You are heree-JEMMi No.42 Vol.12/2009 / Ayah Kalian yang Harus Disalahkan
Ayah Kalian yang Harus Disalahkan
Di Bangladesh, pemimpin-pemimpin kelompok garis keras menjadi marah ketika orang-orang Kristen membagikan iman mereka. Para pengabar Injil aktif menjadi target kekerasan, dan pelayanan mereka membawa anak mereka dalam bahaya. Meskipun demikian, mereka tidak bisa berhenti begitu saja memberitakan Kabar Baik. Untuk menolong memenuhi kebutuhan ini, sebuah rumah yang dikhususkan bagi anak-anak dibangun pada tahun 1993. Rumah aman ini dibangun untuk melindungi anak-anak muda Kristen dari penganiayaan. The Voice of The Martyrs (VOM) mendukung rumah yang sekarang telah menampung dua ratus anak-anak ini. Dengan keamanan anak mereka, para orang tua dapat dengan bebas berkarya.
Daniel (11 tahun) dan Lashar (14 tahun) tinggal di rumah aman dan mendapatkan pendidikan. Ayah mereka adalah hamba Tuhan yang didukung oleh VOM melalui program "Support Hamba Tuhan". Sebelum anak-anak ini pulang ke rumah aman, mereka bersekolah di sekolah pemerintah di desa mereka dan mereka berdua adalah satu- satunya murid Kristen di sekolah yang memunyai dua ratus murid tersebut.
Guru-guru mereka -- karena perasaan sentimen -- sesekali memukuli mereka dengan tongkat bambu karena iman Kristen mereka. Teman satu kelas mereka menghina mereka juga. Akhirnya, guru mereka berkata, "Karena kamu anak orang Kristen, aku tidak mau mengajar kalian lagi. Ayahmu yang pekerja pelayanan Kristen adalah yang harus disalahkan karena masalah kalian sekarang." Pihak sekolah memberhentikan kedua bersaudara ini.
Rumah aman tempat anak-anak ini tinggal adalah sebuah kamp yang berlokasi di pinggir sebuah desa dekat sebuah sungai berlumpur. Di kamp tersebut, kegiatan dimulai sebelum jam 5 pagi, ketika ratusan anak laki-laki dan perempuan keluar dari kamar mereka yang terpisah dan membuka buku pelajaran mereka. Dengungan suara mereka dan lemahnya penerangan cahaya lampu adalah panggilan bangun bagi seluruh penghuni kamp tersebut.
Bel dibunyikan untuk memanggil semua berkumpul di ruang doa pada pukul 5 pagi. Para murid melepas sandal mereka sebelum melangkah masuk ke dalam ruang doa dengan lantai karpet merahnya. Anak-anak perempuan dan laki-laki duduk bersila di sisi yang berbeda ketika mereka menaikkan pujian sebelum kelas pembelajaran Alkitab dimulai.
Setelah persekutuan doa pagi, anak-anak berhamburan keluar ruang doa untuk dengan segera mengganti pakaian mereka dengan seragam sekolah berwarna hijau dan putih. Setelah makan pagi, mereka berjalan berbaris tidak jauh melewati lapangan yang banjir menuju sekolah. Pendidikan adalah terlalu mahal bagi sebagian besar keluarga-keluarga di Bangladesh dan sebagian besar sekolah hanya mengajarkan pelajaran agama setempat. Sekolah yang dituju anak-anak ini adalah sekolah yang terletak di dalam kamp dan dibentuk oleh staf dan pengurus kamp ini. Sekolah ini memunyai tingkatan dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Umum.
Mina adalah kepala sekolah. Ia meminta para murid berkumpul di halaman sekolah sebelum masuk kelas setiap paginya. Beberapa anak di rumah aman tersebut, seperti Soma (11 tahun), adalah korban pemerkosaan. Keluarga Soma berpindah keyakinan menjadi Kristen. Marah dengan perpindahan keyakinan ayahnya, penduduk desa menculik Soma dan melecehkannya. Setelah kejadian itu, Soma ditampung di rumah aman ini. Walaupun sekarang Soma sudah aman, ia tidak pernah berbicara lagi sejak kejadian itu. Mina, yang adalah seorang konselor trauma terlatih, melayani Soma dan anak-anak lain korban penganiayaan yang mengalami trauma.
Cara lain untuk menolong orang-orang percaya di Bangladesh adalah melalui program perlindungan. Di program ini, keluarga-keluarga Kristen yang dikejar keluar dari desa-desa serta diancam dengan kematian dan pemukulan karena kesaksian mereka, datang ke tempat penampungan untuk memulai hidup baru mereka. Penduduk desa mengusir Lut, seorang guru "agama lain", dan istrinya, Beena, dari desa mereka setelah Lut berpindah keyakinan menjadi Kristen. Tidak tahu mau ke mana, Lut, Beena, dan keempat anak mereka bersembunyi di hutan. Mereka selamat berkat nasi basi sampai seorang kontak VOM menemukan mereka. Setelah beberapa minggu dikuatkan dengan pengajaran firman Allah di rumah aman, Beena dan Lut direlokasi ke desa yang lain di mana mereka membagikan firman Allah.
Yang lain yang datang untuk mengungsi adalah orang percaya baru yang diusir dari keluarga mereka karena perpindahan keyakinan. Khalid adalah seorang pemuda "agama lain" yang taat sampai suatu saat ia mendengar seorang hamba Tuhan berbicara di desanya. Ia mempelajari kekristenan dan memutuskan untuk menerima Kristus. Ia berbicara dengan berani mengenai iman barunya. Para tetangga mengancam akan membunuh seluruh keluarganya sambil menuntut orang tuanya untuk mengurus "permasalahan putranya". Kedua orang tuanya memintanya untuk pergi. Khalid bergabung dengan program perlindungan, dan orang-orang Kristen yang berpengetahuan mengajarkannya dasar-dasar kebenaran alkitabiah. Setelah beberapa minggu belajar, ia dibaptis di sebuah kolam setempat. Ketika ia menetap di rumah aman, Khalid juga belajar untuk memperbaiki mesin melalui salah satu kelas profesi yang VOM danai. Sekarang ia sudah mampu membiayai hidupnya sendiri sementara ia mengabarkan Kabar Baik kepada orang-orang di sekitarnya.
VOM terus menyokong para hamba Tuhan di Bangladesh dengan literatur Kristen dan peralatan lainnya. VOM memberikan sepeda untuk membantu mereka bepergian dari satu desa ke desa lain. VOM juga terus menolong keluarga-keluarga Kristen ketika mereka menderita karena iman mereka. Sebagai tambahan, VOM juga menggali sumur-sumur untuk keluarga-keluarga Kristen. Menyediakan mereka air minum juga merupakan kesempatan untuk membagikan kesaksian atas kasih Tuhan.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama buletin | : | KDP (Kasih dalam Perbuatan), edisi Maret -- April 2009 |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Penerbit | : | The Voice of The Martyrs |
Halaman | : | 5 -- 6 |
- Printer-friendly version
- Login to post comments
- 4050 reads