You are here4. Seorang Menolong Orang Lain

4. Seorang Menolong Orang Lain


Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu dihadapanKu (Yeh 22:30).

Di dalam jemaat mana selau saja selalu ada minat yang beraneka ragam mengenai pekerjaan Tuhan. Ada orang yang hanya menjadi penonton, yaitu mereka yang hanya datang untuk melihat dan mendengarkan. Mereka berada di sana karena bermacam-macam alasan: kebiasaan, rasa tanggung jawab, desakan kawan, keperluan perusahaannya, atau keperluan sosial. Sebagian adalah orang-orang yang bukan Kristen yang hanya ikut-ikutan. Sebagian adalah orang-orang yang bukan Kristen yang kebetulan menghadiri kegiatan gereja.

Selain penonton, ada juga kelompok orang yang giat mengambil bagian. Orang-orang ini mau mengambil bagian dalam pelayanan gereja, dan di dalam kebanyakan hal mereka memberikan yang terbaik. Mungkin mereka melayani sebagai penyambut tamu di Sekolah Minggu atau di kebaktian, dan mungkin melayani dalam panitia-panitia atau sebagai petugas lain di jemaat. Sebagian mungkin mengajar di Sekolah Minggu atau terlibat dalam kegiatan pelayanan yang aneka ragam.

Orang-orang yang berpartisipasi ini merupakan tulang punggung gereja. Gereja tidak dapat berjalan tanpa mereka. Maka pada waktu kita membicarakan pelayanan pemuridan di dalam gereja, jangan kita melalaikan orang-orang ini yang memainkan peranan yang berharga. Gereja harus tetap menyuguhkan acara yang bermacam-macam supaya semua orang merasa disambut dan kerasan. Sekolah Minggu harus tetap menjalankan kelas-kelas untuk segala umur. Organisasi lainnya harus menyediakan persekutuan bagi orang-orang yang minat dan keperluannya berlainan. Di dalam semua program ini yang terutama ialah orangnya. Pada mereka akhirnya tidak dapat ditolong oleh sesuatu tetapi harus ditolong oleh seseorang.

Kita semua mempunyai keperluan yang khas yang hanya dapat dipenuhi oleh orang lain. Tak ada program atau sistim yang dengan sendirinya dapat memenuhi kebutuhan manusia. Sebab kita adalah individu, dan masing-masing mempunyai kebutuhan yang khas yang hanya dapat dipenuhi oleh sesamanya.

Dalam hal ini ada suatu bahaya yang timbul ketika kita tidak menyadari bahwa ada orang yang belum siap atay yang tidak menginginkan pemuridan. Dalam semangatnya yang baru untuk mengadakan pelayanan pemuridan dan ketergesaannya untuk menjalankannya ke dalam kehidupan gereja, ada gembala yang akan mengesampingkan beberapa anggota yang baik atau akan menyebabkan mereka merasa seperti warga Kerajaan Allah kelas II. Seringkali pendeta-pendeta itu tergesa-gesa dalam usahanya dengan memaksakan tuntutan pemuridan pada setiap orang secara sekaligus. Mereka tidak akan memperoleh hasil yang diharapkan dari orang-orang itu, tetapi sebaliknya banyak dari antara mereka akan kecewa di dalam proses ini. Gereja agar dapat berfungsi secara efektif, harus memakai berbagai macam cara untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Kristen sungguh-sungguh.

Untuk melibatkan anggota gereja dalam pelayanan pemuridan dan untuk menolong mereka menjadi murid, sebagai langkah permulaan ada tiga hal yang perlu diikuti. (1) Mereka harus diberi motivasi untuk menjadi murid. (2) Mereka harus mengadakan persekutuan dengan Yesus Kristus secara teratur. (3) Mereka harus bersaksi bagi Dia.

Motivasi Untuk Pemuridan dan Pelibatan Dengan Orang Lain

Langkah pertama untuk membentuk sekelompok orang yang berminat bagi pemuridan ialah motivasi pada dua arah--ke dalam dan ke luar. Secara ke dalam mereka harus diberi motivasi untuk mengadakan persekutuan dengan Yesus Kristus. Dan secara keluar mereka harus menjadi saksi bagi Kristus Yesus. Proses keseluruhannya harus dijalankan dengan banyak doa dan pikiran. Mungkin proses itu dapat digambarkan dengan sebuah proyek bangunan.

Pernah gereja kami menyadari bahwa fasilitas pendidikan perlu diperluas. Keperluan ini diumumkan dari minggu ke minggu di dalam Sekolah Minggu. Karena pertumbuhan SM, kami harus memindahkan tempat pertemuan beberapa kelas, dan kelas kami adalah salah satunya. Kelas dewasa kami tidak mempergunakan seluruh ruangan, maka kami bertukar ruangan pertemuan kelas dengan kelas lain yang lebih besar. Hal ini tidak dilaksanakan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Kami mendiskusikannya untuk beberapa minggu. Kebutuhan menjadi jelas, dan pada waktu tiba hari pertukaran ruangan kelas maka kami sudah mengerti maksudnya.

Kemudian kami diberitahu bahwa telah dibentuk suatu panitia untuk mempelajari tentang kebutuhan penambahan ruang kelas. Mereka memikirkan dan membahas segala kemungkinan dan pilihan, dan gagasan untuk membangun tambahan pada fasilitas yang sudah ada disebutkan. Perubahan pemikiran berjalan untuk beberapa bulan dan setiap ada perubahan kami diberi laporan tentang perkembangan dari panitia. maka jemaat lama kelamaan mengerti akan kebutuhan ini.

Karena pertumbuhan yang terus menerus, keadaannya semakin mendesak, dan keperluan untuk perluasan makin dibutuhkan. Akhirnya datanglah pengumuman: kita akan membangun! Sedikit orang tidak yakin bahwa itulah jalannya, tetapi kebanyakan dari kami merasa pasti bahwa itulah langkah yang benar. Kesempatan pertama diberikan kepada kami untuk berjanji akan memberikan persembahan yang melebihi ongkosnya! Orang-orang mempunyai hati untuk memberi.

Apa yang akan terjadi jika semua itu dilakukan dengan tiba-tiba tanpa ada pembicaraan sebelumnya? Misalnya, pada suatu kebaktian Minggu pagi, pendeta mengedarkan kartu dan menuntut agar segera kami memberikan janji persembahan untuk bangunan baru? Tentunya kami tidak siap bahkan terkejut. Hal itu merupakan pemikiran yang baru, dan kebanyakan orang akan menolak hal baru yang tiba-tiba timbul. Tanpa persiapan yang sepatutunya, tentu tak akan ada tanggapan yang positif.

Untuk memulai pelayanan pemuridan di dalam gereja, kita memerlukan pandangan dan rencana yang serupa dengan pembangunan gedung tambahan tadi. Kuncinya ialah melaksanakannya dengan perlahan-lahan, dan jangan mencoba untuk melakukannya terlalu cepat dengan terlalu banyak. Para penonton masih ada di sana, dan kebanyakan dari mereka ingin tetap begitu saja.

Memberi motivasi untuk pemuridan orang adalah proyek yang sangat menarik. pada suatu waktu Saudara akan dapat menyorot mereka yang menunjukkan minat untuk menjadi murid. Mereka akan menjadi sadar akan keperluan mereka sendiri dan mengadakan waktu untuk Firman -- membacakannya, menyelidikinya, menghafalkannya -- dan menentukan waktu doa setiap hari. (Penjelasan lebih lanjutan terdapat dalam pasal 5.)

Persekutuan Dengan Tuhan

Pada waktu Saudara mulai melihat di antara anggota gereja ada yang berminat dalam pemuridan maka Saudara suap untuk menekankan pokok yang lain, yaitu persekutuan dengan Tuhan dengan teratur.

Sasaran Saudara ialah melihat munculnya sekelompok orang yang mempelajari Firman Tuhan secara pribadi dengan teratur dan yang berdoa secara efektif. Orang-orang itu hidup di dalam persatuan dengan Yesus Kristus yang vital hari demi hari, dan melalui hidup mereka kehidupan Yesus Kristus mengalir dalam kuat kuasa penyelamatan kepada orang lain di sekitar mereka.

Untuk menyempurnakan hal ini Saudara harus pasti bahwa anggota-anggota Saudara itu tidak hanya bergantung pada makanan dari khotbah mingguan tetapi yang dapat mengambil makanan sendiri sehari-hari dari Firman Tuhan.

Pada suatu kali keluarga saya dan saya mengadakan perjalan melalui Florida, di Amerika Serikat. Dalam perjalanan itu saya sangat terkesan dengan keindahan rumpun tanaman jeruk yang berhektar-hektar luasnya. Seajuh mata memandang, semua pohon-pohon itu penuh dengan buah jeruk.

Pada waktu kami berhenti untuk bermalam di sebuah hotel, kami masih berada di tengah-tengah daerah perkebenan kebun jeruk. Pada keesokan paginya kami pergi ke rumah makan untuk makan pagi, dan saya memesan air jeruk dengan telur.

Tak lama kemudian pelayan datang dengan kabar buruk. "Pak," katanya, "Kami tidak dapat menyajikan air jeruk. Mesin kami rusak."

Pada mulanya saya tidak dapat mengerti. Saya tahu bahwa kami dikelilingi dengan berjuta-juta buah jeruk, dan saya tahu bahwa di dapur ada jeruk. Tetapi saat itu saya menginginkan air jeruk, dan saya tidak bisa memperolehnya.

Saya mulai memikirkan keadaannya. Apa persoalannya? Tak ada air jeruk? Pada hal kami berada di tengah-tengah ribuan liter air jeruk. Persoalannya ialah bahwa pelayanan itu bergantung pada alat, dan jika alat itu rusak ia tidak dapat menyajikan air jeruk. Kadang-kadang orang orang Kristen juga seperti itu. Mungkin mereka dikelilingi Alkitab dirumahnya. Tetapi jika pada suatu hari Minggu sesuatu terjadi sehingga tak ada kebaktian, mereka pulang tanpa makanan rohani. Mereka tidak mendapat santapan rohani bagi jiwa mereka. Jika tak ada orang yang dapat membuka Firman Allah dan memberi makan mereka, mereka pulang kelaparan.

Persoalannya bukanlah bahwa tidak ada makanan rohani. Persoalannya ialah bahwa banyak orang Kristen tidak tahu bagaimana memperolehnya bagi dirinya sendiri. Mereka sama seperti bayi di dalam gudang yang penuh dengan kaleng-kaleng susu. Tetapi mereka akan mati kelaparan kecuali ada orang yang membukakan kaleng-kaleng itu bagi mereka.

Sesudah kebangkitanNya, Yesus Kristus memberitahu Petrus agar memelihara domba-dombaNya. Sebagian dari perintah itu ialah untuk memimpin mereka supaya mereka dapat makan sendiri. pada waktu seorang datang kepada Kristus, ia membutuhkan seseorang untuk menolongnya belajar bagaimana makan sendiri. Dan mungkin ada orang-orang di gereja yang tidak belajar bagaimana memelihara diri mereka sendiri dari Alkitab.

Tanggung jawab kita yang pertama dan yang utama sebagai orang Kristen adalah untuk tetap hari demi hari tinggal di dalam persekutuan dengan Tuhan Yesus dengan makan dari FirmanNya. Dan kita perlu menolong orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Bersaksi Bagi Tuhan

Melatih orang untuk bersaksi adalah salah satu aspek yang paling memuaskan dalam pelayanan pemuridan. Tetapi seseorang tidak akan bersaksi kecuali mereka sudah berpengalaman mengadakan waktu bersama Yesus Kristus. Dua prinsip harus diajarkan kepadanya: pertama, Allah yang mengerjakannya; dan kedua, Ia menggunakan orang.

Allah yang mengerjakannya. Prinsip pertama dari bersaksi ialah menyadarkan orang akan kenyataan bahwa Allah yang mengerjakannya. Bersaksi bukanlah ciptaan manusia dan juga tidak dilakukan dalam kekuatan manusia sendiri.

Jika kita melihat kembali kepada hari Pentakosta dan melihat kepada Petrus yang mengkhotbahkan khotbahnya yang hebat, (Kisah 2:1-47), apa yang kita perhatikan? Kita akan mengagumi bahwa ia memproklamirkan berita tentang Yesus Kristus dengan berani sekali. Dengan mudah kita akan menyatakan, "Orang itu hebat!" Tetapi kemudian kita akan mengetahui apa yang dinyatakan oleh penulis yang telah diilhami itu sesudah hari yang penting itu: Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan (Kisah 2:47). Itu bukan pekerjaan Petrus. Itu pekerjaan Allah.

Jika ada sesuatu rohani yang terjadi di dunia ini, itu sebab Allah yang mengerjakannya. Hal itu nyata di dalam seluruh Firman Tuhan, baik di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Hal ini digambarkan di dalam kehidupan Daud dan para pahlawan yang mengiringinya. (2Sam 23:8) Salah satu pahlawan adalah Eleazar, anak Dodo. Ia adalah orang yang melawan orang Filistin sesudah semua orang Israel melarikan diri. Ia berperang sedemikian hebatnya sehingga tangannya melekat pada pedang. Kita melihat keberaniannya dan ketekunannya dan mengaguminya sebagai seorang pahlawan di dalam pasukan Allah. Dan memang betul demikian. Tetapi perhatikan kata-kata ini, Tuhan memberikan pada hari itu kemenangan yang besar (2Sam 23:9-10). Tuhan? Kita kiranya itu adalah Eleazar. Tetapi penulis mengatakan bahwa Allahlah yang memberi kemenangan.

Prinsip ini harus diyakini orang jika mereka mau menghasilkan buah, mengabdikan dirinya, dan seumur hidupnya bersaksi bagi Yesus Kristus. Pengertian dari prinsip ini dapat mengurangi ketakutan dan kegentaran orang bersaksi, sebab mereka menaruh kepercayaannya kepada Allah. Dia yang melakukan semua itu melalui mereka.

Allah menggunakan orang. Prinsip kedua dari bersaksi ialah bahwa Allah menggunakan orang-orang. Pria dan wanita Kristen adalah alat pilihanNya bagi meluaskan Injil kepada orang yang perlu mendengar Kabar Baik.

Salah satu gambaran yang jelas dan menarik ialah peristiwa pertobatan Kornelius. Ia adalah seorang perwira pasukan Romawi yang takut akan Allah dan yang suka memberi sedekah kepada orang yang memerlukannya. Lagi dia senantiasa berdoa. Pada suatu sore seorang malaikat berkata kepadanya, Dan sekarang, suruhlah beberapa orang ke Yope untuk menjemput seorang yang bernama Simon dan yang disebut Petrus. Ia menumpang di rumah seorang penyamak kulit yang bernama Simon, yang tinggal di tepi laut (Kisah 10:5-6).

Pada waktu kita mempelajari kejadian ini kita dihadapkan kepada sebuah pertanyaan. Mengapa malaikat itu tidak berkata saja demikian, Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu" (Kisah 16:31). Pada hal ia merupakan orang yang setia berdoa, telah memberikan uangnya dan jujur--seorang yang selalu taat akan Allah. Mengapa malaikat itu tidak memberikan berita Injil secara langsung?

Sebaliknya ia meninggalkan perwira pasukan itu dengan perintah yang agak rumit. Bagaimana jika ia lupa nama kotanya atau nama orangnya, atau nama orang yang rumahnya ditinggali Petrus? Lalu bagaimana?

Alasan mengapa malaikat itu tidak melakukan semua hal itu agak sederhana. Allah tidak menggunakan malaikat sebagai saksiNya. Ia menggunakan manusia.

Coba bayangkan sebenarnya apa saja yang dapat dilakukan Allah untuk menyampaikan Kabar Baik tentang Yesus Kristus kepada dunia yang membutuhkannya. Ia dapat saja merencanakan agar bintang-bintang disusun sehingga tertulis Yohanes 3:16 di langit dalam segala bahasa di dunia agar semua dapat melihat. Ia juga dapat mengorbitkan malaikat untuk memancarkan Injil dalam segala bahasa. Tetapi ia tidak berbuat demikian. Ia memilih untuk menggunakan orang.

Manusia adalah saksi-saksi Allah, dan mereka menjadi demikian karena tinggal di dalam Kristus (Yohanes 15:4,5).

Kita dapat menghasilkan buah itu sebagai akibat dari tinggal di dalam Kristus. Maka persekutuan dengan Kristus itu harus terjadi lebih dulu, sebab bersaksi itu bukanlah pekerjaan yang melampaui batas tenaga tetapi hasil tenaga yang meluap. Itu adalah Kristus berbicara melalui seorang kepada orang lain.

Perlunya bersaksi itu diajarkan oleh banyak bagian dalam Firman Tuhan. Kata-kata Yesus yang terakhir di bukit Zaitun adalah kamu akan menjadi saksiKu (Kisah 1:8).

Banyak tahun kemudian rasul Paulus menulis surat kepada gereja di Roma, dan memberitahu kepada mereka bahwa kehidupannya itu dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah (Roma 1:1). Ia hidup dalam kerangka kehidupan itu--ia telah dipisahkan untuk Injil.

Dari mana ia mendapat pendapat itu? Dalam kesaksiannya di hadapan raja Agripa, ia mengulangi bagian dari kata-kata Kristus yang pertama kepadanya pada jalan menuju Damsyik. Yesus mengatakan, Tetapi sekarang bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat daripadaKu dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti (Kisah 26:16).

Menarik sekali bahwa kata-kata akhir Kristen kepada murid-muridNya di bukit Zaitun dan kata-kata pertamanya kepada rasul baruNya pada jalan menuju Damsyik berkenaan dengan hal bersaksi. Inilah juga yang dalam hati Allah bagi umatNya yang telah ditebus. Allah menyelamatkan Paulus untuk dipakai dalam usaha yang besar untuk menyampaikan Injil. Ia diselamatkan untuk bersaksi.

Penginjilan adalah hal yang menjamin program pemuridan yang hidup. Tanpa penginjilan tujuan Allah akan terhalang. Umat Allah itu bukanlah hanya untuk menampung segala kekayaan Kristus, tetapi mereka adalah penyalur berkat untuk membawa Kristus kepada dunia.

Penginjilan pribadi dimulai dengan banyak doa, pemikiran, dan perencanaan. Dan orang yang akan melakukannya adalah murid yang telah Saudara latih sehingga masak dan penuh penyerahan. Kesempatannya tidak terbatas, dan kebutuhannya besar sekali. Tetapi murid yang penuh penyerahan, yang mengadakan persekutuan dengan Tuhan, dapat mengambil kesempatan itu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.

Pertanyaan yang sering saya ajukan kepada pemimpin gereja adalah, "Mana yang lebih Saudara inginkan dalam jemaat Saudara: 100 orang yang menyerahkan diri 90% atau 10 orang yang menyerahkan diri 100%?" Jawaban Saudara akan pertanyaan ini akan menentukan filsafat pelayanan Saudara dan seberapa banyak usaha yang akan Saudara tanamkan untuk mengembangkan sekumpulan pekerja-pekerja yang memenuhi syarat rohani bagi Yesus Kristus.

Dewasa ini ada banyak orang digereja yang minat mengetahui Alkitab. Banyak yang menginginkan pengetahuan Firman Allah yang praktis. Banyak yang rindu untuk menjadi saksi yang lebih efektif bagi Kristus. Banyak orang Kristen yang kecewa karena ketidakefektifan mereka sendiri dalam doa. Mereka merindukan untuk menjadi orang-orang Allah yang gagah--kuat dalam iman, sungguh-sungguh dalam semangat, dan setia dalam pengabdian mereka kepada Kristus.

Mereka membanjiri toko-toko buku untuk mendapatkan buku terbitan penerbit Kristen yang terbaru. Mereka membanjiri seminari Injili dan sekolah-sekolah Alkitab untuk mendapatkan latihan Alkitab. Mereka membanjiri seminar-seminar dan pertemuan kebangunan rohani yang dipimpin oleh orang yang terkenal.

Tetapi jawaban bagi kebanyakan orang-orang yang haus akan realitas rohani dapat didapatkan dalam program pemuridan yang tenang dan kuat tetapi terus-menerus dalam gereja setempat mereka. Itulah tantangan bagi generasi kita sekarang.