Karena terbiasa dibesarkan di ladang misi seorang Opthalmologist (dokter spesialis mata) berkebangsaan Amerika, Dr. Devin Harrison, pergi melayani ke Afrika dan memberi bantuan medis kepada orang- orang buta. Dr. Devin Harrison dari "Christian Blind Mission International" ini mengatakan, "Di Afrika, kemungkinan hanya ada seorang Opthalmologist untuk satu juta populasi. Saat saya tinggal di Seattle, seorang Opthalmologist untuk 15.000 orang. Jadi, ada sangat banyak pasien buta yang tidak mendapat akses perawatan sama sekali, terutama di Afrika." Menurut Harrison, menolong orang-orang buta ini agar dapat melihat kembali secara fisik merupakan sarana yang bagus bagi penginjilan. "Saya dapat menyediakan perawatan berkualitas bagus bagi banyak orang, terutama di wilayah-wilayah Muslim yang tidak terbuka bagi Injil. Ketika Anda merawat kebutuhan fisik dari para pasien, ada kemungkinan mereka menjadi lebih terbuka untuk belajar lebih banyak tentang kekristenan."
Sumber: Mission Network News, October 24th 2002
Para staf dan mahasiswa perwakilan dari semua gerakan IFES (International Fellowship of Evangelical Students) di Afrika telah berkumpul di Bamako, Mali untuk mengadakan konferensi pada tanggal 18-30 Agustus 2002. Tema konferensi ini adalah: "Yesus Kristus: Harapan bagi Afrika di Milenium Ketiga" (Jesus Christ: The Hope for Africa for the Third Millennium). Selain mengucap syukur untuk segala yang Allah kerjakan di Afrika, para peserta konferensi mengevaluasi pelayanan penginjilan yang telah mereka lakukan, dan pendidikan bagi para mahasiswa Kristen. Para peserta juga bertukar pikiran tentang cara-cara bagaimana menjadi saksi-saksi Kristus yang lebih efektif. Afrika menghadapi rintangan-rintangan yang sangat besar di bidang ekonomi, kerusuhan, dan penyebaran penyakit AIDS. Femi Adeleye (Sekretaris Regional) menuliskan: "Resolusi-resolusi dari konferensi ini diharapkan dapat memberikan semangat baru untuk mewujudkan transformasi masyarakat." Beberapa pemimpin yang mengikuti konferensi di Bamako ini memiliki beban berat dalam pelayanan. Mereka butuh penyegaran rohani bagi kehidupan mereka secara pribadi, dan bagi pelayanan yang mereka lakukan.
Sumber: IFES Prayerline: Africa, 22 Aug 2002
Segera sesudah Gene dan Jean Phillips ditangkap di rumah kediaman mereka di Afrika, orang-orang Kristen di seluruh dunia mulai mendoakan pasangan pensiunan misionaris dari Southern Baptist ini, yang tinggal di Lesotho, sebuah negara kecil di Afrika. Dengan cepat pokok doa untuk mereka tersebar di internet dan mencapai puncaknya saat para penculik membuat keputusan untuk melepaskan mereka di sebuah daerah terpencil di Afrika. Beberapa jam sesudah pasangan misionaris itu mengetahui tentang jaringan doa yang terbentuk di seluruh dunia untuk mendoakan mereka, pasangan Phillips diwawancarai oleh petugas penegak hukum setempat yang menuliskan laporan kepada polisi setempat: "They were not killed because of prayer" (Mereka tidak dibunuh berkat doa-doa yang dinaikkan).
Pasangan Phillips telah melayani di Afrika hampir selama 50 tahun. Seseorang bertanya kepada pasangan tersebut, "Setelah pengalaman yang kalian alami tersebut, apakah kalian masih ingin pergi ke Lesotho? Dan apakah kalian akan tinggal di sana setelah peristiwa penculikan yang kalian alami?" Setelah berpikir sejenak, Jean menjawab, "Ya, untuk kedua pertanyaan tersebut. Seperti yang dapat dilihat, banyak jiwa diselamatkan dan banyak benih ditaburkan melalui penderitaan yang kami alami. Kami percaya bahwa Allah akan terus menuai panenan di Lesotho." Pasangan Phillips telah melewati waktu-waktu yang paling menakutkan di sepanjang sejarah Afrika. Ketika terjadi peperangan sipil di Rhodesia (sekarang bernama Zimbabwe), mereka tinggal di wilayah yang di kelilingi hutan, ditambah dengan penculikan di Lesotho yang hampir merenggut nyawa mereka. Namun hal ini justru membuat pasangan tersebut senantiasa bergantung pada Allah yang menjaga keselamatan mereka. Jean Phillips ditugaskan sebagai misionaris dari Southern Baptist pada tahun 1956 dan melayani di Rhodesia selama 40 tahun. Sesudah pensiun, Jean dan suaminya, Gene, melayani di Lesotho kemudian ke Bostnawa sebagai misionaris sukarelawan. Awal tahun 2002, mereka kembali ke Amerika Serikat.
Sumber: March 21, Baptist Press News