Sebuah panti asuhan Kristen di Birma (Myanmar) dekat perbatasan Thailand, diserang oleh tentara Birma dalam sebuah serangan di daerah yang mayoritas penduduknya adalah suku Karen yang beragama Kristen. Menurut Jeff King, Pimpinan International Christian Concern, yang memimpin proyek panti asuhan tersebut, setidaknya 90 anak, termasuk 30 anak yatim piatu yang menderita aniaya dan trauma akibat perang, terjebak dalam serangan yang berlangsung tanggal 4 Juni itu. Kemudian mereka terpaksa melarikan diri pada tengah malam. Satu-satunya jalan menuju daerah aman adalah dengan menyeberangi sungai ke Thailand karena sekitar kamp penuh dengan ranjau. Para saksi mengatakan bahwa sebelumnya tentara Birma menyerang sebuah kamp pengungsi di Birma. Christian Solidarity Worldwide mengatakan setidaknya 1.000 orang telah mengungsi akibat serangan-serangan tersebut. (t/Dian)
Nama buletin | : | Body Life, Edisi Juli 2009, Volume 27, No. 7 |
Nama kolom | : | World Christian Report |
Judul asli artikel | : | Burma: Army Attacks Christian Orphanage |
Penerbit | : | 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena |
Halaman | : | 3 |
Pokok doa:
Berdoa bagi anak-anak yatim piatu di Birma yang harus meninggalkan panti asuhan untuk mencari keamanan. Kiranya Tuhan memelihara dan melindungi mereka dari ancaman dan aniaya yang kejam. Berdoa juga agar mereka tetap berharap hanya kepada Tuhan saja.
Doakan para staf maupun relawan International Christian Concern yang sedang melayani di Birma, agar Tuhan memberi mereka kekuatan dan kesabaran selama melayani di Birma. Doakan juga untuk keluarga mereka, agar Tuhan melindungi dan mencukupkan setiap kebutuhan yang mereka perlukan.
Pihak yang berwenang semakin membatasi kegiatan kekristenan di ibu kota negara, Rangoon, dan daerah sekitarnya. Beberapa gereja pun ditutup. Perintah pembatasan tersebut dikeluarkan pada 5 Januari 2009 dan telah memaksa sejumlah besar persekutuan Kristen di rumah-rumah atau apartemen menghentikan kegiatannya. Para pejabat yang berwenang telah memerintahkan beberapa gereja besar di Rangoon untuk menghentikan kegiatan ibadah dan melarang pertemuan-pertemuan yang menggunakan fasilitas tanpa izin.
Pada akhir tahun 1990-an, pihak yang berwenang berhenti mengeluarkan izin pembelian tanah bagi pembangunan gereja baru. Menurut kantor berita Mizzima, Burma, hal ini mengakibatkan banyak orang Kristen Burma mengadakan kegiatan ibadah dengan menyewa gedung apartemen dan perkantoran. Kyauktada Township Peace dan Development Council, pada tanggal 5 Januari, mengundang pendeta dari seratus lebih gereja yang ada di Rangoon. Dalam pertemuan tersebut, para pendeta diminta untuk menandatangani dokumen perjanjian penghentian kegiatan kekristenan di gereja mereka. Sekitar lima puluh pendeta hadir, kata Mizzima. Dokumen itu berisikan ancaman hukuman, termasuk kurungan dan penyegelan fasilitas gereja bagi pendeta yang menolak mematuhi perintah penutupan. Mizzima mengutip seorang Kristen yang menyatakan bahwa 80 persen gereja di Rangoon terkena dampak dari perintah ini.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama buletin | : | Kasih Dalam Perbuatan (KDP), Edisi Juni -- Juli 2009 |
Penulis | : | Tim KDP |
Penerbit | : | Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya |
Halaman | : | 10 |
Pokok doa:
Berdoalah agar Tuhan melembutkan hati pemerintah Burma untuk takut akan Tuhan, dan memberikan kebebasan kepada orang Kristen untuk mengadakan kegiatan ibadah.
Ditantang dengan berbagai ancaman, biarlah gereja Tuhan di Burma tetap kuat dalam iman dan setia serta percaya bahwa Tuhan pasti akan membuka jalan bagi masalah mereka.
Beberapa panti asuhan Kristen di Myanmar mulai dirintis oleh gereja-gereja kecil atau pasutri (pasangan suami-istri) yang mengadopsi para yatim piatu menjadi anggota keluarga mereka. Pada tahun 2004, sebuah panti asuhan yang mengasuh tiga puluh anak berhasil membangun gedung dua lantai yang kuat sebagai ganti pondok mereka yang sudah rusak parah.
Sebelum adanya topan pada bulan Mei yang lalu, anak-anak tersebut didiskriminasikan oleh penduduk karena mereka adalah orang Kristen yang berada dalam komunitas agama tertentu. Mereka dihina dan diolok-olok karena mereka yatim piatu. Terkadang orang-orang melemparkan batu untuk mengusir mereka.
Saat angin topan menerjang, gedung panti asuhan tetap berdiri kokoh sementara rumah-rumah lainnya roboh. Ketika para yatim piatu itu melihat apa yang sedang terjadi, mereka membuka pintu dan mempersilakan tetangga-tetangga mereka masuk ke dalam. Bahkan, mereka mau berbagi nasi dengan seluruh penduduk kampung yang selamat, yang tidak memiliki makanan. Mereka mampu memompa dan menjernihkan air minum bagi seribu orang di kampung dengan generator mereka.
"Sungguh menakjubkan anak-anak tersebut. Mereka sanggup menunjukkan cinta kasih Tuhan dalam tindakan nyata," cerita salah seorang pengurus panti. "Meskipun mereka mengalami diskriminasi, mereka bersedia membantu menjangkau orang-orang itu." (t/Setyo)
Diterjemahkan dari:
Nama buletin | : | Body Life, Edisi Oktober 2008, Volume 26, No. 10 |
Nama kolom | : | World Christian Report |
Judul asli artikel | : | Myanmar: Orphans Reaching Out |
Penerbit | : | 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena |
Halaman | : | 1 |
Pokok doa:
Puji syukur kepada Tuhan yang memampukan para yatim piatu di Myanmar menjadi penyalur cinta kasih Tuhan kepada orang lain. Berdoalah agar panti asuhan-panti asuhan Kristen di berbagai tempat pun dipakai Tuhan untuk menjangkau orang-orang di sekitar mereka.
Dukunglah dalam doa agar para pengurus panti asuhan di Myanmar ini dapat mendidik para yatim piatu dengan ajaran Alkitab yang kuat sehingga iman mereka semakin teguh bagaikan batu karang.