Daerah yang "Terhilang dan Terlupakan" oleh Dunia
Selama berabad-abad, Tibet laksana dunia yang "hilang". Pegunungan Himalaya yang tinggi itu bagaikan pagar yang mengelilingi. Apalagi pemimpin-pemimpin Tibet melarang orang datang ke situ, kecuali beberapa pedagang dari negara tetangga.
Luas | : | 1.222.000 Km2 |
Letak | : | Di pegunungan Himalaya |
Jumlah Penduduk | : | 2,6 juta yang tinggal di daerah otonomi di RRC, 3,2 juta tercerai berai di negara RRC dan India Utara |
Tiga rumpun Tibet | : | 1. Orang Khamba, 2. Orang Lhasa, 3. Orang Amdo |
Ibu Kota | : | Lhasa |
Agama | : | Buddha Lama |
Mengingat pemimpin-pemimpin Buddha adalah juga pemimpin negara, Tibet disebut juga negara teokrasi. Para pejabat dan pendeta-pendeta Buddha diperlakukan seperti kaum bangsawan, sedangkan rakyat biasa dianggap hamba atau budak. Mereka harus menjulurkan lidah mereka bila bertemu dengan bangsawan sebagai bukti bahwa diri mereka tidak membawa sial.
Beribu anak laki-laki sejak berusia lima tahun sudah masuk ke biara untuk dididik menjadi rahib dan memelajari kitab-kitab Buddha. Mereka berada di bawah disiplin yang kuat.
Dalai Lama, artinya "lautan kebijaksanaan", adalah pendeta atau Lama yang tertinggi. Dia dianggap sebagai dewa sekaligus raja dan tinggal di sebuah istana yang sangat indah yang disebut Potala, di ibukota Lhasa. Dalai Lama yang sekarang adalah Tenzin Gyatsolhari yang lahir pada tahun 1935 di sebuah rumah petani yang sederhana, ratusan kilometer jauhnya dari Lhasa. Orang Tibet percaya bahwa jika seorang Dalai Lama meninggal dunia, rohnya dilahirkan kembali dalam seorang bayi yang baru lahir. Sebab itu, begitu seorang Dalai Lama meninggal, mereka mencari penggantinya, seorang bayi yang lahir delapan belas bulan setelah kematiannya.
Sesudah dinobatkan di Potala, seorang Dalai Lama mulai belajar agama. Dia tidak meninggalkan Potala kecuali bila mengunjungi biara Buddha yang lain. Karena itu, ia harus menggunakan teropong untuk melihat apa yang terjadi di luar istananya. Dengan teropongnya, ia dapat melihat peziarah-peziarah di luar yang berulang-ulang membungkuk, juga pembantu-pembantu perempuan kecil yang mengangkat kayu dan air, begitu pula pegawai berpakaian bagus yang datang berkuda ke Potala.
Pada tahun 1950 tentara Cina menyerbu Tibet. Selama beberapa tahun Dalai Lama terpaksa melarikan diri ke India dan menetap di sana. Saat itu ribuan orang Tibet dibunuh oleh tentara Cina dan ribuan lagi melarikan diri ke India dan Nepal. Biara-biara Buddha dibakar dan dimusnahkan bersama-sama dengan kitab-kitab suci Buddha kuno. Kemudian pemerintahan komunis dibentuk. Orang Tibet masih bergumul dengan peristiwa ini. Ada yang masih berpegang pada kepercayaan lama, tetapi ada juga orang Tibet yang berbaur dengan bangsa lain dan hampir kehilangan identitas diri mereka sebagai orang Tibet.
TAHUKAH ANDA?
Bangsa Tibet tinggal di "atap dunia" di pegunungan Himalaya yang berada lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut. Mereka percaya bahwa gunung-gunung adalah kampung halaman para dewa mereka.
Untuk menunjukkan tanda kesopanan dalam menyambut tamu, orang Tibet akan menjulurkan lidahnya.
Ada kurang lebih 1.780 kuil Buddha Lama dan 46.000 biksu di daerah otonom Tibet.
Pada 1922 Injil belum diterima sama sekali di antara rumpun Amdo. Tetapi sejak 1986 sudah ada beberapa gereja sel di antara mereka.
DOAKAN ORANG-ORANG TIBET
Bahan diambil dan diedit dari sumber: | ||
Judul buletin | : | Buletin Terang Lintas Budaya, Edisi 58, 2004 |
Penerbit | : | YPI Indonesia |
Halaman | : | 4 - 6 |
Situs | : | http://www.wec-indo.org/ |
KESAKSIAN SEORANG GEMBALA TIBET
Laksana es, angin Utara menghalangi kunjungan ke tenda seorang teman yang mengundang saya. Namun, saya terus berjalan. Tutup kepala dari kulit yak saya tarik ke bawah untuk melindungi dari badai salju.
Akhirnya, saya bisa masuk ke tenda teman saya. Sungguh menyenangkan rasanya ketika menikmati kehangatan dari api pemanas di tempat tinggalnya. Saya dipersilakan masuk dan melihat suasana yang berbeda dengan tenda-tenda Tibet pada umumnya. Orang-orang yang duduk mengelilingi api tampak tenang dan tidak berbicara dengan suara keras.
Walaupun tidak begitu terang, saya bisa melihat bahwa di sini tidak ada rosario Tibet. Nenek tidak mengatur rambut sesuai dengan kitab-kitab suci. Teman saya tidak mengucapkan mantra demi mantra. Istri teman saya memberi teh Tibet dengan mentega yak sambil memakai pakaian sukacita seperti hendak pergi ke perlombaan kuda. Saya bertanya dalam hati, mengapa dia tampak begitu bersukacita?
Di tempat kehormatan duduk seorang asing dengan wajah yang tidak berbeda dengan orang Tibet. Walaupun demikian, dia kelihatan merasa kerasan di sini dan menikmati persekutuan di tenda.
Tidak lama kemudian orang asing itu bersuara dan menceritakan, "Akulah gembala yang baik .... Bapaku adalah Gembala Utama ...." Waktu dia masih berbicara, istri teman saya menangis dan berkata "Oh, Tuhan! Ampunilah saya karena saya tidak menghargai Engkau sebagai Gembala Utama." Saya mulai bingung. Hati saya tertarik dengan cerita yang belum pernah saya dengar ini. Saya ingin kenal Gembala Utama ini. Saya pun mengulurkan tangan kepada orang asing itu.
Tangan ini telah rajin bekerja selama bertahun-tahun untuk mendapat hidup yang kekal. Pada hari ini ia menemukan apa yang dicarinya seumur hidup. Hari ini ada tangan lain yang memegang dan mengasihi dia yang tidak akan melepaskannya lagi. Gembala Tibet sudah bertemu dengan Gembala Utama dan orang asing itu mendapat seorang saudara lagi.
TIGA RUMPUN TIBET
1. Orang Tibet Khamba
Kelompok ini merupakan kelompok penutur bahasa Tibet terbesar yang tinggal di daerah Tibet Timur. Daerah ini sangat terisolasi dari dunia karena wilayah pegunungan yang tinggi. Ditambah dengan pengawasan dari pemerintah RRC, biksu-biksu Tibet yang hidup di sejumlah kuil di sana menjadi kurang terdidik. Beberapa tahun yang lalu daerah ini mengalami musibah badai salju yang membunuh banyak orang dan ternak, khususnya yak, binatang besar yang menjadi sumber makanan, susu dan penghasilan mereka.
2. Orang Tibet Amdo
Orang Tibet ini tinggal di provinsi-provinsi yang berbatasan dengan RRC. Kebanyakan mereka hidup secara nomaden dengan memelihara yak. Walaupun ada orang Kristen Tionghoa di daerah ini, orang Tibet Amdo masih belum terjangkau dengan Kabar Baik karena mereka sangat terikat agama Buddha Tibet. Selain itu, banyak di antara mereka yang kecanduan minuman keras.
3. Orang Tibet Lhasa
Kelompok Tibet ini tinggal di Lhasa, ibu kota Tibet, dan daerah pegunungan di Barat. Pada abad ke-18 sejumlah misionaris datang ke sana. Walaupun mereka tinggal di sana, tidak ada gereja yang bisa berdiri di Lhasa. Penginjilan tidak diizinkan dan para penginjil mengalami penganiayaan dan pengusiran.
Bahan diambil dan diedit dari sumber: | ||
Judul buletin | : | Buletin Terang Lintas Budaya, Edisi 44, 2001 |
Penerbit | : | YPI Indonesia |
Halaman | : | 4 - 5 |
Situs | : | http://www.wec-indo.org/ |
Sumber | : | e-JEMMi 21/2006 |