Satu per satu, imam-imam dan pendeta-pendeta Rumania berdiri menawarkan kata-kata pujian bagi Komunisme dan menyatakan loyalitas mereka bagi rezim yang baru. Pernyataan mereka mengenai persatuan, propaganda bagi para Komunis, disiarkan ke seluruh dunia melalui radio, langsung dari gedung parlemen.
Hal itu terjadi satu tahun setelah Komunis mengambil alih kekuasan di Rumania. Pemerintah telah mengundang segenap pemimpin agama untuk menghadiri kongres di gedung parlemen -- lebih dari 4.000 orang yang menghadirinya. Pertama, mereka memilih Joseph Stalin sebagai presiden kehormatan dari kongres. Kemudian pidato-pidato dimulai. Pidato-pidatonya tidak masuk akal dan mengerikan. Komunisme didedikasikan bagi kehancuran agama, sebagaimana yang telah ditunjukkan di Rusia. Tetapi tetap saja, para uskup dan pendeta bangkit dan menyatakan bahwa Komunisme dan kekristenan secara fundamental sama dan kebohongan. Seolah-olah mereka meludah ke wajah Yesus Kristus.
Sabina Wurmbrand tidak dapat menahannya lebih lama lagi. Ia berbisik kepada suaminya, "Richard, berdirilah dan hapuslah penghinaan ini dari wajah Kristus."
Richard tahu apa yang akan terjadi: "Jika aku berbicara, kau akan kehilangan suamimu."
Sabina menjawab, "Aku tidak memiliki keinginan untuk memiliki seorang pengecut sebagai suami."
Pendeta Wurmbrand maju ke panggung. Dalam kekagetan semua orang, ia mulai berkhotbah. Langsung, kesunyian yang hebat terjadi di gedung.
"Para pendelegasi, merupakan kewajiban kita bukan untuk memuji kekuatan-kekuatan dunia yang datang dan pergi, tetapi untuk memuliakan Tuhan sang Pencipta dan Kristus sebagai Juru Selamat, yang mati bagi kita di kayu salib."
Seorang petugas Komunis melompat berdiri. Ini tidak mungkin diteruskan! Seluruh negeri sedang mendengarkan pesan mengenai Kristus diproklamasikan dari panggung parlemen Komunis. "Hak Anda untuk berbicara ditarik!" teriaknya.
Wurmbrand tidak memedulikan peringatan itu dan meneruskan. Atmosfernya mulai berubah. Para pendengar mulai bertepuk tangan. Ia sedang mengatakan apa yang mereka semua ingin katakan, tetapi terlalu takut untuk mengatakannya.
Petugas itu berteriak, "Potong mikrofonnya!" Kerumunan berteriak riuh menutup suaranya. "Pendeta! Pendeta! Pendeta!" Mereka melantunkan teriakan dan tepukan terus berlangsung lama setelah kabel-kabel mikrofon disingkirkan dan Wurmbrand telah melangkah turun. Kongres diakhiri untuk hari itu. Setelah itu, Richard Wurmbrand menjadi sasaran.
Pada hari Minggu, 29 Februari 1948, Pendeta Wurmbrand sedang berada dalam perjalanan menuju gereja saat ia diculik oleh sekelompok polisi rahasia. Ia menceritakan apa yang terjadi kemudian:
"Aku dibawa ke penjara sejauh tiga puluh kaki di bawah permukaan tanah di mana aku ditempatkan dalam kurungan terasing. Selama bertahun-tahun, aku ditempatkan seorang diri dalam sebuah sel. Tidak pernah aku melihat matahari, bulan, bintang-bintang, bunga-bunga. Tidak pernah aku melihat seorang pun kecuali para penginterogasi yang memukuli dan menyiksaku. Tidak pernah aku memiliki buku, tidak secarik kertas pun. Setelah bertahun-tahun aku harus menulis kembali, aku bahkan tidak ingat bagaimana cara menulis huruf besar D."
"Untuk membuat perasaan terisolasi semakin buruk, penjara dijaga agar sunyi sepenuhnya. Bahkan para penjaga memakai sepatu kain supaya langkah mereka tidak terdengar."
"Ketika pertama kali kami ditempatkan dalam kurungan terasing, rasanya seperti mati. Masing-masing dari kami hidup kembali dalam dosa-dosa masa lalunya dan tanggung jawab-tanggung jawabnya yang terabaikan. Kami semua memiliki rasa sakit yang tidak terperikan dalam hati. Kami memikirkan bahwa kami belum melakukan yang terbaik bagi yang Mahatinggi, bagi Dia yang telah memberikan diri-Nya bagi kami di atas kayu salib."
"Aku berada dalam kedalaman penyesalan dan kesakitan, ketika tiba-tiba dinding dari penjara berkilau bagai intan. Aku telah melihat berbagai hal yang indah, tetapi tidak pernah kulihat keindahan-keindahan yang kulihat dalam sel gelap di bawah tanah itu. Tidak pernah kudengar sebelumnya musik seindah yang kudengar pada hari itu."
"Raja atas segala raja, Yesus berada bersama kami. Kami melihat matanya yang penuh perhatian dan kasih. Ia menyeka air mata kami. Ia mengirimkan kepada kami kata-kata kasih dan kata-kata pengampunan. Kami tahu segala hal yang jahat dalam kehidupan kami telah berlalu, telah dilupakan oleh Allah. Kini, tiba hari-hari indah; pengantin wanita telah berada dalam pelukan pengantin pria -- kami berada bersama-sama dengan Kristus.
"Kami tidak tahu bahwa kami sedang berada di dalam penjara. Kadang-kadang kami dipukuli dan disiksa. Kami seperti Stefanus, yang sementara dilempari batu, tidak melihat para pembunuhnya, tidak melihat batu-batunya, tetapi melihat surga terbuka dan Yesus berdiri di sebelah kanan Bapa. Dengan cara yang sama, kami tidak melihat para penyiksa Komunis. Kami tidak melihat bahwa kami sedang berada di penjara. Kami dikelilingi oleh para malaikat; kami sedang bersama dengan Allah."
"Kami tidak lagi percaya mengenai Allah dan Kristus dan para malaikat karena ayat-ayat Alkitab mengatakan demikian. Kami tidak lagi mengingat ayat-ayat Alkitab. Kami ingat akan Allah karena kami mengalaminya. Dengan kerendahan hati yang besar, kami dapat mengatakan bersama para rasul, apa yang telah kami dengar, apa yang telah kami lihat dengan mata kami, apa yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami -- itulah yang kami tuliskan."
"Setelah pengurungan dalam keterasingan selama bertahun-tahun, kami ditempatkan bersama-sama dalam sel-sel besar, kadang-kadang dengan 200 hingga 300 tahanan di dalam tiap sel. Aku tidak akan menceritakan seluruh kebenaran yang terjadi, karena Anda tidak akan tahan mendengarnya. Tetapi ini akan aku ceritakan. Tahanan-tahanan Kristen dipukuli dan kemudian diikat pada salib selama empat hari dan empat malam tiada henti. Para Komunis kemudian berdiri mengitari mereka, menghina, dan mengejek, "Lihatlah pada Kristus kalian, betapa cantiknya Ia, wangi-wangian apa yang Ia bawa dari surga." Kemudian mereka menendangi para tahanan lainnya, memaksa mereka untuk berlutut dan memerintahkan mereka untuk memuja dan menyembah salib-salib hidup yang dicemarkan ini."
"Kemudian saat-saat yang lebih buruk tiba, saat-saat pencucian otak. Siapapun yang belum pernah melewati pencucian otak tidak dapat memahami apa arti penyiksaan. Dari pukul lima pagi hingga pukul sepuluh malam, 17 jam sehari, kami harus duduk dengan tegak sempurna. Kami tak diizinkan bersandar atau mengistirahatkan kepala kami. Untuk menutup mata adalah kejahatan. Selam 17 jam sehari kami harus mendengar, 'Komunisme adalah baik, Komunisme adalah baik, Komunisme adalah baik. Kekristenan adalah bodoh, kekristenan adalah bodoh, kekristenan adalah bodoh. Tidak ada lagi yang percaya kepada Kristus, tidak ada lagi yang percaya kepada Kristus, tidak ada lagi yang percaya kepada Kristus. Menyerahlah, menyerahlah, menyerahlah!' Selama berhari-hari, berminggu-minggu, dan bertahun-tahun, kami harus mendengar hal ini."
"Akhirnya yang terburuk tiba. Para Komunis menyiksa mereka yang percaya kepada Allah. Dengan penyulut besi yang merah membara, dengan pemukul karet, dengan tongkat, dengan segala macam cara, orang-orang Kristen disiksa oleh para Komunis."
"Kemudian keajaiban itu terjadi. Pada saat-saat terburuk, saat kami disiksa lebih hebat dari sebelumnya, kami mulai mengasihi mereka yang menyiksa kami. Sama seperti sekuntum bunga, saat Anda menyakitinya di bawah kaki Anda, ia menghadiahi Anda dengan wanginya, semakin kami dihina dan disiksa, semakin kami mengasihani dan mengasihi para penyiksa kami."
Banyak yang telah bertanya kepada Wurmbrand, "Bagaimana Anda dapat mengasihi seseorang yang sedang menyiksa Anda?" Ia menjawab:
"Dengan melihat pada para pria ... tidak sebagaimana mereka adanya, tetapi sebagaimana mereka akan menjadi ... aku juga dapat melihat dalam para penganiaya kami seorang Saulus dari Tarsus -- seorang rasul Paulus di masa yang akan datang. Banyak petugas polisi rahasia kepada siapa kami bersaksi, menjadi orang-orang Kristen dan bersukacita untuk nantinya menderita dalam penjara karena telah menemukan Kristus kami. Walaupun kami disesah, sebagaimana Paulus, di dalam diri para pemenjara kami, kami melihat potensi dari pemenjara di Filipi yang bertobat. Kami bermimpi bahwa tak lama lagi mereka akan bertanya, "Apa yang harus kulakukan untuk diselamatkan?"
"Pintu gerbang dari surga tidak tertutup bagi para orang Komunis. Demikian juga cahaya tidak disuramkan bagi mereka. Mereka dapat bertobat seperti semua orang lainnya. Dan kita harus memanggil mereka ke dalam pertobatan. Hanya kasih yang dapat mengubah para Komunis dan para teroris.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku | : | Jesus Freaks |
Penyusun | : | The Voice of the Martyrs |
Penerbit | : | Cipta Olah Pustaka, 1995 |
Halaman | : | 67 -- 72 |