"Di negara mana pun, hanya sedikit kaum tuna rungu yang dapat dijangkau oleh Injil dibanding mereka yang memiliki pendengaran yang normal," kata Terri Chapman, misionaris dari Greater Europe Mission. Itulah alasan Chapman diutus untuk melayani orang-orang tuna rungu di Belanda.
Selama 23 tahun, Chapman menjadi seorang penerjemah bahasa isyarat di Amerika Serikat. Kemudian ia pindah ke Belanda dengan suaminya sebagai misionaris sepenuh waktu. Ia mengira pelayanannya sudah selesai. Setelah bertemu dengan dua orang tuna rungu dua tahun yang lalu, "Saya mulai mengikuti kelas penerjemahan bahasa isyarat Belanda untuk tingkat dasar. Lalu pada musim gugur, saya terlibat dalam program pelatihan penerjemah bahasa isyarat."
Chapman tidak mengindahkan penjangkauan orang-orang tuna rungu ketika ia dan suaminya masih bekerja. "Di Belanda, kami tinggal di daerah Amsterdam barat, dan saya benar-benar tidak mengindahkan penjangkauan orang-orang tuna rungu melalui Injil. Jadi, saya sedang berusaha memulai sesuatu di sana."
Ada yang bertanya pada Chapman, akankah orang-orang tuli lebih cepat merespons Injil dibanding orang yang normal. Chapman menjawab, "Saya tidak tahu apakah respons mereka akan lebih cepat, namun jika tidak tersedia jalan untuk memperolehnya, bagaimana bisa merespons?"
Bahasa isyarat bukanlah bahasa universal. Chapman mengatakan bahwa ia memerlukan doa karena terkadang ia merasa bingung antara Bahasa Isyarat Belanda dengan Bahasa Isyarat Amerika. "Banyak orang mengira bahasa isyarat itu universal, padahal tidak. Memang ada beberapa isyarat yang sama, namun banyak sekali yang berbeda. Jadi, saya mempelajari keseluruhan bahasa baru," tuturnya.
Tuhan sudah memberikan kesempatan pada Chapman, untuk berbagi dengan teman-teman di sekolahnya. "Salah satu hal menakjubkan yang telah Tuhan lakukan adalah Ia menempatkan saya dalam kelompok pelajar, lima orang di antaranya adalah orang yang sangat percaya pada Injil dan tertarik dalam penjangkauan," ujarnya.
[Sumber: Mission Network News, Februari 2007]
Pokok Doa: