Seperti pendeta Richard Wurmbrand, Isaac Feinstein adalah seorang Yahudi Rumania, seorang evangelis yang aktif dan perintis gereja. Ia juga menjabat sebagai editor pada sebuah majalah Kristen. Para rekan sekerja menggambarkan ia sebagai seorang yang berkhotbah dengan penuh semangat dan seorang penyanyi hebat yang mampu menarik banyak orang saat berkhotbah.
Feinstein berumur 37 tahun ketika Perang Dunia II pecah. Saat itu ia akan memimpin konferensi di Jassy, Rumania. Kota Jassy berada dalam keadaan gawat darurat. Kemudian ia mengunjungi temannya di Bucharest. Temannya menasehati ia supaya ia tidak kembali ke kota Jassy.
Feinstein tetap pada keputusannya kembali ke kota Jassy. "Tugas seorang gembala adalah mati bersama dombanya. Saya tahu mereka akan membunuh saya, tetapi saya tidak dapat meninggalkan saudara saya. Saya akan kembali ke Jassy."
Beberapa hari kemudian pembunuhan secara besar-besaran terjadi di Jassy. Istri Feinstein adalah seorang warga Swiss, ia menceritakan kepada anak-anaknya apa yang terjadi terhadap suaminya. Pada pagi hari, ada suara ketukan yang keras di depan pintu rumah mereka. Setelah dibukakan pintu, mereka masuk dan mengepung Feinstein kemudian menangkapnya. Seorang penangkapnya berkata, "Ia akan segera kembali."
Nyonya Feinstein mencium suaminya, kemudian suaminya dipaksa untuk berbaris. Feinstein berjalan dengan tenang ke depan dan dengan kepala tegak, kemudian ia berbalik mengucapkan selamat tinggal kepada istrinya.
Feinstein dibawa ke kantor polisi dan dikunci di ruangan bawah tanah dengan ratusan tawanan Yahudi lainnya. Ia mulai berkhotbah dan mengatakan bahwa mereka harus datang kepada Tuhan dan kekekalan. Khotbahnya telah menyentuh hati banyak orang dan banyak yang datang berbicara kepadanya secara pribadi.
Kemudian tentara Jerman turun ke ruangan tersebut dan ingin menembaki para tawanan, Feinstein menyapa mereka dalam bahasa Jerman dan memohon supaya kawan-kawannya dibiarkan hidup. Kemudian mereka pergi.
Keesokan paginya para tawanan dibawa masuk ke sebuah kereta api yang akan membawa mereka ke kamp tawanan. Sekitar 140 orang dimasukkan ke dalam kereta yang berkapasitas 40 orang. Mereka diikat dengan kuat sehingga sulit bernafas.
Seorang yang selamat kemudian menjelaskan apa yang terjadi: "Pintu, jendela, dan lubang semuanya ditutup rapat dan uap yang panas disemburkan dari bawah kereta. Kejadian tersebut sangat mengerikan. Banyak yang menjadi gila dan berteriak di dalam siksaan tersebut. Kereta tersebut menempuh perjalanan berjam-jam di tengah matahari yang menyengat."
Feinstein juga berada di dalam kereta tersebut. Saksi mata menceritakan bahwa ia mulai menyanyikan kitab Mazmur dengan suara yang tinggi dan wajahnya kelihatan seperti seorang malaikat. Ia meminta kepada tawanan yang lain untuk mencari keselamatan melalui darah Kristus sebelum terlambat. Kemudian ia jatuh ke lantai dan tertidur tidak pernah bangun lagi."
Sebanyak 6 orang selamat dalam perjalanan tersebut. Mereka dipaksa untuk menggali lubang yang sangat besar untuk menguburkan mereka yang meninggal. Mereka menggali kuburan yang lain untuk Feinstein dengan tujuan menghormatinya.
Mereka juga membuat kesaksian di pengadilan supaya sertifikat kematian Feinstein dapat diterbitkan. Sertifikat ini membuka jalan bagi istrinya dan anaknya meninggalkan Jassy menuju ke tempat yang aman di Swiss.
Sekitar 11.000 orang Yahudi dibantai di Jassy, termasuk orang-orang yang hadir dalam konferensi tersebut. Temannya di Bucharest yang meminta supaya ia tidak kembali ke Jassy tidak lain adalah Richard Wurmbrand, pendiri Kasih dalam Perbuatan (VOM).
Diambil dari:
Judul buku | : | Batu-Batu Tersembunyi |
Penulis | : | Tim The Voice of the Martyrs |
Penerbit | : | Kasih dalam Perbuatan, Surabaya 2000 |
Halaman | : | 99 -- 101 |
Dipublikasikan di: http://kesaksian.sabda.org/isaac_feinstein_meninggal_tahun_1941