehidupan orang Arab Saudi. Mereka yang tinggal di tepi gurun menggembalakan kambing dan domba; sedangkan orang-orang yang mengembara dan menggarong di gurun hanya bergantung pada unta. Domba dan kambing dipelihara untuk dijual dan unta digunakan untuk transportasi.
Bahan makanan yang terbuat dari susu menjadi sumber makanan tradisional orang Arab Saudi. Susu unta dan susu kambing diminum langsung atau dibuat menjadi "yogurt" dan sejenis mentega yang disebut "ghee". Sebagian besar makanan orang Arab Saudi terdiri dari semangkuk susu atau yogurt atau nasi yang disiram dengan ghee. Sepotong roti tak beragi juga dihidangkan kalau ada. Buah kurma, yang dapat ditemukan di oasis gurun, dimakan sebagai makanan penutup setelah makan. Daging hanya disajikan pada acara-acara khusus, seperti untuk tamu, pesta pernikahan, atau upacara-upacara khusus.
Untuk menyatakan pengaruh agama Islam, orang Arab Saudi melakukan pernikahan "endogamous" (pernikahan dalam lingkungan sosial yang kecil). Pembagian warisan bersifat patrilineal (diwarisi oleh anggota keluarga laki-laki berikutnya). Pakaian orang Arab Saudi didesain untuk iklim panas. Pakaian tersebut dibuat dari kain yang ringan dan berwarna terang, serta longgar, yang memungkinkan terjadinya sirkulasi udara.
Dahulu, orang Arab Saudi beranggapan bekerja sebagai buruh itu memalukan dan merendahkan martabat. Akan tetapi, anggapan tersebut akhir-akhir ini sudah berubah. Oleh karena kebutuhan akan perawatan kesehatan yang lebih baik, kondisi kehidupan yang meningkat, dan lebih banyak pemasukan, beberapa orang mau menjadi pekerja upahan. Namun, sebagian besar orang Arab masih meremehkan posisi tersebut.
Apa Kepercayaan Mereka?
Munculnya agama Islam pada abad ketujuh memberikan perubahan besar terhadap rangkaian sejarah Arab Saudi. Kini, 90% orang Arab Saudi di Qatar adalah orang Muslim Hanbalite (Wahhabite). Pada pertengahan tahun 1700-an, Muhammad ibn Abd al-Wahhab membentuk sekte fundamentalnya, dan kini, orang Arab Saudi memandang dirinya sebagai pemelihara iman Islam sejati. Orang Wahhabite menolak semua inovasi yang diperkenalkan kepada Islam setelah keberadaannya memasuki abad ketiga dan praktik Islamnya masih sangat tradisional. Mereka ingin mempertahankan dan menyebarkan apa yang mereka lihat sebagai ajaran Islam yang "sejati".
Apa Kebutuhan Mereka?
Di antara orang Arab Saudi, tidak diketahui berapa dari mereka yang beragama Kristen. Pengakuan iman dalam Kristus akan membuat seseorang kehilangan keluarganya, kehormatannya, pekerjaannya, atau bahkan hidupnya. Karena sifat dasar gaya hidup dan sistem kepercayaan orang Arab Saudi, penginjilan bagi kelompok ini tidak mudah dilakukan. Untuk menjangkau mereka dengan Injil, doalah yang menjadi kuncinya. (t/Setya)
Pokok-Pokok Doa
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | https://joshuaproject.net/people_groups/10376/SA |
Siapakah Suku Asahan?
Orang-orang Asahan (disebut juga orang-orang Batubara) berbicara dalam bahasa Asahan, bahasa yang merupakan cabang dari rumpun bahasa Melayu. Mereka tinggal di pesisir timur provinsi Sumatera Utara, tepatnya di wilayah Batubara serta wilayah Asahan dan Labuhan Baru dan perkotaan Tanjung Balai. Nenek moyang orang Asahan dipercaya berasal dari Pagaruyung di Sumatera Barat. Teori migrasi ini terbukti dari kemiripan nama-nama geografis yang terdapat di wilayah Asahan dengan nama-nama di Sumatera Barat, seperti penggunaan umum istilah Talawi, Tanah Datar, dan Pesisir. Tampaknya, orang Asahan merupakan keturunan dari pernikahan antara orang Minangkabau dan orang Batak (Simalungun, Angkola, dan Mandailing).
Seperti Apa Kehidupan Mereka?
Pola pedesaan orang-orang Asahan mirip dengan pola pedesaan orang-orang Melayu di Sumatera. Pedesaan Asahan biasanya terletak di sepanjang sungai atau pesisir. Setiap desa memiliki bangunan-bangunan ibadah di desa seperti masjid atau rumah doa. Pedesaan-pedesaan tersebut dipimpin oleh penatua desa, yang disebut "pawing". Mereka memiliki otoritas untuk menyelesaikan pertengkaran-pertengkaran tentang pertanian atau perikanan.
Rumah-rumah orang Asahan dibangun di panggung yang menggunakan penyangga kayu yang tingginya sekitar 2 meter. Rancangan ini menjaga rumah-rumah dari banjir dan serangan binatang-binatang liar.
Orang-orang Asahan mencari nafkah dengan bermacam-macam cara. Sebagian besar orang Asahan memiliki mata pencaharian nelayan. Wilayah itu sangat terkenal karena perairan yang kaya ikan. Kota Tanjung Balai memunyai nama panggilan "Kota Tiram" karena terdapat sangat banyak tiram di kota ini. Beberapa orang Asahan juga bekerja sebagai petani. Hasil utama mereka berupa beras, karet, dan minyak kelapa. Sedangkan penduduk yang lain mendapatkan penghasilan hidup dari menenun kain, yang dikenal sebagai kain songket. Kain ini merupakan kain tenunan tangan yang diselang-selingi dengan benang perak atau emas. Fungsi utama kain ini adalah untuk digunakan dalam acara-acara khusus. Hijau dan biru gelap adalah warna-warna yang dominan dipakai.
Tidak seperti rumpun-rumpun orang Melayu lainnya, garis keturunan Asahan diambil dari pihak ibu (matrilineal). Hal ini disebabkan oleh pengaruh kuat dari kebudayaan Minangkabau. Akan tetapi, nama keluarga diambil dari pihak laki-laki (patrilineal). Salah satu contoh keluarga patrilineal adalah Bandar Ahmat. Setelah pernikahan, pasangan yang baru menikah hidup dekat dengan keluarga wanita (matrilokal). Setelah mereka memunyai satu atau dua anak, mereka biasanya pindah ke rumah baru dekat dengan keluarga laki-laki (patrilokal) atau ke daerah yang benar-benar baru (neolokal).
Apa Kepercayaan Mereka?
Orang-orang Asahan merupakan orang-orang Islam. Mereka hidup berdasarkan pola pengajaran agama mereka. Seperti banyak suku Indonesia lainnya, terdapat pengaruh dari kepercayaan-kepercayaan animistik tradisional mereka. Mereka percaya bahwa kepercayaan-kepercayaan Islam lahir dari nilai-nilai kebudayaan mereka, nilai-nilai yang berfokus untuk mewujudkan kehidupan bersama yang teratur, harmonis, dan saling menghargai.
Apa Kebutuhan Mereka?
Warga Asahan masih memerlukan bantuan untuk membangun wilayah mereka. Mereka perlu diperkenalkan dengan teknologi yang tepat untuk membantu meningkatkan produktivitas. Mereka masih memiliki sedikit kesempatan untuk memperluas, untuk meragamkan jenis-jenis pekerjaan mereka, serta untuk mengembangkan keahlian-keahlian baru. Pelayanan listrik dan persediaan-persediaan air bersih akan sangat mempermudah perkembangan di wilayah mereka. (t/Uly)
Diterjemahkan dari: | ||
Judul asli artikel | : | Asahan, Malay of Indonesia |
Nama situs | : | Joshua Project |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | https://web.archive.org/web/20100619144320/https://www.joshuaproject.net/people-profile.php?rop3=100544&rog3=ID |
Sumber | : | ">e-JEMMi 35/2010 |
SIAPAKAH ORANG ASILULU?
Orang-orang Asilulu tinggal di pulau Ambon, tepatnya di pedesaan Asilulu dan Ureng, di wilayah Leihitu, kabupaten Maluku Tengah, provinsi Maluku. Pada tahun 1999, sebagian wilayah Provinsi Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara. Daerah Asilulu dapat dijangkau baik dengan transportasi darat maupun laut. Transportasi umum ke kota Ambon tersedia beberapa kali sehari.
Pulau Maluku, yang menurut sejarah disebut "Kepulauan Rempah-Rempah", merupakan rangkaian dari lebih dari seribu pulau yang tersebar di bagian timur Indonesia. Kepulauan ini meliputi sebagian besar pulau antara Sulawesi dan Papua Nugini serta antara Timor dan Filipina.
Bahasa Asilulu merupakan salah satu bahasa asli kepulauan Ambon. Bahasa ini dipakai oleh orang-orang yang tinggal di pesisir barat. Orang-orang di pedesaan Negri Lima berbicara dengan bahasa yang mirip, namun bahasa mereka berbeda dan terkadang dikenal dengan istilah Henalima.
Menurut sejarah, Bahasa Asilulu merupakan bahasa perdagangan untuk wilayah ini. Bahkan saat ini, tidak mengherankan jika bertemu orang yang berasal dari pulau di sekitar daerah itu, seperti Seram, yang dapat berbicara dalam bahasa Asilulu.
SEPERTI APA KEHIDUPAN MEREKA?
Menangkap ikan merupakan mata pencaharian utama bagi orang-orang Asilulu. Karena padi jarang tumbuh di daerah tersebut, hasil pertanian mereka biasanya berupa cengkih dan pala. Para nelayan tidak mengetahui ritual-ritual tradisional khusus, walaupun komunitas mereka biasanya mendasari semua aktivitas dan pekerjaan dalam doa menurut pengakuan atau kepercayaan setiap individu.
Sebelum pergi melaut, para nelayan berdoa kepada Tuhan untuk meminta berkat dan perlindungan. Ikan hasil tangkapan dipakai untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dan selebihnya dijual. Beberapa jenis ikan yang biasa ditangkap seperti cakalang, tenggiri, momar, silapa, lalosi, dan kawalinya.
Dari desa Luhu, Iha-Kulur, dan Asilulu, kebanyakan ikan hasil tangkapan mereka dijual ke Hitu dan Ambon. Para nelayan menggunakan berbagai macam metode untuk menangkap ikan, seperti jaring (rorahi), menebarkan jala, dan perangkap ikan dari rotan. Ketika mereka melaut menggunakan jala atau jaring (pukat, mereka dapat melakukannya dengan berkelompok. Pemimpin kelompok itu disebut "tanase", sementara pengikut-pengikutnya disebut "masnait". Mereka dapat menangkap momar, kawalinya, make, julung-julung dan tuing-tuing (ikan terbang) dengan jala atau perangkap ikan. Orang Asilulu memancing sendiri jika menggunakan perangap ikan dari rotan. Ikan batu-batu biasanya ditangkap dengan teknik memancing yang satu ini.
APA KEPERCAYAAN MEREKA?
Sebagai orang Muslim, mereka percaya bahwa mereka akan dihakimi berdasarkan pengetahuan mereka tentang Al-quran serta apa yang mereka perbuat dalam kehidupan mereka. Orang-orang Asilulu telah melebur agama Islam ke dalam praktik kepercayaan tradisional setempat. Mereka mencampuradukkan praktik-praktik kebudayaan tradisional dengan pengajaran-pengajaran Islam ke dalam berbagai acara mereka, seperti pernikahan, sunatan, upacara kerajaan, dan pembangunan masjid.
APA KEBUTUHAN MEREKA?
Untuk memasarkan hasil produksi mereka ke perkotaan Ambon dan Hitu, orang-orang Asilulu memerlukan transportasi yang nyaman. Transportasi yang memuaskan ini akan menjaga ikan tetap segar ketika sampai ke kota. Saat ini, infrastruktur transportasi sangatlah terbatas.
Akhir-akhir ini, para pengadu domba dari luar memicu lingkaran kekerasan yang berbahaya dan pembalasan dendam di antara kelompok Ambon. Pulau yang terpisah-pisah ini membutuhkan kedamaian, peraturan, dan pemulihan.(t/Uly)
Diterjemahkan dari: | ||
Judul asli artikel | : | Asilulu of Indonesia |
Nama situs | : | Joshua Project |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | https://joshuaproject.net/people_groups/10456/ID |
Sumber | : | e-JEMMi 48/2010 |
Pendahuluan/Sejarah
Daerah perbukitan Jawa Barat sebagian besar dihuni oleh kaum Muslim suku Sunda, namun daerah yang terletak di sektor barat dihuni oleh suku Badui -- suatu komunitas Sunda purba yang masih tersisa, yang menggunakan dialek Sunda kuno. Suku Badui sengaja mengisolasi diri mereka di daerah pegunungan, ketika mayoritas penduduk pulau Jawa menjadi pemeluk agama Islam. Mereka telah mempertahankan kasta sebagai sistem stratifikasi sosial yang kental. Keturunannya ditandai melalui kedua orang tua mereka, namun keluarga asalnya tidak sekuat seperti pada kalangan etnis utama suku Jawa. Bentuk atau corak desa terdiri dari lebih kurang 35 kelompok kecil, yang terdiri dari rumah-rumah penduduk yang tersebar di sekitar lahan padi gagarancah, yang digarap secara musiman dan berpindah-pindah. Terdapat tiga desa yang tetap terisolasi sama sekali dari kontak-kontak dengan suku non-Badui. Orang Badui yang mengenakan busana hitam, berbicara dengan pihak luar; namun mereka yang mengenakan sarung putih, harus tetap mempertahankan isolasi secara ketat. Pemerintah telah berupaya untuk mendidik mereka dan telah membawa suatu perubahan gaya hidup bagi mereka. Namun, sebagian besar di antara mereka menolak bantuan ini, dan sebagai akibatnya mereka tetap buta aksara dan primitif. Suku Badui memiliki reputasi sebagai orang-orang yang gemar menggunakan ilmu hitam. Banyak orang yang takut karena kemampuan mereka untuk meramalkan masa depan dan menjampi musuh-musuh mereka.
Karena keterbelakangan mereka, mereka telah menolak untuk mendidik anak-cucu mereka pada sekolah-sekolah umum. Pemerintah juga tidak menyelenggarakan pendidikan, akibatnya mereka tetap buta huruf dan primitif. Menurut berita, para pria Badui diizinkan untuk menumpang kereta api secara gratis. Pria-pria mengenakan kemeja biru tua atau hitam dan sarung, serta melilitkan rambut mereka yang panjangnya sepinggang dengan kain hitam pada kepala mereka. Memotret mereka adalah suatu tindakan yang tabu.
Suatu kesulitan utama adalah akses ke wilayah Badui. Mungkin langkah pertama adalah menetapkan suatu titik pertemuan di perbatasan dan berteman dengan beberapa orang Badui. Pertemuan yang alamiah lebih baik dilakukan oleh orang Sunda sendiri, daripada oleh orang luar. Para pelayan harus diperlengkapi dengan alat-alat peraga visual yang baik untuk penginjilan, dan yang berorientasi pada budaya karena orang-orang Badui tidak bisa membaca. Setiap pelayan juga harus dipersiapkan untuk menghadapi kuasa ilmu hitam dan penyembahan berhala orang-orang Badui. Pelayanan penyembuhan dan pelepasan, akan sangat tepat menyertai pemberitaan Injil. Seorang ahli bahasa-penerjemah Kristen asing bisa ditempatkan di daerah itu, yang akan memfasilitasi dengan menggunakan kata-kata kunci Injil sehari-hari sebagai langkah awal.
Perlu dicari cara-cara untuk menjangkau orang Badui luar yang memiliki relasi dengan orang Badui dalam. Selanjutnya, orang-orang Kristen etnis lainnya dapat diperkenalkan. Sebagian kecil orang Badui yang berhubungan dengan para pengusaha adalah contoh Badui yang berhubungan dengan pihak luar. Suatu risiko yang mungkin terjadi adalah pengucilan para penghubung itu. Kaum muda bisa menjadi sasaran yang mau menerima. Mereka yang telah bepergian keluar dan menyaksikan kehidupan orang-orang non-Badui adalah calon orang-orang yang dapat diubahkan. Namun demikian, budaya dapat dengan mudah menghadapi ketidakseimbangan bilamana orang-orang yang lanjut usia diabaikan. Para pelayan harus berteman dengan mereka, dan mengetahui kebutuhan yang dirasakan unik bagi mereka yang gaya hidupnya terasing. Selanjutnya, dibutuhkan strategi yang lebih lengkap yang disusun untuk menjangkau seluruh suku bangsa. Telah diberitakan bahwa beberapa pejabat pemerintah di republik ini telah meminta orang Badui untuk memberi nasihat pada urusan kenegaraan, karena mereka percaya bahwa orang-orang Badui memiliki kekuatan khusus untuk meramal masa depan dan menjampi musuh-musuh mereka. Namun, orang-orang Badui lebih suka membiarkan diri mereka sebagai orang-orang buta huruf, daripada mendidik anak-anak mereka di sekolah-sekolah umum milik pemerintah.
Ketika Injil telah masuk ke pulau Jawa, mereka juga bersikukuh menentangnya. Pada suatu ketika, seorang Indonesia yang telah menjadi orang Kristen berbicara dengan beberapa orang Badui tentang Yesus Kristus, namun usaha-usahanya ditentang keras oleh para pemimpin Badui. Meskipun tidak ada data untuk membuktikannya, tampaknya menjangkau kaum bangsawan Badui merupakan kunci untuk menjangkau semua lapisan orang Badui. Mereka menutup diri terhadap setiap kesaksian orang-orang Kristen. Meskipun demikian, beberapa orang Kristen suku Jawa telah mempertaruhkan nyawa untuk mencoba membawa Injil kepada orang-orang yang membutuhkan ini.
Apakah Kepercayaan Mereka?
Agama rakyat (tradisional) adalah kekuatan spiritual yang dominan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Gambaran Kekristenan sedikit sekali masuk ke dalam kehidupan Badui, karena daerah ini sangat terisolasi. Selama tahun 1970-an, seorang Kristen suku Sunda yang memiliki semangat pelayanan melakukan beberapa perjalanan ke Badui, diberitakan bahwa banyak orang bertobat. Kehidupannya dalam bahaya selama beberapa waktu dan ia harus melarikan diri dari daerah itu. Kontak itu tidak berlangsung lama dan tak ada lagi saksi-saksi Kristen di sana. Bahkan ketika kontak Injil berlangsung, orang-orang Badui sangat menentang. Satu-satunya penghubung dari luar dengan orang-orang ini sekarang adalah, para pengusaha terdekat yang mempekerjakan orang-orang Badui untuk menampilkan kerajinan tangan dan kebiasaan mereka. (t/Samuel)
Pokok Doa:
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Alamat URL | : | http://joshuaproject.net |
Judul asli artikel | : | Badui of Indonesia |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Tanggal akses | : | 24 Januari 2011 |
Sumber | : | e-JEMMi 17/2011 |
Pendahuluan/Sejarah
Orang Bajau (juga disebut orang Bayo, Gaj, Luaan, atau Lutaos) adalah kelompok orang yang sangat giat melaut yang tinggal di sepanjang daerah-daerah pantai Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Sumatera, dan Nusa Tenggara. Mobilitas mereka yang tinggi membuat orang luar menyebut mereka sebagai "gipsi laut". Di kawasan Indonesia timur, sebagian besar orang Bajau ditemukan di kepulauan dan distrik-distrik pantai Sulawesi. Bahasa sehari-hari mereka adalah bahasa Bajau, yang adalah cabang dari kelompok bahasa Melayu.
Seperti Apakah Kehidupan Mereka?
Meskipun beberapa orang Bajau sudah mulai tinggal di daratan, namun masih banyak dari antara mereka yang tinggal di perahu-perahu nelayan. Di antara orang-orang Bajau yang tinggal di perahu, komunitas-komunitas mereka terdiri dari keluarga-keluarga yang anggotanya berlabuh di tempat-tempat tertentu -- di sela-sela musim menangkap ikan. Dua sampai enam keluarga akan berkumpul bersama dalam suatu kelompok untuk melaut bersama dan berlabuh bersama. Mereka sering kali saling berbagi makanan, menyatukan peralatan, jala ikan dan pukat, dan peralatan lainnya. Perahu-perahu yang mereka gunakan sebagai tempat tinggal bervariasi ukuran dan konstruksinya. Di Indonesia dan Malaysia, panjangnya rata-rata 10 meter dengan sebuah tiang tinggi sekitar 2 meter. Rumah-rumah perahu itu dibangun dari papan dengan alas/dasar yang kuat dan bagian-bagian yang melengkung. Semuanya dilengkapi dengan suatu ruang tamu beratap, yang terbuat dari tiang-tiang penyangga dan anyaman kajang [anyaman dari bambu, daun nipah, mengkuang, dsb. yang biasanya digunakan untuk atap pedati, Red.], dan sebuah tungku perapian tembikar yang mudah dibawa yang biasanya diletakkan dekat buritan perahu, yang digunakan untuk mempersiapkan jamuan makan keluarga.
Hewan laut tangkapan nelayan Bajau beraneka ragam; terdapat lebih dari 200 spesies ikan yang mereka tangkap. Kegiatan melaut orang Bajau juga bervariasi, tergantung pasang surut air laut, angin muson dan angin lokal, arus laut, migrasi ikan "pelagik" (ikan di laut lepas), dan siklus kalender bulan. Selama malam hari tanpa cahaya bulan, kegiatan melaut biasanya dilakukan dengan menggunakan lentera (lampu gas/petromax), tombak, dan peralatan pancing lainnya. Saat ini, kegiatan melaut terutama dilakukan untuk menjual ikan-ikan hasil tangkapan ke pasar. Kebanyakan ikan yang ditangkap diawetkan dengan proses penggaraman atau pengeringan. Orang-orang Bajau yang tinggal di perahu menilai diri mereka sendiri (untuk membedakan mereka dengan orang-orang lain) sebagai kelompok yang tidak agresif, yang lebih suka lari daripada konfrontasi fisik. Konsekuensinya, kelompok-kelompok lainnya yang mendominasi kegiatan politik di sekitar itu memandang orang-orang Bajau dengan menghina, dan menganggap mereka sebagai orang-orang lemah yang tidak dapat dipercaya.
Apakah Kepercayaan Mereka?
Orang Bajau adalah kaum muslim Sunni dari mazhab Syafi'i, yang menganggap keimanan dan pelajaran agama adalah sumber penting dari prestise individu. Karena kebiasaan orang Bajau yang hidup berpindah-pindah, mereka tidak banyak yang memiliki tempat ibadah (masjid) sendiri, dan harus bergantung pada komunitas-komunitas yang lain di daratan. Di kalangan komunitas-komunitas yang tinggal di perahu, komunitas para dukun sekurang-kurangnya sekali setahun berkumpul untuk mengadakan suatu pertunjukan umum dan atraksi tarian kesurupan di malam hari. Pada saat terjadi wabah penyakit, mereka juga dipanggil untuk mengusir roh penyebab wabah penyakit dari perahu di laut lepas, yang jauh dari desa atau tempat menambat perahu, agar dapat melepaskan komunitas itu dari roh-roh yang menyebabkan wabah penyakit.
Apakah Kebutuhan-kebutuhan Mereka?
Pada saat ini, orang Bajau membutuhkan pembangunan infrastruktur dan renovasi di bidang kesehatan dan pendidikan. Para pekerja medis, fasilitas, dan pelayanan umum sangat tidak memadai. Imunisasi belum sepenuhnya menjangkau daerah itu, sehingga difteri, infeksi paru, polio, dan berbagai penyakit lainnya mengancam kesehatan anak-anak Bajau. Masih banyak pula orang-orang Bajau yang buta aksara dan belum bisa menuturkan bahasa nasional, bahasa Indonesia. (t/Samuel)
Pokok Doa:
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Alamat URL | : | http://joshuaproject.net/ |
Judul asli artikel | : | Bajau of Indonesia |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Tanggal akses | : | 24 Januari 2011 |
Sumber | : | e-JEMMi 22/2011 |
Sejarah
Mayoritas orang Bakumpai tinggal dekat Sungai Barito, yang mengalir melalui provinsi Kalimantan Tengah. Di Kalimantan bagian selatan, orang Bakumpai tinggal di Distrik Bakumpai, kabupaten Barito Kuala; sementara mereka yang di Kalimantan Tengah tinggal di kabupaten Barito Selatan. Tetangga mereka di selatan adalah orang Banjar dan di utara adalah orang-orang Ngaju dan Maayan. Beberapa ahli berspekulasi bahwa orang Bakumpai adalah salah satu sub-kelompok dari kelompok orang Ngaju, meskipun Bakumpai menganggap mereka sebagai suatu kelompok yang terpisah. Orang Bakumpai adalah satu dari kelompok orang dalam kelompok Barito, yang merupakan bagian dari kelompok etno-linguistik Dayak yang lebih luas. Orang-orang Dayak (kadang-kadang dibagi berdasarkan tempat tinggal, orang Dayak Daratan dan orang Dayak Pantai/laut) cenderung tinggal di sepanjang bantaran Sungai bagian dalam Kalimantan. Suku Dayak mungkin berasal dari Asia Barat sebagai orang-orang Mongolia migran, yang memasuki kepulauan melalui sebelah barat kota pesisir, yang saat ini disebut Martapura (di Kalimantan Selatan).
Seperti Apakah Kehidupan Mereka?
Wilayah di mana orang Bakumpai tinggal, dilewati oleh banyak sungai. Oleh karena itu, orang Bakumpai telah mengembangkan teknologi untuk transportasi air. Mereka biasanya menggarap sawah karena naik turunnya air sungai. Pekerjaan lain adalah menggarap lahan-lahan non-irigasi, memancing di sungai, berdagang, dan memproduksi peralatan rumah tangga. Meskipun orang Bakumpai dianggap sebagai bagian dari kelompok suku Dayak yang lebih besar, kehidupan sosial budaya mereka lebih banyak dipengaruhi oleh orang Banjar. Zaman dahulu, ketika wilayah Banjarmasin masih di bawah kekuasaan sebuah kerajaan Hindu, sistem sosialnya dipengaruhi oleh sistem kasta berdasarkan agama Hindu. Sistem kekerabatan Bakumpai juga mirip dengan sistem bilateral orang Banjar. Bersama suami, seorang istri menjalankan peranan penting dalam keluarga utama. Menurut tradisi Bakumpai, pasangan suami istri yang baru menikah, bebas untuk memilih tempat tinggal mereka. Mereka boleh memilih untuk tinggal bersama kerabat suami atau istri, atau terpisah dari rumah mereka sendiri. Sistem pembagian warisan cenderung mengikuti aturan-aturan agama Islam.
Apakah Kepercayaan Mereka?
Pada umumnya, orang Bakumpai adalah pemeluk agama Islam. Pengaruh Islam dapat dilihat hampir di setiap aspek kehidupan mereka. Pengaruh Islam adalah bukti dalam sistem sosial mereka, hubungan-hubungan keluarga yang diperluas, dan bahkan dalam karya-karya seni mereka. Wilayah Marabahan, pusat wilayah di mana orang Bakumpai berdomisili, telah mencetak banyak guru-guru agama Islam terkenal yang telah menyebarkan agama Islam sejauh hulu Sungai Barito.
Apakah Kebutuhan-kebutuhan Mereka?
Saat ini orang Bakumpai membutuhkan pengembangan teknologi dengan metode-metode pertanian untuk memfasilitasi pembangunan daerah mereka yang berawa-rawa. Hingga kini, sistem irigasi mereka untuk pengolahan sawah, sepenuhnya bergantung pada pasang surutnya air, baik dari laut maupun dari cabang-cabang Sungai Barito. Mereka masih belum memunyai suatu sistem irigasi yang cukup untuk semua kebutuhan mereka, dan masih bergantung pada siklus tersebut. Dalam kerangka meningkatkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat, Bakumpai juga membutuhkan lebih banyak perhatian di bidang kesehatan, klinik, dan tenaga medis. Di samping itu, pengembangan upaya percepatan transportasi mereka sepanjang sungai, dan peningkatan keterampilan tangan mereka akan sangat membantu dalam meningkatkan pendapatan mereka. (t/Samuel)
Pokok Doa:
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Alamat URL | : | http://www.joshuaproject.net |
Judul asli artikel | : | Bakumpai, Indonesia |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Tanggal akses | : | 24 Januari 2011 |
Sumber | : | e-JEMMi 13/2011 |
Orang Baluch di Pakistan bagian selatan adalah bagian dari komunitas Baluch yang lebih besar, yang terdiri dari kira-kira 8 juta orang. Tanah air mereka terbentang di daerah selatan provinsi Baluchistan dan Sind. Kedua provinsi itu terletak di bagian tenggara Pakistan. Selain di Pakistan, Baluch juga bisa ditemukan di Iran, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, Somalia, Sri Lanka, Uni Emirat Arab, dan juga negara-negara lain. Berbagai kelompok Baluch menuturkan bahasa yang berbeda-beda, yang masing-masing memiliki ciri-ciri yang berbeda pula. Bahasa-bahasa ini telah dibagi menjadi tiga kelompok: Baluchi Timur, Barat, dan Selatan.
Nama mereka, "Baluch", dilingkupi kontroversi. Beberapa orang mengatakan, "Baluch" berarti "nomad" (pengembara), sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa kata itu adalah istilah Persia kuno yang berarti "kepala ayam jantan". Sejarah mereka juga misterius. Beberapa orang menelusuri nenek moyang mereka hingga ke Nimrod, anak laki-laki Kush (cucu laki-laki Nuh). Tetapi, meskipun beberapa hal masih belum pasti, kita tahu jelas bahwa mereka pertama kali pindah ke wilayah ini pada abad 12. Selama masa Moghul, daerah ini dikenal dengan nama "Baluchistan".
Seperti Apakah Kehidupan Mereka?
Menurut para ahli sejarah, daerah yang tinggi dan gersang ini dahulunya adalah daerah yang padat penduduk, yang diairi oleh banyak sungai abadi. Kini, daerah ini menjadi daerah pegunungan berbatu yang tandus dan terpencil, dengan lembah-lembah sungai yang kering dan dataran yang hampir menyerupai padang gurun. Curah hujan rendah, tidak dapat diprediksi, dan bukit-bukit hanya memiliki sedikit pohon. Namun, ketika hujan turun atau salju meleleh, dasar sungai yang kering berubah menjadi aliran sungai yang deras dan pemandangan yang tandus dan cokelat menjadi hijau kembali.
Orang Baluch biasanya menghidupi diri dengan kombinasi bertani dan menggembalakan ternak secara seminomaden. Mereka biasanya beternak biri-biri, sapi, atau kambing. Pertanian terbatas karena iklim yang keras; namun begitu, pertanian berperan besar dalam perekonomian. Hasil pertanian yang utama adalah gandum. Untuk membantu ekonomi keluarga, beberapa petani beternak ayam. Mereka juga tergantung pada buah-buahan dan sayur-sayuran liar. Salah satu tanaman liar, yaitu palem kerdil (dwarf palm), digunakan sebagai makanan tambahan. Daging palemnya dimakan dan daunnya digunakan untuk membuat tali, sepatu, tikar, dan tenda. Meskipun cara mereka bertahan hidup beraneka ragam, setiap kelompok masyarakat mencoba untuk beternak berbagai jenis binatang dan menanam berbagai tanaman pertanian. Bila ekonomi lokal tidak memberikan kesempatan kerja yang mencukupi, para pemuda sering kali pindah ke kota-kota untuk mencari pekerjaan.
Tempat tinggal mereka di desa adalah kelompok rumah dari tanah liat, yang letaknya tidak beraturan mengitari rumah pemimpin lokal. Mereka tinggal menetap di gunung dan bukit ini selama musim panas. Namun, pada musim dingin, mereka pindah ke daerah yang datar dan pesisir pantai, mencari rumput hijau untuk ternak mereka. Selama masa ini, mereka tinggal di tenda, dan berpindah-pindah tempat menurut kondisi cuaca. Tempat tinggal sementara lebih kecil, yang didiami kerabat-kerabat dekat.
Dalam keluarga, seluruh anggota keluarga bertanggung jawab memelihara ternak keluarga. Para wanita bekerja dalam kelompok, menggirik dan memisahkan hasil panen; sedangkan pria membajak dan menanam tanaman. Biasanya, tanah tidak menjadi hak milik pribadi, tetapi milik seluruh suku.
Apa Kepercayaan Mereka?
Orang Baluch adalah penganut Muslim Suni. Praktik keagamaan mereka masih bersifat pribadi, dan tidak ada konsep "agama negara". Semua bentuk otoritas sekuler dipisahkan dari otoritas rohani yang diduduki oleh pemimpin-pemimpin agama.
Apa Saja Kebutuhan-Kebutuhan Mereka?
Orang Baluch sudah terisolasi selama bertahun-tahun karena iklim Pakistan yang keras, sulitnya komunikasi di daerah pegunungan, dan karena reputasi mereka sebagai bandit. Karena pemerintahan Iran, Afganistan, dan Pakistan sama-sama bertanggung jawab atas kesejahteraan Baluchistan, mereka mulai membangun jalan dan mengembangkan program pertanian. Namun, sebagian besar orang Baluch masih tetap belum tersentuh oleh dampak pembangunan ini.
Sangat sedikit pekerjaan misi yang dilakukan di Baluch Selatan. Film Yesus sudah ada dalam bahasa mereka; namun, Alkitab masih belum diterjemahkan dalam bahasa mereka. Hanya ada sedikit orang percaya di antara mereka.
Karena tingkat buta huruf orang Baluch masih sangat tinggi, orang-orang Kristen memiliki kesempatan masuk Pakistan sebagai guru.
Pokok Doa:
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | https://joshuaproject.net/people_groups/11684/PK |
Sumber | : | e-JEMMi 42/2009 |
Pendahuluan/Sejarah
Orang-orang Bambam menurut asal-muasal mereka berdasarkan tujuh turunan dari Pongkapadang dan Torije'ne', yang telah membentuk suatu subsuku yang disebut Pitu Ulunna Salu (tujuh kepala sungai), yang telah mempersiapkan suatu kekuatan yang dipersatukan untuk menghadapi pihak luar, yakni kelompok-kelompok musuh dari luar. Pemerintah Kolonial Belanda datang pada permulaan tahun 1900-an dan mendirikan sekolah-sekolah, menghapus perbudakan, memperkenalkan pajak, dan menyebarkan agama Kristen. Selama Perang Dunia II, Jepang mengirim pasukan tentaranya untuk mengawasi wilayah ini, meskipun wilayah ini sangat terpencil dan tidak menguntungkan secara ekonomi.
Wilayah Bambam mengalami masa sukar berikutnya sejak 1950 hingga 1965 sampai dengan masa penyerangan dan pemberontakan. Sekelompok pemberontak Muslim fanatik mengambil alih kota Mambi dan mulai memaksa orang-orang di desa-desa lain untuk memeluk agama Islam. Sebagai akibatnya, orang-orang Bambam membentuk Organisasi Pertahanan Rakyat (OPR). Dengan bantuan dari Batalion Nasionalis 710, OPR menyerang Mambi dan menggiring para pemberontak ke pantai dekat Mamuju. Sesudah peristiwa ini, Batalion 710 mulai menyiksa orang-orang daerah Bambam, sehingga OPR memaksa 710 untuk mundur. OPR memutus-tuntas semua jejak menuju daerah itu, dan terus mengawalnya hingga pemerintahan sipil dipulihkan pada tahun 1964.
Dimanakah Lokasi Mereka?
Mayoritas orang Bambam tinggal di Kabupaten Mamasa, di dataran tinggi Provinsi Sulawesi Barat, Indonesia. Desa-desa terbentang sepanjang tepian aliran anak sungai Salu Mambi, Salu Dengen, dan sungai-sungai Salu Mokanam. Tempat ini merupakan suatu wilayah pegunungan, dengan puncak-puncaknya yang ketinggiannya mencapai 3000 meter.
Seperti Apakah Kehidupan Mereka?
Rumah dan keluarga merupakan prioritas utama bagi orang-orang Bambam pada umumnya. Keluarga inti terdiri dari orang tua, anak-anak yang belum menikah, namun sering kali dalam sebuah rumah tangga termasuk juga para orang tua yang sudah lanjut usia atau anak-anak yang baru menikah. Di permukaan, hubungan mereka tampaknya sangat harmonis. Kemarahan jarang sekali terjadi. Menyesuaikan diri, menjaga kedamaian, dan memelihara status quo [keadaan tetap pada suatu saat tertentu, Red.] merupakan nilai-nilai budaya. Pada umumnya, mereka sangat suka bekerja sama dan hidup bersosial dengan baik, yang berjalan bergandengan tangan dengan cara mereka bergotong-royong. Baik mempersiapkan lahan, menanam, menyiangi, memanen, memperbaiki jalan, maupun membangun rumah, mereka senang mengerjakannya secara berkelompok. Kadang-kadang upah dilunasi, tetapi sering kali hal ini menjadi urusan untuk membantu seseorang dalam hal pengembalian atas bantuan mereka di lain waktu. Mengerjakan sawah secara bergiliran merupakan pusat gaya hidup orang-orang Bambam. Aktivitas harian dan perencanaan didasarkan pada giliran perawatan padi, menanam, menyiangi, dan memanen. Pesta rakyat dan upacara juga terikat dalam putaran musim ini. Tugas-tugas dibagi berdasarkan jenis kelamin. Sementara mengerjakan lahan sawah secara bergilir merupakan pusat gaya hidup, dalam tahun-tahun terakhir ini ekonominya lebih banyak dipengaruhi oleh tanaman-tanaman, seperti kopi dan kakao. Kedua komoditi ini menyediakan uang tunai untuk pembelian barang-barang yang dibawa masuk dari luar.
Apakah Kepercayaan Mereka?
Ada tiga kelompok pemeluk agama di kalangan orang Bambam: Umat Kristen (Protestan dan Katolik), kaum Muslim (Islam), dan Mappuhondo (animisme). Kepercayaan tradisional Mappuhondo memengaruhi kepercayaan-kepercayaan mereka yang menyebut diri mereka sebagai umat Kristen atau kaum Muslim.
Secara turun-temurun, seseorang mendapatkan kesenangan bersama para dewa dengan cara memiliki "panaba sambulo-bulo" (napas yang lurus). Hal ini adalah menjadi yang baik, yang artinya memedulikan orang lain, tidak berbohong, melakukan apa yang seseorang katakan untuk mereka lakukan. Para dewa tidak menyukainya apabila Anda berusaha untuk menghancurkan rencana-rencana orang lain. Anda perlu menemukan sisi baik orang lain.
"Tometampa" sang dewa pencipta manusia, binatang, dan tumbuhan, segala sesuatu yang ada di dunia ini. Dialah sang dewa pencipta, namun tidak dianggap sebagai pemimpin dari segala dewa. Setiap dewa mengawasi wilayah kekuasaan mereka masing-masing (sungai, bukit, desa, jenis tugas atau pekerjaan, dll.). Orang-orang Kristen percaya kepada Allah sang Pencipta dan bahwa Dialah yang mengatur segala-galanya.
Ketika seorang Bambam meninggal, ia pergi "sau'anitu" (turun ke dalam sungai, ke dunia roh) yaitu dunia orang mati. Mereka tidak yakin di mana tempat itu, "mungkin saja di tepi dunia". Sungai diseberangi (salu sidilambam), dan mereka tidak bisa menyeberangi jika mereka tidak memiliki kerbau air untuk menarik menyeberangkan semua harta milik mereka. Itulah sebabnya, keluarga harus memenggal satu kerbau untuk upacara penguburan.
Orang-orang Kristen masih memotong kerbau untuk upacara penguburan, namun mereka berkata bahwa mereka akan dipermalukan jika mereka tidak melakukannya.
Apakah Kebutuhan-Kebutuhan Mereka?
Sebagai petani, perhatian mereka adalah pada tanaman: serangga dan tikus yang akan merusaknya, dan tanah longsor yang akan membabas tanaman mereka dan merusakkannya. Kebanyakan tempatnya potensial sulit untuk dijangkau dan daerahnya terpencil, yang dilihat oleh orang Bambam sebagai suatu penghalang besar. Mereka merasa bahwa akibat sukarnya daerah mereka untuk dijangkau, para pejabat pemerintah tidak begitu memahami daerah Bambam, termasuk orang-orangnya dan situasinya. Beberapa orang Bambam percaya bahwa mereka sedang berada di luar jangkauan bantuan yang disediakan pemerintah, karena mereka tinggal di daerah yang sangat terpencil seperti itu. Dengan transportasi yang sukar, harga-harga kopi dan kakao yang ada di Bambam menurun. Dan harga-harga barang yang dibawa masuk ke daerah ini tinggi. Fasilitas medis juga jarang, baik tenaga medis maupun ketersediaan obat-obatan. Ini semua masalah yang dipersoalkan secara sepihak karena alasan tempat atau daerah yang berbukit, sukar untuk dijangkau.
Pokok Doa
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Judul asli artikel | : | Bambam, Pitu Ulunna Salu of Indonesia |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | https://joshuaproject.net/people_groups/10616/ID |
Tanggal akses | : | 24 Januari 2011 |
Sumber | : | e-JEMMi 05/2012 |
Pendahuluan/Sejarah
Orang-orang Bangka tinggal di pulau Bangka di laut Cina selatan, di sebelah timur Sumatera, khususnya di kabupaten dan kota madya Pangkal Pinang, di provinsi Bangka-Belitung. Orang-orang Indonesia sering mengunjungi pulau ini karena pulau ini memiliki panorama pantai yang indah dan mudah dijangkau dari ibukota Sumatera Selatan (Palembang). Lebih dari separuh penduduk Bangka adalah orang Melayu (Malay), dan seperempat penduduknya adalah warga keturunan China, yang bermigrasi ke pulau itu. Bahasa Bangka merupakan suatu cabang dari kelompok bahasa Melayu.
Seperti Apakah Kehidupan Mereka?
Pulau Bangka terkenal karena industri penambangan timah yang besar, yang telah dikembangkan sejak abad 18 dan 19. Pulau Bangka dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia. Hal ini terlihat dari peninggalan-peninggalan arkeologi dari berbagai naskah kuno (prasasti), yang telah ditemukan di sana. Contohnya, ditemukan "The Kota Kapur Plaque", yang dituliskan pada tahun 686 sesudah Masehi. Pulau ini terkenal karena perkebunan lada yang pernah mencapai puncak kejayaan di tahun 1987. Namun demikian, dalam kurun waktu 1990-an, harga lada turun secara drastis dan diikuti oleh turunnya harga timah, yang sangat berdampak pada perekonomian Bangka. Mata pencaharian orang-orang Bangka bervariasi. Banyak penduduk Pulau ini berprofesi sebagai pekerja pada tambang-tambang timah. Selain itu, banyak juga yang berprofesi sebagai petani, nelayan, dan pembuat perahu. Mereka menghasilkan banyak kerajinan tangan, seperti pekerjaan-pekerjaan membuat buluh/tongkat, anyaman, porselin, keramik, dan ukiran dari timah. Banyak orang yang tinggal di sekitar kota menjadi pedagang dan pebisnis; khususnya dari kalangan etnis China.
Garis keturunannya adalah bilateral (berasal dari kedua orang tua). Sesuai tradisi, pasangan suami-istri itu tidak tinggal berdekatan dengan kedua orang tua mereka sesudah menikah. Sebagai akibat, ada banyak pernikahan campur antara orang Bangka dan kelompok etnis lainnya yang datang ke daerah itu. Pengaruh luar bisa tampak pada adat-istiadat perkawinan. Proses pertunangan didahului oleh keluarga pihak pria, yang memberikan mas kawin kepada pihak keluarga perempuan. Upacara pertunangan biasanya dilakukan dengan berbalas pantun. Pengaruh Islam juga tampak pada prosesi yang diiringi tamborin [alat musik jenis rebana, dengan atau tanpa hiasan kerincing logam di sekitar bingkainya, Red.] dan gendang. Bentuk seni lainnya disebut Sepintu Segudan. Drama orang Bangka ini bercerita tentang kisah perilaku masyarakat gotong royong.
Apakah Kepercayaan Mereka?
Mayoritas orang di pulau Bangka adalah Muslim, khususnya keturunan Melayu, sedangkan mereka yang berasal dari keturunan China memeluk agama Buddha dan Konghucu. Etnis Bangka menggabungkan Islam dan kepercayaan animistik tradisional, yang masih tumbuh subur di kalangan masyarakat setempat.
Apakah Kebutuhan Mereka?
Pada saat ini, pulau Bangka sedang menantikan daerahnya menjadi pemerintah daerah yang otonom atau menjadi sebuah daerah industri swasta, agar daerah ini mempunyai perekonomian yang stabil yang terlepas dari dampak krisis yang disebabkan oleh anjloknya harga lada dan timah. Krisis ekonomi yang melanda pelosok negeri nusantara baru-baru ini semakin memburukkan kondisi bangsa Indonesia. Sikap mental masyarakat perlu dipersiapkan untuk menghadapi tantangan demi tantangan di masa yang akan datang, yang sudah terbiasa hidup dalam kehidupan yang makmur. Wawasan mereka juga perlu diperluas, sehingga mereka dapat melihat peluang-peluang baru dan mencari alternatif pekerjaan lain yang akan menghasilkan pendapatan yang cukup. Peranan usaha kecil dan koperasi perlu di tingkatkan. (t/Samuel)
Pokok Doa
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Alamat URL | : | https://joshuaproject.net/people_groups/10651/ID |
Judul asli artikel | : | Bangka of Indonesia |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Tanggal akses | : | 24 Januari 2011 |
Sumber | : | e-JEMMi 38/2011 |
Bangsa Tajik merupakan salah satu penduduk asli Iran, Afganistan, dan sebuah wilayah yang dikenal dengan sebutan Turkestan dalam sejarah. Nama "Tajik" itu mengacu pada suku-suku bangsa Kaukasia, yang biasanya tinggal menetap dan berbicara dengan berbagai dialek Persia. Mereka adalah ahli waris dan penyebar kebudayaan Asia Tengah, yang membentang dari dataran tinggi Iran hingga daerah memanjang Laut Kaspia hingga ke perbatasan Tiongkok. Mereka membangun perkampungan dengan rumah-rumah tanah liat atau batu, beratap datar, dan mereka mengolah tanah beririgasi yang ditanami gandum, jelai, dan milet. Perkebunan mereka terkenal karena buah melon dan beragam buah-buahan lain. Keterampilan mereka sudah cukup berkembang. Kota-kota mereka, yang berada di sepanjang jalur karavan penghubung Persia, China, dan India, menjadi pusat-pusat perdagangan.
Orang-orang Tajik dikenal memiliki harga diri tinggi dan dapat bertahan dalam berbagai situasi. Mereka juga dikenal pemurah dan peramah. Mereka tipe pekerja keras dan sangat mengutamakan keluarga. Di Iran, pusat utama wilayah mereka terletak di barat kota Shiraz.
BAGAIMANA KEHIDUPAN MEREKA?
Lebih dari separuh wilayah Iran merupakan tanah bebatuan atau tanah tandus; sebagian besar wilayah tersebut berupa gurun bergaram yang tidak dapat dihuni. Sekitar sepersepuluh daerah di negara itu baik untuk pertanian, dan seperempat lainnya baik untuk menggembalakan ternak. Hampir sepertiga daerah agrikultur mereka telah beririgasi, kebanyakan terletak di perbukitan perbatasan antara padang pasir dan gunung-gunung.
Kondisi kesehatan di luar ibukota tidak begitu baik. Kebanyakan penduduk di kota-kota kecil dan di daerah pedesaan menderita karena tidak tersedianya fasilitas kebersihan dan tenaga medis yang memadai. Penyakit menular, seperti demam merah [penyakit infeksi yang ditandai bintik-bintik merah di kulit], batuk berdahak, TBC paru-paru, dan demam tifus lazim ditemukan di sana. Tingkat kematian bayi mencapai taraf yang mencemaskan; bahkan, menurut standar internasional dan Timur Tengah, angka kematian bayi di sana sudah sangat tinggi. Walaupun demikian, harapan hidup pria dan wanita bisa mencapai umur 65 tahun.
Meskipun disediakan program wajib belajar lima tahun di Iran, banyak anak di pedesaan tidak pernah bersekolah karena tidak disetujui orang tua mereka ataupun karena fasilitas tidak memadai. Sekolah lanjutan tidak berkembang di sana. Sekolah-sekolah itu hanya berfungsi menyiapkan segelintir siswa melanjutkan pendidikan ke tingkat universitas. Tingkat tunaaksara di negara itu mencapai angka yang tinggi (melebihi 90%), bahkan termasuk buruk jika dibandingkan negara-negara Timur Tengah lainnya. Namun demikian, orang Tajik mampu mewariskan nilai-nilai dan tradisi-tradisi mereka melalui cerita, lagu-lagu, dan tari-tarian tradisional.
Kebanyakan orang Tajik bekerja sebagai petani dan peternak pendatang yang memiliki tanah dan kurang melibatkan diri dalam organisasi kesukuan. Orang Tajik lainnya yang tinggal di perkotaan adalah para pedagang dan tukang-tukang yang terampil. Orang Tajik mengenakan turban penutup kepala dengan tenunan berwarna terang -- atau jika mereka sedang bekerja di ladang, mereka mengenakan penutup kepala dari kain wol. Para wanita pedesaan Tajik mengenakan selendang, alih-alih mengenakan penutup wajah.
Agama Islam sangat memengaruhi budaya Iran, sebagaimana tampak dalam kesenian, kesastraan, dan struktur sosial di negara itu. Setelah revolusi 1979, imam-imam Shiah menjalankan pembaruan praktik-praktik Islam. Para wanita diperintahkan untuk kembali ke peranan tradisional mereka; bioskop ditutup dan stasiun radio dilarang menyiarkan musik. Pemisahan pria dan wanita dalam acara sosial diberlakukan kembali. Banyak wanita kembali memakai cadar, kain hitam penutup seluruh bagian kepala dan tubuh.
APAKAH KEPERCAYAAN MEREKA?
Dari luar, orang-orang Tajik tampak 100% Muslim; hampir semua adalah orang Islam Sunni beraliran Hanafi. Islam telah menyusup ke seluruh ranah kehidupan mereka, termasuk upacara-upacara kelahiran, akil balig, pernikahan, dan kematian. Doa-doa yang dihafalkan dilafalkan setiap hari. Namun demikian, mereka juga menerapkan praktik spiritisme, yang didasarkan takhayul, termasuk memakai jimat dan guna-guna.
APAKAH KEBUTUHAN MEREKA?
Hanya segelintir orang Tajik yang sudah menjadi percaya, tetapi sebenarnya banyak orang yang sudah percaya meskipun sembunyi-sembunyi. Mereka sudah bisa mendapatkan Alkitab. Selain itu, korespondensi dengan bahan Alkitab dalam bahasa mereka telah beredar. Doa syafaat yang sepenuh hati merupakan kunci untuk menggerakan orang-orang Tajik datang kepada Kristus.
Pokok Doa
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | http://www.joshuaproject.net/ |
Sumber | : | e-JEMMi 17/2010| |
Pendahuluan/Sejarah
Pantai selatan dan timur Pulau Kalimantan merupakan tempat tinggal suku Banjar, yang hidup di sepanjang pesisir sungai dari pedalaman hutan tropis yang lebat hingga ke kota-kota pesisir. Budaya Banjar mendominasi Provinsi Kalimantan Selatan, dan terdapat juga populasi Banjar yang signifikan di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Malaysia. Meskipun mereka berasal dari kalangan Muslim yang taat beragama, orang Banjar dengan bangga menelusuri asal usul mereka dari sebuah kerajaan Hindu legendaris, yakni Negara Dipa. Identitas etnis kontemporer berkembang dari gabungan antara budaya Jawa, Melayu, dan Dayak. Melalui orang Jawa, aliran Buddha, Hindu, dan akhirnya Islam diperkenalkan di Kalimantan Selatan. Pada tahun 1526, Pangeran Samudera dari Banjar memeluk agama Islam, dan memakai nama Sultan Suriansyah sebagai suatu persyaratan untuk menerima bantuan dari tentara Jawa dalam rangka menggulingkan pamannya.
Seperti Apakah Kehidupan Mereka?
Banjarmasin, ibu kota Kalimantan Selatan, berlokasi 22 kilometer dari Laut Jawa. Karena bagian-bagian dari kota ini berada pada posisi lebih rendah di bawah garis permukaan laut, maka kota ini mengalami timbul dan tenggelam sesuai pasang surut air laut. Lanting (rumah-rumah apung) berderet di sepanjang jalur air, yang bersilangan di kota ini. Dengan menggunakan sebuah perahu motor kecil (klotok) di sekitar sungai dan kanal-kanal, pemandangan menunjukkan banyak kegiatan yang beragam: ada yang mandi, mencuci pakaian, bergosip, atau membeli buah-buahan, ikan, dan sayuran dari para wanita pedagang keliling dengan perahu-perahu kecil. Orang-orang Banjar jarang berpindah tempat ke wilayah lain Indonesia. Mereka cenderung menikah dan menetap dekat dengan orang tua mereka atau dengan kaum kerabat mereka di Kalimantan. Pada umumnya mata pencaharian mereka adalah bertani dan berkebun di sekitar daerah aliran sungai. Perdagangan, transportasi, dan pertambangan juga merupakan ladang usaha utama yang digeluti masyarakat setempat. Banyak orang Banjar bekerja sebagai penggergaji kayu secara manual dan tradisional, tetapi keberatan untuk bekerja pada pabrik-pabrik pengolahan kayu dan perusahaan penggergajian kayu yang komersial lantaran kondisi yang tidak sehat.
Apakah Kepercayaan Mereka?
Merebaknya agama Islam secara meluas dalam masyarakat Banjar memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan individu dan keluarga. Agama merupakan kekuatan utama dalam mengendalikan kejahatan, termasuk pencurian dan perjudian. Identitas etnik Banjar tak dapat dipisahkan dari agama Islam. Pada waktu yang bersamaan, tradisi kepercayaan animisme tetap berlaku. Kepercayaan ini mengajarkan bahwa kekuatan-kekuatan supernatural tertentu berdiam dalam objek-objek alam, seperti bebatuan, pepohonan, dan gunung-gunung, juga pada makhluk hidup tertentu. Perayaan-perayaan tradisional Islam dan sebulan penuh puasa saat Ramadan diperhatikan dan dipertahankan secara kuat. Salah satu gedung megah di Banjarmasin adalah Masjid Agung Sabilal Muthadin, berlokasi di pusat kota. Sejak masa penjajahan Belanda, sekolah-sekolah milik pemerintah telah dipandang dengan kecurigaan oleh orang Banjar sebagai upaya untuk mengajarkan paham sekuler kepada anak-anak mereka. Sekolah-sekolah Islam modern telah mengembangkan pengakuan identitas sebagai sekolah-sekolah milik pemerintah.
Apakah Kebutuhan Mereka?
Orang Banjar secara tradisional tidak menghiraukan metode-metode dan teknologi-teknologi modern dan juga tidak terlalu banyak bersentuhan dengan kelompok-kelompok lain. Isolasi ini telah membatasi pengembangan pendidikan, perawatan kesehatan, sanitasi, dan air bersih. Di pedalaman, desa-desa memiliki infrastruktur yang terbatas untuk pendistribusian hasil panen dan barang-barang lainnya. Adanya pertambangan batu bara, permata, dan emas yang makin banyak juga telah menciptakan kerusakan lingkungan di seluruh wilayah Kalimantan. (t/Samuel)
Pokok Doa:
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Alamat URL | : | https://joshuaproject.net/people_groups/10658 |
Judul asli artikel | : | Banjar of Indonesia |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Tanggal akses | : | 24 Januari 2011 |
Sumber | : | e-JEMMi 42/2011 |
Latar Belakang
Agama Kristen bukan merupakan kata asing bagi kebanyakan orang Ghana. Lebih dari 170 tahun yang lalu misionaris rajin datang ke negara Afrika ini untuk memberitakan Injil sehingga sekarang sudah ada lebih dari 22.000 gereja di negara Afrika Barat ini. Walaupun demikian, tantangan masih besar oleh karena 70-80% dari orang Kristen hanya tinggal di Ghana bagian Selatan, sedangkan orang kulit hitam di Utara masih diabaikan. Sejumlah 90% dari penduduk Ghana Utara belum mendengar kasih Kristus dan tidak memiliki sebuah gereja pun di tempat tinggal mereka. Sementara itu, 91% dari pedesaan di Utara sama sekali tanpa gereja Protestan.
Sebuah Negara yang Sudah Lama Mengenal Agama Kristen
Luas | : | 238.500 km2 |
Jumlah Penduduk | : | 22.458.728 jiwa |
Ibu Kota | : | Accra |
Suku Bangsa | : | Kwa 71,1 %; yang terbagi dalam lima suku, yaitu Akan, Ewe, Ga-Adangme, Guan, C.Togo Gur 25,4 %; Mande 1,1 %; Lain-lain2,4 % |
Bahasa Resmi | : | Inggris, seluruhnya ada 72 bahasa |
Agama | : | Tradisional Afrika 20 %; Islam 16 %; Kristen 55 %; Roma Katolik 19 % |
Pengikut Muhammad menginjak daerah ini untuk pertama kalinya pada abad ke-18. Meski demikian, lama sekali agama Islam tidak memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat Ghana. Namun, dalam lima puluh tahun terakhir agama ini sangat berhasil memenangkan orang sehingga agama Islam makin kuat di negara tersebut. Sekarang lebih kurang 40% dari penduduk sudah mengganti agama mereka dan memeluk Islam. Kemungkinan besar masih banyak orang yang akan bertindak seperti ini karena di Ghana masih ada banyak orang yang belum beragama. Mereka harus memilih mau masuk agama Islam atau Kristen.
Pelayanan WEC
WEC masuk negara Afrika ini pada tahun 1940. Gereja yang merupakan hasil pelayanan misionaris WEC bernama Evangelical Church of Ghana dan didaftarkan pada tahun 1977. Pada tahun-tahun pertamanya, pekerja WEC harus berkorban dengan luar biasa sehingga sekarang buah dari pelayanan mereka bisa terasa. Sekarang ada lebih dari 140 gereja dengan lebih dari 6.000 anggota.
Beban pelayanan WEC adalah penginjilan di antara suku Dagomba, Konkomba, Frafra, dan Birifor. Selain itu, WEC ingin menolong gereja untuk membuka departemen perkembangan sosial.
SUKU-SUKU SASARAN WEC
1. Suku Dagomba
Suku ini terdiri dari lebih kurang 500.000 orang yang memakai bahasa Dagbani. Jumlah orang Kristen masih sangat sedikit, lebih kurang 1% saja.
Suku Dagomba adalah suku terbesar di Ghana Utara dengan jumlah orang Kristen lahir baru yang begitu sedikit. Sebanyak 50% dari suku yang terabaikan ini sudah memeluk Islam. Banyak sarjana yang mengatakan bahwa bukan hanya separuh, melainkan seluruh suku Dagomba sudah menerima ajaran Muhammad. Oleh karena gengsi, hampir semua orang Dagomba menyebut dirinya Islam, walaupun pada praktiknya 40% masih belum beragama, tetapi malu mengakuinya di depan umum. Sampai sekarang mereka masih belum begitu terbuka bagi Injil. Adapun suku Dagomba masih sering berperang dengan suku Konkomba.
2. Suku Konkomba
Jumlah anggota suku ini diperkirakan lebih kurang 350.000 yang memakai bahasa Konkomba. Sejumlah 3% dari antara mereka adalah orang Kristen. Orang Konkomba terkenal sebagai orang animis yang kuat membela kepercayaan mereka sehingga baik agama Islam maupun agama Kristen sulit menemukan pintu yang terbuka. Agama Kristen diterima oleh karena Alkitab diterjemahkan ke dalam bahasa mereka, sekaligus para misionaris bekerja keras dan berhasil dalam memberantas buta huruf. Dengan demikian, dalam sepuluh tahun terakhir banyak gereja bisa dirintis. Sayang sekali, perang mereka dengan suku Dagomba, Nanumba, dan Gonja hampir menghentikan gerakan ini. Banyak desa dihancurkan oleh perang dan penduduk mereka tercerai-berai. Itu sebabnya, kedamaian menjadi sangat penting agar pelayanan misi bisa diteruskan dan ada tenaga Afrika atau pribumi yang melanjutkan pelayanan tenaga asing.
3. Suku Frafra
Kurang lebih 340.000 orang diperkirakan dapat berbahasa Frafra. Sejumlah 2% orang Frafra adalah orang Kristen. Walaupun bertahun-tahun suku Frafra, sama seperti orang Konkomba, melawan agama Kristen dan membela kepercayaan mereka, gereja di antara suku Frafra makin kuat. Animisme makin dilemahkan. Banyak orang yang masuk gereja Katolik. Namun, oleh karena agama Islam disamakan dengan kemakmuran, banyak orang cenderung memilih Islam.
Pelayanan WEC di antara suku Frafra dimulai pada tahun 1980-an. Pertama-tama, orang WEC berfokus kepada orang Frafra yang tinggal di Accra, Kumasi, dan Tema. Di situ ada belasan gereja yang dirintis pelopor WEC. Delapan dari gereja tersebut sudah memiliki lebih dari lima ratus anggota. Merintis gereja di kampung halaman suku Frafra di Utara-Timur negara Ghana sangatlah sulit. Perintisan ini sungguh-sungguh membutuhkan doa syafaat kita.
4. Suku Birifor
Jumlah suku ini diperkirakan mencapai 70.000 orang dengan 7% orang Kristen. Semua memakai bahasa Birifor.
Pada masa yang lampau, suku Birifor seperti suku Frafra dan Konkomba yang menutup diri untuk Injil agar bisa mempertahankan Animisme, sehingga baik agama Islam dan Kristen mengalami kesulitan masuk ke daerah mereka. Kelihatannya jika orang Birifor ganti agama, mereka lebih cenderung memilih agama Kristen daripada yang lain. Hanya kurang dari 1% suku Birifor yang menganggap dirinya orang Islam. Banyak orang Birifor pindah ke Selatan untuk mencari pekerjaan. Umumnya para perantau ini lebih terbuka daripada keluarga-keluarga mereka yang tinggal di Utara. Pada dasarnya suku Birifor terbuka untuk Injil, hanya saja jumlah pekerja kurang. Doakan agar secepatnya banyak misionaris yang bersedia melayani mereka.
Ekonomi
Ghana mengekspor cokelat, emas, dan kayu. Sampai 1984 pemerintah sangat korup. Namun, sekarang mulai lebih stabil.
Politik
Sejak 1957 negara Afrika ini merdeka dari Inggris. Sampai tahun 1966 Ghana berada di bawah pimpinan Presiden Nkrumah yang merusak Ghana. Namun, setelah 1966 situasi lebih stabil. Pada tahun 1992 diadakan pemilu pertama dengan diikuti beberapa partai. Sejak 2000 demokrasi lebih terjamin di negara ini.
Pokok-Pokok Doa
Bahan diambil dan diedit dari sumber: | ||
Judul buletin | : | Buletin Terang Lintas Budaya, Edisi 64 2006 |
Penerbit | : | YPI Indonesia |
Halaman | : | 4 - 5 |
Situs | : | http://www.wec-indo.org/ |
Sumber | : | e-JEMMi 30/2006 |
Mayoritas penutur bahasa Hindi yang berada di luar India tinggal di negara-negara tetangga, seperti Bangladesh, Myanmar, Pakistan, Nepal, dan Afghanistan. Namun demikian, ada juga komunitas Hindi berskala besar di negara-negara lain. Layaknya para kelompok imigran India yang lain, orang-orang Hindi cenderung tinggal di tempat orang-orang Hindi lain berada.
Istilah "Hindi" tidak cukup menggambarkan kompleksitas etnis dan sosial suku ini karena istilah tersebut hanya berfungsi sebagai pembeda. Pada kenyataannya, orang India penutur bahasa Hindi adalah kumpulan kelompok etnis dan sosial yang tersebar luas di seluruh Asia Tengah. Mereka tidak hanya memiliki bahasa yang sama, namun juga karakter khusus berdasarkan faktor-faktor budaya dan historis, termasuk rivalitas Hindu-Islam dalam tradisi keagamaan.
Adalah mereka yang berasal dari kasta yang lebih tinggi dan berpendidikan yang biasanya meninggalkan India dan bermigrasi ke negara-negara lain. Mereka kini memiliki beragam pekerjaan. Sebagian besar dari mereka tidak hanya telah menolak beragam aspek dari budaya Hindu mereka, namun juga telah terpengaruh oleh budaya Barat pada banyak bidang.
Seperti Apa Kehidupan Mereka?
Hindi adalah bahasa Indo-Aryan. Bahasa Hindi banyak meminjam kata-kata dari bahasa Sanskerta, dan ditulis dalam naskah "Devanagri". Sebelumnya, ada konflik besar antara penutur Urdu (sebagian besar beragama Islam) dan penutur Hindi (sebagian besar beragama Hindu). Hal ini berujung pada separasi Pakistan dan India pada 1947. Sejak saat itu, terjadi ketegangan dalam hal bahasa dan agama di antara kedua kelompok tersebut. Hindi menjadi bahasa nasional India dan Urdu menjadi bahasa Pakistan. Namun, di Pakistan, masih ada 85.000 orang Islam yang menggunakan bahasa Hindi dan kini disebut orang Indo-Pakistan. Sayangnya, orang Indo-Pakistan mengalami penderitaan yang luar biasa selama masa separasi Pakistan dan India.
Para penutur Hindi dibagi ke dalam beberapa kelompok sosial. Orang Hindu, yang membentuk kelompok yang paling besar, dibagi ke dalam empat kelompok sosial utama yang disebut "kasta". Kasta-kasta itu memiliki urutan hierarkis berdasar prinsip-prinsip "kemurnian dan pencemaran". Menurut peringkat, kelompok turun-temurun itu adalah Brahmana, para pendeta dan kaum cendekiawan; Ksatria, para pemerintah dan pejuang; Waisya, para pedagang dan kaum profesional; dan Sudra, para buruh dan budak. Empat kasta ini memiliki banyak subkasta, yang kemudian dibagi lagi dalam lingkaran-lingkaran.
Kasta adalah kelompok budaya, yang tidak hanya berdasar pada pekerjaan, namun juga adat istiadat. Orang-orang yang berada dalam subkasta-subkasta dan lingkaran-lingkaran yang tidak terkira banyaknya dalam masyarakat Hindu itu terus mencoba untuk "memanjat tangga sosial". Mereka melakukannya dengan mengadopsi cara hidup, kebiasaan, dan bahkan bahasa dari kasta yang lebih tinggi. Namun demikian, mereka jarang menikahi seseorang dari kasta lain.
Meski Brahmana dianggap sebagai kasta yang hebat dalam keagamaan dan sastra, pendidikan dan pembelajaran yang memberi mereka kekuatan selama beberapa lama kini tersedia bagi semua ras dan kelas dalam agama Hindu.
Hindi adalah bahasa yang digunakan dalam bisnis, pendidikan, dan jurnalisme. Di negara-negara tempat tinggal mereka yang baru, para penutur Hindu mendirikan toko rempah-rempah khas India, toko video, dan bisnis komersial kecil di setiap kota besar. Beberapa yang tinggal di Pakistan, Arab Saudi, dan Bangladesh adalah petani. Orang Hindi yang paling miskin tinggal dalam gubuk yang terbuat dari tanah liat, sementara yang kaya tinggal dalam bangunan semen dengan beberapa lantai.
Di tempat tinggal mereka yang baru, para penutur Hindi menjadi semakin "kebarat-baratan". Kini, banyak dari mereka minum anggur dan makan segala jenis daging kecuali daging sapi. Selain itu, para wanita Hindu memiliki hak untuk meminta cerai dan menikah lagi. Beberapa pria masih memakai "dhoti" (kain putih sederhana yang membungkus kaki atau dipakai secara longgar seperti rok), dan wanita terkadang memakai "sari" (potongan kain lurus yang dipakai seperti gaun), khususnya pada acara-acara khusus. Namun demikian, sekarang banyak yang memakai baju-baju khas barat.
Para wanita muslim yang menggunakan bahasa Hindi masih mengikuti tradisi "purdah" -- menutupi seluruh tubuh, khususnya mata, yang mengisyaratkan pengasingan diri. Namun demikian, purdah dipraktikkan dalam beragam skala tergantung pada tingkat westernisasi dan urbanisasi.
Apa Kepercayaan Mereka?
Mayoritas penutur Hindi mempraktikkan agama Hindu yang cenderung dianggap sebagai gaya hidup daripada sebuah agama. Orang Hindu menyembah dewa-dewa yang baik maupun yang jahat. Mereka percaya bahwa kurban dan persembahan harus diberikan kepada dewa-dewa secara rutin guna menenangkan mereka dan mencegah terjadinya bencana.
Hinduisme mengajar bahwa jiwa tidak pernah mati. Saat tubuh mati, jiwanya lahir kembali dan berreinkarnasi. Jiwa itu mungkin saja terlahir kembali sebagai hewan atau manusia. Mereka menyembah beberapa dewa dalam bentuk binatang. Sapi dianggap sakral, namun hewan lain juga dihormati.
Hukum "karma" menyatakan bahwa setiap tindakan memengaruhi bagaimana jiwa akan dilahirkan kembali. Jika seseorang menjalani hidup dengan penuh kebaikan, jiwanya akan dilahirkan kembali dalam keadaan yang lebih baik. Jika seseorang hidup dengan banyak tindakan buruk, jiwanya akan terlahir kembali dalam keadaan yang lebih buruk.
Apa Kebutuhan Mereka?
Para penutur Hindi memiliki baik Alkitab maupun film JESUS dalam bahasa mereka. Namun demikian, orang-orang Hindu harus terlebih dahulu dibebaskan dari perbudakan jutaan allah palsu sehingga mereka dapat percaya kepada Yesus. Orang Islam pun demikian, mereka membutuhkan penyataan Trinitas dan kebenaran-kebenaran yang ada dalam firman Tuhan. Doa memiliki kuasa untuk membawa mereka dari kegelapan menuju kepada Terang.
Pokok doa
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | https://joshuaproject.net/people_groups/12106/BM |
Orang Indo-Pakistan sebenarnya berasal dari anak benua India. Kini, mereka tinggal di banyak negara dan banyak pula yang belum pernah dijangkau oleh Injil.
Di beberapa negara, sebagian besar orang Indo-Pakistan ini beragama Hindu, sedangkan yang tinggal di jazirah Arab, sebagian besar memeluk agama Kaum Kedar. Kebanyakan orang Indo-Pakistan berbicara dalam bahasa Hindi sebagai bahasa asli mereka, sementara yang lainnya menuturkan berbagai macam bahasa India lainnya. Terkadang, mereka juga menggunakan bahasa tutur yang dipakai di tempat mereka menetap sekarang.
Indo-Pakistan merupakan istilah umum yang digunakan untuk mewakili kelompok-kelompok etnis ini. Hal itu dikarenakan banyaknya penduduk asli India yang tidak menetapkan status mereka -- dalam kelompok bahasa mana mereka sebenarnya termasuk. Misalnya, banyak dari mereka mungkin sebenarnya adalah orang Gujarat, Hindi, atau Punjabi; namun mereka semua (khususnya untuk tujuan sensus), dikenal sebagai orang Indo-Pakistan.
SEPERTI APAKAH KEHIDUPAN MEREKA?
Secara tradisional, kehidupan orang India diatur oleh sistem kelas sosial yang kaku, yang dikenal sebagai sistem kasta. Kasta sebenarnya merupakan kelompok masyarakat yang didasarkan pada jenis pekerjaan. Orang-orang yang memiliki jenis pekerjaan yang sama akan masuk ke dalam kasta yang sama. Kasta-kasta tersebut dibagi ke dalam beberapa subkasta yang selanjutnya dibagi lagi ke dalam kelas-kelas sosial yang lebih kecil. Sistem kasta itu sangat kaku, dan anggota dari suatu kasta tidak diizinkan untuk pindah dari kasta di mana mereka dilahirkan. Orang-orang India hanya diperbolehkan menikah dengan orang-orang dari kasta yang sama dan mengerjakan pekerjaan yang telah ditetapkan untuk kasta mereka. Pada umumnya, hanya orang-orang India dari kasta yang lebih tinggi dan lebih kayalah yang mampu pindah ke negara-negara lain. Setelah tiba di negara lain, mereka sering kali membuka usaha sendiri.
Brahmana merupakan kasta Hindu yang tertinggi. Kasta ini terdiri dari kaum rohaniwan dan cendekiawan. Namun, pengaruh Inggris di India secara bertahap membuka kesempatan bagi kasta-kasta lain untuk memeroleh pendidikan pula. Orang Indo-Pakistan yang ada di luar daerah India cenderung menonjolkan pengaruh Inggris daripada mereka yang tinggal di India. Para imigran tersebut juga menunjukkan pengaruh budaya Barat dalam gaya berpakaian mereka. Namun, beberapa orang Indo-Pakistan Hindu tetap mengenakan pakaian tradisional mereka; kaum pria mengenakan "dhoti" (kain yang dibalutkan pada pinggang) dan kaum wanita mengenakan "sari" (kain yang dibalutkan melingkar pada pinggul dan digantungkan pada pundak atau kepala). Sebagian besar dari mereka tetap mengonsumsi makanan asli India. Meskipun agama Hindu menganjurkan untuk umatnya makan sayuran, banyak juga orang India yang makan beberapa jenis daging.
Pengaruh ajaran agama sepupu sangat kuat pengaruhnya bagi beberapa orang Indo-Pakistan, khususnya di Semenanjung Arab. Di sana, orang-orang Indo-Pakistan diharuskan untuk mengikuti hukum agama yang berlaku. Misalnya, wanita-wanita diharuskan mengenakan cadar yang longgar dan jubah hitam yang biasanya dikenakan wanita-wanita Kaum Kedar. Cadar itu menutupi seluruh tubuh, dari kepala sampai ujung kaki dan sebagian besar wajah. Cadar lebih sering dikenakan di tempat umum dan selama bulan puasa. Orang-orang Indo-Pakistan Hindu diperlakukan sebagai warga kelas kedua oleh pemerintah Arab Saudi dan Yaman.
APAKAH KEPERCAYAAN MEREKA?
Agama Hindu merupakan agama yang memiliki banyak tuhan, artinya mereka memuja banyak dewa dan dewi. Dewa yang paling penting untuk disembah adalah Brahmana, yaitu sang pencipta alam semesta; Wisnu, penjaga alam semesta; dan Siwa, perusak alam semesta. Dewa agama Hindu yang lain, yang juga penting, adalah istri Siwa, yang memunyai beberapa nama. Dia paling dikenal dengan nama Durga, Kali, Parvati, atau Uma. Sebagai Parvati atau Uma, dia adalah dewi yang keibuan dan sangat dipuja. Sebagai Durga atau Kali, dia adalah dewi perusak yang ditakuti.
Menurut ajaran Hindu, binatang dan manusia memiliki jiwa. Orang Hindu percaya bahwa jiwa itu menjalani banyak kehidupan yang tak terhingga jumlahnya dalam raga yang berbeda-beda, lahir kembali atau berreinkarnasi menjadi binatang atau manusia setelah mati. Mereka percaya bahwa apabila seseorang melakukan hal-hal yang baik dalam hidupnya, jiwanya akan dilahirkan kembali dalam status yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika dia melakukan hal-hal yang jahat, jiwanya akan dilahirkan kembali dalam status yang lebih rendah, bahkan mungkin dalam rupa cacing! Daur hidup tersebut dipercaya akan terus berlangsung sampai jiwa tersebut mencapai kesempurnaan rohani dan masuk dalam nirwana.
Sebaliknya, orang-orang Kedar percaya hanya ada satu tuhan, yaitu Allah. Agama ini mendasarkan ajarannya pada lima "pokok" dasar. Orang Kedar harus mengakui bahwa "tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah nabi-Nya". Orang Kedar juga diwajibkan untuk berdoa lima kali sehari, memberi zakat bagi orang-orang miskin, berpuasa selama bulan Ramadan, dan mencoba untuk melakukan ibadah umroh paling tidak satu kali ke Mekah.
APA SAJA KEBUTUHAN MEREKA?
Orang Indo-Pakistan Hindu yang tinggal di semenanjung Arab memiliki kehidupan yang sulit karena pada kenyataannya mereka merupakan penganut agama minoritas di sana.
Beberapa negara yang didiami oleh sekelompok orang Indo-Pakistan tidak memerbolehkan misionaris Kristen memasuki negara-negara mereka. Akibatnya, sulit untuk menjangkau orang-orang Indo-Pakistan yang hidup di negara-negara tersebut. Meskipun orang-orang Indo-Pakistan yang memeluk agama saudara sepupu di beberapa negara mendapat jaminan kebebasan beragama, mereka tetap dibatasi oleh aturan-aturan agama. Orang-orang Kristen lokal harus menggunakan kesempatan ini untuk memberitakan Kristus kepada orang-orang Indo-Pakistan.
POKOK DOA
Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari: | ||
Situs | : | Joshua Project |
Judul asli artikel | : | Indo-Pakistani of Montserrat |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | https://legacy.joshuaproject.net/people-profile.php?peo3=19211&rog3=UZ |
Sumber | : | e-JEMMi 26/2008 |
Dirangkum oleh: Novi Yuniarti
Indonesia memiliki 13.600 pulau dan hanya separuh dari pulau-pulau itu yang berpenduduk. Pulau-pulau utama yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Kepulauan Maluku, NTB, dan NTT. Indonesia memiliki lebih dari enam ratus bahasa suku, tetapi bahasa nasional yang dipakai adalah bahasa Indonesia. Negara ini pernah dijajah oleh Portugis, kemudian Belanda, dan Jepang selama Perang Dunia II. Pada 1945, Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Pada tahun 1965, komunis mencoba mengambil alih Indonesia dengan paksa. Namun upaya ini gagal, karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Muslim dan mereka sangat membenci keberadaan komunis. Oleh sebab itu, pada masa-masa tersebut terjadi kekacauan di Indonesia. Setelah pemerintah berhasil menaklukkan komunis, maka pemerintah membuat sebuah kebijakan bahwa setiap rakyat Indonesia harus memilih agama tertentu yang keberadaannya diakui negara (Islam, Kristen, Katolik, Buddha, atau Hindu).
Luas | : | 1.919.440 km persegi |
Populasi | : | 237.512.355 (perkiraan Juli 2008) |
Ibu Kota | : | Jakarta |
Tipe Pemerintahan | : | Republik |
Populasi di Bawah Garis Kemiskinan | : | 17,8% (2006) |
Suku Bangsa | : | Jawa 40,6%, Sunda 15%, Madura 3,3%, Minangkabau 2,7%, Betawi 2,4%, Bugis 2,4%, Banten 2%, Banjar 1,7%, lainnya 29,9 % (2000) |
Bahasa | : | Bahasa Indonesia (resmi, bentuk modifikasi bahasa Melayu), banyak bahasa suku (tapi yang paling banyak dipakai adalah bahasa Jawa dan dialeknya) |
Lainnya | : | Bahasa Inggris dan sedikit bahasa Belanda |
Agama | : | Islam 86,1%, Protestan 5,7%, Katolik Roma 3%, Hindu 1,8%, lainnya 3,4% (2000) |
Ribuan orang memilih menjadi pemeluk agama Kristen, dan peristiwa ini mengakibatkan terjadinya kebangunan rohani yang besar. Antara tahun 1965 s/d 1971, Tuhan melawat Indonesia dan banyak mukjizat terjadi karena Injil Tuhan Yesus diberitakan. Sekitar dua juta orang dibaptis. Walaupun tidak semua orang mengerti tentang kekristenan secara dalam, tetapi para penginjil berusaha membimbing mereka untuk mengenal-Nya lebih dalam. Para penginjil saat itu masih bebas memberitakan Injil di negara ini.
Meskipun ada lima agama resmi di Indonesia, tidak sedikit dijumpai penduduk Indonesia yang masih menganut animisme. Di pulau Jawa misalnya, masih ada penduduk yang menyembah Nyai Roro Kidul (Ratu Laut Selatan), dan bila ada orang yang mati tenggelam di laut selatan pulau Jawa, orang-orang ini percaya bahwa Nyai Roro Kidul memerlukan mereka. Banyak juga yang menyembah roh-roh, menggunakan ilmu hitam yang keras (santet), bahkan ada orang yang melemparkan uang dan hewan-hewan yang hidup ke dalam kawah gunung merapi yang masih aktif sebagai korban.
Jakarta merupakan ibu kota dari Indonesia yang terletak di pulau Jawa -- pulau yang paling padat penduduknya. Jawa merupakan pulau yang sangat indah dengan gunung-gunung berapinya, tanah yang subur, dan ladang yang ditumbuhi padi. Di pulau Jawa sendiri terdapat tiga kelompok suku utama, yaitu suku Sunda, suku Madura yang hampir semuanya beragama Islam, dan suku Jawa yang di antaranya banyak yang memeluk agama Kristen. Pada tahun 2004, Indonesia untuk pertama kalinya mengadakan pemilihan presiden secara langsung, dan hingga hari ini Indonesia masih dalam proses peralihan menuju demokrasi. Negara ini menghadapi tantangan besar pada tahun-tahun belakangan; dari bencana tsunami tahun 2004 hingga pergolakan suku dan agama. Provinsi Aceh misalnya, telah menerapkan hukum agama. Akibatnya, banyak orang Kristen yang merasa dipinggirkan dari masyarakat, mengalami aniaya, dan banyak gereja rumah ditutup. Selain itu, beberapa tahun belakangan ini, kelompok-kelompok tertentu telah melakukan perang suci untuk melawan komunitas Kristen, khususnya di Ambon dan Poso. Akibatnya, terjadi pertikaian antara dua kelompok komunitas di daerah tersebut yang mengakibatkan ratusan rumah ibadah dihancurkan dan menimbulkan korban jiwa di kedua belah pihak.
Pada tahun 2002, Malino Peace Accord ditandatangani di Maluku. Penandatanganan ini menandai dimulainya proses rekonsiliasi -- kedamaian yang rapuh tercipta kembali. Selain masalah politik yang tidak stabil, masih ada satu persoalan lagi yang kebutuhannya sangat mendesak. Ada pulau-pulau dan suku-suku yang belum pernah diinjili. Siapakah yang akan pergi untuk mengajar tentang Tuhan Yesus kepada mereka dan membawa mereka untuk mengenal dan mengasihi Dia?
Pokok Doa:
Sumber bacaan | : | The Voice of the Martyrs. "Indonesia". |
URL | : | http://www.persecution.net/indonesia.htm |
Dalam | : | Johnstone, Jill. 1996. "Doamu Mengubah Dunia". Batu: Departemen Pembinaan Anak dan Pemuda. |
Sumber | : | e-JEMMi 21/2009 |
Lokasi
Kerajaan Kamboja, dulunya dikenal dengan nama Kampuchea, adalah sebuah negara di Asia Tenggara yang jumlah penduduknya hampir mencapai angka 14 juta. Negara ini berbatasan dengan Thailand di sebelah barat, Laos di sebelah utara, dan Vietnam di sebelah timur. Di sebelah selatan, Kamboja berbatasan dengan Teluk Thailand. Kondisi geografis Thailand didominasi oleh Sungai Mekong dan Tonlé Sap, sumber penghasil ikan yang sangat penting. Hampir seluruh Kamboja berada dekat dengan permukaan laut, akibatnya aliran air Sungai Tonlé Sap berbalik pada musim penghujan, membawa air dari Mekong ke Danau Tonlé Sap dan daerah banjir sekitarnya.
Populasi | : | 13.995.904 |
Kepala Pemerintahan | : | Perdana Menteri Hun Sen |
Agama | : | Buddha 82,6%, Tradisional Tiongkok 4,7%, Kristen 1,2%, lain-lain 11,5% |
Peringkat Penganiayaan | : | - |
Jumlah Kelompok Teroris | : | 2 |
Tindakan Terorisme | : | 59 |
Korban | : | 77 |
Persentase Korupsi | : | 79% |
Persentase Rakyat Miskin | : | 40% |
Terorisme
Kemampuan Kamboja untuk melakukan penyelidikan terhadap aktivitas teroris dibatasi oleh kurangnya pelatihan dan sumber daya. Tidak adanya peraturan yang komprehensif di dalam negeri untuk memerangi terorisme juga menghambat kemampuan pemerintah dalam menangkap dan menghukum teroris. Namun demikian, para pejabat tinggi Kamboja menunjukkan komitmen yang kuat untuk melawan para teroris. Perbatasan yang tidak dijaga ketat dan korupsi yang merajalela dapat membuat Kamboja rawan diserang teroris. Pemerintah Kamboja percaya bahwa kelompok Pejuang Kemerdekaan Kamboja (PKK), yang melakukan serangan pada bulan November 2000 yang menimbulkan korban delapan jiwa, masih dapat mengulangi aksinya lagi di Kamboja. Pemimpin kelompok ini telah ditangkap di California, Amerika Serikat, pada tahun 2005. Pemerintah Kamboja bekerja sama dengan Badan Intelijen AS (FBI) mengadili pemimpin PKK di Amerika Serikat. Pemerintah Kamboja juga menyanggupi permintaan pemerintah Amerika Serikat untuk mengawasi jaringan-jaringan teroris dan kelompok-kelompok yang ditengarai mendukung serta membiayai aksi-aksi terorisme.
Agama
Seorang warga negara Kamboja biasanya disebut dengan orang Khmer, meski kemudian istilah tersebut merujuk pada etnis Khmer. Mayoritas orang Kamboja adalah penganut agama Buddha Theravada versi Khmer, namun di Kamboja juga terdapat etnis Cham yang umumnya beragama Islam, etnis Tionghoa, Vietnam, dan suku-suku pedalaman yang masih memeluk animisme. Dari seluruh populasi Kamboja, diperkirakan 82,6% beragama Buddha, hanya 1,2% di antara populasi Kamboja yang Kristen.
Tantangan Untuk Orang Kristen
Kelompok ekstremis Marxis Khmer Merah mengambil alih kekuasaan Kamboja pada tahun 1975. Pada tahun-tahun berikutnya, terjadilah apa yang dicatat sebagai salah satu pembantaian terkeji dan paling brutal yang terjadi pada abad ke-20. Di bawah pemerintahan Pol Pot, satu dari delapan penduduk Kamboja tewas karena perang, kelaparan, atau dihukum mati.
Tentara Vietnam melengserkan Khmer Merah pada tahun 1978, namun perang saudara terus berkecamuk hingga tahun 1991 dan pasukan Khmer Merah terus melakukan perang gerilya. Pasukan Khmer Merah menyerahkan diri pada tahun 1998, namun stabilitas negara Kamboja belum dapat dipulihkan. Kelompok Khmer Merah ingin menyapu bersih semua agama -- mereka membunuh 90% biarawan Buddha dan orang-orang Kristen. Pada tahun terakhir ini, kebijakan dan tindakan pemerintah cenderung membebaskan orang beribadah. Meskipun pada tahun 2007 kembali dikeluarkan peraturan yang melarang penginjilan dari rumah ke rumah, namun kelompok-kelompok misionaris asing secara umum dapat bekerja dengan bebas di Kamboja dan tidak mendapat kesulitan yang berarti dalam menjalankan pekerjaan mereka.
Pokok Doa:
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Window International Network |
Judul asli artikel | : | Cambodia, Southeast Asia |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | http://www.win1040.com/countries/cambodia.htm |
Masyarakat Korea yang tinggal di Korea Utara dan Selatan memiliki ciri-ciri khas Mongolia dan diyakini berasal dari satu kelompok ras yang sama. Bahasa Korea, yang merupakan bahasa nasional kedua negara tersebut, berkaitan dengan bahasa Jepang dan di dalamnya terdapat banyak kata-kata yang juga ditemukan dalam bahasa Cina. Sistem penulisan bahasa Korea menggunakan dua puluh enam simbol fonetik.
Secara resmi, Undang-Undang Korea Utara memberikan kekuasaan politik kepada masyarakat. Namun, kekuasaan yang sesungguhnya berada di tangan Partai Komunis. Undang-Undang tersebut memang menjamin hak-hak seperti kebebasan pers, kebebasan beragama, dan kebebasan berbicara, akan tetapi pada kenyataannya 23,6 juta masyarakat Korea di Korea Utara sangat dibatasi kebebasannya. Misalnya, seluruh siaran radio dan televisi dikontrol secara ketat oleh Komite Penyiaran Pusat Korea. Semua stasiun radio yang dimiliki swasta 'diatur' menjadi frekuensi pemerintah. Berita-berita terkini sering kali disembunyikan dari khalayak umum atau bahkan diubah isinya. Masyarakat acapkali tidak mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi sampai berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun sesudahnya.
SEPERTI APA KEHIDUPAN MEREKA?
Sebelum tahun 1900-an, masyarakat Korea adalah masyarakat agrikultur dan memiliki hubungan kekeluargaan yang erat. Hampir semua orang tinggal di pedesaan kecil dan bekerja di sawah atau ladang. Tetapi semenjak akhir tahun 1940-an, pihak Komunis mulai menjadikannya negara industri. Saat ini, sebagian besar masyarakat perkotaan di Korea Utara bekerja di pabrik, sedangkan masyarakat pedesaan tetap bekerja di sawah atau ladang.
Perjodohan masih lazim terjadi di daerah pedesaan. Sekarang ini, jumlah masyarakat perkotaan yang memilih pasangan hidupnya sendiri terus bertambah. Selain itu, ikatan pernikahan dahulunya sangat kuat sehingga jarang sekali terjadi perceraian -- bahkan perceraian tidak pernah terpikir di benak masyarakat. Namun saat ini, perceraian di antara masyarakat Korea yang berpendidikan dan tinggal di kawasan perkotaan terus meningkat. Hal ini menyebabkan perceraian tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang memalukan.
Bagi masyarakat Korea, pendidikan bersifat wajib untuk sebelas tahun pertama (termasuk setahun masa prasekolah) dan tidak dipungut biaya. Dan juga, harus ada persetujuan dari Partai Komunis agar para murid dapat meneruskan pendidikan setelah tingkat ke-10. Selama liburan musim panas, para murid juga harus bekerja untuk negara.
Di Korea Utara, pemerintah mengontrol seluruh aspek kehidupan masyarakat. Sebagian besar kesenian dan hiburan dibantu dan dikontrol oleh pemerintah. Bahkan cara seniman bekerja pun dibatasi. Pada intinya, segala hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Komunis dilarang oleh pemerintah.
Makanan utama masyarakat Korea adalah nasi dan terkadang dilengkapi dengan ikan, sayuran, atau buah. Makanan khasnya adalah kimchi, terbuat dari campuran kol, lobak putih, dan bermacam sayuran lainnya yang dibumbui rempah-rempah.
APA KEPERCAYAAN MEREKA?
Sebelumnya, gabungan dari paham Konfusius, Buddhisme, dan perdukunan (kepercayaan pada dunia dewa yang tak kasat mata, roh-roh jahat, dan roh-roh leluhur) mendominasi kepercayaan masyarakat Korea. Tapi sejak tahun 1945, kepercayaan tersebut secara resmi dibatasi. Penguasa Korea Utara yang pertama, Kim Il-sung, sangat dihormati dan dipuja rakyatnya. Dia dianggap mahatahu dan mahahadir. Sama dengan penguasa yang lama, pemerintahan di bawah Kim Jong-il ini juga menindas rakyatnya. Bagaimanapun juga, sampai sekarang belum diketahui apakah masyarakat harus memuja penguasa yang baru ini.
Meskipun secara teknis kebebasan beragama dijamin oleh pemerintah Korea Utara, pada kenyatannya kegiatan beragama sangat ditekan.
Masyarakat Korea percaya bahwa roh anggota keluarga yang telah meninggal tetap tinggal dalam keluarga. Karena alasan inilah, keluarga berusaha untuk melahirkan seorang pewaris laki-laki agar dapat meneruskan garis keturunan. Dialah yang akan melakukan ritual leluhur dalam rumah tangga dan di tempat pekuburan keluarga.
APA SAJA KEBUTUHAN MEREKA?
Setelah banjir bandang melanda Korea Utara, banyak daerah yang mengalami kekurangan pangan. Beberapa orang malahan terpaksa memakan rumput dan akar-akaran untuk bertahan hidup. Karena itulah, mereka harus diperkenalkan kepada Dia yang mampu mencukupi semua yang mereka butuhkan.
Secara politik, Korea Utara merupakan salah satu negara yang paling terkontrol di dunia. Pemerintah Korea secara resmi menentang kekristenan dan Injil di seluruh wilayahnya. Saat ini, masyarakat Korea Utara memerlukan kebebasan politik dan spiritual.
Pokok Doa
Bahan diterjemahkan dari sumber: | ||
Judul asli | : | North Korea |
Situs | : | Joshua Project |
Alamat URL | : | https://joshuaproject.net/people_groups/12795/KN |
Sumber | : | e-JEMMi 09/2007 |
Orang Kirgiz merupakan masyarakat nomaden yang hidup di ujung Barat Cina, di dekat perbatasan antara Kyrgyzstan dan Tajikistan. Mereka terus melakukan perjalanan sepanjang tahunnya, menggembalakan domba dan ternak mereka hingga ke wilayah-wilayah pegunungan. Baru belakangan ini saja orang Kirgiz mulai menetap dalam sebuah kumpulan selama musim dingin berlangsung.
GEOGRAFI
Benua | : | Asia |
Wilayah | : | Asia Tengah |
Jendela 10/40 | : | Ya |
Jumlah populasi dalam negara | : | 600 |
Provinsi terbesar | : | Badakhshan |
SUKU
Nama bangsa | : | Kyrgyz |
Nama lain | : | Kara, Kirghiz, Ke'erkezi, Kirgiz |
Populasi | : | 600 |
Populasi di dunia | : | 4.196.000 |
Termasuk suku terabaikan | : | Ya |
BAHASA
Bahasa utama | : | Kirghiz |
Bahasa utama lainnya | : | Uzbek dan Kipchak (sebelah Utara) |
AGAMA
Agama utama | : | Islam (Sunni) |
Kristen | : | 0,01% |
Islam | : | 99,99 % |
BAHASA
Penginjilan | : | 0,01 % |
Orang Kirgiz memisahkan diri sebagai bangsa sejak abad ke-14. Mereka tinggal di wilayah dataran tinggi yang membentang di Barat Laut Cina selama abad 15. Terselip di antara dua negara adidaya, Rusia dan Cina, orang Kirgiz adalah masyarakat yang berjuang untuk melestarikan identitas budaya mereka.
Meski 95% dari orang Kirgiz mengaku muslim, sebagian besar tata cara kehidupan mereka cenderung tidak begitu menunjukkan pengaruh tersebut.
Adapun bahasa Kirgiz termasuk dalam rumpun bahasa Turki dan terbagi dalam dua dialek utama: Selatan dan Utara. Orang Kirgiz juga memiliki aksara sendiri, namanya yensei, yang telah ada sejak abad ke-8. Sayangnya, aksara ini kemudian hilang. Setelah mereka memeluk agama Islam, orang Kirgiz pun memakai aksara baru yang berdasar pada sistem alfabet Arab-Persia.
BAGAIMANA KEHIDUPAN MEREKA?
Sebagian besar orang Kirgiz adalah peternak sapi, kuda, domba, unta, dan kambing. Mereka hidup di tenda-tenda berwarna putih yang mudah dipindahkan ke tempat lain.
Ketika para pria melakukan tugas mereka seperti menebang pohon atau memotong rumput, para wanita bertanggung jawab memeras susu, mencukur bulu domba, dan memberi makan ternak. Kaum perempuan juga bertanggung jawab dalam urusan rumah tangga.
Makanan pokok orang Kirgiz adalah kentang, bawang, dan kol karena hanya tanaman macam itu yang bisa tumbuh di daerah pegunungan. Kambing-kambing memberikan minuman kegemaran mereka: susu kambing. Menu makan mereka juga meliputi produk-produk impor seperti terigu, gandum, beras, teh, garam, dan gula.
Alkohol menjadi sebuah masalah serius yang mendominasi kehidupan banyak orang Kirgiz. Bukanlah hal yang aneh bagi sebagian mereka untuk mengadakan pesta minuman keras selama berhari-hari.
Dalam hal pernikahan, orang Kirgiz diatur oleh orang tua mereka. Mempelai pria memberikan hadiah-hadiah istimewa seperti kambing panggang kepada mempelai wanita sebagai bagian dari proses lamaran. Tradisi yang cukup menarik adalah ketika pasangan yang hendak menikah diikat di tengah-tengah lingkaran keluarga mempelai wanita. Mereka dilepaskan hanya setelah keluarga mempelai pria memohon ampunan dan memberikan hadiah kepada keluarga mempelai wanita. Pasangan itu kemudian menikah di sebuah upacara pernikahan muslim.
APA KEPERCAYAAN MEREKA?
Orang Kirgiz mengaku sebagai masyarakat muslim; meski akar tradisi keislaman mereka tidak begitu kuat. Islam juga baru diterima masyarakat Kirgiz sejak seratus tahun terakhir ini saja. Hal ini menjelaskan kenapa tradisi Islam belum menyatu dengan budaya orang Kirgiz. Sebagai contoh, mereka tidak memiliki masjid mereka sendiri dan tidak akrab dengan hari raya umat muslim. Ada juga dugaan bahwa hanya sedikit saja orang Kirgiz yang benar-benar mengerti doktrin dasar agama Islam.
Meski mayoritas orang Kirgiz mengaku sebagai pemeluk Islam, mereka tetap meneruskan tradisi lama berupa praktik-praktik penyembahan roh leluhur. Mungkin inilah alasan utama kenapa orang Kirgiz tidak menganut Islam secara ketat.
APA YANG MEREKA PERLUKAN?
Dominasi komunisme dan kondisi kehidupan yang miskin telah membuat hidup terasa begitu berat bagi kelompok masyarakat nomad ini. Tidak ada gereja yang diketahui ada di antara orang Kirgiz di Cina dan hanya sebagian saja dari Alkitab yang telah diterjemahkan dalam bahasa mereka. Orang Kirgiz sangat membutuhkan firman Tuhan dan pekerja-pekerja yang mau memperkenalkan Yesus.
Banyak orang Kirgiz yang mencoba lari dari masalah mereka dengan minum alkohol. Mereka perlu tahu bahwa hanya Yesuslah yang dapat mengisi hidup mereka dengan sukacita, damai, dan pengharapan.
Barangkali halangan terbesar yang membuat kita sulit menjangkau orang Kirgiz di Cina adalah keengganan pemerintah mereka untuk membuka pintunya kepada misionaris. Terlebih lagi, cara hidup orang Kirgiz yang nomaden akan cukup menyulitkan para misionaris untuk menempatkan diri di antara suku-suku dan menjangkau mereka.
Percampuran antara kepercayaan penyembah roh dan doktrin yang mereka anut membuat orang Kirgiz tidak punya harapan dalam agama. Namun, Tuhan mengasihi setiap jiwa orang Kirgiz. Ia ingin melepaskan mereka dari penyembahan roh dan harapan yang salah dalam kepercayaan mereka; agar mereka datang kepada kehidupan kekal lewat Putra-Nya, Yesus Kristus. Bagaimanapun juga kenyataan yang tragis adalah bahwa kerohanian orang Kirgiz masih diliputi kegelapan. Mereka juga tidak menyadari bahwa darah Kristus telah menebus dosa manusia dan bahwa mereka hanya bisa memperoleh hidup kekal melalui Dia.
Pokok Doa:
Sumber diambil dan diterjemahkan dari: | ||
Judul artikel | : | Kyrgyz of Afghanistan |
Sumber online | : | https://joshuaproject.net/people_groups/12933/AF |
Sumber | : | e-JEMMi 26/2006 |
Kata "Arab" biasanya langsung mengingatkan kita pada orang-orang Badui berjubah putih yang mengarungi gurun dengan unta mereka. Namun sebenarnya, hal itu tidak sepenuhnya benar. Terdapat dua ratus juta orang Arab yang mendominasi populasi di 22 negara. Mereka merupakan kelompok etnis Muslim terbesar, paling beraneka ragam, dan paling berpengaruh dalam bidang politik di dunia.
Ada beberapa karakteristik yang menunjukkan bahwa seseorang itu benar-benar orang Arab. Salah satu karakteristik yang pasti adalah rasa bangga menjadi orang Arab. Semua aspek fisik, geografis, dan agama mereka sangat beraneka ragam; namun demikian, kefasihan dalam berbicara Arabic (atau dialek Arab) dan kecintaan terhadap budaya warisan Arab mungkin adalah dua hal paling penting.
Di dunia Arab modern, nilai-nilai tradisional sudah berubah. Hal ini disebabkan oleh urbanisasi, industrialisasi, dan berkurangnya suku-suku yang ada. Kini, hanya 5% dari orang Arab modern yang tinggal di gurun sebagai penggembala; dan beberapa komunitas orang Arab yang cukup besar bisa ditemukan di hampir semua dunia barat.
Seperti Apakah Kehidupan Mereka?
Bukan hal yang mudah untuk menjelaskan budaya Arab karena hal ini menyangkut sejarah ribuan tahun. Selama berabad-abad, mereka mengalami beberapa masa kejayaan. Meskipun begitu, mereka lebih banyak mengalami masa perjuangan.
Kini, sekitar 40% orang Arab tinggal di kota-kota besar. Hal ini, entah bagaimana, telah menyebabkan ikatan tradisional keluarga dan suku putus. Kini, para wanita dan pria memiliki pendidikan yang lebih tinggi dan kesempatan kerja yang lebih besar. Semua itu, juga perubahan-perubahan yang lain, menciptakan "kelas menengah" baru dalam masyarakat mereka.
Komunitas imigran Arab (orang Arab yang tinggal di negara-negara bukan Arab) masuk dalam kategori "kelas menengah". Karena para imigran Arab sangat terbuka terhadap budaya barat, budaya dan gaya hidup tradisional mereka telah mengalami banyak perubahan. Akibatnya, ikatan budaya mereka merenggang.
Ada berbagai jenis pekerjaan bagi sebagian besar imigran Arab. Hal ini sangat membantu kehidupan miskin mereka. Namun di sisi lain, hal tersebut melonggarkan ikatan tradisional keluarga mereka. Para wanita diberi kebebasan untuk meninggalkan rumah. Perjodohan dan tekanan sosial untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan agama tradisional pun semakin sedikit.
Dibanding struktur sosial di gurun atau desa Arab, struktur sosial para imigran Arab lebih rumit. Sekarang ini, kebanyakan imigran Arab mengakui jati diri mereka berdasar kebangsaan, bukan kesukuan.
Meskipun persatuan politik masih merupakan mimpi bagi masyarakat Arab, bahasa Arab masih menjadi pemersatu paling utama. Dalam upayanya melestarikan bahasa ibu mereka, Arab telah mempertahankan dua jenis bahasa Arabic. Jenis bahasa yang pertama adalah bahasa Arab klasik (classical Arabic), bahasa religius dan sastra yang diucapkan dan dituliskan secara seragam di dunia Arab. Jenis bahasa yang kedua adalah bahasa Arab untuk percakapan sehari-hari (colloquial Arabic), bahasa lisan informal yang berbeda-beda, tergantung dialek masing-masing daerah. Kedua jenis bahasa tersebut digunakan oleh orang-orang Arab yang berpendidikan.
Beberapa upaya untuk memelihara tradisi budaya, seperti penamaan anak, telah dilakukan. Umumnya, nama seorang anak Arab mencerminkan tiga elemen penting dalam kehidupan Arab: sanak keluarga, rumah, dan agama. Jadi, seorang bocah lelaki mungkin saja bernama Muhammad bin Ibrahim al Hamza. "Muhammad" merupakan nama religiusnya. Lalu "bin Ibrahim" adalah nama ayahnya. Dan "Al Hamza" berarti dia berasal dari desa Hamza. Para gadis juga diberi nama yang mirip, yang tetap digunakan meski setelah mereka menikah. Hal ini menunjukkan tradisi Arab Muslim, meskipun para wanita tunduk pada para pria, mereka tetap mempertahankan identitas, hak, dan ikatan keluarga mereka.
Penyunatan bagi laki-laki masih merupakan sebuah tradisi dalam masyarakat Arab. Acara ini digelar pada sekitar tahun ketujuh, dan diadakan sebagai pertanda masuknya anak laki-laki ke dalam masyarakat religius. Para gadis jarang disunat, kecuali di beberapa daerah yang terisolasi.
Awal mula masa Islam adalah saat "identitas Arab" memunyai arti bahwa semua orang Arab adalah keturunan dari seorang pria biasa. Oleh karena itu, menjadi orang Arab akan dihargai, dihormati, dan mendapat hak istimewa.
Apakah agama mereka?
Muhammad pertama kali mengajar ajaran Islam pada orang Arab di awal abad ketujuh. Penerusnya dengan cepat mengajarkan agama Islam secara luas. Ke mana pun orang Muslim pergi, mereka meninggalkan elemen budaya Arab mereka, termasuk agama mereka.
Hubungan sejarah antara orang Arab dan agama Islam masih sangat kuat. Sekarang ini, sekitar 93% orang Arab adalah Muslim, yang termasuk dalam sejumlah sekte: Shia ("Ithna Ashari" atau "Ismaeli"), Alawi, Zaidi, dan Sunni. Muslim Sunni adalah sekte paling besar.
Apakah yang mereka butuhkan?
Azas-azas muslim sangat dijunjung tinggi. Dibutuhkan banyak doa untuk mengalihkan rintangan yang memisahkan mereka dari Kebenaran. Dibutuhkan hikmat Tuhan untuk mencari celah-celah kesempatan guna membagikan kasih Tuhan kepada mereka.
Pokok-Pokok Doa
Diterjemahkan dan diedit dari: | ||
Situs | : | Joshua Project |
Judul asli | : | Arab of Rwanda |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | https://www.joshuaproject.net/people_groups/10375/RW |
Sumber | : | e-JEMMi 33/2007 |
Secara umum, hari raya Natal di Jepang kalah pamornya dibandingkan dengan hari raya Tahun Baru. Di sana, Tahun Baru dianggap lebih penting daripada hari Natal. Akan tetapi, meskipun hari Natal juga diperingati dengan cukup meriah di Jepang, baik dengan tukar-menukar kado, makan malam bersama, maupun memasang pohon Natal, semua itu hanya didasari pada rasa ketertarikan pada tradisi negara-negara Barat dalam merayakan Natal; bisa dikatakan mereka hanya ikut-ikutan. Selain itu, toko-toko yang ikut memeriahkan Natal di Jepang hanya menggembar-gemborkan Natal dan menjual ornamen-ornamen Natal. Natal dirayakan, tidak lain hanya untuk alasan komersial saja. Dan, yang paling ironis, meski perayaan Natal di Jepang bisa dikatakan meriah, tidak banyak orang Jepang yang mengerti makna Natal yang sesungguhnya.
NATAL DAN TAHUN BARU DI JEPANG
Natal diperkenalkan di Jepang oleh para misionaris. Selama bertahun-tahun, yang merayakan Natal hanyalah orang-orang Jepang yang bertobat dan mengaku Yesus sebagai Juru Selamat. Namun begitu, kini suasana Natal di Jepang sangat meriah dan menyita perhatian hampir seluruh negeri. Tukar-menukar kado merupakan tradisi lama orang-orang Jepang. Toko-toko yang ada di Jepang memanfaatkan momen Natal untuk kepentingan komersial -- sama dengan yang dilakukan toko-toko di negara-negara Barat. Selama beberapa minggu sebelum Natal, toko-toko di sana mengembar-gemborkan Natal. Toko-toko itu memajang pernak-pernik Natal dan hadiah yang cocok untuk pria, wanita, dan terutama anak-anak. Dengan jumlah satu persen penduduk yang beragama Kristen, sedikit sekali orang Jepang yang benar-benar memahami makna Natal.
Kisah bayi Yesus yang lahir di palungan memang menarik bagi gadis-gadis cilik di Jepang karena mereka memang menyukai segala sesuatu yang berkenaan dengan bayi. Saat Natal, banyak orang yang mengenal palungan untuk pertama kalinya karena biasanya bayi Jepang tidak tidur di palungan.
Banyak tradisi Barat dalam merayakan Natal yang diadopsi oleh orang Jepang. Memang sudah merupakan kebiasaan orang Jepang untuk mencari sesuatu yang menarik dari negara-negara Barat dan kemudian mengubahnya menjadi sesuatu yang kental dengan khas Jepang. Selain tukar-menukar kado, keluarga-keluarga Jepang juga makan kalkun pada hari Natal, dan bahkan ada pohon Natal di beberapa tempat umum. Mereka menghias rumah mereka dengan pohon cemara, dan puji-pujian Natal dikumandangkan dengan sukacita di beberapa rumah. Sering kali, sebuah ranting juga digantung di langit-langit rumah. Krans Natal digantung di depan pintu sebagai simbol keberuntungan.
Di Jepang, ada tuhan atau pendeta yang disebut "Hoteiosho" -- versi lain Sinterklas. Ia digambarkan sebagai pria tua baik hati yang memanggul tas besar. Beberapa rumor mengatakan bahwa ia memunyai mata di bagian belakang kepalanya. Penting bagi anak-anak untuk bersikap baik saat tersiar kehadiran Hoteiosho.
Tahun Baru merupakan hari raya terpenting dalam kalender Jepang. Pada malam Tahun Baru, seluruh rumah dibersihkan dari atap sampai lantai bawah. Seluruh rumah dihiasi untuk menyambut hari itu. Saat segala sesuatu telah bersih dan rapi, seisi rumah memakai pakaian yang paling bagus, sering kali mereka memakai baju nasional Jepang -- kimono. Kemudian, kepala keluarga berjalan mengelilingi rumah sambil diikuti seisi rumah untuk mengusir roh-roh jahat. Ia melempar buncis kering ke setiap sudut rumah agar roh-roh jahat keluar dari rumah dan keberuntungan masuk ke rumah. Seluruh keluarga pergi ke kuil Shinto, menepukkan kedua tangan mereka untuk menarik perhatian tuhan mereka dan memohon peruntungan. Sering kali, kesialan-kesialannya dibakar, namun variasi kebiasaan itu tergantung pada kuil dan tuhannya.
SEJARAH KEKRISTENAN DI JEPANG
Sebelum kekristenan masuk ke negara yang sekarang disebut Amerika Serikat, kekristenan telah masuk ke negara Jepang. Agama Kristen pertama kali diperkenalkan di Jepang pada abad ke-16 oleh kaum Jesuit dan kemudian oleh para misionaris Fransiskan. Pada akhir abad itu, kira-kira ada 300.000 orang Jepang yang dibaptis.
Sayangnya, situasi yang menjanjikan itu mulai ditentang oleh kelompok misionaris lain dan intrik-intrik politik yang datang dari pemerintah Spanyol dan Portugis, serta partai-partai politik pemerintahan Jepang sendiri. Akibatnya, orang-orang Kristen ditindas.
Korban pertamanya adalah 6 biarawan Fransiskan dan 20 orang petobat yang disalib di Nagasaki pada 5 Februari 1597. Setelah adanya toleransi terhadap orang-orang Kristen yang hanya berlangsung selama beberapa waktu, banyak orang Kristen yang ditangkap, dipenjara, atau dianiaya dan dibunuh; dan gereja pun terpaksa bergerak di bawah tanah pada 1630. Meski begitu, saat Jepang kembali membuka diri kepada negara-negara Barat 250 tahun setelah peristiwa tersebut, ternyata komunitas Kristen Jepang masih bertahan di bawah tanah, tanpa pendeta dan Injil; mereka bertahan hanya dengan instruksi sederhana mengenai iman mereka, tetapi dengan iman yang teguh percaya bahwa Yesus adalah Juru Selamat mereka.
gereja mulai bertumbuh lagi setelah Komodor Perry membuka negara Jepang dengan armadanya dari Amerika. Misionaris tumpah ruah ke Jepang.
Namun demikian, selama Perang Dunia II, oleh karena curiga dengan orang-orang Kristen dan orang-orang Barat, pemerintah Jepang menggiring orang-orang Kristen ke Nagasaki. Sungguh ironis, negara yang paling bertanggung jawab untuk menginjili orang-orang Jepang, malah menjatuhkan bom nuklir di Nagasaki dan membunuh banyak orang Kristen. Meski begitu, masih ada orang-orang Kristen yang berdedikasi di Jepang, dan gereja pun terus bertumbuh. (t/Dian)
Diterjemahkan seperlunya dari: | ||
Nama situs | : | Central Valley Christian School's |
Judul artikel | : | Christmas In Japan |
Penulis | : | Ted Boswell |
Alamat URL | : | http://www.cvc.org/christmas/japan.htm |
Sumber | : | e-JEMMi 51/2007 |
Pokok Doa:
Orang-orang Sikaritai bertempat tinggal di Papua, provinsi paling timur di Indonesia. Bahasa mereka disebut bahasa Sikaritai. Bahasa ini digunakan sebagai bahasa percakapan oleh sebagian pengguna bahasa lain. Orang-orang Sikaritai tinggal di empat pedesaan kecil sekitar sungai Idenburg dan Rouffaer yang mengalir ke sungai Mamberamo dan berjarak 250 km dari sebelah barat kota Jayapura. Sebagian besar daerah mereka cukup datar dan berawa.
Orang Sikaritai mencari nafkah dengan berburu dan mengumpulkan bahan makanan di hutan, menanam sayuran di kebun, dan menangkap ikan di sungai. Mereka biasanya memakai air sungai untuk minum dan mencuci. Daerah Sikaritai tidak terjangkau oleh listrik dan telepon. Alat transportasi utama mereka adalah perahu di sepanjang sungai-sungai yang berkelok-kelok atau berjalan kaki. Mereka membangun rumah dari bahan-bahan yang mereka peroleh dari hutan.
Sebagian besar anak-anak hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar karena tidak ada pendidikan yang lebih lanjut di daerah mereka. Orang-orang Sikaritai terkadang menikah dengan orang dari kelompok bahasa lain. Poligami masih umum terjadi di antara orang-orang Sikaritai. Banyak orang memunyai dua atau tiga istri.
Agama mayoritas orang Sikaritai adalah Kristen. Gereja telah cukup mapan di wilayah itu, tetapi di sana masih terdapat pengaruh kuat dari agama tradisional. Hanya ada segelintir orang Sikaritai yang menerima pelatihan untuk menjadi pendeta atau penginjil di antara kaum sesuku mereka. Saat ini orang Sikaritai tidak memunyai Alkitab dalam bahasa mereka, namun baru-baru ini ada tim penerjemah yang ditugaskan untuk bekerja di antara mereka.
Orang-orang Sikaritai sangat membutuhkan pengembangan masyarakat. Pada dasarnya mereka tidak mempunyai perawatan kesehatan dan sumber air yang bersih. Tingkat pendidikan dan melek huruf orang dewasa sangat rendah. Gereja juga butuh dikuatkan karena pengaruh agama tradisional masih kuat dan poligami cukup lazim di daerah tersebut. (t/Uly)
Diterjemahkan dari: | ||
Judul asli artikel | : | Aikwakai, Sikaritai of Indonesia |
Nama situs | : | Joshua Project |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | http://www.joshuaproject.net/ |
Sumber | : | e-JEMMi 43/2010 |
Penduduk Amerika adalah masyarakat multietnis, jadi tidak dapat dikatakan hanya ada satu "tipe" orang Amerika. Kelompok-kelompok etnis inti di Amerika adalah para koloni dari Britania Raya, Belanda, Jerman, dan negara-negara Eropa lain yang tiba di bagian timur Amerika Utara pada awal tahun 1600-an. Sebenarnya, setiap kebangsaan dapat ditemukan dalam leluhur suatu suku bangsa yang disebut sebagai "orang-orang Amerika" ini. Amerika Serikat merdeka pada tahun 1776 dan menjadi luas di atas sebagian besar benua di bagian barat, juga beberapa tanah di luar negeri, beberapa di antaranya kini berdiri sendiri dan beberapa lainnya masih tergabung dengan Amerika. Orang-orang Amerika merupakan orang-orang yang suka menutup diri terhadap dunia luar selama beberapa generasi ketika membangun negaranya yang baru. Kini, pengaruh, budaya, dan militer Amerika berdampak besar di dunia. Media massa dan literatur-literatur Amerika membentuk pikiran dunia.
Di Mana Mereka Tinggal?
Sebagian besar orang Amerika tinggal di Amerika Serikat, dengan sebagian kecil populasi tersebar di seluruh dunia di lebih dari seratus negara.
Seperti Apa Kehidupan Mereka?
Sebagian besar orang Amerika makmur secara material. Mereka memiliki standar hidup yang lebih tinggi daripada tempat-tempat lain di seluruh dunia. Mereka hidup di pusat budaya dengan sistem komunikasi yang modern. Orang-orang Amerika sangat mengutamakan media massa dan hiburan. Mereka bisa menjadi orang yang sangat mementingkan diri sendiri dan egois, serta tidak peduli dengan dunia lain; tetapi mereka bisa juga menjadi sangat dermawan dan suka membantu orang-orang yang membutuhkan, juga memahami apa-apa yang terjadi di dunia di luar Amerika. Mereka adalah orang-orang yang sepertinya bergerak secara konstan serta didikte oleh karier dan lingkungan sekitarnya.
Meskipun kebanyakan orang Amerika hidup sejahtera, menurut statistik, tingkat kekerasan dalam masyarakat Amerika termasuk yang paling parah di dunia. Meski demikian, rata-rata orang Amerika biasanya tidak mengalami kekerasan dalam hidup sehari-hari. Meski keadaan telah berubah secara dramatis dalam setengah abad terakhir, rasisme telah memainkan peranan yang penting dalam sejarah Amerika.
Apa Kepercayaan Mereka?
Tradisi menolak adanya "gereja negara" telah memungkinkan kekristenan di Amerika untuk tumbuh dengan subur dan berhasil. Sebagian besar orang Amerika menyebut diri mereka orang Kristen. Meski begitu, banyak dari mereka yang adalah orang Kristen sebatas pada predikat saja atau memegang keyakinan yang sama sekali melenceng dari kepercayaan Kristen ortodoks. Sekularisme dan agama-agama Timur telah mengubah kepercayaan orang Amerika dalam sekitar seratus tahun terakhir. Namun, orang Amerika secara rutin beribadah di gereja, rata-rata sekitar sepuluh kali lebih sering daripada orang-orang di negara-negara Eropa. Meskipun mereka adalah salah satu masyarakat paling beriman di dunia, masyarakat mereka juga identik dengan kebejatan dan keasusilaan. Umumnya, orang Amerika percaya dengan kerja keras, pengandalan diri sendiri, prestasi individual, dan perhargaan jasa.
Apa yang Mereka Perlukan?
Orang-orang Amerika perlu lebih mengandalkan Tuhan daripada kemampuan mereka sendiri. Meskipun sangat dermawan dan terdepan dalam urusan mengirim misionaris, orang-orang Amerika seharusnya mengirim lebih banyak sumber daya kepada orang-orang yang kurang terjangkau, bukannya menggunakan sumber daya itu bagi kepentingan diri mereka sendiri. Mereka perlu memiliki pandangan yang benar, bukannya pandangan yang disesuaikan dengan dunia.
Pokok doa:
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Judul asli artikel | : | Americans, U.S. of American Samoa |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | https://joshuaproject.net/people_groups/15741/AQ |
Sumber | : | e-JEMMi 22/2008 |
SIAPAKAH ORANG ARMENIA ITU?
Sepanjang sejarah, Armenia menjadi medan perang bagi banyak penjajah dalam melawan kerajaan-kerajaan lain dan jembatan bagi banyak budaya dan peradaban. Selama 2.700 tahun terakhir, Armenia dikuasai oleh Kerajaan Persia, Alexander Agung, Kekaisaran Roma, orang-orang Romawi Timur, Arab, Mongolia, Tatar, Jerman, Persia, dan Rusia. Kerajaan-kerajaan di Armenia, para pangeran, dan bahkan suatu kekaisaran yang berumur pendek (95-55 SM) berusaha bertahan dan berkembang selama sekitar 1.700 tahun. Di bawah pemerintahan berbagai raja dan pangeran, orang Armenia mengembangkan kebudayaan yang canggih -- arsitektur dan abjad yang mereka ciptakan sendiri.
Revolusi Rusia tahun 1905 dan Revolusi Kaum Muda Turki (Young Turk) tahun 1908 memberi harapan bagi bangsa Armenia untuk melakukan reformasi yang sekaligus menjadi sebuah kesempatan untuk mendirikan negara di tanah bersejarah, Armenia. Namun, harapan itu musnah saat Turki (the Ottoman) dan Kerajaan Rusia berperang selama Perang Dunia I. Masa kelam sejarah Armenia terjadi ketika pembersihan bangsa Armenia dimulai pada tanggal 24 April 1915. Sekitar 1.750.000 orang Armenia dipindahkan ke Siria dan Mesopotamia oleh pemerintah Jerman. Karena mengalami kemiskinan, penyakit, dan pembantaian yang sistematis, sebagian besar dari mereka tewas. "Pembersihan etnis" Armenia dari tanah air mereka itu menggugah Raphael Lemkin untuk menciptakan istilah baru, "genocide" (genosida) pada tahun 1930-an untuk menggambarkan sejarah yang menyedihkan dari orang Asiria dan Armenia yang menjadi korban pertama pembersihan etnis di abad ke-20. Raphael Lemkin sendiri kemudian dikenal sebagai Bapak Perjanjian Genosida (Genocide Treaty). Negara ini baru merdeka pada tanggal 23 September 1991.
Sekarang terdapat hampir tujuh juta orang Armenia di seluruh dunia. Sebagian besar dari mereka berada di Armenia dan Amerika Serikat. Sementara lainnya tinggal di negara-negara Timur Tengah seperti Iran, Syria, dan Libanon.
SEPERTI APA KEHIDUPAN MEREKA?
Sebagian besar komunitas orang Armenia di Arab merupakan pengungsi dan orang-orang yang selamat dari pembantaian dan pembersihan etnis. Mereka menambah jumlah orang Armenia di Mesir, Siria, Irak, Sudan dan Etiopia. Undang-undang Eropa pada awal abad ke-20 memungkinkan orang Armenia bekerja dalam bidang ekonomi dan administrasi, termasuk mendirikan organisasi budaya dan politik. Mesir, dengan komunitas orang Armenia yang kuat, menjadi panutan bagi orang-orang Armenia di daerah Arab hingga pertengahan abad ke-20. Namun, jumlah mereka menurun karena emigrasi besar-besaran sejak tahun 1952. Pada tahun 1989, diperkirakan terdapat 12.000 orang Armenia di Mesir. Pusat kebudayaan orang Armenia yang tinggal di Mesir berada di kota Kairo. Tapi banyak juga orang Armenia yang tinggal di Alexandria.
Komunitas orang Armenia yang berada di Palestina dan Yordania, yang tidak pernah berkembang besar, juga menarik para pengungsi dari Turki yang mencoba bermukim di Yerusalem, Haifa, dan Amman. Kehidupan rakyat Armenia yang relatif aman selama masa pemerintahan Inggris segera memicu perselisihan di antara orang Arab dan orang Yahudi. Menyusul pembentukan negara Israel pada tahun 1948 dan Perang Arab-Israel, banyak orang Armenia yang beremigrasi ke Eropa, Amerika Serikat, dan negara-negara yang lebih damai di Timur Tengah. Sebagian besar orang Armenia yang ada terlibat dalam kegiatan keagamaan dan ilmiah di organisasi keagamaan Armenia di Yerusalem.
Kebanyakan orang Armenia yang selamat dari pembantaian dan pembersihan etnis tinggal di Siria, terutama di Aleppo. Siria adalah negara di daerah Arab yang mempunyai komunitas orang Armenia terbesar dengan jumlah mencapai lebih dari seratus ribu orang. Para pendatang baru dibantu oleh misionaris dan organisasi-organisasi kemanusiaan Armenia dan Amerika. Upaya itu berhasil memberi suasana baru di daerah itu dan membuat komunitas itu menjadi salah satu komunitas paling aktif di dunia pada abad ke-20. Dalam banyak hal -- sekolah, gereja, organisasi, dan rumah sakit -- Armenia di Siria menjadi inspirasi dan contoh bagi komunitas Armenia di Beirut, Baghdad, Yerusalem, dan Amman selama lima puluh tahun menjelang abad ke-21. Orang Armenia, Asiria, Arab Kristen, dan sejumlah sekte non-Islam Sunni seperti Druze, Alawis, dan Isma'ilis mau bekerja sama dengan kekuatan Eropa yang ada di daerah itu selama dan setelah Perang Dunia II.
Selama beberapa waktu, orang Armenia di Libanon merupakan komunitas Armenia paling penting di luar Uni Soviet dan Amerika Serikat. Inti komunitas modern juga muncul sebagai akibat dari pembantaian dan pembersihan etnis di Turki. Pada tahun 1926, terdapat sekitar 75.000 orang Armenia di Libanon dan Undang-Undang Libanon mengakui mereka dan juga hak-hak warga negara minoritas mereka yang pada waktu itu memperbolehkan orang Armenia memilih anggota parlemen pilihan mereka.
APAKAH AGAMA MEREKA?
Pada tahun 301 M, selama pemerintahan Raja Dirtad III, Armenia menjadi negara Kristen pertama di dunia. Seorang pendeta Kristen yang biasanya dikenal sebagai Krikor Lusavorich atau St. Gregory the Illuminator, berhasil menyembuhkan sang raja. Setelah peristiwa itu, Raja Dirtad III dibaptis dan menerima kekristenan sebagai agama resmi Armenia. Sebelumnya, dua penginjil sudah membawa agama Kristen ke Armenia, mereka adalah St. Thaddeus dan St. Bartholomew. Sekarang Armenia masih merupakan negara Kristen yang populasinya terdiri dari: Armenian Apostolic Orthodox (94%), Kristen lain (4%), dan Yezidi (Zoroastrian/animist, 2%).
POKOK-POKOK DOA
Pengalaman traumatis diusir dari tanah air mereka dan pembersihan etnis sangat membekas di hati orang Armenia.
Diterjemahkan dari: | ||
Situs | : | Joshua Project |
Judul asli | : | Armenian of Moldova |
Penulis | : | tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | https://joshuaproject.net/people_groups/10429/MD |
Sumber | : | e-JEMMi 26/2007 |
Agama
Diperkirakan lebih dari 50 persen suku Asmat, yang berbicara dalam bahasa Kasuarina, telah mengenal Injil. Di daerah ini, terdapat tiga gereja persekutuan Alkitab dan sejumlah gereja-gereja Katolik.
Lingkungan
Berdasarkan tempat tinggal, orang Asmat hidup dari profesi utama mereka sebagai petani, nelayan, pemburu, penebang/pengumpul kayu dan pengukir kayu. Mereka juga mencari dan mengumpulkan damar/getah perekat atau jabung (resin) dari rawa-rawa pesisir. Dengan tanah mereka yang ketinggiannya kurang dari 100 meter di atas permukaan laut, orang Asmat pantai Kasuari dapat dijangkau dengan menggunakan perahu. Tempat yang paling dekat untuk mendarat adalah di Kamur yang dilayani tanpa jadwal tetap oleh Merpati.
Kehidupan di Daerah Itu
Busana orang Asmat pada umumnya sudah modern, meskipun masih ada anak-anak di sejumlah desa yang belum berbusana. Orang Asmat makan sagu, ikan, pisang, dan buah-buahan lainnya, dan juga berburu binatang. Orang Asmat, memunyai peralatan seperti pisau berukuran besar, kapak baja, panah dan busur, dan juga peralatan sodok. Rumah mereka dibangun di atas pilar-pilar beratap, berlantai pelepah sagu, dengan dinding-dinding yang terbuat dari akar sagu. Jika banjir air laut asin meluap (seperti yang biasa terjadi), orang Asmat bergantung pada curah air hujan yang cukup sebagai air minum mereka. Mereka terkadang merebus air yang mereka ambil dari sumur atau dari sungai. Malaria, diare, gangguan pernapasan, dan penyakit kulit merupakan hal yang biasa dialami. Orang Asmat suka mengumpulkan uang untuk pendidikan, pengadaan perahu, dan mesin-mesin pembangkit. Orang Asmat tidak memiliki kaset-kaset Injil, film atau video dalam bahasa mereka.
Informasi dan Pemakaian Bahasa
Orang Asmat, pengguna bahasa Kasuarina terkadang dikenal sebagai orang Kaweinag. Bersama keluarga mereka sendiri, orang-orang Asmat menggunakan bahasa Kasuarina dan mereka juga menggunakan baik bahasa Indonesia maupun bahasa Asmat. Bahasa-bahasa Kasuarina digunakan sebagai bahasa percakapan di kalangan mereka sendiri. (t/Samuel)
Pokok Doa:
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Alamat URL | : | http://joshuaproject.net |
Judul asli artikel | : | Asmat, Casuarina Coast of Indonesia |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Tanggal akses | : | 24 Januari 2011 |
Sumber | : | e-JEMMi 26/2011 |
Siapakah mereka?
West Coast Bajau dari Sabah, Malaysia adalah kelompok masyarakat yang terikat secara budaya dan bahasa. Mereka biasa dikenal dengan nama Bajau atau nama-nama lain (Badjaw, Badjao, Bajao, Bajo). Orang Bajau sering menyebut diri sendiri dengan Sama. Jumlah mereka diperkirakan sekitar 750.000 sampai 900.000 jiwa (Sather, 1997:2,5). Mereka tersebar di sepanjang pesisir dan pulau-pulau di Kepulauan Sulu, Kalimantan dan Indonesia bagian Timur. Orang Bajau dikenal sebagai masyarakat nomaden laut -- berdagang di laut dan tinggal di kapal. Namun demikian, sebagian besar orang Bajau sekarang tinggal menetap (Yap, 1995:2). Sebagian orang Bajau masih mencari penghasilan di laut, sedang yang lain sudah bertani.
Di Sabah, terdapat dua kelompok masyarakat Bajau, West Coast Bajau dan East Coast Bajau. Orientasi pembagian daratan dan lautan dapat dengan mudah diamati dari dua kelompok masyarakat itu. West Coast Bajau tinggal di pedalaman yang tak terlalu terpencil di sepanjang pantai barat dan utara. Mereka sudah mahir bertani dan beternak. Sedangkan East Coast Bajau tinggal di sepanjang pantai timur Sabah, khususnya di Semporna. Mereka lebih banyak tinggal di laut. Perbedaan antara West dan East Coast Bajau adalah orientasi tempat tinggal mereka; daratan dan lautan. Sebuah tes sudah memastikan bahwa West Coast Bajau dan East Coast Bajau berbicara bahasa yang berbeda (Baker, 1984:110).
Nenek moyang orang Bajau tidak dapat dipastikan. Dengan menggunakan data perbandingan bahasa, Pallesen (1985) mengemukakan sebuah "hipotesis penyebaran" berdasarkan lokasi penyebaran proto-Bajau di utara dan selatan dari lokasi dekat Mindanau, Filipina, ribuan tahun yang lalu. Pallesen memperhitungkan bahwa pada tahun 1100 M, orang Bajau sudah sampai Sulu bagian selatan dan pesisir timur laut Kalimantan (116 -- 123). Mitos asli orang Bajau menunjukkan bahwa mereka datang lebih awal di Kepulauan Sulu (Sather, 1997:17), waktunya diperkirakan sekitar akhir abad ke-14. Meskipun masa orang West Coast Bajau pertama kali tinggal di Kota Belud tidak dapat dipastikan, keberadaan mereka di sana sudah ditulis oleh Spencer St. John pada tahun 1850-an dan 1860-an (Yap, 1995:2).
Seperti Apakah Kehidupan Mereka?
Orang West Coast Bajau berbicara satu bahasa (Bajau) yang membawahi serangkaian dialek yang dapat saling dimengerti (Baker, 1984:101,111). Dialek Bajau yang berbeda-beda itu juga berperan sebagai pengenal dari mana bahasa atau penuturnya berasal.
Sekarang ini, orang West Coast Bajau tersebar di sepanjang daerah pesisir Sabah dari Kuala Penyu di barat daya sampai Terusan, timur Pitas. Mereka terutama tinggal di daerah Kota Belud, Kawang, Papar, Tuaran, Banggi, dan Puatan. Kabupaten Kota Belud, di daratan Tempasuk, di tengah Kota Kinabalu dan Kudat, merupakan daerah yang paling banyak ditinggali oleh masyarakat West Coast Bajau di Sabah. Kota Belud adalah jantung budaya masyarakat West Coast Bajau; beberapa menganggap Kota Belud sebagai kampung halaman orang Bajau.
Jumlah orang West Coast Bajau sekitar 40.000 jiwa. Menurut sensus penduduk tahun 1991, Kota Belud memunyai populasi orang Bajau terbesar dengan jumlah populasi sekitar hampir 20.000.
Pada skala lokal, paling tepat dikatakan jika unit organisasi sosial utama dalam masyarakat Bajau adalah rumah tangga, yang terdiri dari keluarga inti, yang jumlahnya kemudian sering bertambah, tergantung tahap perkembangan keluarga. Pertalian keluarga adalah hal penting dalam membentuk struktur rumah tangga dan berbagai bidang menurut wewenangnya, seperti warisan dan merawat orang tua, tapi rumah tangga Bajau lebih dikelola atas dasar pilihan tempat tinggal daripada peran keluarga yang sudah ditetapkan.
Agama juga berperan besar dalam organisasi sosial. Untuk orang Bajau, menjadi orang Bajau berarti menjadi Muslim dan tidak ada yang namanya non-Muslim. Karena banyak aspek kehidupan desa Bajau, seperti ibadah Ramadhan dan Hari Raya Puasa yang sangat beraroma Islam, tidaklah sulit untuk memahami akan seperti apa pendatang baru dalam masyarakat Bajau. Sekali dia menjadi Islam, dia akan melebur dalam kehidupan masyarakat Bajau. Islam menjaring pengikutnya dalam sistem dan ritual kepercayaan adat, sekaligus menyertakan maksud dan tujuannya pada banyak kegiatan desa. Orang Bajau adalah orang yang individualistis dalam banyak hal, tapi identitas Islam yang ada di antara mereka menciptakan suatu ikatan yang kuat dalam hidup mereka.
Apakah Agama Mereka?
A. Apakah agama utama masyarakat Bajau?
Sistem kepercayaan tradisional masyarakat West Coast Bajau sebenarnya adalah animisme; sejenis roh halus yang berinteraksi dengan manusia, baik secara positif maupun negatif. Contohnya, orang-orang takut untuk keluar malam sendirian karena kehadiran roh-roh orang mati atau roh halus yang mencari bayi atau mayat orang yang baru saja mati untuk dimakan. Kepercayaan tradisional berhubungan secara rumit dengan kepercayaan Islam (sistem kepercayaan yang mereka anut sekarang). Sebagian besar orang menganut baik kepercayaan tradisional maupun Islam, yang sulit untuk dipisahkan. Beragam kepercayaan takhayul dari zaman dulu masih memunyai tempat di kalangan masyarakat West Coast Bajau.
B. Apakah sudah pernah ada pengaruh Kristen dalam masyarakatnya?
Ada berapa banyak komunitas gereja Kristen di sana? Kelihatannya tidak ada. Namun, ada beberapa komunitas (kebanyakan SIB) yang terdiri dari kelompok etnis lain di daerah itu.
Apakah Ada Usaha untuk Menjangkau Mereka?
Beberapa orang Kristen lokal cukup mampu berbicara bahasa Bajau karena mereka tinggal dekat atau bekerja dengan orang West Coast Bajau. Namun, tidak ada usaha terorganisir untuk menjangkau masyarakat West Coast Bajau.
Pokok-Pokok Doa
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Judul asli | : | Bajau, West Coast of Brunei |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | https://joshuaproject.net/people_groups/12978/BX |
Sumber | : | e-JEMMi 39/2007 |
Masyarakat Beja adalah sebuah kelompok gembala nomaden yang hidup tersebar di padang pasir di Sudan, Mesir, dan Eritrea. Mereka adalah kelompok etnis non-Arab terbesar di antara Sungai Nil dan Laut Merah. Mereka sering disebut "Fuzzy Wuzzies" karena rambut mereka yang sangat kusut. Mereka adalah masyarakat yang agresif, dengan postur tubuh yang kecil, kurus, tapi kuat; dan bentuk wajah yang lonjong/oval.
Orang-orang Beja adalah keturunan dari cucu Nuh, yaitu Kush (anak dari Ham). Mereka adalah orang Afrika asli yang telah mendiami tanah air yang sekarang ditempatinya selama lebih dari empat ribu tahun. Selama itu, mereka berbaur dengan suku-suku bangsa Arab lainnya, dan pemeluk agama non-Kristen yang taat. Masyarakat Beja di Eritrea terdiri dari dua suku: Ababda dan Beni Amer. Keduanya mendiami area seluas sekitar 20.000 mil persegi (50.000 kilomoter persegi) di bagian paling utara negara tersebut. Dalam sepuluh tahun terakhir, ribuan orang telah mengungsi ke Sudan akibat perang dan kekeringan.
SEPERTI APA KEHIDUPAN MEREKA?
Iklim Eritrea yang semitropis dipengaruhi oleh angin yang panas dan kering yang datang dari padang pasir Sahara dan Arabia. Curah hujan di bagian selatan hanya 100 mm per tahun. Masyarakat suku Beja memboyong sekawanan ternak dan unta mereka pindah untuk mencari tanah berumput yang lebih subur. Mereka ahli dalam mengurus ternak; hal ini tergambar melalui lagu-lagu dan cerita rakyat mereka.
Tak seperti suku-suku Beja yang lain, suku Beni Amer merupakan kelompok masyarakat nomaden yang bersatu menjadi satu unit politik. Mereka memiliki sistem sosial yang unik karena mirip dengan sistem "kasta". Sejak tahun 1948, sistem ini dilarang oleh pemerintah Etiopia.
Suku Beja tinggal di tenda-tenda bongkar pasang yang didirikan oleh kaum wanita. Tendanya berbentuk persegi panjang dan dibuat dari anyaman bulu kambing berwarna hitam atau abu-abu. Makanan sehari-hari mereka adalah produk olahan dari susu (terutama susu unta), daging sapi, dan biji-bijian. Pakaian tradisional mereka terbuat dari kulit hewan, namun sekarang ini banyak yang memakai pakaian-pakaian buatan pabrik. Mereka menggunakan uang untuk membeli pakaian dan barang-barang lain yang dibutuhkan. Masyarakat Beja menganggap "hidup itu bahagia" jika memiliki banyak ternak dan tinggal di padang rumput yang hijau dan subur.
Masyarakat Beja terpisah-pisah menjadi beberapa suku. Suku-suku tersebut diberi nama sesuai dengan nama nenek moyangnya dan garis keturunannya digariskan dari kaum lelaki. Masing-masing suku memiliki padang rumput dan sumber airnya sendiri, yang dapat digunakan suku lain setelah mendapat izin dari sang pemilik. Setiap suku terdiri dari sepuluh sampai dua belas keluarga. Permasalahan yang terjadi antarsuku sering diselesaikan oleh hukum adat suku Beja, namun sebagian besar masalah sehari-hari ditangani oleh kepala keluarga yang bersangkutan. Masyarakat Beja selalu ramah terhadap suku-suku lain, akan tetapi mereka tidak terlalu ramah terhadap orang asing.
Hanya orang Beja terkaya yang memiliki lebih dari satu istri. Setelah ada perjanjian pernikahan, keluarga mempelai wanita diberi banyak sekali ternak, pakaian, dan barang-barang lainnya. Pasangan-pasangan muda berkeinginan untuk memiliki banyak anak laki-laki dan memperoleh banyak unta betina.
APA KEPERCAYAAN MEREKA?
Semua masyarakat suku Beja beragama non-Kristen. Akan tetapi, mereka mengamalkan agama setempat. Hal ini mungkin dikarenakan masuknya mereka ke agama tersebut sangat dipengaruhi oleh keinginan mereka untuk membalas dendam kepada pemerintah Turki. Sekarang ini, kepercayaan mereka merupakan perpaduan dari banyak takhayul kuno. Misalnya, suku Beja percaya bahwa manusia dapat mengutuk orang lain dengan memberikan "mata setan" kepada orang yang akan dikutuk. Suku Beja juga percaya pada jin-jin jahat (roh-roh yang bisa berubah wujud menjadi binatang dan roh-roh lainnya yang tak kasat mata). Mereka percaya bahwa roh-roh jahat bisa mendatangkan penyakit, kegilaan, dan musibah. Dalam upacara penyembahan berhala, mereka mempraktikkan ilmu hitam dan mengorbankan binatang. Suku Beja melakukan banyak kegiatan agama, seperti mengulang-ulang doa, tanpa mengerti isi doa-doa tersebut.
APA YANG MEREKA PERLUKAN?
Sampai sekarang belum diketahui adanya masyarakat Beja yang beriman. Perlengkapan untuk mengabarkan Injil, penambahan jumlah penginjil, dan peningkatan doa syafaat adalah kunci untuk menjangkau mereka dengan Injil Kristus. (t/Lanny)
Bahan diterjemahkan dari: | ||
Situs | : | Joshua Project |
Penulis | : | -- |
URL | : | https://www.joshuaproject.net/people_groups/10766/ER |
Sumber | : | e-JEMMi 13/2007 |
POKOK-POKOK DOA
Orang Coloured (baca: kalet) mempunyai asal-usul yang sama dengan orang kulit berwarna di Afrika Selatan. Adapun populasi orang kulit berwarna kira-kira berjumlah 72.000. Mereka kebanyakan tinggal di pusat-pusat kota. Yang tinggal di wilayah pantai banyak yang menjadi nelayan, sedangkan yang di selatan pedalaman menjadi peternak.
SEJARAH
Karena Namibia pernah menjadi bagian dari negara Afrika Selatan yang merdeka tahun 1990, orang Coloured mempunyai budaya dan pengalaman yang sama dengan mereka.
Penjajahan Belanda di Afrika Selatan yang terjadi pada awal tahun 1600-an memulai periode panjang dengan beragam suku bangsa yang hidup bersama mereka. Kebutuhan akan pekerja membuat mereka mengimpor budak dari Malaysia, Afrika Barat, dan berbagai tempat lain. Tentara dan penduduk banyak yang kawin campur dengan para budak dan orang-orang Afrika. Istilah "Coloured" (kulit berwarna) dipakai untuk menunjuk pada semua bangsa ras campuran itu.
Orang-orang Coloured sungguh-sungguh menjadi sebuah kelompok yang berbeda dengan penduduk lain. Rata-rata mereka berkulit cokelat terang, kuning, dengan postur yang tetap khas ras Negroid. Karena pengaruh logat Belanda--disebut logat Afrikaan, selama waktu yang sama, orang-orang Coloured menggunakan bahasa yang sama seperti orang-orang kulit putih. Karena kesamaan bahasa dengan orang kulit putih, selain juga kulitnya yang berwarna lebih terang dan agama yang sama, sering kali mereka diberi tanggung jawab dan kepercayaan lebih daripada penduduk Afrika asli. Namun, hal ini tidak berpengaruh pada kehidupan sosial mereka yang masih sangat dibedakan dengan orang-orang kulit putih. Di bawah politik apartheid tahun 1948-1990, orang Coloured menderita dalam banyak hal dan hak-hak mereka pun dibatasi secara legal.
LOKASI
Orang Coloured di Namibia kebanyakan tinggal di kota utama di pedalaman dan di pantai.
AGAMA
Orang Coloured berkembang sebagai bangsa yang punya ikatan kuat dengan gereja Kristen Belanda. Hanya karena seseorang mengikuti sebuah perkumpulan atau menjadi anggotanya, kebanyakan orang akan melihat hubungan dengan gereja itu otomatis membuat mereka menjadi orang Kristen. Banyak yang mengatakan bahwa mereka akan pergi ke surga karena mereka adalah anggota sebuah gereja. Karena secara tradisi mereka dibedakan dan memiliki derajat berbeda atas hubungan mereka dengan bangsa kulit putih, secara alami mereka pun memilih agama yang sama. Dari satu generasi ke generasi lain, mereka memiliki bahasa, pertalian, tata cara dan agama yang statusnya lebih terhormat. Hal itu menunjukkan derajat dan cara mereka bertahan hidup. Hanya sedikit saja kesempatan bagi mereka untuk datang ke sebuah gereja Injili untuk mendengarkan Injil.
KESIMPULAN
Penginjilan bagi orang Coloured Namibia diperlukan supaya kebenaran Injil dapat diwartakan ke dalam hati mereka dengan jelas. Apalagi dogma kekristenan yang tanpa makna banyak tersebar luas dan membohongi banyak orang. Sementara yang lain begitu menantikan kesempatan mendengarkan Kebenaran. Ini membutuhkan sebuah kegerakan dari Tuhan. Mereka membutuhkan Allah, Sang Penuai untuk mengirimkan pekerja-pekerja-Nya. Mereka tidak memiliki gereja yang Injili dan sangat sedikit pengaruh dari penginjilan. Mereka adalah orang-orang terabaikan. Maukah Anda menolong mereka mengenal Kristus?
Suara Anda mungkin adalah satu-satunya suara yang Allah dengar atas nama orang Namibia kulit berwarna.
Di dalam Alkitab, kita tahu bahwa doa sangat efektif. Kita percaya dan tahu bahwa doa adalah langkah pertama dan yang terpenting dalam proses menaburkan benih Injil.
MARI BERGABUNG LEWAT DOA!
"Tetapi demi Kristus, Tuhan kita, dan demi kasih Roh, aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, untuk bergumul bersama-sama dengan aku dalam doa kepada Allah untuk aku, supaya aku terpelihara dari orang-orang yang tidak taat di Yudea, dan supaya pelayananku untuk Yerusalem disambut dengan baik oleh orang-orang kudus di sana, agar aku yang dengan sukacita datang kepadamu oleh kehendak Allah, beroleh kesegaran bersama-sama dengan kamu" (Roma 15:30-32).
POKOK DOA BAGI ORANG COLOURED
Diterjemahkan dari: | ||
Judul asli | : | Coloured of Namibia |
Alamat situs | : | http://www.forgottenpeoples.info/n_colred/n_c_o.htm |
Sumber | : | e-JEMMi 39/2006 |
Orang Gujarat adalah orang-orang yang tinggal di wilayah Gujarat, India Barat. Bagi sebagian besar dari mereka, bahasa Gujarat adalah bahasa ibu mereka. Mereka adalah suku yang kompleks, menuturkan beragam dialek dan memiliki beragam budaya. Keragaman itu berdasarkan wilayah dan kasta (kelas sosial) atau komunitas.
Dewasa ini, komunitas Gujarat tersebar di sekitar 27 negara. Terdapat banyak orang Gujarat di Afrika. Tetapi banyak juga orang Gujarat yang berada di Myanmar (dulu Birma), Iran, dan Malaysia. Keadaan hidup mereka di negara-negara ini bermacam-macam; tetapi biasanya orang Gujarat yang mengembara ke negara lain datang dari kasta yang tinggi dan kaya, serta memelihara banyak segi kebudayaan mereka. Sering kali, mereka berkecimpung dalam usaha dagang kecil-kecilan.
Gujarat merupakan salah satu negara bagian yang paling besar industrinya di India. Di pantainya yang panjang terdapat banyak pelabuhan. Hal tersebut membuat Gujarat menjadi kawasan utama perdagangan dan lalu lintas perjalanan. Orang Gujarat terkenal sebagai usahawan yang ulet dan cekatan. Keuletan itu menolong mereka berkembang ketika mereka mengembara ke negara-negara lain.
Bagaimanakah Kehidupan Mereka?
Orang Gujarat terbagi dalam beberapa kelompok sosial. Di Gujarat, desa-desa pada umumnya berkelompok, dan dalam kelompok itu terdapat anak kelompok, berdasarkan sistem kasta yang berlaku. Sistem kasta ini sebenarnya adalah kelompok-kelompok budaya yang berdasarkan bukan saja pada pekerjaan, tetapi juga pada tradisi, tingkah laku, dan kebiasaan.
Golongan orang Hindu yang merupakan golongan terbesar di Gujarat, terbagi atas beberapa kasta. Susunan masyarakat mereka berdasarkan pada prinsip kemurnian dan polusi. Golongan ulama yang dikenal sebagai kasta Brahma berada pada posisi tertinggi, sementara golongan buruh dan pembantu termasuk dalam kasta terendah. Sayangnya, meskipun telah mengalami berbagai tingkat akulturasi, hampir semua orang Gujarat tetap berpegang teguh pada kebudayaan asli mereka.
Kebanyakan perkawinan di Gujarat dijodohkan oleh keluarga. Bagi orang Gujarat golongan Hindu, kasta dan jenjang sosial adalah hal-hal yang penting untuk dipertimbangkan.
Umat Muslim Gujarat hanya boleh menikah dengan pasangan mereka dari kelompok tertentu. Kaum wanitanya diharuskan mengenakan cadar dan hidup terkucil. Perkawinan dianggap sebagai perpaduan antara dua keluarga, bukan hanya antara pria dan wanita.
Cerita rakyat orang Hindu di Gujarat mencerminkan mitologi mengenai dewa Hindu, Krishna. Tari-tarian menghormati Krishna diwujudkan dalam bentuk tarian rakyat yang dikenal dengan nama "garaba".
Meskipun Gujarat banyak menghasilkan tekstil, plastik, bahan-bahan kimia, dan mesin-mesin yang berat, 70% dari kaum buruh di Gujarat adalah petani. Gandum dan biji-bijian merupakan makanan pokok mereka dan beras dihasilkan di daerah yang basah.
Musim penghujan merupakan kunci kelangsungan hidup para petani Gujarat. Mereka tidak memunyai banyak mesin pertanian, tetapi penggunaan traktor meningkat.
Negara bagian Gujarat telah lama menjadi pusat perdagangan yang penting. Para saudagar Gujarat telah pergi ke berbagai penjuru dunia. Kombinasi antara keterampilan dagang dan pengabdian pada profesi mereka telah membuat orang Gujarat sangat berhasil dalam usaha bisnis internasional.
Apakah Agama Mereka?
Sebagian besar orang Gujarat beragama Hindu, di mana pun mereka berada di dunia. Tetapi, kira-kira 30% orang Gujarat beragama Islam. Petinggi agama Hindu datang dari kasta tertinggi, Brahma. Hanya orang dari kasta Brahma saja yang dapat menjadi imam Hindu. Tetapi tidak semua kaum Brahma menjadi imam Hindu.
Orang Hindu menyembah banyak dewa, di antaranya berbentuk hewan. Sapi dianggap suci, tetapi mereka juga menghormati kera, ular, dan binatang-binatang lain.
Mereka mengajarkan hal-hal seperti yoga dan reinkarnasi (lingkaran kematian dan kelahiran secara terus-menerus). Mereka percaya bahwa jiwa makhluk hidup dapat dilahirkan kembali sebagai manusia atau hewan. Hukum karma menyatakan bahwa setiap tindak tanduk manusia memengaruhi nasib jiwanya, bagaimana dia akan dilahirkan kembali dalam kehidupan berikutnya. Kalau seseorang hidup dengan baik, jiwanya akan lahir kembali ke tingkat yang lebih tinggi. Jika hidup seseorang penuh dengan kejahatan, maka jiwanya akan lahir kembali ke tingkat yang lebih rendah, bahkan mungkin dalam bentuk cacing! Lingkaran ini terus berputar sampai kesempurnaan spiritual tercapai. Jika kesempurnaan itu tercapai, maka jiwa makhluk hidup itu akan mencapai "moksha", tingkat eksistensi baru, di mana dia tidak akan kembali ke dunia.
Kita melihat banyak ukiran patung dewa-dewa Hindu di pura dan candi Hindu. Setiap hari, imam Hindu membersihkan patung-patung tersebut dan patung-patung itu diberi pakaian. Mereka juga membawa makanan untuk patung-patung itu. Mereka tidak menganggap diri pemuja patung karena mereka percaya bahwa dewa-dewa mereka hidup di dalam patung-patung itu.
Orang Hindu Gujarat berharap dapat memperbaiki posisi mereka di kehidupan berikutnya dengan bersikap dermawan, berbakti kepada dewa-dewa mereka, dan menunjukkan kebaikan hati terhadap sesama manusia dan sapi.
Sebaliknya, orang Muslim Gujarat (biasanya penganut aliran Sunni) sering membenci orang Hindu. Mereka memandang rendah orang Hindu karena orang Hindu memuja banyak dewa dan mereka tidak ragu-ragu menunjukkan perasaan mereka yang merendahkan orang Hindu itu.
Apakah yang Mereka Perlukan?
Di banyak negara di mana terdapat komunitas Gujarat, tidak ada badan-badan penginjilan yang berusaha menjangkau komunitas Gujarat ini. Sangat disayangkan, bahkan di negara-negara Kristen sekalipun, seperti Kenya, tidak ada orang Gujarat yang beragama Kristen. Ada Alkitab berbahasa Gujarat, tetapi orang Gujarat perlu melihat bagaimana cara orang Kristen hidup. Melalui cara itu saja mereka akan mengerti bahwa damai dan kebebasan sejati dapat dijumpai hanya di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Hanya doa saja yang memunyai kekuatan untuk membebaskan mereka dari belenggu pemujaan banyak dewa. Hanya doa saja yang dapat mematahkan ikatan agama ini.
Pokok-Pokok Doa
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | http://www.joshuaproject.net/ |
Sumber | : | e-JEMMi 46/2009 |
Jepang terdiri dari kumpulan besar pulau-pulau yang terletak di antara Samudera Pasifik dan Laut Jepang. Jepang terdiri dari lima pulau utama yaitu Honshu, Hokkaido, Kyushu, Shikoku, dan Okinawa. Ibu kota negara ini, Tokyo, serta sebagian besar daerah perindustriannya berada di pulau Honshu.
Pegunungan bebatuan terbentang memenuhi lebih dari 71% dataran Jepang; sebagian di antaranya adalah gunung api yang masih aktif. Daerah pedalamannya diselimuti hutan lebat yang meninggalkan sedikit sisa tanah untuk bercocok tanam. Jepang kerap kali dilanda gempa bumi, angin puyuh, dan angin musim.
Masyarakat Jepang merupakan salah satu grup masyarakat yang paling homogen baik secara ras, kultur, dan etnisnya. Mereka mengidentifikasi diri mereka berdasarkan warisan biologis, tanah kelahiran, budaya bersama, dan bahasa sehari-hari (bahasa Jepang). Satu kelompok, Burakumin (kelompok minoritas di Jepang), memunyai dialek bahasa Jepang yang unik. Masyarakat Jepang menganggap mereka orang-orang terbuang -- "tak terjamah".
SEPERTI APA KEHIDUPAN MEREKA?
Sebanyak 60% keluarga Jepang hidup membentuk keluarga inti, sedangkan lebih dari 20% warganya terdiri dari keluarga besar, yang disebut juga dengan Ie. Ie terdiri dari tiga generasi keluarga yaitu kakek nenek, orang tua, dan anak-anak. Walaupun muda-mudi Jepang bebas memilih pasangan mereka, namun masih banyak pernikahan yang dijodohkan. Angka perceraian di Jepang juga cukup tinggi.
Ekonomi Jepang bergantung pada sistem pasar-kompetensi/usaha-swasta. Akan tetapi, banyak keluarga yang berkebun sebagai pekerjaan tambahan. Biasanya, para istri bercocok tanam dan para suami bekerja dalam usaha bisnis maupun industri. Walaupun produksinya dijaga ketat, beras tetaplah hasil panen utama mereka. Mata pencaharian lainnya adalah peternak, nelayan, pembuat kapal, pedagang luar negeri, peneliti ilmiah, dan peneliti perkembangan teknologi.
Biasanya, bangunan-bangunan di Jepang terbuat dari kayu dengan atap menjulang untuk melindungi rumah dari angin musim. Sedangkan rumah-rumah di pedalaman didirikan dengan kerangka konstruksi "tiang pancang". Lantainya dirancang lebih tinggi dari tanah dan fondasinya adalah bebatuan agar rumah itu dapat bergerak sesuai arah gempa. Di perkotaan, sebagian besar penduduk hidup di apartemen atau perumahan.
Banyak pria, wanita, maupun anak-anak suka mengenakan pakaian à la Barat untuk aktivitas sehari-hari, sedangkan pakaian tradisional dikenakan saat upacara agama dan festival. Wanita Jepang sering memakai pakaian tradisional mereka -- kimono sutra.
Keunikan budaya Jepang tampak dari jenis-jenis seni mereka, termasuk seni merangkai bunga (ikebana), upacara minum teh (cha-no-yu), kaligrafi, dan seni pertunjukan boneka. Drama Noh dan Kabuki juga tetap dilestarikan.
Jepang mengenal berbagai macam bentuk rekreasi termasuk bisbol, sumo, gulat, judo, karate, ping-pong, memancing, bola voli, "shogi" (sejenis catur) dan "igo" (permainan strategi papan). Menanam adalah hobi yang paling populer di antara pria dan wanita Jepang.
APA KEPERCAYAAN MEREKA?
Shinto adalah agama asli Jepang yang berakar dari animisme (kepercayaan bahwa benda mati memunyai roh). Dalam kepercayaan mereka, dewa-dewa dan roh-roh dikenal dengan sebutan "kami". Buddha masuk ke Jepang pada abad ke-6. Saat ini, sebagian besar penduduk Jepang memeluk agama Shinto dan Buddha.
Tradisi Shintoisme, Buddhisme, Konfusianisme, dan Taoisme turut memunyai andil dalam prinsip-prinsip agama Jepang: penyembahan kepada nenek moyang, kepercayaan akan adanya warisan agama dalam keluarga, kedekatan antara negara dan agama, serta tukar pikiran antara sistem-sistem keagamaan dan praktik keagamaan yang dititikberatkan pada meditasi, jimat, dan pemurnian diri.
APA KEBUTUHAN MEREKA?
Sebagian besar orang Jepang tidak peduli atau skeptis dengan agama lain. Mereka tampaknya sudah hidup berkecukupan dan tidak banyak memerlukan bantuan. Namun, banyak dari mereka yang terobsesi dengan kesenangan materi, karir, dan kepemilikan. Sebenarnya, kebutuhan terbesar mereka adalah pengenalan dengan Bapa melalui Anak-Nya, Yesus.
Pokok-Pokok Doa
Mintalah kepada Tuhan agar Dia mengutus para pelayan-Nya ke Jepang untuk mengenalkan Kristus kepada mereka.
Berdoalah agar para pebisnis Kristen membuka hati mereka untuk mengabarkan Injil kepada pebisnis Jepang lainnya.
Mintalah kepada Roh Kudus untuk melembutkan hati mereka agar mereka mau menerima orang-orang Kristen sehingga Injil dapat didengar.
Doakanlah agar orang Kristen Jepang mendapat kesempatan mengabarkan kasih Yesus dengan keluarga dan sahabat mereka.
Doakanlah agar siaran radio dan televisi Kristen menjadi sarana yang efektif untuk menjangkau orang-orang Jepang.
Doakanlah agar ada pergantian otoritas atas bentuk pemerintahan dan kekuasaan yang mengikat Jepang.
Berdoalah agar Allah membangkitkan kelompok doa untuk menjangkau mereka.
Mintalah kepada Tuhan untuk membangun gereja lokal yang teguh di antara mereka. (t/Uly)
Diterjemahkan dari:
Nama situs | : | Joshua Project |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | http://www.joshuaproject.net/ |
Orang Komoros hidup di kepulauan di Samudera Hindia antara Madagaskar dan Mozambik, Afrika. Tempat tinggal orang Komoros terdiri dari empat pulau utama dan beberapa pulau kecil lainnya. Masyarakat Komoros dapat ditemukan di pulau-pulau tersebut dan Madagaskar. Kelompok-kelompok orang Komoros yang berbeda-beda tersebut menamai diri mereka sesuai dengan nama pulau tempat mereka tinggal.
Nama resmi kepulauan tersebut adalah Republik Federal Islam Komoros. Hingga tahun 1975, kepulauan itu adalah milik Perancis. Pada saat itu, tiga pulau terbesar menyatakan kemerdekaannya; namun Mayotte, pulau terbesar keempat, memilih tetap menjadi koloni Perancis.
Orang-orang Komoros adalah hasil percampuran orang-orang yang dulu tinggal di sana: para pedagang Iran, orang Afrika, Arab, dan orang Malagasy. Karena keadaan ekonomi yang buruk, pulau-pulau tersebut menerima bantuan moneter dan teknis dari negara-negara lain.
Seperti Apakah Kehidupan Mereka?
Sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani atau nelayan, sedangkan beberapa orang lainnya memelihara ternak, domba, kambing, dan keledai. Sebagian kecil lainnya bekerja di industri atau pekerjaan yang berhubungan dengan pariwisata. Kepulauan Komoros sangat miskin dan terbelakang.
Makanan pokok orang Komoros terdiri dari nasi, kentang, jagung, ikan, kelapa, dan pisang. Hasil pertanian lain yang dikembangkan adalah ketela, buah jeruk, dan nanas.
Meskipun para pemudanya mengenakan busana bergaya Barat, namun pakaian tradisional masih umum dipakai oleh orang-orang dewasa. Di kota, seorang pria Komoros pada umumnya mengenakan pakaian berbahan katun warna putih dan baju yang panjangnya sampai ke lutut. Ketika pergi ke luar kota, dia mengenakan kain sarung yang panjang (semacam rok yang berwarna-warni). Sebagian besar kaum wanita mengenakan pakaian katun yang panjang dan berwarna-warni dengan syal berwarna terang sebagai penutup muka. Kaum wanita yang lain lebih suka mengenakan jubah hitam yang menutupi kepala mereka.
Poligami (kebiasaan memiliki lebih dari satu suami/istri) merupakan tindakan yang bisa diterima oleh orang Komoros. Anak-anak diharapkan bisa membantu bertani, mencari ikan, dan memelihara hewan. Sebagai hiburan, orang Komoros suka menari, menyanyi, dan bermain musik, khususnya trompet dan drum.
Sekitar 27% orang Komoros hidup di kota; tapi baik di desa atau daerah pinggiran, perumahan di daerah itu biasanya berkualitas rendah. Walaupun bahasa Perancis dan bahasa Arab merupakan bahasa resmi daerah itu, orang Komoros berbicara dengan dialek Swahili.
Apa Kepercayaan Mereka?
Orang Komoros adalah orang Muslim Shafiite, namun jumlah orang yang pergi ke masjid sangat sedikit. Selain melakukan ritual-ritual islami, mereka juga terlibat dalam kegiatan okultisme dan pemanggilan roh orang mati.
Pada awalnya, orang Komoros sangat menentang segala jenis perubahan agamawi. Namun, lama-kelamaan, mereka mulai membuka diri terhadap hal baru.
Apa Kebutuhan Mereka?
Kebutuhan jasmani orang Komoros sangat banyak. Masalah utama orang Komoros meliputi kemiskinan, sakit-penyakit, dan kelaparan. Tingkat pendidikannya rendah dan 54% penduduknya buta huruf.
Jumlah rumah sakit dan dokter sangat sedikit. Banyak orang yang sakit dan mengalami kekurangan gizi yang kronis. Karena persediaan air kurang, kondisi kesehatan pun kurang baik. Masalah-masalah tersebut menambah tingginya tingkat kematian, khususnya anak-anak.
Kebutuhan rohani orang Komoros justru lebih besar daripada kebutuhan jasmaninya. Meskipun ada kebebasan beragama di daerah tersebut, penginjilan tidak diterima dengan baik oleh orang-orang Muslim Shafiite. Komitmen mereka terhadap Islam, disertai dengan keterkaitannya dengan praktik okultisme, membuat orang-orang tersebut sulit untuk dijangkau.
Sumber-sumber Kristiani begitu terbatas. Akibatnya, orang percaya di Komoros masih sedikit. Doa adalah langkah awal agar mereka dapat terjangkau melalui Kabar Baik yang menyatakan bahwa Yesus Kristus datang untuk membebaskan mereka.
Pokok Doa
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | https://joshuaproject.net/people_groups/19403/CN |
Sumber | : | e-JEMMi 11/2008 |
Sebanyak 10 juta orang Somali tinggal menyebar di sepanjang delapan negara wilayah timur laut Afrika, yang dijuluki "Tanduk Afrika", dan di Timur Tengah. Lebih dari 2 juta orang hidup di Ethiopia.
Orang Somali menggunakan bahasa yang sama, menganut iman yang sama, dan memberikan warisan budaya yang merupakan suatu bagian penting dari gaya hidup mereka sebagai pengembara. Nama mereka diambil dari kata "so maal", yang secara literal berarti, "Carilah susu untuk dirimu sendiri!" yang adalah semacam ungkapan keramahtamahan.
Orang-orang Somali pertama kali muncul di Tanduk Afrika sekitar tahun 1200, dan mulai menyebar ke Barat dan Selatan kira-kira 150 tahun kemudian. Mereka menjadi pemeluk Islam sekitar tahun 1550, di bawah pengaruh para pedagang Arab yang telah menempati pesisir Somalia sekarang ini. Tahun 1650, mereka pindah ke Ethiopia.
SEPERTI APA KEHIDUPAN MEREKA?
Masyarakat Somali terbentuk dari keluarga inti, yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak. Ciri khas dari tiap keluarga adalah memiliki ternak domba atau kambing, yang dipelihara oleh para wanita dan gadis, dan beberapa lainnya memelihara unta. Ada juga yang memiliki unta-unta yang diternakkan dan diambil susunya. Semakin banyak unta yang dimiliki seseorang, semakin besar wibawanya. Laki-laki dan perempuan menikmati pekerjaan merawat unta-unta yang berharga itu.
Orang-orang Somali menganggap diri mereka pejuang. Kadang-kadang, para pria meninggalkan para wanita dan menyerahkan tugas memelihara ternak kepada mereka, sehingga para pria mendapat kesempatan berlatih menjadi pejuang yang efektif. Mereka adalah orang-orang yang sangat individualis, terbagi-bagi dengan sangat jelas ke dalam klan-klan. Sering terjadi pertikaian antarklan yang mengakibatkan beberapa orang meninggal.
Ada empat kelompok klan terbesar orang Somali. Dua terbesar adalah Somaal dan Sab. Somaal pada umumnya adalah penggembala yang mengembara. Sab biasanya menempati suatu komunitas dan tinggal sebagai petani atau perajin.
Para pengembara tinggal di pondok-pondok yang bisa dibongkar pasang, yang terbuat dari ranting-ranting kayu yang ditutupi dengan tikar rumput. Para istri memiliki pondok sendiri. Pondok-pondok orang yang masih memiliki hubungan kekerabatan dibentuk melingkar dengan kandang ternak di tengah-tengahnya. Membuat rumah adalah tanggung jawab wanita. Pondok-pondok tersebut mudah dibongkar sehingga mereka bisa membawanya dengan dibebankan pada binatang dan berpindah bersama ternak mereka. Biasanya, hujan turun kurang dari 100 mm per tahun. Jadi, sering kali kehidupan orang Somali ditentukan oleh kemampuannya menemukan air. Makanan para pengembara biasanya hanya terdiri dari susu dan produk-produk susu. Saat ini makanan mereka di antaranya adalah jagung, nasi, daging, dan buah-buahan liar. Saat ini semakin banyak petani Somali tinggal secara menetap di pondok bulat yang tingginya 6 hingga 9 kaki. Mereka memiliki jenis makanan yang lebih bervariasi termasuk jagung, sorghum (semacam biji- bijian), cowpeas (sejenis kedelai), buncis, beras, telur, unggas, pisang, kurma, mangga, dan teh.
Memiliki persediaan makanan yang melimpah merupakan suatu status bagi setiap klan. Setiap keluarga secara periodik mengadakan perjamuan makan untuk saudara-saudara dan teman-teman mereka. Wibawa keluarga ditentukan oleh seringnya mengadakan pesta, jumlah orang yang diundang, kualitas, serta jumlah makanan yang disediakan.
Orang-orang Somali senang bercerita dan belajar sejarah melalui puisi mereka. Sering kali, mereka akan menyanyikan dongeng saat berjalan-jalan pada sore hari.
Sebagian besar orang Somali mengenakan pakaian yang berwarna cerah yang menutup seluruh tubuh mereka menyerupai toga. Beberapa pria juga mengenakan rok pendek.
APA KEPERCAYAAN MEREKA?
Meskipun orang-orang Somali 99% adalah Muslim Shafi'i, banyak kepercayaan penyembahan berhala dan kepercayaan tradisional yang telah bercampur dengan praktik agama mereka. Mereka mencapai "ekstase" dengan menyanyi atau menggunakan narkotik. Di kota-kota, anak laki-laki mencuri makanan dan kemudian menjualnya untuk mencukupi kebiasaan mereka menggunakan obat-obat terlarang. Doa-doa standar Islam biasanya dihormati, namun para wanita Somali tidak pernah menggunakan kerudung seperti yang disyaratkan. Orang Somali secara rutin pergi ke "wadaad", pemuka agama, untuk mendapatkan berkat, jimat, dan nasihat atas masalah-masalah duniawi.
Mereka percaya pada laki-laki tertinggi, "dewa langit". Mereka melakukan ritual meminta hujan, tidak makan daging babi atau ikan, dan mengorbankan binatang. Mereka juga melakukan ritual api unggun pada tahun baru surya. Mereka percaya pada kuasa roh dan pada roh yang tinggal di pohon-pohon, sumber-sumber air, dan puncak bukit.
APA KEBUTUHAN MEREKA?
Sangat sedikit anak-anak Somali yang bersekolah, dan lebih dari setengah orang dewasanya buta huruf. Ini tidaklah mengherankan karena mereka tidak memiliki sistem penulisan hingga tahun 1972.
Kesempatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sangat terbatas di Ethiopia. Obat terlarang, kelaparan, dan perang telah menimbulkan berbagai masalah. Kekurangan gizi pun telah menyebabkan kematian ribuan orang Somali sejak tahun 1970-an.
Pokok Doa
Doakan agar orang Somali mendapat kesempatan mengenal Yesus Kristus, yang adalah Roti Hidup.
Doakan orang-orang Kristen Somali yang sering dipandang rendah oleh orang-orang bangsa mereka sendiri.
Minta pada Tuhan untuk menyentuh hati orang-orang Kristen di Ethiopia utara sehingga mereka mau membagikan kasih Tuhan kepada orang-orang Somali di provinsi-provinsi bagian selatan.
Mintalah pada Tuhan untuk membangkitkan guru-guru Kristen yang akan bekerja bagi orang-orang Somali dan membagikan kasih Kristus kepada mereka.
Berdoalah agar Tuhan membangkitkan tim doa dari berbagai tempat di penjuru dunia untuk berdoa syafaat bagi orang-orang Somali.
Minta pada Tuhan untuk memberikan pertolongan dan kebijaksanaan kepada agen-agen misi yang menjadikan Somali sebagai tujuan pelayanan mereka.
Doakan keefektifan film Yesus untuk memperkenalkan Kristus kepada mereka.
Minta pada Tuhan untuk mengirim utusan-Nya menyebarkan Injil kepada orang-orang Somali melalui media apa pun, terutama radio dan televisi.
Berdoa agar Tuhan menyatakan diri-Nya sendiri kepada mereka melalui mimpi-mimpi dan penglihatan.
Mintalah Roh Kudus melembutkan hati mereka untuk mau menerima orang-orang Kristen sehingga mereka dapat mendengar Injil.
Minta pada Tuhan untuk menguatkan gereja-gereja lokal yang ada di antara orang-orang Somali. (t/Ratri)
Diterjemahkan dari:
Nama situs | : | Joshua Project |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | http://www.joshuaproject.net/ |
Sebuah Negara yang Belajar Bertahan dalam Penderitaan
Sejarah
Pada tahun 1876 Pakistan masih dikenal sebagai sebuah bagian dari Kerajaan Inggris-India. Tetapi pada abad ke-20, rakyat yang beragama Islam berjuang untuk merdeka dari negara Inggris. Akhirnya, pada tahun 1947 India dibagi dan Pakistan memproklamasikan kemerdekaannya. Lewat undang-undang pertama pada tahun 1956 Pakistan dijadikan sebagai Republik Islam. Lima belas tahun berikutnya, Pakistan Timur memisahkan diri dari Pakistan dan memproklamasikan diri sebagai negara Bangladesh.
Tiga kali Pakistan berperang dengan India, oleh karena kedua-duanya ingin berkuasa atas Kashmir. Selain itu, pemerintahan Pakistan beberapa kali dibubarkan dan dibentuk lagi. Sampai akhirnya pada tahun 1999, Jendral Musharraf merebut kekuasaan dan mulai mengatur negara Islam ini. Presiden Musharraf mendukung Amerika Serikat dalam kampanye memberantas terorisme. Oleh karena sikap inilah, Presiden Pakistan sering dikritik oleh kaum Islam yang fanatik dan konservatif.
Keadaan Geografi
Luas | : | 796.095 km2 |
Jumlah Penduduk | : | 162.493 jiwa |
Ibu Kota | : | Islamabad |
Suku Bangsa | : | Panjabi 56,4%; Urdu 7,6%; Indo-Iran 18,5%; Suku-suku Utara 2,0%; Lain-lain 15,5% |
Bahasa Resmi | : | Bahasa Urdu |
Agama | : | Selain itu masih ada kurang lebih 70 bahasa lagi. Islam 96%; Hindu 1,5 - 2%; Kristen 1,5 - 2% |
Agama Kristen
Sejak tahun 1833, para misionaris berusaha untuk membawa Injil ke negara yang indah ini. Sampai hari ini penginjilan tetap sangat sulit. Kekerasan, diskriminasi dan penganiayaan, serta ketakutan dan intimidasi sering dihadapi murid Kristus di situ. Pakistan masih diwarnai intoleransi beragama sehingga orang tidak bebas memilih agama sesuai dengan suara hati mereka. Seperti peristiwa 12 November 2005, di mana dua ribu orang Pakistan menyerang sebuah desa bernama Sanglahill dengan 450-500 keluarga Kristen di dalamnya dan merusak tiga gedung gereja dan beberapa gedung lainnya. Sejak gempa bumi, banyak pekerja Kristen asing datang untuk membawa bantuan dan turun tangan untuk korban bencana tersebut.
GEMPA BUMI
Pada 8 Oktober 2005, gempa bumi yang dahsyat melanda Kashmir. Gempa yang menghancurkan ini terjadi di kota dan desa-desa di daerah pegunungan yang amat sangat sulit untuk dijangkau; apalagi pada musim dingin di mana es dan salju melanda daerah tersebut. Bahkan cuaca dingin tersebut bisa mencapai belasan derajat di bawah nol.
Sukarelawan asing yang ingin membantu rakyat yang sangat menderita sering dipersulit oleh konflik politik antara Pakistan dan India. Selain itu, pemerintah Pakistan sulit menerima bantuan dari tangan negara Kristen, walaupun tiga juta korban hampir mati kedinginan karena kehilangan tempat tinggal mereka. Pengobatan juga sangat sulit. Poliklinik Kristen Kunhar di daerah bencana mengalami kerusakan yang besar dan sedang dibantu oleh saudara seiman dari luar negeri. Banyak pasien dapat tertolong, tetapi bagi 50.000 korban lainnya bantuan datang terlambat sehingga bagian dari tubuh mereka seperti kaki atau tangan harus diamputasi. Sampai sekarang mereka masih menunggu kaki atau tangan palsu agar bisa mencari nafkah lagi.
Pokok Doa:
Bahan diambil dan diedit dari sumber: | ||
Judul Buletin | : | Buletin Terang Lintas Budaya, Edisi 64 2006 |
Penerbit | : | YPI Indonesia |
Halaman | : | 4 - 6 |
Situs | : | http://www.wec-indo.org/ |
Sumber | : | e-JEMMi 34/2006 |
P A K I S T A N
Awal bulan ini, J (22 tahun) melarikan diri untuk menghindari penangkapan yang dilakukan oleh kaum ekstremis. J telah diteror oleh orang-orang radikal sejak Februari, kata Compass Direct News. Ketika ekstremis terus melanjutkan pencarian mereka, J terpaksa melarikan diri dengan menyamar dan mengungsi ke kota lain. Ketika bekerja di tempat pangkas rambut milik keluarganya, para ekstremis mencoba menjadikannya seiman dengan mereka. Usaha-usaha untuk pindah agama telah terjadi sebelumnya. Menurut Compass, keluarga J menjadi target "khotbah" karena mereka tidak berjenggot. Ketika J mempertahankan imannya dengan Alkitab, penyerangan mulai terjadi. Para ekstremis dengan kejam menyerang J, mematahkan beberapa tulang iganya dan kaki kirinya. Setelah penyerangan, para militan mengumumkan kepada masyarakat bahwa J telah menghujat mereka; tanpa lelah, mereka terus mencarinya. Keluarga J menutup tempat pangkas rambut mereka setelah serangan itu, dan para anggota keluarga bertahan hidup dengan makanan kurang dari dua kali sehari. Doakan agar J terus berpegang teguh pada imannya. Minta Tuhan untuk melindungi dan melepaskannya dari bahaya. (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Mission News, Desember 2009 Kisah selengkapnya: http://mnnonline.org/article/13561 Pokok doa:
Sejak dahulu Afghanistan adalah jalur perlintasan di benua Asia yang membuat daerah ini menarik perhatian para pedagang dan penjajah. Wilayah ini pernah diinjak-injak oleh tentara para penakluk terkenal -- Aleksander Agung, Genghis Khan, Timur Leng -- dan tentara-tentara masa kini yang memperjuangkan kepentingan negara-negara Inggris, Rusia, dan Iran. Di tengah-tengah jalur perlintasan tersebut -- jauh sebelum ada perbatasan seluruh wilayah itu dengan Iran, Rusia, dan Afghanistan -- terdapat provinsi Khorasan milik Iran yang mencakup sebagian dari Afghanistan modern. Rumah tradisional milik suku campuran Aimak tersebar mulai dari Iran bagian timur laut sampai ke Afghanistan bagian barat dan tengah; sampai sekarang mereka masih menetap di sana. Sebagian kecil suku tersebut juga tinggal di Tajikistan dan sebagian menjadi pengungsi di Iran.
Suku yang paling besar adalah suku Char Aimak, walaupun secara etnis mereka bukan merupakan suku tersendiri. Semula mereka dikenal dengan nama chahar (empat) Eimaks (bahasa Mongol untuk "suku"), yang menunjukkan bahwa mereka terdiri atas empat suku besar: Taiman, Firozkoh, Timur, dan Jamshid. Keempat suku ini terbentuk dari 250 suku-suku kecil lainnya. Mereka bersatu bukan untuk alasan politis, melainkan untuk melindungi diri terhadap penjajah. Suku Aimak dikenal sebagai pejuang-pejuang hebat. Walaupun populasi suku ini besar, catatan tentang mereka masih terbilang sedikit sehingga mengaburkan keberadaan suku ini.
Pada mulanya, suku ini tergolong nomaden; mereka terpaksa menjadi suku yang seminomaden karena siklus kekeringan hebat dan peperangan. Mereka mengembara secara musiman untuk menggembalakan ternak yang kelaparan dan/atau menetap untuk bercocok tanam dan menjadi penenun karpet di desa-desa yang dibangun dari tanah liat dan batu bata.
Suku Aimak kebanyakan tinggal di provinsi Badghis, Ghor, dan Herat, wilayah yang ekonominya berlandaskan pertanian dan peternakan. Di dekatnya, Chaghcharan, "ibukota" Aimak, dan kota kuno Herat ikut menyumbangkan pengaruh dalam bidang ekonomi, politik, dan spiritual. Sebagaimana 80% penduduk Afgan lainnya, suku-suku Aimak menganut kepercayaan Islam Sunni Hanafi.
Kebanyakan anggota suku Jamshid dan Timur juga hidup secara semimenetap di timur laut kota Herat di wilayah Sungai Kush di Provinsi Badghis yang subur. Orang-orang di wilayah ini biasanya tidak menyebut diri mereka sebagai orang Aimak. Nama suku Jamshid berasal dari nama seorang penguasa Persia, namun asal nama suku Timur tidak diketahui. Tanah yang irigasinya baik biasanya memproduksi beras, kapas, anggur, gandum, dan melon. Sebagian besar Aimak tidak lagi memiliki banyak ternak (ternak adalah tolok ukur kekayaan), namun dengan cuaca di daerah mereka, mereka dapat menggembalakan domba sepanjang tahun. Hasil perkebunan yang berlimpah merupakan sumber pendapatan di pasar Herat, demikian pula permadani Baluch Herat yang berkualitas tinggi. Pada suatu masa suku Timur pernah menjadi yang populasinya terbesar dan paling berkuasa di antara keempat suku Afgan, namun sekarang mereka mengalami kemunduran karena sebagian besar dari mereka pindah ke Iran utara pada abad ke-18 hingga ke-19.
Provinsi Ghor dengan pegunungan dan daerah tandusnya adalah tempat pemukiman utama suku Taiman dan Firozkoh. Nama Taiman berasal dari nama tokoh pemersatu Kakar Pushtan yang terkenal pada tahun 1650. Sedangkan nama Firozkoh berasal dari kata "firuzkuh", yang berarti "gunung pirus". Bermukim di lembah Sungai Hari Rud dan Sungai Murghab, mereka harus menghadapi musim salju yang berat dan curah hujan yang sedikit yang sering diselingi oleh bencana kekeringan. Ketika tiba masa-masa kekeringan, anak-anak dara masih melakukan upacara tarian memohon hujan warisan kebudayaan pra-Islam. Karena suku ini merupakan suku seminomaden dan kondisi mereka lebih miskin daripada suku-suku di provinsi Badghis, lahan mereka yang terbatas menghasilkan panen gandum, melon, dan makanan ternak mereka yang dikandangkan pada musim dingin. Ketika mereka menggembalakan ternak pada musim panas, hanya suku Firozkoh yang masih tinggal di dalam yurt tradisional, sedangkan suku-suku lainnya sudah menggantinya tenda hitam kaum nomaden.
Suku Aimak secara umum memunyai beberapa ciri khas. Dahulu Aimak biasa menggunakan bahasa Aimak yang sama, tetapi pada saat ini sepertinya hanya sedikit yang masih memakai bahasa itu. Dialek yang mereka gunakan saat ini mirip dialek suku Dari (suku Farsi bagian timur Afghanistan), yang bercampur dengan kata-kata Mongol dan Turki. Bahasa Dari dipergunakan di sekolah-sekolah.
Makanan dan pakaian suku Jamshid dan Timur tidak berbeda dari suku yang lain. Makanan pokok mereka berupa roti gandum tebal yang dibakar di atas pemanggang yang terbuat dari tanah liat. Mereka juga menyantap nasi, kacang buncis, kentang, dan sayuran musim panas. Lauk pauknya berupa ayam, telur, atau daging domba (hanya untuk tamu atau pada hari raya). Selain itu, mereka juga menghidangkan Dugh -- minuman racikan dari yogurt, garam, lada, dan air.
Para wanita mereka menghiasi kehidupan monoton mereka dengan mengenakan busana berwarna cerah, yang dihiasi manik-manik kerlap kerlip dan bawahan putih atau berwarna. Para lelaki terlihat mengenakan turban atau tutup kepala bulat dengan mantel menyelimuti pundak mereka. Suku Aimak merupakan suku patriarkal, namun hak wanita Aimak agak berbeda dibandingkan warga pedesaan Afghanistan lainnya; mereka boleh bertemu para pria dan bebas berpendapat, bahkan jika ada orang asing di sekitar mereka.
Pernikahan merupakan peristiwa terpenting yang dirayakan oleh seluruh suku Aimak. Mereka merayakannya dengan tari-tarian yang diiringi tabuhan irama gendang. Secara tradisi, pernikahan diatur pada saat calon mempelai masih kanak-kanak. Pernikahan akan dilangsungkan ketika calon mempelai (perempuan) sudah berumur 13 atau 14 tahun, sedangkan calon mempelai laki-laki berumur 16-20 tahun dan biasanya masih memunyai hubungan darah. Para gadis ini juga bisa menjadi istri kedua bagi para pria yang sudah berumur 40-an. Uniknya, di antara penduduk Taiman dan Firozkoh, para wanita menikah pada umur 18 tahun dan dapat menolak calon suami pilihan ayahnya. Pengantin wanita biasanya segera pindah ke rumah keluarga pengantin pria setelah upacara pernikahan, namun pada sejumlah kasus tertentu, calon pengantin pria membantu calon mertuanya selama dua tahun atau lebih sebelum pelaksanaan pernikahan itu.
Adat suku Aimak lebih kuat daripada rasa nasionalisme Afghanistan mereka. Hal ini dikarenakan mereka telah lama menikmati kemerdekaan dan kediaman mereka pun secara geografis jauh dari pusat pemerintahan di Kabul. Hukum adat dan kepala suku dianggap lebih berotoritas dibanding pemerintahan dan beberapa hukum-hukum Islam. Mungkin dengan pemerintahan dan konstitusi yang baru, Aimak mungkin akan dapat menjadi "lebih Afgan" pada masa depan. (t/Uly)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | https://joshuaproject.net/people_groups/21454/AF |
Sumber | : | e-JEMMi 13/2010 |
Siapakah orang Druze?
Orang Druze menganggap diri mereka sebagai "Mowahhidoon" (jamak) atau "Mowahhid" (tunggal) yang berarti monotheis atau percaya pada satu Tuhan. Pada umumnya mereka disebut "orang Druze", diambil dari nama el-Drzi, salah seorang pemimpin agama terkemuka suku Druze di masa lalu. Beberapa sumber menyatakan bahwa orang Druze bukan keturunan suku apa pun sebelum menganut kepercayaan al-Hakim, seorang khalifah muslim. Beberapa teori yang belum terbukti kebenarannya menyebutkan bahwa orang Druze merupakan keturunan orang Persia, sementara teori lain menganggap mereka sebagai keturunan orang Kristen, sejak zaman Perang Salib. Tapi teori yang terakhir ini sepertinya tidak benar karena Perang Salib pertama terjadi pada sekitar delapan puluh tahun setelah lenyapnya al-Hakim. Orang Druze setia kepada negara yang menguasai tanah mereka dan tidak mencoba mendirikan negara mereka sendiri. Mereka bisa ditemukan di Israel, Libanon, dan Siria. Bisa dikatakan mereka adalah para pejuang terbaik karena mereka tidak takut mati.
Seperti apakah kehidupan mereka?
Orang Druze tinggal di desa dan gunung dengan hanya memiliki beberapa bidang tanah dan barang-barang milik mereka pribadi, mereka tidak memiliki cita-cita mendirikan negara sendiri. Mereka memiliki gaya hidup menyendiri. Pindah agama, baik ke agama mereka ataupun dari agama mereka, merupakan sesuatu yang terlarang. Segera setelah beragama, mereka berhenti membuat perubahan baru. Sebaliknya, mereka memilih untuk melestarikan suku mereka dengan beranak cucu. Sampai sekarang, kebanyakan gadis di suku Druze menikah saat berumur 12 dan 15 tahun, sedangkan para pria menikah pada umur 16 atau 17 tahun. Saat orang Druze tinggal bersama orang-orang yang berbeda agama, mereka mencoba melebur dengan orang-orang itu untuk melindungi agama mereka dan agar mereka aman. Mereka bisa berdoa sebagai orang Islam atau pun sebagai orang Kristen, tergantung di mana mereka tinggal. Tetapi situasi tersebut sekarang mulai berubah karena tidak terjaminnya keamanan. Orang Druze sekarang lebih terbuka dalam hal-hal yang menyangkut kepercayaan mereka. Mereka sudah sejak lama diberitakan melakukan praktik poligami, tetapi sampai sekarang berita ini tidak terbukti. Mereka pantang minum anggur dan merokok karena adanya larangan yang jelas untuk tidak melakukan sesuatu yang bisa mencemarkan agama mereka. Orang Druze memunyai kepekaan sosial yang tinggi, mereka merasa terikat satu sama lain walaupun mereka tersebar di beberapa negara.
Apakah kepercayaan mereka?
Agama yang dianut orang Druze dimulai pada abad 9 M, yaitu dari sebuah sekte Islam. Agama itu dipopulerkan oleh seorang da'i bernama Darazi dan Hamza bin Ali bin Ahmad, seorang penganut ilmu kebatinan dari Persia. Mereka mengatakan bahwa Tuhan telah menjelma menjadi manusia bernama al-Hakim Bi-amr Allah (985 atau 996 -- 1021 M), seorang khalifah muslim dari Kairo, Mesir. Sekarang mereka percaya bahwa apa yang diajarkan Darazi mulai menyimpang; tulisannya sekarang dianggap menghina Tuhan.
Orang Druze menganggap Al-Qur'an sebagai sesuatu yang suci, namun mereka hanya menganggapnya sebagai kulit luar yang membungkus "makna ajaran yang lebih dalam yang hanya dipahami oleh orang-orang tertentu saja". Kitab agama mereka pada umumnya dikenal dengan nama "Kitab Al Hikma", Buku Kebijaksanaan. Kitab ini adalah kumpulan buku, di mana enam buku pertama adalah buku-buku yang paling sering digunakan. Pada dasarnya mereka menganut paham monoteis, percaya pada satu Tuhan. Mereka mengenal tujuh nabi besar, termasuk di dalamnya, Adam, Abraham, dan Yesus (yang hanya mereka percaya sebagai putra Yusuf). Setiap nabi besar membawahi tujuh nabi yang masing-masing memunyai dua belas murid.
Orang Druze percaya pada perpindahan jiwa/roh. Artinya, saat seseorang mati, jiwanya secara spontan tereinkarnasi (dalam waktu dan ruang) dan kemudian terlahir kembali dalam kehidupan yang lain. Konsep pemikiran mereka mengenai surga dan neraka bersifat spiritual. Mereka percaya bahwa surga adalah kebahagiaan terbesar saat jiwa mereka bertemu dan bersatu dengan Pencipta mereka. Neraka adalah rasa sakit yang disebabkan hilangnya kesempatan bertemu sang Maha besar yang mulia untuk selama-lamanya.
Apa saja kebutuhan mereka?
Orang Druze sudah tinggal di daerah utara Israel sejak abad ke-16 dan mereka bergabung dengan orang Israel sejak terbentuknya negara itu tahun 1948. Selama bertahun-tahun, lebih dari tiga ratus pria dari suku Druze mati untuk membela negara. Namun, orang Druze merasa belum menuai keuntungan dari bangsa yang sudah mereka bela. Israel sudah berupaya memenuhi kebutuhan mereka dengan menghubungkan desa-desa Druze ke jaringan fasilitas, meningkatkan layanan kesehatan, dan mengambil inisiatif untuk meningkatkan pendidikan, terutama bagi para pelajar.
Secara rohani, orang Druze harus bertemu dengan Mker mereka secara pribadi, menentang latihan mental yang hanya dipahami orang-orang tertentu yang diajarkan dalam agama mereka. (t/Dian)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Judul asli | : | Druze of Lebanon |
Penulis | : | tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | https://joshuaproject.net/people_groups/11620/LE |
Sumber | : | e-JEMMi 31/2007 |
POKOK DOA
SATU MINORITAS
Di Tiongkok bagian utara, secara khusus di provinsi Nangksi, sepertiga dari rakyatnya berasal dari latar belakang suku Hui. Di hampir setiap kota, provinsi dan daerah, selalu ada satu kelompok masyarakat minoritas suku Hui. Hampir 11 juta orang Hui tercerai berai di seluruh RRC. Walaupun mereka satu suku, terkadang mereka bisa terlihat berbeda jauh satu sama lain. Hal ini terjadi karena mereka sangat pandai menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Di samping itu agama dan kebudayaan di mana mereka tinggal sangat mudah memengaruhi suku Hui, namun demikian identitas mereka sebagai orang Hui masih terlihat.
Jumlah penduduk | : | 10,7 juta |
Tempat tinggal | : | Tercerai-berai di seluruh RRC dengan konsentrasi di provinsi Nangksi. Ada juga yang tinggal di negara Taiwan, Kyrgyzstan, Kazakhstan dan Mongolia. |
Agama | : | Islam |
Orang Kristen | : | 200 jiwa |
PENDATANG YANG BERHASIL
Leluhur orang Hui datang dari Arabia dan Persia sebagai pedagang. Dengan jumlah ratusan orang mereka melakukan perjalanan di rute "Jalur Sutera", yaitu menyeberang Asia menuju ke RRC. Pada abad ke-7 sampai ke-14 pejuang-pejuang Arab ini datang ke Tiongkok untuk membantu kaisar Cina berperang melawan musuh-musuhnya. Selain jalan darat, ada di antara mereka yang tiba melalui jalan laut. Dan para pendatang ini banyak yang tidak kembali ke kampung halaman mereka di Arabia dan Persia serta memilih menetap di RRC. Orang Hui sangat membanggakan latar belakang ini.
Ke mana saja mereka menetap di RRC, mereka mendirikan masjid-masjid, menikahi wanita-wanita Cina di tempat tersebut dan membimbing anak-anak mereka untuk menjadi Muslim. Agama mereka dicampuri dengan kebudayaan Tionghoa, sehingga mereka sekarang terkenal sebagai orang dengan agama Hui. Dari segi bentuk badan, mereka tidak berbeda jauh dengan suku Han, yang kita kenal sebagai orang-orang Cina. Suku Hui ini juga berbahasa Mandarin. Pakaian mereka sama dengan mayoritas masyarakat di RRC, tetapi sebenarnya mereka berbeda dengan orang Cina. Perbedaan itu sangat menyolok di bidang agama oleh karena kebanyakan orang Tiongkok tidak beragama atau ateis, sementara di sisi lain, suku Hui sangat menekankan agama mereka.
CARA HIDUP MEREKA
Dahulu orang Hui terkenal sebagai pedagang, yang juga menjadi penyebab utama mereka datang ke Tiongkok, tetapi sekarang mereka tidak lagi seperti itu. Pada masa kini jika mereka tinggal di pedesaan, mereka adalah petani yang menghasilkan beras dan gandum, tergantung pada iklim tempat di mana mereka tinggal. Jika mereka tinggal di kota, mereka mencari rumah di sekitar masjid, mereka juga banyak yang mengelola toko dan restoran. Selain itu, banyak juga yang bekerja sebagai penjual daging, pengemudi truk, pedagang kulit dan mutiara. Beberapa di antara mereka yang sudah menjadi dokter, guru, insinyur, dan dokter gigi sekalipun sampai sekarang tetap senang memelihara domba ataupun sapi. Mereka biasanya memakan nasi, daging sapi, ayam dan domba. Daging babi tidak dicicipi, kecuali jika disebut daging biri-biri, alkohol juga tidak mereka minum.
Agama orang Hui adalah Islam. Menurut ajaran mereka lima rukun Islam wajib ditaati. Di antara suku Hui, terdapat banyak sekte dan aliran. Generasi yang terdahulu mencoba mengadaptasi agama Islam dengan kebudayaan Cina, misalnya mereka membangun masjid tidak seperti layaknya sebuah masjid. Di samping itu ada juga sekte yang menekankan untuk menghormati pendiri dan tua-tua agama. Di daerah Tiongkok Utara bagian Barat, jumlah orang Hui lebih banyak sehingga orang Hui lebih konservatif dari pada yang ada di daerah Utara bagian Timur.
Perempuan Hui tidak boleh menikah dengan orang non-Hui, namun laki-laki suku Hui diizinkan mencari isteri dari suku Cina yang lain, asal mereka bersedia mengikuti agama Hui. Sejak 1949 orang Hui tidak bebas lagi mengatur pernikahan sesuai dengan ketentuan adat saja, sehingga sekarang ini orang tua tidak lagi bisa mengatur pernikahan anak mereka. Mereka tidak boleh menikah dalam usia yang sangat muda. Wanita diberi hak untuk menceraikan suami mereka jika mereka menginginkan dan mereka juga mendapat warisan.
Pada zaman Revolusi Kebudayaan suku Hui sangat dianiaya, tetapi mereka kuat dan bisa bertahan dalam tekanan yang berat itu. Pada waktu itu banyak masjid dihancurkan. Sesudah Revolusi Kebudayaan, mereka dengan cepat membangun rumah ibadah mereka kembali, seperti di provinsi Nangksi 1.400 masjid dibuka lagi. Sekarang pemerintah RRC lebih terbuka terhadap agama orang Hui. Masjid tidak harus membayar pajak lagi, para imam juga boleh belajar agama mereka dan tidak harus menyembunyikan diri di bawah tanah. Suku Hui diberi hak untuk mengebumikan orang mati dan tidak lagi diwajibkan untuk dikremasi, walaupun suku Han tetap diwajibkan untuk mengkremasikan mayat mereka. Orang Hui lebih terbeban mengikuti program KB di RRC, di mana hanya 1 anak yang diijinkan bagi satu keluarga, tetapi mereka sering masih memiliki 2 anak per keluarga. Sekarang mereka tetap diarahkan untuk tidak menikah cepat. Jika mereka menikah di atas umur 25 tahun, dan hanya mempunyai seorang anak saja, maka mereka diberi hadiah.
SIKAP TERHADAP AGAMA KRISTEN
Walaupun mereka sangat ramah terhadap orang Kristen namun mereka tetap menolak untuk menjadi Kristen. Jika mereka menjadi Kristen mereka akan dianiaya oleh keluarga mereka, komunitas agama lain dan orang-orang Komunis atheis. Ikatan pada agama Islam itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa Injil sulit diterima. Walaupun Injil sudah lebih dari 30 tahun diberitakan kepada mereka, namun belum ada hasilnya. Sekarang ini ada kira-kira 200 orang Kristen di antara orang Hui. Siaran radio dan literatur Kristen sudah tersedia untuk menjangkau mereka dengan Injil. Selain itu ada satu tim pelayanan yang memiliki beban bagi suku Hui.
POKOK-POKOK DOA
Sumber diambil dari: | ||
Judul Buletin | : | Buletin Terang Lintas Budaya, Edisi 57/2004 |
Halaman | : | 4 - 6 |
Sumber | : | e-JEMMi 04/2006 |
Suku Taimani adalah sebuah suku kecil yang ada di daerah pegunungan tengah Afganistan. Mereka adalah bagian dari suku yang lebih besar, yaitu Char Aimaq, yang tersebar di seluruh Afghanistan dan Irak. Nama Taimani diperoleh setelah seseorang yang diduga pendiri suku itu, yaitu Taiman, yang juga seorang Kakar Pushtun, menjalin koalisi di pegunungan Ghor sekitar tahun 1650. Orang Taimani berbicara bahasa Persia yang disebut Parsi, dengan beberapa kata-kata Turki (Aimag).
Selama bertahun-tahun, suku Char Aimag sudah berpindah, terbagi, dan digabungkan oleh beragam pemerintahan. Suku Taimani bertipe seminomaden, menjelajahi jajaran pegunungan terjal dengan bebas. Mereka mendiami daerah yang terkenal sebagai jalur perdagangan. Interaksi dengan berbagai masyarakat menghasilkan keturunan campuran dalam suku Char Aimag; namun, kebanyakan dari mereka berbahasa Mongoloid. Suku Char Aimag dikenal aktif dalam melawan invasi Soviet ke Afganistan dan perang saudara yang terjadi sesudahnya.
SEPERTI APAKAH KEHIDUPAN SUKU TAIMANI?
Pada suatu ketika, suku Taimani benar-benar suku nomaden. Namun, sekarang mereka adalah suku semi-nomaden, yang hanya berpindah selama musim-musim tertentu. Karena masalah kekeringan dan erosi yang terjadi pada tahun 1950-an dan 1960-an, banyak orang Taimani yang kemudian menjadi petani. Mereka menanam gandum, anggur, padi, gandum untuk bahan pembuatan bir, terigu, melon, dan sayur-sayuran dengan cangkul dan bajak kayu yang primitif. Meski demikian, pertanian masih hanya dianggap sebagai kegiatan kedua dalam budaya mereka. Adapun kekayaan seseorang diukur oleh banyaknya ternak yang dimilikinya.
Suku Taimani menggantungkan kebutuhan daging, susu, lemak, dan keju pada hewan ternak mereka. Kulit binatang juga dipakai untuk membuat tenda. Sambil bertani, suku Taimani tinggal di kota dan hidup di gubuk batu. Ternak mereka tetap berada di lembah dan makan rumput. Selama musim semi dan musim panas, mereka berjalan melintasi pegunungan dan tinggal di "yurts" (tenda bundar berbentuk kubah yang bisa dibawa ke mana-mana).
Masyarakat Taimani menganut sistem kekerabatan patriarkal (didominasi pria) dan patrilineal (mengikuti jejak keturunan laki-laki). Keluarga inti adalah kesatuan masyarakat yang paling penting. Keluarga inti biasanya terdiri dari seorang pria, orang tuanya, istri/istri-istrinya, dan anak-anak mereka. Saat seorang gadis menikah, gadis itu langsung dianggap sebagai bagian dari keluarga suaminya. Identitas etnis di suku Taimani didasarkan pada keluarga atau marga.
Para wanita suku Taimani bisa saja membantu mengawasi ternak, tapi tugas utama mereka adalah menenun karpet. Masing-masing suku atau kota mempunyai pola uniknya sendiri, yang menurun dari ibu kepada anak gadis. Para wanita menggunakan alat tenun yang bisa dibawa ke mana-mana untuk membuat karpet-karpet wol yang bagus itu. Saat persediaan makanan sedikit, uang hasil penjualan karpet mungkin menjadi satu-satunya alat bagi suku ini untuk bertahan hidup. Karpet, ternak, dan uang tunai juga digunakan sebagai mas kawin.
APAKAH KEPERCAYAAN SUKU TAIMANI?
Semua orang suku Taimani sesungguhnya menganut agama ortodoks dari aliran Hanafite. Mereka percaya bahwa Hanafi adalah bentuk paling murni dari agama mereka. Keteguhan akan kepercayaan mereka itu sering membuat mereka menertawakan konsep monoteisme orang-orang Kristen yang dianggap/mereka anggap rusak. Namun, banyak orang Islam yang tidak asing dengan cerita-cerita Perjanjian Lama, yang diceritakan di kitab suci mereka. Mereka juga melacak garis keturunan rohani mereka sampai Abraham.
APAKAH KEBUTUHAN SUKU TAIMANI?
Selama dan setelah invasi Soviet ke Afganistan, Amerika Serikat dan negara-negara lain mengirim bantuan militer untuk "pejuang kemerdekaan" Afganistan. Sekarang karena negara itu bergulat dengan perang politik dan pelecehan hak azasi manusia, bantuan tersebut dihentikan. Seluruh negara sangat terpengaruh oleh perang melawan Soviet. Semua desa dihancurkan dan persediaan makanan terancam habis. Sedikit yang mempunyai air minum yang aman dikonsumsi, sementara peperangan masih terjadi di beberapa daerah hingga sekarang.
Lokasi yang terpencil dan penyebaran suku Taimani yang luas menyebabkan mereka sulit dijangkau oleh Injil. Sekarang ini, tidak ada penginjil bagi suku Taimani. Doa adalah langkah pertama yang harus dilakukan, sampai nanti mereka terjangkau oleh terang Injil.
POKOK-POKOK DOA
Sumber diterjemahkan dan diedit dari: | ||
Situs | : | Joshua Project |
Judul asli | : | Taimani of Afganistan |
Penulis | : | tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | https://web.archive.org/web/20070108110452/http://www.joshuaproject.net/peopctry.php?rop3=100153&rog3=AF |
Sumber | : | e-JEMMi 22/2007 |
Populasi terbesar suku Tajik yang ada di luar tanah air Afganistan adalah di wilayah Tajikistan, yang terletak di utara Afganistan. Lebih dari 25% populasi Afganistan adalah orang Tajik. Hal tersebut membuat suku Tajik menjadi suku terbesar kedua di Afganistan. Sejak abad ke-4, bukti sejarah menunjukkan bahwa Tajik adalah suku paling kuno di antara suku-suku Asia Tengah yang masih bertahan keberadaannya hingga sekarang. Subetnis Mediteranian dari ras Kaukasia, suku Tajik modern adalah keturunan dari orang-orang Persia. Orang-orang yang bertubuh tinggi langsing, berkulit kuning langsat dengan mata biru atau hijau, serta rambut yang sering kali berwarna merah dan pirang, yang kemudian menikah dengan orang-orang Turki dan Mongol, menghasilkan orang-orang dengan mata berbentuk oval dan berujung lancip serta berambut hitam lurus -- orang Tajik.
Istilah Turki kuno, Tajik, adalah sinonim dari Persia. Mereka selalu menuturkan bahasa Persia (atau bahasa Dari di Afganistan) yang diadopsi penutur bahasa Persia lain di Asia Tengah. Sering kali, mereka menyebut diri mereka dengan nama lembah kampung halaman daripada Tajik. Mereka tinggal di lingkungan pegunungan yang luas dan subur, yang disebut Panjsher Valley, bagian utara Kabul, di mana para petani dan penggembala miskin tinggal di rumah beratap datar yang terbuat dari batu bata lumpur atau batu. Saat persedian air melimpah, desa ini bisa menghasilkan buah-buahan, kacang-kacangan, serta biji-bijian hasil panen yang terbaik. Ahmad Shah Masoud, salah seorang pemimpin yang terkemuka di Taliban, yang dibunuh pada 2001, berasal dari desa itu. Ada juga sekelompok kecil suku Tajik yang tinggal di provinsi Herat di bagian barat yang berbatasan dengan Iran. Lalu ada juga kelompok komunitas Tajik yang lebih besar dan lebih berpendidikan, yang tinggal di Kabul, di mana mereka telah merasakan kesuksesan ekonomi dan pengaruh politik. Di antara suku Tajik yang tinggal di kota itu juga terdapat para pedagang dan perajin yang sangat berbakat. Karena hubungan kekerabatan dalam keluarga besar suku Tajik dekat, orang Tajik yang tinggal di kota dikenal sangat menjaga hubungan baik dengan keluarga mereka di desa.
Mereka yang sebelumnya adalah suku, telah meninggalkan struktur organisasi yang ketat sejak dahulu. Namun demikian, tradisi budaya mereka masih dijaga dan diperhatikan -- tradisi yang tetap bertahan meski didera invasi selama berabad-abad, oleh orang-orang Arab kuno sampai para pejuang Taliban yang kini ada. Salah satu tradisi sosial adalah keramahtamahan yang luar biasa -- keramahtamahan antar orang Afganistan. Menerima tamu dianggap sebagai suatu kehormatan -- kesempatan untuk makan hidangan-hidangan istimewa. "Osh", makanan spesial yang dipersiapkan para pria Tajik, yang dibuat dari nasi, daging kambing, merica, dan sayuran, dan mungkin dihidangkan dengan roti tipis bundar yang dibakar dengan campuran beberapa tepung, buah, yogurt (susu masam kental), dan teh. Bahkan petani miskin sekalipun menyambut tamu dengan menghidangkan teh, roti, dan yogurt.
Dipaksa menganut agama Islam oleh Arab pada abad ke-7, 99% orang Tajik Afganistan kini beragama Islam. Tradisi agama mengharuskan adanya ritual untuk memperingati beberapa tahap penting kehidupan, seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian. Doa hafalan diucapkan setiap hari, dan di beberapa komunitas, praktik gaib, guna-guna, dan ritual animistis masih memiliki tempat dalam hidup masyarakat.
Tradisi artistik kuno dan dihormati seperti puisi, cerita rakyat, karya seni, musik, dan tarian menggambarkan dan menjaga nilai-nilai budaya Tajik. Kekreatifan mereka diwujudkan dalam benda-benda seperti karpet yang menawan, keramik, kostum yang kaya dengan sulaman, topi, serta perhiasan pria yang berwarna terang. Pada masa lalu, Tajik melukis langit-langit luas yang terbuat dari kayu di masjid dan istana, juga mendekorasi buku. Sering kali mereka menuliskan puisi berbahasa Persia di langit-langit dan buku itu. Pakaian adat orang Tajik Afganistan tidak terlalu spesial, para pria membalut topi bersulam dengan ikat kepala dan para wanita memakai syal dan kerudung.
Masyarakat Tajik didominasi oleh pria, namun wanita tidak dikenakan terlalu banyak peraturan ketat di tempat kerja dan masyarakat (kecuali di bawah pemerintahan Taliban) daripada wanita di komunitas Islam yang lain. Namun demikian, kehidupan pribadinya mirip, para wanita bergantung pada para pria. Wanita tidak berhak untuk mendapat warisan. Pernikahan orang Afganistan biasanya diatur, dan kata "cerai" hanya boleh dicetuskan oleh suami yang memutuskan hubungan pernikahan dengan mengatakan "saya menceraikanmu" sebanyak tiga kali.
Kenyamanan yang dirasakan komunitas Tajik pada masa lalu entah bagaimana telah terkikis oleh ketidakstabilan keadaan yang kini sedang terjadi. Namun demikian, identitas nasional yang kuat dan sifat mereka yang pekerja keras akan memberikan suku Tajik hidup yang lebih baik sementara Afganistan membangun ulang.
Apakah kepercayaan mereka?
Sebanyak 99% orang Tajik adalah orang Islam. Sebagian besar dari mereka adalah Islam Sunni Mazhab Hanafi, namun ada juga yang adalah Islam Shia Ismaili yang tinggal di daerah pegunungan yang terpencil. Islam meresap dalam setiap aspek kehidupan mereka. Ritual kelahiran, pubertas, pernikahan, dan kematian, semua itu dilakukan dalam upaya mengamalkan agama mereka. Mereka patuh mengulang doa hafalan lima kali sehari.
Selain agama Islam, spiritisme (kepercayaan pada roh-roh halus yang menyertakan ilmu gaib dan guna-guna) juga tersebar luas di antara masyarakat Tajik.
Apakah yang mereka butuhkan?
Tajik banyak mengalami perang dan percekcokkan dalam komunitas mereka. Tanah mereka terus-menerus diinvasi selama berabad-abad oleh Arab, Yunani, Mongol, Persia, Turki, Rusia, dan Inggris.
Sangat sulit untuk menerobos agama Islam. Pertobatan menjadi Kristen akan membuat mereka "dilempar" dari keluarga mereka. Karena itu orang-orang Tajik, meski hangat dan ramah, menjadi semakin takut terhadap orang asing.
Orang Tajik berbahasa Persia "Dari", sebuah bahasa yang berasal dari Raja Darius (disebutkan dalam Kitab Daniel). Sayangnya, hanya sekitar 10% dari seluruh orang Tajik yang bisa membaca.
Pokok Doa
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Alamat URL | : | http://www.joshuaproject/peopctry.php |
Sumber | : | e-JEMMi 9/2008 |
Daerah yang "Terhilang dan Terlupakan" oleh Dunia
Selama berabad-abad, Tibet laksana dunia yang "hilang". Pegunungan Himalaya yang tinggi itu bagaikan pagar yang mengelilingi. Apalagi pemimpin-pemimpin Tibet melarang orang datang ke situ, kecuali beberapa pedagang dari negara tetangga.
Luas | : | 1.222.000 Km2 |
Letak | : | Di pegunungan Himalaya |
Jumlah Penduduk | : | 2,6 juta yang tinggal di daerah otonomi di RRC, 3,2 juta tercerai berai di negara RRC dan India Utara |
Tiga rumpun Tibet | : | 1. Orang Khamba, 2. Orang Lhasa, 3. Orang Amdo |
Ibu Kota | : | Lhasa |
Agama | : | Buddha Lama |
Mengingat pemimpin-pemimpin Buddha adalah juga pemimpin negara, Tibet disebut juga negara teokrasi. Para pejabat dan pendeta-pendeta Buddha diperlakukan seperti kaum bangsawan, sedangkan rakyat biasa dianggap hamba atau budak. Mereka harus menjulurkan lidah mereka bila bertemu dengan bangsawan sebagai bukti bahwa diri mereka tidak membawa sial.
Beribu anak laki-laki sejak berusia lima tahun sudah masuk ke biara untuk dididik menjadi rahib dan memelajari kitab-kitab Buddha. Mereka berada di bawah disiplin yang kuat.
Dalai Lama, artinya "lautan kebijaksanaan", adalah pendeta atau Lama yang tertinggi. Dia dianggap sebagai dewa sekaligus raja dan tinggal di sebuah istana yang sangat indah yang disebut Potala, di ibukota Lhasa. Dalai Lama yang sekarang adalah Tenzin Gyatsolhari yang lahir pada tahun 1935 di sebuah rumah petani yang sederhana, ratusan kilometer jauhnya dari Lhasa. Orang Tibet percaya bahwa jika seorang Dalai Lama meninggal dunia, rohnya dilahirkan kembali dalam seorang bayi yang baru lahir. Sebab itu, begitu seorang Dalai Lama meninggal, mereka mencari penggantinya, seorang bayi yang lahir delapan belas bulan setelah kematiannya.
Sesudah dinobatkan di Potala, seorang Dalai Lama mulai belajar agama. Dia tidak meninggalkan Potala kecuali bila mengunjungi biara Buddha yang lain. Karena itu, ia harus menggunakan teropong untuk melihat apa yang terjadi di luar istananya. Dengan teropongnya, ia dapat melihat peziarah-peziarah di luar yang berulang-ulang membungkuk, juga pembantu-pembantu perempuan kecil yang mengangkat kayu dan air, begitu pula pegawai berpakaian bagus yang datang berkuda ke Potala.
Pada tahun 1950 tentara Cina menyerbu Tibet. Selama beberapa tahun Dalai Lama terpaksa melarikan diri ke India dan menetap di sana. Saat itu ribuan orang Tibet dibunuh oleh tentara Cina dan ribuan lagi melarikan diri ke India dan Nepal. Biara-biara Buddha dibakar dan dimusnahkan bersama-sama dengan kitab-kitab suci Buddha kuno. Kemudian pemerintahan komunis dibentuk. Orang Tibet masih bergumul dengan peristiwa ini. Ada yang masih berpegang pada kepercayaan lama, tetapi ada juga orang Tibet yang berbaur dengan bangsa lain dan hampir kehilangan identitas diri mereka sebagai orang Tibet.
TAHUKAH ANDA?
Bangsa Tibet tinggal di "atap dunia" di pegunungan Himalaya yang berada lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut. Mereka percaya bahwa gunung-gunung adalah kampung halaman para dewa mereka.
Untuk menunjukkan tanda kesopanan dalam menyambut tamu, orang Tibet akan menjulurkan lidahnya.
Ada kurang lebih 1.780 kuil Buddha Lama dan 46.000 biksu di daerah otonom Tibet.
Pada 1922 Injil belum diterima sama sekali di antara rumpun Amdo. Tetapi sejak 1986 sudah ada beberapa gereja sel di antara mereka.
DOAKAN ORANG-ORANG TIBET
Bahan diambil dan diedit dari sumber: | ||
Judul buletin | : | Buletin Terang Lintas Budaya, Edisi 58, 2004 |
Penerbit | : | YPI Indonesia |
Halaman | : | 4 - 6 |
Situs | : | http://www.wec-indo.org/ |
KESAKSIAN SEORANG GEMBALA TIBET
Laksana es, angin Utara menghalangi kunjungan ke tenda seorang teman yang mengundang saya. Namun, saya terus berjalan. Tutup kepala dari kulit yak saya tarik ke bawah untuk melindungi dari badai salju.
Akhirnya, saya bisa masuk ke tenda teman saya. Sungguh menyenangkan rasanya ketika menikmati kehangatan dari api pemanas di tempat tinggalnya. Saya dipersilakan masuk dan melihat suasana yang berbeda dengan tenda-tenda Tibet pada umumnya. Orang-orang yang duduk mengelilingi api tampak tenang dan tidak berbicara dengan suara keras.
Walaupun tidak begitu terang, saya bisa melihat bahwa di sini tidak ada rosario Tibet. Nenek tidak mengatur rambut sesuai dengan kitab-kitab suci. Teman saya tidak mengucapkan mantra demi mantra. Istri teman saya memberi teh Tibet dengan mentega yak sambil memakai pakaian sukacita seperti hendak pergi ke perlombaan kuda. Saya bertanya dalam hati, mengapa dia tampak begitu bersukacita?
Di tempat kehormatan duduk seorang asing dengan wajah yang tidak berbeda dengan orang Tibet. Walaupun demikian, dia kelihatan merasa kerasan di sini dan menikmati persekutuan di tenda.
Tidak lama kemudian orang asing itu bersuara dan menceritakan, "Akulah gembala yang baik .... Bapaku adalah Gembala Utama ...." Waktu dia masih berbicara, istri teman saya menangis dan berkata "Oh, Tuhan! Ampunilah saya karena saya tidak menghargai Engkau sebagai Gembala Utama." Saya mulai bingung. Hati saya tertarik dengan cerita yang belum pernah saya dengar ini. Saya ingin kenal Gembala Utama ini. Saya pun mengulurkan tangan kepada orang asing itu.
Tangan ini telah rajin bekerja selama bertahun-tahun untuk mendapat hidup yang kekal. Pada hari ini ia menemukan apa yang dicarinya seumur hidup. Hari ini ada tangan lain yang memegang dan mengasihi dia yang tidak akan melepaskannya lagi. Gembala Tibet sudah bertemu dengan Gembala Utama dan orang asing itu mendapat seorang saudara lagi.
TIGA RUMPUN TIBET
1. Orang Tibet Khamba
Kelompok ini merupakan kelompok penutur bahasa Tibet terbesar yang tinggal di daerah Tibet Timur. Daerah ini sangat terisolasi dari dunia karena wilayah pegunungan yang tinggi. Ditambah dengan pengawasan dari pemerintah RRC, biksu-biksu Tibet yang hidup di sejumlah kuil di sana menjadi kurang terdidik. Beberapa tahun yang lalu daerah ini mengalami musibah badai salju yang membunuh banyak orang dan ternak, khususnya yak, binatang besar yang menjadi sumber makanan, susu dan penghasilan mereka.
2. Orang Tibet Amdo
Orang Tibet ini tinggal di provinsi-provinsi yang berbatasan dengan RRC. Kebanyakan mereka hidup secara nomaden dengan memelihara yak. Walaupun ada orang Kristen Tionghoa di daerah ini, orang Tibet Amdo masih belum terjangkau dengan Kabar Baik karena mereka sangat terikat agama Buddha Tibet. Selain itu, banyak di antara mereka yang kecanduan minuman keras.
3. Orang Tibet Lhasa
Kelompok Tibet ini tinggal di Lhasa, ibu kota Tibet, dan daerah pegunungan di Barat. Pada abad ke-18 sejumlah misionaris datang ke sana. Walaupun mereka tinggal di sana, tidak ada gereja yang bisa berdiri di Lhasa. Penginjilan tidak diizinkan dan para penginjil mengalami penganiayaan dan pengusiran.
Bahan diambil dan diedit dari sumber: | ||
Judul buletin | : | Buletin Terang Lintas Budaya, Edisi 44, 2001 |
Penerbit | : | YPI Indonesia |
Halaman | : | 4 - 5 |
Situs | : | http://www.wec-indo.org/ |
Sumber | : | e-JEMMi 21/2006 |
Ketika Paulus menaati panggilan Allah lewat orang Makedonia untuk membawa Injil ke benua Eropa, Yunani menjadi negara pertama yang mendapatkan Kabar Baik. Lima kitab di PB ditulis kepada orang Yunani, yaitu l dan 2 Korintus, surat Filipi, dan 1 dan 2 Tesalonika. Hasil pelayanan Rasul Paulus di tempat lahirnya demokrasi ini luar biasa. Di beberapa kota gereja berdiri dan menjadi kuat.
Tetapi sesudah itu ada banyak perubahan. Ketika orang Turki memerintah selama berabad-abad di situ, gereja Ortodoks mulai mengembangkan suatu tradisi dan teologi yang kuat yang dapat menahan agama Islam yang ingin berakar di Eropa. Tetapi lama-kelamaan gereja ini menjadi suatu gereja tradisional yang kurang menghayati firman Tuhan.
Bekas Ladang Misi Rasul Paulus
Luasnya | : | 133.000 km2 |
Ibukota | : | Athena |
Jumlah penduduk | : | 10.375.000 |
Suku Bangsa | : | |
Orang Yunani | : | 90,8 % |
Suku minoritas yang sudah berintegrasi dengan orang Yunani: 4 %
Pendatang dan Pengungsi: 5,2 %
Agama:
Pelayanan WEC:
Agama masa kini
Gereja Ortodoks sudah menjadi bagian integral dari kebudayaan Yunani. Seorang Yunani harus menjadi anggota gereja tersebut. Kekristenan dikaitkan dengan gereja Ortodoks dan Injil tidak dapat dipikirkan di luar gereja ini. Kondisi ini mendominasi kehidupan beragama di Eropa Selatan. Semua agama yang bukan Ortodoks merupakan sekte atau bidah bagi rakyat biasa. Biasanya dikatakan: "Kita pintar, kita memiliki filsuf yang kuat seperti Plato dan Aristoteles dan Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani. Itu berarti kita memiliki kebenaran". Oleh karena itu, gereja Protestan dicurigai.
Walaupun ada orang Kristen yang kuat di gereja Ortodoks, mayoritas anggota gereja hanyalah orang-orang Kristen tradisi dan tidak memiliki relasi yang dekat dengan Allah atau Putra-Nya. Banyak orang Yunani tidak percaya bahwa keselamatan merupakan anugerah karena iman kepada Yesus Kristus, melainkan mereka yakin pengampunan dosa diberi ketika dibaptis sebagai anak. Walaupun mengikuti kebaktian, mereka tetap kurang memahami siapakah Yesus Kristus sebenarnya. Di dalam situasi sangat sulit ini, Roh Kudus bekerja. Misalnya, tahun yang lalu 200 orang Kristen dari 26 negara datang ke Yunani untuk membagikan sekitar 30.000 traktat dan bacaan Kristen selama 10 hari di 35 pulau. Di antara peserta ini ada 55 orang asal Yunani yang lahir baru. Kerja sama mereka dan kesatuan tim sangat mengesankan semua orang. Tuhan sendiri mempertemukan salah satu tim dengan pemimpin gereja Ortodoks yang memberi kesempatan untuk menyampaikan pujian di gerejanya.
Pelayanan WEC
Oleh karena situasi seperti ini, pada tahun 1989 dan 1992 ada dua keluarga yang diutus sebagai misionaris ke Yunani. Mereka mengalami banyak kesulitan untuk bertahan di Yunani, sampai beberapa kali mereka harus ke luar dan masuk lagi. Sejak tahun 1996, WEC bekerja sama dengan European Christian Mission. Sesudah belajar bahasa Yunani yang cukup rumit berikut adat istiadatnya, tenaga WEC ditempatkan di gereja-gereja injili di utara untuk mencari domba lagi yang sudah disiapkan oleh Tuhan sebelumnya. Penginjilan mengalami satu kemajuan besar pada tahun 2000 di mana 16 gembala dari Thessaloniki dituduh membuka gereja secara ilegal. Oleh karena pemerintah dan rakyat negara Eropa yang lain yang sangat toleran menekan negara Yunani, pendeta-pendeta itu dibebaskan dan diizinkan melanjutkan pelayanan mereka. Lewat pergumulan dan tantangan seperti itu, orang Kristen sungguh-sungguh semakin berani untuk menyaksikan Injil.
Tanpa musik, hati seorang Yunani tidak bisa terbuka. Itu sebabnya WEC membuka tim musik, pelayanan pemuda dan pencandu narkoba, pemahaman Alkitab, serta konseling. Penginjilan yang paling berhasil adalah melalui persahabatan. Jika mau menyaksikan Kabar Baik kepada orang Barat, kita perlu sabar, tabah, dan dekat dengan Tuhan karena dengan kekuatan kita sendiri pintu hati orang Eropa tidak bisa dibuka. Yunani membutuhkan orang percaya yang kuat dan sabar dalam menantikan campur tangan Tuhan. Siapa yang mau membantu pelayanan sebagai misionaris di negara ini?
Pokok Doa
Sumber diambil dan diedit seperlunya dari: | ||
Nama buletin | : | Terang Lintas Budaya, Edisi 69, 2007 |
Halaman | : | 4 -- 6 |
Sumber | : | e-JEMMi 17/2007 |
"Han hanh duoc gap" (Saya senang bertemu dengan Anda) diungkapkan Pak Nai dengan senyum waktu dia menjemput saya di bandara Hanoi. "Mari kita segera melanjutkan perjalanan, jika Bapak tidak terlalu capek." Segera saya diantar ke sebuah mobil yang sangat tua dan kamipun berangkat. Tidak lama kemudian kami sudah meninggalkan kota Hanoi dan saya dapat menikmati pemandangan yang indah.
Luas | : | 331.653 Km2 |
Jumlah penduduk | : | 85.764.274 jiwa |
Ibukota | : | Hanoi |
Suku bangsa | : | Vietnam (86.9 persen), Mon-Khmer (4.1 persen), ThaiDai (4.8 persen), Hmong-Mien (1.6 persen), Sino-Tibet (1.6 persen), Malayo-Polinesia (1 persen) |
Bahasa resmi | : | Bahasa Vietnam |
Agama | : | Buddha (54.14 persen), Atheis (21.80 persen), Agama suku (8.10 persen), Roma Khatolik (6.46 persen), Protestan 1.70 (persen), Cao Dai/Hoa Hao (5.60 persen), Tionghoa (1.10 persen), Islam (0.70 persen), Baha'i (0.40 persen) |
Sawah demi sawah sangat menyenangkan hati saya. Luar biasa! Orang Vietnam memang tidak bisa dipisahkan dari beras. Negara di wilayah Asia ini merupakan negara produsen beras terbesar kedua. Petani di sini sangat rajin. Walaupun demikian masih ada lebih dari 10% tenaga kerja yang menganggur, seperti diutarakan pak Nai, "Termasuk keponakan-keponakan saya yang sudah sarjana". Saya mengamat-amati walaupun ekonomi setelah tahun 90-an sangat berkembang, namun daerah pedesaan masih sangat miskin.
Saya diantar ke daerah pegunungan. Kami hendak mengunjungi orang Montagnards yang tinggal di sana. Pak Nai yang tadi menjemput saya di Hanoi adalah salah satu dari kelompok ini. Dia menjelaskan kepada saya bahwa orang Montagnards terdiri dari suku Ede, Jarai, Koho, Mnong, Stieng, dll..
"Dahulu nenek moyang kami hidup sebagai nomad. Mereka membakar ladang dan jika tidak subur lagi maka mereka akan pindah dan membakar hutan yang lain serta membuka sawah di tempat baru. Banyak dari mereka yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus. Dahulu mereka sering sekali dianiaya dan dibunuh oleh karena percaya kepada Allah. Pada zaman pemerintahan komunis tidak ada orang di Vietnam yang boleh beragama. Saya sendiri sebagai gembala dan pemimpin sudah beberapa kali dipenjarakan, dibawa ke kamp-kamp untuk bekerja di sana, tetapi saya tidak putus asa. Saya tetap percaya dan bersaksi bahwa Kristus adalah Juru Selamat satu-satunya. Bukan hanya saya saja yang tabah, banyak yang lain juga. Makin ditekan dan makin dianiaya, kami makin kuat. Gereja di antara orang Montagnards tidak bisa dicabut dari Vietnam ini. Kami tetap percaya."
Sesudah 3 jam perjalanan, kami sampai ke rumah Pak Nai. Matahari sudah terbenam dan kami baru selesai makan ketika ada tamu yang datang. Sebenarnya bukan tamu melainkan saudara seiman yang mau ikut persekutuan untuk mendengarkan Firman Tuhan serta menyambut saya. Belum sempat tamu yang pertama duduk, sudah disusul kedatangan tamu berikutnya sampai akhirnya ruang tamu Pak Nai penuh dengan "tamu" atau orang Kristen. Kami memuji Tuhan dan menyaksikan anugerah Tuhan dengan mencurahkan air mata, walaupun menghadapi tekanan kuat tetapi sukacita sorgawi lebih besar. Saya sangat terharu melihat orang Kristen di sini yang berani membayar harga oleh karena mereka telah ditebus dengan harga yang mahal juga.
Keesokan harinya saya cepat-cepat diantar oleh Pak Nai karena situasi di desa mulai berbahaya. Kami memutuskan untuk mengunjungi orang Vietnam lainnya yang banyak tinggal di kota. Saya senang sekali mendengar bahwa mereka juga mengenal Kristus dan menyaksikan Kabar Baik. Teladan orang Kristen di sini sangat menantang saya untuk tidak mengeluh, jika saya mengalami pergumulan dan tekanan. Tuhan tetap sama dan Dia memampukan bukan hanya orang Kristen Vietnam, melainkan kita semua.
SEJARAH
Pada tahun 5.000 sampai 3.000 sebelum Masehi sudah ada orang yang tinggal di tepi sungai Mekong. Dari abad ke-2 sebelum Masehi sampai ke-10 sesudah Masehi Vietnam dihuni oleh orang Tionghoa. Keluarga Rajani Li (1010 -- 1225) merupakan pemerintah asli Vietnam yang sulit dikendalikan oleh Tiongkok. Keluarga Rajani demi Rajani duduk di takhta kerajaan Vietnam sampai negara ini dikuasai oleh Perancis pada tahun 1858. Walaupun Vietnam berhasil mengusir para penjajah, namun mereka tidak diizinkan menikmati kemerdekaan yang telah diperjuangkan. Negara Vietnam dibagi menjadi dua yaitu bagian Utara yang masih di bawah komunis dan daerah Selatan yang sudah bebas. Para gerilyawan dari Utara mencoba memasuki Vietnam Selatan, dan mulai tahun 1954 melawan Perancis, Vietnam Selatan, Amerika serta sekutunya yang terdiri dari negara-negara yang bertetangga dengan Vietnam. Akhirnya pada tahun 1975 Vietnam Utara mengalahkan Vietnam Selatan. Sampai sekarang partai Komunis masih mengontrol sistem pemerintahan dan ekonomi.
AGAMA KRISTEN
Misionaris Katolik merupakan orang pertama yang datang ke Vietnam pada tahun 1580. Selama 50 tahun pertama ada 130.000 orang yang dibaptis. Pada tahun 1880-an ada berita bahwa ada 90.000 orang Katolik dibunuh, karena itu negara Perancis mengambil alih kuasa di sana dengan dalih ingin "melindungi" pemeluk Katolik. Tetapi sebenarnya alasan utama mereka adalah keinginan untuk menjajah negara Vietnam.
Baru tahun 1911 pemerintah Perancis mengizinkan misionaris Protestan masuk ke daerah penjajahan mereka. Akibat peperangan, bagian Utara kurang diinjili daripada bagian Selatan, oleh karena selama lebih kurang 50 tahun tidak ada pekabar Injil yang diizinkan masuk ke Utara. Di bagian Selatan para misionaris diusir setelah tahun 1975. Masih ada beberapa suku yang terabaikan.
TAHUKAH ANDA
Nama Vietnam ditentukan oleh raja Gia Long pada tahun 1802: Nam Viet, artinya: Viet sesuai dengan suku yang terbesar di negara Asia dan S (dalam bahasa setempat huruf S artinya Nam) sesuai bentuk negara di peta dunia. Pada tahun 1994 pemerintah Vietnam mengizinkan pencetakan Alkitab dalam bahasa Vietnam, sekaligus sebuah sekolah Alkitab yang dibuka di kota Da Nang.
Makanan favorit orang Vietnam adalah Nuoc mam, yaitu sup ikan yang cukup pedas.
Ada 3 tanggal merah yang terpenting yaitu:
Sumber diambil dari: | ||
Nama Buletin | : | Buletin Terang Lintas Budaya, Edisi 61/2005 |
Halaman | : | 4 - 6 |
Sumber | : | e-JEMMi 04/2006 |
Mongolia! Sebuah nama yang mengingatkan kita kepada Jengis Khan dengan pasukan Mongolnya yang berhasil menguasai Asia Tengah sampai Eropa di abad ke-13, serta menaklukkan dan membinasakan segala aral rintangnya.
Luas | : | 1.565.000 km2 |
Jumlah penduduk | : | 2.662.000 jiwa |
Ibukota | : | Ulan Bator |
Suku bangsa | : | Orang Mongol (1.6 persen), Rumpun Turki (6.6 persen), Minoritas pribumi (Cina, Rusia, dan Evenki) (1.8 persen), Orang asing (Barat, Korea, Jepang, dll.) (0.3 persen) |
Budaya | : | Nomad |
Agama | : | Tidak beragama (41.59 persen), Shamanisme (31.20 persen), Buddha Dalai Lama (22.50 persen), Islam (4.00 persen), Kristen (0.71 persen) |
LETAK
Berbatasan dengan negara-negara persemakmuran di sebelah utara dan Cina di sebelah selatan, Mongolia merupakan suatu dataran terpencil dengan pegunungan tinggi yang menakjubkan, danau besar, padang gurun dan padang rumput berbukit luas, ribuan mil jauhnya dari kepulauan lainnya.
PENDUDUK
Sepertiga dari negara yang berpopulasi 2.662.000 jiwa ini menetap di ibu kota Ulan Bator. Sedangkan di pedesaan kebanyakan penduduknya yang hidup nomaden tinggal di gher (tenda) di mana mereka menempuh perjalanan jarak jauh dengan kuda sambil menuntun sekawanan domba dan sapi.
SEJARAH
Tidak lama sesudah Jengis Khan meninggal pada abad ke-14, kerajaan Mongol jatuh dan dikuasai Cina. Pada tahun 1921, orang Mongol mendeklarasikan kemerdekaan negara mereka dari kekuasaan Manchu dan Cina. Revolusi itu didukung oleh pasukan dari Uni Soviet dan pada 1924, Mongolia dijadikan republik yang dipimpin oleh partai komunis. Hampir selama 70 tahun sejak revolusi rakyat di tahun 1921 ketika partai komunis mengumumkan rezim barunya, Mongolia mengikuti politik kebijaksanaan Rusia lama. Keuntungan besar diraih dari bantuan industri dan pendidikan ala barat. Sejak tahun 1966, Mongolia bersekutu dengan Uni Soviet untuk melawan RRC. Oleh karena itu, orang Mongol dan Cina bertengkar tentang perbatasan mereka. Komunisme di Mongolia ditolak pada tahun 1990 dan demokrasi multi- partai didirikan melalui undang-undang 1992. Dalam pemilihan berikutnya partai komunis yang telah diperbaharui mendapat kemenangan besar.
AGAMA
Sejak abad 20-an yang lalu agama tidak diizinkan. Agama Buddha tradisional lenyap dari pandangan. Negara ini kemudian mengasingkan diri dari dunia luar pada umumnya, walaupun selama ratusan tahun shamanisme dan agama non-Kristen mendominasi Mongolia. Sebelum tahun 1921, Mongolia terkenal sebagai salah satu negara agama yang kuat. Saat ini ada lebih dari 2.000 vihara dan kira-kira 60% dari total popularitas pria adalah biksu. Hasil tuaian misionaris pada waktu itu sangat sedikit.
Seorang misionaris dari Inggris yang antara 1878-1898 melayani di negara Asia ini, selama 20 tahun tidak pernah bertemu dengan orang Mongol yang tertarik untuk menjadi Kristen. Sampai tahun 1923, ketika semua misionaris harus meninggalkan negara Mongolia, hanya beberapa saja yang lahir baru.
MASA KINI
Situasi politik sangat sulit sehingga banyak orang kehilangan orientasi untuk kehidupan mereka. Data statistik menunjukkan angka kejahatan, kemiskinan, dan pengangguran disertai dengan kekacauan ekonomi dan kekurangan bahan untuk industri yang terus meningkat. Sejalan dengan semua ini terbersit pula keinginan untuk bangkit kembali pada tradisi kuno yang ditandai dengan mulai diaktifkannya kembali tradisi agama non-Kristen.
INJIL
Orang-orang Mongol mencari norma-norma hidup yang baru. Ketika negara ini mulai terbuka untuk dunia luar, sedikit sekali dijumpai orang-orang Kristen. Saat ini, untuk pertama kali dalam sejarah gereja Kristen, telah berdiri gereja di Mongolia. Sudah ada beberapa gereja di ibu kota, tetapi di daerah-daerah masih ada ratusan desa yang tidak memilik kesaksian orang Kristen.
Film Yesus merupakan sebuah alat yang luar biasa untuk pemberitaan Injil. Film ini pertama kali diputar di Ulan Bator di depan 300 anggota parlemen. Pada waktu itu pemimpin dari 12 provinsi lain juga meminta agar film ini diputar di daerah mereka, bahkan mereka meminta agar di setiap basis militer di Mongolia, film Yesus diizinkan untuk ditonton. Dengan demikian, ratusan orang telah menonton film tentang Juru Selamat dunia. Sayang sekali negara ini tidak hanya terbuka untuk Injil melainkan juga untuk sekte-sekte. Banyak orang Mongol disesatkan oleh karena tidak mengetahui Alkitab dengan baik dan para pemimpin gereja kurang terdidik di dalam teologi, sehingga ada banyak perselisihan di sana.
Mari kita bersatu dalam doa agar gereja di Mongolia dapat bersatu dan mempertahankan vitalitas dan misi bagi kemuliaan dan kedewasaan iman serta pengetahuan akan Tuhan.
POKOK DOA:
Sumber diedit dari: | ||
Judul | : | Terang Lintas Budaya, 2005 |
Sumber | : | e-JEMMi 13/2006 |
Suku Herero (dengan populasi kira-kira 100.000) mendiami bagian tengah dan Timur Namibia, Afrika -- sebuah negara dengan mata pencaharian utama dari peternakan, terkenal dengan para wanitanya yang senang menggunakan hiasan kepala dengan bentuk tanduk sapi (mungkin seperti yang digunakan orang Minangkabau - Red.) dan gaun panjang bergaya Victoria yang diperkenalkan oleh seorang misionaris Jerman pada tahun 1800-an -- suku ini juga kuat memelihara tradisi. Saat ini mereka menggabungkan dogma Kristen dengan penyembahan kepada roh leluhur dan upacara mistis.
Sejarah
Suku Herero sudah berada di Namibia selama lebih dari 350 tahun. Pendirian bangsa Herero bersumber dari cerita tentang dua bersaudara yang berpisah di sebuah pohon penunjuk setelah meninggalkan "sebuah negara yang memiliki banyak gunung". Pada tahun 1800-an mereka bermigrasi ke Selatan, meninggalkan suku Himba dan Tjimba di belakangnya. Mereka menjadi salah satu bangsa yang ditakuti dan suka berperang. Nama mereka berasal dari Okuhera yang berarti 'melempar sebuah "assengai" (senjata khas Afrika)'. Namun demikian, sejarah mencatat betapa budaya mereka telah ditindas dan tanah mereka dirampas. Ditambah dengan fakta bahwa jumlah mereka menurun sangat drastis pada awal 1900-an oleh kekejaman bala tentara Jerman yang membantai mereka. Perang ini memaksa mereka lari masuk ke bagian paling tidak ramah dari gurun pasir Kalahari, Namibia juga di negara Botswana di mana kebanyakan dari mereka tinggal sampai sekarang.
Kehidupan Keseharian
Sampai saat ini, beternak tetap merupakan mata pencaharian utama orang Herero -- pagar-pagar kandang kayu untuk ternak mereka masih tetap menjadi pusat kegiatan di tiap desa mereka. Para penutur bahasa Bantu ini hidup dari peternakan produsen daging dan susu. Harga diri dan status mereka diukur dari ukuran peternakan mereka. Sumber utama makanan mereka adalah omaere atau yoghurt. Setiap sore mereka memasukkan susu segar ke dalam sebuah wadah untuk disimpan. Kepala keluarga harus mencicipi rasa omaere pada keesokan paginya sebelum para wanita dan anak-anak dapat meminumnya. Hal yang unik dari kebudayaan wilayah Selatan Afrika ini adalah setiap identitas orang Herero dijabarkan secara terperinci melalui sistem kepercayaan dan kepemilikan baik dari garis keturunan ayah maupun ibu. Garis keturunan ayah akan menentukan tempat tinggal, agama, dan kekuasaan. Garis keturunan ibu menentukan status ekonomi dan warisan.
Puisi, musik, cerita dan tarian tradisional tetap menjadi bagian yang penting dari budaya lisan mereka. Temanya sering kali diambil dari cerita kejayaan di masa yang lalu, ucapan syukur bagi desa, peternakan, atau nasihat-nasihat.
Orang Herero terkenal dengan para wanitanya yang berpakaian gaya Victoria dan hiasan kepala yang unik. Gaun panjang istimewa mereka terdiri dari banyak bagian lapisan kain tenunan tebal. Tutup kepala mereka berupa kain tenun yang digulung sehingga datar, tutup kepala dengan bentuk tanduk sapi melambangkan pentingnya peternakan. Festival tahunan Maherero adalah ajang bagi para wanita untuk memamerkan pakaian indah mereka. Kerajinan tangan mereka meliputi produk dari kulit, keranjang anyaman, dan boneka warna-warni yang berpakaian gaya Victoria.
Kepercayaan
Orang Herero menunjukkan banyak pengaruh dari misionaris zaman dahulu. Pada tahun 1800-an misionaris Jerman berhasil memperkenalkan pakaian bergaya Victoria setelah terkejut dengan orang Herero yang setengah telanjang. Saat ini mereka mengombinasikan dogma Kristen dengan penyembahan roh nenek moyang dan upacara mistis. Penyembahan kepada roh nenek moyang, seperti berkonsultasi dengan roh leluhur saat menghadapi masalah, lebih kuat daripada kekristenan. Kadang-kadang ada tempat khusus ditandai dengan batu, yang menuntut Anda untuk memberikan salam kepada roh yang mendiaminya sebelum lewat. Pada sore hari di sepanjang wilayah Okuruo, lewat api suci yang tidak pernah padam, kepala keluarga menghubungi roh leluhur lewat percakapan yang disampaikan keras-keras untuk mendapat nasihat, pertolongan atau untuk mengakui kesalahan atau kejahatan.
Orang Herero percaya pada penguasa tertinggi yang disebut Omukuru, 'yang maha besar'. Dialah allah surgawi yang mereka tunjuk sebagai pencipta makhluk hidup dan yang memberkati kehidupan. Ia hanya memberikan kebaikan tanpa tuntutan atau kekuatan secara moral. Ia dielu-elukan dan disyukuri tanpa rasa takut. Mereka berdoa kepadanya hanya ketika ada sesuatu yang berjalan tidak baik.
Ringkasan
penginjilan bagi orang Herero diperlukan guna menyampaikan dengan jelas isi Injil yang sesungguhnya ke dalam bahasa hati mereka. Banyaknya ajaran dan dogma kekristenan yang digabungkan dengan tradisi dan upacara kuno memberikan sebuah tantangan bagi para hamba Tuhan. Mereka membutuhkan Allah, Sang Penuai untuk mengirimkan para pekerja. Tidak ada gereja injili di antara mereka sedangkan pengaruh penginjilan pun sangat sedikit. Mereka adalah orang-orang yang terabaikan. Apakah Anda mau menolong mereka untuk mengenal Yesus?
Pokok Doa
Diterjemahkan dari: | ||
Judul asli | : | Herero of Namibia |
Penulis artikel | : | tidak dicantumkan |
Alamat situs | : | http://www.forgottenpeoples.info/herero/her_o.htm |
Orang Mbalantu (dengan populasi kira-kira 40.000) yang menetap dibagian Utara -- Tengah Namibia, Afrika -- salah satu dari tujuh suku bangsa Owambo (Ovombo) -- adalah masyarakat peternak dan petani,kebanyakan hidup terisolasi. Sayang sekali mereka tidak terisolasi dari kecanduan alkohol, HIV/AIDS, dan keputusasaan. Upacara adat penyembahan kepada roh nenek moyang, ramalan, dan ritual upacara gaib masih dipraktikkan. Kekristenan yang kosong dan dogmatis hanyalah sebuah penanda pekerjaan para misionaris zaman dahulu. Ada banyak kebingungan dan penolakan kuat terhadap Injil di sini.
Sejarah
Masyarakat Owambo (Ovambo) bermigrasi dari bagian tengah Afrika Timur, menetap di Utara Namibia dan Selatan Anggola pada pertengahan abad ke-16. Suku bangsa Owambo (Ovambo) terdiri dari beberapa suku. Saat ini, beberapa suku masih tetap ada, namun secara umum semuanya dapat dikategorikan menjadi tujuh suku, yaitu Kwanyama, Ndonga, Kwambi, Ngandjera, Mbalanhu (Mbalantu), Kwaluudhi, dan Eunda/Nkolonkadhi. Masyarakat Owambo ini mewakili kira-kira setengah dari jumlah populasi yang ada di Namibia. Mereka berperan aktif dalam politik. Menderita di bawah pemerintahan kolonial dan politik apartheid, pada tahun 1960-an mereka adalah salah satu yang berperan dalam pendirian SWAPO (South West Africa People's Organization) sebagai kelompok pendukung anti kekerasan. Setelah pergumulan selama satu dekade, pada tahun 1990, Namibia mendapatkan kemerdekaannya dan memilih Sam Nujoma, seorang Owambo sebagai presiden pertama mereka.
Kehidupan Keseharian
Kebanyakan orang Mbalantu tinggal jauh dari jalur transportasi utama di Owamboland. Owamboland sendiri merupakan tanah yang datar, berpasir, dan terbelah dua oleh aliran air. Daerah bagian utara menerima lebih banyak hujan dan menjadi pendukung daerah dengan tanaman subtropis. Gandum, jagung, dan sorgum (sejenis gandum) merupakan bagian terbesar hasil bumi mereka. Mereka menambah hasil dari pertanian dan peternakan dengan memancing, berburu, dan mengumpulkan bahan makanan. Kolam dangkal (oshanas), yang merupakan ciri khas dari wilayah ini, merupakan tempat ideal untuk memancing. Kerajinan tangan tradisional termasuk di antaranya anyaman tembikar, alat tenun kayu, kayu dan tombak besi, pisau belati hias, boneka kesuburan, dan ekipa (kancing dari gading, simbol status seorang wanita atau keluarga kaya). Dengan warung-warung kecil dan pasar penjual bahan makanan yang banyak tersebar, mereka kemudian makin dikenal sebagai pedagang.
Suku Mbalantu memiliki logat (dialek) tersendiri yang tidak tertulis, tetapi sangat berhubungan dengan dialek lain yang sudah ditulis. Garis keturunan diambil dari pihak ibu. Hal ini menentukan warisan dan hak. Seorang pemimpin memegang kepemimpinan suku secara turun-temurun, meski pengambilan keputusan juga berdasarkan pertimbangan dewan atau orang-orang tua. Pentingnya peran komunitas dan tradisi terlihat dari pengaturan rumah-rumah mereka yang seperti labirin dengan lorong-lorong jalanan yang berpusat pada balai pertemuan dan api suci. Kebanyakan hidup mereka dihabiskan dan dibaktikan kepada komunitas. Anda dapat menemukan orang-orang makan dan minum dari tempat yang sama. Tari-tarian, upacara, berburu, memancing, dan lain-lain merupakan unsur-unsur dalam kehidupan mereka. Anak-anak dididik dan dibimbing oleh orang tua atau orang dewasa.
Agama
Orang Mbalantu percaya sifat manusia adalah tetap (konstan), karena itu pemeliharaan budaya tradisional dan praktik keagamaan sangat penting. Kalunga adalah dewa tertinggi mereka. Ia dipandang tidak banyak terlibat dalam kehidupan sehari-hari sehingga yang lebih dianggap penting adalah roh para leluhur dan takhyul. Kalunga dipercayai berwujud seorang laki-laki dan mengembara secara tak kelihatan di desa-desa. Beberapa cerita takhyul mereka berpusat pada kepercayaan ini. Onganga adalah suku bangsa peramal yang berhubungan dengan roh-roh dan juga ahli membuat obat-obatan dari tumbuh-tumbuhan. Sama seperti kebanyakan suku yang ada di Afrika, orang Mbalantu juga memelihara api suci (omulilo gwoshilongo) yang dibakar di tengah-tengah permukiman desa mereka.
Ringkasan
Lebih dari seabad yang lalu orang Mbalantu telah membuka diri kepada kekristenan. Akan tetapi, mereka tetap mempraktikkan penyembahan kepada roh leluhur, ramalan, dan upacara magis. Saat ini belum ada gereja di antara mereka dan pengaruh penginjilan pun sangat sedikit. Mereka adalah salah satu suku terabaikan. Maukah Anda membantu mereka mengenal Yesus?
Suara Anda mungkin adalah satu-satunya suara yang Allah dengar atas nama orang Mbalantu.
Melalui Alkitab kita mengetahui bahwa doa sangat efektif. Kita percaya dan tahu bahwa doa adalah langkah pertama dan yang terpenting dalam penaburan benih Injil. Kita berada di dalam rencana Allah yang luar biasa. Apa yang kita lakukan bukan untuk kerajaan kita, melainkan untuk kerajaan Allah. Doa Anda sangatlah penting. Karena kita adalah saluran kekuatan dan kasih Allah.
Mari bergabung dengan pekerjaan ini melalui doa!
"Tetapi demi Kristus, Tuhan kita, dan demi kasih Roh, aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, untuk bergumul bersama-sama dengan aku dalam doa kepada Allah untuk aku, supaya aku terpelihara dari orang-orang yang tidak taat di Yudea, dan supaya pelayananku untuk Yerusalem disambut dengan baik oleh orang-orang kudus di sana, agar aku yang dengan sukacita datang kepadamu oleh kehendak Allah, beroleh kesegaran bersama-sama dengan kamu." (Roma 15:30-32)
Pokok Doa Bagi Orang Mbalantu
Diterjemahkan dari: | ||
Judul asli | : | Mbalantu of Namibia |
Penulis artikel | : | tidak dicantumkan |
Alamat situs | : | http://www.forgottenpeoples.info/mbalantu/mbtu_o.htm |
Sumber | : | e-JEMMi 43/2006 |