You are herePenginjilan / Injil yang Tidak Menyinggung Perasaan Bukanlah Injil Sama Sekali
Injil yang Tidak Menyinggung Perasaan Bukanlah Injil Sama Sekali
“Kita jangan terlalu agresif dalam usaha penginjilan kita. Kita jangan menyinggung perasaan orang. Bagaimanapun, Anda menangkap lebih banyak lalat dengan madu daripada dengan cuka.”
Saya sudah mendengar hal ini ribuan kali. Terkadang, rekan seiman mengungkapkan rasa takut bersaksi mereka karena mereka tahu bahwa memberitakan Injil akan menyinggung perasaan keluarga, teman, dan tetangga mereka dan mereka tidak ingin menjadi orang yang buruk. Kita mencari cara untuk memberitakan pesan tentang Kristus yang menyelamatkan tanpa menyinggung perasaan orang-orang yang kita Injili.
Sebuah gereja dalam komunitas saya menemukan sebuah cara untuk tidak menyinggung perasaan orang. Dalam versi VBS mereka, mereka mengundang anak-anak untuk “jadikan BIG JC teman baikmu.” Siapa yang akan tersinggung dengan itu? Masalahnya adalah bahwa apa yang mereka lakukan, meskipun tidak menyinggung tetapi juga impoten. Itu bukanlah Injil.
Berikut adalah tesis saya: Injil adalah sesuatu yang menyinggung perasaan. Jika Anda menghilangkan itu dari Injil, Anda juga menghilangkan kuasa Injil yang menyelamatkan.
Dari luar, tampaknya mulia berusaha untuk tidak menyinggung perasaan orang dalam upaya penginjilan kita. Saya sebenarnya adalah orang yang tidak agresif, dan rasa takut menyinggung atau mengganggu orang, terkadang membuat saya tidak memberitakan Injil. Akan tetapi, jika kita berusaha untuk menghilangkan sesuatu yang menyinggung perasaan dari Injil, kita beresiko menghilangkan inti dari Injil itu juga.
Injil yang Menyinggung Perasaan
Paulus mengatakan sesuatu yang sangat aneh saat dia menegur jemaat di Galatia karena mereka kembali pada hukum Yahudi setelah dibebaskan dari hal itu. Dalam Galatia 5:11-12 dia mengungkapkan kekuatirannya terhadap menghilangkan sesuatu yang menyinggung perasaan dari Injil.
"Saudara-saudara, jikalau aku masih memberitakan sunat, mengapakah aku masih dianiaya juga? Sebab kalau demikian, salib bukan batu sandungan lagi."
Paulus dengan jelas mengenali sesuatu yang perlu kita sadari: Injil yang sejati adalah menyinggung perasaan keberadaan manusia berdosa. Anda tidak bisa menghilangkan sesuatu yang menyinggung perasaan dari Injil tanpa menghilangkan Injil itu sendiri. Paulus tahu bahwa adalah mustahil memberitakan Injil yang sejati tanpa menyinggung perasaan jiwa yang terhilang.
1 Korintus 1 dan 2 merupakan sebuah pembahasan tentang Injil dan dampaknya di dalam dunia. Orang-orang bukan Yahudi menolaknya karena mereka tidak bisa menerimanya dengan alasan mereka sendiri dan orang-orang Yahudi menolaknya karena keselamatan tidak diperoleh melalui hukum Taurat. Lihat 1 Korintus 1:23-25:
“Kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya daripada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat daripada manusia.”
Orang-orang Yahudi tersandung dengan konsep bahwa keselamatan tidak didasarkan pada perbuatan. Orang-orang bukan Yahudi menganggap Injil sebagai kebodohan. Akan tetapi, ajaran tentang Kristus yang disalibkan adalah kekuatan Allah untuk keselamatan.
Petrus mengulangi hal yang senada dalam 1 Petrus 2. Di ayat ke 4, dia berkata, “Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah.” Yesus ditolak oleh manusia, tetapi Dia dipilih oleh Allah sebagai satu-satunya pengharapan untuk keselamatan dunia. Ayat 8 menggambarkan Yesus sebagai “batu sandungan dan batu sentuhan” bagi mereka yang menolak untuk percaya dan menaati Injil.
Yesus menjelaskan bahwa mengikuti Dia akan menyebabkan kita dibenci oleh dunia. Lihat Yohanes 15:18-21
“Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku daripada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku.”
Lihatlah pada apa yang Yesus katakan di sini. Dunia membenci Dia dan pesan-Nya. Sebagian besar orang yang mengikuti Yesus menjauh dari-Nya ketika Dia mulai mengatakan hal aneh seperti, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Mereka suka makanan, kesembuhan, dan kerumunan orang banyak, tetapi tuntutan untuk mati terhadap diri sendiri untuk mengikut Yesus terlalu berlebihan. Yesus berjanji bahwa mereka yang melayani di dalam nama-Nya juga akan diusir, ditolak. Yesus memberitahunya bahwa dunia akan membenci mereka karena Dia memilih mereka keluar dari dunia. Dunia hanya akan mengasihi mereka jika mereka “dari dunia” dan bukannya mengabdi bagi Kerajaan Allah.
Hal itu tidak bisa menjadi lebih jelas lagi. Dunia akan membenci mereka yang melayani kepentingan Kerajaan, sama seperti dunia membenci Yesus. Satu-satunya cara agar Anda tidak menyinggung perasaan dunia yang berdosa ini adalah menjadi sama dengan cara dunia dan menolak cara Yesus.
Presentasi Injil dalam Perbuatan
Lihatlah bagaimana Injil dihadirkan di Kisah Para Rasul, yang dilakukan oleh Petrus, Yakobus, dan Paulus. Mereka non-agresif.
Dalam Kisah Para Rasul 4:8-12, Petrus berbicara langsung kepada para penguasa masyarakat – orang-orang yang sama yang telah menyalibkan Yesus.
“Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua, jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan, maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati – bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan – yaitu kamu sendiri - , namun ia telah menjadi batu penjuru. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.”
Petrus dengan berani menghadapkan mereka kepada dosa mereka, perlakuan mereka terhadap Yesus. Para pemimpin agama yang sama ini begitu tersinggung dengan khotbah Stefanus sehingga mereka menghukum mati dia dalam akhir pasal 7 dan mulai menganiaya jemaat. Jelas, Petrus dan Stefanus tidak diberitahu bahwa khotbah kita haruslah positif dan peka terhadap para pencari kebenaran.
Filipus memberitahu sida-sida Etipia “kabar baik: (Kis. 8) tetapi dia memulai dari kitab Yesaya dengan penjelasan tentang korban dan kematian Yesus Kristus. Kabar baik Injil menuntut kunjungan ke arah salib.
Dalam Kisah Rasul 13:13-41, Paulus memberitakan Injil di rumah ibadat Antiokhia di Pisidia. Dia mengulas tentang dosa bangsa Israel di masa lalu. Dia menyampaikan penyaliban Yesus Kristus yang mengerikan dan memperingatkan mereka mengenai penghakiman yang akan ditimpakan kepada mereka yang menolak pesan itu. Banyak yang mengikut Yesus, tetapi ada banyak yang menolak dan mencerca Paulus. Ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan baginya. Injil yang menyelamatkan juga Injil yang menyinggung perasaan. “Injil” yang tidak menyinggung perasaan beberapa orang tidak dapat menyelamatkan beberapa orang. Di Listra, Paulus memperingatkan orang-orang agar berbalik dari “hal yang sia-sia”. Beberapa orang melakukannya. Akan tetapi, yang lain melemparinya dengan batu. Ke mana pun Paulus pergi, beberapa orang dibawa kepada Kristus, beberapa yang lain tersinggung dan menganiaya Paulus. Dia sendiri tahu sesuatu yang menyinggung perasaan dari Injil. Dia juga tahu dia tidak dapat memberitakan Injil kepada seseorang tanpa menyinggung perasaan beberapa orang ketika melakukannya.
Sebuah Catatan Penting
Kita mengkhotbahkan sebuah pesan yang menyinggung perasaan. Tidak selalu kita perlu menjadi pribadi yang menyinggung perasaan dalam pemberitaan itu. Kita bisa berusaha untuk menjadi ramah dan penuh kasih dalam sikap kita. Kita tidak perlu bertindak seakan-akan kita senang orang-orang akan masuk neraka. Sebisa mungkin, kita harus membiarkan pesan kita itulah yang menyinggung perasaan, bukan sikap kita.
Akan tetapi, bagaimana pun usaha Anda untuk menjadi ramah, pesannya akan menyinggung perasaan. Dan, kita tidak perlu malu akan hal itu. Tanggung jawab kita adalah pada kebenaran Injil, bukan pada perasaan orang tentang kita.
Apa yang Menyinggung Perasaan dari Injil?
Injil mengatakan beberapa hal yang tidak ingin didengar oleh orang-orang.
Injil memberitahu manusia bahwa mereka adalah orang berdosa yang memberontak terhadap Allah. Memberitahu orang-orang betapa baiknya mereka, akan membuat mereka mengasihi Anda. Beri mereka terapi dan perasaan baik yang melambung dari mimbar, maka itu akan bisa menjadikan Anda pembicara dengan audiens sangat banyak yang memenuhi stadion besar NBA dan menjadikan Anda penulis terlaris. Beritahu mereka bahwa mereka adalah orang berdosa yang terpisah dari Allah oleh karena dosa itu, maka mereka tidak akan menghargai Anda dan khotbah Anda. Akan tetapi, Anda tidak mungkin mengkhotbahkan Injil yang sejati tanpa menghadapkannya pada dosa manusia.
Injil memberitahu kita bahwa perbuatan kita tidak akan pernah cukup baik. Salah satu buku anak favorit saya adalah “I Can Do It Myself.” (“Saya Bisa Melakukannya Sendiri - Red.) Saya lebih memilih untuk melakukan sendiri sebuah pekerjaan perbaikan rumah yang biasa daripada membayar seseorang untuk mengerjakannya dengan sempurna. Saya melakukannya dengan cara saya! Namun, Injil memberitahu Anda bahwa, sesungguhnya, Anda tidak bisa melakukannya sendiri. Seberapa pun banyaknya perbuatan baik yang Anda lakukan, seberapa pun banyaknya perbuatan amal yang Anda kerjakan, seberapa pun banyaknya pemberian dermawan yang Anda sumbangkan, itu tidak akan pernah cukup. Tidak ada seorang pun yang benar, tidak ada seorang pun.
Injil memberitahu kita bahwa agama kita tidak cukup. Paulus berkata kepada orang Yahudi bahwa Yudaisme mereka tidak akan menyelamatkan mereka kecuali mereka menerima Yesus sebagai Mesias. Dia memberitahu orang bukan Yahudi bahwa dewa-dewa mereka adalah berhala dan mati. Agama tidak akan pernah menyelamatkan. Agama-agama “Kristen” yang tidak memberitakan Injil Yesus Kristus mengutuk orang-orang ke neraka sementara mereka merasa baik tentang diri mereka sendiri. Paulus memberitahu jemaat di Roma (Roma 10:2) bahwa orang Yahudi memiliki gairah untuk Allah, tetapi tidak sesuai dengan pengetahuan. Agama mereka mungkin mulia dan tulus, tetapi itu tidaklah menyelamatkan. Hanya Kristus yang menyelamatkan.
Injil tidak diketahui secara pasti oleh kepintaran dan akal budi manusia. Paulus menjelaskan dengan panjang di dalam 1 Korintus 1 dan 2 untuk memberitahu kita bahwa kebenaran Injil adalah “yang disadari secara rohani.” Itulah sebabnya, orang-orang yang pandai seringkali menolak pesan tentang salib. Hanya ketika Roh Allah mengungkapkan kebenaran Allah, maka seseorang bisa memahami Injil.
Injil itu eksklusif. Inilah yang dibenci oleh dunia kita. Jika kita berkata, “ini adalah jalan kami” dan membiarkan orang lain menemukan jalan mereka sendiri, tidak seorang pun yang peduli. Kita menyinggung karena kita mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan. Akan tetapi, Paulus menyebut mereka yang mengajarkan Injil-Injil lain sebagai “terkutuk” di Galatia dan berharap mereka dikebiri saja (Galatia 5:12) karena mengajarkan keselamatan diperoleh dengan melakukan hukum Taurat.
Saya tidak sedang mendukung perilaku tidak sopan yang dilakukan oleh orang Kristen. Saya menunjukkan poin yang sederhana. Pesan kita adalah menyinggung perasaan. Yesus mengatakan itu akan terjadi. Petrus dan Paulus mengalaminya. Anda tidak bisa menghilangkan sesuatu yang menyinggung perasaan dari Injil tanpa menghilangkan kuasa Injil untuk menyelamatkan.
Kita bisa berkhotbah tanpa menyinggung perasaan. Akan tetapi, kita tidak bisa mengkhotbahkan seluruh nasihat Allah tanpa menyinggung perasaan. Kita bisa menyampaikan sebuah khotbah yang membuat orang-orang merasa baik. Namun, Injil membuat orang-orang bertatap muka dengan dosa dan kegagalan mereka.
Injil yang menyelamatkan adalah juga Injil yang menyinggung perasaan! (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari:
Nama situs | : | SBC Voices |
URL | : | http://sbcvoices.com/an-inoffensive-gospel-is-no-gospel-at-all/ |
Judul asli artikel | : | An Inoffensive Gospel is No Gospel At All |
Penulis artikel | : | Dave Miller |
Tanggal akses | : | 4 Januari 2018 |
- Login to post comments
- 1299 reads