You are hereBagaimana Kita Berdoa (Sumber : The Good Way)

Bagaimana Kita Berdoa (Sumber : The Good Way)


Bagaimana Kita Berdoa

BAGAIMANA KITA BERDOA?

1. APAKAH DOA ITU?


Seorang ahli falsafah besar pernah berkata: "Berdoa adalah perilaku dari jiwa yang paling luhur dan dalam, dan akan tetap demikian selama dikehendaki Allah". Berdoa adalah watak pembawaan manusia, yang dikembangkan oleh semua manusia, tidak pandang kelas, bahasa atau agama. Doa itu dipraktekkan dalam berbagai bentuk dan pola, meliputi juga hal-hal yang bersifat pribadi, sepanjang abad, di segala tempat; di antara bangsa-bangsa yang terbelakang atau primitif, sama dengan bangsa yang manapun yang sedang berkembang atau yang sudah maju.

Banyak orang mungkin telah kecewa, melihat doa mereka tanpa jawaban yang memuaskan atau mendapat hasil yang pasti, namun demikian berat bagi mereka untuk meninggalkan doa, bahkan mustahil untuk berhenti; sebab di dalam diri mereka bersumber suatu naluri tertentu, yaitu kecenderungan untuk berdoa.

Atas dasar kenyataan ini, Samuel Johnson, ketika ia ditanya tentang perkara apakah yang mendukung adanya doa, ia menjawab: "Adanya doa tidak memerlukan bukti dari luar, sebab doa memiliki bukti batiniah dari dalam manusia". Doa merupakan naluri manusia yang tumbuh berlembaga, sadar atau tidak sadar manusia terdorong untuk harus melaksanakannya; sama halnya seperti bernafas, makan dan minum yang harus dilakukannya dengan wajar.

Sejarah purba, memberi penjelasan tentang dunia Yunani, yang dikatakan sebagai pemula kebudayaan dan asalnya falsafah, telah penuh dengan doa. Zerophar seorang fisuf, membiasakan setiap hari, mulai perjalanannya dengan kalimat-kalimat doa. Pericles biasa dengan doa mengawali setiap pidatonya, dan Homer penyair tenar, memulai setiap sajaknya yang terkenal itu, dengan kata-kata doa. Plato berkata: "Sebelum setiap cendikiawan memulai sesuatu dalam hidupnya, ia akan mencari pertolongan Allah".

Salah satu bukti yang menyatakan doa bersumber pada naluri manusia tanpa persyaratan, ialah Bahwa doa tak bergantung dari beberapa jauh manusia telah berkembang dalam budaya dan pengetahuannya, ia tidak pernah menganggap dirinya tidak perlu lagi berdoa; bahkan sebaliknya ia tetap menemukan kenyataan bahwa doa itu penting dan bermanfaat.


2. BAGAIMANA SELAYAKNYA BERDOA?

Lukas penulis salah satu dari keempat Injil, melaporkan kepada kita, bahwa Al-Masih berdoa seorang diri, dan ketika Ia selesai berdoa, berkatalah seorang dari murid-muridNya kepadaNya: "Tuhan ajarlah kami berdoa", mungkin mereka melihat kenyataan adanya hubungan antara kehidupan yang ajaib dari Tuhan mereka dengan doaNya. Itulah sebabnya mereka datang minta diajar berdoa. Mereka merasa tidak dapat berbuat baik, kecuali memohon pertolongan Sang Guru. Al-Masih memang seorang guru yang berpengalaman serta berhasil, dan seorang guru yang berhasil ialah seorang yang mampu mengajarkan kembali apa yang telah dialaminya. Ia tidak memaksa-maksa mereka supaya melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan mereka, tetapi memberi teladan apa yang layak dilaksanakan.

Dengan memasuki pengalaman-pengalaman yang sedemikian itu, ia memberikan kepada mereka pola hidup berdoa, yang dilukiskan melalui kalimat-kalimat pendek, bagaikan untaian mutiara doa; agung dan penuh kemuliaan, mengharukan dan menghancurkan hati, mengandung disiplin pendidikan dan ajaran keselamatan, suatu proklamasi dan kesaksian sepanjang zaman, suatu persembahan yang layak disampaikan ke Hadirat Takhta Anugerah Allah.

Inilah Doa itu, sederhana kata-katanya namun dalam artinya, yang disebut "Doa Tuhan", untuk memberi kehormatan kepada Tuhan yang telah mengajarkannya, atau di Indonesia terkenal dengan "Doa Bapa Kami".

Doa tersebut terdiri dari kalimat-kalimat berikut:

"DOA BAPA KAMI"

Bapa kami yang di Surga,
Dikuduskanlah namaMu,
datanglah KerajaanMu,
jadilah kehendakMu di bumi
seperti di Surga.
Berilah kami pada hari ini makanan yang kami perlukan,
dan ampunilah kami akan kesalahan kami,
seperti kami juga mengampuni orang
yang bersalah kepada kami,
dan janganlah membiarkan kami ke dalam percobaan,
tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.
Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan
dan kuasa dan kemuliaan
sampai selama-lamanya, amin.


a. Pendahuluan:

"Bapa kami yang di surga",

Kata pendahuluan ini menempatkan diri kita sendiri, sehingga kita memiliki hubungan yang indah, yang pada saat dahulu itu sedang dirintis oleh Al-Masih untuk menghubungkan kita dengan Bapa. Inilah seruan yang mengandung "rahasia penebusan", yang langsung mengungkapkan Al-Masih penebus dan penyelamat kita dari kutuk, mengangkat kita sebagai anak-anak Allah. Juga mengungkapkan adanya proses pembaharuan manusia seutuhnya, yang dilakukan oleh Roh Kudus melalui kelahiran kembali, mengubah kita menjadi ciptaan baru. Langsung memaparkan pula adanya "rahasia iman", yaitu iman yang kita miliki sebagai anugerah yang berasal dari Bapa.

Kita dapat mengerti melalui pendahuluan doa ini, bahwa doa adalah hubungan pribadi antara orang yang berdoa dengan Tuhan Allah. Kekuatan dan pertumbuhan doa tergantung dari berapa dalamnya kajian kita tentang ke-Bapa-an Allah, yang dinyatakan oleh pimpinan Roh Kudus. Dengan demikian sudah selayaknya kita merenungkan ungkapan "Bapa kami yang di surga" secara mendalam, menyelusuri hakekatnya, melalui iman, sampai Roh Kudus memantapkannya lestari di dalam hati kita. Dengan penghayatan yang demikian itu, kita dapat dengan bebas mengutarakan isi lubuk hati kita kepada Allah, dalam hadirat "rahasia kuasaNya", yang melalui doa dapat kita raih.

b. Tiga permohonan yang berkenan dengan Allah:

"Dikuduskanlah namaMu, datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga".

Ungkapan pertama, "Dikuduskanlah NamaMu" bertujuan membimbing manusia mengagungkan nama Bapa dalam hati dan pikiran mereka.

Ungkapan kedua, "datanglah KerajaanMu" merupakan kesinambungan yang wajar dari ungkapan sebelumnya. Manakala nama Allah diluhurkan dalam hati dan pikiran, serta oleh lidah kita; maka kewenangan serta kuasa Allah yang mencakup segalanya itu, memang hadir di tengah puji-pujian dan penyembahan kita, serta akan menjadi kenyataan yang disebarkan semakin meluas, mulai membimbing kita untuk menyalurkan berkatNya bagi sekeliling kita, inilah datangnya Kerajaan Allah.

Ungkapan ketiga, "jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga". Berarti penyerahan total manusia kepada Allah. Kehendak Allah dipancarkan dari surga dan Al-Masih mengajar kita berdoa, supaya kehendak Allah terlaksana di bumi seperti di surga, dalam Roh penyembahan dan dalam ketaatan yang bulat. Kehendak Allah ini terlaksana, Kerajaan Allah bersemi di dalam hati.

c. Tiga permohonan berkenaan dengan manusia:


Permohonan pertama, berkenaan dengan keperluan tubuh: "Berikanlah kami pada hari ini makanan yang kami perlukan". Tujuannya memberi kcukupan untuk tubuh, demi kelangsungan hidupnya, supaya manusia dapat menunaikan kewajiban rohaninya, dengan baik dan wajar sesuai rencana PenciptaNya.

Permohonan kedua mengenai pengampunan: "Ampunilah kami akan kesalahan kami". Sama seperti makanan adalah kebutuhan utama bagi tubuh, demikian pula keperluan utama bagi jiwa adalah pengampunan. Sebab status kedudukan kita yang berasal dari orang berdosa, kemudian diangkat sebagai anak-anak Allah, apabila kurang waspada kita masih mungkin terjerumus dalam dosa lagi dan hak kita untuk sampai kepada Bapa harus berdasarkan darah penebusan Al-Masih yang menghasilkan pengampunan sempurna untuk kita; maka permohonan pengampunan harus kita sampaikan dengan sungguh-sungguh dan jelas, dalam hal apa saja kita telah bersalah atau terlibat. Juga sikap yang adil, mutlak harus menjiwai permohonan ini, "Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami". Sesuai yang diajarkan Al-Masih: "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni kesalahan orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu". (Matius 6:14-15).

Permohonan ketiga: "Janganlah membiarkan kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat". Berurusan dengan dosa dan tipu dayanya yang menyeret kita ke dalam pencobaan. Permintaan ini menghantar kita kepada kesadaran untuk meluputkan diri dari pencobaan, sehingga tidak perlu kita jatuh tergelincir dalam kesalahan atau terlihat dalam dosa. Apabila anak-anak Allah yang setia mentaati perintah-perintah Allah, masih juga memperoleh ujian iman dengan mengalami kesulitan dan pencobaan, maka melalui doa ini; penyertaan dan pertolongan Allah akan mengeluarkan anak-anak Allah dari kesulitan dan pencobaan tersebut, serta mementaskannya menjadi pemenang. (1 Korintus 10:13, 1 Petrus 1:3-7, 4;12-16, Roma 8:37-39).


d. Kesimpulan:

"Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya, amin".

Ucapan terakhir menjadi dasar bagi keseluruhan doa dan menjadi pengantar suatu persembahan kepada Allah; sebab Ia adalah Raja, yang memiliki kuasa dan kewenangan penuh atas semesta alam serta berhak menjawab permohonan kita. Kemudian menjadi milikNya dan kita mengajukan permohonan semuanya untuk kemuliaanNya pula.

Sesudah penjelasan pola doa itu, Al-Masih menghimbau orang untuk tidak segan-segan namun bersungguh-sungguh menyampaikan permohonan mereka kepada Allah. Ia berkata: "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat, ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu". (Matius 7:7). Ia melengkapi anjuranNya ini dengan memberikan jaminan yang pasti, bahwa siapa yang meminta akan menerima, siapa yang mencari akan mendapat, dan siapa yang mengetuk baginya pintu akan dibukakan. Jadi Tuhan ingin menandaskan dalam ingatan kita, suatu kenyataan bahwa doa mengandung hukum yang tak pernah berubah; yakni siapa yang meminta akan mendapat, suatu hukum yang lurus dan langsung, tidak bertolak belakang.

Kalau seseorang memohon sesuatu tetapi tak memperolehnya, berarti ada sesuatu penghalang terhadap doanya. Perlu dipertimbangkan, mungkin kurang adanya jaminan yang menghubungkan orang yang berdoa dengan Allah sebagai Bapa. Atau mungkin adanya keragu-raguan dalam diri orang yang berdoa, karena siapa yang bimbang tak dapat menerima apapun dari Allah. Mungkin ada dosa yang menjadi penghalang, dosa yang belum diakui dihadirat Allah, juga sebaliknya Allah seolah-olah kabur dan semu bagi barang siapa yang menyembunyikan dosa.

Doa menjadi sia-sia belaka, apabila yang dipohonkan adalah perkara yang keliru, atau bertentangan dengan kehendak Allah; seperti firman Tuhan: "Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu". (Yakobus 4:3). Gagal, sebab berdoa hanya sekedar memenuhi kewajiban agama dan tidak keluar dari kasih serta kerinduan kita kepada Allah.


3. BAGAIMANA DOA TERBENTUK?

Dalam percakapan dengan seorang perempuan Samaria, Al-Masih berkata bahwa Bapa di Surga mencari penyembah-penyembah dan berkenan kepadaNya apabila kita menyembah Dia, dalam Roh dan kebenaran. Ia berkata: "Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah akan menyembah Bapa dalam Roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah yang demikian. Allah itu Roh dan barang siapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam Roh dan kebenaran. (Yohanes 4:23-24). Al-Masih maksudkan disini, bahwa harus ada permufakatan antara Allah dengan mereka yang menyembah Dia. Sebagaimana mata disesuaikan untuk menerima cahaya, dan kuping dibentuk untuk mampu menerima suara, demikian pula penyembah-penyembah yang berharap menikmati penyembahan rohani, harus ada penyesuaian batiniah untuk menerima Roh Kudus. Kemudian Roh itu membuka saluran penghubung, membuat syafaat di dalam diri kita, sehingga penyembahan kita akan dalam Roh dan Kebenaran.

Sudah tiba saatnya Al-Masih mengajar kita, bahwa persyaratan Perjanjian Baru bagi penyembah-penyembah, sangat berbeda dengan yang berlaku dikalangan orang-orang Yahudi atau orang Samaria dalam Perjanjian Lama. Penyembahan bagi orang-orang Yahudi didasarkan pada "hukum-hukum atau peraturan-peraturan yang tertulis", penyembahan orang Samaria sangat dipengaruhi berbagai macam khayalan. Penyembahan Al-Masih, sebaliknya dalam Roh dan kebenaran, berlawanan dengan penyembahan Yahudi dan pemikiran orang Samaria.

Peraturan-peraturan dan hukum Taurat sangat berguna untuk mendidik dan mendisiplinkan kita, bahkan mutlak untuk memojokkan atau mengurung kita sedemikian rupa sehingga kita tertuduh sebagai orang berdosa, akibatnya terhukum dan terkutuk; jadi hukum mematikan. Sedangkan Roh menandakan adanya penebusan yang telah dilakukan Al-Masih dengan kematian dan kebangkitanNya; jadi Roh menghidupkan untuk seterusnya menuju kesempurnaan yang direncanakan Allah bagi kita. (Galatia 3:22,24) "Allah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu Perjanjian Baru; yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan. Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh disitu ada kemerdekaan". (2 Korintus 3:6,17).

Kenyataannya cara dan sikap dalam penyembahan yang diterapkan Al-Masih, dapat sesuai dengan akal sehat dan bebas dari upacara tradisi yang menyertai penyembahan dalam Perjanjian Lama. Dengan perkataan lain, orang Kristen yang benar menyembah Allah, tidak dengan mengikuti upacara menurut hukum Musa, tetapi menurut harkat rohani yang tidak mementingkan gerak atau sikap tubuh jasmani. Doanya penuh dengan kuasa dan penghayatan illahi.

Ayat yang sungguh penting untuk mengembangkan penyembahan ialah Yohanes 4:23-24, "Karena Bapa menghendaki penyembah-penyembah yang demikian, Allah itu Roh dan barang siapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam Roh dan kebenaran". Karena kalau Roh yang berasal dari Allah sendiri, mencari dan menemui Allah, di lain pihak juga Allah yang mengirim Roh, menghendaki pertemuan itu terlaksana dalam penyembahan.


4. BAGAIMANA SELAYAKNYA DOA ITU DIPERSEMBAHKAN?

Al-Masih, setelah memberi contoh pola hidup berdoa, Ia memberi pelajaran lain untuk mengajar mereka bahwa doa harus dipersembahkan dari hati yang haus dan rindu akan Allah. Ia melukiskan hal tersebut dengan suatu perumpamaan "Seorang Teman Yang Mendesak", Ia berkata: "Seandainya seorang di antara kalian pergi ke rumah kawannya pada tengah malam, dan berkata, "Kawan, pinjamkanlah roti tiga buah, sebab kawanku yang sedang dalam perjalanan, baru saja singgah di rumah dan aku tidak punya makanan untuk dia" Seandainya kawan yang aku datangi itu menjawab begini, dari dalam rumahnya, "jangan menyusahkan aku Pintu sudah terkunci dan aku serta anak-anakku sudah tidur. Aku tidak dapat bangun dan memberi apa-apa kepadamu". "Lalu bagaimana? kata Al-Masih selanjutnya. "Aku katakan, Ya! Meskipun engkau adalah kawannya, ia tidak akan bangun dan memberikan sesuatu kepadamu. Tetapi justru karena engkau tidak merasa malu untuk minta kepadanya terus-menerus, maka ia akan bangun juga dan memberikan kepadamu yang engkau perlukan". (Lukas 11:5-8). Dalam perumpamaan lain Ia mengajar bahwa orang hendaknya berdoa senantiasa dan tidak kendor, Ia berkata: Di sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut kepada Allah, dan tidak perduli kepada siapapun juga. Di kota itu ada pula seorang janda yang berkali-kali menghadap hakim itu meminta perkaranya dibela. "Tolonglah saya menghadapi lawan saya, "kata janda itu. Beberapa waktu lamanya hakim itu tidak mau menolong janda itu. Tetapi akhirnya hakim itu berpikir. "Meskipun aku tidak takut kepada Allah dan tidak perduli kepada siapapun, tetapi karena janda ini terus saja mengganggu saya, lebih baik saya membela perkaranya. Kalu tidak, ia terus menerus datang dan menyusahkan saya"". Lalu Tuhan berkata: "Perhatikanlah apa yang dikatakan oleh hakim yang tidak adil itu! Nah, apakah Allah tidak akan membela perkara umatNya sendiri yang berseru kepadaNya siang dan malam? Apakah Ia akan mengulur-ulur waktu untuk menolong mereka? Percayalah: Ia akan segera membela perkara mereka! Tetapi apabila Anak Manusia datang, apakah masih ditemukan orang yang percaya kepadaNya di bumi ini? (Lukas 18:2-8).

Kita belajar dari kedua perumpamaan tersebut, bahwa ada perbedaan besar antara hanya ulangan kata-kata dalam doa dan desakan; permintaan yang beruntun, yang bersinambungan. Nabi Yesaya berkata: "Ditembok Yerusalem Aku menempatkan pengawal siang malam, mereka tak boleh diam, tetapi harus terus mengingatkan Allah akan janji yang sudah dibuatNya. Mereka tidak boleh membiarkan Dia tinggal diam, sebelum Ia membangun kembali Yerusalem dan menjadikannya termasyhur di seluruh bumi". (Yesaya 62:6-7).

Al-Masih, dalam kedua perumpamaan itu, memuji desakan yang menyatakan adanya kebulatan tekad dan tujuan yang teguh, seolah Ia ingin menanamkan perkataanNya dalam pikiran kita: "Orang yang minta akan menerima; orang yang mencari akan mendapat; dan orang yang mengetuk, akan dibukakan pintu".

Perumpamaan "Seorang Sahabat Yang Mendesak" mengajar kita tentang iman yang bekerja karena kasih. Orang itu pergi tengah malam meminta roti untuk keperluan orang lain. Membela kepentingan orang lain adalah tindakan yang sangat mengagumkan, sebab membangkitkan di dalam diri kita kekuatan iman dan mendorong kita ke dalam doa yang mencapai sasaran dengan tepat, ke dalam suatu doa yang efektif.

Doa syafaat untuk kepentingan orang lain adalah cara terbaik, karena sejalan dengan keimanan Al-Masih yang sedang dijalankanNya siang malam berdoa syafaat di kanan Tahta Bapa. Doa syafaat dengan nama Al-Masih melibatkan langsung karya Al-Masih yang sedang berlangsung mencapai puncaknya.

Dalam perumpamaan "Janda yang mendesak". Al-Masih mengajar kita tentang ketekunan dalam doa, yang menjadi salah satu hal yang Allah harapkan dari kita dan Ia tak dapat mengabaikan permohonan dari umat pilihanNya. Kalau desakan dari seorang janda dapat meluluhkan penolakan hakim yang lalim itu, terlebih lagi doa dari seorang pilihan Allah kepada Bapa surgawi yang agung kemurahanNya. Al-Masih berkata: "Diantara kalian apakah ada ayah yang memberikan batu kepada anaknya, kalau ia minta roti? Atau memberikan ular, kalau ia minta ikan? Walaupun kalian jahat, kalian tahu juga memberikan yang baik kepada anak-anakmu. Apalagi Bapamu di surga! Ia lebih lagi akan memberikan yang baik kepada orang yang minta kepadaNya". (Matius 7:9-11).

Kita belajar juga, bahwa jawaban Allah ada kalanya nampak lamban terwujudnya, tetapi Allah memiliki waktu yang selalu ditentukan, menurut kebijaksanaanNya. Ia dapat menangguhkan jawaban bagi suatu sikap ketergantungan diri kita kepada Allah dan menguatkan pengharapan yang telah kita miliki, serta ketahanan ujinya.


5. DIMANAKAH KITA HARUS BERDOA?

Injil mengajar kita bahwa kedatangan Al-Masih membebaskan penyembahan dari ikatan tradisi yang mengharuskan adanya suatu tempat tertentu, yang mewajibkan orang berdoa pada saat tertentu pula.

Al-Masih berkata kepada wanita Samaria: "Percayalah kepadaKu, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem .... Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahnya dalam Roh dan kebenaran". (Yohanes 4:21,24). Ia memberi tahu wanita ini, yang telah menanyakan kepadaNya di mana harus berdoa, yang bukan di gunung Gerizim atau di bukit Sion. Ia menghendaki pengertian bahwa Allah dapat hadir di manapun yang Ia kehendaki.

Al-Masih mengutamakan doa perorangan secara pribadi. Ia mengatakan: "Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu". (Matius 6:6).

Tujuan dari pengasingan ini adalah untuk menciptakan suasana tenang sehingga seseorang dapat sendiri dengan Bapa surgawinya. Pastilah apabila kita merenungkan pokok-pokok doa, dalam terang khotbah Al-Masih di bukit, kita membayangkan Al-Masih melukiskan tempat terasing untuk berdoa ini, sebagai tempat yang dipenuhi cahaya dari Allah Bapa. Kita simak Ia mengulangi nama "Bapa" 3 kali, sebab Ia berkata: "Berdoa kepada Bapamu di surga .... Bapamu yang melihat yang tersembunyi, ....Bapamu akan membalasnya kepadamu".

Tempat pribadi adalah tempat yang tenang dan tentram, tempat bagi orang beriman menikmati pertemuan dengan Bapa surgawinya. Terang yang bersinar disitu ialah terang yang memberi hidup dan suasana menggairahkan dengan ilham yang menyegarkan pandangan; yang memenuhi tempat itu adalah nafas dari Roh Kudus, yang mencurahkan kasih Allah ke dalam hati. Al-Masih mengajar: "Masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah", seolah-olah dengan pesan ini, Ia menghimbau; pemohon doa agar merahasiakan dan tidak seperti munafik yang suka berdiri dan berdoa di rumah sembahyang dan di sudut jalan, hanya supaya dilihat orang. (Matius 6:5). Mereka memburu pujian manusia lebih dari pada perkenan Allah, Tetapi Sang Guru illahi berkata: "tutuplah pintumu". Tutuplah untuk mencegah campurnya unsur dunia dan mengasingkan diri hanya dengan Bapa yang menunggu kedatangan anda dengan sangat rindu.

Seorang filsuf pernah berkata: "apabila anda menutup pintu dan sendiri di dalam kamar anda, jangan berkata: "Saya sendiri", tetapi ingatlah bahwa Allah ada disitu juga".

Ajaran Tuhan "Masuklah dalam kamarmu dan kuncilah pintunya" tidak berarti bahwa mengasingkan diri untuk berhubungan dengan Allah hanya mungkin dibalik pintu yang terkunci. Itu berarti, bahwa seorang yang berdoa harus mencari suatu tempat yang tenang dan terasing yang memungkinkan penyembahan diadakan, mungkin suatu padang seperti yang diperbuat Yakub, atau di bawah pohon ara seperti Natanael, atau di pelataran yang terletak di atas atap rumah seperti Petrus atau di puncak bukit seperti yang sering dilakukan Al-Masih.

"Berdoalah kepada Bapamu yang tiada nampak, yang ada di tempat yang tersembunyi", kata Al-Masih Guru doa itu. Ia mengharap kita mengerti bahwa Allah tiada nampak dengan mata jasmani, tetapi dengan mata iman nyata. SinarNya bercahaya di dalam hati setiap penyembah yang melepaskan diri dari cara duniawi, menyerahkan diri kepada pimpinan Roh Kudus yang menghantarnya langsung ke Hadirat Allah.

Rahasia, kunci pintu dan mengasingkan diri dari hal-hal di sekitar kita, adalah hanya berarti menyiapkan suatu tempat yang tenang dan kudus untuk memungkinkan kita merenungkan kesempurnaan Allah secara mendalam dan KasihNya yang memegang peran dalam ke-Bapa-an Allah.


6. APAKAH ADA SYARAT-SYARAT SUPAYA DOA DIDENGARKAN?

Al-Masih berkata: "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya". (Yohanes 15:7). Rasul Yohanes menandaskan: "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah, dan apa saja yang kita minta, kita memperoleh dari padaNya, karena kita menurut segala perintahNya dan berbuat apa yang berkenan kepadaNya itu; supaya kita percaya akan Nama Al-Masih, AnakNya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Al-Masih kepada kita". (1 Yohanes 3:21-23).

Didunia ini kuasa dan pengaruh seorang "Pengantara", tergantung dari kepribadian Pengantara itu sendiri dan berapa dekatnya hubungan dapat terjalin antara mereka yang berkepentingan itu. Demikian pula dengan Allah, jawaban atas doa tergantung dari pribadi Al-Masih, yang menjadi satu-satunya pengantara dan keadaan yang diperlakukan dalam menghantarkan kita adalah; "apabila kita tetap tinggal di dalam Dia dan perkataanNya tinggal di dalam kita".

Al-Masih menjelaskan kita "tinggal" dalam suatu perumpamaan "Pokok Anggur Yang Benar" dengan kejelasan yang berikut: "Akulah pokok anggur yang benar dan BapaKulah Pengusahanya. Setiap ranting padaKu yang tidak berbuah, dipotongNya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkanNya supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku tinggal di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barang siapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang keluar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api untuk dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah BapaKu dipermuliakan, yaitu jikalau kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu". (Yohanes 15 1-8).

Setiap orang yang beriman dengan murni dan sungguh-sungguh, merekalah carang-carang yang berbuah, dalam Al-Masih sebagai pokok anggur yang benar, dan bagi merekalah jawaban doa menjadi kenyataan. Sesungguhnya, diharapkan bagi setiap orang beriman untuk tetap tinggal di dalam Al-Masih, berpegang pada perintah-perintahNya dan berjalan dengan ketaatan yang bulat dalam hati, dalam perkataan dan dalam perbuatan. Dengan demikian seseorang dapat berada dalam kebenaran dan Tuhan akan menganugerahkan permohonannya.

Berapa di antara kita bertanya-tanya mengapa mereka gagal memperoleh hidup yang diberkati itu, suatu hidup yang subur sebagai cabang yang tetap berada pada pokoknya? Mereka hendaknya mempertimbangkan perkataan penting dalam perumpamaan pokok anggur itu, yang dikatakan Al-Masih: "Akulah pokok anggur yang benar dan BapaKulah pengusahanya .... kamulah carang-carangnya". Ini berarti kita miliki yang unggul di dalam kepenuhan sifat illahiNya, dan Bapa yang memelihara kita sebagai carang-carang, memperhatikan bagaimana pertumbuhan setiap carang. Apabila ada penyelewengan yang menghalangi pertumbuhan illahi kita, jadi meniadakan kemampuan berbuah, pengusaha pasti akan mengambil gunting untuk membersihkan semua penghalang dalam diri kita.

Alkitab memberi contoh-contoh dari kuasa doa dalam hidup Abraham, Musa, Elia dan memaparkan hidup mereka yang berbuah lebat. Apabila kita meneliti hidup mereka, kita temui bahwa sebelum mereka memiliki hak istimewa dan menikmati berkat-berkat itu, mereka menerima baik dengan penuh kesukaan segala disiplin Tuhan dan mentaati perintah-perintahNya dengan mengasingkan diri dari wawasan dunia yang menggunakan sistem yang sedang dikendalikan iblis dan pesertanya (malaikatnya). Mereka memiliki corak hidup tersendiri, mereka menerapkan pola hidup berdoa dalam Roh Kudus, dengan kegairahan kasih melaksanakan perintah-perintah Tuhan.

Demikianlah, saudaraku, kalau anda ingin meraih kehormatan kekal, menjadi orang yang berdoa dengan benar serta berhasil, berserahlah kepada Pengusaha illahi, ketika Ia mengeratkan gunting pembersih itu pada anda. Jangan khawatir akan segala hal, sebab gunting itu adalah firman Allah, menurut apa yang dikatakan Al-Masih: "Kamu bersih oleh karena firman yang telah Kukatakan kepadamu". (Yohanes 15:3). Dan menurut doa Al-Masih yang nilai syafaatnya kekal serta mustajab bagi kita: "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firmanMu adalah kebenaran". (Yohanes 17:17).


7. APAKAH RAHASIA DOA YANG BERHASIL?

"Percayalah kepada Allah". Al-Masih menjawab, "Sungguh kalian dapat berkata kepada bukit ini, "Terangkatlah dan terbuanglah ke dalam laut!" maka hal itu akan dilakukan bagi kalian; asal kalian tidak ragu-ragu, dan kalian percaya bahwa yang kalian katakan itu akan benar-benar terjadi. Sebab itu ingatlah ini: Apabila kalian berdoa dan minta sesuatu, percayalah bahwa Allah sudah memberikan kepadamu apa yang kalian minta, maka kalian akan menerimanya". (Markus 11:22-24). Ini adalah kata-kata ajaib yang memberikan jaminan kepada kita bahwa iman adalah rahasia doa yang berhasil, yang menggerakkan hati Allah. Tuhan memberikan kepada kita dua unsur dasar yang penting dalam doa:

a. Kesungguhan dan hasrat hati


Nabi Yeremia mengungkapkan: "Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepadaKu, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati". (Yeremia 29:12-13).

Kegairahan dan hasrat hati adalah semangat doa, apabila semangat ini kendor, doanyapun jadi lemah, kemauan serta niat hati harus dimurnikan serta dipadukan dalam doa.

Seorang yang beriman dapat memiliki hasrat akan berkat-berkat rohani, tetapi di lain pihak apabila kegairahan duniawi masih mengambil tempat utama dalam hatinya; sehingga orang yang demikian tak memperoleh kekuatan yang berkesinambungan dalam doa-doanya, belum memiliki kewenangan yang lestari dalam ucapan-ucapan doanya, sebab ia tidak setia pada perintah Tuhan yang mendasar seperti berikut ini: "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu". ("Usahakanlah dahulu supaya Allah memerintah atas hidupmu dan lakukanlah kehendakNya. Maka semua yang lain akan dberikan Allah kepadamu. Terjemahan Alkitab dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari") Matius 6:3.

b. Iman


"Apabila kalian berdoa dan minta sesuatu, percayalah bahwa Allah sudah memberikan kepadamu apa yang kalian minta, maka kalian akan menerimanya". (Markus 11:24). Oleh iman kita mengenal Allah, oleh iman kita terima Al-Masih. Oleh iman kita hidup dalam kehidupan yang menang. Sama halnya oleh iman kita peroleh kehidupan doa dan kuasa doa. Kita perlu belajar berulang-ulang tentang makna iman serta hakekatnya dan mulai hidup oleh iman, dan berdoa dalam iman.

"Percayalah kepada Allah" kata Tuhan ketika Ia berbincang tentang iman yang memindahkan bukit dan gunung-gunung, hal ini berlaku bagi murid-muridNya pada setiap generasi dan zaman. Oleh iman semacam ini, orang-orang Kristen pertama melakukan pekerjaan-pekerjaan ajaib, menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir setan-setan. Perbuatan itu seperti memindahkan gunung-gunung.

Kalau kita mendambakan kehidupan doa dan syafaat, yang penuh dengan sukacita, kuasa dan berkat, kita harus belajar dengan tidak berkeputusasaan apakah arti iman serta hakekatnya itu, sebab iman berhubungan dengan Allah secara pribadi dan yang sejalan dengan pengenalan akan Allah melalui firmanNya yang tertulis dalam Alkitab.

Iman memberi kemampuan kepada kita untuk menerima jawaban dari Allah, sebelum kita melihat kenyataan apa yang kita doakan. Iman mampu melihat yang tak nampak. Rupanya janggal, namun melihat yang tak nampak itu justru pusat doa.

Berkat dari surga ialah Allah menjawab doa, secara rohani dapat kita mengerti sebelum dapat kita tangkap dengan mata jasmani. Inilah yang dibuat oleh iman, bagi jiwa yang mencari Allah dan jawabanNya, ia akan menerima jaminan bahwa hal-hal yang dipintanya, akan diberikan, menurut firman Al-Masih: "Mintalah, maka kalian akan menerima, carilah, maka kalian akan mendapat. Ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagi kalian". (Matius 7:7).

Al-Masih berkata: "apabila kalian berdoa dan meminta sesuatu, percayalah bahwa Allah sudah memberikan kepadamu apa yang kalian minta, maka kalian akan menerimanya". (Markus 11:24).

Ini adalah kata jaminan bagi mereka yang berdoa, bahwa Bapa surgawi mendengar doa yang disertai iman dan Ia memberikan jawabannya.

Mulailah dengan iman, saudaraku, walaupun sebagai pemula, walaupun imannya kecil asal murni dan tulus. Mulai hidup baru dalam doa dan anda akan dijaminkan untuk menerima anugerah dalam Al-Masih.

Anugerah ini akan memimpin anda, langkah demi langkah, untuk bertekun dalam doa. Menerima Roh Kudus yang bekerja di dalam hati anda.

Allah berkata: "Sebelum mereka mohon, Aku sudah menjawab; sebelum mereka selesai berdoa, Aku sudah mengabulkan doa mereka". (Yesaya 65:24). Ia akan melakukan apa yang telah Ia ucapkan dan kita melakukan doa serta penyembahan yang menjadi bagian kita.


8. SIAPAKAH YANG MEMIMPIN DOA-DOA KITA?

Kita baca dalam Roma 8:26, ayat berikut: "Roh Allah datang menolong kita dalam kelemahan kita. Sebab kita tidak tahu bagaimana seharusnya kita berdoa (dan apa yang layak kita pohonkan); Roh itu sendiri menghadap Allah untuk memohonkan bagi kita dengan kerinduan yang sangat dalam, sehingga tak dapat diucapkan. (tak cukup bahasa manusia mengucapkannya). "Dan dalam Efesus 6:18, kita baca: "Lakukanlah semuanya itu disertai doa untuk minta pertolongan Allah. Pada setiap waktu dan kesempatan, berdoalah sebagaimana Roh Allah memimpin kalian (berdoa di dalam Roh). Hendaklah kalian selalu siaga dan jangan menyerah. Berdoa selalu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk umat Allah (untuk segala orang kudus).

Roh Kudus adalah Roh doa, Roh anugerah dan permohonan yang dicurahkan ke dalam hati orang-orang yang mau beriman. Roh Kudus sendiri yang memimpin doa, mengambil alih doa kita dan menyerah terimakan doa kita, dengan bahasa yang tak terucapkan kepada Al-Masih yang ada di kanan Tahta Bapa. Alkitab berkata: "Roh sendiri, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk kita dalam Roh dan kebenaran". (dengan keluh kesah yang tiada terkatakan).

Doa pada hakekatnya adalah cetusan dari Roh Kudus yang ada di dalam hati kita. Menunggu Roh Kudus, menjadi peka terhadap pengarahanNya dan mempercayakan diri padaNya serta percaya padaNya, menjadikan Roh Kudus sebagai pemimpin untuk doa yang berdaya guna dan doa yang mengena sasaran.

Kekecewaan dan kegagalan dalam doa, berasal dari kurangnya penyerahan kepada bimbingan Roh; yang berarti gagal pada permulaan, saluran doa buntu sebelum dimulai. Doa yang tepat dan berhasil, tergantung dari luasnya Roh Kudus memenuhi hati serta bagaimana Ia selayaknya memimpin.


9. DALAM NAMA SIAPA SEHARUSNYA DOA DIPERSEMBAHKAN?

Al-Masih berpesan: " Apa yang kamu minta dalam namaKu, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu, Aku akan melakukannya". (Yohanes 14:13-14). Al-Masih mengharap kita mempercayakan diri kita mutlak dalam kuasa namaNya, kepadaNya semua makhluk bertekuk lutut, dan dalam Dia semua doa yang benar terwujud untuk dipersembahkan kepada Allah.

Ada suatu kebenaran yang layak kita mengerti; bahwa doa dalam nama Al-Masih tidak berarti mengucapkan namaNya, pada permulaan dan pada akhir setiap doa itu saja, namun lebih dari hanya menyebut nama. Artinya; orang beriman harus berdoa dalam Roh Al-Masih dan melalui jasa baikNya serta melalui pribadiNya. Pikiran dan perasaan kita, apa yang Al-Masih perhatikan dan kasihi, kita perhatikan dan kasihi pula. (Filipi 2:5, Korintus 2:16).

"Apa juga yang kamu minta dalam namaKu, Aku akan melakukanNya", berarti apabila doa disampaikan kepada Bapa, yang akan menjawab adalah Al-Masih dalam namaNya dan kuasaNya sendiri. Orang beriman berdoa dalam nama Al-Masih dan Ia bekerja dalam nama BapaNya.

Kenyataannya apabila seorang percaya, pertama-tama ia berpikir kemuliaan dan kekayaan Al-Masih serta syafaatNya yang menjadi dasar imanNya. Bagaimanapun yang dialami oleh orang beriman, apabila ia bertumbuh dalam anugerah dan pengetahuan dan Al-Masih, ia akan masuk dalam persekutuan yang mendalam dengan Dia. Hasilnya ia belajar berdoa dalam nama Al-Masih, yaitu berdoa dalam Roh Al-Masih. Dengan perkataan lain kesatuan dengan Al-Masih memberi kepada kita persekutuan dalam sifat illahiNya dan berarti di dalam kita ada kekuatan doaNya. Doa kita menjadi doa yang sehati dan sefikir dengan doaNya.

Ia berkata: "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku (kamu tetap bersatu dengan Aku), dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya". (Yohanes 15:7).

Ini berarti orang beriman, yang dalam hatinya Al-Masih hidup, dapat menikmati segala kuasa yang diturunkan dalam nama Al-Masih. Ini bukan hal yang mengejutkan, sebab ia mengajar doa yang demikian; berdoa di dalam namaNya berarti berdoa seperti yang dilakukanNya. Dan berdoa dalam kesatuan dengan Dia.


10. SIAPAKAH PEMBELA KITA?

Al-Masih mengajar kita bagaimana berdoa dan melalui sabdaNya kita mengetahui arti berdoa di dalam namaNya. Akhirnya memberi pesan kepada kita, supaya mengenal Al-Masih dalam tugasNya sebagai Pembela dan Juru Syafaat.

Ia mengakhiri kata-kata perpisahan dengan murid-muridNya dengan doa syafaat, untuk memeteraikan apa yang dilakukan: "Aku berdoa untuk mereka ... Peliharalah mereka dalam namaMu ... Kuduskanlah mereka dalam kebenaran". (Yohanes 17:9,11,17).

Tidak diragukan doa ini adalah contoh syafaatNya di surga. Diilhami oleh kebenaran ini rasul Paulus berkata: "Oleh karena itu untuk selama-lamanya Al-Masih menyelamatkan orang-orang yang datang kepada Allah melalui Dia (Ia dapat menyelamatkan kita dengan sempurna), sebab Ia hidup selama-lamanya untuk mengajukan permohonan kepada Allah bagi orang-orang tersebut". - Selaku Pembela dan Juru Syafaat bagi kita. (Ibrani 7:25).

Ini adalah salah satu ayat yang menandaskan bahwa, Ia tetap melanjutkan pekerjaan penyelamatanNya di surga, seperti Ia lakukan di bumi, dalam persekutuan yang tak henti-hentinya dengan Bapa, dalam syafaat langsung di hadapan Bapa.

Setiap pekerjaan yang bersumber pada anugerah Al-Masih, selalu dikawali oleh syafaatNya dan setiap berkat turun bagi kita dari atas yang penuh kesan illahi, datang melalui pembelaan serta syafaat Al-Masih.

Tanpa keraguan pembelaan Al-Masih adalah hasil penebusanNya pada kayu salib dan permuliaanNya berada di kanan Bapa. Ketika Ia memberi diriNya untuk menebus manusia, Ia mempunyai satu tujuan: Kemuliaan Allah terwujud dalam umatNya. Oleh syafaat dan pembelaanNya tujuan ini terwujud - sebab mula-mula Allah telah dimuliakan dalam penebusan manusia berdosa, oleh perbuatan Al-Masih - kemudian berbalik dalam proses penyempurnaan; manusia yang dijadikan pujian bagi kemuliaan Allah. Sehingga dengan proses pembelaan dan syafaat Al-Masih yang diadakan melalui doa, dijaminkan bahwa; pembangunan manusia baru seutuhnya, kelak menjadi manusia sempurna dan lengkap dalam kekekalan.


11. KEADAAN DAN SYARAT-SYARAT APAKAH YANG DIPERLUKAN AGAR DOA DITERIMA?

Ada keadaan dan syarat tertentu agar doa diterima, kalau diabaikan doa itu merosot bahkan tak bernilai. Yang hakiki perlu mendapat perhatian ialah:


  1. Doa harus berasal dari hati, dengan niat dan hasrat tumbuh; melibatkan kemauan, perasaan dan pikiran. Tuhan yang mengetahui hati nurani manusia, tidak memerlukan kata-kata atau penampilan lahiriah. Doa yang tidak berasal dari batin tidak berkenan pada Allah, dan Ia tidak menerimanya.


  2. Doa harus dimuliakan (di-takzim-kan), serta dengan menetapkan seluruh kebesaran dan kesucianNya, pengetahuan dan kuasaNya. Bertitik tolak dalam mengutamakan kehendakNya sebagai prinsip pokok dari semua yang mencari Allah, - bahkan seperti di antara semua machluk yang mengetahui Allah dan memuliakan namaNya yang kudus serta menyembah Dia dengan segala hormat, seperti juga para malaikat di surga - kita tidak boleh datang kepadaNya dengan kata-kata yang kurang hormat. Doa dijiwai dengan pengucapan syukur dan penyembahan.


  3. Doa harus dipersembahkan dengan kerendahan hati, menyadari kita tanpa harga, sebab penyelewengan kita dan kenajisan kita di hadapan Allah, namun demikian yang kita hayati kemuliaan dan kesucianNya, kebesaran dan kuasaNya, kemurahan dan kasihNya. Selayaknya kita mengikuti contoh nabi Yesaya, yang mengatakan: "Celaka! Tak ada harapan lagi bagiku, sebab mulutku kotor karena dosa, dan aku tinggal di antara bangsa yang begitu juga. Namun, dengan mataku sendiri aku telah melihat Raja, Tuhan Yang Maha Kuasa!". (Yesaya 6:5).


  4. Doa harus dijiwai dengan penyerahan sepenuhnya kepada Allah. Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, apapun permohonannya, biarlah ia berkata: "Tuhan, kiranya bukan keinginanku, melainkan kehendakMu yang jadi". "Kalau seorang anak mengetahui ia harus menyesuaikan derap langkahnya ke arah langkah ayahnya, lebih-lebih lagi kita patut menyerahkan kemauan kita kepada Bapa surgawi, karena justru Dialah yang mengetahui apa-apa yang baik bagi kita.


  5. Doa harus ada iman, sebab hanya doa yang disertai iman yang bermanfaat di hadapan Allah. Seorang yang bimbang tak dapat menerima apa-apapun dari Allah.
    Pemohon harus percaya bahwa:

    1. Allah ada, dari kekal sampai kekal.
    2. Allah dapat mendengar dan menjawab doa.
    3. Allah berkenan menjawab doa, sudah menjadi kehendakNya, bahkan kesukaanNya; Ia hadir di tengah pujian dan penyembahan kita.
    4. Allah pasti menjawab, kalau doa kita sejalan dengan kehendakNya dan mengharap sesuatu yang memang perlu bagi kita.
    5. Allah pasti menjawab, kalau doa kita sejalan dengan rancangan penyelamatan orang lain dan isi dunia, merangkum doa syafaat bagi setiap anak-anak Allah yang melayani selaku hamba-hamba Allah.
  6. Permohonan doa harus mencari kemuliaan bagi allah, dan bukan kepentingan diriNya. Atau mengutamakan ambisi sendiri, keinginan pribadi, mewujudkan keserakahan.
  7. Doa harus dalam nama Al-Masih, yang dimuliakan dalam Alkitab sebagai Seorang dan satu-satunya pengantara dan Pembela.
  8. Doa harus sejalan dengan tujuan dan tuntutan Allah.


12. BERAPA BANYAKNYA DOA YANG DIANJURKAN DALAM SEHARI?

Dalam kitab orang Yahudi yang bernama Talmud, ada suatu larangan berdoa lebih dari 3kali dalam sehari, seolah-olah Allah jemu mendengar doa setiap jam. Marilah kita lihat Al-Masih yang datang dari Allah, menegaskan, bahwa kita harus berdoa dengan tidak jemu-jemu. (Lukas 18:1).

Tentu maksudnya bukan supaya kita terus menerus selama 24 jam berlutut berdoa, tetapi supaya jangan pernah kita jemu berdoa.

Tentang berapa kali harus berdoa, Alkitab tidak menentukan jumlahnya, tetapi kita jumpai beberapa manusia doa yang dimuat sebagai contoh. Daniel, nabi itu biasa berdoa pagi hari, tengah hari dan sore hari. Daud berkata: "Tujuh kali dalam sehari aku memuji Engkau". (Mazmur 119:164).

Injil melaporkan bahwa Al-Masih biasa bangun sebelum dini hari dan pergi ke suatu tempat tersendiri untuk berdoa "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi keluar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana". (Markus 1:35). Kalau kita memperhatikan hidupnya para pendoa di luar Alkitab, kita dapat membuat catatan, bahwa hampir semua menemukan jam-jam pertama pada pagi hari, sebelum melakukan sesuatu, menjadi waktu terbaik untuk berdoa. Tidak diragukan, pagi buta adalah waktu terbaik untuk renungan rohani. Pada saat itu Roh kita giat, segar dan peka. Selalu baik memberikan kepada Allah yang pertama.

Seorang alim ulama pernah berkata: "Pagi sebelum fajar merekah adalah pintu dari setiap hari, sebaiknya dijaga dan diawali dengan doa".

Yang lain berkata: "Pagi adalah bagaikan tali pengikat yang mempersatukan seluruh kegiatan selama sehari, sebab itulah sebaiknya tali itu diwujudkan dengan doa".

Harkat rohani dari Injil, tidak mengatur kapan, berapa kali dan berapa lama harus berdoa, tetapi membiarkan sesuai dengan niat hati yang terpimpin oleh Roh Kudus. Siapa yang hatinya berpaut pada Tuhan, akan berdoa dan tidak menjadi bosan atau jemu. Doanya tidak hanya terbatas pada susunan kata yang memuliakan Allah, tetapi meliputi segala kegiatan untuk kemuliaan Allah. Doa yang diterangi firman Allah lebih merupakan isi dari pada bentuk. Adalah Roh bukan kata-katanya, yang merupakan penyatu dengan Allah dalam kasih, doa lebih dari pada sekedar memenuhi kewajiban agama.

Benar Al-Masih memberikan kepada para muridNya pola hidup berdoa, namun bukan suatu cetakan, sehingga doa dapat dituangkan ke dalamnya supaya bentuknya pasti dan isinya sama selalu. Ketika doa "Bapa kami" diajarkan oleh Al-Masih, Ia merencanakannya sebagai awal bagi benih doa untuk disebarkan dan dikembangkan serta berhasil mencapai sasarannya. Ketika Ia memberi pola itu Ia berkata: "Berdoalah seperti ini", artinya berdoalah dalam Roh dan kebenaran.

Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu. (Ayub 42:10).


13. PERTANYAAN UNTUK DIJAWAB : Bagaimana Kita Berdoa ?

  1. Apakah doa merupakan pembawaan alamiah dalam diri seseorang atau doa tetap dilakukan orang, karena mereka selalu memperoleh jawaban yang pasti serta memuaskan?
  2. Apakah doa itu dan apakah faedahnya?
  3. Bagaimana sikap batin kita di hadapan Allah waktu kita berdoa?
  4. Berapa seringnya kita harus berdoa?
  5. Di mana kita harus berdoa?
  6. Apakah keadaan dan syarat supaya doa diterima?
  7. Apakah rahasia supaya doa berhasil?
  8. Alasan apa yang menyebabkan doa kita tidak terjawab?
  9. Apakah artinya berdoa dalam nama Al-Masih?
  10. Pelayanan apa yang dilakukan Al-Masih di surga?
  11. Apakah yang harus dipercaya oleh seorang yang berdoa?
  12. Bagaimana kita melenyapkan kemalasan untuk berdoa?