You are hererenungan / Bebas dari Rasa Kesepian
Bebas dari Rasa Kesepian
Pernahkah Anda merasa kesepian? Atau, mungkin saat ini sedang kesepian? Saya pun pernah mengalaminya. Perasaan hampa dan tak tahu arah sempat menjadi teman setia yang menemani hari-hari saya. Ibarat sayur tanpa garam, hidup ini terasa begitu hambar.
Kesepian bisa terjadi pada semua orang dan tidak selalu disebabkan karena seseorang hidup sendiri. Di tengah hiruk-pikuk lingkungan atau aktivitas supersibuk sekalipun, seseorang dapat merasa sepi. Bahkan riset membuktikan, dari total presentase orang-orang kesepian, 62% adalah mereka yang sudah menikah.
Jadi, kesepian dapat timbul meskipun kita punya pasangan, keluarga, sahabat, pekerjaan, dan segudang kegiatan. Sumber kesepian bukanlah ketidakhadiran orang lain, melainkan dari diri sendiri. Kita mungkin merasa orang lain tidak membutuhkan atau memerhatikan kita. Atau, orang lain tidak dapat memahami dan menerima kita apa adanya.
Bagaimana cara mengatasi rasa kesepian?
Banyak faktor penyebab kesepian. Trauma masa lalu, keegoisan, kurang percaya diri atau minder, serta hal-hal lain yang perlu digali secara psikologis.
Di sini, saya akan bahas dua hal yang perlu Anda ketahui tentang kesepian, serta cara mengatasinya dari sudut pandang Alkitab:
1. Kesepian = salah fokus
Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Mat 22:37-39)
Banyak orang Kristen merasa kesepian, padahal mereka rajin ke gereja dan aktif dalam pelayanan. Salfok alias salah fokus membuat kita terjebak dalam kegiatan atau rutinitas rohani, tetapi lupa membangun hubungan dengan Tuhan.
Yesus selalu berfokus pada satu hal, yaitu hubungan. Hukum yang terutama adalah membangun hubungan, baik secara vertikal (mengasihi Tuhan), maupun horizontal (mengasihi sesama).
Sebagai seorang Kristen, kita perlu meneladani fokus Yesus. Dalam pelayanan-Nya, Yesus sangat mengutamakan hubungan. Dia senang berinteraksi dengan orang-orang yang ditemui-Nya. Berinisiatif memulai pembicaraan, berkunjung ke rumah mereka, makan bersama, menyelesaikan masalah yang ada, dan lain sebagainya. Bagi-Nya, semua adalah tentang hubungan.
Kasih kepada Tuhan dan sesama merupakan satu kesatuan tak terpisahkan. Tidak mungkin kita mengasihi Tuhan, sementara membenci saudara / saudari kita. Jadi, hal pertama untuk terbebas dari kesepian adalah mengecek fokus hubungan kita. Apakah fokus kita sudah terarah, pertama-tama kepada Tuhan, dan kemudian sesama?
Kalau belum, cobalah perbaiki fokus hubungan Anda. Menyibukkan diri atau memperbanyak teman takkan menghapus rasa kesepian jika Anda tidak tuntaskan akar permasalahannya.
2. Lebih Terbuka
Setelah fokus kita benar, tahap kedua adalah belajar bersikap terbuka. Keterbukaan adalah hal penting dalam sebuah hubungan.
Coba tanyakan pada diri sendiri: Apakah saya lebih nyaman berteman dengan orang yang terbuka dan bersikap apa adanya, atau orang yang tertutup dan mengunci diri? Kalau Anda menyukai tipe pertama dan ingin punya teman seperti itu, Anda perlu belajar menjadi pribadi yang terbuka juga.
Sebelum berdoa di Taman Getsemani, Yesus berkata pada murid-murid-Nya: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” (Matius 26:38)
Bayangkan Anda berada di posisi murid Yesus dalam situasi itu. Apa rasanya ketika Yesus, Guru Anda, bilang bahwa Dia sedang sedih, sampai rasanya mau mati? Mungkin Anda akan terdiam, bingung harus menjawab apa. Lagian, Dia guru saya, mungkin Anda berpikir begitu. Dia pasti lebih tahu apa yang harus dilakukan.
Kawan, keterbukaan bukan soal mencari solusi, melainkan tentang menghargai dan menganggap penting keberadaan seseorang. Yesus bisa saja tidak mengungkapkan perasaan kepada murid-murid-Nya. Toh, belum tentu juga mereka dapat membantu. Namun, Yesus melakukannya karena Dia mengasihi mereka. Bagi Yesus, hubungan mereka lebih dari sekadar guru dan murid, tetapi sahabat.
“Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” (Yoh 15:14)
Apakah kita menganggap Tuhan sahabat kita? Sudahkah kita membuka diri kepada Tuhan dan saudara-saudari kita? Mari, kita belajar menjadi pribadi yang terbuka sebagai wujud penghargaan dan kasih kita kepada Tuhan dan sesama.
Kesimpulannya, untuk terbebas dari rasa kesepian, kita perlu berfokus membangun hubungan dengan Tuhan dan sesama, dengan membuka diri terlebih dahulu. Semoga dua kiat tersebut dapat membantu Anda mengatasi kesepian dan menjadi berkat bagi kita semua. Amin.
Source : https://gkdi.org/blog/bebas-dari-rasa-kesepian/
- suwandisetiawan's blog
- Login to post comments
- 857 reads