You are hererenungan / Silent-Killer Characters: 5 Karakter yang Membunuh Kita Pelan-Pelan
Silent-Killer Characters: 5 Karakter yang Membunuh Kita Pelan-Pelan
Apa yang terlintas di kepala Anda saat mendengar “silent-killer character?” Karakter yang menjadi pembunuh terselubung? Seperti apakah itu?
Ketika kita membiarkan sebuah kebiasaan buruk, tak perlu tunggu lama untuk merasakan akibatnya. Misalnya, tidak disiplin. Sekali saja terlambat masuk kantor, tentunya Anda kena tegur. Kali berikut terlambat, Anda mungkin menerima SP (Surat Peringatan). Begitu pula dengan kebiasaan menyontek, berbohong, mencuri, atau gampang terpancing emosi. Hal-hal tersebut bisa kelihatan dan ditunjuk, juga langsung terasa dampaknya.
Namun, tahukah Anda, ada karakter-karakter tak kentara, yang bisa membunuh kita perlahan-lahan? Efeknya mungkin belum terlihat sekarang, tetapi sedang membuat Anda terhanyut, dan tanpa disadari, killing you softly.
Kenali 5 Karakter Pembunuh Terselubung
Apakah ada satu atau beberapa silent-killer characters yang tanpa sadar kita pelihara?
1. Conflict Avoidant
“Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.” – Ibrani 12:15
Kitab Ibrani mengingatkan agar kita tidak memelihara akar pahit. Akar tidak tumbuh dalam semalam. Kepahitan tidak tumbuh dalam sekejap. Akar pahit berawal dari masalah yang tak pernah dibereskan, sehingga lambat laun menumpuk kebencian, dendam, serta rasa getir dalam diri kita.
Sebagai contoh, saya pernah bertemu pasangan suami istri yang selalu bicara negatif tentang pasangannya. Keduanya bisa mengingat kesalahan-kesalahan satu sama lain dengan jelas, bahkan yang terjadi dua puluh tahun lalu. Ketika mereka bertengkar, semua kesalahan itu akan dibongkar dan dipermasalahkan lagi.
Inilah yang disebut akar pahit. Kegetiran yang mengakar sangat dalam sehingga memicu rasa benci setiap kali berurusan dengan orang tertentu. Mengapa ini bisa terjadi? Karena kita tidak pernah menyelesaikan masalah, selalu menghindari konflik yang sesungguhnya. Dalam contoh di atas, baik si suami maupun si istri tidak mau minta maaf duluan, atau berusaha mencari cara memperbaiki hubungan mereka.
Adakah seseorang yang Anda ingat ketika membaca tulisan ini? Jangankan bertemu muka, menyebut nama atau sekadar membayangkan wajahnya saja, Anda sudah kesal. Itu berarti Anda punya akar pahit dengannya. Conflict avoidance ini berbahaya. Bisa jadi, orang yang Anda benci dari tahun ke tahun semakin banyak karena Anda terbiasa tidak menyelesaikan perkara.
Entah Anda yang dibuat kesal, atau Anda yang membuat orang lain kesal, cobalah ambil inisiatif untuk menuntaskan persoalan kalian. Lebih dulu menggagas solusi bukan berarti Anda kalah atau rugi, tetapi Anda sedang menolong diri sendiri. Seiring dengan selesainya masalah, hubungan Anda akan pulih, dan pastinya hidup Anda lebih lega dan bahagia.
2. People-Pleasing
Seorang people-pleaser suka melakukan sesuatu untuk menyenangkan orang lain, meski sebenarnya ia tak setuju atau nyaman dengan hal tersebut.
Berikut gejala seorang people-pleaser (tapi tidak terbatas pada):
Selalu bilang “ya” (yes-man attitude)
Ia tidak berani menolak atau berkata tidak.
Memuji, tetapi bukan dari hatinya
Ia melakukannya supaya disukai orang lain.
Hidup untuk memenuhi ekspektasi orang lain
Ia selalu melakukan apa yang diharapkan dari dirinya, entah karena sungkan (tidak enakan), plinplan (sukar mengambil keputusan), atau takut pada orang tertentu.
Karakter people-pleasing menjadikan seseorang tidak sehat secara emosional. Dari luar, mereka mungkin terlihat bahagia dan baik-baik saja, tapi sebenarnya para people-pleaser sangat tertekan. Mereka terlalu peduli pada reaksi orang lain, entah untuk menghindari konflik, respon negatif, atau demi mendapat pujian. Dan, cepat atau lambat, mereka akan lelah dengan sandiwara ini.
Lalu, bagaimana solusinya?
“Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.” – Galatia 1:10
“Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.” – 1 Tesalonika 2:4
Kita tak dapat mengabdi kepada Allah dan Mamon (Lukas 16:13). Dengan kata lain, mustahil menyenangkan Tuhan dan manusia secara bersamaan. Bukan berarti tak boleh membuat orang lain senang, tetapi dahulukan apa yang berkenan bagi Tuhan. Jadilah seorang God-Pleaser. Senangkanlah hati Tuhan, karena Dialah yang layak dipuji dan disembah.
Mungkin kita mengira bahwa menyenangkan hati orang berarti kita mengasihinya. Namun, bertindak karena kasih tidak sama dengan people-pleasing. Alangkah baiknya jika kita melakukan sesuatu bagi sesama karena kita memang peduli dan tulus pada mereka.
3. Not Being Real
Pribadi yang tidak real biasanya menampilkan atau mengucapkan apa yang tak sejalan dengan hatinya. Mereka tidak menjadi diri sendiri.
Berikut ciri-ciri orang yang tidak real:
Sungkan berlebihan
Contoh: bilang tidak mau makan karena sudah kenyang, padahal sebenarnya lapar.
Ingin terlihat bagus di mata orang
Contoh: mengaku kabarnya baik, padahal sedang buruk.
Tidak terbuka
Contoh: tidak berbohong, tapi juga tidak terbuka dengan keadaannya.
Baik karakter people-pleasing maupun not being real punya sejumlah persamaan. Keduanya tidak enakan dan tak bertindak seturut kata hati. Bedanya, people-pleasing kerap bersumber dari obsesi terhadap pendapat orang lain, sedangkan not being real erat kaitannya dengan kesombongan dan penerimaan diri. Dua karakter ini terkadang tumpang-tindih dan tumbuh bersama.
Apakah Anda terlalu sombong untuk mengakui keadaan Anda? Bahwa Anda lelah, butuh bantuan, atau tidak sekuat yang orang lain kira? Apakah Anda tidak menerima diri apa adanya, takut dimusuhi atau direndahkan, sehingga memilih menampilkan pribadi yang bukan diri Anda?
Being not real ibarat memakai topeng joker yang selalu tersenyum, tapi diam-diam, Anda tersiksa karena hidup dalam kepalsuan. Isi lemari jiwa Anda terus menumpuk, dan suatu saat nanti, tak bisa ditampung lagi sehingga buyar ke luar. Pada akhirnya, lemari yang berantakan tetap harus dibereskan, bukan?
“Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” – Matius 5:37
Kita tidak mesti menceritakan segala-galanya pada orang lain, tetapi ketika yang kita lakukan mengarah pada kebohongan dan kesombongan, maka di situlah dosa mengintai.
Untuk membasmi karakter ini, terapkan kombinasi solusi Conflict-Avoidant dan People-Pleasing. Juga, berdoalah minta kerendahan hati dan kasih. Kasih bagi diri Anda sendiri. Maafkanlah kesalahan Anda di masa lalu. Maafkan juga kondisi dan situasi yang tidak sesuai dengan idealisme Anda, yang tidak tampak bagus di mata orang. Di atas segalanya, ingatlah bahwa Tuhan mengharapkan kita untuk jujur dalam segala hal.
4. Wrong Motives
Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” – 1 Samuel 16:7
Anda mungkin bisa menipu manusia dengan melakukan hal yang “terlihat baik”. Namun, percayalah, Anda tidak dapat membohongi Allah. Dia tahu isi hati Anda.
Kalau engkau berkata: “Sungguh, kami tidak tahu hal itu!” Apakah Dia yang menguji hati tidak tahu yang sebenarnya? Apakah Dia yang menjaga jiwamu tidak mengetahuinya, dan membalas manusia menurut perbuatannya? – Amsal 24:12
“… dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia. – Yohanes 2:25
Mengapa Tuhan lebih berkenan pada persembahan Habel daripada Kain (Kejadian 4:3-4)? Atau, pada persembahan janda miskin ketimbang orang kaya (Lukas 21:1-4)? Karena mereka memberi dengan sepenuh hati, bukan dengan motivasi yang salah, seperti ingin dilihat orang, ingin dianggap baik, dan lain sebagainya.
Lakukanlah segala sesuatu dengan motivasi yang benar. Jangan ada udang di balik batu. Tuhan tidak menyukai karakter ini dan menegur keras orang-orang yang bertindak demikian. Dia lebih peduli pada hati kita daripada apa yang terlihat di luar. Selain itu, bukan mustahil, suatu saat nanti orang lain bisa mencium motivasi buruk Anda dan tidak lagi memercayai Anda.
5. Passionless
Passionless berarti melakukan sesuatu tanpa hati, hasrat, atau antusiasme. Secara kualitas, hasilnya bisa sama, bahkan mungkin lebih baik dibanding kerja dengan hati. Namun, ini berbahaya karena kita tidak menghiraukan keadaan mental kita sewaktu mengerjakannya.
Salah satu ciri orang yang passionless adalah ia hidup dengan to-do list. Entah sengaja atau tidak, kita tidak memedulikan perasaan saat melakukan sesuatu. Semuanya hanyalah tugas. Yang penting selesai, soal perasaan belakangan. Passionless people senang sekali mencoret daftar dalam to-do list-nya.
Namun, berurusan dengan sesama tidaklah semudah menconteng daftar. Bayangkan jika Tuhan Yesus melakukan segala sesuatu tanpa hati. Yang penting si pesakit sembuh, tak peduli hatinya beres atau tidak. Bayangkan jika seorang ibu hanya menuntut nilai akademik yang bagus, tapi tidak menyediakan hati dan telinga untuk mendengarkan kesulitan-kesulitan anaknya di sekolah.
Melakukan sesuatu tanpa hati dapat berakibat fatal pada kondisi jiwa. Anda menjadi tidak bahagia, tidak menikmati hidup. Lalu, suatu hari nanti, Anda akan kelelahan, bahkan “sakit” secara emosi, sehingga tidak berminat melakukan apa pun.
“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” – Kolose 3:23
Memang, terkadang kita tak punya banyak pilihan. Anda perlu melakukan hal-hal yang tidak disukai. Namun, sembari mencari solusinya, Anda dapat memilih untuk love what you do, and do what you love. Cintai apa yang Anda kerjakan, dan kerjakan apa yang Anda cintai. Lakukanlah itu untuk Tuhan, dan lakukan yang terbaik.
Kalau Anda menemukan satu atau lebih karakter pembunuh terselubung di atas, lekaslah selesaikan. Sekalipun saat ini Anda merasa baik-baik saja, dampak yang akan Anda derita hanyalah soal waktu. Bunuhlah karakter buruk itu sebelum dia membunuh Anda.
Source : https://gkdi.org/blog/karakter/
- suwandisetiawan's blog
- Login to post comments
- 1110 reads