YESUS MEMBERI TUGAS
Yesus senantiasa melatih murid-murid-Nya agar pada suatu ketika mereka dapat mengambil alih pekerjaan-Nya, untuk memberitakan Injil keselamatan kepada dunia. Rencana ini makin hari makin nampak jelas sementara mereka mengikut Dia.
Kesabaran Yesus dalam mengembangkan dan melatih murid-murid-Nya menunjukkan bahwa Ia sangat memperhatikan kemajuan mereka. Ia tidak pernah terburu-buru dalam memerintahkan sesuatu. Pertama-tama, Ia memanggil murid-murid untuk mengikut Dia. Pada waktu itu Ia tidak segera membicarakan tugas mereka untuk menginjili dunia ini, walaupun itulah rencana-Nya sejak semula. Ia mengikutsertakan murid- murid-Nya dan menunjukkan bagaimana Ia bekerja sebelum akhirnya menyuruh mereka mengerjakan sendiri.
Di pihak lain, Yesus tidak memadamkan reaksi spontan mereka untuk menyaksikan iman mereka. Bahkan sebenarnya Ia merasa senang karena mereka ingin membawa orang-orang lain untuk menyaksikan apa yang telah mereka temukan. Andreas membawa Petrus, Filipus mendapatkan Natanael; Matius mengundang teman-temannya makan di rumahnya; Yesus pun menyambut gembira perkenalan dengan anggota-anggota baru ini. Perlu diperhatikan juga bahwa dalam beberapa peristiwa, secara khusus Yesus meminta orang-orang yang telah ditolong-Nya supaya bersaksi kepada orang-orang lain.
Ia juga memakai murid-murid-Nya dengan cara-cara lain untuk membantu pekerjaan-Nya, misalnya mencari makanan dan mengatur tempat tinggal bagi rombongan yang mengikut Dia. Ia juga membiarkan mereka membaptis orang-orang yang digerakkan oleh pemberitaan-Nya (Yoh. 4:2). Tetapi yang sangat mengherankan ialah bahwa selain membaptis, murid-murid-Nya tidak berbuat banyak selama setahun atau lebih. Mereka hanya melihat Yesus bekerja. Ia mengarahkan tujuan-Nya melalui tindakan yang Ia lakukan. Dalam panggilan-Nya yang kedua kepada keempat nelayan itu, Ia memperingatkan mereka untuk mengikuti Dia sebagai "penjala-penjala manusia" (Mat. 4:19; Mar. 1:17; Luk. 5:10). Tetapi kelihatannya mereka tidak berbuat banyak untuk memenuhi tugas itu. Sekalipun beberapa bulan kemudian mereka telah ditetapkan secara resmi untuk menyertai pelayanan-Nya (Mar. 3:14-19; Luk. 6:13-16), namun mereka belum juga menunjukkan bukti bahwa mereka dapat mengerjakan tugas penginjilan itu sendiri. Pengamatan ini hendaknya membuat kita lebih sabar terhadap petobat-petobat baru yang mengikuti kita.
Tidak dapat tidak, di sini saya harus mengemukakan bahwa murid-murid Yesus diberi hak untuk membaptis sebelum diizinkan untuk berkhotbah. Bila dihubungkan dengan peraturan gereja, hal ini menunjukkan bahwa pelayanan firman lebih penting serta penuh dengan bahaya dan hak-hak istimewa daripada pelayanan sakramen termasuk baptisan. Setiap orang yang dipercaya sebagai pelayan firman mempunyai tanggung jawab yang jauh lebih besar daripada pelayan baptisan. Dengan demikian, tanggung jawab sebagai pelayan firman juga meliputi tanggung jawab sebagai pelayan baptisan. Penerapan kebijaksanaan ini, bagaimanapun juga, akan menimbulkan beberapa persoalan yang sukar dipecahkan dalam banyak jemaat dari gereja modern.
PENGUTUSAN PERTAMA TERHADAP KEDUA BELAS MURID
Ketika memulai perjalanan-Nya yang ketiga di Galilea (Mat. 9:35; Mar. 6:6), Yesus merasa bahwa sudah tiba waktunya bagi murid-murid- Nya untuk ikut serta dalam pekerjaan-Nya secara langsung. Mereka sudah menyaksikan cukup banyak untuk dapat mulai bekerja sendiri. Yang mereka butuhkan sekarang ialah, mempraktikkan apa yang telah mereka lihat. Sang Guru memanggil kedua belas murid-Nya dan mengutus mereka (Mat. 10:5; Mar. 6:7; Luk. 9:1-2). Sama seperti seekor induk rajawali mengajar anak-anaknya untuk terbang dengan mengusir mereka keluar dari sarangnya, demikian pula Yesus mendorong murid-murid-Nya ke dalam dunia ini untuk berdikari.
MEMBERI PETUNJUK-PETUNJUK KERJA
Sebelum melepas mereka, Yesus memberi pengarahan kepada mereka. Apa yang Ia katakan itu menjadi penting sekali bagi penyelidikan kita sebab pada saat itu Ia menguraikan dengan tegas inti dari segala pengajaran-Nya kepada mereka.
Pertama-tama, Ia kembali menegaskan tujuan-Nya bagi hidup mereka. Ia mengutus mereka untuk "memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang" (Luk. 9:1-2; bandingkan dengan Mat. 10:1; Mar. 6:7). Penugasan ini berguna untuk lebih menjelaskan tugas-tugas mereka meskipun tidak ada hal yang baru di dalamnya. Bagaimanapun juga, Tuhan Yesus menekankan kepada mereka pentingnya tugas untuk memberitakan bahwa "Kerajaan Surga sudah dekat" (Mat. 10:7). Perlu dijelaskan pula bahwa ruang lingkup mereka bukan hanya penyembuhan, tetapi juga "membangkitkan orang mati, menahirkan orang kusta, mengusir setan-setan" (Mat. 10:8).
Yesus tidak berhenti sampai di sini saja. Ia memberitahu mereka siapa saja yang harus dikunjungi lebih dahulu. "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel" (Mat. 10:5-6). Sepertinya Yesus memerintahkan murid-murid- Nya untuk pergi hanya kepada setiap orang yang telah siap untuk menerima berita yang mereka bawa. Itulah cara Yesus memulai pelayanan-Nya, walaupun setelah itu Ia tidak lagi membatasi diri- Nya. Karena latar belakang budaya dan agama yang serupa, wajarlah bila murid-murid memulai pelayanan mereka kepada orang-orang Yahudi. Yang sangat menarik ialah bahwa beberapa bulan kemudian, ketika mengutus ketujuh puluh murid yang lain, Yesus tidak mengulangi penugasan ini lagi. Mungkin Ia ingin menunjukkan bahwa sudah tiba waktunya bagi mereka untuk memberitakan Kristus kepada orang lain yang ada di luar daerah mereka.
Mengenai kebutuhan jasmani, mereka harus bersandar kepada Allah untuk mencukupi mereka. Mereka diminta untuk melayani dengan cuma- cuma karena mereka juga sudah menerima dengan cuma-cuma dari Tuhan (Mat. 10:8). Itulah sebabnya Yesus berpesan kepada mereka supaya jangan membawa uang, baju, ataupun makanan (Mat. 10:9-10; Mar. 6:8- 9; Luk. 9:3). Kalau mereka setia kepada Allah, maka Allah akan memenuhi kebutuhan mereka. "Sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya" (Mat. 10:10).
MENCONTOH METODE-NYA
Rencana Yesus yang lebih khusus lagi bagi murid-murid-Nya ialah mencari orang yang paling layak di setiap kota yang mereka kunjungi dan tinggal dengan dia selama mereka memberitakan Injil di daerah itu. "Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat" (Mat. 10:11; bandingkan dengan Mar. 6:10; Luk. 9:4). Dengan kata lain, murid-murid diperintahkan untuk memusatkan waktu dan perhatian mereka pada pribadi-pribadi yang paling cocok untuk melanjutkan pekerjaan-Nya setelah mereka pergi. Bayangan akan calon-calon ini sudah harus ada sebelum pemberitaan Injil diadakan di tempat itu. Sebelum hal ini terlaksana, tidak ada gunanya memulai sesuatu di kota itu. Apabila mereka tidak dapat menemukan orang yang layak itu, mereka diharuskan mengebaskan debu dari kaki mereka sebagai kesaksian atas penolakan itu. "Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya daripada kota itu" (Mat. 10:14-15; bandingkan dengan Mar. 6:11; Luk. 9:5). Prinsip ini tidak dapat diabaikan. Yesus telah berpegang pada prinsip itu selama Ia bersama murid-murid-Nya, dan Ia menghendaki agar mereka juga melakukan prinsip yang sama. Seluruh rencana pemberitaan Injil- Nya dilandaskan atas prinsip itu. Jadi, setiap tempat yang tidak mau menerima prinsip itu telah mendatangkan penghukuman atas diri mereka sendiri.
KESULITAN PASTI AKAN DIALAMI
Yesus memperingatkan bahwa tidak semua orang mau menerima Injil, dan bahwa kenyataan itu akan mengakibatkan murid-murid-Nya diperlakukan dengan tidak baik. "Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah" (Mat. 10:17- 18). Hal ini wajar karena "seorang murid tidak lebih daripada gurunya, atau seorang hamba daripada tuannya" (Mat. 10:24). Para pemimpin agama telah menyebut Yesus sebagai Beelzebul. Tentu saja seisi rumah Yesus pun akan menerima cacian yang sama (Mat. 10:25). Ia juga menunjukkan bahwa cara-Nya itu bertentangan dengan cara duniawi. Karena itu, mereka akan dibenci oleh semua orang (Mat. 10:22-23).
Namun demikian, Yesus menyatakan kepada mereka agar tidak takut. Allah tidak akan meninggalkan mereka. Walaupun kesaksian mereka akan membahayakan jiwa-jiwa mereka sendiri, Roh Kudus akan menolong mereka menghadapi segala sesuatu (Mat. 10:19-20). Apa pun yang akan terjadi atas diri mereka, Yesus menjamin bahwa setiap orang yang mengakui Dia di depan manusia, tidak akan dilupakan di hadirat Bapa- Nya di surga (Mat. 10:32).
Yang sangat mengesankan kita ialah cara Yesus yang selalu berterus terang kepada murid-murid-Nya mengenai kekuatan musuh-musuh dan lazimnya penolakan manusia terhadap Injil Keselamatan. Mereka tidak perlu mencari-cari kesukaran. Peringatan agar mereka "cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati" (Mat. 10:16), menekankan perlunya sopan-santun dan kebijaksanaan. Namun, sekalipun mereka sudah berjaga-jaga, kenyataan tetap menunjukkan bahwa dunia tidak akan dapat menerima murid-murid-Nya selama mereka memberitakan Injil dengan setia. Mereka diutus "seperti domba ke tengah-tengah serigala" (Mat. 10:16).
Bahan diambil dan diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Rencana Agung Penginjilan |
Judul Artikel | : | Pengutusan |
Penulis | : | Robert E. Coleman |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1993 |
Halaman | : | 58 - 62 |
Buku online:
==> e-JEMMi 14/2006