You are hereArtikel / Mengapa Anak-anak Bingung akan Arti Keselamatan?
Mengapa Anak-anak Bingung akan Arti Keselamatan?
"SAYA TELAH diselamatkan tujuh kali."
"Saya diselamatkan lagi di kamp anak-anak tahun ini. Setiap tahun di kamp anak-anak, saya diselamatkan."
"Saya menerima Yesus kemarin, tetapi saya mau melakukannya lagi hari ini."
"Saya berkelahi dengan adik saya. Ia menangis. Sekarang saya perlu meminta Yesus memasuki hati saya kembali."
"Dan demikian terus-menerus -- inilah kesaksian anak-anak. Perkataan ini diucapkan oleh anak-anak yang sudah mengikuti sekolah Minggu, kelompok cerita Alkitab, dan pertemuan-pertemuan lainnya untuk anak-anak. Mengapa anak-anak mengatakan hal-hal semacam itu? Apa yang dapat kita perbuat? Bagaimana keselamatan dapat dijelaskan kepada seorang anak agar ia tidak merasa bingung? Setiap guru yang benar-benar mencintai anak-anak dan ingin melihat mereka menjadi pengikut Kristus tak dapat tidak akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini apabila ia mendengar pernyataan-pernyataan semacam itu dari mulut anak-anak. Guru itu akan cemas bahwa kemungkinan anak-anak tidak sungguh-sungguh mengerti kebenaran yang begitu penting -- yaitu bahwa Kristus mati karena dosa-dosa mereka, dan bahwa dengan menerima Dia sebagai Juru Selamat, maka mereka menjadi milik-Nya. Guru akan bertanya-tanya apakah mungkin anak-anak yang ia layani hanya ikut-ikutan saja dan sama sekali belum menerima Yesus sebagai Juru Selamat mereka.
MENGAPA seorang anak mengatakan bahwa ia diselamatkan lebih dari satu kali? Ada banyak alasan. Beberapa di antaranya adalah:
1. Ia tidak mengerti istilah-istilah yang ia dengar.
Mula-mula ia diberitahu bahwa ia harus diselamatkan; kemudian bahwa ia harus membiarkan Yesus memasuki hatinya; berikut ia harus memberikan hatinya kepada Yesus; lalu ia harus percaya pada Yesus. Setiap kali ia mendengar sebuah istilah baru, ia pikir ia harus menanggapinya. Demikianlah ia "maju ke depan" setiap kali ada undangan untuk menerima Tuhan Yesus, yaitu undangan yang diutarakan dengan istilah lain dari apa yang pernah ia dengar.
Seorang wanita Kristen dewasa menceritakan bagaimana ia menanggapi setiap undangan yang diberikan ketika ia kecil. Ia berkata, "Pasti ada sekurang-kurangnya selusin penginjil yang menganggap saya sebagai salah seorang yang mereka menangkan kepada Tuhan. Namun sebenarnya bertahun-tahun kemudian barulah saya sungguh-sungguh mengetahui apa artinya menjadi seorang Kristen."
Seorang gadis berusia empat tahun sedang menonton suatu acara kedokteran di televisi bersama orang tuanya. Pada waktu pembedahan jantung dipertunjukkan, ia melihat para dokter dengan hati-hati mengeluarkan jantung si pasien. Pada waktu itu ia bertanya, "Ayah, apakah ia sedang memberikan hatinya kepada Yesus?"
2. Karena ketakutan, Ia mengambil keputusan untuk menerima Yesus
Seorang anak berkata, "Saya maju ke sana untuk berbicara dengan orang itu karena guru mengatakan jika tidak, maka saya akan masuk neraka. Saya tidak ingin pergi ke sana untuk terbakar." Tentu seorang anak harus mengetahui bahwa neraka ada, tetapi ia perlu memahami bahwa Yesus mati bukan hanya untuk menyelamatkan dia dari neraka, namun juga untuk memelihara dia dari dosa sekarang ini. Ia perlu menyadari bahwa ia dibebaskan bukan hanya dari hukuman dosa, tetapi terutama dari kuasa dosa. Memakai neraka sebagai satu-satunya motivasi untuk menerima Kristus sebagai Juru Selamat adalah tidak adil terhadap anak itu, terhadap Kitab Suci, maupun terhadap Tuhan sendiri. Apabila seorang anak memutuskan untuk menerima Kristus berdasarkan rasa takut semata-mata, maka ketakutan itu mungkin segera akan hilang, dan tidak lama kemudian ia akan meragukan kesungguhan pengalaman itu.
3. Ia tidak mengerti apa arti dosa.
Ia sebenarnya tidak mengerti perlunya seorang Juru Selamat. Sekelompok anak sedang mempelajari Alkitab. Guru menyuruh mereka membaca Roma 3:23. Mereka melakukannya, lalu guru mengajukan pertanyaan, "Berapa orang yang berdosa?" Anak-anak menjawab, "Semua orang." Guru berkata, "Dan itu berarti kita juga, bukan?" Semua anak kelas tiga itu terkejut dan serentak menjerit, "Kita?" Karena kejadian itu guru menyadari bahwa anak-anak dapat memberikan jawaban yang tepat tanpa mengerti bagaimana hal itu berlaku atas diri mereka secara pribadi. Guru juga sadar bahwa tugas berikutnya adalah menyadarkan anak-anak tentang dosa dalam kehidupan mereka sendiri. Tanpa kesadaran ini, anak-anak tidak dapat mengerti mengapa Kristus mati, atau apa manfaat kematian-Nya di kayu salib itu bagi mereka.
4. Ia tidak menyadari bahwa hanya sekali saja ia perlu mengambil keputusan untuk menerima Kristus sebagai Juru Selamatnya.
Semua orang mengatakan kepadanya bahwa ia perlu menerima Yesus; karenanya ia pikir sebaiknya ia melakukan hal itu setiap kali ada orang yang mengatakan demikian. Ia perlu menyadari bahwa setelah ia menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya, maka ia menjadi anggota keluarga Allah. Persis sebagaimana ia dilahirkan ke tengah-tengah keluarganya satu kali, demikian juga ia masuk menjadi anggota keluarga Allah satu kali saja.
5. Pada saat ia maju, ia kemungkinan merasa bersalah atas "kenakalan" tertentu yang telah ia lakukan.
Ia meminta keampunan untuk kesalahan itu, dan dengan keliru menganggap pengalaman ini sebagai penyelamatan. Kemudian ketika ia nakal lagi, ia pikir seharusnya ia diselamatkan lagi.
6. Ia tertarik pada hadiah.
Kadang-kadang suatu hadiah dijanjikan kepada semua anak yang datang menerima Kristus sebagai Juru Selamat. Anak itu ingin hadiah tersebut. Lalu ia sekedar maju dan mengulangi doa yang diucapkan, dengan bertanya-tanya dalam hatinya apa sebenarnya hubungan perbuatan tersebut dengan penerimaan hadiah. Pada suatu hari penulis berbicara dengan seorang gadis kelas tiga mengenai hal menjadi seorang Kristen. Ia menggunakan Alkitab gadis kecil itu untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh Kristus bagi kita. Penulis bertanya, "Dari mana engkau memperoleh Alkitabmu?" Gadis kecil itu menjawab, "Saya mengikuti sebuah kebaktian, dan pemimpinnya berkata bahwa ia akan memberikan sebuah Kitab Perjanjian Baru kepada siapa saja yang maju untuk menjadi seorang Kristen, maka saya pun maju." Kendatipun demikian, satu tahun kemudian gadis yang sama ini ingin mengetahui bagaimana caranya menjadi seorang Kristen.
7. Ia mengikuti orang banyak.
Seorang anak mengangkat tangannya ketika suatu undangan untuk menerima Kristus diberikan. Karena itu, anak lain mengangkat tangan pula, lalu lainnya, lalu lainnya, dan lainnya. Beberapa di antara anak-anak itu bahkan mungkin tidak mengetahui mengapa mereka mengangkat tangan. Sama seperti seorang anak dapat mengacungkan tangan ketika sebuah pertanyaan diberikan, dan kemudian tidak mengetahui jawabannya, demikian juga ia dapat mengangkat tangannya ketika ada undangan untuk menerima Kristus, namun ia tidak mengetahui apa yang ia lakukan.
8. Ia mengambil keputusan berdasarkan sebuah cerita.
Ada banyak cerita yang dinamakan cerita keselamatan, yang mungkin menyebabkan anak itu memberi tanggapan; namun hampir tidak ada kebenaran Alkitab dalam cerita seperti itu. Atau seandainya cerita-cerita itu berisi kebenaran Kitab Suci, kebenaran dan khayalan terjalin sedemikian rupa sehingga anak menjadi bingung. Kemudian hari ia mengetahui bahwa cerita itu hanyalah cerita rekaan, dan baginya bagian yang berasal dari kitab Suci merupakan rekaan juga. Dengan demikian ia tidak mempunyai dasar untuk menjelaskan keputusannya, sehingga ia pikir ia harus diselamatkan kembali.
9. Ia ingin menyenangkan guru.
Guru mungkin mengatakan begini, "Tentu untuk saya kalian mau menerima Yesus sebagai Juru Selamat kalian. Saya ingin melihat kalian semua di Sorga bersama saya." Anak itu mencintai gurunya. Anak ini senang karena ia membuat gurunya senang. Perasaan senang tersebut disamakan dengan diselamatkan, tetapi minggu berikutnya perasaan senang itu lenyap. Maka pikiran bahwa ia seorang Kristen atau bahwa ia akan ke sorga mungkin lenyap juga.
10. Ia lelah duduk.
Pelajaran kadang-kadang lama. Setelah suatu pelajaran yang panjang guru mungkin meminta agar siapa yang ingin menerima Kristus agar berdiri. Anak itu berdiri. Guru menganggap dia sebagai seorang anak yang dimenangkan untuk Kristus, padahal anak itu hanya melepaskan lelahnya.
11. Ia menanggapi cerita-cerita yang penuh emosi.
Ketika anak mendengar cerita semacam itu ia ingin menangis. Ia siap untuk menanggapi setiap pertanyaan yang diajukan gurunya, tanpa diyakinkan oleh Roh Kudus. anak itu menangis; ia merasa lebih enak. Ia menanamkan perasaan tersebut "diselamatkan" tetapi kemudian ia tidak merasa itu lagi, maka ia berkesimpulan bahwa ia pun belum diselamatkan. Dalam banyak hal demikian, kesimpulan anak ini benar. Walaupun ia memberi tanggapan, namun tanggapannya itu karena tekanan, sehingga pengalaman itu tidak membawa dia kepada pengenalan akan Yesus sebagai Juru Selamat.
12. Ia tidak mempunyai seorang untuk mengajar dia setelah menerima Kristus.
Banyak anak benar-benar menerima Kristus sebagai Juruselamat, tetapi kemudian mereka ditinggalkan tanpa bimbingan dan pengajaran lebih lanjut. Mereka tidak tahu bagaimana membaca Alkitab; dan yang bisa membacanya tidak tahu apa yang harus dibaca. Mereka mempunyai banyak pertanyaan, tetapi tidak ada orang yang menjawabnya. Tak ada yang menolong mereka untuk mengerti bahwa kehidupan orang Kristen berbeda dengan orang lain yang bukan Kristen. Tak seorangpun mengajar mereka bagaimana berdoa. Tidak lama kemudian mereka menjadi ragu-ragu atau bahkan melupakan pengalaman mereka.
Sumber: | ||
Judul buku | : | Menerangkan Keselamatan kepada Anak-anak |
Penulis | : | Marjorie Soderholm |
Penerbit | : | Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang 1972 |
Halaman | : | 1 -- 5 |
Dipublikasikan di | : | http://pepak.sabda.org/30/may/2000/anak_mengapa_anak_anak_bingung_akan_arti_keselamatan |
- Login to post comments
- 1776 reads