Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat Korintus agar mereka mengejar kasih sebagai prioritas utama dalam kehidupan mereka sebagai umat yang percaya kepada Kristus (1 Korintus 14:1). Mengejar kasih merupakan tuntutan yang teramat penting bagi orang yang percaya kepada Kristus dari segala abad. Apa intisari dari kasih yang harus dikejar itu?
Karakter Gereja
Kasih adalah karakteristik orang percaya. Dengan kata lain kasih adalah spirit gereja. Tanpa kasih, kehidupan ini dijalani secara statis dan menuju kematian. Kasih itu menghidupkan yang lemah, yang tak berdaya, yang redup, yang patah semangat. Kasih membangkitkan gairah hidup. Kasih menyemangati kita untuk memuliakan Allah dan bersaksi tentang karya Kristus.
Berbicara tentang kasih kita mesti merujuk pada pengungkapan konsep kasih dalam Perjanjian Lama. Musa menulis tentang realitas kasih yang seharusnya hidup dalam hati umat Allah. "Janganlah engkau menuntut balas dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN" (Imamat 19:18). Dijelaskan di sini bahwa kasih Allah memberi dampak besar dalam hidup yang nyata dalam membentuk karakter umat pilihan Tuhan. Setiap orang yang mengasihi Allah tidak menuntut balas atau tidak menaruh dendam terhadap sesama. Ini semacam tuntutan ilahi bagi orang yang percaya kepada Allah.
Aspek lain dari kasih adalah harus berpusat kepada Tuhan Allah. Musa juga menulis supaya kasih kepada Allah memenuhi hati dan pikiran kita. "Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu" (Ulangan 6:5). Kasih kepada Allah (Yunani agapao) merupakan dasar dari hukum Kristus yang menonjol di dalam Kitab Injil dan surat-surat Paulus (Matius 13:38-39; 19:19; 22:39; Markus 12:31; Lukas 10:27; Roma 13:9; Galatia 5:14; Yakobus 2:8).
Kasih seharusnya menjadi prioritas utama dalam kehidupan orang percaya. Kita dikasihi Allah agar kita mengejar kasih itu untuk menjadi milik kita dan mempraktikkan dalam hidup yang nyata. Itu berarti ada tanggung jawab dari pihak kita, yaitu mengasihi Allah dan sesama kita sebagaimana Kristus telah mengasihi kita. Oleh karena itu, ambisi terbesar kita adalah mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan segenap kekuatan.
Kasih Kristus
Bukti kasih terbesar telah ditunjukkan oleh Sang Pencipta melalui tindakan kasih-Nya dalam pribadi Anak-Nya yang tunggal, yang penuh rahmat, yaitu Yesus Kristus. "Dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka" (Yohanes 17:26). "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16). Paulus menulis, "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa" (Roma 5:8). "Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya" (Yohanes 14:21). Bagian ini menekankan bahwa Allah memperlihatkan kasih-Nya kepada manusia melalui Yesus Kristus. Tanpa Dia, kasih-Nya tak akan mencapai manusia berdosa.
Dimensi Kasih dalam Komunitas
Kasih Allah yang telah kita miliki itu seharusnya berdampak pula dalam komunitas kita. Hal ini berarti dimensi dari kasih menentukan bagaimana sikap saya terhadap orang lain sama dengan sikap Allah terhadap diri saya, bahwa Allah mengasihi setiap orang dengan kasih yang kekal. "Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati" (2 Korintus 5:14).
"Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita" (Efesus 2:4); "dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah" (Efesus 3:19). "Dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah (Efesus 5:2).
Hasilnya adalah buah Roh. "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu" (Galatia 5:22-23). Dimensi kasih harus berkarya dalam komunitas orang yang percaya kepada Kristus. Ukurannya bahwa kita adalah murid Kristus jikalau kita saling mengasihi. Kasih dalam kehidupan kita merupakan buah Roh yang diperagakan oleh orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Dimensi kasih memiliki pengaruh yang kuat karena membuat kita saling mengasihi tanpa memandang latar belakang. Dimensi kasih berarti memberi tanpa menuntut balas budi.
Kejarlah Kasih
Kasih menekankan kualitas hidup yang berpusat kepada Allah yang membentuk karakter yang serupa dengan sifat Kristus. Hal ini membentuk karakter kita yang memuliakan Kristus dan yang membedakan kita dari dunia sekitar. Orang yang percaya rela dirugikan, tetapi tidak merugikan orang lain. Orang lain membalas, tetapi kita memilih untuk mengampuni.
Kasih merupakan ekspresi manusia baru yang bersumber dari hubungan kita dengan Yesus Kristus (2 Korintus 5:14). Kita telah mengalami kasih Kristus dan menularkannya bagi dunia.
Setiap orang yang mengasihi Allah dan sesama manusia merupakan peragaan tertinggi dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukkan mengalirnya buah Roh dalam hidupnya (Galatia 5:22).
Saling mengasihi dalam tubuh Kristus memenuhi hukum atau perintah Kristus (Yohanes 14:15). Orang Kristen yang tidak menampakkan buah Roh dalam hidupnya adalah orang yang maju dua langkah, tetapi mundur tiga langkah -- alias mati rohani. Karena itu sangat penting bagi kita untuk mengejar kasih sebagai prioritas tertinggi dalam pemetaan kehidupan kita, agar kasih Kristus menguasai kita dalam segala aspek kehidupan.
Diambil dari: | ||
Judul majalah | : | Kalam Hidup, Januari 2007 |
Penulis | : | Sos |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup |
Halaman | : | 17 -- 19 |