Saat itu tahun 1915, utusan Turki memasuki daerah komunitas Armenia di kota-kota Turki dengan membawa pengumuman sebagai berikut: "Pria, wanita, dan anak-anak keturunan Armenia bersiaplah untuk dideportasi -- kecuali jika kalian mau mengenakan nama Turki, menanggalkan iman Kristen kalian dan memeluk 'agama lain'."
Inilah awal gelombang pertama penganiayaan orang-orang Kristen di Turki. Motifnya sudah jelas. Winston Churchill di dalam bukunya, "The World Crisis, 1911 -- 1918", menulis, "Waktunya telah tiba membersihkan tanah Turki dari ras Kristen yang menghalangi semua ambisi bangsa Turki." Sejak abad ke-7, orang-orang Kristen Armenia telah menghadapi penganiayaan dari orang-orang Turki, tetapi penganiayaan terparah di tahun 1915 menarik perhatian dunia.
Seorang hamba Tuhan, seorang biarawan gereja Georgian Ortodox di Kayseri, adalah salah satu yang membayar harga yang sangat mahal karena tidak menyangkal Kristus. Berjalan berbaris bersama beberapa jemaat yang dikasihinya selama beberapa hari, tidak memunyai makanan dan minuman, biarawan tersebut dipukuli habis-habisan di hadapan jemaatnya. Jubah kependetaannya dirobek dari tubuhnya dan ia dicambuk layaknya hewan. Tentara yang menganiaya mengolok-ngoloknya, "Jadi kamu mau menjadi martir, ya? Ayo bicara! Apakah kamu siap menerima "Tuhan" kami?" Sebagai jawaban atas kebungkamannya, suara cambuk yang lain menggelegar.
Para tentara melanjutkan pelecehan mereka, "Jika kamu memang pintar, kamu akan mengatakan kepada orang-orang ini untuk menanggalkan agama palsu mereka." Sang biarawan menjawab dengan sisa kekuatannya, "Tidak, tidak akan pernah!" Ia berbalik menghadap jemaatnya dan berkata dengan tegas, "Tuhan Allah yang akan kita layani ... dan suara-Nya yang kita patuhi." Tubuh tak bernyawa sang biarawan ditemukan terikat pada sebuah batang pohon keesokan paginya.
Ratusan ribu orang Armenia tewas selama deportasi ketika mereka berjalan melewati padang gurun Syria. Kadang kala, kereta api digunakan untuk melindas mereka yang tewas dan dilemparkan di atas rel. Gadis-gadis Armenia dijual atau diambil oleh tentara demi kepentingan mereka.
Walaupun penderitaannya luar biasa, diperkirakan 90 persen orang Armenia menolak untuk menerima permintaan mereka dan menerima "agama lain". Banyak dari mereka yang selamat mengungsi ke bangsa-bangsa di mana mereka dapat dengan bebas mengikut Tuhan. Hari ini, di Turki ada sekitar lima ribu hamba Tuhan yang telah mengambil risiko mengikut Kristus. Semoga kesaksian teman sebangsa dapat mendorong orang-orang Kristen Turki dan kita untuk makin setia mengikut Tuhan dan mendengar apa yang dikatakan biarawan itu, "Suara-Nya yang kami patuhi."
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama buletin | : | KDP (Kasih Dalam Perbuatan), Edisi September -- Oktober 2008 |
Penulis | : | Tim KDP (Kasih Dalam Perbuatan) |
Penerbit | : | Yayasan Kasih Dalam Perbuatan Surabaya, 2008 |
Halaman | : | 12 |
Dipublikasikan di: http://kesaksian.sabda.org/orang_orang_kristen_armenia